PEMBERIAN REKOMENDASI IZIN PENDIRIAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. A. DADI TJOKRODIPO OLEH DINAS KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PEMBERIAN REKOMENDASI IZIN PENDIRIAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. A. DADI TJOKRODIPO OLEH DINAS

KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh Almira Balqis

Pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147 Tahun 2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit. RSUD dr. A Dadi Tjokrodipo dibangun oleh pemerintah Kota Bandar Lampung karena jauhnya jarak masyakat daerah Kota Bandar Lampung untuk menuju RSUD dr. Abdul Moeloek dan minimnya Puskesmas Rawat Inap. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Metode penelitian menggunakan metode normatif dan empiris dengan data primer dan sekunder, masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dilapangan. Hasil pembahasan menunjukan bahwa Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam memberikan rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo terdiri dari mempelajari syarat-syarat izin pendirikan rumah sakit tipe C, mempelajari syarat-syarat izin operasional rumah sakit tipe C, kunjungan ke lokasi rumah sakit, pemberian rekomendasi izin pendirian rumah sakit oleh kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Faktor penghambat Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam memberikan rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo terdiri dari tingkat pengetahuan yang dimiliki pegawai mengenai rekomendasi izin pendirian rumah sakit rendah, tuntutan agar tim visitasi cepat menyelesaikan penilaian terhadap kelengkapan syarat-syarat dan lambatnya tim pemohon pembangunan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo dalam menyelesaikan kekurangan syarat-syarat untuk mendapatkan rekomendasi izin rumah sakit, kurangnya sarana dan prasarana untuk menyelesaikan pemeriksaan dilapangan mengenai pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo. Oleh karena itu, sebaiknya tim visitasi dalam melaksanakan tugas pemberian rekomendasi izin pendirian rumah sakit harus dibekali dengan pengetahuan tentang perizinan, ditambahnya sarana dan prasarana untuk melaksanakan pemeriksaan syarat dan kunjungan lokasi. Hal ini untuk menghindari adanya kesalahan di dalam melaksanakan tugasnya.

Kata kunci: Rekomendasi Izin Pendirian, RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo, Dinas Kesehatan, Kota Bandar Lampung


(2)

ABSTRACT

RECOMMENDING LICENSE OF ESTABLISHING DR. A. DADI TJOKRODIPO PUBLIC HOSPITAL

BY HEALTH OFFICE OF BANDAR LAMPUNG By

Almira Balqis

The license recommendation of establishing dr. A. Dadi Tjokrodipo public hospital by Health Office of Bandar Lampung was based on Regulation of Ministry of Health Number 147 in 2010 about Hospital License, and because long distance that public should underwent to dr. Abdul Moeleok public hospital and less hospitalized public health center facilities. The problems in this research were how did the recommendation process of license to establish dr. A. Dadi Tjokrodipo public hospital by Health Office of Bandar Lampung and what were the inhibiting factors in recommending license to establish dr. A. Dadi Tjokrodipo public hospital by Health Office of Bandar Lampung. This research used normative and empirical approach and used primary and secondary data from literary study and from the field. Data were described in sentences and based on particular facts conclusions were drawn. The research results showed that the Health Office of Bandar Lampung in recommending license to establish dr. A. Dadi Tjokrodipo public hospital were through following stages: examining license requirements of hospital type C establishment, examining license requirements of hospital type C operation, visit to hospital site; and d. recommending license of hospital establishment by Chief of Health Office in Bandar Lampung. The inhibiting factors of Health Office of Bandar Lampung in recommending license of dr. A. Dadi Tjokrodipo establishment were less knowledge of employees about recommendation of license of establishing hospital, demands to assessor team to finish faster their assessments on requirements of hospital establishment and slow progress of team of dr. A. Dadi Tjokrodipo hospital development in completing remaining uncompleted requirements to obtain license of hospital establishment, lack of structures and infrastructures in finishing field examination related to license recommendation for establishing dr. A. Dadi Tjokrodipo public hospital. The researcher suggests that assessor team in conducting their tasks related to license recommendation of hospital establishment should be equipped with knowledge of license procedures, and sufficient structures and infrastructures to examine requirements for the hospital establishment license and visits to the location. This is to prevent mistakes in conducting their tasks.

Keywords : Recommendation License, dr. A. Dadi Tjokrodipo Public Hospital, Health Office, Bandar Lampung


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Desember 1993. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak S. Mahmud dan Ibu Farida Rumni

Penulis mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Tarahan dan tamat pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 25 Bandar Lampung dan tamat tahun 2008, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis di terima sebagai mahasiwa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui SNMPTN jalur undangan, dan menjadi Sekretaris Bidang Pemuda dan Olahraga pada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tahun 2012, Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) sebagai Bendahara Umum pada tahun 2013 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Dusun Kaliawi Desa Gunung Rejo Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.


(7)

PERSEMBAHAN

Yang Utama Dari Segalanya...

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.

Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta.

Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi Ibu dan Ayah,

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta

kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.

Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu

menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik, Terima Kasih


(8)

MOTO

“I walk slowly, but I never walk backward”

(Abraham Lincoln)

“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”

(QS. Al Maa’idah : 6)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya akan diberi jalan keluar dari setiap urusannya dan diberi pertolongan dari tempat yang tak terduga, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah,

niscaya akan di cukupi segala kebutuhannya” (QS Ath-Thalaq : 2-3)


(9)

SANWACANA

Puji syukur Penulis kehadirat Allah SWT dan nabi Muhammad SAW yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemberian Rekomendasi Izin Pendirian Rumah Sakit Umum Daerah dr. A. Dadi Tjokrodipo Oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung”, Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Akademik.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan arahan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah juga memberikan bimbingan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.


