Retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah di pondok pesantren al-Hidayah

(1)

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

HARI HARYANTO NIM. 106051001821

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M


(2)

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil

jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 22 Agustus 2010


(3)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

HARI HARYANTO NIM. 106051001821

Pembimbing:

DRS. WAHIDIN SAPUTRA. M.A NIP. 197009031996031001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H/2010 M


(4)

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 31 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 31 Agustus 2010

Sidang Munaqasah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota

Dr. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA

NIP. 19660110 199303 1 004 NIP. 19710816 199703 2 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Study Rizal, LK, MA H. Zakaria, MA

NIP. 19700903 199613 1 022 NIP. 19720807 200312 1 003

Pembimbing

Drs. Wahidin Saputra, MA


(5)

Hari Haryanto

Retorika Dakwah KH. Abdul Rahman Madinah Di Pondok Pesantren al-Hidayah

Berdakwah pada dasarnya merupakan aktifitas lisan baik yang disampaikan secara formal melalui berbagai forum resmi ataupun sekedar berbicara dengan orang-perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah SWT. Namun dalam berdakwah seorang da’i dituntun agar memahami betul apa yang dimau oleh mad’u agar dakwah yang disampaikan benar-benar sampai kepada masyarakat sehingga dapat merubah jalan pikiran orang lain ke dalam perbuatan yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran islam. Dengan ilmu retorika dakwah maka kita akan bisa mengajak mereka kepada jalan yang diridhoi oleh Allah. KH. Abdul Rahman al-Madinah mampu merekrut jamaah dengan banyak bahkan jamah beliau selalu bertambah setiap harinya, sebagaimana bertambahnya santri setiap tahunnya yang ingin belajar di pondok pesantren al-hidayah.

Dari uraian di atas timbul beberapa pertanyaan yaitu; Apa konsep retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah? Bagaimana konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah? Bagaimana penerapan retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam berdakwah?

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representative dalam

penelitian ini maka, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis.

Dengan cara mengumpulkan data seperti, observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode yang mendeskripsikan gagsan primer yang diperoleh dari hasil wawancara yang akan menafsirkan penafsiran penulis.

Mengetahui apa konsep retorika menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah serta penerapannya dalam berdakwah, mengingat medan dakwah yang bermacam-macam jenisnya. Dan Mengetahui konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah

Dari beberapa kali pengamatan penulis pada retorika dakwah yang beliau gunakan terbilang cukup bagus, dikemas dengan menarik sehingga materi dakwahpun mudah dipahami oleh jamaah. Dakwah yang beliau gunakan bersifat

information,yaitu memberi informasi atau pengetahuan pada jamaah. education, yatu memberi pendidikan, terbukti dengan pondok pesantren dan beberapa majlis

talim yang beliau asuh. Persuasion, mampu mengemas materi dakwah dengan

menarik agar jamaah tertarik untuk melaksanakan apa yang dimaksud oleh da’i.

dan entertainment,dalam berdakwahpun beliau menggunakan canda agar dakwah

terlihat lebih santai. Dengan keempat landasan tersebut dakwah beliau dapat dinikmatioleh semua lapisan masyarakat.


(6)

penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang mulia, yang baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di Dunia dan di Akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn Abdillah ibn Abdul Muthallib.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu berupa sifat malas, dan lalai dan. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walau mungkin masih banyak kekurangan. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis.

Penulis persembahkan segalanya kepada ayahanda Moh. Somad. S.Pd dan kepada ibunda tersayang Wina Suryanih, yang dengan ketegaran hatinya dalam menghadapi hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi penulis serta air susunya yang telah menjadi daging dalam tubuh ini, yang dengan keringat dan air matanya telah menyatu dalam jiwa penulis. Adikku Apriyati, Kakak-Kakakku Moh. Yusuf, Dewi Astuti. Kakak Iparku, Hartanto, Nurjanah serta Keponakanku, Silvia Salsabila, Nayla Mudrika, dan Awfa Detan, yang selalu mendoakan penulis agar penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak H. Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku


(7)

Jurusan Ibu Hj. Umi Musyarrofah. M.A

3. Bapak. Drs. Wahidin Saputra, M.A sebagai pembimbing skripsi yang

selalu setia dan sabar membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam masa perkuliahan.

5. Bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang

telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Pengasuh Podok Pesantren Hidayah, bapak KH. Abdul Rahman

al-Madinah beserta keluarga, hormat dan ta’dzim penulis kepada beliau yang telah memberikan waktu luang untuk wawancara walau di tengah kesibukan.

7. Ustad Muhammad Zaelani. S.Ag, Ustad Muhammad Romli, dan Ustad

Rofi’uddin.S.t.h.i. Para santri Pondok Pesantren al-Hidayah dan jama’ah

majelis Dzikir Watta’lim Nahdhotus Suybban. Serta semua pihak yang

telah membantu memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.

8. Annisa Balqis beserta keluarga yang telah memberikan dukungan dan

motivasi kepada penulis serta teman-teman dari B4community yang selalu

mewarnai keceriaan hari-hari penulis.

9. Sahabat tercinta, Mukhtar Fauzi, Dafik, Deni Sopiansyah, Dian Putra,

Fikri Rifa’i, Eko Maulana, Badru Tamam, Uut Muthiah, Arsil, Afaf Sholihin, Devi Epok, Lukmanul Hakim, Rahmat SB, Kiki Maulana, Dasuki, Dedi Kurniasyah, Said Mukhsin, yang banyak memberikan motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.


(8)

Hermawati, Fatonah, Fitri Susilawati, Seli Elvira Ria, Eki Susanti, Eri Wita Widuri, Desti Eka Sari Putri, Dini Utami, Ida Nurul Huda, Fitriyani, Gita Andini, dan umumnya KPI angkatan 2006, yang sudah memberi keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis.

