UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIERVEMENT DIVISIONS) DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIERVEMENT DIVISIONS) DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 1 KEDONDONG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh:

Nurul Mar’ati

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIERVEMENT DIVISIONS) DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 1 KEDONDONG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh:

Nurul Mar’ati

Tecapainya tujuan pembelajaran yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara guru yang mengajar dan peserta didik (murid) yang belajar. Kemampuan guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran, guru hendaknya menggunakan metode ataupun model pembelajaran yang tepat supaya memudahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran juga salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar, dengan metode yang tepat secara otomatis akan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga kedua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan model pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, siswa dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, dan mengemukakan pendapat. Salah satu upaya untuk meningkatakan hasil belajar Siswa adalah dengan menerapkan metode pembelajaran diskusi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong dapat


(3)

meningkatkan aktivitas belajar Siswa pada setiap siklusnya. pada siklus I sebesar 55.71%, siklus II sebesar 69.99% dan siklus III sebesar 85,23%. 2. Pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions

(STAD) pada Siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong dapat meningkatkan hasil belajar Siswa. Persentase ketuntasan kelas dan nilai rata-rata kelas pada siklus I menunjukan persentase ketuntasan sebesar 48.57% pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 74.28% dan pada siklus III mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 80%.


(4)

\arna Mahasiswa

\o.

Pokok Mahasiswa

Jurusan Fro-eram Studi Fal-ultas

STAD (STUDENT TEATIS ACHIEYEMENT DIWSIONS) DI KELAS YII.I SMP NEGERI 1 KEDONDONG

TAHTJN PELAJARAN aONNO'3

clVruf

$@roti

1013103001

Pendidikan IPS

Pendidikan Ekonomi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs.

Teddy

Rusman,

M.Si.

IP

19600826 198603

l

001

2. Mengetahui

Pembimbing I,

Drs. Yon Rizal, M.Si.

\rP 19600818 198603

r 005

Kerua Jurusan

Pendidrkan Ilmu Pengetahuan Sosial

Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi


(5)

MENGESAHKAII

Tim Penguji

Ketua

:

Drs. Yon Rizal, M.Si.

Sekretaris

Penguji

:

Drs. Teddy Rusman, M.Si.

BukanPembimbing

:

Drs. Hi. Nurdin, M.Si.

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

fi-,r;

"o g Rah man,

lt

Si.

/

1960031s 198s03

I

003


(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

\ama Mahasiswa

\omor Pokok Mahasiswa Jurusan

Program Studi

Fakultas

Nurul Mar'ati

1013103001

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Keguruan dan lmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

drajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di

suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak pernah terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecauli disebutkan di dalam daftar prsaka.

Bandar Lampung, April 2013

Nurul Mar'ati NPM. 1013103001


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 9

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Aktivitas Belajar ... 21

3. Hasil Belajar ... 22

4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 25

B. Kerangka Pikir ... 30

C. Hipotesis ... 31

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Faktor Yang Diteliti ... 33

D. Rencana Tindakan ... 33

E. Data Penelitian ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Instrumen Penelitian ... 44

H. Analisis Data ... 49


(8)

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 53

2. Hasil Penelitian ... 59

a. Siklus I ... 59

b. Siklus II ... 64

c. Siklus III ... 67

3. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran ... 71

B. Pembahasan Penelitian ... 66

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 73

2. Hasil Belajar ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 77

b. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globlalisasi pada saat ini, menuntut tiap negara untuk bersaing dalam segala bidang, baik dalam ilmu pegetahuan maupun teknolog. Hal ini membuat perkembangan sumber daya manusia di berbagai aspek dalam suatu negara harus ditingkatkan , maka sebagai bangsa yang besar kita harus terus meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di dalam bangsa kita sendiri. Oleh sebab itu, pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian yang khusus dari semua kalangan secara terperinci yang mengacu ke masa depan.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan sumber daya manusia serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Menyadari betapa pentingnya masalah pendidikan pemerintah terus berupaya mewujudkan inovasi–inovasi dalam masalah pendidikan di Indonesia. Berbagai usaha dalam rangka pembangunan system pendidikan yang lebih berkualitas antara lain:


(10)

1. Selalu mengadakan peninjauan dan perbaikan kurikulum yang berlaku.

2. Peningkatan kompetensi guru dengan berbagai pelatihan seperti PLPG.

3. Mengangkat dunia pendidikan sebagai kebutuhan masyarakat yang vital.

4. Pengadaan methode belajar.

5. Pengadaan model-model pembelajaran.

6. Perbaikan sarana dan prasarana dalam belajar.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan ikhtiar untuk memajukan kehidupan bangsa yang ditandai oleh peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan suatu bangsa.Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan,sampai kapan dan dimanapun ia berada, tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan menurut Sanjaya (2008: 2) adalah agar dapat melayani setiap anak didik untuk mencapai tujuan pendidikannya.Tujuan pendidikan tersebut mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriaman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,kesehatan jasmani dan rohani,kepribadiaan yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.


(11)

3

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha Mengembangkan dan membina seoptimal mungkin potensi yang dimiliki setiap anak didik. Oleh karena itu perlu diadakan pembaharuan dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, karena hal ini akan berdampak pada hal mutu pendidikan dan lulusan sekolah tersebut. Dari sekolah, dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar anak didik secara umum, yang dilihat dari hasil dan mutu lulusannya.

Pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga semakin baik penggunaan metode pembelajaran semakin berhasil pencapaian tujuan. Hal ini berarti bahwa guru harus memilih metode yang tepat dan sesuai dengan bahan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Aktivitas belajar merupakan upaya bagi siswa dalam belajar yang mempunyai andil besar untuk memperoleh hasil belajar. Aktivitas belajar yang tinggi memungkinkan proses pembelajaran lebih efektif sehingga memungkinkan pencapaian kompetensi yang harus dimiliki siswa. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses aktivitas on task seperti bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan


(12)

teman,memberikan pendapat dalam diskusi, menyelesaikan tugas guru, ketepatan dalam mengumpulkan tugas.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar di SMP Negeri 1 Kedondong Kelas VII.1 masih banyak siswa yang mempunyai aktivitas belajar off task (kegiatan yang menghambat pembelajaran) dan perhatian yang rendah selama pembelajaran berlangsung. Hal ini tampak dari sedikitnya jumlah siswa yang aktif bertanya mengenai materi yang relevan yang diajarkan oleh guru, ngobrol pada saat guru menjelaskan, mengganggu teman, keluar masuk kelas, melamun atau ngantuk pada saat guru menerangkan pelajaran, dan mainan handphone. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 1 Kedondong Kelas VII.1 masih rendah.

Hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan Harian II (UH II) di kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Khususnya mata pelajaran IPS menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa masih tergolong rendah, seperti terlihat dalam Tabel 1.


(13)

5

Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VII.1 di SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013.

No. Rentang nilai Frekuensi Persentase (%)

Keterangan

I II I II

1. 75 – 84 2 4 5,71 11,43 Baik

2. 65 – 74 7 8 20 22,86 Lebih dari cukup

3. 55 – 64 8 11 22,86 31,43 Cukup

4. 45 – 54 10 7 28,57 20 Kurang

5. 35 – 44 8 5 22,85 14,28 Kurang sekali

Jumlah 35 35

100 100

Sumber : Dokumen SMP Negeri 1 Kedondong

Berdasarkan Tabel 1. di atas, telihat nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas VII.1 di SMP Negeri 1 Kedondong diatas 65 dan seluruh siswa hanyalah 25,71 % pada ulangan harian ke-I dan 34,29% pada ulangan harian yang ke II. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS pada siswa kelas VII.1 di SMP Negeri 1 Kedondong masih dibawah standar nilai kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 65. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah (1995:128) menyatakan bahwa “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65%, dikuasai maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah”.

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor, hal tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (2003 : 54-72 ) yang mengemukakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut.


(14)

1. Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Faktor intern sebagai berikut :

a. Faktor jasmaniah ( kesehatan dan cacat tubuh )

b. Fator psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan)

c. Faktor kelelahan

2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada dari luar individu. Faktor ekstern sebagai berikut :

a. Faktor keluarga ( cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasanarumah, keadaan IPS keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah ( metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah ),

c. Faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat ).

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Kriteria Jumlah Siswa Persentase (%)

Siswa yang aktif 14 40

Siswa yang belum aktif 21 60

Jumlah 35 100

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat siswa yang aktif sebanyak 14 siswa dari 35 siswa (40%) dan siswa yang belum aktif sebanyak 21 siswa dari 35 siswa (60%). Hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat aktivitas siswa masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas, rendahnya aktivitas diduga karena guru menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajarannya. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka


(15)

7

perlu adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan Latar belakang diatas, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul : “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achiervement Divisions) di kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1) Masih rendahnya aktivitas belajar siswa kelas VII.1 semester genap di SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013.

2) Masih rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VII.1 semester genap di SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013.

3) Guru bidang studi belum pernah menerapkan pendekatan pembelajaran tipe STAD pada siswa kelas VII.1 semester genap di SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013.

4) Sebagian besar guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional (Theacher Center).


(16)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas maka penelitian dibatasi pada upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS-IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achiervement Divisions) di kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achiervement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013?

2) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achiervement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achiervement


(17)

9

Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013. 2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achiervement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013. F. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

a) Kontribusi positif bagi guru-guru mata pelajaran IPS tentang alternatif strategi pembelajaran yang lain yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran STAD yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

b) Memperkaya khazanah keilmuan di bidang keilmuan di bidang pendidikan

2. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk mempermudah siswa memahami meteri pelajaran IPS yang disampaikan sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa lebih baik.


(18)

G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian

Penerapan model pembelajaran STAD untuk mengetahui aktivitas dan hasil Belajar IPS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.1 yang diajarkan menggunakan model pembelajaran STAD.

3. Wilayah Penelitian

SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/ 2013. 4. Waktu Penelitian


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dalam belajar terjadi perubahan baik tingkah laku, sikap dan cara berpikir. Pendapat Hamalik (2000: 43) menyatakan bahwa, “ belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengetahuan dan latihan”. Disini guru harus mengantarkan siswanya untuk memperoleh dan menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut. Good dan Brophy dalam Uno (2008 : 15) menyatakan bahwa, “ belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri ”.

Slameto ( 2003 : 2 ) berpendapat bahwa “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya”.


