Solusi yang Dikembangkan Faktor Pendukung, Penghambat Solusi Dakwah Kultural “Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d. Mengamati secara langsung mitra dakwah yang dimaksud, melalui penilaian orang lain maupun observasi secara langsung pada mitra dakwah yang dimaksudkan. Data diatas diperoleh dari kesimpulan hasil wawancara kami dengan beberapa orang informan. Diantaranya sebagai berikut: Di awal-awal saya datang kesini, saya berfikir sendiri dan bertanya banyak hal kepada ustad-ustad disini. Tujuannya adalah untuk mengenal mereka dengan lebih obejektif dan supaya saya bisa memposisikan diri saya dan orang-orang di sekitar saya secara layak sebagaimana mestinya. 285 Senada dengan apa yang disampaikan informan diatas apa yang disampaikan oleh Ust. Moh. Toyyib kepada peneliti: Ketika pertama kali sampai di tempat ini, malamnya saya langsung perkenalan dengan santri dan besaoknya dengan ibu-ibu muslimat. Moment itu memang baru saya yang mengenalkan diri, tapi itu menjadi jalan kepada saya untuk dapat mengenal murid dan masyarakat dengan lebih dekat. Karena mereka sudah tau status saya sebagai “guru tugas” sehingga mereka lebih terbuka kepada saya perihal siapa dan apa tugas mereka di madrasah ataupun di masyarakat. dengan hal itu saya dapat memposisikan diri dan mereka dengan layak sebagaimana seharusnya. Dan hal ini nampaknya cukup membantu saya untuk menghapuskan jarak yang tercipta karena tidak saling kenal dengan mereka. 286 Demikian juga dengan apa yang disampaikan oleh salah seorang PJGT. Berikut hasil wawancaranya: Estonah manabi “guru tugas” bisa memposisikan diri dengan baik, pasti apa yang mereka inginkan dengan kaitannya dengan masyarakat akan menemukan hasil sesuai yang mereka inginkan. Karena yang yang terpenting bagi masyarakat adalah perlakuan se layak sesuai kalaben kedudukan mereka di 285 Ust. Fathullah, Wawancara, Sampang, 28 Juli 2017. 286 Ust. Moh. Toyyib, Wawancara, Sampang, 28 Juli 2017. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id masyarakat. hal ka’dintoh perlu untuk diperhatikan betul-betul dari para “guru tugas” manabi terro salpa’ah neng-neng kalaben masyarakat. 287 Analisis terhadap beberapa solusi yang dapat di ambil oleh “guru tugas” baik karena inisiatif sendiri maupun yang di inisiasi oleh yayasan al-Miftah sebagai penyelenggara penugasan santri seperti telah disebutkan diatas merupakan suatu upaya untuk memberikan respon langsung terhadap permasalahan dan kendala yang di temui oleh guru tugas di lapangan. Solusi-solusi diatas dapat di lacak keberadaannya sebagai bagian yang terintegrasi dengan problematika yang dihapai “guru tugas” melalui berbagai macam teori bergantung pada permasalahan teori itu akan di jadikan pijakan analisisnya. Peningkatan kompetensi komunikator 288 misalnya, hal itu dapat diintegrasikan untuk mengurangi problem guru tugas dalam kaitannya dengan ketidak mampuan “guru tugas” menerjemahkan keinginan masyarakat pada setiap kegiatan dakwah kultural yang harus di lakukannya. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan fleksibelitas komunikator 289 sebagai suatu upaya dari “guru tugas” untuk dapat mengimbangi keinginan-keinginan masyarakat. Adapun tindakan 287 Ust. Muhyiddin, Wawancara, Sampang, 23 Mei 2017 288 Nina, W. Syam, “Sosiologi Komunikasi”, Bandung: Humaniora, 2009, 158 289 Ibid., 159 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kongkritnya dapat melalui pelatihan dan kursus ketarampilan dan lain sebagainya yang sesuai dengan problem yang di hadapi ”guru tugas” dan kegiatan dakwah yang akan di gelutinya di masyarakat. Beda hal-nya dengan masalah-masalah lain seperti timbulnya prasangka 290 , streotip 291 dan etnosentrisme. 292 Problem yang timbul karena masalah diatas akan menemukan solusi yang kongkrit manakala di pecahkan dengan penilaian dan prilaku objektif dari “guru tugas”. Hal itu dikarenakan objektivitas sangat menganjurkan komunikator untuk belajar berinteraksi dengan orang lain dan kelompok yang berbeda dari nilai yag kita pegang, terlepas dari budaya mereka, ras, etnis, agama, negara, atau jenis kelamin. 293 Pada akhirnya setiap problematika yang di temui “guru tugas” di masyarakat dapat menemukan solusi yang tepat. 290 Ismail Nawawi Uha, Komunikasi Lintas Budaya: Teori, Aplikasi dan Kasus Sosial Bisnis dan Pembangunan Jakarta Barat: Dwiputra Pustaka Jaya. 2012, 11-12. 291 Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, 322. 292 Anthony Giddens, Sociology, Camridge: Polity Press, 1990, 39 293 Ibid., 24 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian pustaka dan penelitian di lapangan, maka peneliti pada bagian akhir ini bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode Dakwah Kultural yang dilakukan oleh “guru tugas” Yayasan Al- Miftah Pondok Pesantren Miftahul Ulum Panyeppen merupakan upaya untuk menyebarkan dan melestarikan ajaran Islam dengan tanpa menentang budaya masyarakat lokal, melainkan dengan cara mengarahkan kegiatan dan budaya masyarakat supaya sesuai dengan ajaran Islam, baik melalui motode kontak langsung, maupun kerjasama dengan pemimpin masyarakat. 2. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi Dakwah Kultural “Guru Tugas” a. Faktor Pendukung Dakwah Kultural “Guru Tugas” 1 Kesamaan Etnis, yaitu “guru tugas” dan masyarakat mitra dakwahnya sama-sama berasal dari etnis yang sama, etnis Madura. 2 Kesamaan Bahasa, yaitu sama-sama berbahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. 3 Kesamaan Tujuan, yaitu sama-sama ingin belajar dan mengajarkan ilmu agama. b. Faktor Penghambat Kesuksesan Dakwah Kultural “Guru Tugas” 1 Prasangka, yaitu sikap antipati pada “guru tugas” karena belum digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengenal dengan baik mitra dakwahnya. 2 Stereotipe, yaitu kecenderungan pada “guru tugas” untuk memposisikan diri lebih mulia dari mitra dakwahnya. 3 Etnosentrisme, yaitu fanatisme berlebihan dari mitra dakwah pada lembaga tertentu sehingga menciptakan jarak dengan “guru tugas”. c. Solusi Yang Dikembangkan 1 Meningkatkan kemampuan personal “guru tugas” melalui pelatihan- pelatihan dan kursus keterampilan, program karantina ramadhan, Sharing dengan Badkom Wilayah dan mantan “guru tugas” sebelumnya. 2 Menanamkan sikap objektif dalam menilai, mengenal dan memposisikan diri sendiri sebagai da’i sesuai dengan kebutuhan dakwah dan kapasitas yang dimilikinya. 3 Menanamkan sikap objektif dalam menilai dan mengenal masyarakat mitra dakwahnya, baik dengan bertanya langsung atau dengan melakukan observasi secara teliti.

