FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN Di DESA TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011
ABSTRAK
FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU
NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN Di
DESA TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG
KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN 2011
OlehRevi Pebriyani
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa saja paling dominan yang menyebabkan pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, subjek yang diteliti adalah warga masyarakat yang telah mengadakan ngukhau ngamin yang tidak menggunakan tata cara ngukhau ngamin sesuai adat yang telah ditentukan. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan angket sebagai teknik pokok, sedangkan teknik penunjang adalah dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan interval dan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden, 19 responden atau 47,5% berkatagori berpengruh. Hal ini dikarenakan masyarakat menilai telah terjadi pergeseran dalam tahapan tata cara ngukhau ngamin yang disebabkan oleh faktor pengaruh budaya luar, faktor kesadaran masyarakat, komunikasi budaya, pembelajaran budaya, faktor praktis, dan faktor daya ingat masyarakat (lupa). Sedangkan hasil penelitian berdasarkan indikator faktor pengaruh budaya luar merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi pergeseran tata cara ngukhau ngamin.
(2)
FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU
NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA
TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN
PESAWARAN
TAHUN 2011
Oleh
REVI PEBRIYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN ABSTRAK ……… i
HALAMAN JUDUL ………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. iii
HALAMAN PENGESAHAN ……… iv
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ……… v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. vi
HALAMAN MOTTO ………. vii
KATA PENGANTAR ……… viii
DAFTAR ISI ……… ix
DAFTAR TABEL ……….. xvii
DAFTAR GAMBAR ………. xix
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xx
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Pembatasan Masalah ... 12
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12
1. Tujuan Penelitian ... 12
2. Kegunaan Penelitian ... 12
2.1 Kegunaan Secara Teoritis ... 12
2.2 Kegunaan Secara Praktis ... 13
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 14
1. Ruang Lingkup Ilmu ... 14
2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 14
3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 14
4. Ruang Lingkup Lokai ... 14
5. Ruang Lingkup Waktu... 14
II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 15
1. Pengertian Adat ... 15
2. Masyarakat Adat ... 17
3. Masyarakat Lampung Saibatin ... 18
3.1. Identitas Masyarakat Adat Suku Lampung ... 20
3.3. Sifat dan Watak Masyarakat Lampung ... 20
(4)
5. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pergeseran Tata Cara Adat Pada
Ngukhau Ngamin………. …….. 31
B. Peran Penyimbang Adat Terhadap Pelestarian Budaya Masyarakat Lampung Saibatin ... 38
C. Kerangka Pikir ... 42
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 44
B. Populasi dan Sampel ... 45
1. Populasi ... 45
2. Sampel ... 46
3. Teknik Sampling... 46
C. Variabel Penelitian ... 46
1. Variabel Penelitian ... 46
1.1 Variabel Bebas (X) ... 46
1.2 Variabel Terikat (Y) ... 46
2. Definisi Operasional Variabel ... 47
2.1 Variabel Bebas (X) ... 47
2.2 Variabel (Y) ... 50
D. Rencana Pengukuran Variabel ... 51
E. Teknik Pengumpulan Data ... 53
1. Teknik Pokok ... 53
1.1. Angket ... 53
2. Teknik Penunjang... 54
2.1. Teknik Observasi... .... 54
2.2. Dokumentasi ... ... ... 54
2.3. Wawancara ... ... .. 54
F. Validitas dan Uji Reliabilitas... 55
1. Validitas ... 55
2. Uji Reliabilitas... 55
G. Teknik Analisis Data... 57
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan... .... 59
A. Langkah-Langkah Penelitian... ... 59
1. Persiapan Pengajuan Judul... ... 60
2. Pengajuan Rencana Judul... ... 60
3. Penyusunan Alat Pengumpulan Data... ... 60
4. Pelaksanaan Uji Coba Angket... ... ... 61
B. Gambaran Umum Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran……… 66
1. Sejarah Berdirinya Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran……….. ……….. 66
2. Keadaan Alam……….. 66
3. Keadaan Penduduk……… 67
4. Identitas Responden……….. 67
C. Penyajian Data Dan Deskripsi Data……….…. 68
(5)
V. Penutup
A. Kesimpulan……… 98 B. Saran……….. 100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(6)
DAFTAR TABEL
Lampiran Halaman
1. Jumlah warga yang tidak melaksanaan tata cara Ngukhau Ngamin... 5
2. Perbedaan Antara Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa Dulu dan Tata Cara
Ngukhau Ngamin Pada Masa sekarang... 9
3. Hasil Uji Coba Angket Item Ganjil (X)………... 62
4. Hasil Uji Coba Angket Item Genap (Y)………... 63.
5. Kerja Hasil Antar Item Ganjil (X) Dengan Item Genap (Y)……… 63
6. Jumlah Penduduk ……….. 67
7. Pekerjaan Responden ……….. 68
8. Distribusi Skor Hasil Angket Pengaruh BudayaLuar …..… ……….. 114
9. Distribusi Hasil Angket Pengaruh budaya Luar ………. 115
10. Distribusi Frekuensi Faktor Budaya Luar ……… 116
11. Distribusi Skor Hasil Angket Kesadaran Masyarakat ………. 117
12. Distribusi Hasil Angket Kesadaran Masyarakat………... 118
13. Distribusi Frekuensi Kesadaran Masyarakat ………... 119
14. Distribusi Skor Hasil Angket Faktor Komunikasi Budaya……… 120
15. Distribusi Hasil Angket Komunikasi Budaya ……….. 121
16. Distribusi Frekuensi komunikasi budaya ……… 122
17. Distribusi skor Hasil Angket Pembelajaran Budaya……… 123
18. Distribusi Hasil Angket Pembelajaran Budaya ……….. …… 124
19. Distribusi Frekuensi Indikator Pembelajaran Budaya ……… 125
20. Distribusi Skor Hasil Angket Praktis……… 126
21. Distribusi Hasil Angket Praktis ………... 127
(7)
23. Distribusi Skor Hasil Angket Daya Ingat Masyarakat ……… 129
24. Distribusi Hasil Angket Daya Ingat Masyarakat ………. 130
25. Distribusi Frekuensi Daya Ingat Masyarakat ……….. 131
26. Distribusi Skor Hasil Angket Seluruh Indikator ………. 132
27. Distribusi Skor Hasil Angket Seluruh Responden ………... 133
(8)
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah: Nama : Revi Pebriyani NPM : 0743032033 Program Studi : PPKn
Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS / KIP
Alamat : Bukit Kemiling Permai Blok.Q No.97 Bandar Lampung. Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali, yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Januari 2012 Revi Pebriyani
(9)
PERSEMBAHAN
Seluruh jiwa raga yang telah diberikan kesehatan jasmani dan rohani ,
dan semua yang telah kuraih tak lepas dari rasa
syukur ku pada Allah SWT
Dengan segenap rasa kasih sayang kupersembahkan karya kecil ini
kepada :
Kedua Orang tua ku tercinta Bapak Khazuli dan Ibu Eliyani
yang selalu membimbing dan mendo’akan dalam setiap
langkahku demi keberhasilan dimasa depan ku.
Abang , eteh, adik, keponakan serta keluarga besarku yang
segenap hati menanti keberhasilanku.
Serta untuk seseorang yang kelak akan mendampingi
hidupku yang akan menjadi pemimpinku untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
(10)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Revi Pebriyani, dilahirkan di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada tanggal 17 Pebruari 1988 dari pasangan Bapak Khazuli
dan Ibu Eliyani yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Pendidikan Formal yang pernah ditempuh penulis antara lain : 1. Sekolah Dasar Negeri 5 Gunung Sugih. Kecamatan
Kedondong Kabupaten Pesawaran, Lulus tahun 2000
2. Sekolah Menengah Tsanawiyah Perguruan Diniyyah Putri Lampung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan diselesaikan pada tahun 2003
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006.
Kemudian tahun 2007 melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Non Reguler), penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
(11)
SANWACANA Asalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Faktor
Penyebab Pergeseran Tata Cara Ngukgau Ngamin Pada Masyarakat Lampung
Saibatin Di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011”. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu dinantikan syafaat di hari akhir, pada keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang taat hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini sebagai syarat dalam menyelesaikan studi, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis dan penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak. Dr. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr.M. Thoh B.S jaya, M.S selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas
keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
(12)
7. Bapak Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memotivasi penulis.
8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing akademik sekaligus Pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi dan arahan pada penulis.
9. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.Si. selaku Pembahas Utama yang telah banyak
memberikan saran dan masukan kepada penulis.
10.Ibu Hj. Arnida Warganegara, S.H. selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.
11.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn khususnya serta para pendidik di
Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis.
12.Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah memberikanku kasih sayang, doa,
motivasi, tenaga dan keringat untuk ku. “Aku akan menjadi suatu kebanggaan kalian, aku sayang pada kalian”.
13.Kakak-kakak ku abang Hilal dan eteh Ria yang selalu memberikan dukungan
baik moril maupun materil dalam hidupku, mendoakan dan menunggu keberhasilan ku.
14.Seluruh keluargaku yang telah menunggu keberhasilanku. Terimakasih buat doanya.
