FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN Di DESA TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011

(1)

ABSTRAK

FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU

NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN Di

DESA TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG

KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2011

Oleh

Revi Pebriyani

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa saja paling dominan yang menyebabkan pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa.

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, subjek yang diteliti adalah warga masyarakat yang telah mengadakan ngukhau ngamin yang tidak menggunakan tata cara ngukhau ngamin sesuai adat yang telah ditentukan. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan angket sebagai teknik pokok, sedangkan teknik penunjang adalah dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan interval dan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden, 19 responden atau 47,5% berkatagori berpengruh. Hal ini dikarenakan masyarakat menilai telah terjadi pergeseran dalam tahapan tata cara ngukhau ngamin yang disebabkan oleh faktor pengaruh budaya luar, faktor kesadaran masyarakat, komunikasi budaya, pembelajaran budaya, faktor praktis, dan faktor daya ingat masyarakat (lupa). Sedangkan hasil penelitian berdasarkan indikator faktor pengaruh budaya luar merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi pergeseran tata cara ngukhau ngamin.


(2)

FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA

NGUKHAU

NGAMIN

PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA

TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN

PESAWARAN

TAHUN 2011

Oleh

REVI PEBRIYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU

NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA

TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN

PESAWARAN

TAHUN 2011

(Skripsi)

Oleh

REVI PEBRIYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka Pikir... 42


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN ABSTRAK ……… i

HALAMAN JUDUL ………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iv

HALAMAN RIWAYAT HIDUP ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. vi

HALAMAN MOTTO ………. vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……….. xvii

DAFTAR GAMBAR ………. xix

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xx

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

2. Kegunaan Penelitian ... 12

2.1 Kegunaan Secara Teoritis ... 12

2.2 Kegunaan Secara Praktis ... 13

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 14

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 14

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 14

4. Ruang Lingkup Lokai ... 14

5. Ruang Lingkup Waktu... 14

II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 15

1. Pengertian Adat ... 15

2. Masyarakat Adat ... 17

3. Masyarakat Lampung Saibatin ... 18

3.1. Identitas Masyarakat Adat Suku Lampung ... 20

3.3. Sifat dan Watak Masyarakat Lampung ... 20


(6)

5. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pergeseran Tata Cara Adat Pada

Ngukhau Ngamin………. …….. 31

B. Peran Penyimbang Adat Terhadap Pelestarian Budaya Masyarakat Lampung Saibatin ... 38

C. Kerangka Pikir ... 42

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 44

B. Populasi dan Sampel ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 46

3. Teknik Sampling... 46

C. Variabel Penelitian ... 46

1. Variabel Penelitian ... 46

1.1 Variabel Bebas (X) ... 46

1.2 Variabel Terikat (Y) ... 46

2. Definisi Operasional Variabel ... 47

2.1 Variabel Bebas (X) ... 47

2.2 Variabel (Y) ... 50

D. Rencana Pengukuran Variabel ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Teknik Pokok ... 53

1.1. Angket ... 53

2. Teknik Penunjang... 54

2.1. Teknik Observasi... .... 54

2.2. Dokumentasi ... ... ... 54

2.3. Wawancara ... ... .. 54

F. Validitas dan Uji Reliabilitas... 55

1. Validitas ... 55

2. Uji Reliabilitas... 55

G. Teknik Analisis Data... 57

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan... .... 59

A. Langkah-Langkah Penelitian... ... 59

1. Persiapan Pengajuan Judul... ... 60

2. Pengajuan Rencana Judul... ... 60

3. Penyusunan Alat Pengumpulan Data... ... 60

4. Pelaksanaan Uji Coba Angket... ... ... 61

B. Gambaran Umum Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran……… 66

1. Sejarah Berdirinya Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran……….. ……….. 66

2. Keadaan Alam……….. 66

3. Keadaan Penduduk……… 67

4. Identitas Responden……….. 67

C. Penyajian Data Dan Deskripsi Data……….…. 68


(7)

V. Penutup

A. Kesimpulan……… 98 B. Saran……….. 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rencana Judul Kaji Tindak/Skripsi 2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian Dari Kepala Desa Tebajawa 5. Angket Penelitian


(9)

DAFTAR TABEL

Lampiran Halaman

1. Jumlah warga yang tidak melaksanaan tata cara Ngukhau Ngamin...

5

2. Perbedaan Antara Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa Dulu dan Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa sekarang... 9

3. Hasil Uji Coba Angket Item Ganjil (X)………... 62

4. Hasil Uji Coba Angket Item Genap (Y)………... 63.

5. Kerja Hasil Antar Item Ganjil (X) Dengan Item Genap (Y)……… 63

6. Jumlah Penduduk ……….. 67

7. Pekerjaan Responden ……….. 68

8. Distribusi Skor Hasil Angket Pengaruh BudayaLuar …..… ……….. 114

9. Distribusi Hasil Angket Pengaruh budaya Luar ………. 115

10. Distribusi Frekuensi Faktor Budaya Luar ……… 116

11. Distribusi Skor Hasil Angket Kesadaran Masyarakat ………. 117

12. Distribusi Hasil Angket Kesadaran Masyarakat………... 118

13. Distribusi Frekuensi Kesadaran Masyarakat ………... 119

14. Distribusi Skor Hasil Angket Faktor Komunikasi Budaya……… 120

15. Distribusi Hasil Angket Komunikasi Budaya ……….. 121

16. Distribusi Frekuensi komunikasi budaya ……… 122

17. Distribusi skor Hasil Angket Pembelajaran Budaya……… 123

18. Distribusi Hasil Angket Pembelajaran Budaya ……….. …… 124

19. Distribusi Frekuensi Indikator Pembelajaran Budaya ……… 125

20. Distribusi Skor Hasil Angket Praktis……… 126

21. Distribusi Hasil Angket Praktis ………... 127


(10)

23. Distribusi Skor Hasil Angket Daya Ingat Masyarakat ……… 129

24. Distribusi Hasil Angket Daya Ingat Masyarakat ………. 130

25. Distribusi Frekuensi Daya Ingat Masyarakat ……….. 131

26. Distribusi Skor Hasil Angket Seluruh Indikator ………. 132

27. Distribusi Skor Hasil Angket Seluruh Responden ………... 133


(11)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah: Nama : Revi Pebriyani NPM : 0743032033 Program Studi : PPKn

Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS / KIP

Alamat : Bukit Kemiling Permai Blok.Q No.97 Bandar Lampung. Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali, yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Januari 2012 Revi Pebriyani


(12)

PERSEMBAHAN

Seluruh jiwa raga yang telah diberikan kesehatan jasmani dan rohani ,

dan semua yang telah kuraih tak lepas dari rasa

syukur ku pada Allah SWT

Dengan segenap rasa kasih sayang kupersembahkan karya kecil ini

kepada :

Kedua Orang tua ku tercinta Bapak Khazuli dan Ibu Eliyani

yang selalu membimbing dan mendo’akan dalam setiap

langkahku demi keberhasilan dimasa depan ku.

Abang , eteh, adik, keponakan serta keluarga besarku yang

segenap hati menanti keberhasilanku.

Serta untuk seseorang yang kelak akan mendampingi

hidupku yang akan menjadi pemimpinku untuk mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat.


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Revi Pebriyani, dilahirkan di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada tanggal 17 Pebruari 1988 dari pasangan Bapak Khazuli

dan Ibu Eliyani yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh penulis antara lain : 1. Sekolah Dasar Negeri 5 Gunung Sugih. Kecamatan

Kedondong Kabupaten Pesawaran, Lulus tahun 2000

2. Sekolah Menengah Tsanawiyah Perguruan Diniyyah Putri Lampung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan diselesaikan pada tahun 2003

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006.

Kemudian tahun 2007 melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Non Reguler), penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.


(14)

SANWACANA Asalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Faktor Penyebab Pergeseran Tata Cara Ngukgau Ngamin Pada Masyarakat Lampung Saibatin Di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011”. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu dinantikan syafaat di hari akhir, pada keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang taat hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini sebagai syarat dalam menyelesaikan studi, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis dan penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak. Dr. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr.M. Thoh B.S jaya, M.S selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(15)

7. Bapak Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing akademik sekaligus Pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi dan arahan pada penulis. 9. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.Si. selaku Pembahas Utama yang telah banyak

memberikan saran dan masukan kepada penulis.

10. Ibu Hj. Arnida Warganegara, S.H. selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

11. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn khususnya serta para pendidik di Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis.

12. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah memberikanku kasih sayang, doa, motivasi, tenaga dan keringat untuk ku. “Aku akan menjadi suatu kebanggaan kalian, aku sayang pada kalian”.

13. Kakak-kakak ku abang Hilal dan eteh Ria yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam hidupku, mendoakan dan menunggu keberhasilan ku.

14. Seluruh keluargaku yang telah menunggu keberhasilanku. Terimakasih buat doanya.

15. Buat kak Siswadiantara yang sudah menemaniku dalam menggapai mimpi. Makasih buat doa, perhatian dan support nya. Semoga kita sama-sama berhasil. 16. Temen-temen di FKIP PPKn ’07 (Dewi Kusumawati, Intan, Melya, Novia Frisca, Mesi, Yuri, Putri Dwi, Leni, Dewi Yuliana, Dina, Vanesa, Yogi, Irvan, Febra, Andri, Topik, Ade, Masuni, dll., yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, kakak tingkat dan adik tingkatkatku makasih atas doa dan dukungan kalian.

