PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTEK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH DINAS KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTEK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH DINAS KESEHATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

Oleh

ANDRI HOLAN FIPRO

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTEK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH DINAS KESEHATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

ANDRI HOLAN FIPRO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTEK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH DINAS KESEHATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

ANDRI HOLAN FIPRO

Saat ini pengobatan tradisonal di Kota Bandar Lampung telah menjadi pilihan alternatif khususnya untuk kalangan masyarakat menengah kebawah, karena selain biaya yang terjangkau pengobatan tradisional memang sudah menyatu dengan masyarakat Bandar Lampung sejak lama.

Pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Peyelenggaraan Pengobatan Tradisional berdasarkan Bab IV ketentuan umum Pasal 9 dimana pada ayat (1) disebutkan bahwa pengobatan tradisional yang metodenya telah memenuhi persyaratan penapisan, pengkajian, penelitian dan pengujian serta terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan dapat diberikan surat izin pengobatan tradisional (SIPT) oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan yang diberikan wewenang oleh undang-undang untuk melakukan pengembangan, pengawasan serta pembinaan terhadap keberadaan pengobatan tradisonal yang ada di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 pengobatan tradisonal yang ada di Kota Bandar Lampung berjumlah 116 pengobatan tradisional, 9 di antaranya yang telah mendapatkan SIPT (Surat Izin Pengobatan Tradisional) dan 107 yang mendapatkan STPT (Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional), sementara ada juga pengobatan tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung belum terdata oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Permasalahan yang diteliti adalah Bagaimanakah pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Faktor-faktor apakah yang menghambat dalam pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan yuridis normatif untuk memperoleh data sekunder disamping menggunakan pendekatan yuridis empiris untuk memperoleh data primer.


(4)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh suatu jawaban bahwa Pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh Keputusan Menteri R.I Nomor 1076/MENKES/SK/VII Tahun 2003 tentang Penyelenggaran Pengobatan Tradisional. namun dalam kenyataan di masyarakat masih saja terdapat beberapa pengobatan tradisional yang membuka praktek tetapi belum mendapatkan persetujuan izin praktek dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Faktor-faktor Penghambat dalam Pemberian Izin Praktek Pengobatan Tradisional ialah Masih kurang mengertinya para pengusaha praktek pengobatan tradisional untuk mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional. Dinas Kesehatan kurang mengintensifkan sosialisasi terhadap pengobatan tradisional di Kota Bandar Lampung.

Dalam hal ini peneliti memberikan saran sebaiknya Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung mengkordinir setiap Pengobatan Tradisional untuk mendapatkan izin praktek. Dengan melakukan pendaftaran serentak (bersama-sama). Sebaiknya Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung mengoptimalkan pengawasan dan pembinaan terhadap pengobatan tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung guna meningkatkan mutu, manfaat dan keamanan pengobatan tradisional.


(5)

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTEK PRAKTEK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH DINAS KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Andri Holan Fipro No. Pokok Mahasiswa : 0742011046

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Nurmayani, S.H., M.H. Sri Sulastuti,S.H.,M.H.

NIP 19611219198803 2002 NIP 19620727198705 2004

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP 19611219198803 2002


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Nurmayani

, S.H., M.H.

………..

Sekretaris/Anggota : Sri Sulastuti

, S.H., M.H.

………..

Penguji Utama : Upik Hamidah

, S.H., M.H.

………..

2. Pj. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 17 Maret 1988 dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Minoto dan Ibu Tasma Wati.

Pendidikan yang telah diselesaikan adalah Sekolah Dasar Negeri 2 PL. Bengkrung lulus pada tahun 2000. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Kota Manna Bengkulu Selatan yang diselesaikan pada tahun 2003, lalu peneliti melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota Manna Bengkulu Selatan yang diselesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2007 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Peneliti melakukan penelitian pada Pemerintah Daerah Lampung, Dinas Kesehatan Kota, dan Pengobatan Tradisional sebagai objek bahan penulis skripsi. Mengikuti Praktik Kerja Lapangan Hukum (PKLH) di Universitas Brawijaya (UNBRAW) Malang, Polda Bali, perusahan Sampoerna Surabaya, dan Perusahaan Teh Sosro Bali (2010).


(8)

MOTTO

Sebaik-baik kamu adalah orang yang

belajar Al-Qur an dan mengajarkannya

(HR. Bukhari)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

(Qs Al insyiroh 6-8)

Taqwalah kepada Allah dimana saja engkau berada,

dan ikutilah segera perbuatan jahat dengan kebaikan,

karena ia akan menghapuskannya,

dan bergaulah sesama manusia dengan

budi pekerti yang baik

(HR. Tirmidzi)


(9)

PERSEMBAHAN

Segala puji kepada Allah, Robb yang telah memberiku peluang

kebaikan sehingga dapat mempersembahkan sebuah karya

khusus untuk ibu dan ayah yang senantiasa

mendo akan dari kejauhan,

menanamkan kasih sayang, serta Seluruh keluargaku dan saudara,

Semua teman-teman terdekatku yang selalu berdo a

dan memberikan semangat kepadaku tanpa lelah.

Teman terdekatku Octa Riandha yang selalu berdo a

dan memberikan semangat untuk keberhasilanku.

Semoga Allah membalas semua itu dengan

kemuliaan di dunia dan keutamaan di akhirat.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan Ridho Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan judul Pelaksanaan Pemberian Izin Praktek Pengobatan Tradisional Oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung”.

Berbagai rintangan, halangan, dan hambatan telah peneliti rasakan dan lewati dalam menyelesaikan skripsi ini. Bantuan, dorongan, motivasi, masukan dan saran yang diberikan merupakan penawar rasa frustasi yang sempat mewarnai hari-hari peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini, meski tak mampu membalas segala yang terbaik atasa segala yang mereka berikan, izinkan peneliti untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Nurmayani, S.H.,M.H., S.H.,M.H selaku Pembimbing I, yang sudah sudi memberi perhatian dan waktunya, serta bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Sri Sulastuti, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan banyak bantuan, semangat, motivasi, masukan dan saran yang sangat berharga, dan selalu sabar serta tulus memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

3. Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H., selaku Pembahas I, yang telah banyak memberikan kritikan, saran, dan masukan yang sangat berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Agus Triono, S.H.,M.H., selaku pembahas II yang telah banyak memberikan kritikan, saran, masukan dan arahan yang sangat berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Nurmayani, S.H.,M.H., selaku ketua Bagian Hukum Administrasi Negara, terima kasih atas segala bantuan selama menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

6. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung, DR. Heryandi, S.H.,M.S., beserta jajarannya yaitu Bapak/ Ibu Pembantu Dekan (PD) I, PD II dan PD III atas segala bantuan baik langsung maupun tidak langsung selama mengikuti pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7. Pembimbing Akademik Bapak Muhtadi,S.H.,M.H. terimakasih atas bimbingan selama peneliti menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Unila yang telah memberikan ilmunya dengan ikhlas dan seluruh Staff yang juga tidak kalah pentingnya membantu menyelesaikan skripsi ini.