15.Buat kak Siswadiantara yang sudah menemaniku dalam menggapai mimpi. Makasih buat doa, perhatian dan support nya. Semoga kita sama-sama berhasil. 16.Temen-temen di FKIP PPKn ’07 (Dewi Kusumawati, Intan, Melya, Novia Frisca, Mesi, Yuri, Putri Dwi, Leni, Dewi Yuliana, Dina, Vanesa, Yogi, Irvan, Febra, Andri, Topik, Ade, Masuni, dll., yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, kakak tingkat dan adik tingkatkatku makasih atas doa dan dukungan kalian.
17.Buat sahabat aku Dara, Sholeha, Elok, Yuli, Hevi, Yayan, dan (Qiran’s) terimakasih atas dukungan dan motivasinya, Semoga kita menjadi seorang yang berguna bagi Nusa dan Bangsa.
18.Keponakanku yang lucu dan imut Zakia Sabrina, terimakasih atas kasih sayang nya dan semoga kia kelak menjadi seorang yang sukses.
(13)
19.Sahabat-sahabat PPLku di SMK NEGERI 2 Bandar Lampung Zares, Devi, Tri, Nunik, Sandi, Irvan, Andri, April, dan Ketut yang telah memberikan semangat dan doa untuk keberhasilan demi masa depan.
20.Ojek-ojek qu yang ada di BKP, Trimakasih atas pelayanan kalian semoga lancar dalam menjalankan tugas.
21.Semua pihak yang telah memberikan bantuan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang ada pada diri penulis, sehingga dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, November 2011 Penulis
(14)
A. Latar Belakang
Masyarakat Lampung sebagai salah satu suku di Indonesia memiliki Falsafah atau pandangan hidup yang dijiwai piil pesenggikhi (harga diri), yaitu segala sesuatu yang menyangkut harga diri, prilaku yang luhur dalam nilai dan maknanya, sikap hidup yang harus menjaga dan menegakkan nama baik, martabat secara pribadi maupun kelompok. Masyarakat Lampung terdiri dari dua kelompok besar, yaitu masyarakat Lampung yang beradat Pepadun dan masyarakat Lampung yang beradat Pesisir atau Saibatin. Kedua kelompok masyarakat ini memiliki adat istiadat yang khas sesuai dengan kebiasaan masing-masing, dan masyarakat Lampung yang mempunyai dua rumpun bahasa yaitu, berdialek ”Api” (apa) dan berdialek “nyow” (apa), (Hilman Hadikusuma, 1990:13).
Semakin berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat kearah yang lebih modern. Akibatnya masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan kebudayaan daerah. Perubahan kebudayaan yang terjadi didalam masyarakat tradisyonal, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pliralisme nilai dan norma sosial. Hal ini juga terjadi pada suku Lampung. Kebudayaan yang dulu menjadi ciri khas suku lampung mulai mengalami pergeseran dan bahkan dilupakan oleh masyarakat Lampung itu sendiri.
(15)
Pergeseran ini disebabkan oleh perubahan pola pikir masyarakat Lampung. Perubahan pola pikir ini terbentuk seiring dengan masuknya kebudayaan-kebudayaan lain, kemajuan teknologi, dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Perubahan pola pikir tersebut ditunjukkan pada fakta, masyarakat Lampung cendrung lebih memilih sesuatu yang bersifat praktis dan mulai meninggalkan tradisi atau adat yang dianggap rumit. Contohnya dalam tata cara pelaksanaan Ngukhau ngamin. Mengundang warga untuk dapat menghadiri hajatan anggota masyarakat yang akan membuat acara adat perkawinan, sunatan, cukuran dan lain-lain.
Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung saibatin di Desa Tebajawa
Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada umumnya memiliki nilai-nilai Moral dan kesopanan dalam cara berbicara maupun cara berpakaian, seperti berpakaian yang rapi, memakai celana panjang/ sarung, memakai baju yang berlengan panjang dan memakai peci pada saat akan mengundang masyarakat dalam acara syukuran.
Tata cara ngukhau ngamin biasanya di dahului dengan cara mengetuk pintu, memberi salam, setelah salam diterima barulah menyampaikan undangan secara lisan atau dialok dengan berbahasa lampung yang baik.
Contoh ngukhau ngamin dalam bentuk berdialok yaitu sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb
Api kabakh puakhi/ Kamaman/Abang …?
Kheji pai semangkung ne saya diwakilko jama keluarga bapak Ansorri haga ngukhau ngamin dilom acara walimatul khitan, anjo sikindua ngehakhap kekhatongan ne Puakhi/ Kamaman/Abang sai dija dipaiya sikindua ngenuk maksud kilu bantu du’a restu ne di khani Khebu malam Kamis, tanggal 21
(16)
September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di Jenganan sikin Dua Ansorri.
Kantu khesan ukhauan sinji, atas kekhatongan ne, sikindua nyampai kon terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Arti dari undangan yang berbahasa Lampung tersebut yaitu sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb
Apa kabar Saudara/ Paman/Abang ku...?
Mohon maaf sebelumnya saya mewakili dari keluarga bapak Ansorri akan menyampaikan undangan dalam acara Walimatul Khitan. Kami sekeluarga mengharap kedatangan Saudara/ Paman/Abang yang disini dimana kami bermaksud minta bantu doa restunya di hari Rabu malam Kamis tanggal 21 September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di rumah kediaman Bapak Ansorri.
Demikian undangan ini, atas kedatangannya saya ucapkan terima kasih.
Bila undangan secara lisan atau dialok tersebut sudah disampaikan maka, langsung berpamitan pulang dengan memberi salam. Akan tetapi bila di rumah yang akan diundang tidak ada atau sedang berpergian, maka yang mengundang akan kembali lagi kerumah yang akan diundang tersebut.
Perubahan dalam pelaksanaan ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran ini dapat dilihat dari banyak tahapan yang mulai disederhanakan atau bahkan ditinggalkan. Hal ini akan membawa dampak bagi generasi berikutnya, karena semakin banyaknya masyarakat yang kurang melaksanakan adat ngukhau ngamin yang sesuai dengan adat yang berlaku di Desa Tebajawa .
(17)
Tabel I. Jumlah warga masyarakat yang tidak melaksanaan tata cara Ngukhau Ngamin di desa Tebajawa
No Tidak melaksanakann tata
cara ngukhau ngamin Jumulah Pelaksanaan ngukgau ngamin
1 8 8
2 7 7
3 5 5
4 6 6
5 7 7
6 7 7
40 40
Sumber :Data Primer Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011
Searah dengan pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa dan atas dasar perubahan-perubahan masyarakat berkaitan erat dengan hal-hal yang mempengaruhi arah perubahan tersebut. Hasil wawancara ini juga mengungkapkan
bahwa tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong
Kabupaten Pesawaran telah mengalami perubahan baik dari segi undangan maupun tata cara pelaksanaanya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola-pola ideal pelaksaaan tata cara ngukhau ngamin yang telah digariskan oleh Nenek moyang secara turun temurun kearah pelaksanaan ngukhau ngamin yang telah ada pada saat sekarang. Yaitu dengan melayangkan atau mengantarkan undangan yang telah dicetak.
(18)
Setelah kita ketahui tentang tata tertib pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran yang terdahulu, maka pelaksanaan-pelaksanaan ngukhau ngamin sekarang ini yang sedemikian tidak menonjol lagi. Sebagai tata cara yang mutlak harus dilakukan, artinya ada sebagian dari tahapan tata cara ngukhau ngamin yang berdasarkan pola ideal diatas sudah mulai ditinggalkan, hal tersebut dapat dilihat dari uraian dibawah ini yang merupakan wawancara pembuka adat dan masyarakat.
Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada masa ini memakai surat undangan tertulis atau undangan cetak, tidak perlu berpakaian rapi, tidak harus bertemu dengan yang bersangkutan atau yang akan diundang, tidak harus menguasai bahasa Lampung, tidak membutuhkan waktu yang lama dan bila seseorang yang akan diundang tidak ada dirumah maka yang mengundang akan menyelipkan undangan yang berbentuk cetak atau tertulis dibawah pintu rumah yang akan diundang.
(19)
Contoh isi surat undangan dalam bahasa Lampung yang berbentuk cetak yaitu sebagai berikut :
Ngukhau ngamin
Walimatul khitan
Nuju Yth.
Huluntuha/Kamaman/Abang/Puakhi Khazuli
Di -
Jenganan Assalamu’alaikum Wr.Wb
Kheji pai semangkung ne yu sikin dua mahap ngalinpukha jama hulun tuha/ Kamaman/Abang/Puakhi, sipadaiya sikin dua Ansorri (Khadin Pembina) sekeluarga besar, yu ngukhau/ngahakhap kekhatongan ne dalam acara Walimatul khitan Putra Khadin Pembina se gelakh ne :
Apriyansyah Bin Ansorri
Di Khani : Khebu malam Kamis
Tanggal : 21 September 2011
Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai
Jenganan : Di Jenganan sikin Dua Ansorri (Khadin Pembina)
Acara : Ngamin Walimatul Khitan
Kantu khesan ukhawan sinji, yu atas kewatekhan ne/ kekhatongan ne, sikin dua nyampai kon terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tebajawa, 21 September 2011 Sohibul Hajah
(20)
(Ansorri) Khadin Pembina
Contoh isi surat undangan dalam bahasa Indonesia yang berbentuk cetak yaitu sebagai berikut :
Undangan
Walimatul khitan
Kepada Yth.