17. Buat sahabat aku Dara, Sholeha, Elok, Yuli, Hevi, Yayan, dan (Qiran’s) terimakasih atas dukungan dan motivasinya, Semoga kita menjadi seorang yang berguna bagi Nusa dan Bangsa.

18. Keponakanku yang lucu dan imut Zakia Sabrina, terimakasih atas kasih sayang nya dan semoga kia kelak menjadi seorang yang sukses.


(16)

19. Sahabat-sahabat PPLku di SMK NEGERI 2 Bandar Lampung Zares, Devi, Tri, Nunik, Sandi, Irvan, Andri, April, dan Ketut yang telah memberikan semangat dan doa untuk keberhasilan demi masa depan.

20. Ojek-ojek qu yang ada di BKP, Trimakasih atas pelayanan kalian semoga lancar dalam menjalankan tugas.

21. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang ada pada diri penulis, sehingga dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, November 2011 Penulis


(17)

A. Latar Belakang

Masyarakat Lampung sebagai salah satu suku di Indonesia memiliki Falsafah atau pandangan hidup yang dijiwai piil pesenggikhi (harga diri), yaitu segala sesuatu yang menyangkut harga diri, prilaku yang luhur dalam nilai dan maknanya, sikap hidup yang harus menjaga dan menegakkan nama baik, martabat secara pribadi maupun kelompok. Masyarakat Lampung terdiri dari dua kelompok besar, yaitu masyarakat Lampung yang beradat Pepadun dan masyarakat Lampung yang beradat Pesisir atau Saibatin. Kedua kelompok masyarakat ini memiliki adat istiadat yang khas sesuai dengan kebiasaan masing-masing, dan masyarakat Lampung yang mempunyai dua rumpun bahasa yaitu, berdialek ”Api” (apa) dan berdialek “nyow” (apa), (Hilman Hadikusuma, 1990:13).

Semakin berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat kearah yang lebih modern. Akibatnya masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan kebudayaan daerah. Perubahan kebudayaan yang terjadi didalam masyarakat tradisyonal, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pliralisme nilai dan norma sosial. Hal ini juga terjadi pada suku Lampung. Kebudayaan yang dulu menjadi ciri khas suku lampung mulai mengalami pergeseran dan bahkan dilupakan oleh masyarakat Lampung itu sendiri.


(18)

Pergeseran ini disebabkan oleh perubahan pola pikir masyarakat Lampung. Perubahan pola pikir ini terbentuk seiring dengan masuknya kebudayaan-kebudayaan lain, kemajuan teknologi, dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Perubahan pola pikir tersebut ditunjukkan pada fakta, masyarakat Lampung cendrung lebih memilih sesuatu yang bersifat praktis dan mulai meninggalkan tradisi atau adat yang dianggap rumit. Contohnya dalam tata cara pelaksanaan Ngukhau ngamin. Mengundang warga untuk dapat menghadiri hajatan anggota masyarakat yang akan membuat acara adat perkawinan, sunatan, cukuran dan lain-lain.

Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung saibatin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada umumnya memiliki nilai-nilai Moral dan kesopanan dalam cara berbicara maupun cara berpakaian, seperti berpakaian yang rapi, memakai celana panjang/ sarung, memakai baju yang berlengan panjang dan memakai peci pada saat akan mengundang masyarakat dalam acara syukuran.

Tata cara ngukhau ngamin biasanya di dahului dengan cara mengetuk pintu, memberi salam, setelah salam diterima barulah menyampaikan undangan secara lisan atau dialok dengan berbahasa lampung yang baik.

Contoh ngukhau ngamin dalam bentuk berdialok yaitu sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb

Api kabakh puakhi/ Kamaman/Abang …?

Kheji pai semangkung ne saya diwakilko jama keluarga bapak Ansorri haga ngukhau ngamin dilom acara walimatul khitan, anjo sikindua ngehakhap kekhatongan ne Puakhi/ Kamaman/Abang sai dija dipaiya sikindua ngenuk maksud kilu bantu du’a restu ne di khani Khebu malam Kamis, tanggal 21


(19)

September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di Jenganan sikin Dua Ansorri.

Kantu khesan ukhauan sinji, atas kekhatongan ne, sikindua nyampai kon terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Arti dari undangan yang berbahasa Lampung tersebut yaitu sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb

Apa kabar Saudara/ Paman/Abang ku...?

Mohon maaf sebelumnya saya mewakili dari keluarga bapak Ansorri akan menyampaikan undangan dalam acara Walimatul Khitan. Kami sekeluarga mengharap kedatangan Saudara/ Paman/Abang yang disini dimana kami bermaksud minta bantu doa restunya di hari Rabu malam Kamis tanggal 21 September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di rumah kediaman Bapak Ansorri.

Demikian undangan ini, atas kedatangannya saya ucapkan terima kasih.

Bila undangan secara lisan atau dialok tersebut sudah disampaikan maka, langsung berpamitan pulang dengan memberi salam. Akan tetapi bila di rumah yang akan diundang tidak ada atau sedang berpergian, maka yang mengundang akan kembali lagi kerumah yang akan diundang tersebut.

Perubahan dalam pelaksanaan ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran ini dapat dilihat dari banyak tahapan yang mulai disederhanakan atau bahkan ditinggalkan. Hal ini akan membawa dampak bagi generasi berikutnya, karena semakin banyaknya masyarakat yang kurang melaksanakan adat ngukhau ngamin yang sesuai dengan adat yang berlaku di Desa Tebajawa .


(20)

Tabel I. Jumlah warga masyarakat yang tidak melaksanaan tata cara

Ngukhau Ngamin di desa Tebajawa

No Tidak melaksanakann tata

cara ngukhau ngamin Jumulah Pelaksanaan ngukgau ngamin

1 8 8

2 7 7

3 5 5

4 6 6

5 7 7

6 7 7

40 40

Sumber :Data Primer Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011

Searah dengan pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa dan atas dasar perubahan-perubahan masyarakat berkaitan erat dengan hal-hal yang mempengaruhi arah perubahan tersebut. Hasil wawancara ini juga mengungkapkan bahwa tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran telah mengalami perubahan baik dari segi undangan maupun tata cara pelaksanaanya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola-pola ideal pelaksaaan tata cara ngukhau ngamin yang telah digariskan oleh Nenek moyang secara turun temurun kearah pelaksanaan ngukhau ngamin yang telah ada pada saat sekarang. Yaitu dengan melayangkan atau mengantarkan undangan yang telah dicetak.


(21)

Setelah kita ketahui tentang tata tertib pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran yang terdahulu, maka pelaksanaan-pelaksanaan ngukhau ngamin sekarang ini yang sedemikian tidak menonjol lagi. Sebagai tata cara yang mutlak harus dilakukan, artinya ada sebagian dari tahapan tata cara ngukhau ngamin yang berdasarkan pola ideal diatas sudah mulai ditinggalkan, hal tersebut dapat dilihat dari uraian dibawah ini yang merupakan wawancara pembuka adat dan masyarakat.

Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada masa ini memakai surat undangan tertulis atau undangan cetak, tidak perlu berpakaian rapi, tidak harus bertemu dengan yang bersangkutan atau yang akan diundang, tidak harus menguasai bahasa Lampung, tidak membutuhkan waktu yang lama dan bila seseorang yang akan diundang tidak ada dirumah maka yang mengundang akan menyelipkan undangan yang berbentuk cetak atau tertulis dibawah pintu rumah yang akan diundang.


(22)

Contoh isi surat undangan dalam bahasa Lampung yang berbentuk cetak yaitu sebagai berikut :

Ngukhau ngamin

Walimatul khitan

Nuju Yth.

Huluntuha/Kamaman/Abang/Puakhi Khazuli

Di - Jenganan Assalamu’alaikum Wr.Wb

Kheji pai semangkung ne yu sikin dua mahap ngalinpukha jama hulun tuha/ Kamaman/Abang/Puakhi, sipadaiya sikin dua Ansorri (Khadin Pembina) sekeluarga besar, yu ngukhau/ngahakhap kekhatongan ne dalam acara Walimatul khitan Putra Khadin Pembina se gelakh ne :

Apriyansyah Bin Ansorri

Di Khani : Khebu malam Kamis Tanggal : 21 September 2011

Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai

Jenganan : Di Jenganan sikin Dua Ansorri (Khadin Pembina) Acara : Ngamin Walimatul Khitan

Kantu khesan ukhawan sinji, yu atas kewatekhan ne/ kekhatongan ne, sikin dua nyampai kon terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tebajawa, 21 September 2011 Sohibul Hajah


(23)

(Ansorri)

Khadin Pembina

Contoh isi surat undangan dalam bahasa Indonesia yang berbentuk cetak yaitu sebagai berikut :

Undangan

Walimatul khitan

Kepada Yth.

Orangtua/ paman/ Abang/ saudara Di-

Tempat Assalamu’alaikum Wr.Wb

Mohon maaf sebelumnya saya dengan rasa rendah hati kepada orangtua ku/ kakak/Abang serta saudara ku, bahwa saya Ansorri sekeluarga besar mengudang atau mengharap kehadirannya dalam acara Walimatul Khitan putra kami yang bernama :

Apriyansyah Bin Ansorri

Di Hari : Rabu malam Kamis Tanggal : 21 September 2011

Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai

Jenganan : Di k rumah kediaman Ansorri (Khadin Pembina) Acara : Berdo’a Walimatul Khitan

Demikian undangan ini atas segala perhatiannya kami ucapkan ribuan banyak terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tebajawa, 21 September 2011 Sohibul Hajah


(24)

(Ansorri)

Khadin Pembina

Tabel 2. Perbedaan Antara Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa Dulu dan Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa sekarang

Ngukhau ngamin masa dulu Ngukhau ngamin masa sekarang

1. Tidak memakai surat

undangan ( Dialok). 1. Memakai surat undangan tertulis( undangan cetak). 2. Berpakaian rapi,seperti

memakai celana panjang/sarung, memakai baju lengan panjang, memakai peci (Sopan ).

