Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2010

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2006-2010

(Skripsi)

Oleh

Yudi Okta Suharso

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(2)

(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI

BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2006-2010 Oleh

Yudi Okta Suharso

Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal. Ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan struktur modal. Permasalahannya adalah “Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan Food and Beverage yang go public di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) Periode 2006 – 2010 ?

Penelitian ini dilakukan dengan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, Pofitabilitas dan Likuiditas terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI dan periode penelitian yang digunakan yaitu pada tahun 2006 – 2010. Alat uji yang digunakan yaitu alat uji regresi berganda untuk melihat besarnya kontribusi masing-masing variabel bebas baik secara simultan maupun parsial dalam mempengaruhi variabel terikat.

Hasil pengujian menunjukkan secara parsial ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, tetapi profitabilitas berpengaruh positif signifikan, dan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Sementara secara bersama-sama Ukuran perusahaan, Profitabilitas dan Likuiditas terbukti berpengaruh signifikan terhadap struktur modal DER. Kemampuan prediksi dari ketiga variabel tersebut terhadap DER sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya R square sebesar 0,201 atau 20.1%, sedangkan sisanya sebesar 79.9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Kata kunci: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Likuiditas


(4)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING CAPITAL STRUCTURE IN FOOD AND BEVERAGE TO GO PUBLIC IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)

PERIOD 2006-2010

by

Yudi Okta Suharso

One of the major decisions faced by financial managers in relation to the continuity of operation of the company is making funding decisions or capital structure. Company size, profitability and liquidity are factors - factors that affect capital structure decisions. The problem is "Is firm size, profitability and liquidity affect the capital structure of the Food and Beverage companies that go public on the Indonesia Stock Exchange (BEI) The period from 2006 to 2010?

The research was conducted with the aim to determine the effect of firm size, Pofitabilitas and Liquidity on the company's capital structure. The Company is a sample of Food and Beverage company is listed on the Stock Exchange and used the study period in 2006 to 2010. Test equipment used is regression testing tool to see the contribution of each independent variable either simultaneously or partially in influencing the dependent variable.

The test results show a partial measure of the company had no significant effect of capital structure, but a significant positive effect of profitability, liquidity and a significant negative effect on capital structure. Together while the company size, profitability and liquidity proved to significantly influence the capital structure of DER. Predictive ability of these three variables to the DER as indicated by the large R square of 0.201 or 20.1%, while the rest of 79.9% influenced by other factors not included in the research model.


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Oktober 1988, putra bungsu dari pasangan Ayahanda Ani Suhari dan Ibunda Waryuni.

Penulis menyelesaikan Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius Bandar Lampung Tahun 1994, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Pahoman Bandar Lampung Tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA) di Arjuna Bandar Lampung Tahun 2006.

Pada Tahun 2006, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Lampung. Pada Tahun 2010 Penulis melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan food and beverage yang go public di Bursa Eek Indonesia (BEI).


(9)

MOTO

To get a success, your courage must be greater than your fear.” Untuk mendapatkan kesuksesan, keberanianmu harus lebih besar daripada

ketakutanmu.

Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam kerja keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan

dan penundaan.

fa inna ma’al ‘usri yusra

karena sesungguhnya bersama segala kesukaran, ada kemudahan yang besar. (Q.S. Alam Nasrah : 5)


(10)

PERSEMBAHAN

Bismillahhirrohmannirrohim

Dengan mengucap Puji syukurku kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

Ibu Waryuni, Ibunda terbaik untukku Bapak Any Suhari, Ayahanda terhebat bagiku

Dirimu yang selalu terlihat nyata ketika mata ini terpejam, dan Siapapun yang percaya bahwa aku selalu melakukan yang terbaik untuk mereka


(11)

KATAPENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan Food and Beverage Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2010” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto selaku Rektor Universitas Lampung 2. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Lampung

3. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung trimakasih atas ilmu dan saran yang di berikan.

4. Ibu Yuningsih, S.E., M.M selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Manajeman Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

5. Bapak Hidayat Wiweko, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini.


(12)

6. Bapak Prakarsa Panji Negara, S.E., M.Si.. selaku Dosen Pendamping yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini.

7. Bapak M. Syatibi CH, S.E. Selaku Dosen Penguji saya ucapkan terimakasih. 8. Bapak Mustafid, S.E., M.M selaku Pembimbing Akademik

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung atas

sumbangsih pemikiran dan ilmu selama menjadi mahasiswa. Serta seluruh karyawan dan staff di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa.

10.Ibundaku tercinta Waryuni, terima kasih atas segala pengorbanan, kasih sayang, kepercayaan, air mata akan doa dan sujud, dan setiap kesabarannya tidak pernah putus sepanjang masa dan tak ternilai harganya.

11.Ayahanda Ani Suhari atas atas dukungan, doa, perhatian, kasih sayang serta hal-hal lain yang tak kan bisa penulis lupakan.

12.Kakak-kakak ku tersayang Mindarsih, Supri, Waluyo, Purwanto, Arif Rachroso, dan Waras Tuti yang selalu membuat ku tetap tesenyum dan tertawa.

13.Seseorang yang ku sayangi Elly Kurnia Wati dan anaku tersayang M. Zhafran Aldrino terimakasih, kalian adalah inspirasi dan penyemangat yang selalu ada di dalam keadaan apapun.

14.Teman-teman Ekonomi Manajeman 2006, Asep, Sunu, Riesky, Donny, dan teman-teman Manajemen yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. 15.Teman-teman seperjuangan, Sheila lofita, Obi, Ossy, Nisa, Rina dan


(13)

16.Almamater hijauku Universitas Lampung

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 05 Desember 2014 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Kerangka Berpikir ... 7

1.5 Hipotesis ... 10

II. LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Manajemen Keuangan ... 11

2.2 Struktur Modal ... 13

2.2.1 Pengertian Struktur Modal ... 13

2.2.2 Komponen Struktur Modal ... 15

2.2.3 Arti Pentingnya Struktur Modal ... 19

2.3 Teori Struktur Modal... 20

2.3.1 The Trade off Model ... 20

2.3.2 Balancing Theory ... 22

2.3.3 Pecking Order Theory ... 24

2.3.4 Debt to Equity Ratio (DER) ... 26

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal ... 27


(15)

III. METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Variabel Penelitian ... 37

3.1.1 Variabel Dependen (Y) ... 37

3.1.2 Variabel Independen (X) ... 37

3.1.2.1 Ukuran Perusahaan (X1) ... 38

3.1.2.2 Profitabilitas (X2) ... 38

3.1.2.3 Likuiditas (X3) ... 39

3.2 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4 Alat Analisis Data ... 42