(10)

5. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.

6. Ibu Atik Yuniati, S.H., M.H. selaku dosen Pembahas II yang juga telah banyak memberi saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi Penulis.

8. Segenap Pimpinan, Karyawan/Staff dan Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Bapak S. Mahmud dan Ibu Farida Rumni sebagai orang tua terbaik yang ini telah memberikan do’a, dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang setiap hari.

10. Muhammad Faisal dan El Syifa Alya, kakak dan adik tersayang yang selalu membantu, memberikan do’a, dan dukungan untuk saya.

11. Keluarga Besar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) 2012 beserta Panitia Law Faculty Basketball and Modern Dance Season 2 & 3 yang telah memberi pengalaman berorganisasi dalam bingkai kekeluargaan.

12. Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) yang selalu memberikan semangat dan do’a.

13. Kepada Sahabat-sahabatku, Shintya Sardi, Dea Octaviana Murni Triana, Sari Tirta, Abdoel, Anca Viriska, Gracelda, Taufik Ardiansyah, Aditya Rahman, Lili Jelita , Safira Anandita, Krisna, Kevin, Bizar, Tata, Dongah Sueng, Bang Aldy, Kak Lia, Ferdiyan, Hilman, Bang Kamal, Ebol Prabu, Asa Koko, Ragiel, Iqbal, Zaki Adrian, Untari, Mba Dias, Bayu Andrian, Fariz Gunsan, Aris Bumbu, Bakabon, Sarah, Tiffany, Tara, Fitri, Nurul


(11)

Zahra, Indah Nurfitria, Patrisela, Oldy, Septiara Mimi, Ruri, Mutiara, Triadhani, Irfan Ocel, Arya Baskoro, Aditya Darmawan, Rizky Reza dan Seluruh Angkatan 2011 Fakultas Hukum Unila yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaanya.

14. Staff gedung D, Pak Misyo, Mas Hadi, Kiyay Zukaria, Pak Sutris, Bu Yenti, Bang Denis yang telah memberi arahan kepada penulis.

15. Sari, Emak, Ncis, Tante Tuti, terima kasih atas waktu, tenaga dan kelapangan hati nya yang telah memberi kemudahan pembayaran makan siang penulis pada saat proses skripsi ini dibuat.

16. Almamater tercinta dan Tanah Airku Indonesia.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangsempurnaan skripsi ini. Namun demikian, Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum pada khususnya dan khalayak pada umumnya.

Bandar Lampung, Februari 2015

Penulis, Almira Balqis


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ...5

1.2.1 Rumusan Masalah ...5

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ...5

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

1.3.1 Tujuan Penelitian ...6

1.3.2 Manfaat Penelitian ...6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Izin ...8

2.2Bentuk Izin ...10

2.3Sifat Perizinan ...12

2.4Unsur-unsur Izin ………..12

2.5Tujuan Perizinan, Kewenangan Menerbitkan Izin, Subjek dan Objek Perizinan ...14

2.5.1 Tujuan Perizinan ...14

2.5.2 Kewenangan Menerbitkan Izin ...14

2.5.3 Subjek dan Objek Perizinan ...15

2.6Bentuk-bentuk Perizinan ...16

2.7 Izin Pendirian dan Izin Operasional ...18

2.6.1 Izin Pendirian Rumah Sakit ...18

2.6.2 Izin Operasional Rumah Sakit ...22

2.8Tata Ruang ...24

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah ...26

3.2 Sumber Data ...27

3.2.1 Data Primer ...27

3.2.2 Data Sekunder ...27

3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ...28

3.3.1 Metode Pengumpulan data ...28

3.3.2 Metode Pengolahan Data ...28


(13)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ...30

4.1.1 Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ...30

4.1.2 Visi dan Misi Dinas kesehatan Kota Bandar Lampung ...31

4.1.3 Tujuan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ...31

4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan ...32

4.1.5 Struktur Organisasi ...32

4.2 Pemberian Rekomendasi Izin Pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung...37

4.2.1 Syarat-syarat Permohonan Rekomendasi Izin Pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo ...37

4.2.2 Tahap-tahap Pemberian Rekomendasi Izin Pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo ...39

4.3 Faktor Penghambat Dalam Pemberian Rekomendasi Izin Pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo ...42

BAB V. PENUTUP 5.1Kesimpulan ...44

5.2Saran ...45

DAFTAR PUSTAKA


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan Bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial1.

Sejalan dengan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung operasional upaya kesehatan.

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam kehidupan masyarakat, untuk itu diperlukan suatu lembaga atau balai yang bisa menangani

1

Cecep Prabowo,Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit, Sebuah Kajian Hukum Kesehatan. 2012. Cetakan Pertama, hal 1


(15)

2

pelayanan dibidang kesehatan. Sejalan dengan hakekat pembangunan dibidang kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan setiap individu yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan jasmani, rohani dan sosial. Dengan melihat potensi yang ada di wilayah Kota Bandar Lampung, baik potensi sumber daya manusia (SDM), potensi lingkungan maupun potensi penduduk yang kurang lebih mencapai populasi penduduk 902.885 jiwa berdasarkan sensus penduduk pada tahun 20122, kepadatan penduduk sekitar 5.304 jiwa/km², namun belum terdapat suatu lembaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan yang memadai.

