T1 692011001 Full text

(1)

i

Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik

Kontemporer Sebagai Media Pengenalan Informasi Kota Solo

Artikel Ilmiah

Peneliti :

Nathania Yunita Sari (692011001) Birmanti Setia Utami M.Sn Martin Setyawan S.T., M.Cs.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

PERANCANGAN LOGO BATIK SOLO BESERTA DESAIN MOTIF

BATIK KONTEMPORER SEBAGAI MEDIA PENGENALAN

IDENTITAS KOTA SOLO

1)

Nathania Yunita Sari, 2) Birmanti Setia Utami, M.Sn. ,3)Martin Setyawan, S.T. ., M.Cs. Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Email: 1)nathaniayunitas@gmail.com, 2)birmanti@gmail.com, 3)martin_setyawan@gmail.com

Abstract

The study discuss about the creation of Solo’s batik logo and contemporary batik design which are based on the problem of the absence of the markers that differentiate between original Solo batik with other regions, and also the lack of batik, which introduced Solo into batik, whereas batik is an exclusive craft and comes from Solo and has been recognized by UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) as a cultural heritage of Indonesia. Batik has been fully supported by the government as one of the creative industries which is very developed. Linear strategy and kualitatif methods are used for the design, contain of product plan until the form the final product design or finish. The results showed that the logo can be accepted and considered as a new idea, which later will be tried to be socialized applied. The contemporary motif which made was designed to provide direct information to the public about the cultural peculiarities of the natural or local wisdom Solo raised through an icon that has been combined with classical motifs Solo

Keywords: Logo, Motif, Icons, Batik, Solo

Abstraksi

Penelitian ini membahas tentang pembuatan logo batik Solo dan desain motif batik kontemporer yang didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik asli kota Solo dengan batik daerah lain, serta belum adanya batik yang memperkenalkan kota Solo kedalam kain batik, padahal batik merupakan kerajinan tangan yang berasal dari Solo yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia. Batik sudah didukung penuh oleh pemerintah karena termasuk salah satu industri kreatif yang sudah mulai dikembangkan. Perancangan ini menggunakan metode kualitatif dan linear strategy, berisi perancangan produk hingga bentuk akhir. Hasil penelitian menunjukkan logo dapat diterima dan merupakan ide baru, yang selanjutnya akan dicoba untuk disosialisasi dan diterapkan. Motif batik kontempoter yang dirancang dapat memberikan informasi langsung kepada masyarakat umum mengenai budaya kekhasan alam atau kearifan lokal Solo yang diangkat melalui ikon yang sudah dikombinasikan dengan motif klasik Solo.

Kata kunci : Logo, Motif, Ikon, Batik, Solo

1

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

2

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

3


(9)

1 1. Pendahuluan

Kota Solo atau yang lebih dikenal dengan slogan “ Solo, The Spirit of Java

merupakan sebuah kota yang dikenal sangat kental dengan budayanya dan saat ini telah ditetapkan sebagai kota pusat kebudayaan Jawa. Hal ini menyebabkan banyak turis domestik dan mancanegara datang untuk melihat apa saja kearifan lokal yang identik dengan budaya Solo ini yang meliputi nilai-nilai budaya seperti kebiasaan, pandangan hidup, bangunan arsitektural, kuliner, nasehat, kepercayaan, cagar budaya, cerita rakyat, dan juga berbagai karya seninya. Salah satu yang khas dari kota Solo yang dapat menggambarkan keadaan budaya dan pola pikir masyarakatnya adalah batik. Batik yang juga merupakan warisan Indonesia yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang memiliki nilai dan perpaduan seni yang tinggi serta sarat akan makna filosofis dan dapat memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuatnya. Batik sudah seharusnya menjadi ciri khas sekaligus menjadi kebanggaan tersendiri bagi kota asal yaitu kota Solo.

Paska pemberlakuan China Asean Free Trade Area (CAFTA) 2010 hingga sekarang, pasar domestik batik hampir dipenuhi produk batik asal Tiongkok, contohnya di Pasar Klewer, Beteng Trade Center, dan Pusat Grosir Solo banyak puluhan gerai yang menjual beragam jenis batik asal Tiongkok. Bagi orang awam sulit untuk membedakan antara tekstil bermotif batik buatan Tiongkok dengan batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi milik dalam negeri. Alhasil banyak konsumen membeli tekstil bermotif batik dan jumlah konsumen membeli tekstil bermotif batik sangat besar ditambah karena warna dan motifnya yang menarik [1].

Sejak diadakannya pameran The 17th Jakarta International Handicraft Trade Fair (INAFAIR) 2015, Kementrian Perdagangan (Kemendag) mendorong para pelaku industri kreatif dan kerajinan untuk meningkatkan daya saing produk mereka melalui pengembangan kualitas produk dan pemasaran dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Industri kerajinan yang termasuk didalamnya adalah batik merupakan salah satu industri kreatif yang berkontribusi besar terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan juga dapat menjadi kunci dalam menghadapi MEA. Sejak Ir. Joko Widodo menjabat sebagai walikota kota Solo hingga sekarang menjadi presiden Indonesia, beliau sangat mendukung para pelaku industri kreatif (produsen dan pengrajin batik) untuk kedepannya menjadi jenis industri yang maju dan berkembang, dengan dimulai dari kota asal yakni kota Solo diharapkan dapat memenuhi selera pasar dan tetap memegang filosofi-filosofi yang ada [2].

Dalam hal untuk memajukan para pengrajin, pengusaha, eksportir, serta para Usaha Kecil Menengah (UKM) kelompok pengrajin Indonesia untuk memasarkan hasil karya, turut berpartisipasi memajukan kreativitas anak bangsa dan mengangkat nama dan warisan budaya Indonesia kepada dunia internasional. Kemendag berharap kinerja ekspor akan terus menunjukkan peningkatan dan produk-produk ekspor akan semakin kreatif, inovatif, dan beragam sehingga semakin mengangkat keunikan produk kerajinan Indonesia di pasar dunia [3]. Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif (Menparekraf) menegaskan bahwa


(10)

2

ekonomi kreatif haruslah tetap melindungi warisan budaya dan tetap menjaga aset negara, dan saat itulah aset negara harus menjadi inspirasi dan basis bagi orang kreatif untuk terus menciptakan karya kreatif baru dengan semangat berbasis tradisional tetapi semangat kontemporer [4].

Untuk mengantisipasi permasalahan yang ada, maka dibutuhkan sebuah logo atau simbol yang digunakan sebagai tanda yang dapat menunjukkan identitas dan ciri khas batik Solo yang dapat menjadi simbol dan wadah bagi para pengrajin batik kota Solo untuk membedakan produknya dari produk buatan kota maupun buatan negara lain. Selain itu harus ada pula suatu ide baru dan modern dalam desain batik itu sendiri yakni batik jenis kontemporer dengan mencoba menampilkan ornamen motif dan ragam hias yang lebih dinamis, bervariatif dan pemilihan paduan warna yang lebih banyak, dan juga penggunaan dan pengaplikasian batik tidak hanya sebatas pada media kain, melainkan ke media lain yang berhubungan dengan kerajinan khas kota Solo yang terdapat pula nilai filosofis yang tetap dijunjung tinggi, tidak meninggalkan sejarah kotanya, dan terdapat identitas kota Solonya.