11.Keluarga Besar KKS Puraseda-Leuwiliang-Bogor tahun 2009. Semoga tali

silaturahmi ini tidak pernah putus.

12.Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.

Amin ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 22 Agustus 2010

Hari Haryanto


(9)

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D.Manfaat Penelitian... 7

E. Metodologi Penelitian... 8

F. Tinjauan Pustaka ...11

G.Sistematika Penulisan... 12

BAB II LANDASAN TEORITIS RETORIKA DAN DAKWAH A. Ruang Lingkup Retorika... 12

1. Pengertian Retorika...12

2. Tujuan Dan Fungsi Retorika...13

3. Lima Hukum Retorika...18

4. Pembinaan Teknik Berbicara ...19

B. Ruang Lingkup Dakwah...20

1. Pengertian Dakwah...20

2. Unsur-Unsur Dakwah...22

3. Bentuk-Bentuk Dakwah...31


(10)

vi

al-Madinah………..33

B. Aktivitas Dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah Dan

Keterkaitan Berdirinya Pondok Pesantren

al-Hidayah......35

C. Visi Dan Misi Pondok Pesantren al-Hidayah...40

BAB IV ANALISIS RETORIKA DALAM PELAKSANAAN

DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH

A. Konsep Retorika Menurut KH. Abdul Rahman

al-Madinah...43

B. Konsep Dakwah Menurut KH. Abdul Rahman

al-Madinah...48

C. Penerapan Retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah

Dalam Berdakwah………..51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...63 B. Saran...65


(11)

Islam adalah Agama yang menyerukan kepada Amar Ma’ruf Nahyi Munkar, atau dengan kata lain Islam adalah agama dakwah. Dakwah mengandung arti. ajakan, atau seruan baik lisan, tulisan maupun tingkah laku. Dakwah merupakan kewajiban individu muslim kapanpun dan di manapun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan melainkan harus dengan metode, karena yang diseru

adalah manusia yang mempunyai pendirian.1 Oleh karena itu bagi para da’i harus

mengemas dengan baik tema yang akan di sampaikan oleh khalayak.

Adapun pengertian dakwah nenurut Prof. HM. Toha Yahya Umar, yaitu, mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sebagaimana

perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan didunia dan akhirat.2

Allah berfirman dalam al-Qur’an:

☺ ☺

☺ ☺

       1

H. Naan Rukmana, masjid dan dakwah (Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002), Cet Ke-1, hal. 164.

2

Rafiuddin, dkk, Prinsip-Prinsip Dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia,1997) hal. 31.


(12)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-Nahlu: 125)

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diajak kepada agama Allah melalui

tiga cara, Dakwah dengan Hikmah, Mauizhah Hasanah dan al-Jidal (perdebatan).3

Hikmah adalah al-Burhan al-Aqli (argumentasi yang logis). Maksudnya

argumentasi yang masuk akal, yang tidak dapat dibantah. Argumentasi yang memuaskan, yang bisa mempengaruhi jiwa siapa saja. Karena manusia tidak dapat menutupi akalnya dihadapan argumentasi-argumentasi yang pasti serta pemikiran yang kuat.

Mauizhah Hasanah atau peringatan yang baik. itu berarti mempengaruhi

perasaaan manusia tatkala akal mereka diseru dan mempengaruhi pemikiran mereka tatkala pemikirannya diseru, sehigga pemahaman mereka terhadap apa yang mereka dakwahkan senantiasa diliputi oleh semangat untuk melakksanakannya serta beraktifitas untuk meraihnya.

Adapun cara yang ketiga, al-jidal (perdebatan) dengan cara yang baik dengan

bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan. Yaitu diskusi terbatas pada ide. Dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan argumentasi-argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi yang jitu dan benar.

       3

Anonim, Islam,Dakwah Dan Politik (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002) Cet. Ke-1, hal. 33-36.


(13)

Salah satu tujuan yang paling utama dalam berdakwah adalah, bagaimana pesan yang disampaikan oleh da’i dapat dipahami dan dijalani dengan baik oleh mad’u. Banyak orang yang gagal di atas mimbar, karena tidak mempunyai persiapan. Persiapan adalah salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki bagi para da’i yang ingin meraih sukses dalam berpidato, oleh karena itu peran da’i sangatlah penting untuk menentukan hasil dalam berdakwah.

Tujuan lain dilaksanakannya dakwah adalah, mengajak manusia kejalan Allah SWT, jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar

manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.4

Ada beberapa kemungkinan menurut Ahmad Mubarok untuk keberhasilan dakwah. kemungkinan pertama, Karena pesan dakwah yang disampaikan seorang da’i memang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang merupakan suatu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehingga mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.

Kemungkinan kedua, Karena faktor seorang da’i, yaitu da’i tersebut memiliki daya tarik dan pesona yang menyebabkan masyarakat sudah dapat menerima pesan dakwahnya meski kualitas dakwahnya bisa jadi sederhana saja.

       4

Rafiuddin Dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-Prinsip Dan Strategi Dakwah (Bandung: CV. Pustaka Setia,1997) Cet. Ke-1, hal. 32.


(14)

Kemungkinan ketiga, Karena kondisi psikologi masyarakat yang sedang haus terhadap siraman rohani dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif pada setiap da’i, sehingga pesan dakwah sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran jelas.