9. Ibu Hera, dan Mas Marlan, Mas Misyo, dan semua staff karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

10. Ibunda tersayang Tasma Wati dan Ayahanda tercinta Minoto atas do’a dan


(12)

membalas tiap tetesan peluh, segala perhatian dan kasih sayang dengan sebaik-baik balasan berupa Ridho dan kasih sayang Allah SWT. Sembah sujud ananda

haturkan, seraya memohon ridho dan do’a semoga keberhasilan ananda ini

menjadi bekal meniti kehidupan yang lebih baik dalam mewujudkan keinginan Ibunda dan Ayahanda terkasih.

11. Keluarga tercinta, Indo Ahmad Zaki AL Fazri (Donga), Yoka Afrisa (Adek), Kakek dan Nenekku, sepupuku Delvi, Sepupuku Jan, Mbak Li dan Kak Fei, wak Darmin Laki dan wak Darmin Perempuan, terima kasih atas do’a, dukungan dan

semangat yang diberikan.

12. Seseorang yang mengisi hari-hari penulis (Octa Riandha), terima kasih atas dukungan, motivasi, perhatian dan ketulusan kasih sayang yang pernah tercurah kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Keluarga kecilku di kosan untuk Mami, Batin Zen, Emak Tinem, Daing Bohari, Abah Dayat, Kak Is, Daing Miswan, Daing Nur, Atu, Mbak Diana, Mbak Suci, Umi, Ibu Sari, terima kasih atas dukungan dan semangat buat saya, selama menuntut ilmu di Universitas Lampung, Semoga ALLAH,SWT membalas kebaikan kalian semua (AMIN).

14. Teman-teman seperjuangan, Aldi Brother, Anda Sondrong, Aan Bakre LBH, Bank New Asiik (tapi singutan), Remi Marinir, Silo, Panjul ivan, Heru Onderdil, Yogi Kibo, Apri Jabung, Toni Hock, Seto, Rangga, Veno, Komeng, Eko, Adi Metro, Dendi, Andri Om, Tebo, Agil, Didon, Eko Inter, Bangkit Messi, Rendi, Wahyu, Furqon, Inez Vania Herrera, Elida Santa, Ariska Pratiwi, Nedi (Cie’), Dion


(13)

Bengkulu, M. ilham, Fani, Rivan, Oki, Hasan, Fajri UM, Novan, Yuza, Nobrian Kodoy, Nay, Didit, Adit KoBum.

15. Teman Liqo Hukum 07 K’ Redi (Murobhi), Ahmad Taufan Taufani (Ketua), Soni Kesatria,(Bendahara), Mas Angga, (Sekjen), AhmadRifa’i, Mas Tri, Dimas, Pieter, Fandi (Gepeng), Alfero, idung, Fazri, Imam, Supriyadi, Mufli, M. Kurniawan, Deni, Susanto, Jimi.

16. Semua pihak yang belum tertulis namanya yang saya yakin bantuannya begitu besar. Peneliti tidak akan mampu membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Dengan tulus peneliti mengucapkan terima kasih atas segala bentuk bantuan yang diberikan, kritik, dan saran baik secara langsung ataupun tidak langsung. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan sebaik-baik balasan berupa limpahan kesehatan, dibukakan pintu rezeki, dimudahkan dan dilancarkan dalam segala urusan. Semoga tali ikhuwah diantara kita tetap erat dan semoga kita semua dipertemukan kembali dalam

keridho’an-Nya. Amiin.

Bandar Lampung, 6 Februari 2012 Peneliti


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang...1

B. Permasalahan dan ruang lingkup ...8

C. Tujuan dan kegunaan penelitian ...9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pelaksanaan...10

B. Pengertian Izin... ...14

C. Pengertian pengobatan tradisional ...17

D. Prosedur pemberian izin pengobatan tradisional ...21

E. Dasar Hukum Pelaksanan Pemberian Izin Praktek Pengobatan Tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung...22

F. Dasar hukum pemberian izin Surat Izin Pengobatan Tradisional (SIPT) dan Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional (STPT) ...23

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan masalah ...25

B. Sumber Data...26

C. Analisis Data...28

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ...29

1. Kedudukan,Tugas Pokok, Dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung………..29

2. Susunan Organisasi………...30

3. Uraian Tugas Unsur Dinas………32

4. Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung………34

5. Ketentuan dalam menyelenggarakan praktek pengobatan tradisional………..35

6. Subjek dan Objek dari Pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung………..36


(15)

B. Pelaksanaan Pemberian Izin Praktek Pengobatan Tradisional

Oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 41 1. Klasifikasi dan Jenis Pengobatan Tradisional……….41

2. Syarat Pemberian Izin Praktek Pengobatan Tradisional

Oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung………...46

3. Pelaksanaan Pemberian Izin Praktek Pengobatan

Tradisional Oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung……....48

C. Faktor-faktor Penghambat dalam Pemberian Izin Praktek Pengobatan Tradisional Oleh Dinas Kesehatan Kota

Bandar Lampung... 49 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 51 B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan peluang, aparatur pemerintah hendaknya bisa memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, berorientasi kepada kebutuhan dan kepuasan penerima pelayanan sehingga dapat bersaing dalam pemberian pelayanan publik. Berlakunya ketentuan Undang-Undang No.12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang-Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah diharapkan dapat memberikan dampak yang luas terhadap pelayanan kepada masyarakat. Adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang dikehendaki undang-undang tersebut memungkinkan terjadinya pada pelanggaran jalur birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah daerah dalam melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan pelayanan publik.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan otonomi kepada daerah dengan didasarkan kepada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas nyata dan bertanggung jawab. Juga mengandung konsekuensi adanya kewenangan pemerintah daerah Kabupaten /Kota untuk menyelenggarakan di bidang pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia tidak mungkin terjadi tanpa disertai dengan usaha dan kerja keras.