2. Tidak perlu berpakaian rapi.

3. Harus bertemu dengan yang bersdangkutan/ yang akan di undang.

3. Tidak harus bertemu dengan yang bersangkutan/ yang akan di undang. 4. Harus menguasai bahasa

lampung yang benar. 4. Tidak harus menguasai bahasa lampung yang benar,karena generasi muda sekarang sudah jarang sekali yang menguasai bahasa Lampung dengan benar.

5. Membutuhkan waktu yang

lama. 5. Tidak membutuhkan waktu yang lama 6. Yang menyampaikan

undangan tersebut adalah seorang yang sudah berkeluarga .

6. Yang menyampaikan undangan tersebut tidak harus orang deweasa, anak-anak pun boleh mengantarkan undangan yang akan di sampaikan.

7. Kalau dirumah yang akan di undang tidak ada di rumah, maka yang mengundang akan kembali lagi.

7. Kalau seseorang yang akan di undang tidak ada di rumah , maka yang mengundang akan menyelipkan undangan yang berbentuk cetak di bawah pintu rumah yang akan di undang.


(25)

Pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini bisa berdampak positif, yaitu lebih praktis, tidak membutuhkan waktu yang lebih lama, yang diundang supaya tidak lupa, dan bisa diselipkan dibawah pintu rumah yang akan diundang bila yang bersangkutan tidak ada dirumah. Selain itu bisa juga berdampak negatif, yaitu tidak baik bagi penerus generasi, karena pudarnya tata cara ngukhau ngamin tersebut. Faktor–faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini diduga adanya moderenisasi dan globalisasi yang mengajarkan praktisme (kemudahan), sehingga melupakan adat dan budaya daerah sensdiri, selain itu faktor efisiensi waktu, efisiensi tenaga, yang selama ini menjadi alasan yang paling utama dalam masyarakat untuk melestarikan kebiasaan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Pakhurrozi salah satu kelompok penyimbang adat di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Pada hari minggu tanggal 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman bapak Pakhurrozi, Beliau menjelaskan bahwa tata cara ngukhau ngamin pada zaman dulu sudah tidak dipakai lagi, karena masyarakat lebih memilih yang praktis, dan perubahan ini sangat cepat dan meluas didalam masyarakat, tidak ada nya teguran dari kepala adat, dan hal ini tidak ada yang harus di salah kan atau yang bertanggung jawab.

Seharusnya meskipun zaman sudah moderen pada saat ini setidak nya tidak ada yang hilang dalam sebuah adat yang sudah ada, menanggulangi kemajuan zaman, kita generasi penerus sudah patutnya ikut peduli dengan budaya asli sebagai kebanggaan bangsa. Apabila kondisi seperti ini tidak di respon yang ditunjukkan


(26)

dengan usaha mempertahankan budaya maka, di khawatirkan semakin lama semaakin berkembang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baru. Hal ini dapat mengancam keaslian aturan adat yang telah ada , terutama bagi para generasi muda yang baru sesdikit mengerti tentang budaya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di ketahui bahwa pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran terletak pada tata cara atau tahapa-tahap dari proses pelaksanaan ngukhau ngamin tersebut.

Atas dasar fenomena ini penulis tertarik untuk lebih mengetahui Faktor Penyebab Pergeseran adat Lampung Saibatin dalam Tata Cara Ngukhau Ngamin Di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang berkaitan kepatuhan dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. beberapa faktor penyebab Pergeseran tata cara ngukhau ngamin adat Lampung pada masyarakat Lampung saibatin yaitu:

a. Faktor pengaruh budaya luar. b. Faktor kesadaran masyarakat c. Faktor komunikasi budaya d. Faktor pembelajaran budaya e. Faktor praktis


(27)

2. Peranan dalam penyimbang adat Lampung Saibatin Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin.

D. Perumusan masalah

Bersdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor apa sajakah yang menyebabkan bergesernya tata cara ngukhau ngamin di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011?

E. Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penyebab-penyebab pergeseran adat Lampung Saibatin dalam tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011.

2. Kegunaan Penelitian 2.1Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep pendidikin kewarganegaraan, kajian nya tentang nilai moral dalam aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya, dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.


(28)

2.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi Masyarakat Lampung Asli

Penelitian ini di harapkan memberi manfaat bagi masyarakat dalam mempertahankan keaslian budaya lampung, khususnya pada masyarakat adat lampung Saibatin di Desa Tebajawa kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

2. Bagi Peneliti

Peneliti turut serta dalam melestarikan adat Budaya Lampung yang tidak keluar dari aturan dasar Negara. Agar peneliti sendiri bisa lebih paham dengan adat istiadat Lampung.

3. Bagi Pendidik

Sebagai suplemen bahan ajar bagi guru dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP kelas VII semester I, SK I menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat , berbangsa dan bernegara, KD I.3 menerapkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. SMA kelas X semester II, SK 5 menghargai persamaan kedudukkan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, KD 5.3 menghargai persamaan kedudukkan warganegara tanpa pembedaan ras, agam, gender, golongan, budaya dan suku.


(29)

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ilmu pendidikan Kewarganegaraan, Kajiannya tentang Pendidikan moral pancasila, karena berkaitan dengan moral dalam aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penyebab Pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam Penelitian ini adalah Masyarakat adat lampung Saibatin dalam tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

4. Ruang Lingkup Lokasi

Ruang Lingkup lokasi atau wilayah penelitian ini adalah Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini di laksanakan sejak di keluarkan nya surat izin pendahuluan oleh Dekan FKIP pada tanggal Juli 2011 sampai dengan selesai.


(30)

Bahasa yang berbeda (Mustapa 2002:l-2) yang diterjemahkan oleh maryati sastra wijaya menyatakan " kata adai berasal dari bahasa Arab, dalam bahasa Sunda yaitu bahasa atau umum, lumrah artinya segala hal yang senantiasa tetap atau sering diterapkan kepada manusia atau binatang yang mempunyai nyawa, jadi dalam bahasa arab adat hampir sama dengan tabiat "

sedangkan menurut sujanto ( l99l: 148 ) dalam buku karangannya memberikan suatu pengertian mengenai adat adalah budaya yang telah membaku dari suatu kelompok masyarakat.

Di jelaskan dalam buku seiarah asal usul dan silsilah puyang pangeran Rene Khopa mengenai pengertian adat, C. H Mulkan, ia, berpendapat bahwa adat itu sebagai berikut " Adat adalah suatu pedoman hidup bagi masyarakat dan tidak bertentangan satu sama lain, seperti tata tertip dalam pergaulan sehari-hari cara berbicara, tingkah laku, serta hormat kepada orang yang lebih tua, menglrormati orang pendatang, semuanya berpedoman pada adat yang dianut oleh masyarakat setempat.

Selain itu pengertian adat juga dalam buku pengantar hukum adat Indonesia, menyatakan bahwa adat adalah segala bentuk kesulitan di semua lapangan hidup bersama orang Indonesia yang menjadi tingkah laku sehari-hari antara suku satu sama lain.

Dari semua uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari adat adalah suatu tata cara yang telah ditetapkan dalam suatu masyarakat, yang berasal dari Nenek moyang dan diturunkan hingga keanak cucunya. Dengan demikian tidak akan terjadi pertentangan antara satu sama lain didalam anggota masyarakat yang menyangkut sistem adat tertentu.


(31)

2. Masyarakat Adat

Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur ( secara turun temurun ) diwilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. Hasil kesepakatan dari perumusan definisi dari masyarakat adat ini dicapai pada sebuah Kongres Masyarakat Adat Nusantara I yang pernah diselenggarakan pada bulan Maret 1999.

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam keaneka ragaman masyarakat adat dan memiliki ciri ke khasan tersendiri. Berbagai keberadaan masyarakat adat merupakan kekayaan bangsa dan dapat menjadi sumber masukan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Baik kekayaan yang dapat menghasilkan devisa bagi negara maupun sumber ilmu pengetahuan bagi para peneliti dari seluruh benua yang ternyata disanalah letak manfaat keberadaan masyarakat adat sebagai sumbangsih yang dapat diberikan kepada bangsa Indonesia.

Aryono Soeyono ( 1985: 4) mengemukakan bahwa “adat adalah kebiasaan yang besifat magis religius dari kehidupan penduduk asli, yang meliputi antara lain mengenai nilai-nilai budaya norma-norma yang aturan-aturan saling berkaitan yang kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisyonal.


(32)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari adat adalah suatu tata cara yang telah ditetapkan dalam suatu masyarakat, yang berasal dari warisan nenek moyang yang diturunkan hingga keanak cucunya.

3. Masyarakat Lampung Saibatin

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Menurut Auguste comte dalam buku sosiologi skematika Teori dan Terapan yang diterjemahkan oleh Abdul sani, mengemukakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan sendiri (Abdul Sani, 2002:32). Secara umum masyarakat lampung dibedakan menjadi dua, yaitu: masyarakat adat pesisir atau saibatin dan masyarakat adat pepadun.