2. Tinjauan Pustaka

Perancangan Pola Batik Solo dengan Pixel-Art oleh Arsan Sukma Praja yang membuat unsur motif batik Solo dengan menggunakan Pixel Art, merupakan salah satu dari karya seni yang sering dijumpai, namun keberadaannya tidak diperhatikan oleh khalayak umum. Pada penelitian ini dilakukan perancangan pola motif Batik Solo, dalam bentuk pixel-art. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan batik dengan format baru, yaitu menggabungkan seni dan kebudayaan yang berbeda dalam satu karya tanpa mengurangi dan menghilangkan filosofi yang ada [5].

Penelitian yang kedua berjudul “ Visualisasi Ikon Kota Surabaya pada Batik Tulis Surabaya (Analisis Tekstual Batik Tulis Surabaya)” oleh Puspita Sari Sukardani, S.T yang membahas mengenai analisis deskriptif tentang batik khas Surabaya yang berisi ikon-ikon khas Surabaya. Perancangan ini membahas mengenai apa saja unsur yang dimasukkan ke dalam sebuah motif batik Surabaya dengan meggunakan budaya visual dalam tradisi analisis teks visual. Penelitian dilakukan dengan memilah berdasarkan komposisi visual dalam motif utama, pengisi isian dan warna. Hasil penelitian ini dalam batik Surabaya yang mengambil ikon-ikon kotanya, kuliner dan legenda sebagai motif dapat menarik perhatian konsumen umum dan tidak harus terpaut pada pakem yang ada, selain itu dapat mengkomunikasikan kepada masyarakat luas bagaimana budaya lokal masyarakat Surabaya dengan melihat motif utama, motif pengisi, isen, dan warna [6].

Dari penelitian yang sudah dilakukan inilah maka dipilih judul

“Perancangan Logo Batik Solo beserta Desain Motif Batik Kontemporer sebagai

Media Pengenalan Identitas Kota Solo”, karena belum adanya perancangan logo batik Solo yang dapat membedakan batik antara buatan Solo dari batik lainnya. Motif batik yang dirancang juga mengangkat identitas serta budaya kota asal muasal batik serta belum ada yang mengenalkan kota Solo melalui batik.


(11)

3

Dalam pembuatan logo untuk membedakan batik asli Kota Solo dan batik daerah lain, tentunya ada beberapa prinsip yang digunakan, antara lain logo yang dibuat haruslah sederhana, mudah diingat, bertahan lama meskipun jaman dan pola pikir masyarakat sudah berubah, pembuatan logo harus sesuai dengan maksud dan makna yang ingin ditampilkan dan logo dapat diaplikasikan ke berbagai media [7].

Pembuatan motif batik kontemporer kota Solo menyertakan beberapa motif lama yang dapat membantu untuk mengenali daerah dan memperkenalkan asal dari Solo, dan karena tidak ingin melunturkan beberapa filosofi yang sudah terkandung dalam motif lama beserta kepopuleran motif lama yang masih diminati para pencari batik Solo. Motif klasik Solo yang dipilih ada enam. Motif parang yang bermakna hidup harus dilandasi oleh perjuangan dan selalu hati-hati tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan agar terhindar dari bencana lahir dan batin. Motif kawung yang bermakna kesuburan, kesucian, umur panjang, keadilan dan keperkasaan. Selain itu motif ini juga mengandung makna bahwa keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Motif truntum yang berarti mempersatukan atau menjadi satu. Ada

juga yang menggabungkan kata “truntum” dengan kata “tentrem”, yaitu suatu

keadaan kejiwaan yang menjadi idaman semua manusia. Motif truntum ini dapat pula diartikan sebagai cinta yang bersemi kembali. Motif sidomukti ketika digunakan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan, rezeki atau kemakmuran seperti hidup berkecukupan dan hal baik lainnya. Motif rujak rante atau semen rante bermakna rezeki dapat datang darimana saja, diharapkan yang memakainya tetap berusaha dan berdoa, semoga Tuhan memberikan rahmatnya. Selain itu makna lain yang terkandung, yaitu setiap wanita memiliki kewajiban untuk menjaga harkat dan martabat keluarga. Motif mega mendung memiliki arti bahwa kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar atau menjalani kehidupan sosial agama) yang pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada akhirnya kembali ke asalnya [8]. Selain arti dan filosofi yang terkandung didalam motif bermakna baik, beberapa motif dipilih sesuai dengan hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Solo.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode kualitatif dengan melakukan wawancara, studi pustaka, dan observasi. Sedangkan strategi yang digunakan adalah linear strategy. Linear strategy merupakan urutan yang logis pada tahapan yang sederhana dan sudah dipahami komponennya. Strategi yang digunakan untuk tipe perancangan yang telah berulangkali dilaksanakan. Suatu tahap yang dimulai setelah tahap yang sebelumnya diselesaikan, dan demikian seterusnya [9]. Tahapan yang telah dilaksanakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.


(12)

4

Gambar 1 Bagan Penelitian

Metodepengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara kepada Kepala Bidang Seni Budaya, Sejarah dan Purbakala serta Kepala Bidang Promosi Kerjasama dan Pariwisata yang tergabung dalam Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Solo, wawancara dengan Gunawan Setiawan sebagai pemrakarsa Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo yang diperlukan untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses membatik dari batik tulis, batik cap, batik printing, hingga tekstil motif batik buatan Tiongkok. Tahap wawancara ini juga diperlukan untuk melihat seberapa banyak potensi dari kota Solo dan mendapatkan data mengenai kebudayaan dan sejarah yang terkait pada penelitian.

Pengumpulan data terakhir dilakukan dengan cara observasi langsung ke beberapa pasar tradisional hingga ke industri batik rumahan di kota Solo, contohnya di pasar Klewer, Beteng Trade Center, dan Pusat Grosir Solo. Pengumpulan data ini untuk mendapatkan data yang valid apakah ikon dalam motif batik yang akan dirancang sudah ada di kota Solo, mencari data mengenai motif apakah yang sedang digemari dan diminati masyarakat baik domestik maupun mancanegara dan untuk melihat apakah ada penanda khusus yang dapat membedakan antara batik buatan Solo asli dan dari luar Solo, beserta dapatkah batik mengkomunikasikan Solo itu sendiri sebagai daerah asal pengrajin batik yang memiliki banyak kebudayaan dan ilmu yang ingin dikenalkan ke masyarakat luar.