(17)

2

Agar dapat bekerja dengan maksimal tentunya dibutuhkan kondisi fisik yang baik. Berbagai usaha ditempuh manusia untuk mempertahankan kondisi ini. Salah satunya dengan mengkonsumsi obat yang berkasiat meningkatkan daya tahan tubuh. Sediaan bahan alam sebagai warisan budaya nasional bangsa Indonesia dirasa cukup berperan dalam pola kehidupan masyarakat dari sisi kesehatan maupun perekonomian.

Masyarakat terbiasa menggunakan sediaan obat bahan alam dan semakin percaya akan kemanfaatannya bagi kesehatannya. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang dimaksudkan dalam pembukaan UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional.

Otonomi daerah adalah hak dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Dalam urusan kesehatan pemerintah pusat telah melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (1) huruf (e) Tentang Pemerintahan Daerah, yang menerangkan bahwa penanganan bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang diselenggarakan dan diatur oleh pemerintah daerah yaitu dinas kesehatan kota yang mencakup skala Kabupeten/kota, dengan kewenangan yang seluas-luasnya serta nyata dan bertanggung jawab yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat.


(18)

3

Penyelenggaraan urusan pemerintah yang bersifat wajib berpedoman pada standar pelayanan minimum dan dilaksanakan secara bertahap serta telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Bidang kesehatan merupakan kewenangan wajib pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana digariskan pada Pasal 13 huruf (e) dan Pasal 14 huruf (e) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Pembangunan kesehatan yang tertera dalam GBHN adalah meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana terutama melalui upaya pencegahan dan peningkatan upaya pemerataan pelayanan kesehatan agar terjangkau oleh masyarakat sampai kepelosok pedesaan, maka upaya pengobatan tradisional merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai pendamping pengobatan modern.

Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern.

Pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga memegang peranan utama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman obat merupakan unsur penting dalam meningkatkan kemampuan individu atau keluarga untuk memperoleh hidup sehat.

Pengobatan secara tradisional di Indonesia telah berkembang selama berabad-abad sehingga merupakan kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia.


(19)

4

Pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya pengobatan dan/atau perawatan cara lain diluar ilmu kedokteran dan atau ilmu perawatan, yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.

Pengobatan tradisional di Indonesia banyak ragamnya. Cara pengobatan tersebut telah lama dilakukan. Ada yang asli dari warisan nenek moyang yang pada umumnya mendayagunakan kekuatan alam, daya manusia, ada pula yang berasal dari luar Indonesia.

Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobat tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional. Jamu/obat tradisional adalah ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil-hasilnya atau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara tradisional dapat dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk memelihara kesehatan.

Pengobatan tradisional yang dapat dipertangung jawabkan manfaat dan keamanannya perlu terus dibina, ditingkatkan, dikembangkan dan diawasi oleh pemerintah untuk digunakan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.


(20)

5

Melihat kenyataan disekitar masyarakat oleh adanya tenaga dokter sebagai pelaksana pengobatan dan pengobatan dari barat atau pengobatan tradisional pasti mendapat termpat di hati masyarakat Indonesia pada umumnya. Untuk dapat dimanfaatkannya pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan, banyak yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang sangat penting adalah upaya standarisasi. Diharapkan, dengan adanya standarisasi ini bukan hanya mutu pengobatan tradisional saja yang akan dapat ditingkatkan, tapi yang terpenting tidak munculnya berbagai efek samping yang secara medis tidak dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat dihindari.

Dalam pengobatan tradisional standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal (Clinical Practice Guideline, 1990). Standar menunjukkan pada tingkat ideal tercapai tersebut tidaklah disusun terlalu kaku, tetapi masih dalam batas-batas yang dibenarkan disebut dengan nama toleransi.

Izin memiliki pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas, izin dalam arti sempit merupakan peningkatan-peningkatan aktifitas-aktifitas pada suatu peraturan izin yang pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Sedangkan izin dalam arti luas meliputi; dispensasi, yaitu suatu pernyataan dari pejabat bahwa ketentuan perundang-undangan tidak berlaku dengan sebuah permohonan; Lisensi yaitu izin yang bersifat komersil dan mendatangkan keuntungan; Kosensi yaitu sebuah penempatan yang memungkinkan konsesionaris bisa mendapatkan dispensasi izin dan lisensi dan


(21)

6

juga mendapatkan wewenang pemerintah (N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berge;1993;2).

Izin merupakan instrumen yang paling sering digunakan pemerintah yang berguna untuk mengendalikan perilaku masyarakat juga memeberikan pembatasan-pembatasan. Salah satu izin pengobatan tradisional yang menjadi kewenangan dari pemerintah daerah . Izin pengobatan tradisional mempunyai arti sangat penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

Syarat suatu standar yang baik dipandang cukup penting adalah : 1. Bersifat jelas

Artinya dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.

2. Masuk akal suatu standar yang tidak masuk akal, bukan saja akan sulit dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para profesional.

3. Mudah dimengerti

Suatu standar yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga sulit terpenuhi.

4. Dapat dipercaya

Tidak ada gunanya menentukan standar yang sulit karena tidak akan mampu tercapai. Karena itu sering disebutkan, dalam menentukan standar, salah satu syarat yang harus dipenuhi ialah harus sesuai dengan kondisi organisasi yang dimiliki (Sumber di akses dari http://www.Hukumonline.com/a/index =com pada tanggal 1 Maret 2011 pukul 10.00 WIB).

Upaya pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang peyelenggaraan pengobatan tradisional berdasarkan Bab IV ketentuan umum Pasal 9 dimana pada ayat (1) disebutkan


(22)

7

bahwa pengobatan tradisional yang metodenya telah memenuhi persyaratan penapisan, pengkajian, penelitian dan pengujian serta terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan dapat diberikan surat izin pengobatan tradisional (SIPT) oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Penyelengaraan pemberian izin pengobatan tradisional dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional. Dalam pemberian izin praktek pengobatan tradisional kewenangannya berada di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan Keputusan Menteri Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang wewenang penetapan izin dibidang kesehatan, sehingga Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung berwenang penuh untuk memberikan atau menolak izin tersebut dengan memberikan alasan apabila surat izin pengobatan tradisional tersebut ditolak.

