PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

(Skripsi)

Oleh SITI JUARIYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

Oleh SITI JUARIYAH

1013104003

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

Nama : Siti Juariyah

NPM : 1013104003

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Holilulloh, M.Si Yunischa Nurmalisa, S.Pd, M.Pd

NIP. 196107111987031003 NIP. 198706022008122001

Mengetahui

Ketua Jurusan P. IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Buchori Asyik, M.Si Drs. Holilulloh, M.Si. NIP. 19560108 198503 1 002 NIP 19610711 198703 1 003


(4)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Holilulloh, M.Si ………

Sekretaris :Yunischa Nurmalisa, S.Pd, M.Pd ………

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr. Irawan Suntoro, M.S ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(5)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Skripsi dengan judul “Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Examples non Examples Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013”

adalah hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme.

2. Hal intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, November 2012 Pembuat pernyataan

Siti Juariah


(6)

vii

Penulis bernama Siti Juariyah, lahir di Lampung Tengah pada tanggal 04 November 1968. Penulis merupakan anak dari pasangan suami-istri Bapak Masdar dan Ibu Siti Rubaiah (alm)

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis antara lain : 1. 19741980 SD Negeri 1 Kalirejo

2. 1981 -- 1983 SMP Negeri 1 Kalirejo

3. 19841986 SMA Muhammadiyah Kalirejo 4. 19871988 D2 Universitas Lampung. 5. 19992001 D3 Universitas Terbuka

6. Tahun 2010 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Sarjana Guru Dalam Jabatan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Lampung.


(7)

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirst Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

judul “Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Examples

non Examples Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VIII D SMP Negeri 1

Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Skripsi ini di buat untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Kegeruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri penulis sendiri, penulisan tesis ini pun tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung


(8)

5. Dr. Holilulloh, M.Si selaku Ketua Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung sekaligus sebagai pembimbing I Skripsi.

6. Yunischa Nurmalisa, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II penulisan skripsi. 7. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku pembahas/ penguji dalam penulisan skripsi. 8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung. 9. Hapipuddin, S.Pd Selaku Kepala SMP Negeri 1 Kedondong yang telah

memberikan izin melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

10. Rekan kolabolator dan rekan-rekan sejawat guru SMP Negeri 1 Kedondong yang telah banyak membantu penulis.

11. Rekan-rekan angkatan 2010 Program S-1 Guru dalam jabatan Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung.

12. Serta kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik yang Bapak, Ibu, Saudara berikan, akan selalu mendapat pahala dari dari Allah Swt. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis,


(9)

x

Menuntut Ilmu Adalah Kewajiban Manusia Sepanjang

Hayat

(Siti Juariyah)

Jangan Sia-siakan Waktu Karena Waktu

Tak Akan Pernah Bisa Terulang


(10)

xi

Dengan Rasa Syukur yang mendalam kepada ALLAH SWT, kupersembahkan karya

kecil ini kepada :

Kedua Orang Tuaku Tercinta

Suami dan Anak-anakku Tersayang

Keluarga Besar Terkasih

Almamater Universitas Lampung

Keluarga Besar Program S1 Guru Dalam Jabatan


(11)

Halaman

HALAMAN JUDUL... ...i

ABSTRAK... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... vii

MOTTO... viii

SANWACANA... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Penelitian... 10

1.3 Rumusan Masalah ... 10

1.4 Tujuan dan Manfaat Penenlitin... 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori... 15

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 15

2.1.2 Konsep Model Pembelajaran ... 19

2.1.3 Minat Belajar ... 32

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan... 44

III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 51

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ... 52

3.3 Operasional Penelitian... .... 52

3.4 Prosedur Penelitian... .. 53

3.5 Sumber Data... 59

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 60

3.7 Teknik Analisa Data... .. 63


(12)

4.1.3 Siklus III... 89 4.2 Rekapitulasi Pelaksanaan Model PembelajaranExamples Non

Examples... 100 4.3 Pembahasan... 105 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 117 5.2 Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA


(13)

Tabel Halaman Tabel 1.1 Minat Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Kedondong Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 7 Tabel 3.1 Kisikisi observasi aktivitas guru ... 61 Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Minat Belajar Siswa ... 62 Tabel 4.1 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaranExamples Non Examplespada siklus I... 71 Tabel 4.2 Indikator Pencapaian Minat Belajar Pada Siklus I ... 74 Tabel 4.3 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaranExamples Non Examplespada siklus II... 81 Tabel 4.4 Indikator Pencapaian Minat Belajar Pada Siklus II ... 84 Tabel 4.5 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaranExamples Non Examplespada siklus III .... 94 Tabel 4.6 Indikator Pencapaian Minat Belajar Pada Siklus III ... 96 Tabel 4.7 Minat Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Negeri Kedondong

dengan Menerapkan Model PembelajaranExamples Non Examplespada Pelajaran PKn Tahun


(14)

Gambar Halaman Gambar 3.1 Diagram Pelaksanaan PTK Dari Kemmis dan Taggart ... 55 Gambar 4.1 Histogram Minat Belajar Siswa ... 102 Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Dengan Menerapkan model pembelajaran


(15)

1. Silabus IPS Kelas VIII Semester Ganjil 2. RPP IPS Siklus I, II dan III

3. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I, II dan III 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I, II dan III 5. Instrumen Tes Siswa Siklus I, II, III


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk generasi penerus bangsa yang cerdas dan handal dalam pelaksanaan pembangunan kehidupan bangsa. Sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Memperhatikan isi Undang-undang No. 20 tahun 2003 tersebut maka dapat dipastikan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan menuntut pada pihak-pihak yang terlibat didalamnya untuk berperan serta dalam pencapaian hasil pendidikan yang optimal.


(17)

Salah satu diantaranya adalah guru sebagai pihak yang berperan dalam terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan bermutu baik.

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan manusia agar mampu mandiri, mengembangkan potensi diri, dan dapat menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dalam pambangunan bangsa. Salah satu tuntutan mendasar yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Hal ini timbul karena semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam pendidikan. Dengan demikian, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dalam memenuhi harapan masyarakat untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan.