Hasil analisis dari penelitian awal yang dilakukan antara lain, didapat konsep dan ide untuk merancang sebuah logo dan sebuah motif batik kontemporer khas kota Solo yang masih baru, belum ada, dan dirasa perlu untuk kedepannya bagi kota Solo. Batik yang sedang digemari konsumen yaitu batik yang tidak terlalu monoton dengan motif dan warna yang bervariatif. Masih banyak konsumen yang susah membedakan antara batik asli Solo dengan batik buatan Solo apalagi tekstil motif batik keluaran Tiongkok. Bagaimanapun modernnya suatu batik yang dirancang untuk memenuhi selera pasar, batik Solo tidak boleh meninggalkan akarnya yaitu kebudayaan Jawa beserta filosofi yang terkandung didalamnya. Solo dengan sebutan “The Capital of Batik” sudah seharusnya menciptakan suatu batik yang dapat lebih digemari konsumen yang juga tidak dipakai, tetapi batik juga harus dapat menyebarkan informasi mengenai semua kebudayaan dan pengetahuan tentang negara Indonesia ke negara lain. Selembar kain berharga harus lahir, kain yang membungkus kearifan lokal budaya Solo menjadi kiblat industri kreatif nasional. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian awal, kesimpulan terakhir yang didapat adalah batik merupakan peluang pertama yang paling didukung oleh para petinggi negara karena termasuk salah satu industri kreatif yang ada manfaatnya selain dari nilai ekonomi yang mulai

Tahap 1 Pengumpulan Data Tahap 2 Analisa Data Tahap 3 Perancangan Tahap 4 Pengujian


(13)

5

dihargai tinggi, tetapi juga memperkenalkan batik sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia khususnya kota Solo.

Proses perancangan dibagi menjadi dua, yaitu proses perancangan logo dan perancangan motif batik kontemporer. Proses pembuatan logo dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Tahap Perancangan Logo Batik Solo

Tahap proses perancangan logo batik Solo, pertama adalah tahap pencarian konsep dan ide. Pada tahap ini dilakukan dengan cara brainstorming. Beberapa ide yang didapat untuk merancang suatu logo yang dapat digunakan sebagai penanda sebuah batik buatan asli Solo dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Ide Pokok Brainstorming Konsep Pembuatan Logo Batik Solo

Tahapan berikutnya membuat sketsa kasar dan memilih satu diantara beberapa sketsa yang paling sesuai degan konsep yang telah dibuat. Hasil sketsa yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 4.

Ide Kreatif

Brainstorming Konsep Media

Final Artwork

Sketsa Kasar

Logo Digital / Digitalisasi Logo


(14)

6

Gambar 4 Pemilihan Thumbnail Logo Batik Solo

Dasar pembuatan logo yang dipilih diambil dari beberapa objek pendukung, yaitu objek gunungan yang berarti simbol kehidupan, tempat atau rumah yang dapat mengayomi. Selain itu didalam gunungan berarti juga melambangkan seluruh alam semesta beserta isinya yang hidup dengan aman dan tentram. Bentuk gunungan yang meruncing ke atas dimaksudkan agar manusia hidup menuju yang diatas. Hubungan meruncing dengan konsep adalah diharapkan kedepannya batik kontemporer asli Solo dapat terus berkembang dan terus melambung tinggi dibanding batik dari daerah lain. Selain itu gunungan dapat mensimbolkan wayang, karena kota Solo sangat terkenal dengan wayangnya. Objek kumpulan orang seperti huruf “i” disusun tiga berjajar dan dibuat paling menonjol dibagian tengah dengan maksud kota Solo sebagai kota penghasil batik pertama dan terdapat pengusaha dan pengrajin batik, dan juga simbol tiga tingkatan seperti rakyat paling depan dan dibelakangnya ada pemerintah dan perusahaan seturut fungsi logo digunakan. Canting yang merupakan alat untuk memindahkan atau mengambil lilin yang digunakan untuk membuat batik tulis. Simbol canting dalam perancangan logo batik Solo digunakan sebagai simbol batik. Objek yang terakhir adalah relung atau ukelan diartikan sebagai relief motif juga digunakan sebagai frame pada logo batik Solo yang juga dapat menyimbolkan sebagai batik dan motifnya.

Pada tahap selanjutnya adalah tahap digitalisasi logo beserta perevisiannya. Revisi sebagai evaluasi desain dilakukan oleh orang yang sudah ahli pada bidang percetakan. Hal mendasar yang dievaluasi adalah garis halus tipis yang dapat menghambat bentuk logo ketika diaplikasikan ke berbagai ukuran, serta warna logo yang dirasa terlalu gelap untuk masuk kedalam mesin cetak, karena otomatis mesin pencetak akan mencetak warna lebih tua dibanding warna asli, maka chart warna lebih dibuat muda. Logo sebelum dan sesudah direvisi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Sebelum dan Sesudah Tahap Evaluasi Desain

Hasil final artwork dari logo yang dibuat dan telah direvisi dengan menyesuaikan beberapa bentuk agar didapat logo yang benar. Gambar logo final dapat dilihat pada Gambar 6.


(15)

7

Ide Kreatif

Sketsa Kasar Ikon

Penerapan ke Media

Tahap Produksi

Final Artwork

Gambar 6 Final Artwork Logo Batik

Hasil akhir batik Solo menggunakan satu warna komponen utama yaitu warna coklat sogan yang merupakan warna khas dari batik Solo sendiri. Selain itu penggunaan warna sogan membuat fungsi dari perancangan logo batik Solo lebih mudah dikenali dan lebih mudah dikenal sebagai identitas kota Solo.

Perancangan yang kedua adalah pembuatan ikon kota Solo. Konsep kreatif dari seluruh perancangan ikon kota Solo adalah menghadirkan dan memperkenalkan budaya khas Solo yang diterapkan dalam bentuk kain batik. Perancangan desain ikon kota Solo diawali dengan melakukan beberapa analisis terhadap beberapa data yang didapat, langkah yang dilakukan dalam pembuatan ikon, dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Tahap Perancangan Desain Motif Batik Kontemporer Kota Solo

Desain dari beberapa ikon yang telah digabung lalu diilustrasikan menjadi sebuah motif batik kontemporer kedalam beberapa lembar kain berukuran 2x1 meter, sehingga didapat motif baru batik kontemporer dengan menghadirkan segala ciri khas kota Solo melalui ikon-ikon yang dirancang. Pemilihan kain batik sebagai media utama karena merupakan khas dari kota Solo sendiri, dan Solo merupakan The Capital ofBatik itu sendiri.

Proses pembuatan diawali dengan mengambil data bahwa kota Solo dibagi menjadi beberapa kabupaten yang terdiri dari kabupaten Wonogiri, Sragen, Sukoharjo, Solo Kota, Klaten, Kartasura, dan Boyolali. Hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta menyatakan bahwa Kabupaten Sragen, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, dan Solo Kota berpotensi untuk dijadikan


(16)

8

ide motif dalam perancangan ini. Hal tersebut dilihat dari beberapa kawasan cagar alam dan tempat pariwisata yang paling diminati dan sering dikunjungi. Hal kedua adalah dilihat dari banyaknya ide yang bisa diambil dengan ciri khas dari beberapa kabupaten tersebut, meliputi sejarah, legenda, ikon tempat wisata, dan keunggulan di bidang ekonomi.

Ide konsep juga didasarkan pada pernyataan bahwa para desainer yang tergabung dalam APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) Solo, memberi informasi bahwa desain motif yang dirancang haruslah menunjukkan keragaman budaya, mulai dari kesenian tradisional, cagar budaya, sisi herritage, sejarah, sisi romantisme hingga Bengawan Solo [10].

