PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN

BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU Oleh

Dwi Astuti

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa mata pelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya?, (2) Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya?, (3) Bagaimana hubungan antara keterampilan belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning kelas IV SD Negei 1 Sinar Mulya?. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan keterampilan belajar, hasil belajar, dan mengetahui hubungan antara keterampilan belajar dengan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya dengan menggunakan model pembelajaran Problem BasedLearning.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, setiap siklus dua kali pertemuan dan terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, penilaian/pengamatan dan refleksi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasi serial. Hasil penelitian tindakan kelas menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan belajar dan hasil belajar IPA, serta ada hubungan yang kurang erat antara keterampilan belajar dan hasil belajar IPA terhadap siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya.


(2)

(3)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN

BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU ( Skripsi )

Oleh DWI ASTUTI

PROGRAM STUDI PGSD STRATA 1 DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Kerangka Pikir ... 27 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 29


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1.Teori Belajar dan Pembelajaran ... 10

2.1.1 Teori Belajar... 10

2.1.2 Teori Belajar Kognitif ... 11

2.1.3 Pembelajaran Menurut Suherman (2008:1) ... 12

2.2. Keterampialan Belajar ... 14

2.3. Hasil Belajar ... 16

2.4. Materi Pembelajaran IPA ... 19

2.5. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 20

2.6. Penelitian yang Relevan ... 26

2.7. Kerangka Pikir ... 27


(6)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Setting Penelitian ... 29

3.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.2. Subjek Penelitian ... 31

3.3. Sumber Data ... 31

3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 32

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.4.2. Alat Pengumpulan Data ... 35

3.5. Teknik Analisis Data ... 35

3.6. Indikator Keberhasilan ... 39

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ... 40

B. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ... 42

1. Siklus I ... 43

1.a. Siklus I Pertemuan Kesatu ... 43

1.b. Siklus I Pertemuan Kedua ... 47

2. Sklus II ... 52

2.a. Siklus II Pertemuan Kesatu ... 52

2.b. Siklus II Pertemuan Kedua ... 58

3. Siklus III ... 63

3.a. Siklus III Pertemuan Kesatu ... 63

3.b. Siklus III Pertemuan Kedua ... 69

4. Hasil Rekapitulasi Ketiga Siklus ... 75


(7)

4.b. Rekapitulasi Hasil Belajar Ketiga Siklus ... 75 5. Hubungan antara Keterampilan Belajar dengan Hasil

Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA ... 76 C. Pembahasan ... 78 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 81 B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

A. Perangkat Pembelajaran ... 83 B. Hasil observasi ... 147


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1.Nilai Ulangan Harian Bidang Studi IPA Kelas IV SD Negeri 1 Sinar

Mulya Kecamatan Banyumas Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 5

3.2. Lembar Pengamatan Keterampilan Siswa ... 33

3.3. Lembar Observasi Keterampilan Belajar Siswa ... 36

3.4. Lembar Data Perolehan Hasil Belajar Siswa ... 38

4.1. Data Keadaan Guru dan Staf SDN 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu ... 41

4.2. Data Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2013 ... 42

4.3. Persentase Keterampilan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perubahan Energy Gerak Yang Terjadi Pada Pesawat Terbang Sederhana Siklus I Pertemuan Kesatu... 45

4.4. Persentase Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perubahan Energy Gerak Yang Terjadi Pada Pesawat Terbang Sederhana Siklus I Pertemuan Kesatu ... 46

4.5. Persentase Keterampilan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perubahan Energy Gerak Yang Terjadi Pada roket tekan siklus I Pertemuan Kedua ... 50

4.6. Persentase Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perubahan Energy Gerak Yang Terjadi Pada roket tekan siklus I Pertemuan Kedua ... 51

4.7. Persentase Keterampilan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perubahan Energy Bunyi Yang Terjadi Pada Terompet Sederhana siklus II Pertemuan Kesatu ... 55

4.8. Persentase Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perubahan Energy Bunyi Yang Terjadi Pada Terompet Sederhana siklus II Pertemuan Kesatu... 56 4.9. Persentase Keterampilan Belajar Siswa Pembelajaran Perubahan


(9)

Energy Bunyi Yang Terjadi pada Terompet dari Janur Siklus II

Pertemuan Kedua ... 61 4.10. Persentase Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Perubahan Energy

Bunyi Yang Terjadi pada Terompet dari Janur Siklus II Pertemuan Kedua ... 62 4.11. Persentase Keterampilan Belajar Siswa dalam Pembelajaran

perubahan kenampakan bumi terjadinya erosi pada lereng gunung siklus III Pertemuan Kesatu ... 66

4.12. Persentase Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran perubahan kenampakan bumi terjadinya erosi pada lereng gunung siklus III Pertemuan Kesatu ... 67 4.13. Persentase Keterampilan Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Sengkedan Mencegah Terjadinya Erosi Siklus III Pertemuan

Kedua ... 72 4.14. Persentase Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran sengkedan

mencegah terjadinya erosi Siklus III Pertemuan Kedua ... 73 4.15. Nilai Rata – rata Hasil Keterampilan Belajar Ketiga Siklus

Berdasarkan Kategori... 75 4.16. Nilai Rata – rata Hasil Belajar Ketiga Siklus Berdasarkan

Kategori... 75 4.17. Nilai Rata-rata Keterampilan Belajar dan Hasil Belajar Setiap

Siswa pada Setiap Siklus ... 76 4.18. Hubungan antara Ketetampilan Belajar dengan Hasil Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Sinar

Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu ... 77 4.19. Tabel Kerja Untuk Mencari Korelasi Serial ... 77


(10)

(11)

(12)

(13)

Moto

Di belakangku ada kekuatan tak terbatas,

di depanku ada kemungkinan tak berakhir,

di sekelilingku ada kesempatan tak terhitung.


(14)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini dengan kesungguhan hati

sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada: Ibu ku tercinta yang telah membesarkan, mendidik, selalu memberikan doa, semangat serta nasehat, dan

yang tak pernah berhenti mencurahkan kasih sayangnya dan pengorbanannya dengan tulus ikhlas

demi kebahagiaan dan keberhasilanku

Almarhum bapak yang menjadi motivasiku untuk maju Seluruh keluarga besarku yang turut mendoakan

keberhasilanku

Para guru dan dosen yang dengan tulus ikhlas dan sabar dalam mendidik dan memberikan ilmunya

kepadaku.