(20)

Pendapat senada dikemukakan Uno (2008: 34) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka belajar adalah suatu proses yang mengubah tingkah laku melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi pada lingkungan sekitarnya sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Belajar merupakan proses untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia dan merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Uno, 2008: 34)

Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat


(21)

13

(dalam Muhibbin, 2000: 91). Jadi menurut Reber belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang dapat mengubah kemampuan bereaksi seseorang yang bersifat permanen jika dilakukan dengan suatu latihan.

Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan baik menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya (Hamalik, 2001: 27).

Belajar adalah aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri sendiri di bawah bimbingan pengajar (Tirtaraharja, 2000: 51). Menurut Djamarah (2000: 73), belajar adalah berubah dan perubahan dalam belajar adalah disadari setelah berakhirnya kegiatan belajar. Jadi, dengan belajar akan menjadikan perubahan dalam segala aspek pribadi seseorang, sehingga siswa akan mampu dan sanggup menghadapi suatu kesulitan untuk memecahkan masalah. Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10) berpendapat bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah dan belajar merupakan tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan


(22)

sekitar. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.

Menurut Logan, dkk (1976) dalam Sia Tjundjing (2001: 70) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan . Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997: 193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, tetapi dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Irwanto (1997: 105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Mudzakir (1997: 34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

Saat belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998: 231) : “Belajar yang sebaik -baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar


(23)

15

mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, tetapi tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah, 2000: 116) antara lain sebagai berikut.

a. Perubahan Intensional

Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

b. Perubahan Positif dan aktif

Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya, sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

c. Perubahan efektif dan fungsional

Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa, sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

Ciri-ciri belajar yaitu belajar berbeda dengan kematangan, belajar dapat dibedakan dari perubahan fisik dan mental, ciri belajar yang hasilnya relatif menetap (Hamalik,1994: 48). Sesuai dengan pendapat di atas, sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu yang membedakan belajar dengan kegiatan lainnya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 42-49), prinsip-prinsip belajar meliputi kesiapan belajar, perhatian,


(24)

motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan, penguatan, dan perbedaan individual.

Prinsip-prinsip belajar meliputi: 1. kesiapan belajar

Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas.

2. perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek. Dapat pula dikatakan bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Belajar sebagai suatu aktivitas yang kompleks sangat membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar.

3. motivasi

Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tententu untuk mencapai tujuan (disposisi internal). Motif ini tidak selalu aktif pada diri seseorang. Pada suatu ketika motif itu aktif sehingga orang bersemangat melakukan suatu aktivitas, atau siswa bersemangat belajar, tatapi pada ketika lain motif tidak aktif artinya motivasi tidak timbul, sehingga siswa tidak terdorong untuk beraktivitas atau bersemangat untuk belajar.

4. keaktifan

Siswa adalah subjek yang melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, siswa harus aktif tidak boleh pasif.

5. mengalami sendiri

Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktivan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri (tidak minta tolong orang lain) akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dalam pemahaman yang mendalam. Prinsip ini telah dibuktikan oleh John Dewey dengan “Learning by doing”.

6. pengulangan

Materi pelajaran ada yang mudah dan ada pula yang sukar. Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight siswa perlu membaca, berfikir, mengingat dan yang tidak kalah penting adalah latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga meteri tersebut makin mudah diingat, dan pengulangan tanggapan tentang meteri makin segar dalam pikiran siswa sehingga makin mudah diproduksi.


(25)

17

7. materi pelajaran yang menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruuhi pula oleh rasa ingin tahu anak (curiosity) terhadap suatu persoalan. Curiosity ini timbul bila materi pelajaran yang dihadapannya bersifat menantang atau problematic.

8. balikan dan penguatan

Balikan (feed back) adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa dan guru. Dengan balikan, siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya.

9. perbedaan individual

siswa-siswa dalam suatu kelas yang dihadapi oleh guru tidaklah boleh disamakan kondisinya seperti benda mati. Masing-masing siswa mempunyai karakteristik, baik dilihat dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini tentu kemauan, minat serta kemampuan belajar mereka tidak persis sama (Muhibbidin Syah, 2000: 167-170).

Belajar bukanlah proses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas, berikut ini beberapa aktivitas belajar yaitu: (1) mendengarkan, (2) memandang,(3) meraba, membau, dan mencicipi/mengecap, (4) menulis atau mencatat, (5) membaca, (6) membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi, (7) mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan, (8) menyusun paper atau kertas kerja, (9) mengingat (10) berpikir, (11) latihan atau praktek ( Syaiful Bahri D, 2008: 38-45).

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan, bukan dari penurunan gen. Ada beberapa hal pokok dalam belajar antara lain, belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, belajar merupakan perubahan yang relatif mantap, dan tingkah laku yang dialami karena belajar


(26)

menyangkut berbagai aspek kepribadian baik psikis maupun fisik seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.

2. Pembelajaran

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas yang berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, dkk, 2000: 24). Menurut Sudjana (2000), pengertian pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Ada empat persoalan yang menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam pembelajaran. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Keempat komponen tersebut yaitu tujuan, metode dan alat serta penilaian.