B. Saran-Saran

Dari hasil penelusuran literatur dan kenyataan dilapangan, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk “Guru Tugas Yayasan Al-Miftah

a. Dalam melaksanakan dakwah kultural di masyarakat hendaknya para “guru tugas” berusaha agar keberadaan mereka dapat diterima dengan baik digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id oleh masyarakat mitra dakwahnya melalui pendekatan yang intensif dan persuasif kepada masyarakat dimaksud. b. “Guru tugas” harus mampu mengenal dengan baik secara personal masyarakat yang menjadi mitra dakwahnya, mengingat setiap individu pasti memiliki keunikan masing-masing. c. “Guru tugas” senantiasa harus selalu mengembangkan kemampuan personalnya, baik melalui pelatihan-pelatihan yang di inisiasi oleh yayasan maupun inisiatif sendiri.

2. Untuk Yayasan Al-Miftah

a. Mengoptimalkan upaya dalam melakukan transformasi pengetahuan dan keahlian berdakwah kepada santri-santri yang akan melaksanakan tugas, baik melalui pembelajaran dalam kelas maupun pelatihan-pelatihan ketarampilan berdakwah. b. Melakukan kerjasama secara intensif dengan berbagai pihak terkait, terutama dengan BADKOM Wilayah untuk menyelaraskan keinginan masyarakat mitra dakwah dengan kesiapan para “guru tugas” yang akan diterjunkan ke lapangan.