Masyarakat adat Saibatin pada umumnya berdomisili di Daerah pesisir Lampung, dimulai dari daerah Skala Beghak, Ranai, Pesisir Barat(Krui), Kota Agung (Semaka), dan Kalianda, sedangkan masyarakat adat pepadun


(33)

berdomisili dibagian tengah dari Lampung seperti Abung, Menggala, dan Daerah Pubian.

Perbedaan yang mendasar dari dua adat istiadat tersebut adalah mengenai status dan gelar seorang raja adat. Bagi adat Saibatin dalam segenap generasi (masa/priode) kepemimpinan hanya mengenal satu orang raja adat yang bergelar sultan, hal tersebut sesuai dengan istilahnya yaitu Saibatin artinya satu batin (satu orang junjungan). seorang saibatin adalah seorang sultan berdasarkan garis lurus sejak zaman kerajaan (keratuan) yang pernah ada di Lampung. Sejak zaman dahulu kala dan inilah yang disebut Saibatin Paksi Pak Skala Beghak sejak zaman dahulu sebagai satu-satunya pemilik dan penguasa adat tertinggi dilingkungan paksinya.

Selain Saibatin paksi ada juga yang disebut Saibatin Marga, namun Saibatin marga ini lahir pada saat pemerintah Belanda tetapi telah diakui dan disahkan oleh Saibatin Paksi sebagai Sutan. pengakuan dan pengesahan status Saibatin Marga oleh Saibatin paksi mulai diperlukan karena apabila berbicara tentang masalah adat, mau tidak mau, suka atau tidak suka sumber utamanya dalah dari Paksi pak sebagai kerajaan yang ada dan berdiri di Sekala Bekhak.

Seorang saibatin adalah satu-satunya yang dimulyakan didalam masyarakat adatnya, hal ini tercermin dalam setiap upacara-upacara adat, seperti perkawinan, syukuran, pemberi gelar adat dan lain-lain upacara. seorang Saibaitin berwenang dan berkuasa penuh dikalangan masyarakat adatnya, dan gelar Suntan, Suntan adalah hanya satu-satunya untuk seorang Raja adat Saibatin.


(34)

3.1 Identitas Masyarakat Adat Suku Lampung

Adat bagi masyarakat adat suku Lampung mempunyai fungsi ganda yaitu: 1. Sebagai alat Pembina masyarakat guna meningkatkan kualitas warga

masyarakat. Karena melalui ketua adat (Penyimbang) disampaikan ajaran-ajaran agama, petuah dan hukum bagi masyarakat.

2. Sebagai sarana demokrasi (permusyawaratan) di mana benda yang benama Pepadun sebagai simbol persatuan. Pepadun berasal dari perpaduan-perpaduan dan akhirnya menjadi pepadun. perpaduan artinya hasil padu. (Hasil wawancara dengan Bapak Pakhurroji pada hari Minggu , 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman Bapak Pakhurroji.)

3.2 Sifat dan Watak Masyarakat Lampung

Sejak zaman penjajahan Belanda, orang Lampung pada umumnya dikenal hidup sederhana, tetapi dilain pihak mereka suka menunjukkan kegemarannya akan kemewahan dan pujian. Dimana untuk mendapatkan kepuasan pujian itu mereka tidak segan-segan mengeluarkan biaya yurrg sangat besar untuk mengadakan pesta adat. Disamping itu masyarakat Lampung tidak mau menjadi kuli.

Sifat dan watak masyarakat Lampung ini dicerminkan dalam bahasa daerah yang menjadi semboyan dari kepribadian orang Lampung asli yaitu "PIIL PESENGGIRI" dengan urutan sebagai berikut :


(35)

Segala sesuatu yang menyangkut harga diri, perilaku dan sikap yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik dan martabat secara pribadi maupun kelompok senantiasa dipertahankan. Dalam hal tertentu seseorang dapat

mempertaruhkan apa saja (termasuk nyawa) demi untuk mempertahankan hargadiri ini. Selain dari itu piil pesenggiri seseorang dapat berbuat atau tidak berbuat sesuatu, kendatipun itu merugikan diri sendiri, saudara, materi. Setiap orang, lebih Iebih jika ia adalah dari golongan penyimbang adat, merasa dirinya

adalah orang besar, orang lebih dan setiap kerabat mempunyai kelebihan dari kerabat lainnya.

2. Juluk Adek (Bernama Bergelar)

Hal ini didasarkan dari garis keturunan yang diwarisi secara turun-temurun sejak zaman dahulu kala. Tata ketentuan pokok yang selalu dipatuhi, termasuk antara lain menghendaki agar seseorang disamping mempunyai nama kecil juga diberi gelar sebagai panggilan kehormatan kepadanya, setelah ia berumah tangga melalui upacara adat yang telah ditentukan oleh nenek moyang, adok bagi laki-laki dan inai bagi perempuan'

3. Nemui Nyimah (Terbuka Tangan)

Bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua pihak, baik terhadap orang yang satu lingkungan kerabat, maupun orang dari luar lingkungan, juga terhadap siapa saja yang berhubungan dengan mereka.


(36)

Jadi, bermurah hati dalam tutur kata serta sopansantun terhadap tamu yang datang berkunjung.

4. Nengah Nyappur (Hidup Bermasyarakat)

Tata cara pergaulan masyarakat Lampung dengan kesempatan membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan berpengetahuan luas, ikut serta berpartisipasi terhadap segala hal yang bersifat baik, yang dapat membawa kemajuan sesuai dengan kemajuan zaman. Masyarakat Lampung senang saling kunjung mengunjungi satu sama lain dan suka berkenalan dengan siapa saja' Mereka mudah bergaul dan berbaur, serta berbincang-bincang dan bermusyawarah. Namun dalam hal yang penting guna mempertahankan hak dan nama baik kerabat keturunannya, maka mereka suka tolong-menolong, bahu- membahu dan mempersiapkan atau menyelesaikan suatu pekerjaan berat seperti pekerjaan membuka hutan, membangun rumah mengadakan pesta perkawinan dan perhelatan adat lainnya.

5. Sakai Sembayan (Tolong Menolong atau Gotong Royong)

Meliputi beberapa pengertian yang luas, termasuk didalamnya saling memberi terhadap sesuatu yang tidak hanya bersifat materi saja, tetapi juga dalam arti moril termasuk sumbangan pikiran..

(Hasil wawancara dengan Bapak Pakhurroji pada hari Minggu , 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman Bapak Pakhurroji).

4. Pengertian Ngukhau ngamin


(37)

mengundang masyarakat setempat untuk mengadakan acara syukuran, yang bertujuan untuk berdoa bersama-sama kepada Tuhan Yang Maha Esa, di waktu siang ataupun malam hari sesuai yang tercantum dalam undangan yang sudah di sampaikan.

1. Bentuk- Bentuk Syukuran yaitu: a. Walimatul Khitan ( sunatan)

Khitan secara bahasa artinya memotong. Secara terminologis artinya memotong kulit yang menutupi alat kelamin lelaki (penis). Dalam bahasa Arab khitan juga digunakan sebagai nama lain alat kelamin lelaki dan perempuan seperti dalam hadist yang mengatakan "Apabila terjadi pertemuan dua khitan, maka telah wajib mandi" (H.R. Muslim, Tirmidzi).

Dalam agama Islam, khitan merupakan salah satu media pensucian diri dan bukti ketundukan kita kepada ajaran agama. Dalam hadist Rasulullah S.A.W. bersabda: "Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis dan memotong kuku" (H.R. Bukhari Muslim).

Selain itu dalam adat Lampung saibatin di desa Tebajawa, anak laki-laki biasanya yang tertua,yang akan dikhitani pagi-pagi sekali sudah dimandikan dengan memakai telasan (talosan) putih dan kemudian diberi makan ayam panggang. Upacara ini diadakan besar-besaran apabila yang akan disunat anak laki-laki tertua dan telah tamat mengaji


(38)

ditambah dengan acara penggantian anting-anting (subang) kakak atau adik perempuannya.

Untuk mengadakan syukuran khitan ini yang diundang adalah sanak saudara dan tetangga-tetangga dekat rumah dari keluarga yang mengadakan syukuran. kalau jumlah undangan nya 100 orang maka dalam bentuk makanannya membuat 10 hidangan, karena setiap 1 hidangan di isi 10 orang. Dalam masyarakat Lampung di desa Tebajawa penempatan/ pelayanan orang yang diundang berdasarkan gelar.Tempat yang disediakan untuk anggota Penyimbang adat di desa tebajawa dalam acara syukuran yaitu tempat duduknya beralaskan kasur yang dilapisi kain atau seprai berwarna putih, dan makanannya di sajikan memakai nampan/ talam.

b. Walimatul Urus (perkawinan)

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk melanjutkan suatu keturunan serta membentuk keluarga yang bahagia, sakinah, mawaddah, dan warohmah. Sudah menjadi kodrat manusia diantara satu sama lainnya yang selalu saling membutuhkan, karna manusia itu itu diciptakan sebagai mahluk sosial.

Sistem perkawinan dalam masyarakat Lampung saibatin pada umumnya berlaku juga pada masyarakat di Desa Tebajawa, yaitu: a. Kawin Secara Adat ( Mengambil Gadis Secara Terang)


(39)

belah pihak, maupun punyimang masing-masing. b. CakhaSemanda ( Mengambil Laki-laki)

Semanda ini adalah bentuk semanda yang asli karena si lelaki sepenuhnya tunduk kepada pihak perempuan.

c. Kawin Secara Lari (Sebambangan)

Sebambangan atau berlarian ada peraturan tersendiri yang memang diakui oleh adat yaitu dengan cara Si gadis meninggalkan surat dikamarnya, diatas meja rias, dibawah kasur, atau dibawah bantal dimana isi surat itu menyatakan bahwa dia atau si gadis pergi ikut bujang A, anaknya B dari kampung C.