Pembelajaran sebagai suatu sistem yang melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan penunjang merupakan suatu kesatuan


(27)

19

yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan salah satu wujud kegiatan pendidikan disekolah. Kegiatan pendidikan disekolah berfungsi membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa agar tumbuh kearah positif. Maka cara belajar disekolah harus terarah pada pencapaian ketuntasan. Melalui sistem pembelajaran di sekolah, siswa melakukan kegiatan belajar dengan tujuan akan terjadi perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan dalam pembelajaran berfungsi sebagai indicator keberhasilan pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. Bahan pelajaran merupakan isi kegiatan pembelajaran yang mewarnai tujuan dan mendukung tercapainya tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki oleh siswa. Metode dan alat berfungsi sebagai metode transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai metode dan alat yang digunakan harus betul-betul efektif dan efisien agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Kegiatan pembelajaran, siswa adalah sebagai subyek sekaligus sebagai obyek dari kegiatan pembelajaran. Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika siswa belajar secara aktif dalam proses pembelajaran.


(28)

Hasil pembelajaran yang optimal tergantung pada kemampuan siswa dan guru. Harapan siswa adalah memperoleh nilai yang baik sebagai acuan dalam proses kenaikan kelas, sedangan harapan guru adalah tercapainya proses pembelajaran menuju perubahan tingkah laku yang meliput kognitif, efektif, dan psikomotorik siswa. Dengan diperolehnya hasil belajar siswa yang optimal maka tujuan pembangunan dibidang pendidikan akan lebih mudah tercapai.

Tata hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antara berbagai komponen yang mendukung dalam pembelajaran, perlu dijalin dalam tata hubungan yang serasi, saling tergantung dan berinteraksi sehingga berdampak positif bagi pembentukan diri siswa. Jadi semua unsur tersebut harus saling kait-mengkait untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pengajaran ditetapkan oleh guru berdasarkan kurikulum, berupa tujuan pembelajaran khusus yang menjabarkan tujuan pengajaran beserta bahan pengajarannya. Siswa harus giat belajar untuk mencapai tujuan pengajaran melalui interaksi belajar mengajar bersama guru. Pemilihan metode mengajar yang tepat sangat mendukung keberhasilan dan proses pembelajaran di sekolah.

Dikaitkan dengan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Maka setiap pendidik (guru ) harus dapat memilih dan mampu menerapkan metode pengajaran yang baik dan tepat agar terjadi interaksi edukatif dan produktif. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada anak didik merupakan proses pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode-metode pengajaran tertentu. Metode pengajaran yang tepat akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.


(29)

21

3. Aktivitas Belajar

Menurut Sriyono ( 2011 ), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar, kekuatan mental itulah yang mendorong siswa untuk belajar. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita, ahli psikologi pendidikan menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar sebagai aktivitas.

Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Aktivitas-aktivitas yang dimaksud dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan aktivitas siswa yang mengarah pada proses belajar. Aktivitas tersebut dibagi menjadi dua antara lain :

1. aktivitas on task, seperti bertanya pada guru, dapat menjawab pertanyaan guru,menjawab pertanyaan teman, member pendapat dalam diskusi, menyelesaikan tugas dari guru, dan ketepatan dalam mengumpulkan soal. 2. aktivitas off task, seperti ngobrol, mengganggu teman, keluar masuk kelas,

melamun dan mainan hand phone.

Sriyono ( 2011 ) menyatakan, aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku sebagai berikut.

1. Bertanya pada guru.

2. Menjawab pertanyaan guru. 3. Menjawab pertanyaan teman. 4. Memberi pendapat dalam diskusi. 5. Meyelesaikan tugas dari guru. 6. Ketepatan mengumpulkan tugas.


(30)

Trianadi (2004: 45), menyatakan bahwa “ hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa ”. keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar mengajar yang ingin dicapai oleh setiap peserta didik sebagai hasil dari hasil pendidikannya. Pengertian hasil belajar menurut Tu`u ( 2004 : 75 ) adalah penguasaan pengetahuan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukan dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru.

Istilah hasil belajar dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukan dengan tes atau angka nilai yang di berikan oleh guru. Berdasarkan pendapat diatas, bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah yang berupa nilai dan angka.

Menurut Arikunto ( 2002 : 21 ), secara garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut.

a. Faktor-faktor yang bersumber dari diri manusia, dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis, yang dapat dikategorikan sebagai faktor yang antara lain usia kematangan, dan kesehatan.


(31)

23

Sedangkan yang dapat dikategorikan adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia ( human ) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran akan terlihat dalam bentuk nilai yang diperoleh melalui tes ( ulangan/ ujian ) yang berhubungan materi pelajaran yang telah diperoleh atau yang dipelajarinya. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (Formatif), nilai ulangan tengah semester (sub sumatif ), dan nilai ulangan semester (Sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial.

Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh peserta didik. Dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal yang dilakukan 3 kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.

5. Pembelajaran Kooperatif ( Kooperatif Learning )

Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam


(32)

penyelesaian tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajar pun dapat ditingkatkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran koopertaif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompo kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif itu adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.


(33)

25

Pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantungan pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu. Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif diatas, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga dalam kerja kelompok tidak ada anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus aktif.

6. Student Teams Achievement Division ( STAD )

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert E.Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. STAD (Students Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pendekatan yang paling baik untuk guru yang mulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas, selain itu, STAD merupakan suatu model pembelajaran yang efektif .

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan


(34)

kelompok (Pradnyo Wijayanti, 2002: 2-6). Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu sebagai berikut.

1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Penekanan dalam penyajian materi pelajaran adalah sebagai berikut.

a. Pembukaan

1) Katakanlah pada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

2) Guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk “menemukan” konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

3) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

b. Pengembangan

1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

2) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan hafalan.