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang sedang berkembang dibidang kesehatan, namun sampai saat ini masyarakatnya masih menghadapi banyak permasalahan mengenai kesehatan. Dalam rangka upaya menanggulangi permasalahan kesehatan tersebut, pemerintah daerah Kota Bandar Lampung telah berupaya mengembangkan berbagai macam kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan tersebut selain dilaksanakan di sarana kesehatan milik pemerintah, juga sarana pelayanan milik swasta atau masyarakat sendiri.

Rumah sakit adalah tempat untuk menyelenggarakan salah satu upaya kesehatan yaitu pelayanan kesehatan Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan memegang peranan penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya

2


(16)

3

merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

Untuk memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan yang maksimal, sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat Kota Bandar Lampung, maka pemerintah daerah Kota Bandar Lampung merasa perlu untuk mendirikan suatu lembaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat di wilayah Kota Bandar Lampung dan sekitarnya. Sistem kesehatan yang disusun untuk mendapatkan hasil guna kesehatan masyarakat secara maksimal dengan cara mengefektifkan semua sumber daya manusia yang tersedia.

Diperlukan juga adanya hubungan secara berjenjang dari tingkat yang tertinggi hingga tingkat yang lebih rendah dalam kaitan kualitas pelayanan masyarakat. Disadari masih cukup banyak kendala yang harus diatasi untuk menjamin berhasilnya berbagai pelayanan kesehatan tersebut. Dalam kemajuan zaman di era globalisasi ini masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Kota Bandar Lampung semakin peduli dan sadar akan pentingnya kesehatan dan tingkat pemanfaatan unit pelayanan kesehatan semakin meningkat pula.

Masyarakat Kota Bandar Lampung juga sadar akan pentingnya kesehatan itu sehingga memerlukan tempat pelayanan kesehatan, namun sayangnya di daerah ini belum terdapat tempat pelayanan kesehatan yang mudah di jangkau. Berdasarkan analisis situasi, apabila masyarakat ingin berobat atau sekedar berkonsultasi kepada petugas kesehatan, warga harus menempuh jarak yang agak jauh dari tempat tinggal mereka. Jarak ini terkadang membuat warga menjadi kembali acuh akan kesehatan, mereka tidak menghubungi petugas kesehatan atau


(17)

4

mengunakan tempat pelayanan kesehatan sebelum mereka benar-benar sakit yang tidak bisa mereka tahan lagi atau setelah sakit yang mereka alami terjadi lama, sehingga setelah menggunakan tempat pelayanan kesehatan mereka sudah dalam keadaan sakit yang sudah dalam stadium lanjut. Sehingga terkadang penanganan penyakit itu menjadi terlambat atau tidak bisa disembuhkan lagi. Selain itu mengurangi penuhnya ruangan untuk pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek.

Oleh karena itu pemerintah daerah Kota Bandar Lampung membangun suatu tempat pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit Umun Daerah dr. A. Dadi Tjokrodipo yang terletak di jalan Basuki Rahmat No. 73 yang akan lebih mudah dijangkau oleh warga, sehingga warga dapat lebih mudah menjangkau tempat pelayanan kesehatan dan di harapkan warga dapat mencegah kemungkinan penyakitnya menjadi lebih parah atau untuk mengurangi kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dan tingkat kesehatan warga akan meningkat dan seiring dengan itu kesejahteraannya juga akan meningkat.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemberian Rekomendasi Izin Pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung”.


(18)

5

1.2. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian 1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung?

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian rekomendasi izin mendirikan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung kepada pemerintah kota Bandar Lampung?

1.2.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada kajian Ilmu Hukum Administrasi Negara, tentang bagaimanakah peran Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam pemberian rekomendasi izin mendirikan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo dan apakah yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian rekomendasi izin mendirikan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.


(19)

6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui implementasi pemberian rekomendasi izin mendirikan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung;

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pemberian rekomendasi izin mendirikan RSUD. dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung kepada Pemerintah kota Bandar Lampung.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu administrasi negara, dan mengembangkan konsep teori kemampuan analisis, khususnya mengenai peran Dinas Kesehatan Kota Bandar lampung dalam memberikan rekomendasi izin pendirian RSUD. dr. A. Dadi Tjokrodipo dan factor penghambat dalam memberikan rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung.


(20)

7

2. Kegunaan Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan informasi dan memperluas pengetahuan bagi pihak pemerintah khususnya terhadap Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung;

b. Memberikan hubungan pemikiran terhadap ilmu hukum dibidang Hukum Administrasi Negara, khususnya mengenai Hukum Perizinan dengan membandingkan praktik di lapangan;

c. Memberikan tambahan literatur dan sumber bacaan, sehingga dapat menjunjung ilmu pengetahuan di bidang Hukum Administrasi Negara dalam lingkup Hukum Perizinan;

d. Sebagai rekomendasi strategis bagi pengusaha/investor yang akan mendirikan suatu usaha dibidang kesehatan;

e. sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa atau pihak-pihak lain yang akan mengadakan penelitian lanjutan dibidang usaha kesehatan.


(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Izin

Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan syah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.1 Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.2 Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan. Sebagai perbuatan hukum yang sepihak dari pemerintah, perizinan menimbulkan hak dan kewajiban bagi si pemohon yang perlu ditetapkan dan diatur dalam peraturan perundangan agar terdapatnya kepastian serta kejelasan, baik mengenai persyaratan dan juga mengenai prosedur pemberian izin.