Kemungkinan keempat, Karena faktor keemasan yang menarik, masyarakat yang semula acuh tak acuh terhadap agama dan juga terhadp da’i setelah paket dakwah yang diberi keemasan lain, maka paket dakwah berhasil menjadi stimuli yang

menggelitik persepsi masyarakat dan akhirnya merekapun merespon positif.5

Menguasai materi saja belum cukup untuk meraih sukses dalam dunia pidato tanpa dibarengi dengan keindahan bahasa. Rangkaian kata dan susunan bahasa yang indah dan berirama dalam pidato merupakan akar dalam retorika. Hitler mampu menggiring manusia dalam kancah perang dunia kedua, Napoleon Bonaparte berhasil menguasai duapertiga daratan Eropah, dan Bung Tomo yang terkenal dengan Arek-Arek Soroboyo. Semuanya itu kalau kita kaji dan analisa tidak lain bersumber dari sebuah pidato serta keindahan bahasa yang mampu mengerakan hati manusia. Dengan pidato bisa membakar semangat banyak orang agar mau maju ke medan perang.

Sering sekali retorika disamakan dengan Public Speaking, yaitu suatu bentuk

komunikasi lisan yang disampaikan kepada kelompok orang banyak, tetapi sebenarnya retorika itu tidak sekedar berbicara di hadapan umum, melainkan,

       5


(15)

merupakan suatu gabungan antara seni berbicara dan pengetahuan atau masalah

tertentu untuk meyakinkan pihak orang banyak melalui pendekatan persuasif.6

Dalam bahasa arab disebut Fannul Khitabah yaitu seni pidato atau berbicara.7

Seorang da’i dituntut agar bisa memilah-milih kata yang digunakan dalam berdakwah dengan struktur kata-kata yang teratur dan rapi agar dapat dimengerti oleh masyarakat yang mendengarkannya, walaupun ayat dan hadits yang mereka gunakan sama tetapi tidak semua da’i dapat menyusun pesan dakwahnya dengan baik. Maka retorika digunakan sebagai ilmu yang memandu atau membimbing untuk merancang atau menampilkan kata yang baik dan persuasif memiliki relevansi yang tinggi dan memiliki peran yang besar dalam berdakwah.

Pada saat ini banyak para da’i yang muncul di tengah-tengah masyarakat, yang menyampaikan dakwahnya dengan metode-metode khusus sehingga memberikan perhatian pada masyarakat. Seiring dengan harapan kehadiran para da’i di tengah masyarakat dapat memberikan nuansa baru dalam berdakwah agar masyarakat mau menjalankan ajaran Islam yang semakin bermakna bagi masyarakat.

KH. Abdul Rahman al-Madinah adalah sosok mubaligh yang terbilang sukses dalam penyampaian dakwahnya, dengan sisitem penyampaian yang baik beliau dapat merekrut begitu banyak kalangan mad’u dari berbagai status, beliaupun berhasil

       6

Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1999), hal. 9.

7

H. Basrah Lubis, Metodologi Dan Retorika Dakwah Petunjuk Praktis Khutbah Dan Pidato, (Jakarta:PT. Tursina,1999) hal. 59.


(16)

menyampaikan dakwahnya melalui bidang pendidikan yaitu tepatnya di Pondok Pesantren al-Hidayah yang berada di daerah Jakarta Timur.

Beliau adalah salah satu kyai yang disegani di daerah pondok kelapa dan sekitarnya, dakwah beliau dijadikan contoh oleh para da’i atau ustad, khususnya yang berada di daerah pondok kelapa Jakarta Timur. Di antara kyai yang tidak asing di daerah pondok kelapa dan mengikuti gaya dakwah beliau, yakni, Kyai Ihya Ulumuddin (kyai jaka tingkir), Kyai Nur Fadiilah (kyai tile).

Berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagaimana yang telah diuraikan di atas dan dikuatkan juga oleh pernyataan bahwa retorika adalah suatu ilmu yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang da’i dalam proses pelaksanaan dakwahnya agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. dari sebab itulah penulis tertarik untuk membahas sosok kyai yang memiliki cita-cita luhur untuk menegakkan dan memajukan Agama Allah. untuk membahas lebih dalam tentang cara yang digunakan oleh KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam menyampaikan dakwah Islam

pada sebuah skripsi yang berjudul “Retorika Dakwah KH. Abdul Rahman

al-Madinah di Pondok Pesantren al-Hidayah”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Karena luasnya tentang pembahasan retorika, agar lebih terfokus. maka, penulis membatasi pada penelitian ini, tentang bagaimana retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah di Pondok Pesanten al-Hidayah dan sekitarnya yang terletak di


(17)

daerah Jakarta Timur khusunya Pondok Kelapa. Bedasarkan pembahasan tersebut maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah?

2. Bagaimana konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah?

3. Bagaimana penerapan retorika dalam berdakwah menurut KH. Abdul Rahman

al-Madinah? C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti ada tujuan di dalamnya, berdasarkan pokok permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana konsep retorika menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah.

2. Mengetahui bagaimana konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah.

3. Mengetahui bagaimana penerapan retorika dakwah yang digunakan beliau dalam

berdakwah

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif, khususnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan umumnya bagi yang lain yang terjun pada dunia dakwah. yang berkaitan tentang retorika sebagai alat utama dalam menyiarkan dakwah islami.


(18)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan agar menjadi bahan tambahan bagi para dai yang menyampaikan dakwahnya dengan se-efektif mungkin, agar dakwahnya dapat diterima oleh khayalak khususnya yang berkenaan dengan retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah.

E. Metodologi Penelitian 1. Metodologi Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representative dalam penelitian

ini maka, penulis menggunakan metode Kualitatif Deskriptif Analisis, yaitu metode

yang memiliki beberapa langkah penerapan.8 Langkah pertama adalah

mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahan utama. Langkah kedua, adalah membahas gagasan primer yang pada hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis tehadap gagasan yang dideskripsikan.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang

berarti tidak mengajukan peranyaan-pertanyaan.9 Teknik pada penelitian ini

       8

Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar Disiplin Ilmu,(Bandung:Pusjarlit Dan Nuansa, 1998). Cet. Ke-1, hal. 45.