3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

4) Memberi penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah.

5) Beralihlah pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

c. Latihan Terbimbing

1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan. 2) Memanggil anak secara acak untuk mengerjakan atau menyelesaikan soal.

Hal ini bertujuan agar semua siswa selalu siap mempersiapkan diri sebaik mungkin.

3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar jawaban yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.


(35)

27

Saat pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif, guru perlu mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama. Guru juga perlu memberi bantuan dengan cara memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan. Selain itu guru juga memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada saat kegiatan belajar kelompok berlansung. Selanjutnya langkah-langkah guru sebagai berikut.

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama- sama dan pindah ke meja kelompok.

2) Berikan waktu kurang lebih 10 menit untuk memilih nama kelompok. Kelompok manapun yang tidak dapat menyepakati nama kelompok pada saat itu boleh memilih kemudian.

3) Bagikan lembar kegiatan siswa.

4) Serahkanlah pada siswa untuk bekerjasama dalam pasangan, bertiga, atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soalnya sendirian dan kemudian dicocokkan dengan temanya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggungjawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan pertanyaan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya, dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi, penting bagi siswa agar mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan terlebih dahulu pada teman-teman sekelompok, sebelum bertanya kepada guru.

6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota lain bekerja, dan sebagainya.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai pertimbangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. Nilai perkembangan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan individu tiap anggota kelompok. Nilai awal diambil dari nilai kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya.


(36)

Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada kelompoknya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang siswapun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap siswa diberikan skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

4. Penghargaan Kelompok

Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan penghargaan berupa pujian atau barang yang berbentuk makanan kecil kepada kelompok yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Ada 4 tipe yang bisa digunakan oleh guru dalam model pembelajaran kooperatif (Abdurrahman dan Bintaro, 2000: 23) yakni salah satunya adalah tipe STAD. Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.


(37)

29

1. Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap anggota kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun

kemampuannya ( prestasi ).

2. Guru menyampaikan materi pelajaran.

3. Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan yang telah diberikan melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

4. Guru memberikan pertanyaan atau kuis terhadap seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru, siswa tidak boleh saling membantu. 5. Setiap akhir dari pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui

penguasaan siswa terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

6. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran dan kepada siswa individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

7. Kesimpulan

Pelaksanaan tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut. 1) Penjelasan materi pembelajaran.

2) Diskusi atau kerja kelompok belajar. 3) Validasi oleh guru.

4) Evaluasi ( tes ).

5) Menentukan nilai individual dan kelompok.

6) Penghargaan individu atau kelompok (Wijayanti, 2002: 4-6).

Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD

Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006: 26) sebagai berikut. a) Meningkatkan kecakapan individu.

b) Meningkatkan kecakapan kelompok.

c) Meningkatkan komitmen.

d) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya.

e) Tidak bersifat kompetitif.

f) Tidak memiliki rasa dendam.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD

Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:27 ) sebagai berikut. a) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

b) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran


(38)

B. Kerangka Pikir

Model pembelajaran merupakan suatu setrategi pembelajaran dimana dalam pembelajaran itu akan mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide peokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari dalam kehidupan nyata.dengan pembelajaran aktif ini, pesrta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.

Model Pembelajaran STAD (student team achievement divisions) yaitu, guru menjelaskan materi sebagai pengantar, kemudian guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi yang diberikan. Kemudian setiap kelompok diminta untuk melakukan presentasi secara suka rela. Dan kelompok mengirimkan anggota mereka untuk membagikan hasil diskusi kelompok mereka. Kemudian kembali pada keadaan semula dan materi diakhiri dengan membuat kesimpulan yang dipandu oleh guru.

Pada dasarnya model pembelajaran apapun lebih mudah diterapkan pada siswa yang memiliki tingkat aktivitas, intelegensi dan motivasi yang tinggi. Pada Model Pembelajaran STAD (student team achievement divisions) dimana peserta didik diberikan kebebasan untuk mengutarakan pendapat,


(39)

31

maka yang terjadi ialah siswa yang memiliki aktivitas lebihlah yang akan mendominasi kelas itu.

Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat di gambarkan paradigma penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut.

1. Ada peningkatan aktivitas belajar IPS setelah menggunakan model pembelajaran tipe STAD pada siswa kelas VII.1 semester genap di SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Ada peningkatan hasil belajar IPS setelah menggunakan model pembelajaran tipe STAD pada siswa kelas VII.1 semester genap di SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013.

Model Kooperatif Tipe STAD

Aktivitas Belajar Meningkat

Hasil belajar meningkat


(40)

III. METODE PENELITIAN

A.Setting Penelitian

Pendekatan penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa Kelas VII.1 semester genap pada SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan menerapkam model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD), sesuai dengan tujuan penelitian, rancangan penelitian tindakan kelas atau class room action research.

Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah masalah yang diaplikasikan secara langsung didalam ajang kelas atau dunia kerja. Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VII.1 semester genap pada SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Alternatif untuk pemecahan masalahnya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode pembelajaran pada pelajaran IPS untuk siswa kelas VII.1 semester genap pada SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dimaksudkan


(41)

33 untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.

