2
ekonomi kreatif haruslah tetap melindungi warisan budaya dan tetap menjaga aset negara, dan saat itulah aset negara harus menjadi inspirasi dan basis bagi orang
kreatif untuk terus menciptakan karya kreatif baru dengan semangat berbasis tradisional tetapi semangat kontemporer [4].
Untuk mengantisipasi permasalahan yang ada, maka dibutuhkan sebuah logo atau simbol yang digunakan sebagai tanda yang dapat menunjukkan identitas
dan ciri khas batik Solo yang dapat menjadi simbol dan wadah bagi para pengrajin batik kota Solo untuk membedakan produknya dari produk buatan kota maupun
buatan negara lain. Selain itu harus ada pula suatu ide baru dan modern dalam desain batik itu sendiri yakni batik jenis kontemporer dengan mencoba
menampilkan ornamen motif dan ragam hias yang lebih dinamis, bervariatif dan pemilihan paduan warna yang lebih banyak, dan juga penggunaan dan
pengaplikasian batik tidak hanya sebatas pada media kain, melainkan ke media lain yang berhubungan dengan kerajinan khas kota Solo yang terdapat pula nilai
filosofis yang tetap dijunjung tinggi, tidak meninggalkan sejarah kotanya, dan terdapat identitas kota Solonya.
2. Tinjauan Pustaka
Perancangan Pola Batik Solo dengan Pixel-Art oleh Arsan Sukma Praja yang membuat unsur motif batik Solo dengan menggunakan Pixel Art, merupakan
salah satu dari karya seni yang sering dijumpai, namun keberadaannya tidak diperhatikan oleh khalayak umum. Pada penelitian ini dilakukan perancangan pola
motif Batik Solo, dalam bentuk pixel-art. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan batik dengan format baru, yaitu menggabungkan seni dan
kebudayaan yang berbeda dalam satu karya tanpa mengurangi dan menghilangkan filosofi yang ada [5].
Penelitian yang kedua berjudul “ Visualisasi Ikon Kota Surabaya pada Batik
Tulis Surabaya Analisis Tekstual Batik Tulis Surabaya ” oleh Puspita Sari
Sukardani, S.T yang membahas mengenai analisis deskriptif tentang batik khas Surabaya yang berisi ikon-ikon khas Surabaya. Perancangan ini membahas
mengenai apa saja unsur yang dimasukkan ke dalam sebuah motif batik Surabaya dengan meggunakan budaya visual dalam tradisi analisis teks visual. Penelitian
dilakukan dengan memilah berdasarkan komposisi visual dalam motif utama, pengisi isian dan warna. Hasil penelitian ini dalam batik Surabaya yang
mengambil ikon-ikon kotanya, kuliner dan legenda sebagai motif dapat menarik perhatian konsumen umum dan tidak harus terpaut pada pakem yang ada, selain
itu dapat mengkomunikasikan kepada masyarakat luas bagaimana budaya lokal masyarakat Surabaya dengan melihat motif utama, motif pengisi, isen, dan warna
[6].
Dari penelitian yang sudah dilakukan inilah maka dipilih judul “Perancangan Logo Batik Solo beserta Desain Motif Batik Kontemporer sebagai
Media Pengenalan Identitas Kota Solo ”, karena belum adanya perancangan logo
batik Solo yang dapat membedakan batik antara buatan Solo dari batik lainnya. Motif batik yang dirancang juga mengangkat identitas serta budaya kota asal
muasal batik serta belum ada yang mengenalkan kota Solo melalui batik.
3
Dalam pembuatan logo untuk membedakan batik asli Kota Solo dan batik daerah lain, tentunya ada beberapa prinsip yang digunakan, antara lain logo yang
dibuat haruslah sederhana, mudah diingat, bertahan lama meskipun jaman dan pola pikir masyarakat sudah berubah, pembuatan logo harus sesuai dengan
maksud dan makna yang ingin ditampilkan dan logo dapat diaplikasikan ke berbagai media [7].
Pembuatan motif batik kontemporer kota Solo menyertakan beberapa motif lama yang dapat membantu untuk mengenali daerah dan memperkenalkan asal
dari Solo, dan karena tidak ingin melunturkan beberapa filosofi yang sudah terkandung dalam motif lama beserta kepopuleran motif lama yang masih
diminati para pencari batik Solo. Motif klasik Solo yang dipilih ada enam. Motif parang yang bermakna hidup harus dilandasi oleh perjuangan dan selalu hati-hati
tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan agar terhindar dari bencana lahir dan batin. Motif kawung yang bermakna kesuburan, kesucian, umur panjang,
keadilan dan keperkasaan. Selain itu motif ini juga mengandung makna bahwa keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya
berlipat ganda. Motif truntum yang berarti mempersatukan atau menjadi satu. Ada
juga yang menggabungkan kata “truntum” dengan kata “tentrem”, yaitu suatu keadaan kejiwaan yang menjadi idaman semua manusia. Motif truntum ini dapat
pula diartikan sebagai cinta yang bersemi kembali. Motif sidomukti ketika digunakan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan, rezeki atau kemakmuran
seperti hidup berkecukupan dan hal baik lainnya. Motif rujak rante atau semen rante bermakna rezeki dapat datang darimana saja, diharapkan yang memakainya
tetap berusaha dan berdoa, semoga Tuhan memberikan rahmatnya. Selain itu makna lain yang terkandung, yaitu setiap wanita memiliki kewajiban untuk
menjaga harkat dan martabat keluarga. Motif mega mendung memiliki arti bahwa kehidupan manusia yang selalu berubah naik dan turun kemudian berkembang
keluar untuk mencari jati diri belajar atau menjalani kehidupan sosial agama yang pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali
kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut naik dan turun pada akhirnya kembali ke asalnya [8]. Selain arti dan filosofi yang terkandung didalam
motif bermakna baik, beberapa motif dipilih sesuai dengan hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Solo.
3. Metode Penelitian