1

Pasal 1 ayat (8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

2

http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-perijinan(diakses pada 20 oktober 2013)


(22)

9

Hukum perizinan sendiri adalah ketentuan yang berkaitan dengan pemberian izin atau bentuk lain yang berkaitan dengan itu yang dikeluarkan oleh pemerintah sehingga dengan pemberian izin tersebut melahirkan hak bagi pemegang izin baik terhadap seseorang, badan usaha, organisasi, LSM, dan sebagainya untuk beraktivitas.3

Di dalam hukum, istilah perizinan disebut juga dengan vergunning, dan tidaklah mudah untuk memberikan definisi mengenai apa yang dimaksud dengan izin. Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang.4 Izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan pemerintah untuk mempengaruhi agar mau mengikuti cara yang dianjurkan guna mencapai suatu tujuan.5 Pemerintah mengeluarkan izin untuk mengatur segala tindakan-tindakan yang terdapat dalam masyarakat, agar tidak bertentangan dengan segala ketentuan serta perundang-undangan yang berlaku.6

Izin dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

1. Izin dalam arti luas yaitu, suatu tindakan dilakukan demi kepentingan umum maksudnya yaitu pemerintah memperbolehkan pemohon untuk melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya dilarang;

3

Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta:Sinar Grafika. hal. 168

4

Mr. N. M. Spelt dan Prof. J. B. J. Ten Berge. 1992. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Surabaya: Yuridika Pratama. hal. 1-2

5

Ridwan, HR. 2011. Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada

6


(23)

10

2. Izin dalam arti sempit yaitu, bahwa suatu perbuatan mengenai izin pada dasarnya merupakan keinginan dari pembuat undang-undang.

Tujuannya untuk mengatur segala tindakan yang dianggap merupakan tindakan tercela. Izin merupakan tindakan yang sebelumnya dilarang lalu diperkenankan agar tindakan tersebut diperbolehkan.

2.2 Bentuk dan Isi Izin

Sesuai dengan sifatnya yang merupakan bagian dari ketetapan, izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis, sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat hal-hal sebagai tersebut:

a. Organ yang berwenang

Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya, biasanya dari kepala surat dan penandantangan izin akan nyata organ mana yang memberikan izin.

b. Yang dialamatkan

Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan, biasanya izin lahir setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu, oleh karena itu keputusan yang memuat izin akan dialamatkan pula kepada pihak yang memohon izin.

c. Dictum

Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepastian hukum, harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan. Bagian keputusan ini, dimana akibat-akibat hukum yang ditimbulkan oleh keputusan dinamakan dictum, yang


(24)

11

merupakan inti dari keputusan, memuat hak-hak dan kewajiban yang dituju oleh keputusan itu.

d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatsan dan syarat-syarat

Ketentuan ialah kewajiban-kewajiban yang dapat dikaitkan pada keputusan yang menguntungkan. Pembatasan-pembatsan dalam izin member, memungkinan untuk secara praktis melingkari lebih lanjut tindakan yang dibolehkan, pembatasan ini merujuk batas-batas dalam waktu, tempat dan cara lain. Juga terdapat syarat, dengan menetapkan syarat akibat-akibat hukum tertentu digantungkan pada timbulnya suatu peristiwa dikemudian hari yang belum pasti, dapat dimuat syarat penghapusan dan syarat penangguhan.

e. Pemberi alasan

Pemberian alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan UU, pertimbangan-pertimbangan hukum dan penetapan fakta.

f. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan

Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang dialamatkan ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran ketentuan dalam izin, seperti sanksi-sanksi yang mungkin diberikan pada ketidakpatuhan. Mungkin saja juga merupakan petunjuk-petunjuk bagaimna sebaiknya bertidak dalam mengajukan permohonan-permohonan berikutnya atau informasi umum dari organ pemerintahan yang berhubungan dengan kebijaksanaannya sekarang atau dikemudian hari.7

7

Purdyatmoko, Y Sri, Perizinan: Problem dan Upaya Pembenahan, 2009, Yogyakarta:Grasindo hal. 25


(25)

12

2.3 Sifat Perizinan

Izin merupakan keputusan yang bersifat menguntungkan.8 Selain itu izin merupakan keputusan yang menciptakan hukum sehingga dengan pemberian izin akan menimbulkan hubungan hukum tertentu.

2.4 Unsur-unsur Izin Unsur-unsur izin yaitu: 1. Instrumen yuridis

Izin merupakan instrumen yuridis dalam bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret,sebagai ketetapan izin itu dibuat dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku pada ketetapan pada umumnya.

2. Peraturan perundang-undangan

Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan hukum permerintahan, sebagai tindakan hukum maka harus ada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada asas legalitas, tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak sah, oleh karena itu dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena tanpa adanya dasar wewenang tersebut ketetapan izin tersebut menjadi tidak sah.

8


(26)

13

3. Organ pemerintah

Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dari badan tertinggi sampai dengan badan terendah berwenang memberikan izin.

4. Peristiwa kongkret

Izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa kongkret dan individual, peristiwa kongkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat tertentu dan fakta hukum tertentu.