9

Lexy j. Moleong, Metodologi Penilitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-1, hal. 186.


(19)

penulis mendatangi ustad yang bermukim di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah serta mengikuti dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah, guna memperoleh data yang kongkrit tentang hal-hal yang berkaitan tentang retorika. Penulis melakukan kegiatan penelitian dari bulan Mei sampai Agustus 2010, kurang lebih sebanyak 12 di antaranya:

1. Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Musholla Assa’adatul

Abadiyah, Bekasi.

2. Haul KH. Hasbullah, Caman, Jakarta Timur. Pada Tanggal 14 Juli

2010.

3. Haul KH. Madinah, di Pondok Pesantren al-Hidayah. Pada tanggal

06 Agustus 2010.

4. Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Kemayoran

Pada Tanggal 28 Juli 2010. 

5. Tentang Keutamaan Sholat Dan Mengaji. Di Majelis Daaruus

As-Sa’idah. Pada Tanggal 6 Agustus 2010.

6. Tabligh Akbar. Di Lapangan Kampung Tipar. Pondok Kelapa.

7. Pentingnya Menuntut Ilmu. Di Sekolah SD. Negeri 1. Bekasi.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan


(20)

kepada informan.10 penulis melakukan wawancara secara langsung dengan

KH. Abdul Rahman al-Madinah, Ust. Moh. Zaelani, Ust. Moh. Ramli, Ust. Rofi’uddin, dan beberapa santri juga jama’ah beliau dari beberapa Majelis Ta’lim. Guna mendapatkan informasi tentang penerapan retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam ceramahnya, serta wawancara ini juga bertujuan untuk melengkapi data, guna menjawab perumusan masalah yang penulis ajukan.

c. Dokumentasi

Dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan tentang dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah dan Pondok Pesantren Al-Hidayah, baik berupa buku, tulisan atau juga foto beliau ketika berdakwah dan berkas-berkas lain yang berkaitan dengan retorika dakwah. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan.

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang oleh

CeQDA (Center For Quality Develoment And Assurance) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta.

       10

Joko Subagyo, Metode Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta Rhineka Cipta,1991), Cet Ke-1.


(21)

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, maka langkah pertama adalah meninjau pustakaan serta menelaah skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai objek dan subjek penelitian yang hampir sama. Ternyata ada beberapa judul skripsi yang membahas tentang retorika, baik di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatulloh maupun di Perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatulloh. Antara lain.

1. Retorika Dakwah KH. Habib Ali Alwi Bin Thohir. Karya Syarifah Sa’diyah.

Angkatan 2003.

2. Penerapan Retorika Dakwah Ustadz Yusuf Mansur. Karya Sulnah Syafitri.

Angkatan 2003.

3. Retorika Nasaruddin Umar Pada Pengajian Rutin Di Masjid Agung Sunda

Kelapa. Karya Tiara Zulharbi, Angkatan 2001.

Walaupun skripsi ini terlihat agak sama namun jika diteliti lagi akan mendapatkan perbedaan. Yang menjadi perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang lain adalah skripsi ini membahas retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah di Pondok Pesantren al-Hidayah. Jika skripsi-skripsi yang lalu membahas retorika di pengajian atau di majelis ta’lim maka skripsi ini membahas retorika di lingkungan pesantren al-Hidayah. Namun, tidak menutupi kemungkinan penelitipun meneliti retorika beliau di luar pondok pesantren.


(22)

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini ditulis secara sistematis, dan terbagi menjadi lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub, adapun sistematikanya sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan

BAB II : Landasan teoritis retorika dan dakwah, terdiri dari ruang lingkup retorika, yang membahas pengertian retorika, tujuan dan fungi retorika, lima hukum retorika dan teknik pelatihan berbicara. Ruang lingkup dakwah, yang membahas pengertian dakwah, metode dakwah, unsur-unsur dakwah dan bentuk-bentuk dakwah

BAB III : Profil dan aktivitas KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam berdakwah serta gambaran Pondok Pesantren Al-Hidayah

BAB IV : Hasil dan Analisis, yang terdiri dari perepsi KH. Abdul Rahman al-Madinah tentang retorika dan dakwah, serta penerapannya dalam berdakwah

BAB V : Yang merupakan bagian terakhir dari skripsi ini, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.


(23)

        1. Pengertian Retorika

Di tinjau dari segi bahasa retorika berasal dari bahasa yunani yaitu rhetor

yang berarti seorang juru pidato, yang mempunyai sinonim orator.1Dalam bahasa

arab disebut fannul khitabah, sedangkan retorika menurut encyclopedia britania,

seperti yang dikutip Datuk Tombak Alam, retorika adalah kesenian menggunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap pembaca dan

pendengar.2

Definisi retorika menurut kamus besar bahasa indonesia adalah, keterampilan berbahasa secara efektif dalam karang mengarang atau seni

berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.3 Dalam arti yang sempit berarti

retorika adalah bagaimana seseorang meggunakan tutur bahasa yang baik dan jelas agar dapat mempengaruhi orang lain dengan tujuan dan maksud tertentu.

Banyak para pakar yang mengungkapkan definisi retorika dari segi istilah, beberapa pendapat antara lain:

Jalaluddin Rahmat mengatakan dalam bukunya retorika modern pendekatan praktis, bahwa retorika adalah pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni

  1

M.H. Israr, Retorika Dan Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), Cet. Ke-.1, hal. 10.