Proses selanjutnya adalah proses brainstorming yaitu pencarian ide yang akhirnya diperoleh beberapa ikon yang dapat dijadikan desain motif baru. Pengumpulan data untuk brainstorming ini diperoleh dari hasil wawancara dan studi pustaka baik melalui buku maupun online.

Pada proses selanjutnya pembuatan sketsa dibagi menjadi empat macam batik, pertama adalah Batik Boyolali. Kabupaten Boyolali terkenal dengan usaha pengembangan sapi perah dan penggemukan sapi, karena memiliki iklim yang dingin dan cocok untuk pemeliharaan sapi perah dan menjadi lokasi agrowisata sapi perah. Kawasan desa Tegalrejo, kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali ini terdapat kampung lele yang merupakan usaha kementrian perikanan Indonesia untuk memenuhi target 2015 sebagai penghasil perikanan terbesar di Asia Tenggara. Pembudidayaan ikan lele di kampung ini dianggap berhasil memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan baik lokal maupun nasional. Selain itu, terdapat pula beberapa air terjun, waduk dan beberapa wahana air yang ada di Boyolali.

Ikon gunungan diikutsertakan karena merupakan salah satu kerajinan yang diolah dan dibuat warga sekitar Boyolali selain kerajinan tembaga dan kuningan. Cengkeh juga merupakan salah satu penghasilan utama yang dipanen masyarakat Boyolali selain tembakau, kopi dan teh. Tugu Adipura Boyolali dan Tugu Sapi merupakan tugu yang khas dan penanda kota yang diberikan pemerintah terhadap kabupaten Boyolali sebagai kawasan bersih. Tugu ini juga merupakan titik nol kilometer Boyolali dengan daerah sekitarnya. Tugu ini erat kaitannya dengan sejarah Kabupaten Boyolali sama dengan ikon dakon, yaitu mengenai Legenda Pandan Arang. Ki Ageng Pandan Arang (Bupati semarang abad XVI) adalah orang yang memberi nama dan mencetuskan nama Boyolali dari kalimat "baya wis lali wong iki" yang dalam bahasa Indonesia artinya "sudah lupakah orang ini", Dari kata “baya wis lali” itu jadilah nama Boyolali.

Pada tema kedua adalah batik Bengawan Solo. Tema ini merupakan penggabungan antara beberapa kabupaten, karena letaknya yang berdampingan. Menurut hasil wawancara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, beberapa tempat wisata dan beberapa struktur daerah yang dimiliki sama, sehingga beberapa kabupaten dijadikan menjadi satu jenis batik. Tema difokuskan pada tema Bengawan Solo, karena Bengawan Solo sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan sungai ini mengalir melintasi beberapa kabupaten tersebut dan menjadi komoditas utama dalam bidang transportasi air. Dalam tema Bengawan Solo ini juga mengambil beberapa data yang terdapat di Kabupaten Sragen dan Sukoharjo


(17)

9

yang saling berdekatan. Selain itu, terdapat ikon Kebun Binatang Jurug salah satu wisata yang tidak pernah sepi pengunjung, Museum Sangiran yaitu salah satu situs arkeologi di Jawa yang menurut UNESCO diakui para ilmuwan dunia untuk mempelajari fosil manusia. Ikon tambahan lainnya adalah Candi Sukuh yaitu sebuah kompleks candi agama Hindu yang telah di tetapkan UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia tahun 1995. Candi Sukuh terletak di kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur juga mengingatkan para pengunjung candi akan bentuk piramida di Mesir.

Dalam desain ini juga terdapat pola utama, yaitu ikon Bengawan Solo yang digambarkan seperti aliran gelombang air yang membentuk huruf "B". Beberapa pola lain yang menggambarkan bidang ekonomi masyarakat sekitar Kabupaten Sragen, Karanganyar dan Sukoharjo adalah dengan hasil kebun dan sawah. Selain padi dan tebu, teh dan cengkeh merupakan hasil ekspor terbanyak dari daerah ini.

Tema ketiga dari perancangan motif batik diambil dari kabupaten Klaten. Dalam perancangan kali ini difokuskan kepada tiga ikon utama, yaitu Candi Prambanan, Arca Durga Mahisasuramardini atau Roro Jongrang dan Rama Sinta. Candi Prambanan adalah kompleks candi Hindhu terbesar di Indonesia. Candi ini juga termasuk situs warisan dunia dan merupakan salah satu candi termegah di Asia Tenggara. Ikon lain adalah Sendratari Ramayana yang merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog yang diangkat dari cerita Ramayana. Dalam pertunjukan ini dapat dilihat sisi romantisme kota Solo yang tergambarkan melalui cerita, lagu atau gambang yang dimainkan, gerak penguat ekspresi, dan kostum yang dipakai pemain.

Pertunjukan Ramayana ini juga telah meraih PATA (Pasific Asean Traffic Assosiation) Gold Award sebagai salah satu pertunjukan yang dapat membawa Indonesia menjadi sumber inspirasi seni ke taraf dunia dan tidak hanya menjadi keuntungan finansial daerah Klaten tetapi juga upaya melestarikan budaya Jawa. Selain itu sendratari Ramayana juga masuk kedalam buku Guiness World Record sebagai pertunjukan kolosal yang melibatkan banyak pelaku yaitu 230 pelaku. Selain dari pola-pola yang telah disampaikan ada beberapa ikon atau pola pendukung yaitu salah satunya bunga melati. Klaten berasal dari kata Melati yang berubah menjadi Mlati, lalu berubah lagi menjadi kata Klati, untuk mempermudah pelafalan kata, ucapan kata Klati dirubah menjadi Klaten.

Dalam tema keempat, ide utama yang diambil adalah Jalan Slamet Riyadi beserta apa yang ada di sepanjang jalan tersebut dan sekitarnya. Khusus tema ini dirancang seperti sitemap Solo Kota. Jalan Slamet Riyadi adalah salah satu jalan utama di kota Solo. Jalan ini pernah dinobatkan sebagai jalan terpanjang di Asia Tenggara. Jalan Slamet Riyadi menjadi jalan yang sangat aktif di kota Solo, karena banyak event penting diselenggarakan di jalan ini. Pusat bisnis kota Solo juga terletak disepanjang jalan Slamet Riyadi. Nama jalan diambil untuk menghormati seseorang bernama Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Riyadi, seorang pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Solo dan berhasil mengambil alih Jawa Tengah termasuk Ambarawa dan Semarang dalam Agresi Militer


(18)

10

pertama melawan Belanda. Objek atau pola kedua yaitu gerbang, buto atau patung penjaga dan bangunan keraton Kasunanan Surakarta.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah keraton peninggalan Mataram Islam yang menjadi salah satu sejarah kota Surakarta. Tempat ini merupakan salah satu destinasi wisata para pengunjung yang hendak berwisata ke kota Solo. Bangunan cagar budaya kedua adalah Benteng Vasternburg. Dahulunya benteng ini digunakan sebagai markas TNI untuk mempertahankan kemerdekaan. Bangunan semasa era kolonial ini disebut sebagai landmark kota Solo. Kawasan sekitar benteng lebih dikondisikan untuk penyelenggaraaan event-event penting, seperti Solo City Jazz, Festival Wayang Bocah, Solo International Performing Art, Kreasso. Bagian ketiga adalah Pasar Gede Harjonagoro atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pasar Gede adalah salah satu pasar tertua di kota Solo. Banyak sejumlah kuliner khas kota Solo dapat dijumpai disana. Tepat di depan Pasar Gede terdapat tugu jam yang terkenal bagi masyarakat kota Solo. Tugu ini diberikan oleh Paku Buwono X, tugu ini dahulu digunakan sebagai pengaturan lalu lintas persimpangan jalan dan digunakan untuk menunjukan ide pembangunan kota yang cerdas di era pemerintahan Paku Buwono X.