3.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 42

3.4.1.1 Uji Normalitas ... 42

3.4.1.2 Uji Multikolineritas ... 42

3.4.1.3 Uji Autokorelasi ... 43

3.4.1.4 Uji Heteroskedastisitas ... 43

3.5 Teknik Pengujian Hipotesis ... 44

3.5.1 Hipotesis ... 44

3.5.2 Pengujian Hipotesis ... 45

3.5.2.1 Uji F ( Simultan ) ... 45

3.5.2.2 Uji T ( Parsial ) ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Diskriptif Data ... 49

4.1.1 Statistik Deskriptif ... 50

4.1.2 Deskriptif Data Variabel Dependent Independent ... 51

4.2 Pembahasan ... 54

4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 54

4.2.1.1 Uji Normalitas ... 54

4.2.1.2 Uji Multikolinieritas ... 56

4.2.1.3 Uji Autokorelasi ... 56

4.2.1.4 Uji Heteroskedastisitas ... 57


(16)

4.2.2.1 Uji F atau Pengaruh secara Simultan ... 59

4.2.2.2 Uji T atau Pengaruh secara Parsial ... 60

4.3 Pembahasan ... 62

4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal ... 62

4.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal ... 63

4.2.3 Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal ... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 35

Tabel 3.1 Devinisi Operasional Variabel ... 39

Tabel 3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 41

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 50

Tabel 4.2 Data Rata-rata Struktur Modal (DER) per Tahun ... 51

Tabel 4.3 Data Rata-rata Ukuran Perusahaan per Tahun ... 52

Tabel 4.4 Data Rata-rata Profitabilitas per Tahun ... 52

Tabel 4.5 Data Rata-rata Likuiditas per Tahun ... 53

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 55

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 56

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 57

Tabel 4.9 Hasil Regresi Berganda Untuk Uji F ... 59


(18)

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Halaman Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 10 Grafik 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 54 Grafik 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah klasik dalam urusan pengembangan setiap perusahaan adalah pendanaan. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang pada gilirannya menuntut setiap perusahaan untuk bisa membaca dengan baik segala situasi internalnya baik di bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan. Semua dilakukan untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat oleh berbagai perusahaan-perusahaan lain yang ingin melakukan pengembangan terhadap perusahaannya.

Perusahaan yang menginginkan agar dapat hidup dan terus berkembang selalu membutuhkan modal untuk dapat membiayai kegiatan operasional perusahaan. Tingginya biaya modal menjadi pertimbangan tersendiri bagi manajemen untuk menggunakan modal sendiri atau modal asing.

Sumber pembiayaan perusahaan adalah semua perkiraan yang terdapat pada sisi kanan neraca, dari hutang dagang hingga laba ditahan, gambaran ini lebih dikenal dengan struktur keuangan. Struktur keuangan suatu perusahaan secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu sumber pembiayaan jangka pendek dan sumber pembiayaan jangka panjang. Sumber pembiayaan jangka pendek adalah sumber pembiayaan yang jatuh tempo pelunasannya kurang dari dua belas bulan, dan sumber pembiayaan jangka panjang adalah sumber pembiayaan yang jatuh


(20)

2

tempo pelunasannya lebih dari dua belas bulan. Sumber pembiayaan jangka panjang dapat berupa pinjaman maupun setoran ekuitas (equity) dari pemilik perusahaan.

Struktur pembiayaan jangka panjang biasa dikenal sebagai struktur modal, yaitu pembiayaan aktiva-aktiva jangka panjang perusahaan yang berasal dari kombinasi: hutang jangka panjang, saham preferen, saham biasa dan laba ditahan, yang sifatnya lebih permanen (Teuku Mirza, 1996). Bila sumber pembiayaan dari pinjaman berarti kewajiban pada pihak ketiga (kreditor), bila dari setoran modal (equity), berarti kewajiban perusahaan adalah pada pemilik perusahaan.

Suatu perusahaan jika dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan, maka secara langsung perusahaan tersebut akan mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar. Modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap apabila dana yang diperlukan kurang mencukupi. Oleh karena itu, para manajer keuangan dengan tetap memperhatikan cost of capital perlu menentukan apakah kebutuhan dana perusahaan akan dipenuhi dengan modal sendiri ataukah dipenuhi dengan modal asing.

Perusahaan makanan dan minuman (Food and Beverage) adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri makan dan minuman. Di Indonesia, perusahaan Food and Beverage berkembang pesat, yang dapat di deteksi dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peningkatan jumlah perusahaan Food and Beverage ini diantaranya didorong oleh peningkatan jumlah penduduk.


(21)

3

Alasan pemilihan sektor industri Food and Beverage sebagai topik penelitian adalah karena saham tersebut merupakan saham-saham yang paling tahan krisis ekonomi dibanding sektor lain karena dalam kondisi krisis atau tidak, sebagian besar produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan. Di sisi lain didasarkan atas prediksi bahwa perusahaan makanan dan minuman merupakan perusahaan yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga sangat kecil kemungkinan untuk rugi (ICMD,2000).

Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan leverage maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan risiko keuangan perusahaan. Sebaliknya, perusahaan harus memperhatikan masalah pajak, karena sebagian peneliti berpendapat bahwa penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat Profitability (R. Burns dan J. Walker, 1991). Untuk itu sebagai manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya dengan modal tetapi juga disertai penggunaan dana melalui hutang baik itu hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang karena terkait dengan sifat penggunaan dari hutang tersebut yaitu bersifat mengurangi pajak.

Berdasarkan Balance Theory (Myers, 1984 ; Bringham, 1999) perusahaan mendasarkan diri pada keputusan suatu struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan keuntungan dari penghematan pajak atas penggunaaan hutang terhadap biaya kebangkrutan.


(22)

4

Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan dana internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang terakhir adalah penerbitan ekuitas baru (Myers, 1984). Pemilihan urutan pendanaan ini menunjukkan bahwa pendanaan ini didasarkan dari tingkat cost of fund dari sumber-sumber tersebut yang juga berkaitan dengan tingkat risiko suatu investasi.

Menurut Ferri & John (1979) struktur keuangan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain klasifikasi industri, ukuran perusahaan, risiko bisnis (business risk), &

operating leverage. Rajan & Zinggales (1995) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan dengan leverage perusahaan yaitu tangibility asset, the market to book ratio (investment opportunity), ukuran perusahaan (firm size) &

Profitability perusahaan. Wald (1999) mengatakan bahwa struktur modal berhubungan dengan tingkat long term debt / asset ratio, risiko perusahaan,

Profitability, firm size & growth. Penelitian yang dilakukan Ghosh, Cai & Li (2000) bahwa asset size, beban research & development, beban periklanan, beban penjualan & koefisien variasi dari cash flow digunakan dalam memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.