(15)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “ Peningkatan Keterampilan Belajar dan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu “ adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth:

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Universitas Lampung. dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Laporan Tugas Akhir.

3. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi S.1 PGSD Universitas Lampung.


(16)

5. Dra. Rini Asnawati, M.Pd. selaku Dosen Pembahas Penyusunan Laporan Tugas Akhir.

6. Dosen Pengajar Program S.1 PGSD dalam Jabatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Suparjan, A.Ma.Pd. selaku Kepala Sekolah sebagai tempat penelitian.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan sempga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermafaat bagi kita semua. Amin.

Sinar Mulya, Juli 2014 Penulis


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas, pada tanggal 24 Juli 1989, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ibu Saryanti dan Bapak Sukiman (alm).

Pendidikan Taman kanak – kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Banyuwangi diselesaiakn tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Banyumas pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Sukoharjo pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas (SMA) SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2008.

Penulis bekerja sebagai tenaga Guru SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu sejak tahun 2008 sampai sekarang. Pada tahun 2011, penulis tercatat sebagai mahasiswa PGSD S.1 dalam Jabatan FKIP UNILA hingga saat ini.


(18)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pada pelaksanaan dan segala kegiatan pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seyogyanya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan.


(19)

2

Usaha meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus melakukan kegiatan belajar mengajar dibina oleh sumber belajar yang bertugas untuk menyampaikan berbagai materi pelajaran, serta bertanggung jawab terhadap moralitas dan mentalitas bagi setiap peserta didik. Pelaksanaan kegiatan belajar akan dapat tercapai dengan baik. Dari penjelasan di atas, maka penulis berasumsi bahwa di dalam proses belajar mengajar sering dijumpai siswa yang mengalami berbagai masalah belajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah.

Proses pembelajaran adalah kegiatan penyediaan kondisi yang mengarahkan kegiatan belajar siswa atau subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi. Konsep pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Tetapi karena pola yang dipakai guru selama ini di kelas masih bersifat pengajaran dan belum membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswa, hendaknya guru menggunakan model pembelajaran yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar agar proses pembelajaran IPA lebih bermakna. Pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan belajar. Keterampilan belajar biasa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi atau kerja kelompok karena pada saat itulah berlangsung kerjasama sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Dengan demikian, tugas guru adalah


(20)

3

membangkitkan semangat belajar siswa dan meningkatkan partisipasi mereka dengan cara menciptakan suasana belajar yang dinamis, harmonis, menarik dan menciptakan komunikasi dua arah. Guru harus bertindak sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Oleh karena itu, apabila guru mengajar tanpa memperhatikan kemampuan siswa sebelum materi diajarkan, guru tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar dan hanya sebagian siswa yang mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Kurang tepat dalam memilih model pembelajaran yang digunakan akan berdampak pada sulitnya peserta didik menguasai konsep/pelajaran, sama halnya dengan IPA. Jika dalam penguasaan konsep IPA terhambat akan berpengaruh terhadap konsep selanjutnya, karena IPA merupakan ilmu terstruktur. Agar konsep-konsep IPA dapat dikuasai siswa dengan optimal, guru harus mampu mengaktifkan siswa dalam pembalajaran. Guru harus mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam dan menyenangkan serta efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya peningkatan mutu pendidikan IPA masih terus diupayakan. Salah satu indikator mutu pendidikan IPA tergolong memprihatinkan ditandai dengan nilai rata-rata IPA siswa di sekolah yang masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai pelajaran lainnya. IPA merupakan salah satu di antara mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan jumlah jam pelajaran yang lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Ironisnya IPA, termasuk pelajaran yang tidak disukai.


(21)

4

Banyak siswa yang takut akan pelajaran IPA karena menurut mereka IPA itu suatu pelajaran yang sulit dipahami dan membosankan. Permasalahan lain yang sering terjadi adalah gaya mengajar guru. Guru IPA saat ini cenderung kurang bervariasi dalam mengajar, latihan dan umpan balik yang diberikan kurang bermakna. Padahal guru merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan prestasi belajar siswa bahkan merupakan pusat aktivitas di kelas. Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat. Guru harus mempunyai strategi agar pembelajaran menjadi menarik dan siswa dapat belajar secara efektif.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama mengajar di SD Negeri 1 Sinar Mulya diperoleh data bahwa hasil belajar IPA rendah. Hal ini diduga karena perencanaan dan implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPA masih didominasi dengan metode ceramah. Meskipun banyak siswa yang belum memahami konsep yang dipelajari namun guru terus melanjutkan materi tanpa memperhatikan kondisi siswa, guru hanya berpikir pemenuhan target kurikulum. Akibatnya pelajaran IPA menjadi tidak menarik, tidak disenangi, dan dengan sendirinya pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit dan ditakuti oleh siswa. Sebagai konsekuensinya, pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan harapan. Permasalahan ini perlu adanya solusi yaitu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA, salah satunya adalah model pembelajaran.

Tabel 1.1: Nilai Ulangan Harian Bidang Studi IPA Kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu TA 2012/2013


(22)

5

Sumber : Guru Bidang Studi IPA SD Negeri 1 Sinar Mulya 2012/2013

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai pelajaran IPA tahun ajaran 2013/2014 sebagian besar siswa tidak tuntas, karena dari 29 siswa yang termasuk nilai kategori tuntas adalah 9 siswa (31,03 %) dan yang termasuk nilai kategori tidak tuntas adalah 20 siswa (68,97 %) dengan KKM= 65

Dari uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan belajar siswa melalui model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar IPA.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap kegiatan pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten

No Rentang Nilai

Jumlah Siswa

Persentase Kategori KKM

1 0 - 64 20 68,97 %

Tidak Tuntas

65

2 65 - 100 9 31,03 % Tuntas


(23)

6

Pringsewu, diperoleh data bahwa hasil belajar IPA siswa sangat rendah, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Keterampilan belajar rendah disebabkan model pembelajaran yang dilaksanakan lebih dominan guru, sehingga kurang memberi kesempatan siswa untuk diskusi saat belajar.