Ikon keempat yang diambil adalah Gapura Mahkota Solo. Gapura ini juga merupakan landmark baru yang merupakan batas kota berbentuk mahkota dipadu dengan teknologi modern dan menjadi landmark yang mudah dikenali. Mahkota dipilih karena dalam sebuah kerajaan, mahkota adalah lambang kebesaran seorang raja.

Dalam perancangan motif tema ini juga mengambil ikon Raja Mala yang dikenal sebagai tokoh dalam jagad pewayangan. Raja Mala yang dimaksudkan merupakan salah satu benda pusaka milik Keraton Kasunanan kota Solo yang menyimpan sejuta sejarah. Hubungan erat antara patung kepala Raja Mala dan kota Solo adalah sejarah ketika patung tersebut digunakan menjadi kepala perahu yang difungsikan sebagai armada perang menuju Madura melalui sungai Bengawan Solo. Ikon kepala Raja Mala sering digunakan menjadi maskot kota Solo.

Pola ikon berikutnya adalah sebuah cagar budaya kota Solo bernama Lodji Gandrung yang merupakan sebuah bangunan megah bersejarah jaman Kolonial di kota Solo. Melihat sejarahnya, bangunan yang menjadi ikon kota Solo ini merupakan tempat yang digunakan oleh Sunan Paku Buwono X untuk mewakili dua budaya dan diperkenalkan ke masyarakat luas. Lodji artinya sebuah rumah yang megah dan mewah, sedangkan kata Gandrung berarti pesta atau dansa. Dahulu sering diadakan pesta ala Eropa pada akhir pekan. Bagi masyarakat Solo, bangunan Lodji Gandrung dikenal sebagai tempat kediaman atau rumah dinas walikota Solo dan tempat ini merupakan saksi bisu berbagai peristiwa dimasa lalu.

Ikon lain yang dipakai adalah Tugu Kebangkitan Nasional atau Tugu Lilin yang berada didaerah Laweyan merupakan tugu peringatan hari kebangkitan nasional yang memiliki sejarah sebagai bentuk atau simbol persatuan negara yang waktu itu masih dibawah pemerintahan penjajah. Bentuk tugu seperti lilin memiliki arti, yaitu perjuangan akan terus menyala sampai tercapainya kemerdekaan. Dalam peresmian tugu kebangkitan nasional ini, Dr Soetomo


(19)

11

mengatakan, „Van Solo begin de vyctory” yang artinya dari Solo, kemenangan dimulai.

Pola tambahan yang diikutsertakan dalam perancangan desain motif tema Solo Kota ini adalah buah sawo kecik. Sawo kecik merupakan salah satu tumbuhan yang sarat atas sejarah kota Solo sendiri yang sudah terkenal dari jaman dahulu. Masyarakat Jawa khususnya bagi masyarakat Keraton Solo percaya bahwa pohon sawo kecik dapat membawa kebaikan dan perlindungan. Tidak heran beberapa pohon ini dapat ditemui di sekitar jalan Slamet Riyadi atau di seputar Keraton Solo.

Dahulu, putri keraton menggunakan buah sawo kecik sebagai pengharum badan. Selain sebagai peneduh dan pengharum, sawo kecik juga digunakan sebagai simbol pesan sebuah tata nilai pada generasi penerus. Kata sawo kecik juga dapat diartikan menjadi 'sarwa becik' atau serba baik yaitu ketulusan hati nurani yang mendasari setiap langkah perbuatan manusia. Contoh perubahan dari dokumen visual ke bentuk ikon dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Perubahan Dokumen Visual ke Bentuk Ikon

Setelah tahap pemilihan dan sketsa ikon, tahap selanjutnya pada perancangan desain motif ini adalah mengolah dari ikon tunggal menjadi sketsa penuh kedalam kain dengan mencampurkan antara ikon pilihan yang telah dibuat dengan motif batik klasik asal kota Solo yang sudah banyak dikenali oleh masyarakat luas. Penggabungan layout antara ikon baru dengan motif batik klasik dibantu dan didampingi oleh juru gambar batik supaya peletakan antara motif batik lama dan ikon baru tidak berantakan dan tetap sesuai dengan selera kebanyakan konsumen. Kolaborasi motif dan ikon dapat dilihat pada Gambar 7.


(20)

12

Gambar 7 Sketsa Kolaborasi Ikon dan Motif Klasik menjadi satu Motif Baru di Media Kain Pada tahap produksi dalam perancangan desain motif batik kontemporer dilakukan dengan bekerjasama dengan pengrajin batik setempat. Berdasarkan tahap sebelumnya, setelah didapat final desain sketsa yang sudah final dan cocok, maka dari sketsa yang sudah terdapat pada kain selanjutnya masuk dalam proses produksi. Proses pertama dilakukan dengan mencanting. Tahap mencanting tema Boyolali dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Hasil Setelah Proses Pencantingan

Pada Gambar 8 dapat dilihat hasil dari sketsa yang telah dicanting dengan menggunakan malam atau lilin. Proses selanjutnya setelah pencantingan dengan malam adalah proses pewarnaan hingga menjadi kain batik siap pakai.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil perancangan logo Batik Solo berupa logogram dengan konsep yang telah dirancang sesuai tahapan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Contoh penerapan logo ke berbagai media dapat dilihat pada Gambar 9.


(21)

13

Gambar 9 Pengaplikasian Logo ke Berbagai Media

Dari hasil logo yang telah dirancang, logo dapat diletakkan pada pojok kanan atas pada media cetak seperti langsung ke kain dengan menggunakan emblem, baliho, MMT, dan billboard. Dengan menggunakan clear area dan contoh logo treatment yang telah diberikan diharapkan penggunaan logo dapat lebih jelas dan lebih terlihat dalam pengaplikasiannya ke berbagai media dengan ukuran terkecil adalah dua sentimeter. Hail perancangan ikon yang diterapkan menjadi motif batik berupa selembar kain batik berukuran dua kali satu meter dengan motif yang baru dengan paduan ikon-ikon khas daerah serta beberapa motif ikon batik klasik. Hasil akhir kain batik dapat dilihat pada Gambar 10.


