1
4.2 Kesesuaian Lahan
Penentuan kelassubkelas kesesuaian lahan aktual menggunakan system “matching” yaitu memadukan dan membandingkan antara karakteristikkualitas
lahan dengan persyaratan tumbuh crop requirement komoditas tanaman yang dievaluasi. Kriteria kesesuaian lahan menggunakan petunjuk teknis evaluasi lahan
untuk komoditas pertanian dari Balai Penelitian Tanah 2003. Dalam system matching ini berlaku hukum minimum, yaitu kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh
nilai terkecil dari karakteristikkualitas lahan yang sifatnya sebagai pembatas terberat atau paling sulit diatasi dibandingkan dengan faktor pembatas lainnya.
Adapun jenis komoditas tanaman yang dievaluasi adalah komoditas tanaman yang telah berkembangdiusahakan pada masing-masing satuan lahan yang
bersangkutan. Komoditas tanaman perkebunan yang banyak dikembangkan di wilayah penelitian antara`lain: kelapa, kakao, cengkeh, dan kopi robusta. Tanaman
hortikultura buah-buahan antara lain: pisang, jeuk, durian, nangka, salak, rambutan, manggis dan mangga.
Hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual dan potensial berdasarkan hasil matching kualitaskarakteristik lahan dengan beberapa komoditas yang dievaluasi
pada masing-masing satuan lahan dapat dilihat pada Tabel 2.
1. Kesesuaian Lahan Aktual
Berdasarkan hasil matching antara kualitaskarakteristik lahan dengan komoditas tanaman yang dievaluasi, kesesuaian lahan aktual sebagian besar
tergolong tidak sesuai N, dan sesuai marginal S3. Kualitaskarakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat utama antara lain: kualitas lahan bahaya
erosi lereng dan bahaya erosi, ketersediaan air curah hujan dan bulan kering, temperatur, media perakaran tekstur tanah dan bahan kasar.
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa daerah penelitian khususnya lahan kering didominasi oleh bentuk wilayah bergelombang sampai bergunung dengan
kisaran lereng 15 - 65 dengan tingkat bahaya erosi tergolong berat sampai sangat berat. Di samping itu belum adanya tindakan konservasi tanah yang memadai baik
secara mekanik maupun vegetatif
2 Kualitas lahan ketersediaan air curah hujan bersifat sebagai pembatas
khususnya pada wilayah bagian hulu karena tingginya curah hujan sehingga melebihi dari yang dipersyaratkan untuk tanaman hortikultura buah-buahan. Hal ini terbukti
sangat jarang ditemukan jenis tanaman buah-buahan yang berkembang di wilayah penelitian. Kualitas lahan ketersediaan air lamanya bulan kering bersifat sebagai
faktor pembatas karena lamanya bulan kering 5 bulan untuk wilayah penelitian bagian bawah. Untuk jenis tanaman kayu hutan kualitas lahan ketersediaan air tidak
terlalu bermasalah. 2. Kesesuaian Lahan Potensial
Berdasarkan atas asumsi jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan terhadap kualitaskarakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat, kelas
kesesuaian lahan potensial untuk : a. Tanaman perkebunan kelapa, kakao, cengkeh, dan kopi robusta berkisar dari tidak
sesuai N, cukup sesuai S2, sesuai marginal S3. Kualitas lahan yang bersifat sebagai faktor pembatas adalah: kualitas lahan bahaya erosi lereng dan bahaya
erosi, temperatur, ketersediaan air curah hujan dan bulan kering, dan media perakaran tekstur tanah, dan bahan kasar.
b. Tanaman hortikultura buah-buahan pisang, jeruk, durian, nangka, salak, rambutan, manggis, dan mangga berkisar dari tidak sesuai N, cukup sesuai S2, sesuai
marginal S3, dan sangat sesuai S1. Kualitas lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat untuk pengembangan tanaman hortikultura buah-buahan adalah:
kualitas lahan bahaya erosi lereng dan bahaya erosi, kualitas lahan ketersediaan air curah hujan, bulan kering, temperatur, media perakaran tekstur tanah dan bahan
kasar. Berdasarkan pada asumsi tingkat perbaikan dan jenis usaha perbaikan terhadap
kualitaskarakteristik lahan aktual menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya, kesesuaian lahan potensial untuk komoditas yang dievaluasi tanaman perkebunan
dan hortikultura buah-buahan secara umum dapat dinaikkan satu sampai dua tingkat.