Sofiati (2001) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Profitability

mempengaruhi struktur modal secara positif signifikan dan juga menyatakan bahwa hutang mempengaruhi ekuitas secara positif signifikan. Yuke Prabansari


(23)

5

dan Hadri Kusuma (2002), dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur yang go publik di BEI menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, Profitability dan struktur kepemilikan berpengaruh positif, sementara risiko bisnis berpengaruh negative terhadap struktur modal secara signifikan. Hasa Nurrohim (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Profitability, fixed asset ratio, control kepemilikan dan Tangibility Assets (FTA) terhadap struktur modal mendapatkan hasil bahwa secara bersama-sama variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, secara parsial hanya Profitability dan kontrol kepemilikan yang berpengaruh signifikan,dan Profitability yang paling signifikan pengaruhnya terhadap struktur modal, Ozkan (2001) menemukan bahwa

Profitability, growth mempunyai pengaruh yang negatif, dan liquidity mempunyai pengaruh yang positif terhadap struktur modal.

Dari beberapa penelitian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yang berkenaan dengan masalah pendanaan. Faktor-faktor tersebut antara lain klasifikasi industri, tangibility asset, liquidity ratio, the market to book ratio (invesment opportunity), risiko perusahaan, Profitability, ukuran perusahaan (firm size) & pertumbuhan (growth).

Dari beberapa faktor penentu struktur modal yang telah disimpulkan oleh beberapa peneliti sebelumnya, penulis memilih faktor-faktor yang dianggap sangat dominan dalam mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor yang akan diangkat dalam penelitian ini, antara lain: Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (liquidity).


(24)

6

Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (liquidity) terhadap struktur modal (debt equity ratio) pada Perusahaan Food and Beverage yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006 - 2010.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis dan menelitinya ke dalam bentuk skripsi dengan judul: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006-2010.

1.2 Permasalahan

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka masalah penelitian adalah sebagai berikut:

“Apakah Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (liquidity) berpengaruh terhadap struktur modal yang di proksikan dengan debt equity ratio, baik secara parsial maupun simultan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini maka tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (liquidity) terhadap struktur modal yang di proksikan dengan debt equity ratio baik secara parsial maupun simultan?


(25)

7

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Perusahaan Makanan dan Minuman.

Meskipun penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap semoga penelitian ini memberi manfaat bagi perusahan makanan dan minuman, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi yang dapat membantu manajemen dalam memberikan keputusan tentang sumber pembelanjaan mana yang akan digunakan dalam membiayai investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan.

2. Investor

Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi manajer dan investor dalam menentukan alternatif pendanaan dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, serta sebagai salah satu masukan mengenai kinerja perusahaan sehingga mempertimbangkan kebijakan calon investor dalam menanamkan modalnya.

3. Pembaca dan pihak-pihak lainnya

Menambah referensi bukti empiris sebagai rekomendasi penelitian yang dilakukan di Indonesia di masa yang akan datang.

1.5 Kerangka Berfikir


(26)

8

Ukuran perusahaan adalah Ukuran yang menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditujukan pada total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata penjualan dan rata – rata total aktiva (Sujianto, 2001). Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston 2001).

Semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar (Rajan dan Zingales, 1995 dalam Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999). Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal. Oleh karena itu perusahaan besar akan lebih berani untuk mengeluarkan atau menerbitkan saham baru dalam pemenuhan kebutuhan dananya jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal.

1.5.2 Profitabilitas (profitability)

Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu (Riyanto, 1990). Brigham dan Weston (2001), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk


(27)

9

membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

Perusahaan yang mempunyai profit tinggi, akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah, dan sebaliknya. Fenomena ini didukung oleh hasil penelitian Titman dan Wessels (1988 yang menggunakan debt ratio untuk menggambarkan struktur modal, bahwa ada hubungan negatif antara profitability dengan debt ratio. Penelitian di atas didukung pula oleh penelitian dari Mutamimah (2003) terhadap perusahaan-perusahaan non finansial yang go public di pasar modal Indonesia untuk tahun 1999 dan 2000, yang menunjukkan bahwa profitabilitas mempengaruhi struktur modal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Laili Hidayat (2001), Bhaduri (2002), Ozkan (2001) serta Sekar Mayang sari (2001) juga mendukung hasil penelitian kedua penelitian tersebut, dan berdasarkan hal itu dapat dikatakan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.

1.5.3 Likuiditas (liquidity)

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan utang dalam jumlah yang besar.

Bambang Riyanto (1995) menyatakan bahwa kebutuhan dana untuk aktiva lancar pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaan hutangnya. Ozkan (2001)


(28)

10

menemukan bahwa ada hubungan positif antara likuiditas perusahaan dengan

leverage. Dalam penelitian Ozkan, likuiditas mempunyai dinyatakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.

Gambar 1.1. Kerangka Berfikir

1.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut:

“Ukuran Perusahaan (Firm Size) Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (liquidity) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan

food and beverage yang go public di BEI selama periode 2006 - 2010”. Ukuran Perusahaan

(Firm Size)

Struktur Modal (Debt Equity Ratio) Perusahaan Food and Beverage

Laporan Keuangan

Profitabilitas (Profitability)

Likuiditas (Liquidity)


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Keuangan

Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut sebagai manajemen keuangan. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan kegiatan pengendalian kegiatan keuangan. Walaupun berbeda-beda dari suatu perusahaan dengan perusahaan lain tetapi semuanya memiliki dasar yang sama. Riyanto (2001) mendefinisikan manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Pelaksana dari manajemen keuangan adalah manajer keuangan. Sebagai contoh perusahaan memerlukan berbagai kekayaan atau aktiva untuk operasinya. Untuk itu perusahaan perlu mencari dana untuk membiayai kebutuhan operasional tersebut.

Fungsi utama dari manajer keuangan adalah merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi (daya guna) dari operasi-operasi perusahaan. Hal ini memerlukan pengetahuan akan pasar uang darimana modal diperoleh dan bagaimana keputusan-keputusan yang tepat di bidang keuangan harus dibuat dan efisiensi dalam operasi perusahaan dapat digalakkan. Manajer harus mempertimbangkan berbagai sumber-sumber


(30)

12

keuangan yang luas dan cara-cara menggunakan uang tersebut sewaktu melakukan pilihan.

Tujuan manajemen keuangan telah terlihat dalam proses penilaian yag dilakukan oleh pasar uang. Tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimumkan kekayaaan pemegang saham. Tingkah laku pasar keuangan harus dipakai dalam menentapkan tujuan-tujuan perusahaan yang bersifat membela kepentingan pemegang saham.

Manajemen keuangan dalam kegiatannya harus mengambil keputusan tentang (Suad Husnan, 2000) :

1. Penggunaan dana, disebut sebagai keputusan investasi 2. Memperoleh dana, disebut sebagai keputusan pendanaan 3. Pembagian laba, disebut kebijakan deviden.

Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan kebijakan dividen akan tercermin dalam sisi pasiva perusahan. Apabila hanya memperhatikan dana yang tertanam dalam jangka waktu lama maka perbandingan itu dikatakan sebagai struktur modal.

Keputusan pendanaan dan kebijakan dividen mempengaruhi srtuktur modal tersebut. Keputusan yang diambil oleh manajer keuangan tersebut ditunjukkan oleh nilai perusahaan. Nilai perusahaan pada dasarnya sama dengan nilai pasar saham ditambah nilai pasar hutang.