Saat ini pengobatan tradisonal di Kota Bandar Lampung telah menjadi pilihan alternatif untuk khususnya kalangan masyarakat menengah kebawah hal ini karena selain biaya yang terjangkau pengobatan tradisional memang sudah menyatu di masyarakat Bandar Lampung sejak lama. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan yang diberikan wewenang oleh undang-undang dituntut untuk melakukan pengembangan, pengawasan serta pembinaan terhadap keberadaan pengobatan tradisonal yang ada di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 pengobatan tradisonal yang ada di Kota Bandar Lampung berjumlah 116 pengobatan tradisional, 9 di antaranya yang telah mendapatkan SIPT (Surat Izin Pengobatan Tradisional) dan 107 hanya mendapatkan STPT


(23)

8

(Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional), sementara ada juga pengobatan tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung belum terdata oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung (data Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Maret 2011).

Dengan adanya sistem perizinan maka pengobatan tradisional dapat diatur penempatannya karena banyak praktek pengobatan tradisional yang belum mendapatkan izin, oleh karena itu fungsi dari izin merupakan pengontrol dari aktifitas-aktifitas masyarakat, peneliti tertarik untuk membahas tentang

Pelaksanaan Pemberian Izin Praktek Pengobatan Tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan terdahulu maka yang menjadi penelitian dalam penulisan laporan ini adalah :

a. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ?

b. Faktor-faktor apakah yang menghambat dalam pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup ini, pada dasarnya merupakan bagian dari kajian hukum administrasi negara, khususnya kajian dari hukum administrasi daerah pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Ruang lingkup dalam penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bandar Lampung.


(24)

9

C. Tujuan dan Kegunan Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitin ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2. Kegunan Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori, konsep, asas dan landasan yang ada, khususnya terkait dengan izin praktek pengobatan tradisional di Kota Bandar Lampung.

b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi dalam bidang ilmu hukum khususnya bidang anministrasi negara mengenai kesehatan masyarakat.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan

1. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegitan,sedangkan pelaksanan menurut Kamus Bahasa indonesia adalah hal-hal yang berkenaan dengan melaksanakan (Bambang Martijianto. 1992:345). Pengertian lain tentang pelaksanaan, yaitu suatu proses, cara, perbuatan melaksanakan, rancangan, keputusan dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia.2003:627).

Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah perbuatan yang diperlukan dalam rangka usaha untuk melaksanakan tercapainya tujuan. Menurut Sondang P. Siagian pelaksanaan yaitu jika suatu rencana realistis, praktis dan

pragmatis telah disusun, dan jika program kerja yang “achivement oriented” telah dirumuskan maka tinggalah pelaksanaannya (Sondang P. Siagian).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan itu suatu rencana yang telah disusun sebelumnya untuk mencapai tujuan program kerja yang akan dikerjakan dikemudian hari. Jika dikaitkan dengan judul skripsi ini maka pelaksanaan dapat diartikan perbuatan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dalan hal ini Pelaksanaan Pemberian Izin Pengobatan Tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.


(26)

11

2. Pelaksanaan Pelayanan Pemerintah

Pemerintah merupakan suatu lembaga yang dibentuk oleh suatu sistem untuk menjalankan fungsi-fungsi sistem dan pemerintahan. Tugas pemerintah pada intinya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pemerintah, sistem badan atau orang elit yang melakukan pekerjaan mengatur dan mengurus dalam suatu sistem. Sedangkan pemerintahan, berarti perihal, cara, perbuatan, atau urusan dari badan yang berkuasa dan memiliki legitimasi tersebut

(Syafi’I, 1998:15).

Dalam manajemen pemerintahan yang baik dan benar, pemerintah jangan hanya sebagai penjaga malam yang mementingkan ketertiban tetapi lupa pada ketentraman, yang hanya mampu berkuasa tetapi tidak mampu melayani.

Menurut Syafi’ie (1998:16) di dalam kata dasar “perintah” paling sedikit ada

empat unsur penting yang terkandung, yaitu sebagai berikut:

a. Ada dua pihak yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan pihak yang di perintah disebut rakyat.

b. Pihak yang memerintah memiliki kewenangan dan legitimasi untuk mengatur dan mengurus rakyat.

c. Pihak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada pemerintah yang sah.

d. Antara pihak yang memerintah dan pihak yang diperintah terdapat hubungan timbal balik, baik secara sistem vertikal maupun horizontal.


(27)

12

Menurut Samuel Edward Finer sebagaimana dikutip oleh Syafi’I (1998:18)

pemerintah harus mempunyai kegiatan terus menerus (process), wilayah sistem tempat kegiatan itu berlangsung (state), pejabat yang memeintah (the duty) dan cara, metode serta sistem (manner, method and system) dari pemerintahan terhadap masyarakatnya.

Menurut Atmosudijro (1982:8) tugas pemerintahan antara lain adalah tata usaha sistem, rumah tangga sistem, pemerintahan, pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup. Sebagai badan yang penting dalam rangka pemerintahannya, pemerintah mesti memperhatikan ketentraman dan ketertiban umum, tuntutan dan harapan serta pendapat rakyat, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, pengaruh lingkungan, pengaturan, komunikasi, peran serta seluruh lapisan masyarakat dan legitimasi.

Lebih lanjut Rasyid (1998:139) menjelaskan bahwa pemerintahan pada hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat. Dalam memberikan pelayanan, aparat, pemerintah haruslah berdasarkan pada peraturan, tata cara, dan syarat-syarat tertentu, yang kesemuanya itu bukan hanya diperuntukkan dan ditaati oleh masyarakat, tetapi juga harus ditaati oleh aparat pemerintah selaku pelayan masyarakat.

Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan secara langsung oleh pemerintah ataupun diserahkan kepada pihak swasta. Barangkali langkah yang perlu dipertimbangkan oleh aparatur pemerintah dalam pelayanan kepentingan umum, adalah bagaimana meningkatkan kepedulian terhadap


(28)

13

masyarakat banyak, dan untuk itu kualitas aparatur, kewibawaan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam suatu kerangka berfikir yang berorientasi kepada pengabdian didedikasi oleh loyalitas sebagai aparatur akan lebih relevan dengan kondisi yang bakal dihadapi (Widjaja, 1994:98).

Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat biasanya mempunyai ciri utama berupa tingginya tingkat intervensi dari birokrasi yang mengakibatkan timbulnya suatu pelayanan yang prosesnya berbelit-belit, lamban dan terkesan kaku. Birokrasi dalam pelayanan pemerintah selalu terikat dengan peraturan formal, sehingga sulit untuk melakukan perubahan, dan jika ada suatu perubahan harus dilakukan berdasarkan suatu ketentuan yang formal pula. Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat enggan untuk berurusan atau mengurus segala keperluan yang berhubungan dengan birokrasi pemerintah, sehingga mereka lebih tertarik untuk mengurus keperluaanya kepada pihak swasta. Untuk itu, sudah saatnya pemerintah lebih meningkatkan mutu pelayanannya kepada masyarakat dengan menganut sistem pelayanan yang cepat, praktis dan biaya yang terjangkau.

B. Pengertian Izin

Izin mempunyai arti yang sangat luas tergantung dari sudut mana sesorang memberikan batasan tentang izin. Dapat dikatakan izin apabila pembuat peraturan secara umum tidak melarang suatu perbuatan asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Menurut E. Utrecth, dikatakan izin bilamana pembuat peraturan tidak melarang suatu perbuatan tetapi memperkenankannya asal saja diadakan atau dilakukan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan (Bachsan Mustafa,1982:81).


(29)

14

W.F Prins menyatakan bahwa izin adalah pernyataan yang biasa dikeluarkan sehubungan dengan suatu perbuatan pada hakeketnya harus dilarang, tetapi hal yang menjadi objek dari perbuatan tersebut menurut sifatnya tidak merugikan dan perbuatan itu dapat dilaksanakan asal saja dibawah pengawasan alat-alat perlengkapan administrasi negara, (Soehino,1984:79). Oleh karena itu, pengertian izin pada hakeketnya juga mencakup pernyataan mengabulkan, menyetujui atau membolehkan terhadap suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh seseorang, dan pernyataan mengabulkan tersebut berasal dari alat-alat perlengkapan administrasi negara yang dilaksanakan atas dasar wewenang khusus yang diberikan padanya. Izin yang diberkan oleh alat-alat perlengkapan administrasi dapat disertai dengan syarat-syarat tertentu.

Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin juga dapat diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan. Adapun pengertian perizinan adalah suatu bentuk pelaksanaan fungsi peraturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimilki tau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan.


(30)

15

Dengan memberi izin, penguasa memperkenalkan orang yang memohonnya untuk melakukan tidakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang demi memperhatikan kepentingan umum yang menharuskan adanya pengawasan. Ateng syafrudin menyatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh, atau opheffing van algemence verbodregel in het concrete geval, (sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret).

Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasakan peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.

N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berge membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit, yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang paling bayak dgunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu meyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya


(31)

16

dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.

Selanjutnya N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berge, mendefinisikan izin dalm arti sempit yakni pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginannya pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tidakan-tindakan yang boleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya. Hal yang pokok pada izin (dalam arti sempit) ialah bahwa suatu tindakan dilarang , terkecuali di perkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutan dengan perkenan dapat dengan teliti di berikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memeberikan perkenan dalam keadaaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan dalam cara tertentu (dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan).

Van De Vot menyatakan bahwa izin adalah apabila sikap batin si pembuat undang terhadap perbuatan atau tingkah laku yang diatur dalam undang-undang itu sendiri adalah pada prinsipnya tidak melarang atau memperdulikan, acuh tak acuh hanya saja dalam hal-hal yang konkrit dimana perbuatan itu dilakukan terhadap campur tangan dari penguasa yang berwenang oleh aturan dari undang-undang tadi untuk membuat peraturan hukum inkonkreto (Soehino, 1984:3).


(32)

17

Jadi, dari beberapa uraian di atas kiranya dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian izin pada hakekatnya ada dua, yaitu bahwa izin adalah suatu larangan dan yang kedua izin adalah perbuatan yang tidak dilarang tetapi dalam pelaksanaanya memerlukan pengawasan dari perangkat administrasi negara. C. Pengertian Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa dibutuhkan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, memelihara keindahan tubuh dan kebugaran untuk mengobati penyakit, dengan kemajuan teknologi maka keinginan masyarakat untuk menggunakan pengobatan tradisional meningkat, maka untuk melindungi masyarakat dari obat tradisional yang tidak tepat atau merugikan kesehatan.

Berikut adalah klasifikasi dan jenis pengobatan tradisonal :

1. Battra Keterampilan adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan/atau perawatan tradisonal berdasarkan keterampilan fisik dengan menggunakan anggota gerak dan/atau alat bantu lain, antara lain:

a. Battra Pijat Urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan atau perawatan dengan cara mengurut dan atau memijat bagian atau seluruh tubuh. Tujuannya untuk menyegarkan relaksasi otot menghilangkan letih, juga untuk mengatasi gangguan kesehatan atau menyembuhkan suatu keluhan penyakit memijat ini dapat digunakan dengan jari tangan, telapak


(33)

18

tangan, siku, lutut, tumit, atau dibantu alat lain. Pijat yang dilakukan oleh dukun, tukang urut pijat, pijat tunanetra, dan sebagainya.

b. Battra Patah Tulang adalah seseoarang yang memberikan pelayanan pengobatan atau perawatan patah tulang dengan cara tradisioanal. Disebut dukun potong (madura), sangkal putung (jawa), Sandro Pauru (sulawesi Selatan).

c. Battra Sunat adalah sesorang yang memberikan pelayanan sunat (sirkumsi) secara tradisional battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong supit (yogya), Bengkong (jawa barat). Asal keterampilan umumnya diperoleh secara turun temurun.

d. Battra Dukun Bayi adalah seseorang yang memberikan pertolongan persalinan ibu sekaligus memberikan perawatan kepada bayi dan ibu setelah melahirkan selama 40 hari. Di jawa barat di sebut Paraji, Dukun Rembi (madura), Balian manak (bali), sandro pammanak (Sulawesi selatan), sandro bersalin (Sulawesi tengah), Suhu Batui di Aceh.

e. Battra Pijat Refleksi adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan cara pijat dengan jari tangan atau alat bantu lainnya pada zoan-zona refleksi terutama pada telapak kaki dan telapak tangan. f. Akupresuris adalah seseoarang yang melakukan pemijat pada titik-titik

akupuntur dengan menggunakan ujung jari atau alat bantu lainnya kecuali jarum.

g. Akupunturis adalah seseorang yang melakukan pelayanan dengan perangsangan pada titik-titik akupuntur dengan cara menusukkan jarum dan sarana lain seperti elektro akupuntur.