2. Guru kurang membangkitkan semangat belajar siswa dan meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

3. Pembelajaran yang monoton mengakibatkan siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

4. Guru dalam proses pembelajaran masih bersifat pengajaran dan belum membelajarkan siswa.

5. Guru dalam proses pembelajaran kurang menguasai terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan di kelas.

1.3. Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah dan dirumuskan masalah yang ada yaitu :

“masih rendahnya keterampilan belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas IV

SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu”. Atas dasar hal tersebut, maka permasalahan yang diajukan adalah :

1. Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa mata pelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu?


(24)

7

2. Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu? 3. Bagaimana hubungan antara keterampilan belajar dengan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning kelas IV SD Negei 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu?

Dengan demikian, judul penelitian ini adalah ::

“Peningkatan Keterampilan Belajar dan Hasil Belajar IPA dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten

Pringsewu”.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai adalah untuk:

1. Meningkatkan keterampilan belajar IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

2. Meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.


(25)

8

3. Mengetahui hubungan antara keterampilan belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:

1. Bagi Siswa :

1. Meningkatkan keterampilan belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

2. Memberikan pengalaman belajar siswa sehingga menjadikan siswa lebih aktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran IPA.

2. Bagi Guru :

1. Memberikan wawasan dan pengalaman untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

2. Menjadi informasi baru bagi guru sebagai pertimbangan dalam menggunakan model pembelajaran dan untuk dapat mengembangkan kreatifitasnya di dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah :

1. Memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Sinar Mulya kecamatan banyumas kabupaten pringsewu.


(26)

9

2. Melalui Penelitian Tindakan Kelas ini, pihak sekolah mendapat masukan baru untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.


(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Belajar dan Pembelajaran 1.1.1 Teori Belajar

Istilah belajar merujuk pada kegiatan dan peranan peserta didik yang menerima pelajaran yang artinya suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh suatu pengetahuan atau ketrampilan melalui berfikir. Terdapat berbagai definisi mengenai pengertian belajar yang berbeda antara yang satu dengan yang lain bergantung dari sudut pandangnya.

Secara psikologis pengertian belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar adalah sesuatu yang sangat luas sebab belajar memiliki pengertian dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Slameto (2010 : 2) ” Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Sejalan dengan pendapat

Usman (2010 : 5) bahwa ” Belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah

laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu

dengan lingkungannya.” Sementara Siregar dan Hartini (2010 : 5)


(28)

11

berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan

perubahan yang bersifat relatif konstan ”. Selain itu Sanjaya (2006 : 112) menyatakan bahwa ” Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku

sebagai akibat dari pengalaman dan latihan ”.

Menurut Piaget, belajar merupakan proses asimilasi dan atau akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi adalah terpadunya informasi dan pengalaman baru ke dalam struktur mental (Scheme). Asimilasi dapat terjadi jika informasi baru yang diterima anak sesuai dengan struktur mental anak. Jika informasi atau pengalaman baru yang diterima anak tidak cocok dengan struktur mental yang telah dimiliki anak sebelumnya, maka struktur mental dapat mengalami akomodasi. Akomodasi yaitu perubahan pikiran sebagai suatu akibat adanya informasi dan pengalaman baru. Ada kalanya informasi baru yang diterima anak itu bertentangan dengan struktur mental yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga dalam struktur mental anak itu terjadi disekuliberasi (ketidakseimbangan). Dalam kondisi inipun perlu adanya akomodasi dalam scheme anak, yang selanjutnya dapat diikuti dengan asimilasi.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya, serta perubahan pikiran sebagai suatu akibat adanya informasi dan pengalaman baru.

1.1.2 Teori Belajar Kognitif

Menurut teori belajar kognitif belajar merupakan satu proses terpadu yang berlangsung di dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan struktur kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama (Asra dan Sumiati, 2007: 47). Memperoleh pemahaman berarti menangkap makna suatu subjek yang dihadapi. Sedangkan struktur kognitif adalah persepsi atau tanggapan seseorang tentang keadaan dalam lingkungan sekitarnya.


(29)

12

Menurut Slameto dalam Djamarah (2008: 13) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya. Dari pendapat tersebut belajar merupakan interaksi pengalaman yang dapat membawa sikap seseorang ke arah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa keterampilan belajar di dalam kelas maupun pengetahuan baru yang didapat siswa. (http://biologilestari.blogspot.com/2013/03/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html/). (diunduh tanggal 4 April 2014)

Belajar merupakan transfer pengetahuan dengan tujuan bahwa siswa setalah memperoleh pembelajaran yang baru dapat pandangan luas. Mampu mengembangkan pengetahuan yang telah didapatkan, sehingga belajar yang dialami siswa bermanfaat bagi dirinya dan orang disekitarnya. Dalam proses belajar terdapat unsur penting yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan dari belajar, yaitu:

1) Pengalaman belajar yang dimiliki sebelum melakukan proses belajar 2) Situasi lingkungan yang memberi rangsangan untuk terjadinya proses

belajar

3) Respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan tersebut (Asra dan Sumiati, 2007).

1.1.3 Pembelajaran Menurut Suherman (2008 : 1)

Konsep pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Siswa dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui indikator keterampilan yang dilakukannya yaitu ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas,


(30)

13

hasil tugas yang dihasilkan, daya serap siswa dalam mengerjakan tugas sesuai atau tidak dengan perintah guru, dan sebaliknya siswa dalam kondisi tidak belajar adalah kontradiksi dari keterampilan tersebut, mereka hanya berdiam diri, pasif, atau menghindar.

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan ajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.

Menurut Bistari (2006 : 2), “pembelajaran adalah pembentukan diri

siswa untuk menuju pada pembangunan manusia seutuhnya, jadi tidak melalui trial and error”. Sehingga pembelajaran merupakan proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber atau fasilitas dan teman sesama dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan sehingga membentuk manusia seutuhnya.