(31)

13

Apabila besarnya nilai hutang konstan maka setiap peningkatan nilai saham dengan sendirinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Namun bila nilai hutang berubah maka struktur modal akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan bagi pemegang saham jika nilai perusahaan meningkat. Untuk itu penting bagi manajemen keuangan untuk memahami kondisi perusahaan dan lingkungan keuangan yang dihadapinya, dimana lingkungan keuangan merupakan faktor-faktor eksternal keuangan yang mempengaruhi keputusan keuangan yang diambil.

2.2 Struktur Modal

2.2.1 Pengertian Struktur Modal

Dalam menjalankan kegiatan operasinya, setiap perusahaan menghadapi masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. Sumber dana suatu perusahaan dapat di lihat di sisi pasiva dari neraca perusahaan, sedangkan penggunaan dana dapat di lihat pada sisi aktiva dari neraca perusahaan. Untuk setiap penggunaan dana, haruslah ada sumbernya. Dalam arti yang lebih luas, aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan penggunaan bersih dari dana, sedangkan hutang dan modal sendiri mencerminkan sumber dananya (Husnan:2001). Hutang yang dimaksudkan disini adalah hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut disebut pembelanjaan perusahaan.


(32)

14

Pada hakikatnya masalah pembelanjaan perusahaan adalah menyangkut masalah keseimbangan keuangan di dalam perusahaan. Dengan demikian pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan, beserta mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaik-baiknya. Pemilihan susunan kualitatif dari aktiva akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari pasiva akan menentukan struktur keuangan dan struktur modal perusahaan (Riyanto, 2001).

Menurut Weston dan Copeland (199), keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang paling penting bagi perusahaan. Rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (long term debt to equity ratio) menggambarkan struktur modal perusahaan dan rasio hutang terhadap modal ini akan menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan.

Menurut Weston dan Brigham (1994), struktur modal merupakan kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca sumber modal perusahaan. Pengertian struktur modal dibedakan dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan antara seluruh hutang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan modal sendiri.

Struktur modal menurut Atmaja (dalam Murwatiningsih,2004), merupakan perbandingan antara modal sendiri modal hutang perusahaan (biasanya hutang jangka panjang). Menurut Riyanto (2001), struktur modal ditentukan oleh


(33)

15

perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan.

Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjamin tercapainya stabilitas finansial perusahaan. Memang tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah dan komposisi modal dari tiap–tiap perusahaan, tetapi pada dasarnya pengaturan terhadap struktur modal dalam setiap perusahaan harus berorientasi pada tercapainya stabilitas finansial dan terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan.

Dari pengertian–pengertian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan tentang struktur modal yaitu perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal.

2.2.2 Komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen (Riyanto, 2002) yaitu:

1. Modal Sendiri (Shareholder Equity)

Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun extern, sumber intern didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber extern

berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Komponen Modal sendiri terdiri dari:


(34)

16

Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perseroan Terbatas (P.T), dimana modal saham terdiri dari:

- Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti ia membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.

- Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang.

b) Laba Ditahan

Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai deviden.

Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahan yang dipetaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko – risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memperlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan harus mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaahn dan dapat diperhuitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup dan melindungi perusahan dari risiko kebangkrutan. Modal sendiri merupakan sumber


(35)

17

dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan investasi – investasi yang menghadapi risiko kerugian yang relative kecil, karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan apapun merupakan tindakan membahayakan bagi kontinuitas kelangsungan hidup perusahaan.

2. Modal Asing / Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt)

Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang jangka waktunya adalah panjang umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen - komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari:

a) Hutang hipotik (mortgage)

Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan).

b) Obligasi (bond)

Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangkawaktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.

Modal asing hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin


(36)

18

lama jangka waktu semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan untuk mendayagunakan sumber dana yang berasal dari asing atau hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya, dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunga, maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan membayar hutang atau bunganya akan mengakibatkan perusahaan kehilangan kontrol terhadap perusahaannya seperti halnya sebagian atau keseluruhan modal yang ditanamkan dalam perusahaan, begitu pula sebaliknya para kreditur dapat kehilangan control sebagian atau keseluruhan dana pinjaman dan bunganya, karena segala macam bentuk yang ditanamkan dalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian.

Struktur Modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri dari berbagai saham dan laba ditahan. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan besarnya penggunaan modal asing ini menurunkan leverage

keuangan yang digunakan perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali


(37)

19

hutang jangka panjang beserta bunga pada jatuh tempo. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar.

2.2.3 Arti Pentingnya Struktur Modal

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan, yang bisa dipenuhi dari pemilik modal sendiri maupun dari pihak lain berupa hutang. Dana tersebut mempunyai biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Struktur modal akan menentukan biaya modal. Biaya modal adalah balas jasa yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada masing–masing pihak yang menanamkan dananya di dalam perusahaan.

Dalam kaitannya dengan biaya modal, baik modal sendiri maupun hutang perlu diperinci lebih lanjut, karena tiap–tiap jenis sumber modal mempunyai konsekuensi tersendiri, baik jenis, cara perhitungan maupun ada atau tidaknya keharusan untuk dibayarkan. Sumber modal dimaksudkan di sini terbatas pada modal tetapnya saja, yaitu hutang jangka panjang, modal saham preferen dan modal saham biasa. Keputusan untuk menggunakan tiap–tiap jenis sumber modal tersebut atau mengkombinasikannya, senantiasa dihadapkan pada berbagai pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang mencakup tiga unsur penting, yaitu:

a. Sifat keharusan untuk membayarkan balas jasa atas penggunaan modal kepada pihak yang menyediakan dana tersebut, atau sifat keharusan untuk pembayaran biaya modal.


(38)

20

b. Sampai seberapa jauh kewenangan dan campur tangan pihak penyedia dana itu dalam pengelolaan perusahaan.

c. Risiko yang dihadapi perusahaan.

Arti pentingnya struktur modal pada umumnya diperlukan dalam perusahaan, yaitu :

1. Pada waktu mengorganisir atau mendirikan perusahaan baru.

2. Pada waktu membutuhkan tambahan modal baru untuk pengluasan atau ekspansi.

3. Pada waktu dijalankan penyusunan kembali struktur modal

(recapitalization), pada waktu mengadakan perubahan–perubahan yang fundamental dalam struktur modal (debt readjustment) dan pada waktu dijalankan perbaikan – perbaikan dari keseluruhan struktur modal

(financial reorganization) yang terpaksa harus dilakukan, karena perusahaan yang bersangkutan telah nyata–nyata dalam keadaan

insolvable atau adanya ancaman insolvency, perubahan–perubahan tersebut dimaksudkan agar supaya perusahaan tersebut untuk selanjutnya dapat bekerja dengan basis finansial yang lebih kuat.