2

Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan Dan Dakwah, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta), hal. 36.

3

Departemen Pendidikan Nasioanal, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Edisi ke-3, Cet. Ke-2, hal. 953.


(24)

rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam

medan pikiran.4

I Gusti Ngurah Oka mengatakan bahwa retorika adalah ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha efektif dalam persuasi penataan dan penampilan kultur untuk membina saling pengertian, dan kerjasama serta kedamaian dalam

kehidupan masyarakat.5

Wahidin Saputra, mengatakan bahwa retorika adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana betutur kata di hadapan orang lain dengan

sistematis, logis, untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain.6

2. Tujuan Dan Fungsi Retorika

a. Tujuan Retorika

ketika Aristoteles di sekitar abad ke-4 SM, menampilkan retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri, dikatakan bahwa tujuannya adalah persuasi, yang dimaksudkan persuasi dalam hubungan ini adalah yakinnya penanggap tutur akan kebenaran gagasan topik tutur.

Secara retorika bertujuan berbicara kepada massa itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

       4

Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), hal. 5.

5

I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, (Bandung: Terate, 1976), Cet. Ke-1, hal. 13.

6

Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan, (Teknik Khitabah), (Buku Ajar Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta: Dakwah Pres 2006), hal. 2.


(25)

a) to inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada massa, guna memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian dengan sebaik-baiknya.

b) to convine, yaitu meyakinkan atau menginsafkan.

c) to inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem

penyampaian yang baik dan bijaksana.

d) to entertain, yaitu menggembirakan, menghibur atau menyenangkan

dan memuaskan.

e) to actuate (to put into action), yaitu menggerakan dan mengarahkan mereka untuk bertindak merealisir dan melaksanakan ide yang telah

dikomunikasikan oleh orator di hadapan massa.7

b. Fungsi Retorika

Menurut Plato, retorika bertujuan untuk memberikan kemampuan dalam menggunakan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang luas.8

Sedangkan menurut Aristoteles, menampilkan retorika sebagai ilmu yang beridri sendiri, yang dikatakan tujuannya adalah untuk mempengaruhi orang

(persuasif).9

       7

T,A Lathief Rosydy, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, (Medan: PT.Firma Rinbow,1939), hal. 234-235

8

Onong Uchana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003), hal. 55

9


(26)

Aristoteles menyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi orang lain:

a. Ethos: anda harus bisa dan sanggup menunjukan pada khalayak bahwa anda memiliki pengetahuan yang luas dan status terhormat.

b. Phatos: anda mampu menyentuh hati, khalayak (perasaan, emosi,

harapan, kebencian dan kasih sayang mereka).

c. Logos: anda harus meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti.

Pada situasi ini anda harus mendekati khalayak melalui otak atau pola

pikir mereka.10

I Gusti Ngurah Oka mejelaskan bahwa retorika adalah untuk:

a. Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam

hubungan kegiatan bertuturnya, termasuk ke dalam gambaran ini antara lain gambaran proses kejiwaan ketika ia terdodong untuk bertutur ketika ia mengidentifikasi pokok persoalan dan retorika bertutur ditampilkan.

b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang bisa

diangkat menjadi topik tutur, misalnya gambaran tentang hakikatnya, strukturnya, fungsi dan sebagainya.

c. Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang masalah tutur misalnya,

dikemukakan tentang hakikatnya, strukturnya, bagian-bagian dan sebagainya.

d. Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas

disiapkan pula bimbingan tentang:

a) Cara memilih topik.

       10


(27)

b) Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menentukan sasaran ulasan yang persuasif dan objektif.

c) Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak

dicapai.

d) Pemilihan materi bahasa serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat

yang padu, utuh, mantap, dan bervariasi. Pemilihan gaya bahasa

dan gaya tutur dalam penampilan tuturnya.11

Setelah bahan pidato dipersiapkan, untuk selanjutnya adalah mengatur materi dakwah dan menyusunnya dengan menarik. Banyak cara menyusun pidato, akan tetapi semuanya harus didasari pada tiga prinsip yaitu:

1) Kesatuan (unity) komposisi yang baik adalah merupakan kesatuan yang

utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan sifat. Dalam isi maksudnya adalah gagasan tunggal harus mendominasi uraian, mengenai tujuanpun harus jelas, apakah tujuan pidato itu untuk menghibur, memberitahukan dan mempengaruhi, begitupun sifat pembicara apakah serius, informal, formal atau bermain-main dengan demikian akan jelas apa yang akan disampaikan dalam pidato tersebut.

2) Pertautan-pertautan (coherency) ini menunjukan urutan bagian yang

berkaitan satus ama lain, pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu ke pokok yang lainnya secara lancar.

       11 


(28)

3). Titik berat (emphasis), bila kesatuan dan pertauatn membantu pendengar untuk mengikuti dengan mudah jalannya pembicaraan, maka titik berat

menunjukan mereka pada bagian-bagian yang penting patut diperhatikan.12

Jika kita memahami arti fungsi retorika agak sejalan dengan fungsi dari komunikasi, yaitu pada umumnya fungsi komunikasi ada empat yakni:

1) Mass Information, yaitu untuk memberi dan menerima informasi kepada

khayalak. Komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan dan menerima informasi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang dengan pengetahuannya. Tanpa komunikasi informasi tidak dapat disampaikan dan diterima.

2) Mass Education, yaitu member pedidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan.

3) Mass Persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang mencari dukungan. Dan ini lebih banyak digunakan oleh orang yang bisnis, dengan cara mempengaruhi melalui iklan yang dibuat.