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran, pembentukan diri siswa untuk menuju pada pembangunan manusia seutuhnya. pembelajaran merupakan proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber atau fasilitas dan teman sesama dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan sehingga membentuk manusia seutuhnya. Pembelajaran sebuah proses, keterampilan belajar yang dirancang dalam proses pembelajaran dan dilakukan secara sadar oleh seseorang baik fisik, mental (pikiran), maupun emosional dan mengakibatkan perubahan dalam diri orang yang belajar berupa


(31)

14

penambahan pengetahuan atau keterampilan, serta terjadi perubahan kebiasaan dan tingkah laku kearah positif.

2.2. Keterampilan Belajar

Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan (acquired skills) oleh seorang individu melalui proses latihan yang berkesinambungan dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun psikomotorik, sehingga setiap individu dilatih untuk mengembangkan gaya dan karakteristik belajarnya sendiri dan bukan dipaksa untuk mengikuti gaya belajar one size fits for all (satu cara yang sama untuk semua orang). Secara umum keterampilan belajar menitik beratkan pada strategi pembelajaran untuk membantu peserta didik menjadi lebih baik dan lebih mandiri dalam belajar. Peserta didik akan belajar bagaimana mengembangkan dan menerapkan belajar, keterampilan manajemen pribadi, dan interpersonal dan keterampilan kerja sama tim untuk meningkatkan pembelajaran dan prestasi di sekolah. Program pembelajaran ini membantu siswa untuk membangun kepercayaan diri dan motivasi untuk mengejar peluang untuk sukses di sekolah menengah dan jenjang pendidikan selanjutnya.

Merujuk pada pengertian keterampilan belajar itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat keterampilan belajar meliputi empat unsur utama yaitu:

1. Transformasi Persepsi Belajar

Dalam berbagai hal guna meningkatkan keahlian belajar dalam basic skills (membaca, menulis dan mendengar) ataupun dalam menangani rasa


(32)

15

takutdan kecemasan. Transformasi ini tidak hanya melatih kemampuan kognitif saja akan tetapi juga meliputi domain afektif dan psikomotorik dari setiap orang. Sehingga mampu menunjukkan pemahaman tentang keterampilan dan strategi belajar yang diperlukan untuk sukses di sekolah. 2. Keterampilan Manajemen Pribadi

Kemampuan menerapkan pengetahuan keterampilan belajar dan kekuatan (potensi) belajar yang dimilikinya untuk mengembangkan strategi guna memaksimalkan dan meningkatkan pembelajaran sehingga dapat meraih kesuksesan belajar disekolah menengah.

3. Interpersonal dan Keterampilan Kerjasama Tim

Kemampuan mengidentifikasi danmenjelaskan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam hubungan interpersonal dan kerjasama tim. Selain itu, juga menunjukkan kemampuan yang tepat untuk menerapkan keterampilan interpersonal dan kerjasama tim dalam berbagai lingkungan belajar.

4. Kesempatan Eksplorasi

Mengembangkan portofolio dokumen yang terkait dengan penilaian diri, penelitian, dan ekplorasi karir yang diperlukan untuk merencanakan jalur untuk keberhasilan sekolah menengah. Keempat unsur itu merupakan ciri keterampilan belajar yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran keterampilan belajar keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses internalisasi keterampilan belajar didalam sikap belajarnya secara utuh dan sempurna sehingga dapat mengurangi kemungkinan kebuntuan


(33)

16

dalambelajar(learningshutdown).(http://goenable.wordpress.com/2012/01/0 5/keterampilan keterampilan-belajar/). (diunduh tanggal 4 April 2014).

Adapun indikator keterampilan belajar adalah sebagai berikut :

A.Kesesuaian dalam mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang sedang dibahas

1. Kurang Sesuai 2. Sesuai

3. Sangat Sesuai

B.Dalam melakukan percobaan sesuai atau tidak dengan perintah guru 1.Kurang Sesuai

2.Sesuai 3.Sangat Sesuai

C.Hasil karya yang dihasilkan 1.Kurang Sesuai

2.Sesuai

3.Sangat Sesuai

2.3. Hasil Belajar

Belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.


(34)

17

Dimyati dan Mudjiono (2006: 26-27) menyebutkan ada enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan - kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Agar siswa dapat meraih hasil belajar yang diharapkan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua


(35)

18

yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam hal ini Slameto (2010 : 54-71) menguraikan faktor-faktor itu sebagai berikut :

a. Faktor internal adalah faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar, meliputi :

1) Faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)

2) Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan)

3) Faktor kelelahan

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu, meliputi :

1) Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan).

2) Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah).

3) Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Selain itu menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 239-253) menyebutkan bahwa :

”faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal meliputi : sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Sedangkan faktor eksternal meliputi : guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial

siswa di sekolah dan kurikulum sekolah”.

Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal antara lain motivasi belajar siswa. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa akan rendah. Untuk itu motivasi belajar siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana


(36)

19

belajar yang menggembirakan. Sedangkan faktor eksternal antara lain model pembelajaran yang digunakan oleh guru di dalam proses belajar mengajar. Pada proses belajar mengajar, suatu model pembelajaran belum tentu cocok untuk setiap pokok bahasan yang ada. Pemilihan model yang tepat sangatlah penting disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, materi pelajaran, lingkungan dan fasilitas yang tersedia. Adanya penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan siswa dapat belajar dengan baik dan siswa dapat dengan mudah menerima informasi yang diberikan oleh guru sehingga hasil belajarnya pun lebih baik. Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning.

2.4. Materi Pembelajaran IPA

Mata pelajaran IPA kelas IV semester genap terdiri dari : A. Energy dan perubahannya, dengan rincian sebagai berikut :

1. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.

2. Memahami berbagai bentuk energy dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari.

B. Bumi dan alam semesta, dengan rincian sebagai berikut :

1. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan langit. 2. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap


(37)

20

3. Memahami hubungan antar sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.(Untuk lebih lengkapnya materi pelajaran IPA kelas IV semester genap lihat dilampiran 1)

2.5. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) akan dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan mengatasi masalah, mempelajari peran – peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar mandiri (Arends, 2007).