2.3 Teori Struktur Modal 2.3.1 The Trade off Model

Teori Trade off menjelaskan adanya hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan (Brealey dan Myers,1991). Teori ini merupakan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan hutang.


(39)

21

Asumsi dasar yang digunakan dalam teori trade off adalah adanya informasi asimetris yang menjelaskan keputusan struktur modal yang diambil oleh suatu perusahaan, yaitu adanya informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen suatu perusahaan dimana perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada publik. Menurut Teuku Mirza (1996) Teori ini menyatakan bahwa struktur modal yang optimal diperoleh pada saat terjadinya keseimbangan antara keuntungan tax shield of leverage dengan financial destress dan agency cost of leverage.

Model ini secara implisit menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan terbaik adalah keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua intrumen pembiayaan.

The Trade off Model memang tidak dapat digunakan untuk menentukan modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan. Tapi melalui model ini memungkinkan dibuat tiga kesimpulan tentang pengunaan leverage.(Teuku Mirza,1996)

1. Perusahaan dengan resiko usaha yang lebih rendah dapat meminjam lebih besar tanpa harus dibebani oleh expected cost of financial distress sehingga diperoleh keuntungan pajak karena penggunaan yang hutang lebih besar. 2. Perusahaan yang memiliki tangible asset dan marketable assets seperti real

estate seharusnya dapat menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan yang memiliki nilai terutama dari intangible assets seperti patent dan goodwill. Hal ini disebabkan karena intangible assets lebih


(40)

22

mudah umtuk kehilangan nilai apabila terjadi financial distress, dibandingkan standart assets dan tangible assets.

3. Perusahaan-perusahaan di negara yang tingkat pajaknya tinggi seharusnya memuat hutang yang lebih besar dalam struktur modalnya daripada perusahaan yang membayar pajak pada tingkat yang lebih rendah, karena bunga yang dibayar diakui pemerintah sebagai biaya sehingga mengurangi pajak penghasilan.

2.3.2 Balancing Theory

Model struktur modal dalam lingkup Balancing theories (Myers,1984 dan Bayles and Diltz,1994) disebut sebagai teori keseimbangan yaitu menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya yaitu menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar ,hutang akan ditambah. Tetapi bila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar maka hutang tidak lagi ditambah. Pengorbanan karena menggunakan hutang tersebut bisa dalam bentuk biaya kebangkrutan (Bankruptcy cost) dan biaya keagenan (agency cost). Biaya kebangkrutan antara lain terdiri dari legal fee yaitu biaya yang harus dibayar kepada ahli hukum untuk menyelesaikan klaim dan distress price yaitu kekayaan perusahaan yang terpaksa dijual dengan harga murah sewaktu perusahaan dianggap bangkrut. Semakin besar kemungkinan terjadi kebangkrutan dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin tidak menarik menggunakan hutang. Hal ini disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan, biaya modal sendiri akan naik dengan tingkat yang makin cepat. Sebagai akibatnya, meskipun


(41)

23

memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan hutang yang besar berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang tajam, sehingga berakhir dengan menaikkan biaya perusahaan.

DeAngelo dan Masulis (1980) juga membahas mengenai biaya kebangkrutan saat membuktikan dampak perubahan komposisi hutang terhadap harga saham. Mereka menunjukkan bahwa abnormal returns pada hari pegumuman dari perusahaan–perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang, ternyata positif. Sedangkan perusahaan yang menurunkan leverage ternyata memperoleh

abnormal returns yang negatif pada hari pengumuman dan sehari setelahnya.

Abnormal returns yang positif berarti bahwa keuntungan yang diperoleh para pemodal lebih besar dari keuntungan yang seharusnya. Abnormal returns yang positif bagi perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang berarti bahwa peningkatan leverage dinilai memberikan manfaat bagi pemodal dalam bentuk penghematan pajak. Disamping itu mereka juga menunjukkan bahwa nampaknya manfaat dari penghematan pajak lebih dari kerugian karena kemungkinan munculnya biaya kebangkrutan (Suad Husnan, 1998).

Biaya lain yang timbul adalah biaya keagenan yaitu biaya yang muncul kerena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Ada kemungkinan pemilik perusahaan yang menggunakan hutang melakukan tindakan yang merugikan kreditor, sebagai misal perusahaan melakukan investasi pada proyek-proyek beresiko tinggi. Biaya keagenan ini antara lain terdiri dari biaya kehilangan kebebasan karena kreditor melindungi diri dengan perjanjian–perjanjian pada saat


(42)

24

memberikan kredit, dan biaya memonitor perusahaan uantuk menjamin perusahaan menaati perjanjian yang dibebankan pada perusahaan dalam bentuk bunga hutang yang lebih tinggi (Lukas Setia Atmaja, 1999). Pembahasan mengenai masalah keagenan ini juga dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976).

Contoh lain yang mengadakan pembahasan mengenai balancing theories seperti Kraus dan Litzenberger (1972), Kim (1982), Ross (1985), dan Leland (1994) pada intinya membuktikan bahwa peningkatan DER sesungguhnya menyebabkan peningkatan biaya yang berkaitan dengan leverage dimana peningkatan nilai perusahaan pada akhirnya akan berhenti. Masih dalam lingkup balancing theories, model optimal yang dinamik dari Fisher, Heinkel, dan Zechner (1989), serta Mauer dan Triantis (1994) tidak mendukung struktur modal yang statis. Meskipun demikian, kebijakan pendanaan dinamik yang optimal masih dicirikan dengan

tradeoff, antara manfaat corporate tax shield dari hutang dan biaya hutang (Robert M. Hull, 1999).

Penggunaan hutang yang semakin besar akan meningkatkan keuntungan dari penggunaan hutang tersebut, namun semakin besar pula biaya kebangkrutan dan biaya keagenan bahkan lebih besar. Dengan memasukkan pertimbangan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan ke dalam model MM dengan pajak, disimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Titik balik tersebut disebut struktur modal yang optimal (Lukas S. Atmaja, 1999)


(43)

25

2.3.3 Pecking Order Theory

Pada tahun 1984 Myers dan Majluf mengemukakan mengenai teori ini, mereka menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, kemudian hutang, dan modal sendiri eksternal sebagai pilihan terakhir (J. Fred Weston dan Thomas E. copeland, 1995). Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut disebabkan karena mereka memerlukan external financing

yang sedikit. Perusahaan-perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi hutang jangka panjang yang lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham.

Model asymmetric information signaling ini menyatakan bahwa tingkat informasi yang berbeda antara insiders/pihak manajemen dan Outsiders/ pihak pemodal (pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pihak pemodal) sedemikian rupa hingga insiders bertindak sebagai penyampai informasi mengenai nilai perusahaan pada outsiders. Model tersebut memprediksi bahwa perubahan bauran antara hutang dan modal sendiri suatu perusahaan memuat informasi mengenai nilai saham.