B.Tempat dan Waktu Penetitian 1. Tempat Pengertian

Tempat penelitian adalah siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap di kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

3. Subyek dan Objek Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dilakukan di kelas kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan jumlah siswa 35 yang terdiri dan 15 siswa laki- laki dan 20 siswa perempuan.

b. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dengan rnenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

4. Rancangan Penetian

Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus


(42)

merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan yang mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal, analisis penyebab masalah dan menetapkan intervensi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya skenario pembelajaran yang telah direncanakan,

c. Pengamatan/ Observasi

Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS. Pengumpulan data dilakukan pada tahap ini.

d. Refleksi

Refleksi disini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam tahap ini hasil observasi dikumpulkan serta dianalisa. Dengan data observasi guru dapat merefleksi dan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil dan refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.


(43)

35 Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam bagan berikut:

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan untuk menyempurnakan siklus II.

Penjabaran dari gambar di atas, proses penelitian tindakan sebagai berikut.

a. Siklus I

 Perencanaan

Untuk mendapatkan hasil yang baik, pastinya harus berawal dari perencanaan yang baik pula. Dalam rencana tindakan siklus I, peneliti


(44)

mengaharapkan hasil yang optimal. Sehingga penulis mempersiapkan dengan sungguh-sungguh pada siklus I ini. Persiapan yang dilakukan penulis antara lain:

- Guru membuat RPP sesuai dengan SK dan KD yang akan diajarkan - Guru menyiapkan materi yang akan di ajarkan

- Guru menyiapkan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan di ajarkan

- Guru menyiapkan lembar observasi dan uji siklus untuk mengetahui kemapuan siswa dalam menguasai materi  Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan siklus I direncanakan dengan tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua guru menyampaikan materi dan menerapkan model STAD. Kemudian pada pertemuan ketiga guru memberikan tes siklus.

 Pengamatan

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran guru mengamati aktivitas siswa dan mengisi lembar pengamatan.

 Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus I selesai, dilakukan evaluasi yang berguna untuk mengatasi kekurangan dan kendala yang dihadapai selam siklus I berlangsung.


(45)

37 b. Siklus II

 Perencanaan

Setelah memperoleh hasil pada siklus I, guru memperbaiki kekurangan pada siklus I sebagai bahan perbaikan pada siklus II. Persiapan yang dilakukan penulis pada siklus II antara lain:

- Guru membuat RPP sesuai dengan SK dan KD yang akan diajarkan - Guru menyiapkan materi yang akan di ajarkan

- Guru menyiapkan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan di ajarkan

- Guru menyiapkan lembar observasi dan uji siklus untuk mengetahui kemapuan siswa dalam menguasai materi  Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan siklus II direncanakan dengan tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua guru menyampaikan materi dan menerapkan model STAD. Kemudian pada pertemuan ketiga guru memberikan tes siklus.

 Pengamatan

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran guru mengamati aktivitas siswa dan mengisi lembar pengamatan.

 Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus II selesai, dilakukan evaluasi yang berguna untuk mengatasi kekurangan dan kendala yang dihadapai selama siklus II berlangsung.


(46)

c. Siklus III  Perencanaan

Setelah memperoleh hasil pada siklus II, guru memperbaiki kekurangan pada siklus II sebagai bahan perbaikan pada siklus III. Persiapan yang dilakukan penulis pada siklus III antara lain:

- Guru membuat RPP sesuai dengan SK dan KD yang akan diajarkan - Guru menyiapkan materi yang akan di ajarkan

- Guru menyiapkan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan di ajarkan

- Guru menyiapkan lembar observasi dan uji siklus untuk mengetahui kemapuan siswa dalam menguasai materi  Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan siklus III direncanakan dengan tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua guru menyampaikan materi dan menerapkan model STAD. Kemudian pada pertemuan ketiga guru memberikan tes siklus.

 Pengamatan

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran guru mengamati aktivitas siswa dan mengisi lembar pengamatan.

 Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus III selesai, dilakukan evaluasi yang berguna untuk mengatasi kekurangan dan kendala yang dihadapai selama siklus III berlangsung.


(47)

39 5. Prosedur Penelitian

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut. a. Menyusun jadwal penelitian.

b. Menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan dengan penerapan kontekstual model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

d. Mendesain bahan ajar dan tugas siswa yang akan digunakan dalam kegiatan belajar IPS.

e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan penerapan kotekstual model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

f. Menyusun lembar kerja observasi aktivitas belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan terdiri dan tiga kegiatan pokok yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan kegiatan penutup. Kegiatan siswa mengakomodir aktivitas tanya jawab dengan memgadopsi dan memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan kelas.


(48)

c. Observasi

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan dan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain:

Tabel 2. Lembar observasi untuk menganalisis aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

No Per 40 Menit % Ket

1 2 3 4 5 ……

1 2 3 4 5

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (on Task) 1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru

2. Mencatat penjelasaan guru yang sesuai dengan materi pelajaran 3. Berdiskusi dengan sesama teman yang bernomor sama

4. Berani menyampaikan jawaban dengan tegas sesuai dengan pertanyaan 5. Bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum faham

6. Berani memberikan kritik dan saran kepada kelompok yang bernomor lain

Kegiatan yang tidak relevan (Off Task) 1. Tidak memperhatikan penjelasan guru 2. Tidak menulis atau tidak mencatat 3. Mengantuk


(49)

41 5. Mengobrol

6. Bermain-main

d. Refleksi

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

6. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indikator keberhasilan dan penelitian. lndikator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalan merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

Sekaligus sebagai acuan untuk menentukan jumlah siklus dalam penelitian. Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut.

a. Jika sekurang-kurangnya persentase aktivitas belajar siswa 81 %-90% Maka telah masuk dalam kreteria “tinggi”.

b. Jika sekurang-kurangnya dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai 70%

mencapai KKM maka masuk dalam kreteria “Baik.