5. Prosedur dan persyaratan

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Selain itu pemohon juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atatu pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan izin dan instansi pemberi izin. Syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan kondisional, konstitutif, karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi, kondisional, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi.9

9

Utama, I Made Arya, Hukum Lingkungan: Sistem Hukum Perizinan Berwawasan Lingkungan Untuk Pembangunan Berkelanjutan,Pustaka Sutra, hal. 90


(27)

14

2.5 Tujuan Perizinan, Kewenangan Memberikan Izin, Subjek dan Objek Perizinan

2.5.1 Tujuan Perizinan

Mengenai tujuan perizinan secara umum adalah sebagai berikut:

a. Keinginan mengarahkan aktifitas-aktifitas tertentu (misalnya: izin bangunan); b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan;

c. Keinginan melindungi obejk-objek tertentu; d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit;

e. izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktifitas-aktifitas.

Dengan tujuan yang demikian itu, setiap izin pada dasarnya membatasi kebebasan individu. Dengan demikian wewenang membatasi hendaknya tidak melanggar prinsip dasar Negara hukum, yaitu asas legalitas.

2.5.2 Kewenangan Menerbitkan Izin

Setiap wewenang menerbitkan izin bersifat publik. Wewenang itu bias merupakan wewenang ketatanegaraan dan bias merupakan administrasi. Antara wewenang ketatanegaraan dengan wewenang administrasi dapat dibedakan namun sulit dipisahkan. Wewenang menerbitkan izin bias merupakan wewenang terikat dan bias merupakan suatu wewenang bebas. Pembedaan atas wewenang terikat dan wewenang bebas dalam penerbitan izin membawa konsekuensi yuridis, baik pada penerbitan izin maupun pencabutan izin.

Pada penerbitan izin, wewenang menerbitkan atau wewenang menolak tergantung dari sifat wewenang. Atas dasar demikian itu, wewenang memberikan izin adalah


(28)

15

wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Wewenang ini diberikan untuk tujuan konkret seperti yang telah diuraikan diatas. Aspek-aspek yuridis perizinan meliputi:

1. Larangan untuk melakukan suatu aktifitas (tanpa izin); 2. Wewenang untuk memberikan izin.

Wewenang untuk memberikan izin merupakan wewenang publik. Suatu wewenang publik adalah wewenang yang berdasarkan hukum tata Negara atau hukum administrasi Negara. Pada penerbitan izin wewenang menerbitkan atau wewenang menolak tergantung pada sifat wewenang. Pada wewenang terikat, pejabat Tata Usaha Negara (TUN) terikat pada syarat-syarat yang dirumuskan dan tidak memiliki kebebasan untuk menilai maupun kebebasan kebijaksanaan atau terikat oleh peraturan peundang-undangan, sebaliknya pada wewenang bebas, organ pemerintah memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan pemberian izin. Pada pencabutan izin, sifat wewenang mempunyai arti penting bagi kemungkinan untuk menggunakan wewenang pencabutan. Pada wewenang terikat, pencabutan dilakukan dengan keterikatan mutlak pada ketentuan peraturan yang menjadi dasarnya. Pada wewenang bebas, pejabat Tata Usaha Negara (TUN) dapat menggunakan atau tidak menggunakan wewenang untuk mencabut izin.

2.5.3 Subjek dan Objek Perizinan

Subjek dari perizinan yaitu Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten atau Kota, yang mempunyai kadar tugas dan peranan yang besar dalam setiap penentuan kebijakan-kebijakan dan keputusan dalam perizinan. Sedangkan objek dari perizinan adalah pemohon izin usaha dan atau kegiatan. Antara subjek dan


(29)

16

objek dari perizinan ini mempunyai peranan yang sama-sama besar dalam menentukan diterbitkannya atau ditolaknya suatu izin.

2.6 Bentuk-bentuk Perizinan 1. Dispensasi

Dispensasi adalah kekecualian yang sungguh-sungguh, yakni merupakan kekecualian atas larangan sebagai aturan umum. Pemberian perkenan berhubungan erat dengan keadaan-keadaan khusus peristiwa.10 Dispensasi bertujuan untuk menembus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan, jadi berarti menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus (relatie legis). Adapun pemberian dispensasi haruslah memenuhi persyaratan tertentu yang diatur didalam peraturan yang berlaku dan agar setiap orang dapat melakukan perbuatan hukum yang dapat menerobos dari peraturan yang telah berlaku, namun hal tersebut tidak terlepas dari peran yang dimiliki kekuasaan yaitu pemerintah untuk memberikan dispensasi yang harus jelas batasnya.

2. Lisensi

Nama lisensi nampaknya tepat untuk izin dalam menjalankan suatu usaha, izin tersebut tidak menjamin bahwa yang memperoleh lisensi tidak akan campur tangan dalam perusahaan atau bidang usaha yang dilakukan. Meskipun lisensi memberikan suatu keleluasaan terhadap usaha tersebut.

3. Konsensi

Konsensi senantiasa mengenai pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan umum harus benar-benar dilaksanakan. Maka dari itu pemegang konsensi baik

10


(30)

17

oleh undang-undang maupun dengan cara mengadakan persyaratan, pemegang konsensi hamper senantiasa diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaan yang diizinkan kepadanya dalam waktu tertentu dan dapat dilaksanakan dengan penyelenggaraan yang teratur.11