(44)

26

Leland dan Pyle (1977) membuktikan bahwa pengumuman penawaran saham menyebabkan perubahan proporsi kepemilikan insiders diharapkan berpengaruh positif terhadap return saham. Ross (1977) menyatakan bahwa peningkatan

leverage memuat informasi yang positif berkaitan dengan kapasitas perusahaan untuk menyediakan hutang dalam jumlah yang lebih besar. Sebaliknya penurunan

leverage memberikan signal informasi yang negatif. Fama(1985) menyatakan bahwa perusahaan yang mengumumkan kesepakatan hutang dengan bank memberikan signal informasi yang positif. Hal ini disebabkan karena bankers

mengetahui rahasia informasi yang negatif selama proses peminjaman. Sebaliknya, perusahaan yang mengumumkan pengurangan hutang dari bank memuat informasi insiders yang tidak menguntungkan dari tindakan bankers. Lucas dan McDonald (1990) menyatakan bahwa pasar menduga adanya

overvaluation pada saham saat manajer mengumumkan penawaran saham. Signal

negatif yang diterima outsiders dapat dikurangi bila keunggulan informasi yang dimiliki oleh insiders dikurangi (Robert M Hull,1999). Karena adanya asimetri informasi, pada awal dekade 1960-an Gordon Donaldson juga menyimpulkan bahwa perusahaan lebih senang mengunakan dana dengan urutan: (1) Laba ditahan dan dana dari depresiasi (2) Hutang dan (3) Penjualan saham baru.

2.3.4 Debt to Equity Ratio (DER)

Struktur modal dalam penelitian ini diukur dari Debt to Equity ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal sendiri).


(45)

27

Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang); sedangkan total shareholders’equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). (Ang, 1997).

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal

Menurut Riyanto (1992), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah :

1. Tingkat bunga

Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi.

2. Stabilitas dari earnings

Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan

unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk.


(46)

28

3. Susunan dari aktiva

Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek.

4. Kadar risiko dari aktiva

Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, makin besar derajat risikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan.

5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan

Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja.

6. Keadaan pasar modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi (up-saving)


(47)

29

para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Oleh karena itu, dalam rangka mengeluarkan atau menjual sekuritas-nya, perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.

7. Sifat manajemen

Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.

8. Besarnya suatu perusahaan

Perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.

Sedangkan menurut Sartono (2001), dalam penentuan struktur modal, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dianggap dominan, yaitu:

1. Tingkat Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.

2. Struktur Aktiva

Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena dari skala perusahaan besar


(48)

30

akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.

3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi.

4. Skala Perusahaan

Perusahaan besar akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.

Selain itu, menurut Brigham dan Houston (2001) dalam penentuan struktur modal, ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal yang optimal. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Stabilitas Penjualan.

Jika penjualan relatif stabil, perusahaan dapat secara aman menggunakan hutang lebih tinggi dan berani menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

2. Struktur Aktiva.

Apabila aktiva perusahaan cocok digunakan untuk dijadikan agunan kredit perusahaan tersebut cenderung menggunakan banyak hutang.

3. Leverage operasi.

Jika hal–hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil.


(49)

31

4. Tingkat Pertumbuhan.

Perusahaan–perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat, akan membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih besar.

5. Profitabilitas.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.

6. Pajak.

Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan, sedangkan deviden tidak. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin besar daya tarik penggunaan hutang.

7. Pengendalian.

Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen bisa mempengaruhi struktur modal.

8. Sifat Manajemen.

Sifat manajemen akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.


(50)

32

Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor–faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.

10.Keadaan Pasar Modal.

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal tersebut.

11.Kondisi Internal Perusahaan.

Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang daripada mengeluarkan saham.

12.Fleksibilitas Keuangan.

Seorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi.

Selain teori diatas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, masih banyak lagi yang mengemukakan pendapatnya tentang hal tersebut. Dari beberapa faktor yang dipilih oleh mereka, pada umumnya mempunyai kesamaan dengan latar belakang alasan yang hampir sama pula. Penulis membatasi penelitian ini dengan mengambil beberapa faktor saja yaitu Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability), dan Likuiditas (Liquidity).

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Titman and Wessel (1988) menganalisis delapan faktor yang mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan, yaitu aset yang


(51)

33

dijadikan jaminan (collateral value of assets), penghematan pajak selain hutang (non-debt tax shield), pertumbuhan (growth), keunikan (uniqueness), jenis industri (industry classification), ukuran perusahaan (firm size), volatilitas pendapatan (earning volatility) dan keuntungan (profitability). Hasil penelitian ini adalah aset yang dijadikan jaminan (collateral value of assets), penghematan pajak selain hutang (non-debt tax shield), pertumbuhan (growth), dan volatilitas pendapatan (earning volatility) terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Sedangkan faktor-faktor yang lain terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh et al. (2000) dengan judul “Faktor -Faktor Penting yang Mempengaruhi Struktur Modal di Industri Manufaktur di Amerika Serikat tahun 1982-1992. Variabel-variabel yang digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan asset, non-debt tax shield, rasio aktiva tetap, profit margin, beban riset dan pengembangan, beban periklanan, beban penjualan dan risiko bisnis. Jumlah perusahaan yang ada dalam penelitian ini adalah 362 perusahaan sampel yang dibagi kedalam 19 industri. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat pertumbuhan dari asset, rasio aktiva tetap, beban riset dan pengembangan dan beban periklanan cukup kuat mempengaruhi struktur modal. Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara risiko perusahaan dengan leverage perusahaan.


(52)

34

3. Pada tahun 2001, Ozkan telah melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Penelitian dilakukan selama periode 1984-1996 dengan sampel 390 perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Hasil penelitian menyebutkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif terhadap struktur modal, tingkat non-debt tax shield mempunyai hubungan negatif terhadap struktur modal, likuiditas perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal, yang terakhir bahwa Profitability perusahaan berpengaruh negatif terhadap keputusan struktur modal perusahaan.

4. Dengan menggunakan debt equity ratio sebagai variabel terikat,

Brailsford (2001) melakukan penelitian yang berkaitan dengan struktur modal. Ukuran perusahaan, klasifikasi industri, pertumbuhan, profitabilitas, total intengible, depresiasi dan deviden yang dibayar digunakan sebagai variabel bebas. Klasifikasi industri terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan yang mempunyai pengaruh negatif adalah pertumbuhan dan profitabilitas.

5. Bhaduri (2002) juga menggunakan debt equity ratio sebagai variable terikat. Dengan assets structure, non-debt tax shield, firm size, growth, financial disterss, signalling, uniqueness dan cash flow sebagai variabel bebas. Variabel yang terbukti berpengaruh secara signifikan adalah firm size, growth, uniqueness dan cash flow.