(22)

14

Gambar 10 Hasil Akhir Motif Batik Kontemporer

Dari hasil perancangan motif batik kontemporer Kota Solo, secara motif menggunakan semua unsur alam yang ada di daerah Solo. Warna tema Boyolali adalah merah muda karena menunjukkan makna damai, manis dan indah. Tema Klaten menggunakan warna ungu untuk menunjukkan kemistisan, kekuatan spiritual serta keajaiban yang diangkat dari cerita Roro Jonggrang dan melambangkan aspirasi dari Sendratari Ramayana. Warna tema Bengawan Solo adalah biru untuk menunjukkan sungai , air, dan keharmonisan alam di daerah Bengawan Solo dan sekitarnya. Warna tema Solo Kota adalah hijau untuk menunjukkan kesuksesan kota Solo yang asri, dan sesuai dengan logo kota Solo yang dominan dengan warna hijau. Beberapa kekurangan mendasar dan pewarna alam yang digunakan dalam proses pewarnaan menjadikan warna sedikit mengalami perubahan, selain itu beberapa sketsa tertutup oleh warna lain yang kurang sesuai.

Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan wawancara langsung ke beberapa target audience untuk menilai logo yang dirancang dan pesan yang ingin disampaikan dari visualisasi desain motif batik yang telah dirancang dapat diterima dan bernilai positif. Penggunaan metode kualitatif dimaksudkan agar pengujian mendapatkan data valid secara mendalam dan terperinci dari setiap koresponden. Pengujian kualitatif dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama adalah pengujian logo batik Solo dan yang kedua adalah pengujian motif batik kontemporer.

Pengujian dilakukan kepada beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM) batik yang ada di Solo, pemerintah kota Solo khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan masyarakat. Pengujian dilakukan juga dengan cara melakukan pameran individu yang diselenggarakan pada tanggal 15 Oktober 2015 di Kantor Fakultas FTI UKSW Salatiga dan dalam The Second Satya Wacana Christian University Research Expo bertemakan Health, Agriculture, Nature, Energy, Industry, and Environtment tanggal 26 hingga 28 Oktober 2015 di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.


(23)

15

Hasil pengujian yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa hasil, pertama dalam pembuatan logo yang dirancang sudah baik, karena menggabungkan semua unsur yang berkenaan dengan batik terutama untuk identitas batik Solo. Pewarnaan sogan yang dipilih juga disetujui oleh koresponden karena menambah nilai kecintaan terhadap kota Solo terhadap logo dan orang awam yang melihat semakin yakin kalau produk yang dibeli asli dari kota Solo. Bagi masyarakat, pemerintah dan para komunitas batik Solo, logo dapat diterapkan kedepannya agar dapat memastikan perspektif dunia bahwa batik merupakan kekayaan tradisional Indonesia khususnya yang berasal dari kota Solo dengan memberikan jaminan mutu, kepercayaan konsumen, perlindungan hukum, dan identitas batik Solo. Para pengrajin batik berharap bila dapat meminimalisasikan pemalsuan produk yang dilakukan oleh negara-negara lain, karena negara-negara lain biasana yang menerima hasil ekspor tanpa identitas apapun kemudian diberi merk, label dan diakui sebagai milik negara lain. Oleh karena itu, perancangan logo yang telah dirancang sangat diterima dan sangat mungkin untuk diaplikasikan.

Hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap motif batik kontemporer Solo adalah motif yang dirancang sangat menggambarkan kota Solo dari segi visualnya sehingga dengan sekali melihat ikon yang terdapat pada motif batik, koresponden dapat melihat identitas kota Solo. Namun dalam segi warna, batik yang dirancang kurang menggambarkan kota Solo. Kota Solo sudah dikenal sekian tahun dengan batik berwarna sogan, sedangkan batik yang dirancang lebih berwarna cerah seperti batik Pekalongan dan Batik Madura.

Pengembangan selanjutnya untuk membuat variasi-variasi lain yang dapat dipakai untuk pakaian, karena untuk perancangan ini, batik yang sudah jadi tidak bisa digunakan selain untuk pajangan, karena bila dipaksakan motif dari kota Solo akan terpotong dan nilai dari ikon Solo yang ingin ditampilkan menjadi hilang. Kain batik yang sudah dirancangdapat menjadi koleksi bagi para kolektor, karena dilihat dari nilai eksklusifitasnya (hanya satu desain dan susah ditiru oleh kompetitor lain). Motif batik yang dirancang juga banyak digemari koresponden yang datang pada saat pameran. Selain mengetahui ikon yang tergambar dalam setiap lembar kain, kearifan lokal dan pesan yang ingin ditampilkan juga sudah terwakili dengan beberapa ikon yang diambil dari masing-masing daerah.

Menurut pemerintah, banyak peluang inovasi dalam menciptakan sebuah batik Solo yang berbasis kekayaan budaya, sejarah, daerah kota. Selain dapat mengenalkan kota Solo ke daerah lain, pembuatan batik sekaligus membanggakan karena banyak generasi muda yang tidak ambil alih dalam pelestarian batik, serta dapat pula menjadi kegiatan eksplorasi terhadap keunikan ikon untuk kemudian dikembangkan menjadi suatu produk baru dan nilai baru.

Melalui hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap responden maka didapatkan hasil analisis bahwa logo dan motif batik yang dirancang memiliki fungsi yang bagus dalam perkembangan dunia batik khususnya dalam perekonomian kreatif sekarang. Logo dapat digunakan sebagai penanda oleh para pengrajin dan pembatik Solo dalam karya yang telah dibuat, sedangkan ikon dan motif baru dapat menambah perspektif orang bahwa batik bukanlah hanya kain, namun mengandung banyak makna di balik proses pembuatannya. Hal ini sesuai


(24)

16

dengan tujuan perancangan yang mau memperkenalkan identitas Solo. Dua kegiatan pameran didokumentasikan pada Gambar 12 berikut.

Gambar 12 Situasi Kedua Pameran

5. Kesimpulan dan Saran

Hasil dari pengujian untuk logo dan motif batik dapat dikatakan membentuk pandangan bahwa kota Solo (city branding) sebagai kota batik. Batik yang menjadi produk khas kota Solo dan merupakan merchandise yang paling dicari orang ketika pergi ke Solo dapat digunakan juga sebagai ruang pamer atau etalase yang menawarkan Solo dalam ajang pamer budaya dan promosi pariwisata di skala nasional. Kekayaan kearifan lokal yang dimiliki Solo khususnya dapat menjadikan modal ide pengembangan ekonomi kreatif, tidak hanya pada media batik tapi ke banyak produk seni atau kerajinan lainnya. Dengan adanya ikon sebagai simbol di dalam motif batik dapat mempermudah masyarakat dalam menentukan asal batik dibuat dan terutama dapat mengenal budaya, arsitektur, dan sejarah lebih spesifik dengan melihat ikon motif batik yang dirancang.