3. Untuk Masyarakat Mitra Dakwah

a. Masyarakat mitra dakwah harus berusaha untuk menerima dengan ikhlas keberadaan “guru tugas” dan pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh “guru tugas” dimaksud. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Masyarakat harus mampu mengubur dalam-dalam fanatisme berlebihan pada golongan tertentu. Dalam hal ini “guru tugas” yang harus mampu meyakinkan masyarakat untuk bisa menerima keberadaan dan dakwah mereka. Demikian tulisan ini semoga bermanfaat. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik, Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonsia, Cetakan I, Jakarta, LP3ES, 1978. Abu Al- Sa’ud Muhammad bin Muhammad, Al-‘Amadi, Tafsir Abi Sa’ud, Bairut, Dar Ihya At-Tarots Al-Arobi, 1994 Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqolani, Fathul Bari fi Syarhi Shohihi Bukhari, Dar Arrayyan li At-Turats, Tahun 1986 Abuddin, Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada , 2001 Afif Zaini, Pendekatan Kultural dalam Dakwah Wali Songo, Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tt. Arifin, Anwar, Ilmu Komunikasi, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2003. Arif, Syaiful, Strategi Dakwah Sunan Kudus, Jurnal ADDIN, Vol. 8, No. 2, Agustus 2014 Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009 al-Asqolani, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fathul Bari fi Syarhi Shohihi Bukhari, Bairut: Dar Arrayyan li At-Turats, 1986 Al-Hana, Rudi, Strategi Dakwah Kultural Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Jurnal Komunikasi Islam, Volume 01, Nomor 02, Desember 2011 AS, Enjang dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah , Pendekatan Filosofis dan Praktis, Bandung: Widya Padjajaran, 2009 Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta; Kencana, edisi revisi, 2004, 6. Lihat juga Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah , Pendekatan Filosofis dan Praktis. Bandung: Widya Padjajaran, 2009 Berliana Pakpahan, Friska, Fungsi Komunikasi Antar Budaya Dalam Prosesi Pernikahan Adat Batak Di Kota Samarinda, eJournal Ilmu Komunikasi, 2013. Bungo, Sakareya, Pendekatan Dakwah Kutural dalam Masyarakat Plural, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 2, Desember 2014. Chaney, Lilian,Martin, Jeanette Martin. Intercultural Business Communication. New Jersey: Pearson Education, Inc, Upper Saddle River, 2004, 11 dalam Jurnal E- Komunikasi, ed. Alvin Sanjaya, Surabaya, UKP Surabaya, tt Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2009. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dini Warastuti, Rahma, Fenomena Bahasa Non Verbal dalam Dakwah Kultural, Jurnal al-Misbah 2014. Dhirgo Kusumo Adi, Fenomena Dakwah Budaya Populer: Studi Kasus Majelis Taklim Nurul Mustofa, Jurnal FIB UI, 2015 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabet, 2011 dalam Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana perdana media group, 2009 Djamarah, S. Bahri Psiklogi Belajar, Jakarta: Rhineka Cipta, tt. Effendy, Unong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Surabaya: PT. Remaja Rosdakarya, 2009 Farhan, Bahasa Dakwah Kultural Dan Structural Da’i Dalam Persepektif Dramaturgi jurnal At-Turas IAI Nurul Jadid Paiton, 2014. Fahrur Rosi, NU dan Kontinuitas Dakwah Kultural, Jurnal Komunikasi Islam, Volume 01, Nomor 02, Desember 2011 Giddens ,Anthony, Sociology, Camridge: Polity Press, 1990 Griffin, A, Em. First Look At CCommunication Theory, Eigth Edition, Connect Learn Succes, 2009 Gudykunst, William B., “Intercultural Communication Theories” dalam William B. Gudykunst Bella Mody eds. Handbook of International and Intercultural Communication. 2nd Ed., California: Sage Publications, 2002 Gudykunst, William B. Young Yun Kim, Communicating With Strangers: An Approach to Intercultural Communication. 3rd Ed. Boston: McGraw-Hill, 1997. Gudykunst Kim, Communicating with Strangers, Beverly Hill: Sage Publications, 1994, 269- 270. Dalam Komunikasi Antar Budaya di Kalangan Mahasiswa Studi tentang Komunikasi Antar Budaya di Kalangan Mahasiswa Etnis Batak dengan Mahasiswa etnis Jawa di Universitas Sebelas Maret Surakarta, ed. Andriana Noro Iswari Pawito, Surakarta; UIN Sebelas Maret Surakarta,tt Goffman, E., On Fieldwork. Journal of Contemporary Ethnography, 18 2, 123-132. Dalam Setyowati, Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 10, No.1, Maret 2006; 35-40, Dalam Setyowati, Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 10, No.1, Maret 2006; 35-40 Hanis Syam, Yunus dan Muafi, Manajemen Dakwah: Dakwah dengan Tulisan Sebuah Peluang, Yogyakarta: Shaida, 2007 Hielmy, Irfan,. Wancana Islam ciamis: Pusat Informasi Pesantren, 2000. Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010