(53)

35

6. Penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan menufaktur yang ada di Bursa Efek Jakarta” juga

pernah dilakukan oleh Rizal (2002) dengan periode penelitian tahun 1995-1998. Dalam penelitian tersebut sebagai variabel independennya adalah

Tangibility assets, likuiditas perusahaan, Market to Book Value (MBV), Size, Growth, dan provitabilitas. Hasil dari penelitian tersebut adalah

Profitability, growth, dan tangibility assets mempunyai pengaruh yang negatif terhadap struktur modal. Sedangkan MBV dan size berpengaruh positif terhadap struktur modal.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Januarino Aditya (2006) dengan judul

Studi Empiris Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2003”. Data yang digunakan merupakan data periode tahun 2000-2003. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Januarino ini sebagai variabel independennya adalah tangibility assets, firm size, operating leverage, Profitability, likuiditas, dan growth sales. Hasil dari penelitian tersebut adalah tangiable asset, firm size, operating laverage, growth sales

memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal sedangkan Profitability

dan likuiditas memiliki pengaruh negatif.

Penelitian–penelitian diatas dapat diringkas dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Kesimpulan

1. Titman and Wessel (1988)

- collateral value of assets - non-debt tax shield - growth

Uniqueness, industry classification, firm size dan profitability terbukti berpengaruh


(54)

36

- uniqueness

- industry classification - firm size

- earning volatility - profitability

secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan

2. Ghosh et al. (2000)

- ukuran perusahaan - tingkat pertumbuhan - asset

- non-debt tax shield - rasio aktiva tetap - profit margin

- beban riset dan pengembangan - beban periklanan

- beban penjualan - risiko bisnis

Tingkat pertumbuhan dari asset, rasio aktiva tetap, beban riset dan pengembangan dan beban periklanan cukup kuat

mempengaruhi struktur modal. Terdapat hubungan antara risiko perusahaan dengan leverage perusahaan

3. Ozkan (2001)

- size

- growth opportunity - profitabilitas - likuiditas

- non debt tax shield

size, growth opportunity, profitabilitas dan non debt tax shield berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Sedangkan likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur modal. 4. Brailsford

(2001)

- Ukuran perusahaan - klasifikasi industry - pertumbuhan - profitabilitas - total intangible - depresiasi

- deviden yang dibayar

Klasifikasi industri terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan yang mempunyai pengaruh negatif adalah pertumbuhan dan profitabilitas

5. Bhaduri (2002)

- assets structure - non-debt tax shield - firm size

- growth

- financial disterss - signalling - uniquenes - cash flow

Variabel yang terbukti berpengaruh

secara signifikan adalah firm size, growth, uniqueness dan cash flow.

6. Rizal (2002)

- Tangibility assets - likuiditas perusahaan - Market to Book Value (MBV) - Size

- Growth - provitabilitas

Profitability, growth,dan tangibility assets mempunyai pengaruh yang negatif terhadap struktur modal. Sedangkan MBV dan size berpengaruh positif terhadap struktur modal 7. Januarino Aditya

(2006)

- tangibility assets - firm size

- operating leverage - Profitability - Likuiditas - growth sales

tangiable asset, firm size, operating laverage, growth sales memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal sedangkan Profitability dan likuiditas memiliki pengaruh negatif


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

Penelitian melibatkan 4 variabel yang terdiri atas 1 variabel terikat dan 3 variabel bebas. Variabel bebas tersebut adalah: Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (liquidity). Variabel terikatnya adalah Struktur Modal.

3.1.1 Variabel Dependen (Y)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah struktur modal. Indikator struktur modal dalam peneltian ini yaitu rasio Debt to equity (DER), secara matematis di formulasikan sebagai berikut:

Rumus:

dimana, DER = Total Debt to Total Equity Ratio

TL = Total Liabilities Equity = Total Equit

3.1.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu sebagai berikut:

TL Equity


(56)

38

3.1.2.1 Ukuran Perusahaan / Firm Size (X1)

Definisi dari ukuran perusahaan menurut Riyanto (1999:313), yaitu: "Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai total penjualan, atau nilai total aktiva". Menurut undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil point b, menjelaskan bahwa “perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) digolongkan kelompok usaha kecil”. Dengan adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan di atas satu milyar rupiah dapat dikelompokkan ke dalam industri menengah dan besar.

Maka di dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu pada pendapat Riyanto dan juga mengacu pada undang-undang No.9 tahun 1995, dimana ukuran perusahaan diproxy dengan nilai logaritma natural dari total penjualan. Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut:

Rumus:

dimana, Firm Size = Ukuran Perusahaan

Ln TR = Logaritma natural dari Total Penjualan

3.1.2.2 Profitabilitas / Profitability (X2)

Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Profitabilitas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan return on assets

(ROA). Return on assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut:


(57)

39

Rumus:

dimana, ROA = Return on Assets

EBIT = Earnings Before Interest and Taxes

TA = Total Assets

3.1.2.3 Likuiditas / Liquidity (X3)

Likuiditas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan current ratio (CR).

Current ratio (CR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek dengan aktiva lancar. Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut:

Rumus:

dimana, CR = Current Ratio

CA = Current Assets

CL = Current Liabilities

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Pengukuran Skala

1 Dependen (Y) Struktur Modal

Diproksi dengan Debt to Equity Ratio (DER), yang menggambarkan proporsi hutang dibanding total ekuitas.

� Rasio

2 Independen (X1) Ukuran

Perusahaan

Diproksi dengan nilai Ln dari

total Penjualan. Firm Size = Ln TR Rasio

3 Independen (X2) Profitabilitas

Rasio antara Earnings Before Interest and Taxes dengan Total Assets. � �� � Rasio � �� � ��


(58)

40

4 Independen (X3) Rasio antara Current Assets

dengan Current Liabilities.

Rasio

3.2 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode Purposive Sampling, yaitu pemilihan sampel saham perusahaan selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Adapun tujuan dari metode ini untuk mendapatkan sampel yang reprensentatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur jenis makanan dan minuman (foods and

beverages) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2006 sampai dengan 2010. Perusahaan ini dipilih karena skala produksinya besar dan membutuhkan modal yang besar pula untuk pengembangan produk dan ekspansi pangsa pasarnya.

2 Perusahaan sampel telah menerbitkan laporan keuangan selama lima (lima) tahun, yaitu tahun 2006 sampai dengan 2010.

3 Perusahaan yang telah delist di Bursa Efek Indonesia antara periode tahun 2006-2010 tidak akan dimasukkan ke dalam sampel.


(59)

41

Tabel 3.2

Nama-nama Perusahaan Food and Beverage yang menjadi sampel No. Nama Perusahaan

1 PT Aqua Golden Mississippi Tbk. 2 PT Cahaya Kalbar Tbk.

3 PT Delta Djakarta Tbk. 4 PT Fast Food Indonesia Tbk. 5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 6 PT Multi Bintang Tbk.

7 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. 8 PT Siantar Top Tbk.