7. Sumber data penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri sebagai berikut.

1. Data aktivitas siswa, yaitu data yang diperoleh dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data basil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diperoleh dan tes hasil belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus I, II dan III.


(50)

8. Teknik Pengumpulan Data

1. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, guru menggunakan metode penelitian tindakan kelas yaitu suatu jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas. 2. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan dengan tujuan unluk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis yang diberikan pada setiap akhir siklus.

9. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Analisis data format I rnenggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa ditentukan dengan mengisi lembar observasi.

2. Analisis dan Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan koritekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiap akhir siklus dengan rumus:

x N N Y

S

 100 %

Keterangan:

Y = Nilai rata-rata kelas

Ns = jumlah nilai tes seluruh siswa N = jumlah siswa


(51)

43 10. Instrumen tes

a. Uji Syarat lnstrumen Tes 1. lnstrumen Tes (Kognitif)

Uji persyaratan instrumen tes ini diperoleh melalui pemberian tes pilihan ganda pada siswa dengan syarat intrumen tes sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu mengkorelasi skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu syarat dengan r hitung ≥ r tabel dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

γ pbi = Mp – Mt / Si √p / q

keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah

Dengan kriteria pengujian jika harga rhit rtabel dengan α=0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid,dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid.


(52)

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,558 Valid

No. 2 0,444 0,488 Valid

No. 3 0,444 0,510 Valid

No. 4 0,444 0,534 Valid

No. 5 0,444 0,515 Valid

No. 6 0,444 0,636 Valid

No. 9 0,444 0,521 Valid

No. 10 0,444 0,446 Valid

No. 11 0,444 0,479 Valid

No. 12 0,444 0,469 Valid

No. 13 0,444 0,493 Valid

No. 14 0,444 0,480 Valid

No. 15 0,444 0,471 Valid

No. 17 0,444 0,514 Valid

No. 18 0,444 0,488 Valid

No. 19 0,444 0,533 Valid

No. 20 0,444 0,520 Valid

Setelah melakukan uji Siklus I dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 3 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 7,8, 16 dengan nilai r hitung

˂ r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka didrop soal tersebut.

Tabel 6. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,453 Valid

No. 2 0,444 0,488 Valid

No. 3 0,444 0,610 Valid

No. 4 0,444 0,530 Valid

No. 6 0,444 0,534 Valid

No. 8 0,444 0,535 Valid

No. 9 0,444 0,561 Valid

No. 10 0,444 0,459 Valid

No. 11 0,444 0,479 Valid

No. 12 0,444 0,455 Valid

No. 13 0,444 0,523 Valid

No. 14 0,444 0,542 Valid

No. 15 0,444 0,621 Valid


(53)

45

No. 17 0,444 0,480 Valid

No. 18 0,444 0,527 Valid

No. 19 0,444 0,478 Valid

No. 20 0,444 0,667 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 2 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 5 dan 7 dengan nilai r hitung

˂ r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka soal didrop tersebut.

Tabel 7. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,469 Valid

No. 2 0,444 0,454 Valid

No. 3 0,444 0,492 Valid

No. 4 0,444 0,473 Valid

No. 5 0,444 0,629 Valid

No. 6 0,444 0,479 Valid

No. 7 0,444 0,454 Valid

No. 9 0,444 0,458 Valid

No. 10 0,444 0,462 Valid

No. 11 0,444 0,605 Valid

No. 12 0,444 0,490 Valid

No. 13 0,444 0,453 Valid

No. 14 0,444 0,463 Valid

No. 15 0,444 0,479 Valid

No. 16 0,444 0,529 Valid

No. 17 0,444 0,453 Valid

No. 18 0,444 0,479 Valid

No. 19 0,444 0,604 Valid

No. 20 0,444 0,446 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 8 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.


(54)

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung

menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Arikunto (2006 : 101).

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan dengan menggunakan rumus :

K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² ) Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p )

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Berdasarkan uji siklus yang sudah dilakukan diperoleh reliabilitas soal pada siklus I yaitu 0,47, pada siklus II diperoleh 0,61 dan pada siklus III diperolah 0,55.


(55)

47 c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks

kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :

P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2006: 208) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :

- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah


(56)

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran soal Kategori

0,00 – 0,30 Sukar 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,

14,15,16,17,18,19,20 0,31 – 0,70 Sedang

11 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS II

0,00 – 0,30 Sukar 1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,12,13,

14,15,16,17,18,19,20

0,31 – 0,70 Sedang

4 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS III

0,00 – 0,30 Sukar 1,2,3,4,5,79,10,11,16,17,18,1

9, 20

0,31 – 0,70 Sedang

6,8,12,13,14 0,71 – 1,00 Mudah

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasa disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Tanpa negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut


(57)

49 tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa; tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus sebagai berikut. D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah

Klasifikasi daya pembeda D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006 : 213 ).