4. Rekomendasi

Selain dispensasi, lisensi dan konsensi dalam masalah perizinan juga dikenal rekomendasi. Rekomendasi dapat diartikan sebagai pertimbangan yang diberikan oleh badan atau pejabat yang berwenang untuk digunakan dalam pemberian izin pada suatu bidang tertentu. Rekomendasi merupakan instrumen yang cukup penting dalam soal perizinan karena rekomendasi diberikan oleh badan atau pejabat yang mempunyai kompetensi atau kapasitas khusus di bidang tertentu, bahkan didasarkan pada keahlian dalam suatu disiplin tertentu. Penerbitan rekomendasi didahului oleh adanya permohonan yang dapat saja ditolak dan pemrosesannya dilakukan, seperti layaknya penerbitan suatu izin pula. Agak berbeda dengan izin, rekomendasi merupakan sesuatu yang tidak langsung mempunyai daya ikat. Artinya, instansi yang berwenang menerbitkan izin dapat menggunakan rekomendasi sebagai acuan atau referensi, tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi pejabat atau instansi yang berwenang menerbitkan izin untuk menggunakan pertimbangan lain. Namun demikian, mengingat rekomendasi dikeluarkan oleh badan atau instansi yang mempunyai kewenangan dan keahlian pada bidang tertentu maka mau tidak mau juga diindahkan.12

11

Effendi, Taufiq. 2004. Tingkatkan Pelayanan Publik. Jakarta: Suara Pembaruan.

12

Purdyatmoko Y. Sri. 2009. Perizinan: Problem dan Upaya Pembenahan. Grafindo: Jakarta. hal. 10-11


(31)

18

2.7 Pengertian Izin Mendirikan dan Izin Operasional 2.7.1. Pengertian Izin Mendirikan Rumah Sakit

Izin mendirikan rumah sakit adalah izin yang diberikan untuk mendirikan rumah sakit setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan. Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan No. 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit, permohonan izin mendirikan dan izin operasioanl rumah sakit diajukan menurut jenis dan klasifikasi rumah sakit. Izin rumah sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang dibidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi. Izin rumah sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang dibidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Izin rumah sakit kelas C diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang dibidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.13

Menurut lampiran Permenkes No. 147 Tahun 2010, untuk memperoleh izin mendirikan, rumah sakit harus memenuhi syarat yang meliputi:

1. Studi kelayakan rumah sakit pada dasarnya adalah suatu awal perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang:

a. Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit meliputi:

13

Triwibowo, Cecep. 2012. Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit. Yogyakarta: Nuha Medika hal. 52


(32)

19

1) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan penduduk serta karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan;

2) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan domestik rata-rata bruto;

3) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama (Rumah Sakit,Puskesmas Rawat Jalan, Rawat Inap), angka kematian (Gross Death Rate, Net Death Rate), angka persalinan, dan seterusnya;

4) Sarana dan prasanakesehatan yang mempertimbangkan jumlah,jenis dan kinerja layanan kesehatan, jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah dan jenis layanan penunjang (canggih, sederhana dan seterusnya);

5) Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah pembangunan sector non-kesehatan, kebijakan sector kesehatan dan perumah sakitan.

b. Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang diberikan, meliputi:

1) Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan, jenis layanan dan fasilitas lain dengan mengacu darikajian kebutuhan dan permintaan (program fungsi dan program ruang);

2) Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan layanan;


(33)

20

3) Tenaga/sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan tenaga dan kualifikasi;

4) Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana investasi.

c. Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:

1) Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan pendapatan yang mengacu dari perkiraan jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur;

2) Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap dengan mengacu pada perkiraan sumber daya manusia.

a) Proyeksi arus kas (5-10 tahun) b) Proyeksi laba/rugi (5-10 tahun)

2. Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.

3. Status kepemilikkan, Rumah sakit dapat didirikan oleh:

a. Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum.

b. Pemerintah Daerah, harus berbentuk lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah.


(34)

21

c. Swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang perumah sakitan.

1) Badan hukum dapat berbentuk Yayasan, Perseroan terbatas, Perkumpulan dan Perusahaan Umum.

2) Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri harus mendapat reomendasi dari instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri.

4. Persyaratan pengolahan limbah, meliputi Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Luas tanah dan sertifikasinya, luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat minimal 1 ½ (satu setengah) kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar. Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuang peraturan perundang-undangan.

6. Penamaan Rumah Sakit:

a. harus menggunanakan bahasa Indonesia.

b. tidak boleh menambahkan kata “internasional”, kelas dunia”, “worls class”, “global” dan/atau kata lain yang dapat menyesatkan bagi masyarakat.

7. Memiliki izin Undang-Undang Gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin penggunaan bangunan (IPB), dan Surat Izin Tempat


(35)

22

Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.14

2.7.2 Izin Operasional Rumah Sakit

Izin operasional rumah sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah persyaratan dan standar. Rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan lain akan mendapat izin operasional setelah memenuhi persyaratan tertentu dan izin itu harus diperbaharui dalam kurun waktu tertentu. Mekanisme perizinan belum menjamin sepenuhnya kompetensi layanan kesehatan yang ada atau mutu layanan kesehatan fasilitas kesehatan tersebut.15

Menurut lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No. 147 Tahun 2010 untuk mendapatkan izin operasional rumah sakit harus memiliki persyaratan:

1. memiliki izin mendirikan;

2. Sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latiham,ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit, ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengelolaan sampah, dan pelataran parker yang mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

3. Peralatan

a. tersedia dan berfungsinya peralatan atau perlengkapan medik dan non medik untuk penyelenggraan pelayanan yang memenuhi syarat pelayanan,

14

Triwibowo, Cecep. 2012. op.cit. hlm. 54-58

15

Pohan S. Imbalo. 2004. Jaminan Mutu Kesehatan: Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC. hal. 73


(36)

23

persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

b. memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku untuk peralatan tertentu, misalnya: penggunaan peralatan radiologi harus mendapatkan izin dari Bapeten.