9 PT Sekar Laut Tbk.

10 PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. 11 PT Ultrajaya Milk Industry Tbk. Sumber: www.idx.com

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data sekunder. Data sekunder adalah data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Pada penelitian ini data sekunder didapat dalam bentuk dokumentasi, yaitu data yang diterbitkan oleh pihak-pihak berkompeten (Baca: BEI), melalui data laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahunnya dalam bentuk cetakan maupun data download internet.

Data yang diperlukan antara lain data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka. Adapun data yang dianggap sebagai data kuantitatif dalam penelitian ini adalah:

1. Laporan Neraca masing-masing perusahaan pada tahun 2006-2010. 2. Laporan Laba Rugi masing-masing perusahaan pada tahun 2006-2010.


(60)

42

3.4 Alat Analisis Data

Analisis data dapat menggunakan software SPSS version 16.0 sebagai alat untuk regresi model formulasi. Untuk menghasilkan suatu model yang baik, hasil analisis regresi memerlukan pengujian Asumsi Klasik.

3.4.1 Uji Asumsi Klasik 3.4.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal Santoso (2002). Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Menurut Santoso (2002), dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.4.1.2 Uji Multikolineritas

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan sempurna antar variabel independen pada model regresi. Uji terhadap

multikolinieritas merupakan pengujian untuk melihat adanya keterkaitan hubungan antar variabel independent. Penelitian yang mengandung

multikolinieritas akan berpengaruh terhadap hasil penelitian sehingga penelitian tersebut menjadi tidak berfungsi.


(61)

43

Cara untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dilakukan dengan cara meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan variance inflation factor (VIF) dan tolerance value

(Gujarati, 1995). Jika nilai VIF kurang dari 10 atau nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak memiliki gejala multikolinearitas.

3.4.1.3 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang data (data cross section). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

Dw Kesimpulan

Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi 1,08 s.d. 1,66 Tanpa kesimpulan 1,66 s.d. 2,34 Tidak ada autokorelasi 2,34 s.d. 2,92 Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,92 Ada korelasi

(Algifari, 2000:89)

3.4.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari kesalahan residual melalui satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Santoso, 2002). Dengan kata lain pengujian ini dimaksudkan untuk melihat jarak kuadrat titik-titik sebaran terhadap garis regresi.


(62)

44

Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode Scatter Plot. Metode ini dapat dilakukan dengan melihat grafik jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik membentuk satu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka disinyalir telah terjadi Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3.5 Teknik Pengujian Hipotesis 3.5.1 Hipotesis

1. Ha1 Ukuran Perusahaan (firm size) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap struktur modal perusahaan.

2. Ha2 Profitabilitas (Profitability) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap struktur modal perusahaan.

3. Ha3 Likuiditas (Liquidity) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

struktur modal perusahaan.

Pengaruh secara simultan digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel independen yaitu Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (Liquidity) berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (Liquidity) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010.


(1)

1. Pengujian Pengaruh Firm Size terhadap Struktur Modal

Dalam hipotesis ini menduga bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap struktur modal. Adapun formulasi dari hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

Ho : Secara parsial Ukuran Perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap struktur modal

Ha : Secara parsial Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap struktur modal

Adapun kriteria yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

Jika probabilitas P-Value (sig) < tingkat signifikansi α (5%) atau thitung > ttabel

maka Ho ditolak (Ha diterima), yang berarti ukuran perusahaan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.

2. Pengujian Pengaruh Profitability terhadap Struktur Modal

Dalam hipotesis ini menduga bahwa Profitability mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap struktur modal. Adapun formulasi dari hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Ho : Secara parsial Profitability tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap struktur modal

Ha : Secara parsial Profitability mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


(2)

48

Adapun kriteria yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

Jika probabilitas P-Value (sig) < tingkat signifikansi α (5%) atau thitung > ttabel

maka Ho ditolak (Ha diterima), yang berarti Profitability mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap struktur modal.

3. Pengujian Pengaruh Liquidity terhadap Struktur Modal

Dalam hipotesis ini menduga bahwa likuiditas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap struktur modal. Adapun formulasi dari hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Ho : Secara parsial Likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

struktur modal

Ha : Secara parsial Likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

struktur modal

Adapun kriteria yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

Jika probabilitas P-Value (sig) < tingkat signifikansi α (5%) atau thitung > ttabel

maka Ho ditolak (Ha diterima), yang berarti ukuran perusahaan mempunyai


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab empat (4) maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan dan bedasarkan uji F, bahwa secara bersama-sama (simultan) Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (Liquidity) berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal (DER).

2. Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya juga melihat dari hasil uji t atau secara parsial, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

- Ukuran Perusahaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Struktur Modal, dengan nilai P-value atau tingkat siginifikan sebesar 0,397, diatas α = 0,05 (5%).

- Profitabilitas secara parsial atau berdasarkan uji t, ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal, dengan nilai signifikansi sebesar 0,022.

- Likuiditas secara parsial atau berdasarkan uji t, ternyata berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal, dengan nilai signifikansi sebesar 0,008.


(4)

68

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk para investor disarankan agar memperhatikan komposisi struktur modal perusahaan agar memperkecil kemungkinan capital loss yang mungkin akan dihadapi investor jika menanamkan modal nya pada perusahaan yang memiliki nilai yang rendah (beresiko tinggi).

2. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan disarankan untuk lebih hati-hati dalam memperhatikan komposisi optimal dari struktur modal, tinggi kemampuan memperoleh laba dan ketersediaan dana untuk memenuhi kewajiban jangka pendek agar dapat meningkatkan nilai perusahaan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Januarino. 2006. Studi Empiris Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2003. Skripsi. Universitas Islam Indonesia

Aji, Darmawan Wasi. 2003. “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta)”. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro

Andriyanti, Elyana Noor. 2007. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan Dan Operating Leverage Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi. Universitas Negeri Semarang

Apriansyah, Denny. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2005-2009. Skripsi. Universitas Lampung

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro

Houston, Joel F. dan Eugene F Brigham. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Salemba Empat. Jakarta

Husnan, Suad. 1996. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Buku 1, Edisi 4. BPFE- Yogyakarta. Yogyakarta

Moch. Abadi, R. 2004. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan industri manufaktur di BEJ (Periode 1999-2001). Tesis Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang


(6)

Nugroho, Asih Suko. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan properti yang Go-Public di BEJ (Periode 1994-2004). Tesis Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. BPFE- Yogyakarta. Yogyakarta

Rizal, Muhammad. 2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ tahun 1995-1998. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Setiana, Esa. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur yang Listing di BEJ. Tesis Pascasarjana. Universitas Sumatra Utara. Medan

Syamsuddin, Lukman. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep dan Aplikasi dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan. Raja Grafindo Persada. Jakarta


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 1 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008 – 2011.

0 0 85

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 76

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 88

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005 – 2008.

1 8 93

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005 – 2008 SKRIPSI

0 0 20

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2012

0 0 24

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 16