Pembelajaran problem based learning (PBL) membahas situasi kehidupan yang ada di sekitar dengan penyelesaian yang tidak sederhana. Peran guru dalam PBL adalah menyodorkan berbagai masalah autentik atau memfasilitasi peserta didik untuk mengidentifikasi permasalahan autentik, memfasilitasi penyelidikan, dan mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan – pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari – hari. Permasalahan harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum mata pelajaran. Sebuah permasahan pada umumnya diselesaikan dalam beberapa kali pertemuan karena merupakan permasalahan multikonsep, bahkan merupakan masalah multidisiplin ilmu.


(38)

21

Model pembelajaran ini tepat digunakan pada kelas yang kretif, peserta didik yang berpotensi akademik tinggi, namun kurang cocok diterapkan pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial. Model ini sangat berpotensi untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.

Adapun variasi tahapan pelaksanaan PBL menurut Ridwan (2013: 141) adalah sebagai berikut :

a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan meyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

b. Guru menjelaskan logistic yang dibutuhakn, prosedur yang harus dilakukan, dan memotovasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

c. Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

d. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

e. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. f. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap eksperimen dan proses - proses yang mereka gunakan.

Variasi tahapan PBL yang dikembangkan oleh Moust dan kawan – kawan adalah : 1) mengklarifikasi konsep yang belum jelas, 2) mendefinisikan permasalahan, 3) menganalisis permasalahan, 3) diskusi, 4) merumuskan tujuan belajar, 5) belajar mandiri, 6) evaluasi.

Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan ketrampilan intelektual.


(39)

22

2. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran melalui pengalaman nyata atau simulasi sehingga ia dapat mandiri.

Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan

Pengaturan pembelajaran masalah berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Autentik yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

b) Jelas yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

c) Mudah dipahami yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

d) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

e) Bermanfaat yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru


(40)

23

sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

2. Keterkaitan dengan Berbagai Masalah Disiplin Ilmu

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.

3. Penyelidikan yang Autentik

Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan dan menggambarkan hasil akhir.

4. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/Karya

Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya.

5. Kolaborasi

Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa , baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antar siswa dengan guru.


(41)

24

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima langkah

utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi

masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang

dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya

Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses – proses pada saat pembelajaran yang mereka gunakan.(http://massofa.Wordpress.com/2013/05/27/modelpembelajaranberb asismasalahproblembasedlearning/).(diunduh tanggal l5 April 2014)


(42)

25

Kendala-kendala dalam Pembelajaran Melalui Model Problem Based Learning

Menerapkan pembelajaran melalui tahapan model PBL tidak terlepas dari kendala-kendala yang menghambat berjalannya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dan siswa. Kendala-kendala tersebut dilihat dari hasil wawancara dengan guru dan siswa serta hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yang diantaranya meliputi :

1. Pada saat pembelajaran melalui tahapan PBL, guru merasa kesulitan dalam mengorganisir waktu. Hal ini diantisipasi dengan pengaturan waktu yang dicantumkan dalam rencana pembelajaran, selain itu guru perlu membiasakan diri dalam pengaturan waktu secara konsisten dengan menyusun rencana pembelajaran yang sebelumnya masih jarang diterapkan oleh guru.

2. Dalam melaksanakan tahapan kegiatan praktikum masih dihadapi dengan kendala keterbatasan alat-alat praktikum, kemudian dalam pelaksanaannya praktikum dilaksanakan secara bergantian. Hal ini berdampak pada waktu yang diperlukan dalam kegiatan praktikum memerlukan waktu yang cukup lama.

3. Pada tahapan presentasi hasil praktikum, siswa masih kurang terbiasa tampil menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Siswa masih canggung dalam melaksanakan presentasi sehingga kurang tercipta suasana diskusi antar siswa. Dalam pelaksanannya, hal ini terus ditingkatkan melalui bimbingan guru dalam setiap siklusnya serta penerapan secara bertahap untuk melatih keberanian siswa.


(43)

26

2.6. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh : 1. Toha Nasruddin (2010) “ Penerapan Model Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XB MAN Tempel Yogyakarta Pada Pokok

Bahasan Keanekaragaman Hayati “ Penelitian yang dilakukan

mengalami peningkatan pada partisipasi dan prestasi belajar siswa kelas X B MAN Tempel Yogyakarta pada pokok bahasan keanekaragaman hayati dengan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkat dengan baik.

2. Ade Gafar Abdullah dan Taufik Ridwan (2008) “ Implementasi Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Di BPTP Terhadap Siswa SMKN 4 Bandung Kelas XI F Pada Program Diklat

Mp2dtr “. Penelitian yang dilakukan mengalami peningkatan dengan

hasil penilaian aspek psikomotor menunjukkan kategori cukup terampil pada siklus I meningkat menjadi kategori terampil pada siklus II dan siklus III dan hasil penilaian aspek afektif pada ketiga siklus menunjukkan kategori netral dengan peningkatan nilai IPK pada setiap siklusnya.(http://www.dlsweb.rmit.edu.au/eng/beng0001/LEARNINht m/). (diunduh tanggal 7 April 2014).


(44)

27

2.7.Kerangka Pikir

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang diterapkan untuk menghadapi siswa yang memiliki kemampuan heterogen. Pada pembelajaran Problem Based Learning siswa dalam satu kelas di bagi menjadi 5 atau 6 kelompok. Model pembelajaran Problem Based Learning menuntun agar guru mudah memantau siswa, selain itu dalam belajar IPA, model pembelajaran Problem Based Learning dapat membangun keterampilan belajar dan hasil belajar siswa.

Atas dasar teori dan konsep pembelajaran Problem Based Learning maka dapat disusun kerangka pikir penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas

Guru/Peneliti Belum memanfaatkan model pembelajaran Problem Based Learning (X) Siswa/yang diteliti keterampilan/hasil belajar IPA (x) rendah

Memanfaatkan model pembelajaran Problem Based Learning

Siklus I Guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa melihat dan diskusi kelompok

Diduga melalui pemanfaatan modelpembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan belajar dan hasil belajar IPA

Siklus II

Gurumenggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa mengikuti,diskusi dan mencoba dalam kelompoknya Kondisi akhir Tindaka n

Siklus III Guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa mengikuti ,mencoba, dan menyajikan hasil diskusi didepan kelas


(45)

28

2.8.Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir penelitian, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1) Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

2) Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

3) Ada hubungan antara keterampilan belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.