4) Mass Entertainment, yaitu untuk menghibur, biasanya dilakukan oleh

amatir radio, televisi ataupun orang yang mempunyai professional

menghibur.13

       12

Jaluddin Rahmat, Retorika Modern, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-6, hal, 32-34

13


(29)

3. Lima Hukum Retorika

Ada lima tahap penyusunan pidato atau yang sering dikenal dengan (the

five connons rethoric) atau lima hukum retorika. Menurut Aristoteles dalam buku diksi dan gaya bahasa yang ditulis oleh Gorys Keraf, berikut penjelasannya.

a. Invention atau Heuresis, yaitu penemuan atau penelitian materi-materi. Langkah ini sebenarnya mencakup kemampuan untuk menemukan, mengumpulkan, menganalisis dan memilih materi yang cocok untuk pidato, Menurut Aristoteles argumen-argumen harus dicari melalui rasio, moral, dan afeksi. Karena ini dianggap sebagai bagian yang sangat penting.

b. Disposition atau Taxis atau Oikonomia, adalah penyusunan dan

pengurutan materi (argumen) dalam sebuah pidato.

c. Elocutio atau lexis, yaitu pengungkapan atau penyajian gagasan dalam

bahasa yang sesuai. Ada tiga hal yang menjadi dasar elucutio, yaitu

komposisi, kejelasan, dan langgam bahasa dari pidato; kerapian, kemurnian, ketajaman, dan kesopanan dalam bahasa; kemegahan, hiasan pikiran dengan upaya retorika.

d. Memoria atau Mneme yaitu menghafalkan pidato, latihan untuk


(30)

e. Actio atau Hypokrisis, yaitu menyajikan pidato, penyajian efektif dari sebuah pidato akan ditentukan juga oleh suara, sikap, dan gerak-gerik

tubuh.14

4. Pembinaan Teknik Berbicara

Teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan teknik berbicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas,

teknik mengucap, bina suara, teknik berbicara dan bercerita.15

Setiap orang bisa menyampaikan pidato, karena pidato adalah satu hal yang dapat dipelajari asalkan dia mau mengetahui dan mempelajari serta mempraktekkan tiga prinsip pidato atau yang biasa disebut trisila pidato, yaitu:

a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak).

b. Gunakan lambang-lambang audiktif atau usahakan agar suara anda

memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda (olah vokal).

c. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan, dan

tubuh anda (olah visual).16

Dari tiga prinsip pidato di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa pidato adalah satu bakat yang dapat dipelajari dengan menguasai trisila pidato tersebut.

       14

Gorys Keraf, Diksi Dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1984), Cet. Ke-7, hal.9-10

15

P. Rudi Wuwur Hedrikus, Retorika, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), hal. 16-17 16

A.H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan,


(31)

B. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu

bentuk isim masdar dari kata da’a-yad’u-da’watan yang artinya menyeru,

memanggil, mengajak dan menjamu.17 Toha Yahya Umar menegaskan, bahwa

dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti, seruan, panggilan atau undangan, adapun dakwah di Islam dimaksudkan adalah, mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah, untuk kemaslahatan dan

kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.18

Di dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang menunjukan kata tersebut, antara lain, dalam surat Yunus ayat 25 yang berbunyi

“Allah menyeru manusia ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”. (Yunus: 25)

Sedangkan menurut istilah, mengandung beberapa makna yang berbeda namun tujuan dan arti dari dakwah itu sendiri sama, di bawah ini ada beberapa pengertian istilah dakwah menurut para pakar ilmu dakwah, antara lain:

M. Arifin menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kajian dalam seruan, baik dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan

       17

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah, 1973), hal.127

18


(32)

berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur

paksaan.19

Karena dakwah adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan, oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, akan tetapi mencakup sekuruh aktivitas lisan maupun perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan

terhadap Islam.20 Artinya tujuan dakwah adalah bagaimana kita mengajak orang

lain agar senantiasa mengamalkan yang diperintahkan oleh Allah SWT, yang timbul dari kemauan mereka sendiri. Allah berfirman

⌧ ☺

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran. Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( al-Maidah: 8).

       19

M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal.6

20


(33)

Quraish Shihab berpendapat, bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan kepada jalan keinsyapan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi lebih

baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.21

Sedangkan dakwah menurut H.N.S Nasrudin Latif, dakwah artinya setiap usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariah serta akhlak islamiyah.

2. Unsur-Unsur Dakwah

a. Dai

Da’i secara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk isim fa’il dari asal

kata da’a-yad’u-da’watan, artinya orang yang melakukan dakwah. Secara

terminologi, da’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (akil baligh) dengan

kewajiban dakwah.22 Seorang da’i tidak hanya harus mengetahi dan hapal

berbagai macam hadits melainkan seorang da’i dituntut harus menguasai ajaran-ajaran Islam, penuh kewibawaan dan wawasan yang tinggi karena selayaknya da’i memahami berabagai aspek sendi kehidupan.

Menurut DR. Musthafa Ar-rafi’i dalam bukunya yang berjudul potret juru dakwah. Syarat-syarat dan sifat yang harus dipenuhi sosok juru dakwah adalah,

pertama, Amal dan kegiatannya harus ikhlas karena mencari ridha Allah dan

karena ingin meraih pahalanya. Kedua, Seorang juru dakwah harus menjadi

teladan dalam amal soleh. Ketiga, Menempuh cara hikmah (bijaksana) terhadap

orang-orang terpelajar dan intelek, dan melakukan metode “mauizhah hasanah”

(nasihat yang baik) dalam mengahadapi orang awam dan orang biasa. Keempat,

       21

Quraish Shihab,Membumikan Al-Quran Fungsi Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke, .XIX, hal. 194

22

Idris A Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, (Uin Syarif Hidayatulloh Jakarta, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, 2004), hal.6


(34)

Seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang sesuai dengan

jamannya dan menguasai teori dari berbagai aliran pemikiran. Kelima, Seorang

juru dakwah harus lembut dalm menyampaikan nilai-nilai dan pandangan serta

lembut dalam mengingkari kesesatan. Keenam, Dalam dakwahnya ia bertujuan

menarik manfaat dan menghilangkan kemudharatan. Ketujuh, Harus sabar dan

tabah dalam menghadapi cobaan. Kedelapan, Harus mengetahui tabiat kejiwaan

jama’ahnya. Kesembilan, Sang juru dakwah harus menggunakan kekuatan apabila

cara hikmah, jidal dan mauizhah hasanah tidak mempan.23

Dewasa ini banyak para da’i yang menyiarkan agama Allah dengan cara

yang bermacam-macam, dengan satu tujuan amar ma’ruf nahyi munkar.banyak

ayat-ayat yang menjelaskan tentang pentingnya amar maruf nahyi munkar, seperti

yang tertera dalam surat al-Imron ayat 104.

☺ ☺

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.(al-Imron:104)

Setiap muslim berkewajiban melakukan dakwah dengan caranya masing-masing, karena ayat di atas menjelaskan agar kita menyeru orang lain terhadap

kebaikan. Menyeru terhadap yang ma’ruf dan mencegah terhadap yang munkar.

Pentingnya subjek dakwah dalam mendidik diri pribadi dengan kesabaran dan keteguhan hati serta kemauan yang keras untuk berbuat baik dan berupaya agar selalu kembali kepada Allah SWT, mendidik diri supaya berbudi luhur, baik hati, bersifat murah hati, dermawan dan lebih mementingkan diri orang lain dan berinfak dengan ikhlas tanpa dilingkupi keragu-raguan dan kebimbangan sama sekali.

       23

Mustthafa ar-Rafi’I,Potret Juru Dakwah, (Jakarta: CV. Pustaka al-Kautsar, 2002), hal. 38-50


(35)

b. Mad’u

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia

penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara

keseluruhan.24

Objek dakwah adalah manusia yang dijadikan sasaran untuk menerima dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan objek dakwah yang sering

dikenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideologi, pendidikan, status

sosial, kesehatan dan sebagainya.25

Menurut Muhammad Abduh dalam buku manajemen dakwah karangan M.

Munir dan Wahyu Ilahi mad’u menjadi tiga golongan26, yaitu:

a) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir

secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan

b) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir

secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi

c) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka

senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahas secara mendalam.

Sedangkan mad’u menurut Imam Habib Abdullah Haddad dapat

dikelompokan dalam delapan rumpun, yaitu27 :

       24

M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), edisi ke-1, Cet. Ke-2, hal.23

25

Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta, Grafindo,2005), Cet. Ke-1, hal.107

26


(36)

a. Para ulama

b. Ahli zuhud dan ahli ibadah

c. Penguasa dan pemerintah

d. Kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya

e. Fakir miskin dan orang lemah

f. Anak, istri dan kaum hamba

g. Orang awam yang taat dan berbuat maksiat

h. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasulnya

c. Materi Dakwah

Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang dapat mempelajari realitas masyarakat dan kepercayaan mereka serta menempatkan mereka pada tempatnya masing-masing, kemudian ia mengajak mereka bedasarkan kemampuan akal, pemahaman, tabiat, tingkat keilmuan dan status sosial mereka, dan seorang da’i

yang bijak adalah yang mengetahui metode yang akan dipakainya.28

Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang

disampaikan da’i dan mad’u, pada dasarnya bersumber dari al-Qur’an dan hadits

sebagai sumber utama yang meliputi akidah, syari’ah, dan akhlak.29 Yang perlu

dipahami dakwah tidak hanya berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah, akan tetapi lebih dari itu, bagaimana memberikan kesadaran yang dalam agar mad’u

dapat mengaktualisasikan akidah, syari’ah, dan akhlak dalam kehidupan

sehari-hari.

        27

Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Prenada Media,2006), Cet. Ke-2, ed.rev, hal. 106.

28

Sa’id al-Qathani, Menjadi Da’i Sukses, (Jakarta:Qisthi Press, 2005), Cet Ke-1, Hal. 97.

29


(37)

Seyogyannya seorang da’i harus mampu membaca kondisi dan situasi mad’u

agar materi yang disampaikan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh mad’u. di

sinilah. Peran materi sangat dibutuhkan guna menunjang keberhasilan dalam berdakwah.

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah

pokok, yaitu.30

Pertama, masalah akidah (keimanan), masalah pokok yang menjadi materi

dakwah adalah aqidah islamiyah, aspek akidah ini yang akan membentuk moral

manusia. Karena akidah bersifat sentral pada diri manusia dan sangat erat

hubungannya dengan rukun iman maka yang dibahas pada akidah tidak hanya

tertuju iman akan teteapi mencakup apa yang dilarang seperti syirik.

Kedua, masalah syari’ah, hukum atau syariah disebut sebagai cermin

peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau memberika informasi

yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang berifat wajib,

mubah, makruh, dan haram.

Ketiga, masalah mu’amalah, Islam merupakan agama yang melakukan

urusan mu’amalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih

banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual.

Ibadah dalam mu’amalah di sini, diartkan sebagai ibadah yang mencakup

hubungan dengan Allah SWT dalam rangka mengabdi padanya.