Pembatas tingkat bahaya erosi yang berat sampai sangat berat pada kondisi terrainmedan yang tidak terlalu curam dapat diatasi dengan melakukan tindakan
konservasi baik dengan cara mekanis maupun vegetative dengan menanam jenis tanaman yang dapat menahan erosi dan tanaman penguat teras. Namun pada unit-unit
lahan dengan lereng curam sampai sangat curam dengan tingkat bahaya erosi sangat
3 berat sangat sulit dilakukan perbaikan sehingga secara potensial masih tetap jadi
pembatas dalam pengembangan lahan yang bersangkutan. Pembatas ketersediaan air curah hujan yang terlalu tinggi pada wilayah bagian
atas, masih tetap jadi faktor pembatas dalam pengembangan beberapa komoditas tanaman perkebunan maupun tanaman hortikultura buah-
buanan …. . Demikian pula halnya pada pembatas lamanya bulan kering pada wilayah bagian bawah.
Kualitas lahan temperatur yang rendah pada beberapa unit lahan pada wilayah bagian atas secara potensial masih menjadi faktor pembatas dalam pengembangan
beberapa komoditas perkebunan maupun hortikultura buah-buahan. Kualitas lahan media perakaran tekstur tanah yang agak kasar dan bahan kasar
yang tinggi masih bersifat sebagai pengambat untuk beberapa jenis komoditas perkebunan maupun hortikultura buah-buahan. Tektur tanah yang agak kasar dengan
kandungan pasir yang tinggi masih tetap jadi pembatas untuk beberapa komoditas pertanian karena daya pegang tanah terhadap air sangat rendah. Kandungan bahan
kasar yang tinggi pada beberapa unit lahan masih menjadi faktor pembatas karena dapat mengganggu perkembangan akar tanaman. Tekstur tanah yang agak kasar
dengan kandungan pasir yang tinggi pada lereng-lereng yang tidak terlalu curam masih dapat diatasi dengan penambahan bahan organik.
4.3 ArahanRekomendasi Pengelolaan Lahan Seperti diketahui bahwa evaluasi kesesuaian lahan tidak hanya menghasilkan
kelas kesesuaian lahan saja, akan tetapi juga harus dapat menunjukkan pilihan pengelolaan lahan lebih lanjut. Asumsi yang digunakan adalah bahwa kelas
kesesuaian lahan seperti uraian di atas dikelompokkan berdasarkan atas jenis dan jumlah faktor pembatasnya.
Penetapan alternatif penggunaanpengelolaan lahan mutlak harus berdasarkan atas hasil evaluasi kesesuaian lahan yaitu: deskripsi karakteristikkualitas lahan, hasil
evaluasi kesesuaian lahan, deskripsi jenis dan intensitas faktor penghambatnya, asumsi mudah tidaknya usaha perbaikan yang dapat dilakukan terhadap faktor
prnghambatnya uji produktivitas lahan. Namun pada penelitian ini tidak sampai pada uji produktivitas lahan karena keterbatasan waktu dan dana.
Perlunya dirancang alternatif penggunaan lahan di daerah penelitian adalah untuk perbaikan kelestarian lahan, di samping peningkatan produktivitas
lahantanamannya. Sesuai dengan hasil identifikasi di lapangan, bahwa lahan-lahan kering di daerah penelitian sebagian besar sangat rentan terhadap bahaya erosi dan
4 longsor lahan sehingga dalam pengelolaannya segala kaidahnya harus benar-benar
dimengerti dan ditaati, sesuai dengan intisari kesesuaian lahan adalah kelestarian, persyaratan penggunaan, sosial budaya dan ekonomi.
