9 perencanaan konservasi tanah, dan mengarahkan kegiatan uji produktivitas rencana
penggunaan lahan. Hasil delineasi satuan lahan selanjutnya di transper di atas peta rupa bumi untuk melakukan koreksi geografis.
2. Kegiatan survei pendahuluan
Survei pendahuluan bertujuan untuk melakukan pengecekan batas-batas satuan lahan homogen yang telah didelineasi. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan
untuk mengevaluasi dan mengkalibrasi data sekunder yang telah dikumpulkan. Pada tahap ini juga dilakukan penjajagan aksesibilitas, ketersediaan tenaga pembantu
lapangan, dan perbaikan-perbaikan terhadap batas-batas unit lahan yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, serta melakukan review lapangan dengan melakukan
pengamatan sebanyak mungkin pada satuan lahan yang dianggap sebagai daerah kunci.
3. Survei lapang
Setelah tahapan survei pendahuluan dilakukan maka dilakukan perbaikan seperlunya sesuai dengan hasil orientasi lapang. Hasil survei pendahuluan ini
selanjutnya dijadikan dasar untuk pelaksanaan survei utamalapang yang terdiri dari kegiatan-kegiatan:
a. Pengumpulan data karakteristik lahan dan pengambilan sampel tanah
Pengumpulan data karakteristik lahan dan lingkungannya dilakukan dengan
metode survei evaluasi lahan . Karakterisasi lahan di lapangan dilakukan dengan
mencatat semua data karakeristik lahan di lapangan ke dalam blangko pengamatan tanah di lapang yang telah dipersiapkan. Karakteristik lahan di lapangan yang
diamati meliputi: unit geomorfologilandform, jenis batuanbahan induk tanah, kemiringan lereng permukaan, jenis tanah, kedalaman tanahkedalaman efektif tanah,
sebaran batuan di permukaan tanah, ada tidaknya bahan kasar dalam penampang tanah, kondisi drainase tanah, dan sebagainya.
b. Pengumpulan data manajemen lahan
Di samping pengamatan terhadap karakteristik lahan seperti yang telah disebutkan di atas, dilakukan juga pengamatan terhadap kondisi lingkungan dan
10 tingkat manajemen lahan yang dilakukan saat ini seperti: penggunaan lahan, jenis
vegetasi yang ada, jenis vegetasi yang dominan, kondisi pertumbuhan tanaman, manajemen pengelolaan lahan yang dilakukan tindakan konservasi, masukaninput
yang diberikan dan produktivitas per satuan luas dalam bentuk produksihasil tanaman yang dikembangkan saat ini, serta permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dalam pengelolaan lahan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan para petani dengan mempersiapkan quisioner.
c. Pengambilan sampel tanah
Pengambilan sampel tanah dilakukan secara stratified purposive sampling dengan satuan lahan homogen sebagai stratumnya. Pengambilan sampel dilakukan
secara transek pada daerah yang miring dan dengan sistem grid bebas pada daerah yang datar. Sampel tanah diambil pada dua lapisan yaitu pada kedalaman 0 - 30 cm
dan 30 - 60 cm dengan menggunakan bor. Sedangkan untuk mengetahui kedalaman efektif tanah pengeboran dilanjutkan hingga kedalaman 150 cm untuk tanah-tanah
yang tergolong dalam atau sampai kontak litikparalitik pada grup tanah-tanah dangkal. Semua data yang diambil dari hasil pengeboran selanjutnya dievaluasi
secara fisik di lapangan, untuk mendapatkan sampel pewakil.
4. Analisis sampel tanah di Laboratorium
Setiap contoh tanah yang ditetapkan sebagai sampel pewakil, kemudian dilakukan analisis di laboratorium untuk menetapkan karakteristik fisik, kimia dan
kesuburannya. Adapun karakteristik tanah yang ditetapkan di Laboratorium meliputi : Tekstur tanah, kandungan pasir kasar dan pasir halus, kandungan bahan organik, N
Total, P tersedia, K tersedia, KTK, KB, pH tanah, kadar garam, permeabilitas tanah, dan berat volume tanah.
5. Tabulasi dan analisis data
Setelah selesai melakukan analisis sampel tanah di laboratorium dilanjutkan dengan tabulasi data yaitu data pengamatan karakteristik di lapangan maupun di
laboratorium dihimpun dalam bentuk tabel-tabel untuk memudahkan dalam analisisinterpretasi datanya. Analisisinterpretasi data dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian lahan dan ada tidaknya bahaya erosi.
11
5. Evaluasi kesesuaian lahan
Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara matching mecocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristikkualitas lahan yang ada.
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan adalah system klasifikasi kesesuaian lahan yang disusun oleh Puslittanak 1993. Secara hirarki klasifikasi
kesesuaian lahan ini dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu order, kelas,
subkelas, dan unit. Order adalah keadaan kesesuaian lahan secara umum, yang terdiri dari ordo sesuai S dan ordo tidak sesuai N. Kelas adalah kesesuaian lahan
yang dibedakan pada tingkat ordo. Dalam tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai dibedakan menjadi kelas sangat sesuai S1, cukup sesuai S2 dan sesuai
marginal S3, Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak dibedakan menjadi tidak sesuai saat ini tapi masih ada kemungkinan untuk dinaikkan kelasnya N1, dan tidak
sesuai selamanya N2. Subkelas adalah kedaan tingkatan dalam kelas kesesuaian
lahan yang dibedakan berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi
faktor pembatas. Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan,
yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Tingkatan analisis kesesuaian lahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
klasifikasi tingkat unit.
7. Perencanaan Penggunaan Lahan
Rencana penggunaan lahan pada setiap unit lahan disusun berdasarkan hasil evaluasi kesesuain lahan, prediksi bahaya erosi dan besarnya sedimentasi yang
terjadi. Prinsip dasar penyusunan rencana penggunaan lahan yang digunakan adalah meningkatnya produksi pertanian baik secara fisik maupun secara ekonomis,
berkelanjutan, tanpa merusak lingkungan. Dengan kata lain penggunaan lahan sesuai dengan kemampuankesesuaian lahannya. Untuk itu terlebih dahulu dipilih
jenis tanaman yang kesesuaian lahannya paling tinggi secara agroekologi dengan faktor pembatas yang paling ringan. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan jenis tanaman yang akan direncanakan selain kesesuaian lahannya adalah jenis tanaman tersebut mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi-tinggi, sangat
12 diperlukan oleh masyarakat, menunjang kepentingan pariwisata dan secara sosial
budaya dapat diterima oleh masyarakat setempat. Untuk mencegah erosi dan pelestarian lingkungan maka perlu dirumuskan
recana konservasi pengelolaan lahannya. Rencana konservasi tanah ini dirumuskan dengan prinsif erosi aktual yang terjadi harus lebih kecil dari erosi yang dapat
ditoleransikan. Untuk itu nilai P pengelolaan yang paling kecil dengan biaya yang paling rendah merupakan pilihan utama. Bagan alir kegiatan penelitian ini sejak
dimulai dari persiapan sampai didapatkan arahan penggunaan dan peta kesesuaian lahan disajikan pada Gambar 1.
13 Peta Kelas
Lereng Peta Tanah
Peta Landform
Peta Penggunaan
Lahan Peta
Geologi
Peta Tentatif Satuan Lahan
Survei Pendahuluan
Survei Lapang Data Morfologi Tanah
- Lereng permukaan
- Drainase Tanah
- Kedalaman Efektif
Tanah -
Bahan Kasar -
Bahaya Banjir -
Batuan dipermukaan -
Batuan dipermukaan -
dll Pengambilan Sampel
Tanah
Analisis Tanah di Lab. : -
Tekstur Tanah -
Permeabilitas Tanah -
KTK, KB -
C-Orgnik, pH -
Salinitas, N-Total -
P- Tersedia, K-Tersedia -
Tabulasi dan Klasifikasi Data KarakteristikKualitas Lahan
Data Karakteristik dan Kualitas Lahan Persyaratan
Tumbuh Tanaman Maching
Kesesuaian Lahan + Faktor Pembatas
Peta Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Tanaman Panagan dan Perkebunan
Arahan Tata Guna Lahan
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
14
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
KarakteristikKualitas Lahan Daerah Penelitian
Hasil analisis karakteristikkualitas lahan pada masing-masing sampel tanah dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kondisi medan lahan kering daerah penelitian ± 60 tergolong dalam kelas lereng D-G 15 - 65 yaitu
miringberbukit sampai sangat curambergunung, dan 75 menampakkan gejala agak rentan sampai sangat rentan terhadap rawan longsor dan erosi parit. Drainase
tanah tergolong baik, serta kedalaman tanahnya tergolong dalam. Batuan permukaan berkisar dari 0 - 60 , singkapan batuan berkisar dari 0 -2,
Penutupan lahan masih tergolong cukup bagus yaitu 60-80 lahan masih tertutup vegetasi, namun pada lahan-lahan dengan kelerengan curam sampai sangat curam
masih banyak yang dikembangkan untuk tanaman perkebunan seperti kelapa, kakao, cengkeh dan kopi dengan pola tumpangsari. Manajemen lahan masih tergolong
rendah terlihat dari penataan tanaman yang tidak beraturan,pemeliharaan tanaman pemupukan, penambahan bahan organik, dan sebagainya sangat kurang. Tindakan
konservasi baik secara vegetatif maupun teknis sangat kurang, sehingga pada kebanyakan tempat erosi parit dan longsor lahan nampak sangat jelas.
Berdasarkan hasil analisis sampel tanah, yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, sifat fisik tanah
seperti tekstur tanah didominasi tekstur agak kasar lempung berpasir dengan kandungan pasir 40 - 70 , tekstur sedang lempung dan lempung berdebu, dan
tekstur agak halus lempung berliat; permeabilitas tanah berkisar dari sangat cepat sampai agak cepat; erodibilitas tanah kepekaan tanah terhadap erosi berkisar dari
sedang sampai agak tinggi; dan tingkat bahaya erosi 87 tergolong berat sampai sangat berat.
Sifat kimia dan kesuburan tanahnya yang meliputi KTK tanah bervariasi dari rendah, sedang, sampai tinggi; kejenuhan basa sedang sampai tinggi, pH tanah
tergolong netral, kadar garam tergolong sangat rendah, bahan organik tergolong rendah, sangat rendah, sedang, sampai tinggi; N-total tergolong sangat rendah
sampai rendah, P-tersedia tergolong sangat rendah, rendah, sampai tinggi; dan K- tersedia tergolong sedang, rendah, sampai tinggi.