Selain itu juga dengan perantara orang kepercayaan untuk memberitahukan kepada orang tuanya.

Untuk mengadakan syukuran perkawinan ini yang diundang adalah sanak saudara dan tetangga-tetangga dekat rumah dari keluarga yang mengadakan syukuran. kalau jumlah undangan nya lebih dari 100 orang cara mengundangnya memerlukan anggota panitia berjumlah, banyak misalnya 5 orang. Dari 5 orang yang bertugas untuk menyebarkan undangan tersebut, akan dibagi tempat atau wilayahnya menurut undangan yang sudah dicatat.

c. Walimatul Aqiqah (aqiqah)

Aqiqah artinya memotong atau menyembelih, menurut istilah syarak, aqiqah adalah penyembelihan seekor kambing pada hari ketujuh


(40)

lahirnya seorang anak bersamaan dengan hari mencukur rambut anak yang baru lahir dan diberi nama.

Binatang yang dibolehkan untuk aqiqah yaitu kambing dengan ketentuan, bagi anak laki-laki dua ekor dan anak perempuan satu ekor.ketentuan dan syarat-syarat binatang untuk aqiqah yaitu harus cukup umur dan terhindar dari cacat, yaitu sakit mata( buta, sakit-sakitan dan tidak sehat), pincang kaki dan terlalu kurus.

Makna dari penyembelihan binatang yaitu menghilangkan nyawa binatang yang halal dimakan dengan menggunakan alat penyembelihan yang tajam, seperti pisau, parang, golok, agar halal untuk dimakan oleh masyarakat. Acara walimatul aqiqah yang diundang jumlah nya kurang dari 100 orang, maka yang menyebarkan undangan tidak memerlukan panitia yang berjumlah banyak karena undangan yang akan disebarkan hanya sedikit. penyimbang adat/ saibatin biasanya hanya diwakili oleh beberapa anggota penyimbang adat karena acara yang digelar kurang dari 100 orang.

d. Walimatus Safar ( Berangkat Haji)

Ibadah haji adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh umat islam yang mampu atau kuasa untuk melaksanakannya baik secara ekonomi, fisik, psikologis, keamanan, perizinan dan lain-lain sebagainya.

Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, hukum haji adalah wajib bagi yang sudah mampu untuk menjalankannya. Sebelum berangkat


(41)

haji akan diadakan syukuran dirumah yang akan melaksanakan nya, syukuran yang dimaksud adalah berdoa bersama-sama, meminta pertolongan dalam keselamatan diperjalanan dan sampai kembali lagi ketanah air, dan tidak lupa berucap syukur karna sudah diberi rezeki untuk melaksanakan haji.

Dalam melaksanakan acara syukuran tersebut sudah ada sejak nenek moyang atau sudah melekat dari diri masyarakat itu sendiri karena hal ini merupakan suatu adat istiadat yang biasa dilakukan. Acara walimatul safar ( berangkat Haji ) yang diundang adalah tetangga-tetangga yang ada di sekitar rumah dan sanak saudara saja.dan makanannya berbentuk prasmanan.

Dari uraian diatas bahwa setiap ada acara syukuran itu harus didasarkan dengan undangan, supaya masyarakat hadir di dalam acara yang akan di gelar. Akan tetapi tata cara ngukhau ngamin dalam bentuk apapun saat ini sudah sangat praktis yaitu hanya memberikan selembar kertas foto kopian yang di dalamnya tertuliskan dalam bahasa lampung atau bahasa indonesia untuk mengundang masyarakat tersebut keacara syukuran. Selain itu yang menyampaikan undangan adalah anak-anak dibawah umur yang belum mengerti akan hal itu. Dan ada yang hilang nilai-nilai kesopanan dalam menyampaikan undangan tersebut.

a. Tata Cara Ngukhau Ngamin

Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat lampung saibatin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada umumnya


(42)

berdasarkan undangan berbentuk dialok,seperti contoh sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb

Api kabakh puakhi/ Kamaman/Abang …?

Kheji pai semangkung ne saya diwakilko jama keluarga bapak Ansorri haga ngukhau ngamin dilom acara walimatul khitan, anjo sikindua ngehakhap kekhatongan ne Puakhi/ Kamaman/Abang sai dija dipaiya sikindua ngenuk maksud kilu bantu du’a restu ne di khani Khebu malam Kamis, tanggal 21 September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di Jenganan sikin Dua Ansorri.

Kantu khesan ukhauan sinji, atas kekhatongan ne, sikindua nyampai kon terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

suatu cara dimana pihak yang akan mengundang datang kerumah yang akan diundang dengan berpakaian rapi, dan tuturkata yang sopan dalam bahasa lampung. Hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan ngukhau ngamin harus sesuai dengan adat yang sudah ada.

Tata cara ngukhau ngamin biasanya didahului dengan cara mengetuk pintu, memberi salam, setelah salam diterima barulah menyampaikan undangan secara lisan atau dialok dengan berbahasa lampung yang baik. Bila undangan secara lisan atau dialok tersebut sudah di sampaikan maka, langsung berpamitan pulang dengan memberi salam. Akan tetapi bila di rumah yang akan di undang tidak ada atau sedang berpergian, maka yang mengundang akan kembali lagi kerumah yang akan di undang tersebut.

b. Orang Yang Biasa Terlibat Dalam Acara Ngukhau Ngamin

Dalam acara syukuran dimasyarakat Lampung Saibatin didahului dengan cara mengundang sanak saudara, teman ataupun kerabat yang akan di


(43)

undang dalam acara syukuran tersebut, hal ini selalu melibatkan beberapa kelompok penyimbang adat didesa tebajawa, urutan kepenyimbangan adalah sebagai berikut:

1. Penyimbang Buay ( Bandar) Mengepalai satu klen

2. Penyimbang Marga

Mengepalai Adat untuk beberapa tiuh atau pekon 3. Penyimbang tiyuh atau pekon

Mengepalai adat beberapa kerabat besar ( suku) 4. Penyimbang Suku

Mengepalai Adat beberapa puluh keluarga betih

Pada Lampung saibatin, untuk menjadi penyimbang marga tertutup sama sekali, bagi siapapun juga, walaupun ia mempunyai kerabat yang banyak atau biaya yag cukup untuk itu. Keturunan, tetap dipertahankan. Walaupun seorang anak cacat tubuh, tetapi ia anak tertua dari seorang anak penyimbang marga ia tetap menjadi penyimbang marga setelah ia berkeluarga, setelah upacara adat.

Untuk penyimbang tiuh terbuka kemungkinan bagi penyimbang suku yang telah mempunyai anak buah / kerabat, misal umbulan jadi kampung dan sebagainya.demikian juga untuk menjadi kepala suku / penyimbang suku terbuka bagi siapapun saja asal ia mempunyai kerabat/ keluargabatih yang jumlah telah puluhan.


(44)

Tetapi, pada kenyataanyan saat ini peran penyimbang adat sudah tidak transparansi lagi salah satunya dikarenakan faktor pengaruh budaya luar,dan Perbedaan tingkat kedudukan adat dalam kepemyimbangan di desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran sudah tidak ada artinya lagi, hal ini terjadi karena kalangan yang bukan kerabat punyimbang bisa sejajar dan dapat bergaul dengan warga yang menyandang punyimbang adat. Tingkat susunan kepunyimbangan kini cenderung untuk menjadi seni budaya saja dan kurang mempunyai kekuatan hukum.

Jadi, yang biasa terlibat dalam ngukhau ngamin ini hanyalah kerabat atau keluarga saja. Karena Peranan dan fungsi penyimbang adat tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena dalam melaksanakan acara adat sebagian masyarakat sudah tidak bermusyawarah lagi dengan penyimbang adat sehingga dapat mengakibatkan salah pengertian antara individu dan kelompok kekerabatan

5. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pergeseran Tata Cara Adat Pada Ngukhau Ngamin

Pada masyarakat lampung Saibatin khususnya Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran, pelaksanaan ngukhau ngamin yang sekarang dilaksanakan, pada dasarnya sudah tidak lagi mengikuti pola-pola ideal yang telah digariskan oleh nenek moyang.hal ini beberapa bagian dari proses ngukhau ngamin sudah mengalami perubahan. Artinya dari tata cara

ngukhau ngamin yang mengalami perubahan, terdapat bagian yang sudah ditinggalkan.


(45)

a. Faktor Penyebab Bergesernya Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masyarakat Lampung Saibatin

1. Faktor Pengaruh Budaya Luar

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan yang sangat cepat yang terjadi dimana-mana tidak terkecuali pada kehidupan masyarakat dan kehidupan sehari-hari. Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak tersendiri pada adat dan budaya yang ada pada suatu masyarakat. Perkembangan ini berdampak pada memudarnya budaya atau adat yang ada pada suatu masyarakat seperti pada tata cara

ngukhau ngamin khususnya pada masyarakat Lampung. Seperti halnya dalam tata cara ngukhau ngamin adat Lampung yang dilaksanakan di Desa Tebajawa telah banyak mengalami pergeseran dalam tata cara pelaksanaannya hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh budaya luar yang merupakan dampak dari masuknya informasi baru yang diterima masyarakat melalui media-media penyedia informasi. semua ini diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat.