Saran untuk penelitian berikutnya adalah selalu berkembang open minded untuk memunculkan ide baru dan tidak terpaku pada satu ide, tetapi harus dapat mengembangkan ke berbagai ide (contohnya untuk memunculkan pola dan mengembangkannya ke berbagai media seni tidak hanya kain dan tidak hanya


(25)

17

untuk kota Solo tetapi kota-kota lain di Indonesia). Pembuatan batik adalah dengan teknik batik tulis dan batik cap, karena setelah masuk ke proses digital, dan output dari batik menggunakan mesin, dapat dikatakan kain batik yang dibuat bukan merupakan kain batik, melainkan tekstil bermotif batik. Masalah yang akan dihadapi untuk perancangan logo apabila ingin diterapkan mendapatkan tantangan yang jauh lebih berat, karena logo yang dirancang harus diupayakan melalui berbagai strategi agar semua masyarakat tau bahwa logo tersebut adalah logo batik khas Solo. Menurut pemerintah, dalam penggunaan logo batik untuk batik yang benar - benar dibuat di Solo oleh seniman Solo dan hanya batik dengan proses 100% malam yang diberi logo, karena batik yang menggunakan printer merupakan tekstik bermotif bukan batik. Melihat hasil pengujian yang berkaitan dengan motif, diharapkan dapat terus dikembangkan produksi batik yang mengandung banyak pesan dari pengrajin khususnya budaya-budaya khas Solo, dan sebisa mungkin menggunakan warna sogan dalam pewarnaan motif batik Solo.

6. Daftar Pustaka

[1] Berita Industri-Membangun Reputasi Batik Lewat Batik

Mark.2013.http://www.kemenperin.go.id (Diakses tanggal 28 Maret 2015)

[2] Apa yang harus anda ketahui tentang Masyarakat Ekonomi

Asean.2014.http://www.bbc.com (Diakses tanggal 2 April 2015)

[3] Hadapi MEA, Kemendag Kembali Dorong Industri Kreatif Kerajinan lewat INACRAFT 2015.2015.http://www.djpen.kemendag.go.id (Diakses tanggal 5 Juni 2015)

[4] Kota Kreatif Ujung Tombak Pengembangan Ekonomi

Kreatif.2013.Puskompublik.http://www.kemenpar.go.id (Diakses tanggal 5 Juni 2015)

[5] Praja, Aksan Sukma.2012.Perancangan Pola Batik Solo dengan Pixel Art.UKSW:DKV FTI.

[6] Sukardhani,Puspita Sari.2011.Visualisasi Ikon Kota Surabaya pada Batik Tulis Surabaya (Analisis Tekstual Batik Tulis Surabaya).UNAIR:Media dan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

[7] Surianto, Rustan.2009.Mendesain Logo.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [8] Wulandari,Ari.2011.Batik Nasional.Yogyakarta:Penerbit Andi.

[9] Sarwono, Jonathan dan Lubis, Hary.2007.Metodologi Desain.Yogyakarta:Penerbit Andi

[10] Afifah, Mahardin Nur Alfifah,2013, ”Solo Dilirik Sebagai Inspirasi Mode Dunia”. Solopos, 31 Agustus 2013.


(1)

12

Gambar 7 Sketsa Kolaborasi Ikon dan Motif Klasik menjadi satu Motif Baru di Media Kain Pada tahap produksi dalam perancangan desain motif batik kontemporer dilakukan dengan bekerjasama dengan pengrajin batik setempat. Berdasarkan tahap sebelumnya, setelah didapat final desain sketsa yang sudah final dan cocok, maka dari sketsa yang sudah terdapat pada kain selanjutnya masuk dalam proses produksi. Proses pertama dilakukan dengan mencanting. Tahap mencanting tema Boyolali dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Hasil Setelah Proses Pencantingan

Pada Gambar 8 dapat dilihat hasil dari sketsa yang telah dicanting dengan menggunakan malam atau lilin. Proses selanjutnya setelah pencantingan dengan malam adalah proses pewarnaan hingga menjadi kain batik siap pakai.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil perancangan logo Batik Solo berupa logogram dengan konsep yang telah dirancang sesuai tahapan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Contoh penerapan logo ke berbagai media dapat dilihat pada Gambar 9.


(2)

13

Gambar 9 Pengaplikasian Logo ke Berbagai Media

Dari hasil logo yang telah dirancang, logo dapat diletakkan pada pojok kanan atas pada media cetak seperti langsung ke kain dengan menggunakan emblem, baliho, MMT, dan billboard. Dengan menggunakan clear area dan contoh logo treatment yang telah diberikan diharapkan penggunaan logo dapat lebih jelas dan lebih terlihat dalam pengaplikasiannya ke berbagai media dengan ukuran terkecil adalah dua sentimeter. Hail perancangan ikon yang diterapkan menjadi motif batik berupa selembar kain batik berukuran dua kali satu meter dengan motif yang baru dengan paduan ikon-ikon khas daerah serta beberapa motif ikon batik klasik. Hasil akhir kain batik dapat dilihat pada Gambar 10.


(3)

14

Gambar 10 Hasil Akhir Motif Batik Kontemporer

Dari hasil perancangan motif batik kontemporer Kota Solo, secara motif menggunakan semua unsur alam yang ada di daerah Solo. Warna tema Boyolali adalah merah muda karena menunjukkan makna damai, manis dan indah. Tema Klaten menggunakan warna ungu untuk menunjukkan kemistisan, kekuatan spiritual serta keajaiban yang diangkat dari cerita Roro Jonggrang dan melambangkan aspirasi dari Sendratari Ramayana. Warna tema Bengawan Solo adalah biru untuk menunjukkan sungai , air, dan keharmonisan alam di daerah Bengawan Solo dan sekitarnya. Warna tema Solo Kota adalah hijau untuk menunjukkan kesuksesan kota Solo yang asri, dan sesuai dengan logo kota Solo yang dominan dengan warna hijau. Beberapa kekurangan mendasar dan pewarna alam yang digunakan dalam proses pewarnaan menjadikan warna sedikit mengalami perubahan, selain itu beberapa sketsa tertutup oleh warna lain yang kurang sesuai.

Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan wawancara langsung ke beberapa target audience untuk menilai logo yang dirancang dan pesan yang ingin disampaikan dari visualisasi desain motif batik yang telah dirancang dapat diterima dan bernilai positif. Penggunaan metode kualitatif dimaksudkan agar pengujian mendapatkan data valid secara mendalam dan terperinci dari setiap koresponden. Pengujian kualitatif dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama adalah pengujian logo batik Solo dan yang kedua adalah pengujian motif batik kontemporer.

Pengujian dilakukan kepada beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM) batik yang ada di Solo, pemerintah kota Solo khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan masyarakat. Pengujian dilakukan juga dengan cara melakukan pameran individu yang diselenggarakan pada tanggal 15 Oktober 2015 di Kantor Fakultas FTI UKSW Salatiga dan dalam The Second Satya Wacana Christian University Research Expo bertemakan Health, Agriculture, Nature, Energy, Industry, and Environtment tanggal 26 hingga 28 Oktober 2015 di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.


(4)

15

Hasil pengujian yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa hasil, pertama dalam pembuatan logo yang dirancang sudah baik, karena menggabungkan semua unsur yang berkenaan dengan batik terutama untuk identitas batik Solo. Pewarnaan sogan yang dipilih juga disetujui oleh koresponden karena menambah nilai kecintaan terhadap kota Solo terhadap logo dan orang awam yang melihat semakin yakin kalau produk yang dibeli asli dari kota Solo. Bagi masyarakat, pemerintah dan para komunitas batik Solo, logo dapat diterapkan kedepannya agar dapat memastikan perspektif dunia bahwa batik merupakan kekayaan tradisional Indonesia khususnya yang berasal dari kota Solo dengan memberikan jaminan mutu, kepercayaan konsumen, perlindungan hukum, dan identitas batik Solo. Para pengrajin batik berharap bila dapat meminimalisasikan pemalsuan produk yang dilakukan oleh negara-negara lain, karena negara-negara lain biasana yang menerima hasil ekspor tanpa identitas apapun kemudian diberi merk, label dan diakui sebagai milik negara lain. Oleh karena itu, perancangan logo yang telah dirancang sangat diterima dan sangat mungkin untuk diaplikasikan.

Hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap motif batik kontemporer Solo adalah motif yang dirancang sangat menggambarkan kota Solo dari segi visualnya sehingga dengan sekali melihat ikon yang terdapat pada motif batik, koresponden dapat melihat identitas kota Solo. Namun dalam segi warna, batik yang dirancang kurang menggambarkan kota Solo. Kota Solo sudah dikenal sekian tahun dengan batik berwarna sogan, sedangkan batik yang dirancang lebih berwarna cerah seperti batik Pekalongan dan Batik Madura.

Pengembangan selanjutnya untuk membuat variasi-variasi lain yang dapat dipakai untuk pakaian, karena untuk perancangan ini, batik yang sudah jadi tidak bisa digunakan selain untuk pajangan, karena bila dipaksakan motif dari kota Solo akan terpotong dan nilai dari ikon Solo yang ingin ditampilkan menjadi hilang. Kain batik yang sudah dirancangdapat menjadi koleksi bagi para kolektor, karena dilihat dari nilai eksklusifitasnya (hanya satu desain dan susah ditiru oleh kompetitor lain). Motif batik yang dirancang juga banyak digemari koresponden yang datang pada saat pameran. Selain mengetahui ikon yang tergambar dalam setiap lembar kain, kearifan lokal dan pesan yang ingin ditampilkan juga sudah terwakili dengan beberapa ikon yang diambil dari masing-masing daerah.

Menurut pemerintah, banyak peluang inovasi dalam menciptakan sebuah batik Solo yang berbasis kekayaan budaya, sejarah, daerah kota. Selain dapat mengenalkan kota Solo ke daerah lain, pembuatan batik sekaligus membanggakan karena banyak generasi muda yang tidak ambil alih dalam pelestarian batik, serta dapat pula menjadi kegiatan eksplorasi terhadap keunikan ikon untuk kemudian dikembangkan menjadi suatu produk baru dan nilai baru.

Melalui hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap responden maka didapatkan hasil analisis bahwa logo dan motif batik yang dirancang memiliki fungsi yang bagus dalam perkembangan dunia batik khususnya dalam perekonomian kreatif sekarang. Logo dapat digunakan sebagai penanda oleh para pengrajin dan pembatik Solo dalam karya yang telah dibuat, sedangkan ikon dan motif baru dapat menambah perspektif orang bahwa batik bukanlah hanya kain, namun mengandung banyak makna di balik proses pembuatannya. Hal ini sesuai


(5)

16

dengan tujuan perancangan yang mau memperkenalkan identitas Solo. Dua kegiatan pameran didokumentasikan pada Gambar 12 berikut.

Gambar 12 Situasi Kedua Pameran

5. Kesimpulan dan Saran

Hasil dari pengujian untuk logo dan motif batik dapat dikatakan membentuk pandangan bahwa kota Solo (city branding) sebagai kota batik. Batik yang menjadi produk khas kota Solo dan merupakan merchandise yang paling dicari orang ketika pergi ke Solo dapat digunakan juga sebagai ruang pamer atau etalase

yang menawarkan Solo dalam ajang pamer budaya dan promosi pariwisata di skala nasional. Kekayaan kearifan lokal yang dimiliki Solo khususnya dapat menjadikan modal ide pengembangan ekonomi kreatif, tidak hanya pada media batik tapi ke banyak produk seni atau kerajinan lainnya. Dengan adanya ikon sebagai simbol di dalam motif batik dapat mempermudah masyarakat dalam menentukan asal batik dibuat dan terutama dapat mengenal budaya, arsitektur, dan sejarah lebih spesifik dengan melihat ikon motif batik yang dirancang.

Saran untuk penelitian berikutnya adalah selalu berkembang open minded

untuk memunculkan ide baru dan tidak terpaku pada satu ide, tetapi harus dapat mengembangkan ke berbagai ide (contohnya untuk memunculkan pola dan mengembangkannya ke berbagai media seni tidak hanya kain dan tidak hanya


(6)

17

untuk kota Solo tetapi kota-kota lain di Indonesia). Pembuatan batik adalah dengan teknik batik tulis dan batik cap, karena setelah masuk ke proses digital, dan output dari batik menggunakan mesin, dapat dikatakan kain batik yang dibuat bukan merupakan kain batik, melainkan tekstil bermotif batik. Masalah yang akan dihadapi untuk perancangan logo apabila ingin diterapkan mendapatkan tantangan yang jauh lebih berat, karena logo yang dirancang harus diupayakan melalui berbagai strategi agar semua masyarakat tau bahwa logo tersebut adalah logo batik khas Solo. Menurut pemerintah, dalam penggunaan logo batik untuk batik yang benar - benar dibuat di Solo oleh seniman Solo dan hanya batik dengan proses 100% malam yang diberi logo, karena batik yang menggunakan printer merupakan tekstik bermotif bukan batik. Melihat hasil pengujian yang berkaitan dengan motif, diharapkan dapat terus dikembangkan produksi batik yang mengandung banyak pesan dari pengrajin khususnya budaya-budaya khas Solo, dan sebisa mungkin menggunakan warna sogan dalam pewarnaan motif batik Solo.

6. Daftar Pustaka

[1] Berita Industri-Membangun Reputasi Batik Lewat Batik Mark.2013.http://www.kemenperin.go.id (Diakses tanggal 28 Maret 2015)

[2] Apa yang harus anda ketahui tentang Masyarakat Ekonomi Asean.2014.http://www.bbc.com (Diakses tanggal 2 April 2015)

[3] Hadapi MEA, Kemendag Kembali Dorong Industri Kreatif Kerajinan lewat INACRAFT 2015.2015.http://www.djpen.kemendag.go.id (Diakses tanggal 5 Juni 2015)

[4] Kota Kreatif Ujung Tombak Pengembangan Ekonomi Kreatif.2013.Puskompublik.http://www.kemenpar.go.id (Diakses tanggal 5 Juni 2015)

[5] Praja, Aksan Sukma.2012.Perancangan Pola Batik Solo dengan Pixel Art.UKSW:DKV FTI.

[6] Sukardhani,Puspita Sari.2011.Visualisasi Ikon Kota Surabaya pada Batik Tulis Surabaya (Analisis Tekstual Batik Tulis Surabaya).UNAIR:Media dan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

[7] Surianto, Rustan.2009.Mendesain Logo.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [8] Wulandari,Ari.2011.Batik Nasional.Yogyakarta:Penerbit Andi.

[9] Sarwono, Jonathan dan Lubis, Hary.2007.Metodologi Desain.Yogyakarta:Penerbit Andi

[10] Afifah, Mahardin Nur Alfifah,2013, ”Solo Dilirik Sebagai Inspirasi Mode Dunia”. Solopos, 31 Agustus 2013.