(46)

29

III. METODE PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian

1.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu semester genap tahun ajaran 2013/2014. Pemilihan tempat penelitian ini berdasarkan pertimbangan sebagai tempat peneliti bertugas. Selain itu, peneliti telah memahami situasi dan kondisi dalam proses pembelajaran yang berlangsung selama ini dan sebagai upaya perbaikan serta evaluasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) mengabdosi model Hopkins dalam Aqib (2007: 93) yang dinamakan Spiral Tindakan Kelas.

Penelitian tindakan kelas ini menurut Hopkins terdiri dari empat tahap, sebagai berikut:

Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas, diadopsi oleh peneliti dari Aqib (2007: 93)


(47)

30

1. Perencanaan

1) Tahap pra penelitian

Tahap ini dilakukan dengan memberikan tes awal pada materi sebelum dilakukan penelitian. Kemudian dilakukan pembentukan kelompok berdasarkan skor yang diperoleh.

2) Tahap pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:

a. Membuat rancangan pembelajaran yang akan diterapkan.

b. Menyusun scenario pembelajaran menggunakan pembelajaran kerja kelompok sesuai dengan materi yang akan diberikan.

c. Membuat laporan kegiatan siswa yang akan diberikan kepada siswa saat belajar dalam kelompok.

d. Mempersiapkan lembar observasi keterampilan belajar siswa. 2. Pelaksanaan

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu: a. Penyajian materi

Penyajian materi secara garis besar. b. Belajar kelompok

Membagikan lembar kegiatan pada masing-masing kelompok yang membantu siswa dalam menyelesaikan pertanyaan yang harus dijawab pada lembar kegiatan.

c. Memberikan tes individual untuk mengetahui peningkatan hasil belajar individu. Tes dalam bentuk hasil belajar.


(48)

31

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan sejak proses pembelajaran mulai berlangsung di kelas dengan menggunakan lembar observasi keterampilan guru diamati oleh guru mitra.

4. Refleksi

Meliputi kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Hasil relfeksi dapat dijadikan catatan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya.

1.2.Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksankaan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara 1 peneliti dan satu guru mitra sebagai observer untuk menilai dan mengamati keterampilan siswa dan aktivitas guru peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran.

1.3.Sumber Data

Data yang diperoleh setelah diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data kualitatif yang terdiri atas:

a) Data keterampilan siswa dari setiap siklus selama pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kerja kelompok.


(49)

32

b) Data hasil observasi pengamatan guru mitra dalam mengamati tindakan peneliti pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus I sampai III.

2. Data kuantitatif yang terdiri dari hasil tes belajar siswa berupa nilai tes pada akhir setiap siklus I sampai III, nilai lembar kerja siswa, dan nilai kerja kelompok pada siklus pertama sampai tiga.

3.4.Teknik dan Alat Pengumpulan Data 3.4.1.Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu: 1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik, gejala-gejala yang diselidiki (Sanjaya, 2006: 18). Observasi dilakukan untuk mengamati keterampilan belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda ceklis pada lembar observasi yang telah disiapkan peneliti, sehingga peneliti dapat mengetahui kesesuaian suatu perencanaan dan pelaksanaan.

a. Data Keterampilan Siswa

Data keterampilan siswa diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati keterampilan yang dilakukan siswa yang terdapat dalam lembar observasi. Dalam penelitian ini, lembar observasi keterampilan siswa diamati oleh observer.


(50)

33

No Nama

Kelompok

Nama Siswa

Aspek Keterampilan Belajar yang Diamati

A B C

1 Kelompok 1 2 3 4 5 1 Kelompok 2 2 3 4 5 1 Kelompok 3 2 3 4 5 1 Kelompok 4 2 3 4 5 1 Kelompok 5 2 3 4 5 1 Kelompok 6 2 3 4 Keterangan:

A.Kesesuaian dalam mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang sedang dibahas

1. Kurang Sesuai 2. Sesuai

3. Sangat Sesuai

B. Dalam melakukan percobaan sesuai atau tidak dengan perintah guru

1. Kurang Sesuai 2. Sesuai

3. Sangat Sesuai

C.Hasil karya yang dihasilkan 1. Kurang Sesuai

2. Sesuai


(51)

34

Aspek dan indikator penilaian kegiatan belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah:

a. Interaksi siswa dengan guru selama proses pembelajaran dengan indikator melaksanakan instruksi/perintah guru, dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.

b. Interaksi antar sesama siswa selama proses pembelajaran dengan indikator mensharing informasi kepada rekan mereka, dan mensharing hasil kerjanya dalam kelompok.

c. Keterampilan belajar siswa dengan indikator Kesesuaian dalam mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang sedang dibahas, dalam melakukan percobaan sesuai atau tidak dengan perintah guru, dan hasil karya yang dihasilkan.

2. Tes

Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Teknik tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan/kompetensi pada siswa. Tes ini diberikan setelah selesai proses pembelajaran dan diberikan secara tertulis/lisan. a.Data Hasil Belajar

Data hasil belajar siswa diperoleh melalui ranah kognitif berupa soal-soal evaluasi yang mewakili tiap-tiap indikator atau kompetensi dengan tingkat kesukaran yang bervariasi.


(52)

35

3.4.2. Alat Pengumpulan Data

1) Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa lembar observasi karena teknik yang digunakan yaitu tes chek list untuk mengatahui hasil keterampilan belajar.

2) Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa butir soal karena teknik yang digunakan yaitu tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar.