(58)

Tabel 9. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori

4,7,11 0,00 – 0,20 Jelek

2,3,5,9,13,19,20 0,21 – 0,40 Cukup 6,10,12,14,15,17,18 0,41 – 0,70 Baik

1 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS II

4,11,20 0,00 – 0,20 Jelek

2,7,8,9,12,13,19 0,21 – 0,40 Cukup 1,3,5,6,10,14,18 0,41 – 0,70 Baik

15,17 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

2,4,8,11,16 0,00 – 0,20 Jelek

3,5,6,14,18,19 0,21 – 0,40 Cukup 1,7,9,10,12,13,15,17,20 0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali 11. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus.

2. Siswa yang memperoleh nilai diatas >65 mencapai lebih dari 70% (Arikunto, 2006 : 217 ).


(59)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa pada setiap siklusnya. pada siklus I sebesar 55.71%, siklus II sebesar 69.99% dan siklus III sebesar 85,23%.

2. Pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) pada Siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong dapat meningkatkan hasil belajar Siswa. Persentase ketuntasan kelas dan nilai rata-rata kelas pada siklus I menunjukan persentase ketuntasan sebesar 48.57% pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 74.28% dan pada siklus III mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 80%.


(60)

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan:

1. Upaya peningkatan aktivitas belajar Siswa, guru menerapkan metode belajar dan model pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS diantaranya motivasi belajar Siswa akan meningkat, dengan meningkatnya motivasi maka aktivitas belajar Siswa juga meningkat. 2. Upaya peningkatan hasil belajar Siswa guru harus menyiapkan

perencanaan pembelajaran, absen, dan model pembelajaran yang cocok dengan pelajaran IPS diantaranya Model Kooperatif Tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD).


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi(2010), Penelitian Tindakan, Yogyakarta: Aditya Media. Arikunto, Suharsimi, Prof. Suharjono, Prof. Supardi (2009), Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

Rineka cipta. Jakarta

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Mempraktikan Learning di ruang-ruang kelas. Gramedia. Jakarta

Nasution, S. 2005. Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Sugiono (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Alfabeta. Sujana, 1996. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.

Suyatno ( 2008 ). Model-model Pembelajaran Inovatif untuk Digunakan Guru. http://garduguru.blogspot.com/


(1)

48 Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran soal Kategori

0,00 – 0,30 Sukar 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,

14,15,16,17,18,19,20 0,31 – 0,70 Sedang

11 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS II

0,00 – 0,30 Sukar 1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,12,13,

14,15,16,17,18,19,20

0,31 – 0,70 Sedang

4 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS III

0,00 – 0,30 Sukar 1,2,3,4,5,79,10,11,16,17,18,1

9, 20

0,31 – 0,70 Sedang

6,8,12,13,14 0,71 – 1,00 Mudah

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasa disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Tanpa negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut


(2)

49 tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa; tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus sebagai berikut. D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah

Klasifikasi daya pembeda D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006 : 213 ).


(3)

50 Tabel 9. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori

4,7,11 0,00 – 0,20 Jelek

2,3,5,9,13,19,20 0,21 – 0,40 Cukup 6,10,12,14,15,17,18 0,41 – 0,70 Baik

1 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS II

4,11,20 0,00 – 0,20 Jelek

2,7,8,9,12,13,19 0,21 – 0,40 Cukup 1,3,5,6,10,14,18 0,41 – 0,70 Baik

15,17 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

2,4,8,11,16 0,00 – 0,20 Jelek

3,5,6,14,18,19 0,21 – 0,40 Cukup 1,7,9,10,12,13,15,17,20 0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali 11. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus.

2. Siswa yang memperoleh nilai diatas >65 mencapai lebih dari 70% (Arikunto, 2006 : 217 ).


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement

Divisions (STAD) pada siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong

dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa pada setiap siklusnya. pada siklus I sebesar 55.71%, siklus II sebesar 69.99% dan siklus III sebesar 85,23%.

2. Pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) pada Siswa kelas VII.1 SMP Negeri 1 Kedondong dapat meningkatkan hasil belajar Siswa. Persentase ketuntasan kelas dan nilai rata-rata kelas pada siklus I menunjukan persentase ketuntasan sebesar 48.57% pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 74.28% dan pada siklus III mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 80%.


(5)

74

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan:

1. Upaya peningkatan aktivitas belajar Siswa, guru menerapkan metode belajar dan model pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS diantaranya motivasi belajar Siswa akan meningkat, dengan meningkatnya motivasi maka aktivitas belajar Siswa juga meningkat. 2. Upaya peningkatan hasil belajar Siswa guru harus menyiapkan

perencanaan pembelajaran, absen, dan model pembelajaran yang cocok dengan pelajaran IPS diantaranya Model Kooperatif Tipe Students Teams


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi(2010), Penelitian Tindakan, Yogyakarta: Aditya Media. Arikunto, Suharsimi, Prof. Suharjono, Prof. Supardi (2009), Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

Rineka cipta. Jakarta

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Mempraktikan Learning di ruang-ruang

kelas. Gramedia. Jakarta

Nasution, S. 2005. Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Sugiono (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Alfabeta. Sujana, 1996. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.

Suyatno ( 2008 ). Model-model Pembelajaran Inovatif untuk Digunakan Guru. http://garduguru.blogspot.com/


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 79

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGS A W PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 1 JEMBRANA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 54

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 14 84

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 32 82

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 60

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 59

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIERVEMENT DIVISIONS) DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 61

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIERVEMENT DIVISIONS) DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 60

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 51