4. Sumber daya manusia, tersedianya tenaga medis dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan klasifikasinya.

5. Administarsi manajemen

a. memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit, unsure pelayanan medis, unsure keperawatan, unsure penunjang medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.

b. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumah sakitan.

c. tenaga structural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia.

d. pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit. e. membuat daftar medis yang melakukan praktirk kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

f. memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital by laws dan medical staf by laws).


(37)

24

2.8 Tata Ruang

Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya Land use adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK)16.

Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

Ketentuan mengenai tata ruang kawasan perkotaan dan/atau rencana bangunan dan lingkungan. Tata ruang dan lokasi juga diatur pada UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang tertuang pada Pasal 26 Ayat (3) yang menyatakan bahwa rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan.

Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga perlu lebih diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut:

1. Perumahan dan permukiman 2. Perdagangan dan jasa

3. Industri

16

Hasni. Hukum Penataan Ruang Dan Penatagunaan Tanah. .Raja Grafindo Persada.Jakarta. 2008.hal 119


(38)

25

4. Pendidikan

5. Perkantoran dan jasa 6. Terminal

7. Wisata dan taman rekreasi 8. Pertanian dan perkebunan 9. Tempat pemakaman umum 10.Tempat pembuangan sampah

Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkotaan yang tidak diikuti adalah kesemrawutan kawasan mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh yang berdampak kepada gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya mengatasi dampak lingkungan yang berimplifikasi kepada kesehatan, sulitnya mengatasi kebakaran bila terjadi kebakaran.


(39)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Peneliti menggunakan pendekatan masalah dengan cara normatif empiris. Suatu penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakkukan berdasarkan bahan hukum utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum.1

Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau antara hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

Penggunaan kedua macam pendekatan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian guna penulisan skripsi ini.

1

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Citra Aditya Bakti hlm.135


(40)

27

3.2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan. Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder.

3.2.1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh penulis dari hasil studi dan penelitian di lapangan. Data primer ini akan diambil dari hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala/petugas Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo, untuk mencari masukan-masukan, saran-saran dan tanggapan atas peran Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam pemberian izin mendirikan RSUD Tjokrodipo.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur, dan perundang-undangan. Data sekunder ini mengasilkan bahan hukum sekunder.2

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka, terdiri dari :

1. Bahan Hukum Primer yaitu, hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peaturan-peraturan lainnya, antara lain:

a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 147/MENKES/PER/I/2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit;

2


(41)

28

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit;

c. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti literatur-literatur, makalah-makalah dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

3. Bahan Hukum Tersier, seperti kamus-kamus yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan studi pustaka dan studi lapangan.

a) Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan kekuatan pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan pokok bahasan dan ruang lingkup penelitian ini.

b) Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan responden yang telah direncanakan sebelumnya. Metode yang dipakai adalah pengamatan langsung


(42)

29

dilapangan serta mengajukan pertanyaan yang disusun secara teratur dan mengarah pada terjawabnya permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

Dengan penentuan narasumber yaitu 1 orang kepala/petugas Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 1 petugas RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo.

3.3.2 Metode Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.

b) Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

c) Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.

3.4 Analisis Data

Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada maka data tersebut perlu dianalisis. Pada penelitian ini data dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dihasilkan dari penelitian dilapangan kedalam bentuk penjelasan dengan cara sistematis sehingga memiliki arti dan dapat dirangkum guna pembahasan pada bab-bab selanjutnya.3

3


(43)

44

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Dasar hukum pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung diatur dalam Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 147 Tahun 2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit.

Pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung dilakukan dengan cara :

1. Mempelajari syarat-syarat Izin Mendirikan Rumah Sakit dan Izin Operasional Rumah Sakit Tipe C yang telah dipenuhi tim pemohon pembangunan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo. Kunjungan ke lokasi RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh tim visitasi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh bidang Bina Pelayanan Kesehatan dan Rujukan, apabila telah memenuhi syarat mengenai kelengkapan izin, maka Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung memberikan rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung.


(44)

45

2. Faktor penghambat Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam Pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung dikarnakan kurang adanya pegawai yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengetahuan yang dimiliki pegawai mengenai rekomendasi izin rendah, tuntutan tim pemohon pembangunan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo agar tim visitasi cepat menyelesaikan penilaian terhadap kelengkapan syarat-syarat, lambatnya tim pemohon pembangunan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo dalam menyelesaikan kekurangan syarat-syarat dan kurangnya sarana dan prasarana untuk menyelesaikan pemeriksaan dilapangan mengenai pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mencoba memberikan saran bagi pihak-pihak terkait demi perbaikan di masa yang akan datang sebagai berikut :

Sebaiknya, tim visitasi dalam melaksanakan tugas pemberian rekomendasi izin pendirian rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya harus dibekali dengan pengetahuan tentang perizinan, sarana dan prasarana ditambah dan dilengkapi. Sehingga tim visitasi mengetahui apa yang menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya dan pekerjaan menjadi lancar serta selesai tepat waktu.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir, Muhammad. r. 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti

Effendi, Taufiq. 2004. Tingkatkan Pelayanan Publik. Jakarta: Suara Pembaruan. Hadjon, Philipus M. 1992, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Air Langga

Indonesia. Surabaya

Hasni, 2008, Hukum Penataan Ruang Dan Penatagunaan Tanah. .Raja Grafindo Persada.Jakarta

Mr. N. M. Spelt dan Prof. J. B. J. Ten Berge. 1992. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Surabaya: Yuridika Pratama

Pohan S. Imbalo. 2004. Jaminan Mutu Kesehatan: Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC.