(34)

19

h. Chiropractor adalah seseorang yang melakukan pengobatan kiropraksi (chiropractie) dengan cara teknik khusus untuk gangguan otot dan persendian.

2. Battra Ramuan adalah seseorang yang melakukan pengobatan ata perawatan tradisional dengan cara menggunakan obat atau ramuan tradisonal yang berasal dari tanaman flora, fauna, bahan mineral, air, dan bahan alam lain, antra lain: a. Battra Ramuan Indonesia (jamu) adalah seseorang yang memberikan

pelayanan pengobatan dan perawatan dengan menggunakan ramuan obat dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, dan lain-lain baik diramu sendiri maupun obat jadi tradisonal Indonesia.

b. Battra Gurah adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan cara memberikan ramuan tetesan hidung, yang berasal dari larutan kulit pohon sengguguh dengan tujuan mengobati gangguan saluran pernapasan seperti pilek, sinusitis, dan lain-lain.

c. Sihinse adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan cara memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan dengan menggunakan ramuan obat-obatan tradisional cina. Falsafah yang mendasari cara pengobatan ini adalah tao (Taoisme) dimana dasar pemikirannya adalah adanya kesimbangan unsuryindanyang.

d. Tabib adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan cara memberikan ramuan obat yang berasal dari bahan alamiah yang biasanya dilakukan oleh orang-orang India atau Pakistan.

e. Homoepath adalah seseorang yang memiliki cara pengobatan dengan menggunakan obat dan ramuan dengan dosis minimal (kecil) tapi


(35)

20

mempunyai potensi penyembuhan tinggi, dengan menggunakan pendekatan holistic berdasarkan keseimbangan antara fisik, mental, jiwa dan emosi penderita.

f. Armatherapist adalah seseorang yang memberikan perawatan dengan menggunakan rangsangan aroma yang dihasilkan oleh sari minyak murni (essential olis) yang didapat dari sari tumbuh-tumbuhan (ekstraksi dari bunga, buah, daun, biji, kulit, batang/ranting akar, getah) untuk menyeimbangkan fisik, pikiran dan perasaan.

3. Battra Pendekatan Agama adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan perawatan tradisional dengan menggunakan pendekatan agama islam, kristen, katolik, hindhu, dan Budha.

4. Battra Supranatural adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan perawatan tradisional dengan menggunakan tenaga dalam, meditasi, olah pernapasan, indra keenam (pewaskita), kebatilan dan lain-lain.

a. Tenaga Dalam (prana) adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam (bio energi, inner power) antara lain satria nusantara, merpati putih, sinlamba, patma bakhti, kalimasada, anugrah agung, yoga, sinar putih, sinar pedrak, bhakti nusa, wahyu sejati dan sebagainya.

b. Battra Paranormal adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan menggunakan kemampuan indara keenam (pewaskita). c. Reiky Master (Tibet jepang) adalah seseorang yang memberikan pelayanan


(36)

21

langsung atau tidak langsung (jarak jauh) kepada penderita dengan konsep dari jepang.

d. Qigong (cina) adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan cara menyalurkan energi tenaga dalam berdasarkan konsep pengobatan tradisional cina.

e. Battra Kebatinan adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan menggunakan kebatinan untuk menyembuhkan penyakit.

D. Prosedur pemberian izin pengobatan tradisional

Prosedur pemberian izin pengobatan tradisional ialah antara lain:

a. Pemilik pengobatan tradisional mengajukan permohonan SIPT (Surat Izin Pengobatan Tradisional) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana pengobatan tradisonal melakukan pkerjaannya.

b. Pemilik pengobatan tradisional mengajukan permohonan STPT (Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana pengobatan tradisonal melakukan pekerjaannya.

c. Di samping itu ada juga pengobatan tradisional yang di data langsung oleh Dinas Kesehatan dan diberikan SIPT (Surat Izin Pengobatan Tradisional) dan STPT (Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional).


(37)

22

E. Dasar Hukum Pelaksanaan Pemberian Izin Pengobatan Tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

Dasar hukum pelaksanaan pemberian izin pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung :

1. Pasal 59 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa :

(1) Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi:

a. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan; dan b. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.

(2) Pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis pelayanan kesehatan

tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pasal 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa :

(1) Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang.

(2) Penggunaan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan masyarakat.

3. Pasal 61 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa :

(1) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.

(2) Pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan masyarakat.


(38)

23

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pengobatan Tradisional

Pasal 9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pengobatan Tradisional di antara ialah :

(1) Pengobatan tradisional yang metodenya telah memenuhi persyaratan penafisan, pengkajian, peanelitian dan pengujian serta terbukti aman dan manfaat bagi kesehatan dapat diberikan Surat Izin Pengobatan Tradisional (SIPT) oleh Kepala Dinas Keshatan Kabupaten/Kota setempat.

(2) Akupunturis yang telah teruji kompetensi dari asosiasi/organisasi profesi dibidang pengobatan tradisonal yang bersangkutan dapat dibeikan Surat Izin Pengobatan Tradisional (SIPT) berdasarkan keputusan ini.

(3) Akupunturis sebagaiman dimaksud pada ayat (2) dapat melakukan praktik perorangan dan/ atau kelompok.

(4) Akupunturis yang telah memiliki SIPT dapat diikutsertakan disarana pelayanan kesehatan.

(5) Penetapan pengobatan tradisional lainnya yang akan diberikan izin selain dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan ditetapkan tersendiri dengan Keputusan Menteri.

5. Peraturan Walikota (Perwali) Bandar Lampung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

Pasal 25 Huruf c dan d Tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung menyebutkan bahwa :

c. Melaksanakan pengendalian dan pembinaan pemberian perizinan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional, dan kosmetika,

sertifikasi dan registrasi pelayanan kesehatan tradsional dan kosmetika. d. Memberikan rekomendasi izin industri kecil obat tradisional.