Tingginya tingkat bahaya erosi, adanya kerentanan terhadap longsor lahan, dan kurangnya tindakan konservasi di wilayah penelitian mengharuskan prioritas pertama
pada tindakan pencegahan erosi dan longsor lahan melalui tindakan konservasi ta nah dan air baik dengan metode mekanis maupun dengan metode vegetatif. Dalam
Perencanaan tataguna lahan, lahan lahan dengan kemiringan lereng 40 tidak cocok untuk pertanian dan sebaiknya dibiarkan tertutup untuk hutan Hardjowigeno
dan Widiatmaka, 2007. Seperti diketahui bahwa, lahan lahan kering di wilayah penelitian di luar
kawasan hutan adalah merupakan lahan-lahan hak milik masyarakat dan sebagian besar merupakan kebun campuran. Oleh karena itu, untuk merekomendasikan lahan-
lahan milik masyarakat tersebut agar tertutup hutan nampaknya tidak memungkinkan. Dalam FAO 1983 dijelaskan bahwa sasaran yang harus dicapai
oleh perencanaan tataguna lahan pedesaan harus memenuhi syarat kelestarian, efisiensi, keadilan kesamaan hak, dan dapat diterima semua pihak sustainability,
efficiency, equity dan acceptability. Manajemenpengelolaan lahan berkelanjutan dengan menitik beratkan pada
kelestarian dan optimalisasi dapat direkomendasikan dengan pola agroforestry yang disertai dengan pencegahan erosi dan longsor lahan secara vegetatif karena lebih
murah dan mudah untuk dilakukan oleh petani. Di samping itu hasil tanaman berupa kayu hutan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi pula. Namun perlu
diperhatikan bahwa dalam pelaksanaan metode vegetatif beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: pemilihan jenis tanaman, tingkat kemiringan lereng, dan
kerentanannya terhadap erosi dan longsor lahan. Sebagai persyaratan vegetatif untuk pengendalian longsor lahan dipilih jenis tanaman yang memiliki persyaratan antara
lain: memiliki sifat perakaran dalam mencapai batuan, perakaran rapat dan mengikat agregat tanah dan bobot biomasanya ringan. Jadi upaya budidaya yang
dapat disarankan adalah kombinasi antara tanaman kayu hutan dengan tanaman hortikultura buah-buahan dengan ketentuan minimal 40 harus tertutup kayu hutan
termasuk tanaman pencegah erosi dan longsor lahan dengan memperhatikan kerapatan tanamannya. Adapun jenis-jenis kayu hutan yang dapat dikembangkan
5 adalah jenis-jenis kayu yang kanopinya tidak terlalu berat, tumbuh cepat seperti
gempinis, jabon, dan jenis-jenis yang berbunga kupu-kupu seperti sengon. Khusus pada lahan-lahan dengan tingkat kemiringan lereng curam 45-65
sampai sangat curam 65 serta rawan longsor, kerapatan tanaman harus dibedakan antara kaki lereng, lereng tengah dan lereng ataspuncak. Pada bagian kaki
lereng penutupan paling rapat sama dengan standar kerapatan tanaman, pada bagian tengah lereng penutupan agak jarang yaitu ½ standar kerapatan, dan bagian atas
penutupan jarang yaitu ¼ standar kerapatan tanaman. Pada kerapatan yang jarang diisi dengan tanaman penutup tanah cover crop. Pada bagian tengah dan bagian atas
lereng diupayakan perbaikan drainase internal dan eksternal yang baik sehingga air yang masuk ke dalam tanah tidak terlalu besar agar tingkat kejenuhan air pada tanah
yang berada di atas lapisan kedap bidang gelincir bebannya dapat dikurangi. Beberapa jenis tanaman pencegah erosi dan longsor lahan yang mempunyai akar
tunggang dalam dan akar cabang banyak yang dapat direkomendasikan sesuai dengan kondisi biofisik setempat adalah: Aleurites moluccana Kemiri, Vitek
pubescens Laban, Lagerstroemia speciosa Bungur, Melia azedarach Mindi, Cassia siamea Johar, Acacia villosa, Eucalyptus alba, Leucaena glauca. Khusus
pada tebing-tebing jurang dan kanan kiri sungai dapat direkomendasikan tanaman bambu.
6
V. KESIMPULAN DAN SARAN.