Orangtua/ paman/ Abang/ saudara Di-
Tempat Assalamu’alaikum Wr.Wb
Mohon maaf sebelumnya saya dengan rasa rendah hati kepada orangtua ku/ kakak/Abang serta saudara ku, bahwa saya Ansorri sekeluarga besar mengudang atau mengharap kehadirannya dalam acara Walimatul Khitan putra kami yang bernama :
Apriyansyah Bin Ansorri
Di Hari : Rabu malam Kamis
Tanggal : 21 September 2011
Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai
Jenganan : Di k rumah kediaman Ansorri (Khadin Pembina)
Acara : Berdo’a Walimatul Khitan
Demikian undangan ini atas segala perhatiannya kami ucapkan ribuan banyak terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tebajawa, 21 September 2011 Sohibul Hajah
(21)
(Ansorri) Khadin Pembina
Tabel 2. Perbedaan Antara Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa Dulu dan Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa sekarang
Ngukhau ngamin masa dulu Ngukhau ngamin masa sekarang
1. Tidak memakai surat
undangan ( Dialok). 1. Memakai surat undangan tertulis( undangan cetak).
2. Berpakaian rapi,seperti
memakai celana
panjang/sarung, memakai
baju lengan panjang,
memakai peci (Sopan ).
2. Tidak perlu berpakaian rapi.
3. Harus bertemu dengan yang
bersdangkutan/ yang akan di undang.
3. Tidak harus bertemu dengan yang
bersangkutan/ yang akan di undang.
4. Harus menguasai bahasa
lampung yang benar. 4. Tidak harus menguasai bahasa lampung yang benar,karena generasi muda sekarang sudah jarang sekali yang menguasai bahasa Lampung dengan benar.
5. Membutuhkan waktu yang
lama. 5. Tidak membutuhkan waktu yang lama
6. Yang menyampaikan
undangan tersebut adalah
seorang yang sudah
berkeluarga .
6. Yang menyampaikan undangan tersebut tidak harus orang deweasa, anak-anak pun boleh mengantarkan undangan yang akan di sampaikan.
7. Kalau dirumah yang akan di undang tidak ada di rumah, maka yang mengundang akan kembali lagi.
7. Kalau seseorang yang akan di undang tidak ada di rumah , maka yang
mengundang akan menyelipkan
undangan yang berbentuk cetak di bawah pintu rumah yang akan di undang.
(22)
Pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini bisa berdampak positif, yaitu lebih praktis, tidak membutuhkan waktu yang lebih lama, yang diundang supaya tidak lupa, dan bisa diselipkan dibawah pintu rumah yang akan diundang bila yang bersangkutan tidak ada dirumah. Selain itu bisa juga berdampak negatif, yaitu tidak baik bagi penerus generasi, karena pudarnya tata cara ngukhau ngamin tersebut. Faktor–faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini diduga adanya moderenisasi dan globalisasi yang mengajarkan praktisme (kemudahan), sehingga melupakan adat dan budaya daerah sensdiri, selain itu faktor efisiensi waktu, efisiensi tenaga, yang selama ini menjadi alasan yang paling utama dalam masyarakat untuk melestarikan kebiasaan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Pakhurrozi salah satu kelompok penyimbang adat di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Pada hari minggu tanggal 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman bapak Pakhurrozi, Beliau menjelaskan bahwa tata cara ngukhau ngamin pada zaman dulu sudah tidak dipakai lagi, karena masyarakat lebih memilih yang praktis, dan perubahan ini sangat cepat dan meluas didalam masyarakat, tidak ada nya teguran dari kepala adat, dan hal ini tidak ada yang harus di salah kan atau yang bertanggung jawab.
Seharusnya meskipun zaman sudah moderen pada saat ini setidak nya tidak ada yang hilang dalam sebuah adat yang sudah ada, menanggulangi kemajuan zaman, kita generasi penerus sudah patutnya ikut peduli dengan budaya asli sebagai kebanggaan bangsa. Apabila kondisi seperti ini tidak di respon yang ditunjukkan
(23)
dengan usaha mempertahankan budaya maka, di khawatirkan semakin lama semaakin berkembang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baru. Hal ini dapat mengancam keaslian aturan adat yang telah ada , terutama bagi para generasi muda yang baru sesdikit mengerti tentang budaya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di ketahui bahwa pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran terletak pada tata cara atau tahapa-tahap dari proses pelaksanaan ngukhau ngamin tersebut.
Atas dasar fenomena ini penulis tertarik untuk lebih mengetahui ” Faktor Penyebab Pergeseran adat Lampung Saibatin dalam Tata Cara Ngukhau Ngamin Di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang berkaitan kepatuhan dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. beberapa faktor penyebab Pergeseran tata cara ngukhau ngamin adat Lampung pada masyarakat Lampung saibatin yaitu:
a. Faktor pengaruh budaya luar.
b. Faktor kesadaran masyarakat
c. Faktor komunikasi budaya
d. Faktor pembelajaran budaya
e. Faktor praktis
(24)
2. Peranan dalam penyimbang adat Lampung Saibatin Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin.
D. Perumusan masalah
Bersdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor apa sajakah yang menyebabkan bergesernya tata cara ngukhau ngamin di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011?
E. Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penyebab-penyebab pergeseran
adat Lampung Saibatin dalam tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Teba Jawa
Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011. 2. Kegunaan Penelitian
2.1Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep pendidikin kewarganegaraan, kajian nya tentang nilai moral dalam aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya, dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
(25)
2.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi Masyarakat Lampung Asli
Penelitian ini di harapkan memberi manfaat bagi masyarakat dalam mempertahankan keaslian budaya lampung, khususnya pada masyarakat adat lampung Saibatin di Desa Tebajawa kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran
2. Bagi Peneliti
Peneliti turut serta dalam melestarikan adat Budaya Lampung yang tidak keluar dari aturan dasar Negara. Agar peneliti sendiri bisa lebih paham dengan adat istiadat Lampung.
3. Bagi Pendidik
Sebagai suplemen bahan ajar bagi guru dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP kelas VII semester I, SK I menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat , berbangsa dan bernegara, KD I.3 menerapkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. SMA kelas X semester II, SK 5 menghargai persamaan kedudukkan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, KD 5.3 menghargai persamaan kedudukkan warganegara tanpa pembedaan ras, agam, gender, golongan, budaya dan suku.
(26)
F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ilmu pendidikan Kewarganegaraan, Kajiannya tentang Pendidikan moral pancasila, karena berkaitan dengan moral dalam aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah penyebab Pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran 3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam Penelitian ini adalah Masyarakat adat lampung Saibatin dalam
tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong
Kabupaten Pesawaran 4. Ruang Lingkup Lokasi
Ruang Lingkup lokasi atau wilayah penelitian ini adalah Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran
5. Ruang Lingkup Waktu
Pelaksanaan penelitian ini di laksanakan sejak di keluarkan nya surat izin pendahuluan oleh Dekan FKIP pada tanggal Juli 2011 sampai dengan selesai.
(27)
A. Latar Belakang
Masyarakat Lampung sebagai salah satu suku di Indonesia memiliki Falsafah atau pandangan hidup yang dijiwai piil pesenggikhi (harga diri), yaitu segala sesuatu yang menyangkut harga diri, prilaku yang luhur dalam nilai dan maknanya, sikap hidup yang harus menjaga dan menegakkan nama baik, martabat secara pribadi maupun kelompok. Masyarakat Lampung terdiri dari dua kelompok besar, yaitu masyarakat Lampung yang beradat Pepadun dan masyarakat Lampung yang beradat Pesisir atau Saibatin. Kedua kelompok masyarakat ini memiliki adat istiadat yang khas sesuai dengan kebiasaan masing-masing, dan masyarakat Lampung yang mempunyai dua rumpun bahasa yaitu, berdialek ”Api” (apa) dan berdialek “nyow” (apa), (Hilman Hadikusuma, 1990:13).
Semakin berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat kearah yang lebih modern. Akibatnya masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan kebudayaan daerah. Perubahan kebudayaan yang terjadi didalam masyarakat tradisyonal, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pliralisme nilai dan norma sosial. Hal ini juga terjadi pada suku Lampung. Kebudayaan yang dulu menjadi ciri khas suku lampung mulai mengalami pergeseran dan bahkan dilupakan oleh masyarakat Lampung itu sendiri.
(28)
Pergeseran ini disebabkan oleh perubahan pola pikir masyarakat Lampung. Perubahan pola pikir ini terbentuk seiring dengan masuknya kebudayaan-kebudayaan lain, kemajuan teknologi, dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Perubahan pola pikir tersebut ditunjukkan pada fakta, masyarakat Lampung cendrung lebih memilih sesuatu yang bersifat praktis dan mulai meninggalkan tradisi atau adat yang dianggap rumit. Contohnya dalam tata cara pelaksanaan Ngukhau ngamin. Mengundang warga untuk dapat menghadiri hajatan anggota masyarakat yang akan membuat acara adat perkawinan, sunatan, cukuran dan lain-lain.
Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung saibatin di Desa Tebajawa
Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada umumnya memiliki nilai-nilai Moral dan kesopanan dalam cara berbicara maupun cara berpakaian, seperti berpakaian yang rapi, memakai celana panjang/ sarung, memakai baju yang berlengan panjang dan memakai peci pada saat akan mengundang masyarakat dalam acara syukuran.
Tata cara ngukhau ngamin biasanya di dahului dengan cara mengetuk pintu, memberi salam, setelah salam diterima barulah menyampaikan undangan secara lisan atau dialok dengan berbahasa lampung yang baik.
Contoh ngukhau ngamin dalam bentuk berdialok yaitu sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb
Api kabakh puakhi/ Kamaman/Abang …?
Kheji pai semangkung ne saya diwakilko jama keluarga bapak Ansorri haga ngukhau ngamin dilom acara walimatul khitan, anjo sikindua ngehakhap kekhatongan ne Puakhi/ Kamaman/Abang sai dija dipaiya sikindua ngenuk maksud kilu bantu du’a restu ne di khani Khebu malam Kamis, tanggal 21
(29)
September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di Jenganan sikin Dua Ansorri.
Kantu khesan ukhauan sinji, atas kekhatongan ne, sikindua nyampai kon terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Arti dari undangan yang berbahasa Lampung tersebut yaitu sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb
Apa kabar Saudara/ Paman/Abang ku...?
Mohon maaf sebelumnya saya mewakili dari keluarga bapak Ansorri akan menyampaikan undangan dalam acara Walimatul Khitan. Kami sekeluarga mengharap kedatangan Saudara/ Paman/Abang yang disini dimana kami bermaksud minta bantu doa restunya di hari Rabu malam Kamis tanggal 21 September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di rumah kediaman Bapak Ansorri.
Demikian undangan ini, atas kedatangannya saya ucapkan terima kasih.
Bila undangan secara lisan atau dialok tersebut sudah disampaikan maka, langsung berpamitan pulang dengan memberi salam. Akan tetapi bila di rumah yang akan diundang tidak ada atau sedang berpergian, maka yang mengundang akan kembali lagi kerumah yang akan diundang tersebut.
Perubahan dalam pelaksanaan ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran ini dapat dilihat dari banyak tahapan yang mulai disederhanakan atau bahkan ditinggalkan. Hal ini akan membawa dampak bagi generasi berikutnya, karena semakin banyaknya masyarakat yang kurang melaksanakan adat ngukhau ngamin yang sesuai dengan adat yang berlaku di Desa Tebajawa .
(30)
Tabel I. Jumlah warga masyarakat yang tidak melaksanaan tata cara Ngukhau Ngamin di desa Tebajawa
No Tidak melaksanakann tata
cara ngukhau ngamin Jumulah Pelaksanaan ngukgau ngamin
1 8 8
2 7 7
3 5 5
4 6 6
5 7 7
6 7 7
40 40
Sumber :Data Primer Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011
Searah dengan pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa dan atas dasar perubahan-perubahan masyarakat berkaitan erat dengan hal-hal yang mempengaruhi arah perubahan tersebut. Hasil wawancara ini juga mengungkapkan
bahwa tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong
Kabupaten Pesawaran telah mengalami perubahan baik dari segi undangan maupun tata cara pelaksanaanya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola-pola ideal pelaksaaan tata cara ngukhau ngamin yang telah digariskan oleh Nenek moyang secara turun temurun kearah pelaksanaan ngukhau ngamin yang telah ada pada saat sekarang. Yaitu dengan melayangkan atau mengantarkan undangan yang telah dicetak.
(31)
Setelah kita ketahui tentang tata tertib pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran yang terdahulu, maka pelaksanaan-pelaksanaan ngukhau ngamin sekarang ini yang sedemikian tidak menonjol lagi. Sebagai tata cara yang mutlak harus dilakukan, artinya ada sebagian dari tahapan tata cara ngukhau ngamin yang berdasarkan pola ideal diatas sudah mulai ditinggalkan, hal tersebut dapat dilihat dari uraian dibawah ini yang merupakan wawancara pembuka adat dan masyarakat.
Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada masa ini memakai surat undangan tertulis atau undangan cetak, tidak perlu berpakaian rapi, tidak harus bertemu dengan yang bersangkutan atau yang akan diundang, tidak harus menguasai bahasa Lampung, tidak membutuhkan waktu yang lama dan bila seseorang yang akan diundang tidak ada dirumah maka yang mengundang akan menyelipkan undangan yang berbentuk cetak atau tertulis dibawah pintu rumah yang akan diundang.
(32)
Contoh isi surat undangan dalam bahasa Lampung yang berbentuk cetak yaitu sebagai berikut :
Ngukhau ngamin
Walimatul khitan
Nuju Yth.
Huluntuha/Kamaman/Abang/Puakhi Khazuli
Di -
Jenganan Assalamu’alaikum Wr.Wb
Kheji pai semangkung ne yu sikin dua mahap ngalinpukha jama hulun tuha/ Kamaman/Abang/Puakhi, sipadaiya sikin dua Ansorri (Khadin Pembina) sekeluarga besar, yu ngukhau/ngahakhap kekhatongan ne dalam acara Walimatul khitan Putra Khadin Pembina se gelakh ne :
Apriyansyah Bin Ansorri
Di Khani : Khebu malam Kamis
Tanggal : 21 September 2011
Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai
Jenganan : Di Jenganan sikin Dua Ansorri (Khadin Pembina)
Acara : Ngamin Walimatul Khitan
Kantu khesan ukhawan sinji, yu atas kewatekhan ne/ kekhatongan ne, sikin dua nyampai kon terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tebajawa, 21 September 2011 Sohibul Hajah
(33)
(Ansorri) Khadin Pembina
Contoh isi surat undangan dalam bahasa Indonesia yang berbentuk cetak yaitu sebagai berikut :
Undangan
Walimatul khitan
Kepada Yth.
Orangtua/ paman/ Abang/ saudara Di-
Tempat Assalamu’alaikum Wr.Wb
Mohon maaf sebelumnya saya dengan rasa rendah hati kepada orangtua ku/ kakak/Abang serta saudara ku, bahwa saya Ansorri sekeluarga besar mengudang atau mengharap kehadirannya dalam acara Walimatul Khitan putra kami yang bernama :
Apriyansyah Bin Ansorri
Di Hari : Rabu malam Kamis
Tanggal : 21 September 2011
Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai
Jenganan : Di k rumah kediaman Ansorri (Khadin Pembina)
Acara : Berdo’a Walimatul Khitan
Demikian undangan ini atas segala perhatiannya kami ucapkan ribuan banyak terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tebajawa, 21 September 2011 Sohibul Hajah
(34)
(Ansorri) Khadin Pembina
Tabel 2. Perbedaan Antara Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa Dulu dan Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa sekarang
Ngukhau ngamin masa dulu Ngukhau ngamin masa sekarang
1. Tidak memakai surat
undangan ( Dialok). 1. Memakai surat undangan tertulis( undangan cetak).
2. Berpakaian rapi,seperti
memakai celana
panjang/sarung, memakai
baju lengan panjang,
memakai peci (Sopan ).
2. Tidak perlu berpakaian rapi.
3. Harus bertemu dengan yang
bersdangkutan/ yang akan di undang.
3. Tidak harus bertemu dengan yang
bersangkutan/ yang akan di undang.
4. Harus menguasai bahasa
lampung yang benar. 4. Tidak harus menguasai bahasa lampung yang benar,karena generasi muda sekarang sudah jarang sekali yang menguasai bahasa Lampung dengan benar.
5. Membutuhkan waktu yang
lama. 5. Tidak membutuhkan waktu yang lama
6. Yang menyampaikan
undangan tersebut adalah
seorang yang sudah
berkeluarga .
6. Yang menyampaikan undangan tersebut tidak harus orang deweasa, anak-anak pun boleh mengantarkan undangan yang akan di sampaikan.
7. Kalau dirumah yang akan di undang tidak ada di rumah, maka yang mengundang akan kembali lagi.
7. Kalau seseorang yang akan di undang tidak ada di rumah , maka yang
mengundang akan menyelipkan
undangan yang berbentuk cetak di bawah pintu rumah yang akan di undang.
(35)
Pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini bisa berdampak positif, yaitu lebih praktis, tidak membutuhkan waktu yang lebih lama, yang diundang supaya tidak lupa, dan bisa diselipkan dibawah pintu rumah yang akan diundang bila yang bersangkutan tidak ada dirumah. Selain itu bisa juga berdampak negatif, yaitu tidak baik bagi penerus generasi, karena pudarnya tata cara ngukhau ngamin tersebut. Faktor–faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini diduga adanya moderenisasi dan globalisasi yang mengajarkan praktisme (kemudahan), sehingga melupakan adat dan budaya daerah sensdiri, selain itu faktor efisiensi waktu, efisiensi tenaga, yang selama ini menjadi alasan yang paling utama dalam masyarakat untuk melestarikan kebiasaan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Pakhurrozi salah satu kelompok penyimbang adat di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Pada hari minggu tanggal 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman bapak Pakhurrozi, Beliau menjelaskan bahwa tata cara ngukhau ngamin pada zaman dulu sudah tidak dipakai lagi, karena masyarakat lebih memilih yang praktis, dan perubahan ini sangat cepat dan meluas didalam masyarakat, tidak ada nya teguran dari kepala adat, dan hal ini tidak ada yang harus di salah kan atau yang bertanggung jawab.
Seharusnya meskipun zaman sudah moderen pada saat ini setidak nya tidak ada yang hilang dalam sebuah adat yang sudah ada, menanggulangi kemajuan zaman, kita generasi penerus sudah patutnya ikut peduli dengan budaya asli sebagai kebanggaan bangsa. Apabila kondisi seperti ini tidak di respon yang ditunjukkan
(36)
dengan usaha mempertahankan budaya maka, di khawatirkan semakin lama semaakin berkembang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baru. Hal ini dapat mengancam keaslian aturan adat yang telah ada , terutama bagi para generasi muda yang baru sesdikit mengerti tentang budaya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di ketahui bahwa pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran terletak pada tata cara atau tahapa-tahap dari proses pelaksanaan ngukhau ngamin tersebut.
Atas dasar fenomena ini penulis tertarik untuk lebih mengetahui ” Faktor Penyebab Pergeseran adat Lampung Saibatin dalam Tata Cara Ngukhau Ngamin Di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang berkaitan kepatuhan dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. beberapa faktor penyebab Pergeseran tata cara ngukhau ngamin adat Lampung pada masyarakat Lampung saibatin yaitu:
a. Faktor pengaruh budaya luar.
b. Faktor kesadaran masyarakat
c. Faktor komunikasi budaya
d. Faktor pembelajaran budaya
e. Faktor praktis
(37)
2. Peranan dalam penyimbang adat Lampung Saibatin Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin.
D. Perumusan masalah
Bersdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor apa sajakah yang menyebabkan bergesernya tata cara ngukhau ngamin di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011?
E. Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penyebab-penyebab pergeseran
adat Lampung Saibatin dalam tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Teba Jawa
Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011. 2. Kegunaan Penelitian
2.1Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep pendidikin kewarganegaraan, kajian nya tentang nilai moral dalam aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya, dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
(38)
2.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi Masyarakat Lampung Asli
Penelitian ini di harapkan memberi manfaat bagi masyarakat dalam mempertahankan keaslian budaya lampung, khususnya pada masyarakat adat lampung Saibatin di Desa Tebajawa kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran
2. Bagi Peneliti
Peneliti turut serta dalam melestarikan adat Budaya Lampung yang tidak keluar dari aturan dasar Negara. Agar peneliti sendiri bisa lebih paham dengan adat istiadat Lampung.
3. Bagi Pendidik
Sebagai suplemen bahan ajar bagi guru dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP kelas VII semester I, SK I menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat , berbangsa dan bernegara, KD I.3 menerapkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. SMA kelas X semester II, SK 5 menghargai persamaan kedudukkan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, KD 5.3 menghargai persamaan kedudukkan warganegara tanpa pembedaan ras, agam, gender, golongan, budaya dan suku.
(39)
F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ilmu pendidikan Kewarganegaraan, Kajiannya tentang Pendidikan moral pancasila, karena berkaitan dengan moral dalam aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah penyebab Pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran 3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam Penelitian ini adalah Masyarakat adat lampung Saibatin dalam
tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong
Kabupaten Pesawaran 4. Ruang Lingkup Lokasi
Ruang Lingkup lokasi atau wilayah penelitian ini adalah Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran
5. Ruang Lingkup Waktu
Pelaksanaan penelitian ini di laksanakan sejak di keluarkan nya surat izin pendahuluan oleh Dekan FKIP pada tanggal Juli 2011 sampai dengan selesai.
(40)
A. Latar Belakang
Masyarakat Lampung sebagai salah satu suku di Indonesia memiliki Falsafah atau pandangan hidup yang dijiwai piil pesenggikhi (harga diri), yaitu segala sesuatu yang menyangkut harga diri, prilaku yang luhur dalam nilai dan maknanya, sikap hidup yang harus menjaga dan menegakkan nama baik, martabat secara pribadi maupun kelompok. Masyarakat Lampung terdiri dari dua kelompok besar, yaitu masyarakat Lampung yang beradat Pepadun dan masyarakat Lampung yang beradat Pesisir atau Saibatin. Kedua kelompok masyarakat ini memiliki adat istiadat yang khas sesuai dengan kebiasaan masing-masing, dan masyarakat Lampung yang mempunyai dua rumpun bahasa yaitu, berdialek ”Api” (apa) dan berdialek “nyow” (apa), (Hilman Hadikusuma, 1990:13).
Semakin berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat kearah yang lebih modern. Akibatnya masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan kebudayaan daerah. Perubahan kebudayaan yang terjadi didalam masyarakat tradisyonal, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pliralisme nilai dan norma sosial. Hal ini juga terjadi pada suku Lampung. Kebudayaan yang dulu menjadi ciri khas suku lampung mulai mengalami pergeseran dan bahkan dilupakan oleh masyarakat Lampung itu sendiri.
(41)
Pergeseran ini disebabkan oleh perubahan pola pikir masyarakat Lampung. Perubahan pola pikir ini terbentuk seiring dengan masuknya kebudayaan-kebudayaan lain, kemajuan teknologi, dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Perubahan pola pikir tersebut ditunjukkan pada fakta, masyarakat Lampung cendrung lebih memilih sesuatu yang bersifat praktis dan mulai meninggalkan tradisi atau adat yang dianggap rumit. Contohnya dalam tata cara pelaksanaan Ngukhau ngamin. Mengundang warga untuk dapat menghadiri hajatan anggota masyarakat yang akan membuat acara adat perkawinan, sunatan, cukuran dan lain-lain.
Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung saibatin di Desa Tebajawa
Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada umumnya memiliki nilai-nilai Moral dan kesopanan dalam cara berbicara maupun cara berpakaian, seperti berpakaian yang rapi, memakai celana panjang/ sarung, memakai baju yang berlengan panjang dan memakai peci pada saat akan mengundang masyarakat dalam acara syukuran.
Tata cara ngukhau ngamin biasanya di dahului dengan cara mengetuk pintu, memberi salam, setelah salam diterima barulah menyampaikan undangan secara lisan atau dialok dengan berbahasa lampung yang baik.
Contoh ngukhau ngamin dalam bentuk berdialok yaitu sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb
Api kabakh puakhi/ Kamaman/Abang …?
Kheji pai semangkung ne saya diwakilko jama keluarga bapak Ansorri haga ngukhau ngamin dilom acara walimatul khitan, anjo sikindua ngehakhap kekhatongan ne Puakhi/ Kamaman/Abang sai dija dipaiya sikindua ngenuk maksud kilu bantu du’a restu ne di khani Khebu malam Kamis, tanggal 21
(42)
September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di Jenganan sikin Dua Ansorri.
Kantu khesan ukhauan sinji, atas kekhatongan ne, sikindua nyampai kon terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Arti dari undangan yang berbahasa Lampung tersebut yaitu sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb
Apa kabar Saudara/ Paman/Abang ku...?
Mohon maaf sebelumnya saya mewakili dari keluarga bapak Ansorri akan menyampaikan undangan dalam acara Walimatul Khitan. Kami sekeluarga mengharap kedatangan Saudara/ Paman/Abang yang disini dimana kami bermaksud minta bantu doa restunya di hari Rabu malam Kamis tanggal 21 September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di rumah kediaman Bapak Ansorri.
Demikian undangan ini, atas kedatangannya saya ucapkan terima kasih.
Bila undangan secara lisan atau dialok tersebut sudah disampaikan maka, langsung berpamitan pulang dengan memberi salam. Akan tetapi bila di rumah yang akan diundang tidak ada atau sedang berpergian, maka yang mengundang akan kembali lagi kerumah yang akan diundang tersebut.
Perubahan dalam pelaksanaan ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran ini dapat dilihat dari banyak tahapan yang mulai disederhanakan atau bahkan ditinggalkan. Hal ini akan membawa dampak bagi generasi berikutnya, karena semakin banyaknya masyarakat yang kurang melaksanakan adat ngukhau ngamin yang sesuai dengan adat yang berlaku di Desa Tebajawa .
(43)
Tabel I. Jumlah warga masyarakat yang tidak melaksanaan tata cara Ngukhau Ngamin di desa Tebajawa
No Tidak melaksanakann tata
cara ngukhau ngamin Jumulah Pelaksanaan ngukgau ngamin
1 8 8
2 7 7
3 5 5
4 6 6
5 7 7
6 7 7
40 40
Sumber :Data Primer Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011
Searah dengan pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa dan atas dasar perubahan-perubahan masyarakat berkaitan erat dengan hal-hal yang mempengaruhi arah perubahan tersebut. Hasil wawancara ini juga mengungkapkan
bahwa tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong
Kabupaten Pesawaran telah mengalami perubahan baik dari segi undangan maupun tata cara pelaksanaanya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola-pola ideal pelaksaaan tata cara ngukhau ngamin yang telah digariskan oleh Nenek moyang secara turun temurun kearah pelaksanaan ngukhau ngamin yang telah ada pada saat sekarang. Yaitu dengan melayangkan atau mengantarkan undangan yang telah dicetak.
(44)
Setelah kita ketahui tentang tata tertib pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran yang terdahulu, maka pelaksanaan-pelaksanaan ngukhau ngamin sekarang ini yang sedemikian tidak menonjol lagi. Sebagai tata cara yang mutlak harus dilakukan, artinya ada sebagian dari tahapan tata cara ngukhau ngamin yang berdasarkan pola ideal diatas sudah mulai ditinggalkan, hal tersebut dapat dilihat dari uraian dibawah ini yang merupakan wawancara pembuka adat dan masyarakat.
Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada masa ini memakai surat undangan tertulis atau undangan cetak, tidak perlu berpakaian rapi, tidak harus bertemu dengan yang bersangkutan atau yang akan diundang, tidak harus menguasai bahasa Lampung, tidak membutuhkan waktu yang lama dan bila seseorang yang akan diundang tidak ada dirumah maka yang mengundang akan menyelipkan undangan yang berbentuk cetak atau tertulis dibawah pintu rumah yang akan diundang.
(45)
Contoh isi surat undangan dalam bahasa Lampung yang berbentuk cetak yaitu sebagai berikut :
Ngukhau ngamin
Walimatul khitan
Nuju Yth.
Huluntuha/Kamaman/Abang/Puakhi Khazuli
Di -
Jenganan Assalamu’alaikum Wr.Wb
Kheji pai semangkung ne yu sikin dua mahap ngalinpukha jama hulun tuha/ Kamaman/Abang/Puakhi, sipadaiya sikin dua Ansorri (Khadin Pembina) sekeluarga besar, yu ngukhau/ngahakhap kekhatongan ne dalam acara Walimatul khitan Putra Khadin Pembina se gelakh ne :
Apriyansyah Bin Ansorri
Di Khani : Khebu malam Kamis
Tanggal : 21 September 2011
Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai
Jenganan : Di Jenganan sikin Dua Ansorri (Khadin Pembina)
Acara : Ngamin Walimatul Khitan
Kantu khesan ukhawan sinji, yu atas kewatekhan ne/ kekhatongan ne, sikin dua nyampai kon terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tebajawa, 21 September 2011 Sohibul Hajah
(46)
(Ansorri) Khadin Pembina
Contoh isi surat undangan dalam bahasa Indonesia yang berbentuk cetak yaitu sebagai berikut :
Undangan
Walimatul khitan
Kepada Yth.
Orangtua/ paman/ Abang/ saudara Di-
Tempat Assalamu’alaikum Wr.Wb
Mohon maaf sebelumnya saya dengan rasa rendah hati kepada orangtua ku/ kakak/Abang serta saudara ku, bahwa saya Ansorri sekeluarga besar mengudang atau mengharap kehadirannya dalam acara Walimatul Khitan putra kami yang bernama :
Apriyansyah Bin Ansorri
Di Hari : Rabu malam Kamis
Tanggal : 21 September 2011
Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai
Jenganan : Di k rumah kediaman Ansorri (Khadin Pembina)
Acara : Berdo’a Walimatul Khitan
Demikian undangan ini atas segala perhatiannya kami ucapkan ribuan banyak terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tebajawa, 21 September 2011 Sohibul Hajah
(47)
(Ansorri) Khadin Pembina
Tabel 2. Perbedaan Antara Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa Dulu dan Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa sekarang
Ngukhau ngamin masa dulu Ngukhau ngamin masa sekarang
1. Tidak memakai surat
undangan ( Dialok). 1. Memakai surat undangan tertulis( undangan cetak).
2. Berpakaian rapi,seperti
memakai celana
panjang/sarung, memakai
baju lengan panjang,
memakai peci (Sopan ).
2. Tidak perlu berpakaian rapi.
3. Harus bertemu dengan yang
bersdangkutan/ yang akan di undang.
3. Tidak harus bertemu dengan yang
bersangkutan/ yang akan di undang.
4. Harus menguasai bahasa
lampung yang benar. 4. Tidak harus menguasai bahasa lampung yang benar,karena generasi muda sekarang sudah jarang sekali yang menguasai bahasa Lampung dengan benar.
5. Membutuhkan waktu yang
lama. 5. Tidak membutuhkan waktu yang lama
6. Yang menyampaikan
undangan tersebut adalah
seorang yang sudah
berkeluarga .
6. Yang menyampaikan undangan tersebut tidak harus orang deweasa, anak-anak pun boleh mengantarkan undangan yang akan di sampaikan.
7. Kalau dirumah yang akan di undang tidak ada di rumah, maka yang mengundang akan kembali lagi.
7. Kalau seseorang yang akan di undang tidak ada di rumah , maka yang
mengundang akan menyelipkan
undangan yang berbentuk cetak di bawah pintu rumah yang akan di undang.
(48)
Pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini bisa berdampak positif, yaitu lebih praktis, tidak membutuhkan waktu yang lebih lama, yang diundang supaya tidak lupa, dan bisa diselipkan dibawah pintu rumah yang akan diundang bila yang bersangkutan tidak ada dirumah. Selain itu bisa juga berdampak negatif, yaitu tidak baik bagi penerus generasi, karena pudarnya tata cara ngukhau ngamin tersebut. Faktor–faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini diduga adanya moderenisasi dan globalisasi yang mengajarkan praktisme (kemudahan), sehingga melupakan adat dan budaya daerah sensdiri, selain itu faktor efisiensi waktu, efisiensi tenaga, yang selama ini menjadi alasan yang paling utama dalam masyarakat untuk melestarikan kebiasaan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Pakhurrozi salah satu kelompok penyimbang adat di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Pada hari minggu tanggal 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman bapak Pakhurrozi, Beliau menjelaskan bahwa tata cara ngukhau ngamin pada zaman dulu sudah tidak dipakai lagi, karena masyarakat lebih memilih yang praktis, dan perubahan ini sangat cepat dan meluas didalam masyarakat, tidak ada nya teguran dari kepala adat, dan hal ini tidak ada yang harus di salah kan atau yang bertanggung jawab.
Seharusnya meskipun zaman sudah moderen pada saat ini setidak nya tidak ada yang hilang dalam sebuah adat yang sudah ada, menanggulangi kemajuan zaman, kita generasi penerus sudah patutnya ikut peduli dengan budaya asli sebagai kebanggaan bangsa. Apabila kondisi seperti ini tidak di respon yang ditunjukkan
(49)
dengan usaha mempertahankan budaya maka, di khawatirkan semakin lama semaakin berkembang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baru. Hal ini dapat mengancam keaslian aturan adat yang telah ada , terutama bagi para generasi muda yang baru sesdikit mengerti tentang budaya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di ketahui bahwa pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran terletak pada tata cara atau tahapa-tahap dari proses pelaksanaan ngukhau ngamin tersebut.
Atas dasar fenomena ini penulis tertarik untuk lebih mengetahui ” Faktor Penyebab Pergeseran adat Lampung Saibatin dalam Tata Cara Ngukhau Ngamin Di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang berkaitan kepatuhan dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. beberapa faktor penyebab Pergeseran tata cara ngukhau ngamin adat Lampung pada masyarakat Lampung saibatin yaitu:
a. Faktor pengaruh budaya luar.
b. Faktor kesadaran masyarakat
c. Faktor komunikasi budaya
d. Faktor pembelajaran budaya
e. Faktor praktis
(50)
2. Peranan dalam penyimbang adat Lampung Saibatin Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin.
D. Perumusan masalah
Bersdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor apa sajakah yang menyebabkan bergesernya tata cara ngukhau ngamin di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011?
E. Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penyebab-penyebab pergeseran
adat Lampung Saibatin dalam tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Teba Jawa
Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011. 2. Kegunaan Penelitian
2.1Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep pendidikin kewarganegaraan, kajian nya tentang nilai moral dalam aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya, dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
(51)
2.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi Masyarakat Lampung Asli
Penelitian ini di harapkan memberi manfaat bagi masyarakat dalam mempertahankan keaslian budaya lampung, khususnya pada masyarakat adat lampung Saibatin di Desa Tebajawa kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran
2. Bagi Peneliti
Peneliti turut serta dalam melestarikan adat Budaya Lampung yang tidak keluar dari aturan dasar Negara. Agar peneliti sendiri bisa lebih paham dengan adat istiadat Lampung.
3. Bagi Pendidik
Sebagai suplemen bahan ajar bagi guru dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP kelas VII semester I, SK I menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat , berbangsa dan bernegara, KD I.3 menerapkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. SMA kelas X semester II, SK 5 menghargai persamaan kedudukkan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, KD 5.3 menghargai persamaan kedudukkan warganegara tanpa pembedaan ras, agam, gender, golongan, budaya dan suku.
(52)
F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ilmu pendidikan Kewarganegaraan, Kajiannya tentang Pendidikan moral pancasila, karena berkaitan dengan moral dalam aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah penyebab Pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran 3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam Penelitian ini adalah Masyarakat adat lampung Saibatin dalam
tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong
Kabupaten Pesawaran 4. Ruang Lingkup Lokasi
Ruang Lingkup lokasi atau wilayah penelitian ini adalah Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran
5. Ruang Lingkup Waktu
Pelaksanaan penelitian ini di laksanakan sejak di keluarkan nya surat izin pendahuluan oleh Dekan FKIP pada tanggal Juli 2011 sampai dengan selesai.
(53)
Bahasa yang berbeda (Mustapa 2002:l-2) yang diterjemahkan oleh maryati sastra wijaya menyatakan " kata adai berasal dari bahasa Arab, dalam bahasa Sunda yaitu bahasa atau umum, lumrah artinya segala hal yang senantiasa tetap atau sering diterapkan kepada manusia atau binatang yang mempunyai nyawa, jadi dalam bahasa arab adat hampir sama dengan tabiat "
sedangkan menurut sujanto ( l99l: 148 ) dalam buku karangannya memberikan suatu pengertian mengenai adat adalah budaya yang telah membaku dari suatu kelompok masyarakat.
Di jelaskan dalam buku seiarah asal usul dan silsilah puyang pangeran Rene Khopa mengenai pengertian adat, C. H Mulkan, ia, berpendapat bahwa adat itu sebagai berikut " Adat adalah suatu pedoman hidup bagi masyarakat dan tidak bertentangan satu sama lain, seperti tata tertip dalam pergaulan sehari-hari cara berbicara, tingkah laku, serta hormat kepada orang yang lebih tua, menglrormati orang pendatang, semuanya berpedoman pada adat yang dianut oleh masyarakat setempat.
Selain itu pengertian adat juga dalam buku pengantar hukum adat Indonesia, menyatakan bahwa adat adalah segala bentuk kesulitan di semua lapangan hidup bersama orang Indonesia yang menjadi tingkah laku sehari-hari antara suku satu sama lain.
Dari semua uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari adat adalah suatu tata cara yang telah ditetapkan dalam suatu masyarakat, yang berasal dari Nenek moyang dan diturunkan hingga keanak cucunya. Dengan demikian tidak akan terjadi pertentangan antara satu sama lain didalam anggota masyarakat yang menyangkut sistem adat tertentu.
(54)
2. Masyarakat Adat
Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur ( secara turun temurun ) diwilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. Hasil kesepakatan dari perumusan definisi dari masyarakat adat ini dicapai pada sebuah Kongres Masyarakat Adat Nusantara I yang pernah diselenggarakan pada bulan Maret 1999.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam keaneka ragaman masyarakat adat dan memiliki ciri ke khasan tersendiri. Berbagai keberadaan masyarakat adat merupakan kekayaan bangsa dan dapat menjadi sumber masukan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Baik kekayaan yang dapat menghasilkan devisa bagi negara maupun sumber ilmu pengetahuan bagi para peneliti dari seluruh benua yang ternyata disanalah letak manfaat keberadaan masyarakat adat sebagai sumbangsih yang dapat diberikan kepada bangsa Indonesia.
Aryono Soeyono ( 1985: 4) mengemukakan bahwa “adat adalah kebiasaan yang besifat magis religius dari kehidupan penduduk asli, yang meliputi antara lain mengenai nilai-nilai budaya norma-norma yang aturan-aturan saling berkaitan yang kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisyonal.
(55)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari adat adalah suatu tata cara yang telah ditetapkan dalam suatu masyarakat, yang berasal dari warisan nenek moyang yang diturunkan hingga keanak cucunya.
3. Masyarakat Lampung Saibatin
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Auguste comte dalam buku sosiologi skematika Teori dan Terapan yang diterjemahkan oleh Abdul sani, mengemukakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan sendiri (Abdul Sani, 2002:32). Secara umum masyarakat lampung dibedakan menjadi dua, yaitu: masyarakat adat pesisir atau saibatin dan masyarakat adat pepadun.
Masyarakat adat Saibatin pada umumnya berdomisili di Daerah pesisir Lampung, dimulai dari daerah Skala Beghak, Ranai, Pesisir Barat(Krui), Kota Agung (Semaka), dan Kalianda, sedangkan masyarakat adat pepadun
(56)
berdomisili dibagian tengah dari Lampung seperti Abung, Menggala, dan Daerah Pubian.
Perbedaan yang mendasar dari dua adat istiadat tersebut adalah mengenai status dan gelar seorang raja adat. Bagi adat Saibatin dalam segenap generasi (masa/priode) kepemimpinan hanya mengenal satu orang raja adat yang bergelar sultan, hal tersebut sesuai dengan istilahnya yaitu Saibatin artinya satu batin (satu orang junjungan). seorang saibatin adalah seorang sultan berdasarkan garis lurus sejak zaman kerajaan (keratuan) yang pernah ada di Lampung. Sejak zaman dahulu kala dan inilah yang disebut Saibatin Paksi Pak Skala Beghak sejak zaman dahulu sebagai satu-satunya pemilik dan penguasa adat tertinggi dilingkungan paksinya.
Selain Saibatin paksi ada juga yang disebut Saibatin Marga, namun Saibatin marga ini lahir pada saat pemerintah Belanda tetapi telah diakui dan disahkan oleh Saibatin Paksi sebagai Sutan. pengakuan dan pengesahan status Saibatin Marga oleh Saibatin paksi mulai diperlukan karena apabila berbicara tentang masalah adat, mau tidak mau, suka atau tidak suka sumber utamanya dalah dari Paksi pak sebagai kerajaan yang ada dan berdiri di Sekala Bekhak.
Seorang saibatin adalah satu-satunya yang dimulyakan didalam masyarakat adatnya, hal ini tercermin dalam setiap upacara-upacara adat, seperti perkawinan, syukuran, pemberi gelar adat dan lain-lain upacara. seorang Saibaitin berwenang dan berkuasa penuh dikalangan masyarakat adatnya, dan gelar Suntan, Suntan adalah hanya satu-satunya untuk seorang Raja adat Saibatin.
(57)
3.1 Identitas Masyarakat Adat Suku Lampung
Adat bagi masyarakat adat suku Lampung mempunyai fungsi ganda yaitu: 1. Sebagai alat Pembina masyarakat guna meningkatkan kualitas warga
masyarakat. Karena melalui ketua adat (Penyimbang) disampaikan ajaran-ajaran agama, petuah dan hukum bagi masyarakat.
2. Sebagai sarana demokrasi (permusyawaratan) di mana benda yang benama Pepadun sebagai simbol persatuan. Pepadun berasal dari perpaduan-perpaduan dan akhirnya menjadi pepadun. perpaduan artinya hasil padu. (Hasil wawancara dengan Bapak Pakhurroji pada hari Minggu , 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman Bapak Pakhurroji.)
3.2 Sifat dan Watak Masyarakat Lampung
Sejak zaman penjajahan Belanda, orang Lampung pada umumnya dikenal hidup sederhana, tetapi dilain pihak mereka suka menunjukkan kegemarannya akan kemewahan dan pujian. Dimana untuk mendapatkan kepuasan pujian itu mereka tidak segan-segan mengeluarkan biaya yurrg sangat besar untuk mengadakan pesta adat. Disamping itu masyarakat Lampung tidak mau menjadi kuli.
Sifat dan watak masyarakat Lampung ini dicerminkan dalam bahasa daerah yang menjadi semboyan dari kepribadian orang Lampung asli yaitu "PIIL PESENGGIRI" dengan urutan sebagai berikut :
(58)
Segala sesuatu yang menyangkut harga diri, perilaku dan sikap yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik dan martabat secara pribadi maupun kelompok senantiasa dipertahankan. Dalam hal tertentu seseorang dapat
mempertaruhkan apa saja (termasuk nyawa) demi untuk mempertahankan hargadiri ini. Selain dari itu piil pesenggiri seseorang dapat berbuat atau tidak berbuat sesuatu, kendatipun itu merugikan diri sendiri, saudara, materi. Setiap orang, lebih Iebih jika ia adalah dari golongan penyimbang adat, merasa dirinya
adalah orang besar, orang lebih dan setiap kerabat mempunyai kelebihan dari kerabat lainnya.
2. Juluk Adek (Bernama Bergelar)
Hal ini didasarkan dari garis keturunan yang diwarisi secara turun-temurun sejak zaman dahulu kala. Tata ketentuan pokok yang selalu dipatuhi, termasuk antara lain menghendaki agar seseorang disamping mempunyai nama kecil juga diberi gelar sebagai panggilan kehormatan kepadanya, setelah ia berumah tangga melalui upacara adat yang telah ditentukan oleh nenek moyang, adok bagi laki-laki dan inai bagi perempuan'
3. Nemui Nyimah (Terbuka Tangan)
Bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua pihak, baik terhadap orang yang satu lingkungan kerabat, maupun orang dari luar lingkungan, juga terhadap siapa saja yang berhubungan dengan mereka.
(59)
Jadi, bermurah hati dalam tutur kata serta sopansantun terhadap tamu yang datang berkunjung.
4. Nengah Nyappur (Hidup Bermasyarakat)
Tata cara pergaulan masyarakat Lampung dengan kesempatan membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan berpengetahuan luas, ikut serta berpartisipasi terhadap segala hal yang bersifat baik, yang dapat membawa kemajuan sesuai dengan kemajuan zaman. Masyarakat Lampung senang saling kunjung mengunjungi satu sama lain dan suka berkenalan dengan siapa saja' Mereka mudah bergaul dan berbaur, serta berbincang-bincang dan bermusyawarah. Namun dalam hal yang penting guna mempertahankan hak dan nama baik kerabat keturunannya, maka mereka suka tolong-menolong, bahu- membahu dan mempersiapkan atau menyelesaikan suatu pekerjaan berat seperti pekerjaan membuka hutan, membangun rumah mengadakan pesta perkawinan dan perhelatan adat lainnya.
5. Sakai Sembayan (Tolong Menolong atau Gotong Royong)
Meliputi beberapa pengertian yang luas, termasuk didalamnya saling memberi terhadap sesuatu yang tidak hanya bersifat materi saja, tetapi juga dalam arti moril termasuk sumbangan pikiran..
(Hasil wawancara dengan Bapak Pakhurroji pada hari Minggu , 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman Bapak Pakhurroji).
4. Pengertian Ngukhau ngamin
(60)
mengundang masyarakat setempat untuk mengadakan acara syukuran, yang bertujuan untuk berdoa bersama-sama kepada Tuhan Yang Maha Esa, di waktu siang ataupun malam hari sesuai yang tercantum dalam undangan yang sudah di sampaikan.
1. Bentuk- Bentuk Syukuran yaitu: a. Walimatul Khitan ( sunatan)
Khitan secara bahasa artinya memotong. Secara terminologis artinya memotong kulit yang menutupi alat kelamin lelaki (penis). Dalam bahasa Arab khitan juga digunakan sebagai nama lain alat kelamin lelaki dan perempuan seperti dalam hadist yang mengatakan "Apabila terjadi pertemuan dua khitan, maka telah wajib mandi" (H.R. Muslim, Tirmidzi).
Dalam agama Islam, khitan merupakan salah satu media pensucian diri dan bukti ketundukan kita kepada ajaran agama. Dalam hadist Rasulullah S.A.W. bersabda: "Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis dan memotong kuku" (H.R. Bukhari Muslim).
Selain itu dalam adat Lampung saibatin di desa Tebajawa, anak laki-laki biasanya yang tertua,yang akan dikhitani pagi-pagi sekali sudah dimandikan dengan memakai telasan (talosan) putih dan kemudian diberi makan ayam panggang. Upacara ini diadakan besar-besaran apabila yang akan disunat anak laki-laki tertua dan telah tamat mengaji
(61)
ditambah dengan acara penggantian anting-anting (subang) kakak atau adik perempuannya.
Untuk mengadakan syukuran khitan ini yang diundang adalah sanak saudara dan tetangga-tetangga dekat rumah dari keluarga yang mengadakan syukuran. kalau jumlah undangan nya 100 orang maka dalam bentuk makanannya membuat 10 hidangan, karena setiap 1 hidangan di isi 10 orang. Dalam masyarakat Lampung di desa Tebajawa penempatan/ pelayanan orang yang diundang berdasarkan gelar.Tempat yang disediakan untuk anggota Penyimbang adat di desa tebajawa dalam acara syukuran yaitu tempat duduknya beralaskan kasur yang dilapisi kain atau seprai berwarna putih, dan makanannya di sajikan memakai nampan/ talam.
b. Walimatul Urus (perkawinan)
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk melanjutkan suatu keturunan serta membentuk keluarga yang bahagia, sakinah, mawaddah, dan warohmah. Sudah menjadi kodrat manusia diantara satu sama lainnya yang selalu saling membutuhkan, karna manusia itu itu diciptakan sebagai mahluk sosial.
Sistem perkawinan dalam masyarakat Lampung saibatin pada umumnya berlaku juga pada masyarakat di Desa Tebajawa, yaitu: a. Kawin Secara Adat ( Mengambil Gadis Secara Terang)
(1)
Menurut suharsimi Arikunto (2001:168), “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingat kevalidan dan kesohihan suatu instrument”. Dengan demikian untuk menentukan validitas isi yaitu akan dilihat dari bentuk dan susunan soal pre tes, pos tes, dengan cara konsultasi dengan pembimbing dan diadakan perbaikan.
2. Uji Reliabilitas
Menurut suharsimi Arikunto (1998:170), bahwa untuk menumbuhkan kemantapan alat pengumpulan data maka akan diajukan. uji coba tes.
Reliabilitas menunjukan bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpulan data instnrment karena instrument tersebut sudah baik dengan teknik belah dua.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
1. melakukan uji coba angket kepada 10 orang diluar responden 2. hasil uji coba dikelompokkan dalam item ganjil dan item genap 3. hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan produc moment
rxy =
N Y Y N X X N y x xy 2 2 2 2 Keterangan:Rxy : Hubungan Variabel X dan Y X : Variabel bebas
(2)
Y : Variabel terikat N : Jumlah responden
4. Kemudian untuk mengetahui reliabilitas seluruh kuisioner digynakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:
Rxy =
rgg rgg 1
2 Keterangan:
Rxy = koefisien realibilitas seluruh tes
Rgg = koefisien korelasi item ganjil dan genap instrumen ( suharsimi Arikunto, 1981: 37)
5. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut:
0,09 1,00 = Reabilitas tinggi 0,50 0,89 = Reabilitas sedang 0,00 0,49 = Reabilitas rendah
(3)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin di desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran maka penulis dapat menyimpulkan:
a. Faktor budaya luar tergolong dalam katagori berpengaruh terhadap pergeseran tata cara ngukhau ngamin yang terjadi dalam masyarakat Lampung khususnya di Desa Tebajawa. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 35 atau 87,5% menganggap bahwa Hal ini dikarenakan masyarakat menganggap bahwa modernisasi telah masuk kepada adat budaya mereka, dan banyak
membawa perubahan dalam tata cara ngukhau ngamin. Dalam hal ini
masyarakat tetap melaksanakan tata cara ngukhau ngamin sesuai dengan prosesi atau tahapan meskipun tidak secara keseluruhan.
Faktor kesadaran masyarakat tergolong dalam katagori rendah terhadap pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 20 atau 50% , menganggap bahwa proses pewarisan adat budaya yang dilakukan di desa Tebajawa kurang sempurna. Dalam hal ini, tidak sepenuhnya melakukan tata cara pelaksanaan
ngukhau ngamin lengkap dan sesuai dengan hukum adat yang ada di Desa Tebajawa. Masyarakat hanya menyampaikan sebagian saja, tidak menyeluruh bahkan lebih
(4)
sering menggunakan undangan cetak tanpa proses yang panjang atau memakan waktu yang lama.
c. Faktor komunikasi budaya tergolong dalam katagori sedang terhadap pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 22 atau 55% , menganggap bahwa komunikasi antar masyarakat dan tokoh adat masih terjalin dengan baik walaupun sebagian masyarakat kurang mampu menjalin komunikasi yang baik dengan tokoh adat dan tidak
mau menanyakan bila merasa kesulitan dalam pelaksanaan tata cara ngukhau
ngamin.
d. Faktor pembelajaran budaya tergolong dalam katagori kurang baik terhadap pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 20 atau 50% , menganggap bahwa proses pembelajaran tentang budaya asli kurang di lestarikan oleh tokoh adat yang ada di Desa Tebajawa artinya hanya disampaikan sebagian saja, bahkan ada kemungkinan sudah tidak diwariskan dari generasi kegenerasi.
e. Faktor praktis tergolong dalam katagori praktis terhadap pelaksanaan tata cara
ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 29 atau 72,5%, menganggap bahwa proses pewarisan adat budaya yang dilakukan di Desa Tebajawa kurang sempurna, dan tidak adanya teguran dari tokoh adat bila masyarakat tidak melestarikan adat budaya.
f. Faktor daya ingat masyarakat tergolong dalam katagori kurang baik pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi
(5)
dilapangan 20 atau 50%, menganggap bahwa daya ingat masyarakat sering terjadi mengalami kebiasaan lupa bila undangan yang disampaikan melalui undangan berdialok, beberapa dari masyarakat yang diundang biasanya lupa dengan waktu yang telah ditentukan. Dan masyarakat tidak mau bertanya bila mereka lupa dengan waktu undangan yang telah disampaikan. Sehingga masyarakat lebih memilih untuk pelaksanaan ngukhau ngamin dilaksanakan dengan undangan yang brupa cetak.
Sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi pergeseran tata cara
ngukhau ngamin adalah faktor budaya luar (modernisasi) yaitu diperoleh 35 responden atau 87,5% berkatagori berpengaruh.
3. Saran
Berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan dan telah membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan, maka penulis ingin memberikan saran-saran kepada:
a. Kepada masyarakat suku Lampung khususnya yang ada di Desa Tebajawa agar
dapat meningkatkan kesadaran terhadap kelestarian adat budaya Lampung, mengenai tata cara ngukhau ngamin yang sedikit demi sedikit sudah mulai ditinggalkan.
b. Tokoh adat hendaknya berperan penuh dalam memberikan infomasi serta motivasi kepada para kerabat (kemuakhian) dalam proses ngukhau ngamin di Desa Tebajawa, disamping fungsinya sebagai penasehat dan pengontrol terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kerabatnya atau
(6)
masyarakat yang kurang melestarikan adat budaya agar masyarakat mengetahui dan paham tentang adat budaya suku Lampung.
c. Generasi muda agar menanamkan rasa cinta terhadap adat budayanya sendiri
dengan tetap menjaga dan menggunakan adat istiadat budaya Lampung dalam kehidupan sehari-hari, dan mempelajari kembali adat budaya Lampung agar terus berkembang dan tidak musnah ditelan zaman, serta tidak menjadi tamu dirumah sendiri.
d. Dalam pola pendidikan baik disekolah maupun lingkungan keluarga atau lingkungan yang lain hendaknya membelajaran tentang kebudayaan dimasukkan ke dalam kurikulum atau dalam bentuk pesan moral dengan cara yang mendidik supaya generasi muda juga dapat mengetahui kebudayaan daerah Indonesia melalui pendidikan formal maupun non formal. Khususnya mata pelajaran yang terkait dengan pelestarian budaya seperti mata pelajaran PPKn dan Sejarah.