Integrasi merupakan salah satu cara bagaimana budaya luar bisamempengaruhi budaya asli suatu daerah. Integrasi dapat terjadi dengan cara menyatukan unsur-unsur budaya baru dengan budaya asli daerah. Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Proses integrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua


(46)

cara yaitu asimilasi dan akulturasi. Asimilasi yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli. Sedangkan Akulturasi yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.

Melihat penjelasan diatas bisa dikatakan bahwa dengan masuknya budaya luar secara nyata akan membawa perubahan atau pergeseran pada semua struktur dalam kehidupan masyarakat termasuk juga pada pola-pola prilaku yang sekarang telah mengalami pergeseran bentuk disana sini. Pengaruh dari budaya luar ini juga nerupakan dampak secara tidak langsung dari adanya Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini juga yang menyebabkan pergeseran tata cara

ngukhau ngamin adat Lampung saibatin.

2. Faktor Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya asli sekarang ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya luar yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya asli tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya asli juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari budaya tersebut.


(47)

Pewarisan adat budaya kepada generasi muda yang tidak sempurna artinya hanya disampaikan secara setengah-setengah akan memberikan sedikit pula mengenai apa yang terkandung dalam pelaksanaan adat budaya. Masyarakat sekarang khususnya masyarakat suku Lampung kurang memahami tentang bagaimana seharusnya melaksanakan suatu tata cara ngukhau ngamin sesuai dengan adat budaya yang ada di desa Tebajawa.

3. Faktor Komunikasi Budaya

Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan antar suku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.

Minimnya komunikasi antar generasi terdahulu dan generasi muda mengenai budaya sering menimbulkan ketidak pahaman generasi muda terhadap budaya asli daerahnya yang berdampak menurunnya ketahanan budaya daerah bahkan budaya bangsa. Pemahaman masyarakat merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan sesuatu yang menjadi permasalah yaitu tradisi ngukhau ngamin.


(48)

Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya asli. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya asli dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya asli di tengah perkembangan zaman. Perkembangan zaman yang yang begitu pesat membuat pola pikir dan pandangan hidup menjadi berubah. Dari sebuah pola pikir tradisyonal, yang senantiasa menjunjung tinggi nilai adat istiadat sebagai landasan hidup bermasyarakat, kini harus terkikis oleh sebuah pola pikir modern yang menganggap sesuatu serba instan. 5. Faktor Praktis

Praktis adalah suatu cara yang mudah untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam tata cara ngukhau ngamin didesa tebajawa sudah mulai praktis a. Efisiensi Waktu

Waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung. Waktu termasuk besaran scalar. Satuan waktu antara lain sekon atau detik dalam Standar Internasional yang disingkat SI, menit, jam dan hari.

Waktu merupakan hal yang sangat berharga. Seperti kata pepatah waktu adalah uang, jadi sejatinya manusia haruslah menjadi orang yang cerdas dalam memanfaatkan waktu demi sebuah keberhasilan.


(49)

Dalam pelaksanaan ngukhau ngamin yang lengkap memerlukan waktu yang lebih lama, hal ini dikarenakan banyaknya tahapan yang dilalui dalam menyampaikan undangan tersebut. Sedangkan bila tidak ada orang didalam rumah yang akan diundang maka yang mengundang tersebut akan kembali lagi kerumah yang akan diundang.

Berkaitan dengan lamanya waktu pelaksanaan ngukhau ngamin

dapat dilihat dari undangan yang berbentuk dialok. Sehingga sebagian besar masyarakat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran kini sudah mulai mengganti tahapan pelaksanaan ngukhau ngamin dengan waktu yang lebih singkat yaitu hanya memberikan selembar kertas yang didalam nya tertulis surat undangan dalam bentuk bahasa Lampung maupun bahasa Indonesia.

b. Efisiensi Tenaga

Menurut UU 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.


(50)

Faktor tenaga berkaitan dengan tata cara ngukhau ngamin yang sangat diperlukan yaitu membutuhkan tenaga yang sangat ekstra, karena menyampaikan undangan nya dengan berjalan kaki dari rumah satu kerumah yang lain nya. Sehingga masyarakat lebih memilih yang lebih praktis yaitu bisa dititipkan lewat tetangga sebelah rumah dan tidak lagi mengetuk pintu rumah yang satu dengan rumah yang lainnya.

6. Faktor Daya Ingat Masyarakat ( Lupa)

Daya ingat atau memori merupakan sesuatu yang sangat penting karena merupakan kekuatan jiwa manusia untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan-kesan, pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan.

Ingatan adalah gudang informasi atau proses pembangkitan atau penghidupan kembali pengalaman kita. atau suatu informasi yang diberi kode dan di panggil kembali, dan pada dasarnya ingatan adalah suatu yangberbentuk jati diri manusia dan ini yang membedakan manusia dari makhluklainnya. Sebaliknya ingatan merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yangsangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Dimana ingatan yang bersifatdinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang di simpan. Dan untuk dapat mengembangkan ingatan, pertama-tama kita harus memahami apa sebenarnya ingatan dan bagaimana cara kerjanya.


(51)

Untuk itu, kita akan memulai dengan mengulas beberapa gambaran umum tentang jenisjenisingatan.

faktor daya ingat masyarakat ini sangat sering terjadi sedikit mengalami kebiasaan lupa, oleh karena itu bila undangan disampaikan dengan cara berdialok beberapa dari masyarakat yang diundang biasanya lupa dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga untuk mengatasi hal seperti ini maka dibuatlah undangan yang berbentuk tulisan atau cetak, supaya masyarakat lebih mudah untuk mengingatnya, dan undangan tersebut bisa di simpan.

B. Peran Penyimbang Adat Terhadap Pelestarian Budaya Masyarakat Lampung Saibatin

1. Pengertian Penyimbang Adat

Menurut Soejono Soekanto, 2000:72 selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka hal itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat itu. Sedangkan menurut Hilman Hadikusuma (2002:17) pengertian punyimbang dalam masyarakat suku Lampung adalah orang yang dituakan karena ia pewaris mayor dalam keluarga kerabat atau kebuwaian (hukum waris mayoritas laki-laki)”.

Dalam buku Sistem Gotong Royong dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Larnpung, Dep P dan K, pusat penelitian sejarah dan Budaya.Pengertian penyimbang adalah wraris pengganti yang dihomrati, yaitu anak tertua anak


(52)

laki-laki dari keturunan tertua, yang berkedudukan menggantikan tanggung jawab bapak sebagai kepala rumah tangga atau kerabat .

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyimbang adalah anak tertua laki-laki dari keturunan tertua yang berkedudukan menggantikan tanggung jawab bapak sebagai kepala rumah tangga atau kerabat.

Hilman Hadikusuma (2002: l7), dengan adanya kepunyimbangan maka Lampumg mulai dari suatu keluarga rumah kecil sampai kerabat besar, suku tiyuh dan rnarga atau paksi mempunyai pemimpin menurut garis laki-laki (patilineal). Tanpa adanya punyimbang maka kerabat itu akan tidak menenp karena tidak ada yang dituakan, tidak ada pemusatan atau kerabat, tidak ada yang mengatur atau tidak ada yang dituakan dalam musyawarah untuk menyelesaikan peristiwa-peristiwa kekerabatan.

Buku Sistem Gotong Royong dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Dep P dan K, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, bahwa seorang Penyimbang merupakan kepala adat dan sub klen tingkatan yang berkedudukan memegang wilayah atau yang berkedudukan Pandia Pakusara (Gelar berdasarkan urutan di dalam hubungan darah dengan penyimbang saja), bukan karena memegang wilayah atau mengepalai beberapa keluarga atau kerabat lainny.

1. Penyimbang Adat Berperan Sebagai Berikut:


(53)

b. memberi informasi dan penerima informasi yang nantinya mampu memberikan saran dan motivasi kepada para kerabatnya dalam proses komunikasi adat

c. fungsi kepemimpinan

Seorang Penyimbang Adat dituntut untuk menjadi teladan dan panutan yang baik bagi kelompoknya dan bisa memposisikan Adok tersebut serta bertanggung jawab menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana peran Adok Penyimbang Adat mempunyai peran dalam memberi infomasi dan penerima informasi yang nantinya mampu memberikan saran serta motivasi kepada para kerabat (kemuakhian) dalam proses ngukhau ngamin di Desa Tebajawa, disamping fungsinya sebagai penasehat dan pengontrol terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kerabatnya atau kemuakhiannya. Sebagaimana halnya dengan sistem-sistem lain di dalam suatu kelompok atau organisasi, seseorang yang telah menyandang Adok memiliki fungsi kepemimpinan yang menunjukkan pengaruhnya terhadap sistem informasi.

Dalam musyawarah adat maupun umum para penyimbang adat merupakan pemimpin dalam musyawarah tersebut sesuai dengan kewenangan masing- masing, baik dalam pengambilan keputusan dalam musyawarah adat atau secara umum dengan memposisikan dirinya sesuai dengan Adok dan tanggung jawab yang disandangnya sebagai pemimpin sekaligus menjadi wakil dari kemuakhianya (kerabat) datam hal apapun di kampung atau pekonnya di sinilah penyimbang adat dituntut untuk bijaksana dalam mengambil keputusan pada musyawarah tersebut. Dewasa ini hampir dalam setiap acara adat maupun


(54)

secara umum seringkali terjadi kerancuan tanggung jawab dan ketidakjelasan fungsi penyimbang adat yang secara langsung mengakibatkan kesalahpahaman pengertian dan hilangnya kemurnian aturan adat yang ada. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah pendelegasian wewenang dan tanggung jawab suatu penyimbang adat tidak lagi mempertimbangkan kelompok kekerabatan/

kemuakhian, fungsi penyimbang adat yang disandang bahkan seringkali hanya berdasarkan pendekatan emosional individu yang bersangkutan.

Perbedaan tingkat kedudukan adat dalam kepemyimbangan di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran sudah tidak ada artinya lagi, hal ini terjadi karena kalangan yang bukan kerabat punyimbang bisa sejajar dan dapat bergaul dengan warga yang menyandang punyimbang adat. Tingkat susunan kepunyimbangan kini cenderung untuk menjadi seni budaya saja dan kurang mempunyai kekuatan hukum.

Peranan dan fungsi penyimbang adat tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena dalam melaksanakan acara adat sebagian masyarakat sudah tidak bermusyawarah lagi dengan penyimbang adat sehingga dapat mengakibatkan salah pengertian antara individu dan kelompok kekerabatan. Proses ngukhau ngamin dalam kekerabatan sudah tidak berjalan dengan baik.

Kecenderungan tersebut dikhawatirkan semakin lama semakin berkembang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baru. Hal ini dapat mengancam arti keaslian aturan adat yang telah ada terutama bagi para generasi muda yang baru sedikit mengerti.


(55)

C. Kerangka Pikir

Setelah dilakukan penguraian terhadap pelaksanaan tradisi ngukhau ngamin dan faktor-faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin , maka kerangka pikir merupakan instrumen yang memberikan penjelasan bagaimana upaya penulis memahami pokok masalah. Pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin merupakan mengundang masyarakat setempat untuk mengadakan acara syukuran yang bertujuan untuk berdoa bersama-sama kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit karena cara ngukhau ngamin/ mengundang nya dilaksanakan dengan cara berdialok. Sehingga pada masa modernisasi ini masyarakat lebih memilih yang praktis yaitu menggunakan undangan yang berbentuk cetak atau tertulis. Hal ini dikarenakan adat istiadat tersebut dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga lama kelamaan akan segera ditinggalkan. Perkembangan zaman yang begitu pesat membuat pola pikir dan tradisyonal, yang senantiasa menjunjung tinggi nilai adat istiadat sebagai landasan hidup bermasyarakat, kini harus terkikis oleh sebuah pola pikir modern yang menganggap sesuatu serba instan.

Berdasarkan uraian diatas maka diagram kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(56)

Faktor-faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin (Variabel X) :

1. Faktor Pengaruh budaya luar. 2. faktor kesadaran masyarakat 3. faktor komunikasi budaya 4. faktor pembelajaran budaya 5. faktor praktis

6. Faktor daya ingat masyarakat

Pelaksanaan ngukhau ngamin

( Variabel Y) :

1. Dilaksanakan Sepenuhnya 2. Dilaksanakan Sebagian 3. Tidak Dilaksanakan


(57)

Berdasarkan pendapat diatas. Maka penggunaan metode deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini sudah tepat, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pergeseran tata cara Ngukhau ngamin didesa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 40 warga Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.

Tabel I. Jumlah warga masyarakat yang tidak melaksanaan tata cara

Ngukhau Ngamin di desa Tebajawa

No Tidak melaksanakan tata cara

ngukhau ngamin Jumulah Pelaksanaan ngukgau ngamin

1 8 8

2 7 7

3 5 5

4 6 6

5 7 7

6 7 7

40 40

Sumber : Data Primer Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011

Menurut suharsimi arikunto (2006:134), apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.


(58)

Jika subjeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25%.

2. Sampel

Menurut suharsimi arikunto (2006:134), apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25 %. Atau lebih tergantung setidak-tidaknya :

a. kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan biaya

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya biaya.

c. Besar kecilnya resiko yang di tanggung oleh peneliti.untuk penelitian yang resikonya besar dan hasilnya akan lebih banyak.

3. Teknik Sampling

Karena populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka semuanya dijadikan sampel, sehingga penelitian ini merupakan penelitian total sampel atau total sampling.

C. Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

1.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Faktor penyebab pergeseran adat Lampung Saibatin dalam tata cara Ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kec. Kedondong Kab. Pesawaran (diberi simbol X ) yaitu:


(59)

1. Pengaruh budaya luar.

2. Kesadaran masyarakat

3. Komunikasi budaya

4. Pembelajaran budaya

5. Praktis

6. Daya ingat masyarakat (lupa)

1.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tata cara ngukhau ngamin adat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kec. Kedondog Kab. Pesawaran (diberi simbol Y), yaitu:

1. Cara mengundang syukuran

2. Orang yang diundang

3. Orang yang terlibat dalam acara syukuran

2. Definisi Operasional Variabel 2.1 Variabel Bebas (X)

Definisi operasional variabel adalah definisi yang meberikan gambaran mengukur secara variabel dengan memberikan arti atau mengkhususkan suatu kegiatan. Penelitian ini akan membahas empat faktor yang menjadi penyebab terjadinya pergeseran tata cara ngukhau ngamin adat Lampung Saibatin Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran yaitu faktor budaya luar, faktor kesadaran masyarakat, faktor komunikasi budaya, faktor pembelajaran budaya, faktor praktis, Faktor daya ingat masyarakat (lupa)


(60)

Definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasi (Suryabrata(2000:76).

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Pengaruh Budaya Luar

Budaya luar adalah suatu masyarakat yang bukan asli orang Lampung, tetapi bertempat tinggal di daerah Lampung . Seperti dari daerah jawa, padang sunda dan lain-lain. Sehingga turut mempengaruhi perubahan adat Lampung yang sudah ada karena satu daerah memiliki bermacam-macam suku dan memiliki adat yang berbeda-beda.

b. Kesadaran masyarakat

Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya asli sekarang ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya luar yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Mayarakat sekarang khususnya masyarakat Suku Lampung kurang memahami tentang bagaimana seharusnya menyelenggarakan suatu tata cara ngukhau ngamin sesuai Adat Istiadat.

c. Komunikasi budaya

Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan antar suku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.k terjadi kesalah pahaman tentang budaya yang dianut. Kemampuan


(61)

untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang budaya yang dianut.

d. Pembelajaran budaya

melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya asli dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya asli di tengah perkembangan zaman.lingkungan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai adat-istiadat maka akan mampu memberikan konstribusi terutama kepada generasi muda untuk senantiasa melestarikan adat budaya leluhur yang sudah diwariskan secara turun temurun.

Demikian pula sebaliknya, lingkungan masyarakat yang sudah modern terutama dikota-kota besar akan mulai meninggalkan adat istiadat. Hal ini dikarenakan adat istiadat tersebut dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga lama kelamaan akan segeran ditinggalkan.

1. Praktis

Praktis adalah suatu cara yang mudah untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam tata cara ngukhau ngamin didesa tebajawa sudah mulai pelaksanaannya praktis seperti :


(62)

1. Efisiensi Waktu

Dalam pelaksanaan ngukhau ngamin yang lengkap memerlukan

waktu yang lebih lama, hal ini dikarenakan banyaknya tahapan yang dilalui dalam menyampaikan undangan tersebut.

2. Efisiensi Tenaga

tenaga adalah yang diperlukan untuk mengikuti tata cara ngukhau ngamin yang terlalu banyak.

f. Faktor Daya Ingat Masyarakat (Lupa)

faktor daya ingat masyarakat ini sangat sering terjadi sedikit mengalami kebiasaan lupa, oleh karena itu bila undangan disampaikan dengan cara berdialok beberapa dari masyarakat yang di undang biasanya lupa dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga untuk mengatasi hal seperti ini maka dibuatlah undangan yang berbentuk tulisan atau cetak, supaya masyarakat lebih mudah untuk mengingat nya, dan undangan tersebut bisa di simpan.

Varibel Y

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tata cara ngukhau ngamin adat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kec. Kedondog Kab. Pesawaran (diberi simbol Y),yaitu:

1. Cara mengundang syukuran

2. Orang yang diundang


(63)

D. Rencana Pengukuran Variabel

Dalam mengukur variabel tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Bergesernya tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran diukur Dengan menggunakan angket yang berisikan indikator dari tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin. Angket tersebut berisi pertanyaan dengan Maksud menyimpulkan data. Adapun teknis angket yang digunakan adalah Angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang dimana jawaban Pertanyaan telah disediakan kemungkinan pilihannya (Basrowi,2006: 175).

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, maka diperlukan alat ukur yang tepat.rencana pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel yang diukur adalah:

Variabel (X) Faktor penyebab terjadinya pergeseran adalah: a. Budaya luar.

b. Kesadaran masyarakat

c. Komunikasi budaya

d. Pembelajaran budaya

e. Praktis

f. Daya ingat masyarakat (lupa)

Sedangkan Variabel (Y) Pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin adat Lampung indikatornya adalah:


(64)

b. Orang yang diundang

c. Orang yang terlibat dalam acara syukuran

Dimana rencana pengukurannya adalah melihat besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dengan kriteria sebagai berikut:

a. Faktor budaya dari luar yaitu dengan melihat besarnya pengruh budaya dari luar dengan kriteria berpengaruh, kurang berpengaruh, dan tidak berpengaruh. b. Faktor kesadaran masyarakat yaitu dengan melihat besarnya kesadaran

masyarakat dengan kriteria tinggi, sedang, dan rendah.

c. Faktor Komunikasi budaya yaitu dengan kriteria tinggi, sedang, dan rendah. d. Faktor Pembelajaran budaya yaitu dengan krteria baik, kurang baik, dan tidak

baik.

e. Faktor praktis yaitu dengan kriteria praktis, kurang praktis, dan tidak praktis. f. Faktor daya ingat masyarakat yaitu dengan kriteria baik, kurang baik, dan tidak

baik.