(39)

24

F. Dasar hukum pemberian izin SIPT (Surat Izin Pengobatan Tradisional) dan STPT (Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional).

Dasar hukum pemberian izin SIPT ((Surat Izin Pengobatan Tradisional) dan STPT (Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional) ialah:

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pengobatan Tradisional Pasal 11 huruf (a) yang menjelaskan sebagai berikut :

Pengobat tradisional mengajukan permohonan SIPT atau STPT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di mana pengobat tradisional melakukan pekerjaan.

G. Subyek Pelaksanaan Pemberian Izin Pengobatan Tradisional

Subyek Pelaksanaan Pemberian Izin Pengobatan Tradisional adalah Pemerintah atau Pemerintahan Daerah dalam hal ini diberikan wewenang kepada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang berdirinya sah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleeh data yang benar-benar obyektif dan dapat di pertanggung jawabkan kebenar-benaran secara ilmiah.

A. Pendekatan Masalah

Dalam rangka penelitian tentang Pelaksanan Pemberian Izin Pengobatan Tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung maka pendekatan yang ditempuh ada dua cara yaitu :

a. Pendekatan Normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami bahan-bahan kepustakaan, peraturan perundang-undangan, yang kesemuanya berhubungan dengan Pelaksanan Pemberian Izin Pengobatan Tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Di samping itu, juga mempelajari dan memahami tulisan-tulisan yang menunjang penelitian yang terdapat dalam bentuk lain.

b. Pendekatan Empiris, adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara studi lapangan untuk melihat bagaimana pelaksanaan dari Pelaksanan Pemberian Izin Pengobatan Tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.


(41)

26

B. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini data yang di perlukan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari studi lapangan, yaiu hasil wawancara dari responden, sedangkan data sekunder terdiri dari :

a. Data Primer

Data Primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa Peaturan Perundang-undangan, meliputi Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076 tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan pengobatan tradisional.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah bahan-bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan bahan hukum primer, berupa kumpulan buku-buku hukum, literatur karya ilmiah sarjana dan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :


(42)

27

a. Studi Pustaka

Studi Pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mengutip, dan membuat ikhtisar bahan hukum yang ada kaitanannya dengan pokok bahasan dari bahan-bahan berupa literatur-literatur hukum, dokumen-dokumen dan peraturan perundang-undangan.

b. Studi Lapangan

Studi Lapangan Dilakukan dengan wawancara untuk mencari data primer. Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi dengan bertanya langsung kepada Kepala Bidang Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Pengobatan tradisional yang memiliki izin praktek, dan Pengobatan tradisional yang belum mendapatkan izin praktek. Teknik yang digunakan dalam wawancara adalah wawancara langsung yang bersifat terbuka, dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang berupa pokok-pokoknya sebagai panduan yang dikembangkan pada saat wawancara.

2. Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dengan cara:

a. Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan di bahas.

b. Pemeriksaan Data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapannya serta kejelasannya.


(43)

28

c. Klasifikasi Data, yaitu data disusun menurut urutan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

D. Analisis Data

Proses analisis data adalah usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan prihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dari suatu penelitian pendahuluan. Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu rangkaian data yang telah disusun secara sistematis menurut klasifikasinya dengan memberi arti terhadap data-data tersebut menurut kenyataan yang diperoleh dari lapangan dan disusun dalam uraian kalimat-kalimat sehingga menjadi benar-benar merupakan jawaban dari permasalahan yang ada. Kemudian disusun menjadi suatu kesimpulan atas jawaban tersebut dan selanjutnya disusun saran-saran untuk perbaikan atas permasalahan yang dihadapi.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh Keputusan Menteri R.I Nomor 1076/MENKES/SK/VII Tahun 2003 tentang Penyelenggaran Pengobatan Tradisional. bagi para pemilik praktek pengobatan Tradisional, namun dalam kenyataan dikalangan masyarakat masih saja terdapat beberapa pengobatan tradisional yang membuka praktek tetapi belum mendapatkan persetujuan izin praktek dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. Faktor-faktor Penghambat dalam Pemberian Izin Praktek Pengobatan Tradisional Oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Di dalam pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung masih terdapat hambatan-hambatan antara lain dalam pelaksanaan tugas kerja meskipun telah diupayakan pengoptimalkan kerja yang baik, masih saja terdapat kendala yang


(45)

52

menjadi penghambat pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional di Kota Bandar Lampung, yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional ini, antara lain: Masih kurang mengertinya para pengusaha praktek pengobatan tradisional untuk mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional. Dinas Kesehatan kurang mengintensifkan sosialisasi terhadap pengobatan tradisional di Kota Bandar Lampung dikarenakan kurangnya tenaga kerja Lapangan untuk mengontrol perkembangan pengobatan tradisional yang ada di wilayah Kota Bandar Lampung. Petugas/aparat kurang mampu menerapkan sanksi yang berlaku secara tegas kepada pemilik pengobatan tradisional yang melanggar ketentuan dalam Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor 1076/MENKES/SK/VII Tahun 2003 tentang Penyelenggaran Pengobatan Tradisional.

B. Saran

Sebagai upaya untuk melaksanakan Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor 1076/MENKES/SK/VII Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, hendaknya pemerintah mengusahakan beberapa hal yaitu: a. Sebaiknya instansi Dinas Kesehatan Kota menyusun beberapa tim untuk melakukan sosialisasi kepada pengobatan tradsisional di berbagai wilayah Kota Bandar Lampung akan pentingnya mendapatkan izin untuk praktek pengobatan tradisional dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan selain itu dapat dipatuhinya Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor 1076/MENKES/SK/VII Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Secara langsung, penyampaian langsung disini artinya dilakukan


(46)

53

dengan cara tatap muka sehingga terjadi komunikasi dua arah, ini dapat dilakukan dengan cara mendatangi setiap pengobatan tradisional yang belum mendapatkan izin praktek dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Secara tidak langsung, artinya penyuluhan ini disampaikan melalui media komunikasi yang ada misal televisi lokal Lampung, radio.

b. Sebaiknya Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung mengkordinir setiap Pengobatan Tradisional untuk mendapatkan izin praktek melakukan pengobatan tradsional di Kota Bandar Lampung. Dengan melakukan pendaftaran serentak (bersama-sama). Sebaiknya Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung mengoptimalkan pengawasan pengawasan dan pembinaan terhadap pengobatan tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung guna meningkatkan mutu, manfaat dan keamanan pengobatan tradisional.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU/LITERATURE

Ateng Syafrudin,2009 Perizinan untuk berbagai Kegiatan, Sinar Gafika, Jakarta. HR,Ridwan.2002.Hukum Administrasi Negara.UII Press.Jogjakarta.