3.5. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dari hasil penelitian, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui keterampilan belajar dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Basid Learning pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya kecamatan Banyumas kabupaten Pringsewu. Teknik analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a) Keterampilan belajar

Dalam pengumpulan data keterampilan siswa selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keterampilan siswa. Data keterampilan diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan tujuan pembelajaran. Data nilai keterampilan siswa dari setiap siklus akan dianalisis sebagai berikut:


(53)

36

Tabel 3.3. : Lembar Observasi Keterampilan Belajar Siswa

No Nama

Kelompok

Nama Siswa

Aspek Keterampilan Belajar yang Diamati

A B C

1 Kelompok 1 2 3 4 5 1 Kelompok 2 2 3 4 5 1 Kelompok 3 2 3 4 5 1 Kelompok 4 2 3 4 5 1 Kelompok 5 2 3 4 5 1 Kelompok 6 2 3 4 Keterangan:

A.Kesesuaian dalam mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang sedang dibahas

1. Kurang Sesuai 2. Sesuai

3. Sangat Sesuai

B. Dalam melakukan percobaan sesuai atau tidak dengan perintah guru

1. Kurang Sesuai 2. Sesuai

3. Sangat Sesuai

C.Hasil karya yang dihasilkan 1. Kurang Sesuai

2. Sesuai


(54)

37

Proses analisis untuk data keterampilan belajar siswa:

(1) Hitung skor yang diperoleh dari masing - masing siswa yaitu jumlah skor dari setiap aspek keterampilan belajar pada setiap pertemuan. (2) Hitung rata – rata skor keterampilan belajar siswa pada setiap siklus. (3) Hitung rata – rata skor keterampilan belajar untuk setiap siswa pada

setiap siklus dengan rumus sebagai berikut: i =

Keterangan: i = interval NT = Nilai Tinggi NR = Nilai Rendah K = Kategori

(4) Buatlah hasil pada poin tiga antara siklus I, II, dan III. (5) Kriteria Penilaian

a) Terjadi peningkatan keterampilan belajar siswa dari siklus I ke siklus II, jika skor rata - rata keterampilan belajar siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan dengan siklus I.

b) Terjadi peningkatan keterampilan belajar siswa dari siklus II ke siklus III, jika skor rata - rata keterampilan belajar siswa pada siklus III lebih tinggi dibandingkan dengan siklus II.

(b) Nilai Hasil Belajar Siswa Nilai siswa =


(55)

38

Tabel 3.4. Lembar data perolehan hasil belajar siswa

No Nama Soal Skor Kategori

1 2 3 1

2 3

Jumlah skor Skor

maksimum Nilai rata-rata

Kriteria penilaian menurut Arikunto (2011: 245) untuk kategori rata-rata pencapaian hasil belajar siswa sebagai berikut:

Bila nilai siswa > 81 maka dikategoorikan baik sekali, bila 66 < nilai siswa < 81 maka dikategorikan baik. Bila 56 < nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup. Bila 41 < nilai siswa < 56 maka dikategorikan kurang. Bila nilai siswa < 41 maka dikategorikan sangat kurang.

(c) Untuk menguji hubungan antara keterampilan belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas IV

Digunakan uji non-parametrik yaitu korelasi serial sebagai berikut :

Dalam hal ini:

or = Ordinat yang lebih rendah pada kurve normal ot = Ordinat yang lebih tinggi pada kurve normal m = Mean (pada masing-masing kelompok) SDtot = Standar deviasi dari variable yang diselidiki P = Proporsi segmen dalam sampel

O = Tinggi ordinat yang memisahkan segmen yang satu dengan segmen yang lain.


(56)

39

3.6. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

a) Terjadi peningkatan keterampilan belajar siswa dari siklus I ke siklus II

b) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II c) Terjadi peningkatan keterampilan belajar siswa dari siklus II ke III d) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus II ke III


(57)

81

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa pada saat pembahasan LKK, siswa sudah sangat sesuai dalam mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas, dalam percobaan yang dilakukan siswa sudah sesuai dengan petunjuk guru, dan siswa dapat menghasilkan karya yang sangat sesuai.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa yang sudah berhasil mencapai taraf ketuntasan dalam kategori baik, karena terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam setiap pertemuannya. 3. Ada hubungan yang kurang erat dan positif antara keterampilan belajar

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA spada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.


(58)

82

Untuk meningkatkan keterampilan belajar dan hasil belajar IPA siswa di kelas IV, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran di kelas, guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning hendaknya memahami dan melaksanakan pembelajaran ini dengan pengelolaan yang baik serta mampu memberi arahan dan bimbingan kepada siswa dalam menghubungkan materi terhadap masalah yang sedang dibahas dengan kehidupan sehari – hari sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam belajar.

2. Pemberian tes pada setiap akhir pembelajaran sangat efektif dilaksanakan karena dapat mendorong siswa untuk terampil dalam memahami dan menguasai materi yang sedang diberikan.

3. Pembahasan hasil latihan siswa perlu dilakukan, hal ini dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan belajar dan hasil belajar IPA.


(59)

40

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ade Gafar. & Ridwan, Taufik. 2008 .Implementasi Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Di BPTP Terhadap Siswa SMKN 4 Bandung Kelas XI F Pada Program Diklat Mp2dtr. FPTK UPI. Bandung.

Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung. A

Arreennddss,,RR..II..22000077.. LLeeaarrnniinnggttooTTeeaacchh..MMccGGrraawwHHiillll..NNeewwYYoorrkk..

Arikunto, Suharsimi. 2011 . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Asra dan Sumiati. 2007. Strategi Belajar dan Mengajar di Sekolah Dasar. CV Maulana. Bandung.

Bistari. BsY. 2006 . Hakekat dan Psikologi Pembelajaran Matematika.Rineka Cipta. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta

Coesamin, M. 2012. Pendidikan Matematika SD 2. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung .

Dimyanti dan Mudjiono, 2006. Belajar dan pembelajaran. Dirjen Dekti. Jakarta. http://biologi-lestari.blogspot.com/2013/03/teori-teori-belajar-dan

pembelajaran.html/. (diunduh tanggal 4 April 2014)

http://goenable.wordpress.com/2012/01/05/keterampilan-keterampilan-belajar/. (diunduh tanggal 4 April 2014)

http://massofa.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-berbasis-masalah-problem-based-learning/. (diunduh tanggal 5 April 2014)

http://www.dlsweb.rmit.edu.au/eng/beng0001/LEARNING.html/. (diunduhtanggal 7 April 2014)


(60)

41

Moh. Uzer Usman. 2010. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nasruddin, Toha. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X B MAN Tempel Yogyakarta Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains danTeknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta

P

Piiaaggeett..22000033.. BBeellaajjaarrddaannFFaakkttoorrYYaannggMMeemmppeennggaarruuhhiinnyya.a.AAddhhiiKKaarryyaa..JJaakkaarrttaa.. S

Saannii,,RRiiddwwaannAAbbdduullllaahh..22001133.. IInnoovvaassiiPPeemmbbeellaajjaarraan.n.BBuummiiAAkkssaarraa..JJaakkaarrttaa..