Prabowo,Cecep. 2012, Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit, Sebuah Kajian Hukum Kesehatan. Cetakan Pertama, Jogjakarta: Nuha Medika

Purdyatmoko, Y Sri, 2009, Perizinan: Problem dan Upaya Pembenahan, Yogyakarta:Grasindo

Purwadarminta, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka Ridwan HR dan SF Marbun, 2001, Hukum Administrasi Negara, Jakarta:

Rajawali press

Sjachran, Basah, 1998, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Jogjakarta: Pustaka Pelajar


(46)

Sudirjo, Prajudi Atmo, 2008, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia,

Sutedi, Adrian. 2010, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta:Sinar Grafika.

Utama, I Made Arya, Hukum Lingkungan: Sistem Hukum Perizinan Berwawasan Lingkungan Untuk Pembangunan Berkelanjutan,Pustaka Sutra,

Wikanji, Ardo dan Tim Saujana Media. 2012, Kamus Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147 Tahun 2010 tentang Perizinan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2264 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Perizinan Rumah Sakit.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Provinsi Lampung Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah.


(1)

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit;

c. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti literatur-literatur, makalah-makalah dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

3. Bahan Hukum Tersier, seperti kamus-kamus yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan studi pustaka dan studi lapangan.

a) Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan kekuatan pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan pokok bahasan dan ruang lingkup penelitian ini.

b) Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan responden yang telah direncanakan sebelumnya. Metode yang dipakai adalah pengamatan langsung


(2)

29

dilapangan serta mengajukan pertanyaan yang disusun secara teratur dan mengarah pada terjawabnya permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

Dengan penentuan narasumber yaitu 1 orang kepala/petugas Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 1 petugas RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo.

3.3.2 Metode Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.

b) Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

c) Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.

3.4 Analisis Data

Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada maka data tersebut perlu dianalisis. Pada penelitian ini data dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dihasilkan dari penelitian dilapangan kedalam bentuk penjelasan dengan cara sistematis sehingga memiliki arti dan dapat dirangkum guna pembahasan pada bab-bab selanjutnya.3

3


(3)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Dasar hukum pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung diatur dalam Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 147 Tahun 2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit.

Pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung dilakukan dengan cara :

1. Mempelajari syarat-syarat Izin Mendirikan Rumah Sakit dan Izin Operasional Rumah Sakit Tipe C yang telah dipenuhi tim pemohon pembangunan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo. Kunjungan ke lokasi RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo oleh tim visitasi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh bidang Bina Pelayanan Kesehatan dan Rujukan, apabila telah memenuhi syarat mengenai kelengkapan izin, maka Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung memberikan rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung.


(4)

45

2. Faktor penghambat Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam Pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung dikarnakan kurang adanya pegawai yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengetahuan yang dimiliki pegawai mengenai rekomendasi izin rendah, tuntutan tim pemohon pembangunan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo agar tim visitasi cepat menyelesaikan penilaian terhadap kelengkapan syarat-syarat, lambatnya tim pemohon pembangunan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo dalam menyelesaikan kekurangan syarat-syarat dan kurangnya sarana dan prasarana untuk menyelesaikan pemeriksaan dilapangan mengenai pemberian rekomendasi izin pendirian RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mencoba memberikan saran bagi pihak-pihak terkait demi perbaikan di masa yang akan datang sebagai berikut :

Sebaiknya, tim visitasi dalam melaksanakan tugas pemberian rekomendasi izin pendirian rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya harus dibekali dengan pengetahuan tentang perizinan, sarana dan prasarana ditambah dan dilengkapi. Sehingga tim visitasi mengetahui apa yang menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya dan pekerjaan menjadi lancar serta selesai tepat waktu.


(5)

Abdulkadir, Muhammad. r. 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti

Effendi, Taufiq. 2004. Tingkatkan Pelayanan Publik. Jakarta: Suara Pembaruan. Hadjon, Philipus M. 1992, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Air Langga

Indonesia. Surabaya

Hasni, 2008, Hukum Penataan Ruang Dan Penatagunaan Tanah. .Raja Grafindo Persada.Jakarta

Mr. N. M. Spelt dan Prof. J. B. J. Ten Berge. 1992. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Surabaya: Yuridika Pratama

Pohan S. Imbalo. 2004. Jaminan Mutu Kesehatan: Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC.

Prabowo,Cecep. 2012, Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit, Sebuah Kajian Hukum Kesehatan. Cetakan Pertama, Jogjakarta: Nuha Medika

Purdyatmoko, Y Sri, 2009, Perizinan: Problem dan Upaya Pembenahan, Yogyakarta:Grasindo

Purwadarminta, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka Ridwan HR dan SF Marbun, 2001, Hukum Administrasi Negara, Jakarta:

Rajawali press

Sjachran, Basah, 1998, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Jogjakarta: Pustaka Pelajar


(6)

Sudirjo, Prajudi Atmo, 2008, HukumAdministrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia,

Sutedi, Adrian. 2010, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta:Sinar Grafika.

Utama, I Made Arya, Hukum Lingkungan: Sistem Hukum Perizinan Berwawasan Lingkungan Untuk Pembangunan Berkelanjutan,Pustaka Sutra,

Wikanji, Ardo dan Tim Saujana Media. 2012, Kamus Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147 Tahun 2010 tentang Perizinan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2264 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Perizinan Rumah Sakit.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Provinsi Lampung Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah.