4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kerusakan lingkungan khususnya di Indonesia akhir-akhir ini telah menjadi perhatian banyak pihak, baik di dalam negeri maupun oleh dunia internasional. Hal
ini ditandai oleh meningkatnya bencana alam seperti bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan yang semakin meningkat. Rendahnya daya dukung Daerah Aliran
Sungai DAS sebagai suatu ekosistem diduga merupakan salah satu penyebab utama terjadinya bencana alam yang terkait dengan air wa ter related disaster tersebut.
Kerusakan DAS dipercepat oleh terjadinya peningkatan pemanfaatan sumberdaya lahan sebagai akibat dari pertambahan jumlah penduduk dengan kecepatan
pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 2,5 persentahun Hardjowigeno, 2007, adanya konflik kepentingan dan kurangnya keterpaduan antar sektor, antar wilayah
hulu-tengah-hilir, terutama pada era otonomi daerah. Pada era otonomi daerah, sumberdaya alam ditempatkan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah PAD
Permenhut RI No. P.39Menhut-II2009, sehingga dalam pemanfaatannya lebih sering didasarkan pada kepentingan sesaat dengan alasan peningkatan PAD tanpa
memperdulikan azas konservasikelestarian serta keberlanjutan fungsi untuk generasi yang akan datang.
Pengelolaan DAS pada hakekatnya merupakan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam berbasis ekosistem DAS untuk kesejahteraan manusia
dan kelestarian DAS itu sendiri. Kegiatan pengelolaan DAS tersebut dapat berdampak positif maupun negatif yang di antaranya dapat dilihat melalui indikator
keseimbangan neraca air di dalam DAS yang bersangkutan. Adanya keterkaitan antar kegiatan pengelolaan sumberdaya lahan dalam DAS dan dampak yang
ditimbulkannya memungkinkan untuk mengukur keberlanjutan pengelolaan sumberdaya yang dilakukan. Hal inilah yang melandasi digunakannya ekosistem
DAS sebagai satuan terbaik dalam pengelolaan sumberdaya berbasis ekosistem Peraturan Menhut RI No. P.42Menhut II2009.
Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan lahan dan lingkungannya adalah dengan menggunakan lahan secara bijak dan terencana. Untuk
hal itu kebijakan dalam penggunaan lahan harus didasakan pada beberapa aspek yaitu: 1 aspek teknis yang menyangkut potensi sumberdaya lahan yang dapat
diperoleh dengan melakukan evaluasi lahan; 2 aspek lingkungan yaitu bagaimana
5 dampaknya terhadap lingkungan disekitarnya; 3 aspek hukum, yaitu penggunaan
lahan harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sesuai dengan aturan tata ruang yang telah ada; 4 aspek sosial yaitu penggunaan lahan tidak boleh hanya
menguntungkan seseorang, tapi juga harus bermanfaat bagi seluruh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dan sekitarnya; 5 aspek ekonomi yaitu penggunaan lahan
yang optimal yang memberi keuntungan setinggi-tingginya tanpa menyebabkan kerusakan terhadap lahannya sendiri serta lingkungannya; 6 aspek politik yaitu
kebijakan pemerintah. Karena itu, evaluasi lahan merupakan kegiatan yang harus dilakukan agar
rencana tataguna lahan dapat tersusun dengan baik. Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu dapat dievaluasi dengan ketepatan yang tinggi bila data yang
diperlukan cukup tersedia dan berkualitas baik. Peta kesesuaian lahan yang baiktepat akan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan tataguna lahan. Evaluasi lahan pada dasarnya merupakan bagian dari proses perencanaan
tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas
lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian lahan untuk tipe penggunaan lahan
tersebut Hardjowigeno, 2007. Sedangkan kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan yang lebih spesifik misalnya
kesesuaian lahan untuk tanaman pangan padi, kedele, tanaman perkebunan kakao, cengkeh, kesesuaian lahan untuk tanaman hutan, dan sebagainya.
Pemilihan jenis komoditas yang akan dikembangkan khususnya untuk tanaman panganperkebunan harus benar-benar sesuai dengan persyaratan
tumbuhnya crop requirementnya agar tanaman tersebut tidak hanya dapat tumbuh, tetapi juga mampu berproduksi secara optimal dan lestari PPT., 1983. Sedangkan
teknologi manajemen lahan harus selaras dengan karakteristik biofisik dari lahan yang bersangkutan, dalam arti segala kaidahnya harus dimengerti dan ditaati.
Ketersediaan database yang memadai pada tingkat mikro dalam perencanaan penggunaanmanajemen lahan yang berbasis DAS di Provinsi Bali saat ini dirasakan
masih sangat kurang. Saat ini database tentang potensi dan manajemen lahan kebanyakan tersedia pada skala tinjau skala 1 : 250.000 sehingga masih sulit untuk
6 diaplikasikan di lapangan. Oleh sebab itu penyediaan database tentang potensi dan
pola manajemen lahan dalam sekala yang lebih besar mutlak diperlukan sebagai acuan dalam pengelolaan suatu DAS khususnya pada DAS Unda yang sangat rentan
terhadap terjadinya degradasi lahan. Puslittanak 1993 melalui Proyek Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan dan AgroklimatLREP II Part C telah memetakan tanah pada skala 1 : 50.000 pada 7 kabupaten di Bali yaitu kabupaten Karangasem, Kelungkung, Bangli,
Gianyar, Badung, Denpasar, dan sebagian daerah Kabupaten Tabanan. Hasil pemetaan tersebut menghasilkan peta tanah semi detil skala 1 : 50.000 dengan
klasifikasi tanah sistem taksonomi, namun belum menghasilkan peta kesesuaian lahan dan informasi teknologi pengelolaan lahan yang diperlukan secara lebih rinci.
Untuk menjawab tantangan tersebut, perlu adanya informasi data sumberdaya lahan yang valid dan relevan untuk pengembangan suatu wilayah dengan harapan agar
setiap wilayah dapat diketahui potensinya sehingga dapat dikelola secara optimal dan berkelanjutan
Kontribusi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah : 1 rekomendasi arahan penggunaan lahan spesifik lokasi berdasarkan hasil evaluasi lahan, 2 terbangunnya
sistem informasi lahan berbasis DAS, 3 ditemukannya pembataskendala yang harus diatasi dalam pengelolaan lahan di daerah penelitian, 4 tersedianya peta
kesesuaian lahan sebagai dasar perencanaan penggunaan lahan di daerah penelitian, 5 adanya kajian akademik pedoman penggunaan lahan berdasarkan aspek-aspek
teknis, lingkungan, hukum, aspek sosial, maupun aspek ekonomi, dan 6 adanya Jalinan kerjasama dengan Pemda dalam pelestarian lahan dan peningkatan ketahanan
pangan
7
III. METODE PENELITIAN