Koenjtoro Halim Diana, 2004.Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Manan, Bagir.1994. Hubungan antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945.

Pustaka Sinar Harapan.Jakarta

Nurmayani, 2009.Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung. Lampung. Soeijijo.I, 1990.Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta.

PT Rhineka Cipta,

Sunarno, Siswanto, 2006Hukum Pemerintahan Daerah. Sinar Grafika, Jakarta. Sutedi Adrian2010,Hukum Perizinan dalam sektor pelayanan publik, Sinar

Grafika, Jakarta.

Syafiie, Kencana, 2003 Ilmu Hubungan Sistem Administrasi Negara. Bumi Aksara.

Wahab, Solichin Abdul, 1997, Analisis Kebijaksanaan, Dari formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara. Jakarta.

Bagus Lorens, 2005 Kamus Filsafat. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.


(48)

Peraturan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1076/ MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pengobatan Tradisional

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota BandaLampung

C. INTERNET/WEBSITE

Sumber di akses dari http://www.Hukumonline.com/a/index.php?option=com pada tanggal 29 Mei 2011 pukul 10.00 WIB

Sumber di akses dari http://www.Dinas Kesehatan Indonesia. com/a/index. php? Option=com pada tanggal 12 Juni 2011 pukul 05.30 WIB


(49)

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh Keputusan Menteri R.I Nomor 1076/MENKES/SK/VII Tahun 2003 tentang Penyelenggaran Pengobatan Tradisional. bagi para pemilik praktek pengobatan Tradisional, namun dalam kenyataan dikalangan masyarakat masih saja terdapat beberapa pengobatan tradisional yang membuka praktek tetapi belum mendapatkan persetujuan izin praktek dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. Faktor-faktor Penghambat dalam Pemberian Izin Praktek Pengobatan Tradisional Oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Di dalam pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung masih terdapat hambatan-hambatan antara lain dalam pelaksanaan tugas kerja meskipun telah diupayakan pengoptimalkan kerja yang baik, masih saja terdapat kendala yang


(2)

52

menjadi penghambat pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional di Kota Bandar Lampung, yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemberian izin praktek pengobatan tradisional ini, antara lain: Masih kurang mengertinya para pengusaha praktek pengobatan tradisional untuk mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional. Dinas Kesehatan kurang mengintensifkan sosialisasi terhadap pengobatan tradisional di Kota Bandar Lampung dikarenakan kurangnya tenaga kerja Lapangan untuk mengontrol perkembangan pengobatan tradisional yang ada di wilayah Kota Bandar Lampung. Petugas/aparat kurang mampu menerapkan sanksi yang berlaku secara tegas kepada pemilik pengobatan tradisional yang melanggar ketentuan dalam Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor 1076/MENKES/SK/VII Tahun 2003 tentang Penyelenggaran Pengobatan Tradisional.

B. Saran

Sebagai upaya untuk melaksanakan Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor 1076/MENKES/SK/VII Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, hendaknya pemerintah mengusahakan beberapa hal yaitu: a. Sebaiknya instansi Dinas Kesehatan Kota menyusun beberapa tim untuk melakukan sosialisasi kepada pengobatan tradsisional di berbagai wilayah Kota Bandar Lampung akan pentingnya mendapatkan izin untuk praktek pengobatan tradisional dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan selain itu dapat dipatuhinya Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor 1076/MENKES/SK/VII Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Secara langsung, penyampaian langsung disini artinya dilakukan


(3)

53

dengan cara tatap muka sehingga terjadi komunikasi dua arah, ini dapat dilakukan dengan cara mendatangi setiap pengobatan tradisional yang belum mendapatkan izin praktek dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Secara tidak langsung, artinya penyuluhan ini disampaikan melalui media komunikasi yang ada misal televisi lokal Lampung, radio.

b. Sebaiknya Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung mengkordinir setiap Pengobatan Tradisional untuk mendapatkan izin praktek melakukan pengobatan tradsional di Kota Bandar Lampung. Dengan melakukan pendaftaran serentak (bersama-sama). Sebaiknya Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung mengoptimalkan pengawasan pengawasan dan pembinaan terhadap pengobatan tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung guna meningkatkan mutu, manfaat dan keamanan pengobatan tradisional.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU/LITERATURE

Ateng Syafrudin,2009 Perizinan untuk berbagai Kegiatan, Sinar Gafika, Jakarta. HR,Ridwan.2002.Hukum Administrasi Negara.UII Press.Jogjakarta.

Koenjtoro Halim Diana, 2004.Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Manan, Bagir.1994. Hubungan antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945.

Pustaka Sinar Harapan.Jakarta

Nurmayani, 2009.Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung. Lampung. Soeijijo.I, 1990.Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta.

PT Rhineka Cipta,

Sunarno, Siswanto, 2006Hukum Pemerintahan Daerah. Sinar Grafika, Jakarta. Sutedi Adrian2010,Hukum Perizinan dalam sektor pelayanan publik, Sinar

Grafika, Jakarta.

Syafiie, Kencana, 2003 Ilmu Hubungan Sistem Administrasi Negara. Bumi Aksara.

Wahab, Solichin Abdul, 1997, Analisis Kebijaksanaan, Dari formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara. Jakarta.

Bagus Lorens, 2005 Kamus Filsafat. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.


(5)

Peraturan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1076/ MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pengobatan Tradisional

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota BandaLampung

C. INTERNET/WEBSITE

Sumber di akses dari http://www.Hukumonline.com/a/index.php?option=com pada tanggal 29 Mei 2011 pukul 10.00 WIB

Sumber di akses dari http://www.Dinas Kesehatan Indonesia. com/a/index. php? Option=com pada tanggal 12 Juni 2011 pukul 05.30 WIB


(6)