Mutu pendidikan sebagaian besar ditentukan oleh mutu kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah guru adalah sumber yang menempati posisi utama dan memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Guru juga penentu dalam keberhasilan proses belajar dan hasil belajar. Untuk mendapatkan hasil yang baik, kualitas seorang guru merupakan hal utama yag harus diperhatikan. Kualitas seorang guru dapat terlihat, salah satunya pada keterampilan mengelola kelas yang dinilai berdasarkan pendapat siswa terhadap


(18)

gurunya. Siswa yang senang dengan mata pelajaran dikarenakan senang pula dengan kemampuan gurunya, dan begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu seorang guru harus mampu mengelola kelasnya dengan baik, dengan cara menyesuaikan kondisi kelas agar siswa dapat menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.

Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh metode atau cara yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Metode yang baik dapat mengubah sistem pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Proses pembelajaran dimana siswa sebagai pusatnya akan membuat suasana belajar semakin hidup sehingga siswa dapat berdikusi dan bekerjasama dengan temannya.

Ketepatan penggunaan metode pembelajaran oleh guru dapat memberikan suasana belajar yang nyaman dan menarik sehingga dapat membangkitkan motivasi dan keaktifan belajar siswa. Siswa lebih mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila metode pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai. Motivasi dan keaktifan belajar siswa yang tinggi sangat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.


(19)

Pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Tanpa kemampuan pengelolaan kelas yang efektif, segala materi/pengetahuan yang diberikan guru menjadi sia-sia atau artinya kurang memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Kemampuan mengelola kelas mengandung arti bahwa seorang guru sebagai fasilitator harus mampu mengontrol atau mengendalikan perilaku para siswanya sehingga mereka terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Tidak ada gunanya seorang guru menguasai bahan pelajaran namun tidak mampu mengelola kelas sehingga pengetahuan yang diberikan tidak bermanfaat dapat diterima oleh siswa. Kemampuan menciptakan kegiatan belajar yang menarik sesuai dengan pokok bahasan ditambah dengan penguasaan materi yang mumpuni maka hal tersebut yang akan menciptakan suatu proses pembelajaran yang bermakna.

Guru dituntut untuk memiliki kecerdasan dan kemampuan dalam mengelola kelas, disamping itu guru harus mampu menempatkan diri sebagai pengajar, pendidik sekaligus orang tua bagi siswanya. Namun pada kenyatannya masih ada sebagian kecil guru PKn yang belum mampu mengoptimalkan keterampilan dalam mengelola kelas, hal ini menyebabkan siswa kurang berminat atau kurang menyukai mata pelajaran tersebut.


(20)

Keterampilan guru dalam melakukan variasi juga sangat mempengaruhi minat belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar, jika seorang guru tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran. Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat belajar siswa. Jika metode mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang menguasai materi-materi kurang persiapan, guru tidak menggunakan variasi dalam menyampaikan pelajaran alias monoton, semua ini bisa berpengaruh tidak baik bagi semangat belajar siswa. Siswa bisa malas belajar, bosan, mengantuk dan akibatnya siswa tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran.

Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.


(21)

Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong Kabupaten Pesawaran ditemukan beberapa permasalahan mengenai merosotnya minat belajar siswa yang menyebabkan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kurang optimal. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas masih sepenuhnya terpusat pada guru. Dalam hal ini, guru lebih aktif dalam menerangkan materi pelajaran kepada siswanya. Proses pembelajaran seperti ini menimbulkan suasana pembelajaran yang kurang kondusif sehingga prestasi belajar siswa kurang maksimal.

Keadaan ini membuat siswa menjadi pasif, siswa lebih banyak melakukan aktivitas yang tidak terkait dengan pelajaran, bercanda dengan temannya, cenderung ramai pada saat pembelajaran berlangsung sehingga konsentrasi siswa tidak terfokus, siswa banyak melamun bahkan mengantuk, siswa kurang berminat untuk belajar, siswa tidak mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan guru, dan siswa tidak punya keberanian untuk mengemukakan pendapat. Kurangnya minat dan gairah siswa dari hasil observasi itu dibuktikan dengan siswa yang tidak ada catatan, ribut, tugas terlambat. Hal ini dapat kita lihat dari hasil pengamatan bagaimana perilaku siswa yang mengikuti pelajaran


(22)

terutama pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong sebagai berikut :

Tabel 1.1 Minat Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Kedondong Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

No . Perilaku siswa Kelas Jml VIII.A (40 Siswa) VIII.B (43 Siswa) VIII.C (39 Siswa) VIII.D (36 Siswa) 1 Tidak ada

catatan

15 14 14 10

53 2 Melamun/

mengantuk

15 10 12 16

53

3 Tugas

terlambat

10 9 13 10

42

Jumlah siswa 40 43 39 36 128

Sumber : Observasi di kelas VIII di SMP Negeri 1 Kedondong

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang tidak ada catatan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII berjumlah 53 orang, siswa yang ribut pada mata pelajaran PKn berjumlah 53 orang, sedangkan siswa yang mengerjakan tugas terlambat berjumlah 42 orang. Dari klasifikasi tingkat minat siswa dalam pelajaran PKn tersebut diketahui bahwa kelas VIII D adalah siswa dengan minat belajar paling buruk, sehingga dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah kelas VIII D.


(23)

Menurut asumsi peneliti, hal tersebut disebabkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya guru sangat minim menguasai metode pembelajaran sehingga pembelajaran masih dilaksanakan secara konvensional. Jika guru tidak memperhatikan pola pembelajaran anak didiknya (acuh tak acuh terhadap pembelajaran siswanya) seperti tidak menggunakan metode pembelajaran yang menarik minat belajar siswanya, tidak melengkapi alat belajarnya dan tidak memperhatikan apakah anak didiknya belajar atau tidak, semua ini berpengaruh pada semangat belajar anaknya, bisa jadi anak didiknya tersebut malas dan tidak bersemangat belajar. Hasil yang didapatkannya pun tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.

Keterampilan guru dalam melakukan variasi juga sangat mempengaruhi minat belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar, jika seorang guru tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran. Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat belajar siswa. Jika metode mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang menguasai materi-materi kurang persiapan, guru tidak menggunakan variasi dalam menyampaikan pelajaran alias monoton, semua ini bisa berpengaruh tidak baik bagi semangat


(24)

belajar siswa. Siswa bisa malas belajar, bosan, mengantuk dan akibatnya siswa tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran.

Pengelolaan kelas seorang guru harus mampu menggunakan beberapa metode pembelajaran kooperatif yang dalam penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong. Dalam perkembangan untuk meningkatkan minat belajar siswa, pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe, diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jingsaw, Teams Assisted Individualisation (TAI), Group Investigation (GI), Examples non Examples, dan Think Pair Share(TPS).

Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan model pembelajaran examples non examples untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong karena peneliti berasumsi bahwa siswa cenderung akan tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang dimulai dengan pemberian contoh riil yang ada didalam kehidupan mereka yang kemudian nantinya dikaitkan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan.


(25)

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penelitian ini difokuskan

pada “Penggunaan model pembelajaran examples non examples untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong

1.3. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaranexamples non examplespada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong?

2. Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong?

3. Adakah peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan penggunaan model pembelajaran examples non examples?


(26)

1.4. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menjelaskan pelaksanaan model pembelajaran examples non examples pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong

b. Menjelaskan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong

c. Menjelaskan peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan penggunaan model pembelajaran examples non examples?

1.4.2 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.


(27)

b. Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini berguna untuk guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya di SMP Negeri 1 kedondong dalam meningkatkan kemampuan dan kemauan guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran seperti dengan menggunakan model examples non examples, sekaligus sebagai panduan untuk melatih keterampilan dalam melakukan perbaikan pembelajaran.

2. Penelitian ini juga berguna untuk siswa agar lebih meningkatkan kecintaan terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkanya model pembelajaran examples non examplessehingga siswa dapat meningkatkan minat untuk belajar.

3. Diterapkanya model pembelajaran examples non examples dalam pembelajaran disekolah dapat meningkatkan suasana belajar di sekolah sekaligus sebagai bahan pengembangan pembelajaran disekolah dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana disekolah sehingga siswa dapat meningkatkan aktivitas belajarnyanya dalam proses pembelajaran.


(28)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang membahas tentang penerapan model pembelajaran examples non examples dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

1.5.2 Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran examples non examples dan minat belajar siswa

1.5.3 Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong.

1.5.4 Ruang Lingkup Wilayah


(29)

1.5.5 Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkan surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan FKIP Unila sampai dengan penelitian ini selesai.


(30)

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Menurut Skinner dalam Margaret. E B. Gredler (1994 : 120). “Belajar adalah

tingkah laku ketika subjek belajar responnya meningkat, dan bila terjadi hal kebalikannya (Unclearning) maka responnya menurun. Oleh karena itu belajar

didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan terjadinya respons”.

Pengertian ini pun senada seperti yang diungkapkan oleh Thursan Hakim

(2005 : 1) bahwa, “Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

dan kuantitas tingkah laku”. Berdasarkan kedua definisi tersebut, belajar adalah suatu proses perubahan meningkatnya tingkah laku seseorang peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan lainnya.


(31)

Banyak cara yang dapat individu lakukan untuk dapat merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik, salah satunya melalui interaksi dengan lingkungan individu dapat mengalami perubahan tingkah laku. Seperti yang di ungkapkan oleh Oemar

Hamalik (2004 : 28) bahwa, “ belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungannya”. belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyengkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Belajar adalah suatu perbuatan yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu, dengan melalui proses latihan yang disengaja unsure latihan merupakan unsur yang mutlak harus ada dalam kegiatan belajar misalnya Bahasa Indonesia, PPKN, Fisika, Sejarah, dan lain-lain yang dilakukan secara kontinyu karena latihan yang kontinyu tersebut akan dicapai suatu hasil belajar yang optimal, dengan kata lain dalam proses belajar mengajar akan memperoleh prestasi belajar.

Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut mengenai pengertian belajar, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan serangkaian kegiatan perubahan


(32)

tingkah laku yang menuju perkembangan seutuhnya jadi, belajar akan membawa sesuatu perubahan pada individu/siswa yang belajar.

Menumbuhkan kebiasaan belajar dengan baik pada siswa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar yang yang digunakan, menurut Ahmadi prinsip belajar adalah sebagai berikut:

1) Belajar harus bertujuan dan terarah

2) Belajar memerlukan bimbingan, baik bimbingan dari guru atau buku-buku pelajaran itu sendiri.

3) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga memperoleh pengertian-pengertian.

4) Belajar banyak memerlukan latihan da pengulangan aga apa-apa yang dipelajari dapat dikuasai.

5) Belajar prosesaktif dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis anntara siswa dan lingkungannya.

6) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencari tujuan.

7) Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari.(Ahmadi, 1982:22).

Belajar merupakan proses yang terus terjadi secara berkesinambungan dalam kehidupan manusia baik dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Belajar menurut

Sardiman A.M (2005: 20) adalah ”merupakan perubahan tingkah laku atau

penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,


(33)

Pendapat diatas memiliki makna bahwa belajar merupakan suatu proses yang dapat ditandai dengan perubahan yang terlihat pada diri seseorang. Sejalan dengan pernyataan diatas Ahmad Rohani HM (2004:19) menyatakan bahwa, ” Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan”.

Menurut Trursan Hakim (2000:1) mengatakan bahwa ” belajar adalah suatu proses

perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut di tempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, pemahaman, daya pikir dan pengetahuan ”. segala kegiatan

belajar yang dilakukan seseorang yang berupa kegiatan mendengarkan, merenungkan, menganalisa, berpikir, membandingkan, dan menghubungkan dengan masa lampau dengan demikian dia akan berubah kedalam kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu

orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar

dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai

starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa

berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara


(34)

“Perubahan sebagai hasil belajar ada di dalam kepribadiaan manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan”.

(Thursan Hakim,2005:1).

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijabarkan, maka belajar dapat disimpulkan sebagai suatu serangkaian proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya dengan tujuan perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

2.1.2 Konsep Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan tehknik pembelajaran. Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam Abdul Aziz Wahab (2007: 59) ada 4 modifikasi tingkah laku model pembelajaran, yaitu :


(35)

1. Model Interaksi

Model ini menunjukankan pentingnya hubungan yang berkembang pada proses interaksi social diantara individu. Model interaksi social adalah dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki masyarakat dengan memperbaiki-memperbaiki hubungan interpersonal melalui prosedur demokrasi.

2. Model Pengolahan Informasi

Model-model tersebut menekankan pada cara siswa memperoleh informasi.Tujuan utama dari model-model kategori ini adalah membantu siswa mengembangkan metode atau cara-cara memproses informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Model-model ini juga menjelaskan cara memproses informasi dengan pendekatan yang berbeda.

3. Model Personal Humanistic

Model-model dalam kelompok ini memusatkan perhatiannya pada individu dan kebutuhannya. Individu dibantu melalui upaya menciptakan lingkungan yang merangsang agar indivudu tersebut merasa nyaman untuk melaksanakn tugas-tugasnya dan mengembangkan kemampuannya sampai pada tingkat yang optimum bagi kesejahteraan masyarakat. Keseluruhan


(36)

model-model tersebut berusaha memahami sifat-sifat individu guna meningkatkan pribadi dan kemampuannya serta menghubungkan dengan hal-hal produktif lainnya.

4. Model Modifikasi Tingkah Laku

Menurut B.F Skinner prilaku itu adalah sesuatu yang dialami dan sah yang dipengaruhi veriabel-variabel eksternal tersebut. Tugas guru dalam model ini adalah menetapkan prilaku yang kompleks dan menempatkan prilaku kelas tersebut di bawah pengendalian gambaran khusus lingkungan.

Menurut Joice dan Weil“model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain”. Jadi dapat disimpulkan model pembelajaran adalah pola atau strategi dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan kegiaatan belajar mengajar guna untuk mencapai suatu tujan tertentu yang dibuat oleh guru.

2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Perkembangan pembelajaran kooperatif memepunyai beberapa tipe, diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT),


(37)

Jingsaw, Teams Assisted Individualisation (TAI), Group Investigation (GI), Example non example dan Think Pair Share (TPS). Setiap tipe mempunyai perbedaan dalam hakekat pembelajaran, bentuk kerja sama, peranan dan kominikasi antar siswa serta peranan guru dalam proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111)

a. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan siswa dalam kelas

b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga macam struktur tujuan, yaitu:

1) Struktur tujuan individualistik, yaitu tujuan yang dicapai oleh seorang siswa secara individual tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan siswa lainnya,

2) Struktur tujuan kompetitif, yaitu seorang siswa dapat mencapai tujuan sedangkan siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut, dan

3) Struktur tujuan kooperatif, yaitu siswa secara bersama-sama mencapai tujuan, setiap individu mempunyai andil dalam pencapaian tujuan.


(38)

c. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai “sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling -membantu dalam mempelajari sesuatu”. Oleh karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman

sebaya.”

Menurut Slavin (1997), “pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen”. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2000:25).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar


(39)

akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).

d. Ciri-ciri Pembelajaran kooperatif

Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,

b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,

c) jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,

d) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu. e. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut (Ibrahim, M., dkk., 2000: 10):

• Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.


(40)

• Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. • Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.

• Evaluasi atau memberikan umpan balik. • Memberikan penghargaan.

f. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak--tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:

• Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model struktur penghargaan kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

• Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung


(41)

satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

• Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

g. Keterampilan Kooperatif

Fungsi keterampilan kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Untuk membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru harus mengajarkan keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang dibutuhkan. Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain:

• Keterampilan-keterampilan sosial. Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang lain.


(42)

• Keterampilan Berbagi. Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. • Keterampilan Berperan Serta. Sementara ada sejumlah siswa

mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain tidak mau atau tidak dapat berperan serta. Terkadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu. Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan kelompok.

• Keterampilan-keterampilan Komunikasi. Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja kelompok itu ditandai dengan miskomunikasi.

• Keterampilan-keterampilan Kelompok. Kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok di mana anggota-anggota secara individu merupakan orang yang baik dan memiliki keterampilan sosial.

h. Pembangunan Tim


(43)

merupakan tugas penting bagi guru yang menggunakan kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif.

2.1.2.2 Metode PembelajaranExample Non Example

Examples Non Examples adalah metode pembelajaran menggunakan contoh-contoh

dari gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Kompetensi dasarnya adalah

pemahaman struktur jaringan epithelium, karena itu ditunjukkan berbagai contoh dan

ilustrasi struktur jaringan epithelium. Guru menyiapkan gambar-gambar sesuai

dengan tujuan perkuliahan; menayangkan gambar-gambar melalui LCD; memberi

petunjuk dan kesempatan pada mahasiswa memperhatikan dan menganalisa gambar;

melalui diskusi kelompok 3-5 siswa, hasil analisa gambar dicatat, selanjutnya diminta

untuk membacakan hasil diskusinya; selanjutnya dosen menjelaskan materi sesuai

tujuan yang ingin dicapai; dan merumuskan kesimpulan.

Model PembelajaranExample Non Example atau juga biasa di sebutexample and non-examplemerupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran


(44)

Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti ; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri.Example and Nonexampleadalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dariexample dan non-exampledari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.Examplememberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-examplememberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.


(45)

Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 3-5 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

f. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan.

Examples Non Examples dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya dari pada sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap Examples Non Examples diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.


(46)

Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Examples Non Examples antara lain:

1. Siswa berangkat dari suatu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan kompleks 2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan) yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara prograsif melalui pengalaman dariExamples Non Examples.

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karateristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagianNon Examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bangian yang merupakan suatu karakter dari suatu karakter konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Tennyson dan Pork dalam slavin (1994:7) menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan yaitu:

1. urutkan contoh dari yang mudah ke yang sulit 2. pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain


(47)

menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting Joyce and Weil dalam Buehl (1996:25) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan dan menggunakan model inquiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan metodeExamples Non Examples.

2.1.3 Minat Belajar

2.1.3.1 Pengertian Minat belajar

Minat memegang peranaan yang sangat penting dalam kemampuan berhasil atau tidaknya seseorang dalam berbagai bidang terutama dalam bidang pendidikan. Jadi manfaat minat antara lain untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar. Besar kecilnya minat seorang anak akan berpengaruh terhadap prestasinya dalam menempuh pendidikan atau dalam mengikuti kegiatan belajar.

Minat dan perhatian dalam pelajaran mempunyai hubungan erat sekali, seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut, sebabnya seseorang menaruh perhatian secara kontinue baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan pula minatnya pada objek tertentu. Sebagaimana pendapat


(48)

yang menyatakan bahwa pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan sungguh belajar. (Ibrahim dan Syaodih, 1996:27)

Menurut W.S Winkel minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung pada bidang itu. (Winkel, 1984:30). Pendapat lain menyatakan minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi orang, sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuai dengan kebutuhannya. Minat juga diartikan kecenderungan untuk mempelajari sesuatu lebih baik. Minat ini adalah motor yang kuat menerbitkan perhatian. (Djaka, 1965:16)

“Minat adalah suatu landasan yang paling menyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seseorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatkannya” (Singer, 1991:78). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa minat dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu tanpa disuruh. Sedangkan minat akan membantu seseorang untuk mempelajari suatu hal.


(49)

Sebagaimana menurut Slameto, “minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyongsong belajar selanjutnya”(Slameto, 1985:24).

Beberapa pendapat yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan keinginan, kehendak diri diluar dari individu untuk memberi rangsangan terhadap sesuatu, rangsangan tersebut berkaitan dengan kebutuhan individu.Sedangkan menurut Crow dan Crow, bahwa “Minat behubungan dengan

gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapai atau beurusan dengan orang, beda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.

(Crow dan Crow, 1989:302-303).

Hilgard memberi rumusan tenang minat adalah sebagai berikut “Interest is

persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”.

(Hilgard, 2003:57). Dengan pendapat tersebut minat individu ditandai dengan adanya rasa senang terhadap suatu pekerjaan, benda, situasi, dan sebagainya. Sehingga setiap individu mempunyai minat tersendiri. Minat itu sendiri timbul karena adanya informasi atau pengetahuan tentang pekerjaan, benda, dan situasi. Minat dapat dibagi menjadi:

1. Menurut Kartono (1980:79) minat dibagi menjadi:

a. Minat yang berfluktuasi (berubah-ubah). Dalam hal ini orang bisa sekaligus mengamati objek yang banyak, akan tetapi pengamatan


(50)

tersebut tidak diteliti, sebab minat menggerayangi semua perisiwa dengan sepintas lalu dan hanya segi-segi yang penting saja.

b. Minat yang fixed (tetap), dalam hal ini seseorang hanya mengamati satu atau sedikit saja objek tertentu, hanya pengamatannya teliti dan akurat.

2. Menurut Witherington (1984:136) mengemukakan bahwa minat terbagi menjadi:

a. Minat primitive atau minat biologis, yaitu minat yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan jaringan seperti makan dan minum.

b. Minat cultural atau minat sosial, yaitu minat yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan rohani seperti belajar, berteman, mendengarkan nasehat atau petunjuk-petunjuk lain.

3. Berbeda halnya dengan Andi Mapiere (1983:136) yang menggolongkan minat menjadi dua macam yaitu :

a. Minat pribadi, yaitu minat yang merupakan suatu daya yang mengarah individu untuk memanfaatkan waktu luang dalam melaksanakan hal-hal yang paling disenangi untuk dilakukan.

b. Minat sosial, yaiu minat yang bersangkutan dengan faktor pengarah bagi individu dalam aktivitas-aktivitas sosial dan mobilitas sosial.

Terlihat pembagian minat ini cenderung mengarah kepada subyek dari pelaku orang yang memiliki minat. Minat terdapat suatu objek dapat timbul dengan

beberapa cara. Seperti yang dikemukakan oleh Usman Effendi, bahwa “Suatu

kegiatan akan lancar apabila ada minat, sedangkan minat dapat timbul dengan cara menghubungkan pengalaman-pengalaman yang telah lampau, membangkitkan suatu kebutuhan untuk menghargai keindahan, mendapat


(51)

Sejalan dengan pendapat diatas menurut Usman Effendi, minat dapat ditimbulkan dengan berbagai cara meliputi:

a. Membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk dapat penghargaan dan sebagainya. b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau. c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga

akan menimbulkan rasa puas. (Effendi, 1985:72).

Minat itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain seperti:

a. Yang bersumber dari diri sendiri : • Kesehatan anak

• Ketidakmampuan anak mengikuti pelajaran di sekolah

• Kemampuan intelektual yang taraf kemampuannya lebih tinggi dari teman-temannya kurang motivasi belajar.

b. Yang bersumber dari luar diri anak : Keadaan keluarga :

• Suasana keluarga • Bimbingan orang tua • Harapan orang tua

• Cara orang tua menumbuhkan minat belajar anak Keadaan sekolah :

• Hubungan anak dengan anak lain yang menyebabkan anak tidak mau sekolah.

• Anak tidak senang sekolah karena tidak senang dengan gurunya. (Gunarsa, 1983:84)

2.1.3.2 Fungsi Minat

Berikut ini adalah beberapa fungsi minat, yaitu :

a. Minat sebagai alat pembangkit motivasi dalam belajar.


(52)

untuk melakukan sesuatu, seperti dalam halnya belajar. Minat sebagai motivasi dalam belajar dalam arti dapat mendorong seseorang untuk belajar lebih baik. Dalam hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik menyatakan bahwa

Belajar dengan minat akan mendorong anak belajar dengan baik”. (Hamalik,

1983:66).

b. Minat sebagai pusat perhatian

Adanya minat, seseorang memungkinkan lebih berkonsentarsi penuh terhadap suatu objek yang diminati. Misalnya seseorang tertarik akan sesuatu benda yang mengandung arti baginya. Dalam situasi yang demikian minat untuk meneliti benda tersebut sehingga perhatian terhadap benda akan lebih terpusatkan selama penyelidikan berlangsung.

c. Minat sebagai sumber hasrat belajar

Salah satu fungsi belajar menurut Sofyan Ahmad yaitu “ mempertinggi derajat

hidup dengan meninggalkan kebodohan dan meningkatkan kemauan dan

kemampuan”. Kelancaran kegiatan belajar sangat tergantung kepada minat yang


(53)

d. Minat untuk mengenal kepribadian

Minat salah satu aspek kewajiban yang tidak tampak dari luar untuk mengenal

kepribadian seseorang dapat diketahui “arah minat dan pandangan mengenai

nilai-nilai”. (Sarwono, 1982:91). Minat bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitu saja melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan minat adalah di sekolah. Banyak upaya yang dilakukan oleh guru di sekolah untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar adalah dengan adanya variasi mengajar dengan berbagai media dan metode yang dipakai dalam mengajar.

Sebagai uraian di atas penulis akan mengutip pendapat para ahli yang sudah mengkaji apa itu makna belajar, sekarang banyak sekali batasan-batasan yang berkaitan dengan belajar, namun menurut hemat penulis perbedaan pendapat itu hanya terletak pada segi sudut pandang, dari makna istilah belajar itu ditinjau, sedangkan makna belajar pada dasarnya terdapat persamaan yaitu berkisar pada masalah aktivitas tersebut. Belajar pada hakikatnya merupakan bentuk tingkah laku individu dalam usahanya memenuhi kebutuhan pencapaian tujuan. Adanya kebutuhan merupakan pendorong individu untuk belajar.

2.1.3.3 Minat Dalam Belajar


(54)

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh tingkah laku.

Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Slameto “Belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Akan tetapi tidak semua perubahan dalam diri

seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. (Slameto, 2003:2).

Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

•Perubahan terjadi secara sadar, ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

•Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional, sebagai hasil belajar perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.

•Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, dalam perbuatan belajar perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

•Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

•Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. •Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, perubahan yang

diperoleh melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. (Slameto, 2003:3)


(55)

belajar sebagai berikut : “Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. (Ahmadi

1991:121).

Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan yaitu untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, penguasaan nilai-nilai atau sikap dan keterampilan melalui pengalaman-pengalamannya.

Sedangkan tujuan belajar menurut Robert M. Gagne, dalam bukunya Hasibuan dan Moedjiono (2002:5) mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar, sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) untuk pencapaiannya. Kelima macam hasil belajar tersebut adalah :

a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik).

b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti seluasnya-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta kemampuan ini umumnya dikenali dan tidak jarang.


(56)

d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya.

e. Sikap dan menilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.

Menurut EP, Hutabarat (2002:11) menggolongkan hasil belajar sebagai berikut :

a. Pengetahuan, yaitu : dalam bentuk informasi, fakta, gagasan, keyakinan, prosedur hukum, kaidah dan konsep lainnya.

b. Kemampuan, yaitu : dalam bentuk kemampuan untuk menganalisa, memproduksi, mencipta, mengatur, merangkum, membuat generalisasi, berfikiran rasional, dan menyesuaikan diri.

c. Sikap, yaitu : bentuk, apresiasi, minat, pertimbangan, selera.

d. Kebiasaan, yaitu : kebiasaan dan keterampilan dalam menggunakan segala kemampuan.

Melalui penggolongan hasil belajar diatas dapat kita lihat bahwa hasil belajar akan bisa terlihat melalui pengetahuan, sikap, dan kebiasaan seseorang yang melakukan belajar tersebut. Dalam mencapai suatu tujan sebagai hasil dari kegiatan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri orang yang belajar dan yang berasal dari luar dirinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :

Faktor dari dalam diri : a. Kesehatan

b. Intelegensi, faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.


(57)

c. Minat dan motivasi, minat yang besar (keinginan yang kuat terhadap sesuatu) merupakan modal besar untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan dorongan diri sendiri, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu.

d. Cara belajar, perlu diperhatikan teknik belajar, pengaturan waktu belajar, ketersediaan tempat serta fasilitas belajar.

Faktor dari luar :

a. Keluarga, situasi keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman, persentase hubungan orang tua, perkataan, dan bimbingan orang tua, mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

b. Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat instrument pendidikan, lingkungan sekolah, dan rasio guru dan murid perkelas mempengaruhi kegiatan belajar anak.

c. Masyarakat, apabila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri atas orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anak yang rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.

d. Lingkungan sekitar, bangunan runah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sebaliknya tempat-tempat dengan iklim yang sejuk dapat menunjang proses belajar. (Djaali, 2007:99).

Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah, yaitu:

a. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran PKn misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan PKn. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari


(58)

bidang tersebut.

b. Perhatian dalam Belajar

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran pendidikan kewarganegaraan, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.

c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata.


(59)

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Istilah civics atau civics education di Indonesia muncul pada tahun 1957 yang berarti kewarganegaraan. Civics mulai berkembang pada tahun 1962 dan pendidikan kewargaan negara pada tahun 1968 (Civicus, 2005:320). Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan masuk dalam kurikulum sekolah pada tahun 1968. Pada tahun 1975, Pendidikan Kewarganegaraan berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Pada tahun 1994, PMP berubah kembali menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk


(60)

perilaku kehidupan sehari-hari siswa sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan adalah pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik atau to be good citizenship, yakni warga negara yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air. (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004)

Menurut Bunyamin Maftuh dan Sapriya (2005:321) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki misi antara lain:


(61)

a. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik (political literacy), kesadaran politik (political awareness), serta kemampuan berpartisipasi politik (political participation) yang tinggi

b. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan hukum yang diarahkan untuk membina siswa sebagai warga negara yng memiliki kesadaran hukum yang tinggi, menyadari akan hak dan kewajibannya, dan memiliki kepatuhan terhadap hukum yang tinggi

c. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai (value education) yang diharapkan tertanam dan tertransformasikan nilai, moral, dan norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara kepada diri siswa.

2.1.4.2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah sebagai berikut ini.

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan

b. Berpartisipasi dan bertanggungjawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara


(62)

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Adapun tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri (1994, 1995:10) dalam Anomin (2011) bahwa secara umum tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional yaitu: mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu menusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara khusus bertujuan untuk membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu prilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, prilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dan masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan bersama di atas


(63)

kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat kepentingan dapat diatasi melalui musyawarah mufakat serta prilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk membentuk masyarakat yang memiliki budi pekerti dan selalu berpikir kritis dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian akan tercipta karakter masyarakat Indonesia yang baik dan aktif dalam kehidupan antar bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


(64)

2.1.4.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Standar nasional dalam ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas Nomor 22 tahun 2006) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Persatuan dan kesatuan bangsa yang meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan, dan jaminan keadilan

b. Norma, hukum dan peraturan yang meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, serta hukum dan peradilan internasional

c. Hak asasi manusia yang meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, serta penghormatan dan perlindungan HAM

d. Kebutuhan warganegara yang meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan


(65)

pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara

e. Konstitusi negara yang meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan kostitusi

f. Kekuasaan dan politik yang meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, serta pers dalam masyarakat demokarasi

g. Pancasila yang meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, serta pancasila sebagai ideologi terbuka

h. Globalisasi yang meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, serta mengevaluasi globalisasi.


(66)

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas karena dalam penelitian ini akan mengujicobakan suatu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran Examples Non Examples dapat rangka meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong. Penelitian akan di awali dengan observasi tentang gambaran minat belajar siswa, setelah itu dilaksanakan uji coba pemakaian model pembelajaranExamples Non Examples, dengan harapan akan ada peningkatan minat belajar siswa. Apabila minat belajar siswa tersebut belum mengalami kenaikan secara signifikan, maka akan dilaksanakan siklus berikutnya., peneliti hanya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sedangkan yang melaksanakan perlakuan atau action ialah guru bidang studi. Peneliti hanya mengamati minat belajar siswa kemudian menganalisisnya.


(67)

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian 3.2.1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 40 peserta didik terdiri dari 25 perempuan dan 15 laki-laki. Dengan latar belakang berasal dari ekonomi keluarga hampir 99% menengah kebawah dan berada di daerah pedesaan. Dan sebagian besar peserta didik yang masuk ke SMP Negeri 1 Kedondong prestasinya rendah.

3.2.2 Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan penggunaan model pembelajaranExamples Non Example.

3.3 Operasional Penelitian

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran tipe Examples Non Examples merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen yakni dalam satu kelompok terdiri dari 3-5 siswa. Proses pembelajaran tipe ini diawali dengan penayangan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran


(68)

melalui Penenempelan gambar di papan tulis. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar. Melalui diskusi kelompok 3-5 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Dan yang terakhir mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

2. Minat belajar merupakan kecenderungan keinginan, kehendak diri dari luar individu untuk memberi rangsangan belajar, hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan individu untuk memenuhi rasa keingin tahuannya melalui proses pembelajaran.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat siklus dan terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Menurut Stephen Kemmis dan Robbin Mc.Taggart dalam Arikunto (2006:16) yang ada pada setiap siklus, yaitu

(a)planing, (b)acting,


(69)

(c) observasing (d)reflecting

Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 3 siklus, setiap siklus terdiri dari suatu kompetensi dasar yang terdiri dari 3 kali pertemuan, dan setiap satu kompetensi dasar selesai akan diadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi pokok tersebut serta dilakukan observasi untuk melihat minat belajar siswa dalam pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran type Examples Non ExamplesPada Mata Pelajaran PKn di Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong.

Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam pebelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(70)

Gambar 3.1 Diagram Pelaksanaan PTK Dari Kemmis dan Taggart Penjabaran bagan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

SIKLUS II

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS III

Pengamatan Refleksi


(71)

a. Identifikasi permasalahan pada kondisi awal melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan identifikasi permasalahan tindakan pada setiap siklusnya menggunakan lembar pengamatan minat belajar siswa serta lembar penilaian rencana dan pelaksanaan pembelajaran.

b. Membuat rencana pembelajaran yang akan diterapkan di kelas

c. Membuat skenario pembelajaran dengan model pembelajaranExamples Non Examples

d. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

e. Mempersiapkan lembar pengamatan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa.

f. Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan a. Persiapan Pembelajaran

1) Identifikasi materi pembelajaran

2) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 3) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP

4) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.


(72)

orang siswa (ideal pembagian kelompok adalah 2-3 siswa/ kelompok, namun dalam penelitian ini dibuat 5 siswa/ kelompok mengingat jumlah siswa yang banyak dan waktu pelaksanaan yang tebatas).

b. Kegiatan inti pembelajaran

1) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar.

2) Melalui diskusi kelompok 3-5 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

3) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

4) Guru memperhatikan kemampuan pemahaman siswa terhadap masalah yang akan didiskusikan.

5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat.

6) Setelah masing-masing kelompok menemukan suatu kesimpulan, maka guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan dan selanjutnya secara bergiliran..

7) Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi atau bertanya. 8) Guru merangsang terjadinya interaksi sesama siswa.


(73)

9) Guru memberikan pujian terhadap kelompok yang aktif. 10) Guru menyimpulkan tentang bahan diskusi tersebut.

11) Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

c. Penutup pembelajaran

1) Melakukan refleksi atau membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa. 2) Melakukan evaluasi dan tindak lanjut.

3. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini menggunakan dua lembar pengamatan, yaitu:

a. Lembar Pengamatan I digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa yang sesuai dengan pembelajaran (on task). Pengamatan ini dilakukan oleh guru lain (bukan peneliti) pada saat proses pembelajaran berlangsung pada setiap siklusnya, untuk mengetahui minat belajar siswa dalam pembelajaran.

b. Lembar Pengamatan II digunakan untuk mengetahui minat belajar belajar siswa yang tidak sesuai dengan pembelajaran (off task). Pengamatan ini dilakukan oleh guru lain (bukan peneliti) pada saat


(74)

proses pembelajaran berlangsung pada setiap siklusnya, untuk mengetahui minat belajar belajar siswa tidak sesuai pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan dengan mengamati hasil tes dan observasi serta menetukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.

3.5 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data yang bersumber dari guru berupa pelaksanaan penerapan modelExamples Non ExamplesAdapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 3-5 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.


(75)

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

f. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan.

2. Data yang bersumber dari siswa berupa penilaian minat belajar siswa. Adapun penilaian minat belajar siswa bersumber pada Pengkatagorian minat belajar siswa:

1. Perhatian terhadap penjelasan guru. 2. Keantusiasan mengerjakan tugas. 3. Mengajukan pertanyaan

4. Menjawab pertanyaan/mengemukakan pendapat 5. Hubungan kerjasama antar siswa.dalam diskusi 6. Memperhatikan penjelasan kelompok lain 7. Mencatat hal-hal penting

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Salah satu cara untuk melengkapi penelitian ini dengan menggunakan teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap yang


(76)

nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan skenario model pembelajaran yang telah dipersiapkan. Untuk lembar pengamatan pelaksanaan model pembelajaranExamples Non Examplesadalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kisikisi observasi aktivitas guru

NO Jenis Aktifitas Skor

1 2 3 4 5

A. Pendahuluan 1 Membuka Pelajaran

2 Menumbuhkan motivasi belajar B. Kegiatan Inti

3 Penguasaan materi

4 kesesuaian gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/ materi

5 Membimbing siswa dalam

memperhatikan/ menganalisis gambar 6 Membimbing siswa dalam

Menyampaikan hasil analisisnya

7 Membimbing siswa dalam tanya jawab 8 Membimbing siswa untuk

menyampaikan ide-ide

9 Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan hasil diskusi

10 kesesuaian materi dengan tujuan yang ingin dicapai

C. Penutup

11 Bersama siswa membuat rangkuman 12 Melaksanakan Pos tes/unpan balik 13 Mengakhiri Pelajaran

JUMLAH

Presentasi kerja guru Kategori kerja guru


(77)

Keterangan :

1. Sangat tidak aktif 2. Tidak aktif 3. Kurang aktif 4. Aktif

5. Sangat aktif

Data minat belajar siswa yang sesuai dengan pembelajaran adalah data primer (data yang berasal dari subyek) yang digunakan untuk menilai minat belajar yang sesuai dengan pembelajaran. Kisi-kisi observasi minat siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Minat Belajar Siswa

NO NAMA PESERTA

DIDIK

Aspek yang Diamati Skor

A B C D E F G

Keterangan:

Pengkatagorian minat belajar siswa: A. Perhatian terhadap penjelasan guru. B. Keantusiasan mengerjakan tugas. C. Mengajukan pertanyaan

D. Menjawab pertanyaan/mengemukakan pendapat E. Hubungan kerjasama antar siswa.dalam diskusi F. Memperhatikan penjelasan kelompok lain G. Mencatat hal-hal penting

Skor:

5 adalah minat belajar siswa sangat baik 4 adalah minat belajar siswa baik 3 adalah minat belajar siswa cukup


(78)

2 adalah minat belajar siswa kurang 1 adalah minat belajar siswa kurang sekali

2. Dokumentasi

Teknik dekomentasi digunakan untuk mendapatkan data-data primer yang berupa data jumlah siswa, foto aktifitas pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar penilaian.

3.7 Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh maka peneliti akan menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari data aktivitas siswa, dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam hal ini, data kualitatif menggunakan metode focus group discussion, dimana setiap kelompok diberi pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang diberikan.

Setiap siswa diamati minatnya secara klaksikal dalam setiap pertemuan dangan memberi skor pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Indikator siswa dikatakan aktif jika lebih dari atau sama dengan 75% frekuensi yang ditetapkan per-indikator dilakukan siswa. Setelah selesai diobservasi dihitung minat yang dimiliki siswa, lalu dipresentasikan.


(1)

64

Menentukan persentase aktivitas yang dilakukan siswa dengan menggunakan rumus

F

P = --- X 100% N

Keterangan: P : Angka persentase F Frekuensi minat siswa N : Jumlah individu

(Sudijono: 1996)

1. 81 - 100% adalah minat siswa sangat baik 2. 61 - 80% adalah minat siswa baik

3. 41 - 60% adalah minat siswa cukup 4. 21 - 40% adalah minat siswa kurang 5. 0 - 20% adalah minat siswa kurang sekali

3.8 Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan minat belajar siswa (on


(2)

117

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran Examples Non Examples pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong tahun pelajaran 2012/2013 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pelaksanaan model pembelajaran examples non examples pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong cenderung membaik pada setiap siklusnya. Pada siklus III 93,8% guru telah aktif melaksanakan pembelajaran dan hasil ini lebih baik dari siklus I yang hanya mencapai 62,9% dan siklus II yang mencapai 83%.

2. Hasil pengamatan minat belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran examples non examplescenderung membaik pada setiap siklusnya. Pada siklus III 93,8% guru telah aktif melaksanakan pembelajaran dan hasil ini lebih baik dari siklus I yang hanya mencapai 62,9% dan siklus II yang mencapai 83%.

3. Rata-rata minat belajar siswa pada siklus ketiga mencapai nilai sebesar 89,4% lebih tinggi dari pada model klasikal dengan nilai sebesar 47%. Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan model konvensional maka model pembelajaran


(3)

118

Examples Non Examples hingga siklus ketiga terjadi peningkatan keaktifan siswa sebesar 43,4%.

5.2 Saran

1) Kepada guru SMP Negeri 1 Kedondong hendaknya lebih memvariasikan proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran dan salah satunya adalah dengan model pembelajaranExamples Non Examples

2) Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran yang lebih baik seperti LCD, dan mini sound sistem sehingga mengefektifkan penggunaan model pembelajaran dan lebih memahamkan siswa terhadap materi pembelajaran PKn karena siswa dapat melihat langsung tayangan materi pembelajaran dalam pengaplikasian di kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan minat siswa dan dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono.1991. Psikologi Belajar. Rineka Cipta : Jakarta. 231 hal

Ahmad R. 2004.Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi.Jakarta: Rineka Cipta

Andi Mappiare. 1982.Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Jakarta.

Anita, L. 2005.Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Arends, R. 2008. Learning to Teach(Belajar untuk Mengajar). Terjemah oleh Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Budinangsih, A. 2004.Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Rineka Cipta.

Dalyon, M.1997.Psykologi Pendidikan,Jakarta: Rineka Cipta.

Djaali, H.2007.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Djaka Dt. Sati, Emma Zain.1997.“Rangkuman Ilmu Mendidik”,Mutiara Sumber Widya Jakarta

Effendi, Muh. Arief. 2009.The Power Of Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.

Gunarsa, Singgih. D. 2004.Psikologi Perkembangan Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta; PT. Gunung Mulia


(5)

Hakim, T. 2008.Belajar Secara Efektif, Jakarta: Rineka Cipta.

Hasibuan, Malayu S. P. Dan Mudjiono. 2001.Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Hilgard, dkk. 2006.Introducing To Psikology 14 th Edition. USA; Thomson, Wadsworth

Hutabarat, E.P. 1995.Cara Belajar.Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Ibrahim, R. 2003.Perencanaan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Kartini Kartono. 1995.Kamus Lengkap Psikologi. PT. Rajawali Pers. Jakarta.

Lester D. Crow & Alice Crow, Educational Psychology, American Book Company, New York, 1958, p.7.)

Mudjiono. 1999.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

Muhammad Ali. 1994.Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Mulyasa, 2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2005.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. 2004.Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia.

Nur Mohammad dan Wikandari, Prima Retno.1999.Pendekatan- Pendekatan Kontruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya : University Press.

Oemar Hamalik. 1995.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Pranita,T. 2010.Teori Belajar Konstruktivisme. http://edukasi.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 23 Juni 2010.


(6)

Sardiman, A.M. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sarwono, S.W. (2005).Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, Robert. 2002. Kooperatif Learning, Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, 2004.Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Suharsimi, Arikunto. 2001.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara.

Sukarni, A. 2009.Metode Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif. http://www.aneetha_soeka.student.fkip.uns.ac.id.Diakses tanggal 24 Juni 2011.

W.S. Winkel. 1985.Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia. Jakarta.

... 2003.Pendidikan Undang-Undang tentang Sistem Nasional, Bandung: Fokus Media.

... 2006.Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraantahun 2006, Jakarta: Depdiknas.

... 2006.Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,Jakarta: DEPDIKNAS.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII SMP NEGERI 2 KUTA BARO

0 7 1

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VB SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 39

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PELAKSANAAN DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 23 86

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 14 84

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 32 82

STUDI PERBANDINGAN PENANAMAN NILAI SOSIAL PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE DAN EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP MUHAMMADIY

0 14 105

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 60

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 59

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIERVEMENT DIVISIONS) DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 61

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIERVEMENT DIVISIONS) DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 60