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Siregar, Hartini Nara (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (Edisi Revisi) Rineka Cipta. Jakarta.

S

Sllaavviinn ddaallaamm bbuukkuu IIssjjoonnii.. 22000099.. MMooddeell PPeemmbbeellaajjaarraann MMooddeerreen.n. GGrraammeeddiiaa.. J

Jaakkaarrttaa..

Sudjana. 2009. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Suherman, Erman . 2008 . Hakikat Pembelajaran . Wijaya Kusuma. Bandung. S


(1)

Tabel 3.4. Lembar data perolehan hasil belajar siswa

No Nama Soal Skor Kategori

1 2 3

1 2 3

Jumlah skor Skor

maksimum Nilai rata-rata

Kriteria penilaian menurut Arikunto (2011: 245) untuk kategori rata-rata pencapaian hasil belajar siswa sebagai berikut:

Bila nilai siswa > 81 maka dikategoorikan baik sekali, bila 66 < nilai siswa < 81 maka dikategorikan baik. Bila 56 < nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup. Bila 41 < nilai siswa < 56 maka dikategorikan kurang. Bila nilai siswa < 41 maka dikategorikan sangat kurang.

(c) Untuk menguji hubungan antara keterampilan belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas IV

Digunakan uji non-parametrik yaitu korelasi serial sebagai berikut :

Dalam hal ini:

or = Ordinat yang lebih rendah pada kurve normal ot = Ordinat yang lebih tinggi pada kurve normal m = Mean (pada masing-masing kelompok) SDtot = Standar deviasi dari variable yang diselidiki P = Proporsi segmen dalam sampel

O = Tinggi ordinat yang memisahkan segmen yang satu dengan segmen yang lain.


(2)

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

a) Terjadi peningkatan keterampilan belajar siswa dari siklus I ke siklus II

b) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II c) Terjadi peningkatan keterampilan belajar siswa dari siklus II ke III d) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus II ke III


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa pada saat pembahasan LKK, siswa sudah sangat sesuai dalam mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas, dalam percobaan yang dilakukan siswa sudah sesuai dengan petunjuk guru, dan siswa dapat menghasilkan karya yang sangat sesuai.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa yang sudah berhasil mencapai taraf ketuntasan dalam kategori baik, karena terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam setiap pertemuannya. 3. Ada hubungan yang kurang erat dan positif antara keterampilan belajar

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA spada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.


(4)

1. Dalam pembelajaran di kelas, guru dalam menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning hendaknya memahami dan melaksanakan pembelajaran ini dengan pengelolaan yang baik serta mampu memberi arahan dan bimbingan kepada siswa dalam menghubungkan materi terhadap masalah yang sedang dibahas dengan kehidupan sehari – hari sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam belajar.

2. Pemberian tes pada setiap akhir pembelajaran sangat efektif dilaksanakan karena dapat mendorong siswa untuk terampil dalam memahami dan menguasai materi yang sedang diberikan.

3. Pembahasan hasil latihan siswa perlu dilakukan, hal ini dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan belajar dan hasil belajar IPA.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ade Gafar. & Ridwan, Taufik. 2008 .Implementasi Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Di BPTP Terhadap Siswa SMKN 4 Bandung Kelas XI F Pada Program Diklat Mp2dtr. FPTK UPI. Bandung.

Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung. A

Arreennddss,, RR..II.. 22000077.. LLeeaarrnniinnggttooTTeeaacchh.. MMccGGrraaww HHiillll.. NNeeww YYoorrkk..

Arikunto, Suharsimi. 2011 . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Asra dan Sumiati. 2007. Strategi Belajar dan Mengajar di Sekolah Dasar. CV Maulana. Bandung.

Bistari. BsY. 2006 . Hakekat dan Psikologi Pembelajaran Matematika.Rineka Cipta. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta

Coesamin, M. 2012. Pendidikan Matematika SD 2. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung .

Dimyanti dan Mudjiono, 2006. Belajar dan pembelajaran. Dirjen Dekti. Jakarta. http://biologi-lestari.blogspot.com/2013/03/teori-teori-belajar-dan

pembelajaran.html/. (diunduh tanggal 4 April 2014)

http://goenable.wordpress.com/2012/01/05/keterampilan-keterampilan-belajar/. (diunduh tanggal 4 April 2014)

http://massofa.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-berbasis-masalah-problem-based-learning/. (diunduh tanggal 5 April 2014)

http://www.dlsweb.rmit.edu.au/eng/beng0001/LEARNING.html/. (diunduhtanggal 7 April 2014)


(6)

Nasruddin, Toha. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X B MAN Tempel Yogyakarta Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains danTeknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta

P

Piiaaggeett.. 22000033.. BBeellaajjaarrddaannFFaakkttoorrYYaannggMMeemmppeennggaarruuhhiinnyyaa. . AAddhhii KKaarryyaa.. JJaakkaarrttaa.. S

Saannii,, RRiiddwwaann AAbbdduullllaahh.. 22001133.. IInnoovvaassiiPPeemmbbeellaajjaarraann. . BBuummiiAAkkssaarraa.. JJaakkaarrttaa.. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Siregar, Hartini Nara (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (Edisi Revisi) Rineka Cipta. Jakarta.

S

Sllaavviinn ddaallaamm bubukkuu IsIsjjoonnii.. 20200099.. MMooddeell PPeemmbbeellaajjaarraann MMooddeerreenn. . GrGraammeeddiiaa.. J

Jaakkaarrttaa..

Sudjana. 2009. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Suherman, Erman . 2008 . Hakikat Pembelajaran . Wijaya Kusuma. Bandung. S