Ngukhau ngamin yang melaksanakan tata cara ngukhau ngamin adat Lampung

Saibatin secara lengkap adalah ngukhau ngamin Lampung Saibatin yang

melaksanakan semua tahapan tata cara ngukhau ngamin adat Lampung Saibatin (Variabel X).

Ngukhau ngamin yang dilaksanakan melalui tata cara ngukhau ngamin adat Lampung Saibatin secara tidak lengkap adalah ngukhau ngamin Lampung Saibatin yang hanya melaksanakan beberapa tahapan tata cara ngukhau ngamin adat Lampung Saibatin (Variabel y).


(65)

Skala penilaian bagi jawaban yaitu dengan pemberian: a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan.

b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan. c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan diteliti, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan diataranya:

1. Teknik Pokok 1.1 Angket

Untuk mendapat data pokok pada penelitian ini dipergunakan angket. Angket tersebut berisi pertanyaan. Pertanyaan dengan maksud mengumplkan data. Adapun jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang dimana telah menyediakan alternative jawaban yang harus dipilih oleh responden tanpa memberikan

jawaban yang lain. Masing-masing mempunyai skor atau bobot yang berbeda Yaitu:

a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan.

b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan. c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan.


(1)

Menurut suharsimi Arikunto (2001:168), “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingat kevalidan dan kesohihan suatu instrument”. Dengan demikian untuk menentukan validitas isi yaitu akan dilihat dari bentuk dan susunan soal pre tes, pos tes, dengan cara konsultasi dengan pembimbing dan diadakan perbaikan.

2. Uji Reliabilitas

Menurut suharsimi Arikunto (1998:170), bahwa untuk menumbuhkan kemantapan alat pengumpulan data maka akan diajukan. uji coba tes.

Reliabilitas menunjukan bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpulan data instnrment karena instrument tersebut sudah baik dengan teknik belah dua.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

1. melakukan uji coba angket kepada 10 orang diluar responden 2. hasil uji coba dikelompokkan dalam item ganjil dan item genap 3. hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan produc moment

rxy =

  

                    

N Y Y N X X N y x xy 2 2 2 2 Keterangan:

Rxy : Hubungan Variabel X dan Y X : Variabel bebas


(2)

Y : Variabel terikat N : Jumlah responden

4. Kemudian untuk mengetahui reliabilitas seluruh kuisioner digynakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:

Rxy =

 

 

rgg rgg

 1

2 Keterangan:

Rxy = koefisien realibilitas seluruh tes

Rgg = koefisien korelasi item ganjil dan genap instrumen ( suharsimi Arikunto, 1981: 37)

5. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut:

0,09 1,00 = Reabilitas tinggi 0,50 0,89 = Reabilitas sedang 0,00 0,49 = Reabilitas rendah


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin di desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran maka penulis dapat menyimpulkan:

a. Faktor budaya luar tergolong dalam katagori berpengaruh terhadap pergeseran tata cara ngukhau ngamin yang terjadi dalam masyarakat Lampung khususnya di Desa Tebajawa. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 35 atau 87,5% menganggap bahwa Hal ini dikarenakan masyarakat menganggap bahwa modernisasi telah masuk kepada adat budaya mereka, dan banyak

membawa perubahan dalam tata cara ngukhau ngamin. Dalam hal ini

masyarakat tetap melaksanakan tata cara ngukhau ngamin sesuai dengan prosesi atau tahapan meskipun tidak secara keseluruhan.

Faktor kesadaran masyarakat tergolong dalam katagori rendah terhadap pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 20 atau 50% , menganggap bahwa proses pewarisan adat budaya yang dilakukan di desa Tebajawa kurang sempurna. Dalam hal ini, tidak sepenuhnya melakukan tata cara pelaksanaan

ngukhau ngamin lengkap dan sesuai dengan hukum adat yang ada di Desa Tebajawa. Masyarakat hanya menyampaikan sebagian saja, tidak menyeluruh bahkan lebih


(4)

sering menggunakan undangan cetak tanpa proses yang panjang atau memakan waktu yang lama.

c. Faktor komunikasi budaya tergolong dalam katagori sedang terhadap pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 22 atau 55% , menganggap bahwa komunikasi antar masyarakat dan tokoh adat masih terjalin dengan baik walaupun sebagian masyarakat kurang mampu menjalin komunikasi yang baik dengan tokoh adat dan tidak

mau menanyakan bila merasa kesulitan dalam pelaksanaan tata cara ngukhau

ngamin.

d. Faktor pembelajaran budaya tergolong dalam katagori kurang baik terhadap pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 20 atau 50% , menganggap bahwa proses pembelajaran tentang budaya asli kurang di lestarikan oleh tokoh adat yang ada di Desa Tebajawa artinya hanya disampaikan sebagian saja, bahkan ada kemungkinan sudah tidak diwariskan dari generasi kegenerasi.

e. Faktor praktis tergolong dalam katagori praktis terhadap pelaksanaan tata cara

ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi dilapangan 29 atau 72,5%, menganggap bahwa proses pewarisan adat budaya yang dilakukan di Desa Tebajawa kurang sempurna, dan tidak adanya teguran dari tokoh adat bila masyarakat tidak melestarikan adat budaya.

f. Faktor daya ingat masyarakat tergolong dalam katagori kurang baik pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin. Dari analisis angket dan observasi


(5)

dilapangan 20 atau 50%, menganggap bahwa daya ingat masyarakat sering terjadi mengalami kebiasaan lupa bila undangan yang disampaikan melalui undangan berdialok, beberapa dari masyarakat yang diundang biasanya lupa dengan waktu yang telah ditentukan. Dan masyarakat tidak mau bertanya bila mereka lupa dengan waktu undangan yang telah disampaikan. Sehingga masyarakat lebih memilih untuk pelaksanaan ngukhau ngamin dilaksanakan dengan undangan yang brupa cetak.

Sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi pergeseran tata cara

ngukhau ngamin adalah faktor budaya luar (modernisasi) yaitu diperoleh 35 responden atau 87,5% berkatagori berpengaruh.

3. Saran

Berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan dan telah membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan, maka penulis ingin memberikan saran-saran kepada:

a. Kepada masyarakat suku Lampung khususnya yang ada di Desa Tebajawa agar

dapat meningkatkan kesadaran terhadap kelestarian adat budaya Lampung, mengenai tata cara ngukhau ngamin yang sedikit demi sedikit sudah mulai ditinggalkan.

b. Tokoh adat hendaknya berperan penuh dalam memberikan infomasi serta motivasi kepada para kerabat (kemuakhian) dalam proses ngukhau ngamin di Desa Tebajawa, disamping fungsinya sebagai penasehat dan pengontrol terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kerabatnya atau


(6)

masyarakat yang kurang melestarikan adat budaya agar masyarakat mengetahui dan paham tentang adat budaya suku Lampung.

c. Generasi muda agar menanamkan rasa cinta terhadap adat budayanya sendiri

dengan tetap menjaga dan menggunakan adat istiadat budaya Lampung dalam kehidupan sehari-hari, dan mempelajari kembali adat budaya Lampung agar terus berkembang dan tidak musnah ditelan zaman, serta tidak menjadi tamu dirumah sendiri.

d. Dalam pola pendidikan baik disekolah maupun lingkungan keluarga atau lingkungan yang lain hendaknya membelajaran tentang kebudayaan dimasukkan ke dalam kurikulum atau dalam bentuk pesan moral dengan cara yang mendidik supaya generasi muda juga dapat mengetahui kebudayaan daerah Indonesia melalui pendidikan formal maupun non formal. Khususnya mata pelajaran yang terkait dengan pelestarian budaya seperti mata pelajaran PPKn dan Sejarah.


Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Masyarakat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat tentang Malaria

1 32 68

Peranan isteri dalam memenuhi hukum keluarga (studi kasus di Desa Gunung Sugih, kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung)

0 4 89

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BERGESERNYA TATAUPACARA ADAT MIDODARENI PADA MASYARAKAT ADAT JAWA DI DESA PAGAR GADING KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA 2011

0 22 63

FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN Di DESA TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011

0 17 95

PENGARUH PANDANGAN HIDUP PI’IL PESENGGIRI (HARGA DIRI) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT PADA KEKERABATAN LAMPUNG SAIBATIN DI DESA PADANG RATU KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2010

0 18 13

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA PERJUDIAN SABUNG AYAM DIDALAM MASYARAKAT) (Studi di Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah)

4 39 70

KEWENANGAN OTONOMI DESA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (Studi Pada Desa Pasar Baru Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran)

1 8 60

PENGETAHUAN MASYARAKAT SEBADAK TENTANG PROSES PERKAWINAN ADAT LAMPUNG SAIBATIN BUJUJOGH (Studi Pada Masyarakat di Desa Gedung Dalom, Kecamatan Waylima, Kabupaten Pesawaran)

0 11 83

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERGESERAN MAKNA SEBAMBANGAN PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN

0 7 85

BAB II HAKIKAT SIGOKH PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN A. Masyarakat adat Lampung saibatin 1. Konsep masyarakat - MAKNA FILOSOFIS SIGOKH PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN (Studi Pada Marga Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Bara

0 0 32