       30


(38)

Keempat, masalah akhlak. Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik dengan ukuran yang bersumber pada Allah. Sebagaimana telah diaktualisasikan oleh Rasulluloh SAW. Apa yang menjadi sifat dan digariskan baik olehnya dapat dipastikan baik secara esensial oleh akal manusia. Dalam al-Quran dikemukakan bahwa kriteria baik itu, antara lain bertumpu pada sifat Allah SWT.

d. Metode Dakwah

Metode adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Efektif artinya antara biaya, tenaga, dan waktu dapat seimbang. Sedangkan efisien atau sesuatu yang berkenaan dengan pencapaian suatu hasil. Jadi metode dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai

suatu tujuan dakwah yang efektif dan efisien.31

Sekurang-kurangnnya ada tiga metode yang digambarkan dalam al-Quran yang tertera dalam surat an-Nahl:

☺ ☺

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(an-Nahl: 125)

       31

Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,1993), hal.21


(39)

Dakwah dengan hikmah, menurut pendapat M. Abduh dalam buku metode

dakwah yang dikarang oleh Munzier Suparta dan Harjani Hefni32 bahwa. Hikmah

adalah mengetahui rahasia-rahasia dan faedah di dalam arti ucapan yang sedikit lafazh akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya.

Dakwah dengan nasehat yang baik, menurut para pakar bahasa, nasehat mengandung arti teguran atau peringatan. Menurut Ashfani, dengan mengutip

pendapat Imam Khalil yang ditulis oleh A. Ilyas Ismail33, menyatakan bahwa

nasehat adalah memberikan peringatan (al-tadzkir) dengan kebaikan yang dapat

menyentuh hati. Jadi, makna terpenting dari nasehat adalah mengingatkan

(tadzkir) dan membuat peringatan (dzikra) kepada umat manusia. Menurut Sayyid Qutub nasehat yang baik adalah, nasehat yang dapat masuk dalam jiwa manusia serta dapat menyejukan hati, bukan nasehat yang dapat memerahkan telinga karena penuh dengan kecaman dan caci-maki yang tidak pada tempatnya.

Dakwah dengan dialog yang baik, perdebatan dengan cara yang baik dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan. Yaitu diskusi terbatas pada ide. Dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan argumentasi-argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi-argumentasi-argumentasi yang jitu dan

benar.34 Menurut Qutub, dakwah yang baik (jadal husna) adalah jadal yang tidak

mengandung unsur penganiayaan karena adanya unsur pemaksaan kehendak, juga tidak mengandung unsur merendahkan dan melecehkan lawan dialog.

       32

Munzier Suparta dan Harjani, Hefni metode dakwah, hal. 8

33

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qutub, (Jakarta, Pemadani, 2006), Cet. Ke-1, hal. 249-250

34

Anonim, Islam,Dakwah Dan Politik, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), Cet. Ke-1, hal. 33-36


(40)

e. Media Dakwah

Media dakwah menjadi salah satu unsur dalam berdakwah, karena bagaimanapun media dapat membantu da’i dalam menyampaikan isi pesannya agar menjadi efektif. Banyak media yang dapat dimanfaatkan oleh juru dakwah, termasuk di dalamnya adalah semua jenis media masa, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya. Di samping itu masih banyak lagi media dakwah yang lainnya mengingat media itu dapat berupa orang, tempat, kondisi tertentu

dan sebagainya.35

Pada saat ini masih banyak para da’i yang menggunakan media dakwahnya dengan menggunakan mimbar, dan tabligh akbar, walaupun cara ini terbilang tradisional namun cukup efektif dan masih dipertahankan sampai saat ini.

Dalam buku yang berjudul studi tentang ilmu dakwah, karangan Anwar Mas’ari. Dia menyebutkan beberapa media dan sarana yang diperlukan oleh juru dakwah antara lain:

a) Mimbar dalam khitabah

b) Qalam dalam khitabah

c) Pementasan dan drama

d) Seni suara dan bahasa

e) Medan dakwah

f) Alat bantu perlengkapan

       35


(41)

f. Tujuan Dakwah

Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah tujuan dakwah, bagaimanapun dakwah merupakan suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, karena tanpa tujuan dakwah yang disampaikan akan sia-sia. Menurut Asmuni Syukir dalam buku dasar-dasar strategi dakwah Islam, tujuan dakwah terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1) Tujuan Umum Dakwah

Tujuan umum dakwah adalah mengajak manusia meliputi orang mu’min maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar yang diridlai Allah SWT. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan di dunia maupun di akhirat merupakan titik tujuan hidup manusia, maka dakwah pun mengajak kita untuk mengarah kepada kebajikan.

2) Tujuan Khusus Dakwah

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian daripada tujuan umum. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktifitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagaimana secara terperinci. Di bawah ini disajikan beberapa tujuan khusus dakwah

a. Mengajak ummat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu

meningkatlan taqwanya kepada Allah SWT. Tujuan ini pun dibagi lagi kedalam tujuan yang lebih khusus

a) Menganjurkan dan menunjukan perintah-perintah Allah

b) Menunjukan larangan-larangan Allah

c) Menunjukan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang mau bertaqwa

kepada Allah

d) Menunjuakan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepadanya

b. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf. Tujuan ini

pun dibagi menjadi beberapa tujuan yang lebih khusus

a) Menunjukan bukti-bukti ke-Esaan Allah

b) Menunjukan keuntungan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah

c) Menunjukan ancaman bagi orang yang ingkar kepadanya

d) Menganjurkan untuk berbuat baik dan mencegah berbuat kejahatan

e) Mengajarkan sareat Allah dengan cara bijaksana


(42)

c. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.

Tujuan ini pun masih dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus, yaitu:

a) Menanamkan rasa keagamaan pada anak

b) Memperkenalkan ajaran-ajaran Islam

c) Membiasakan berakhlak mulia

d) Mengajarkan Al-Qur’an.36

3. Bentuk-Bentuk Dakwah a. Dakwah bi al-Lisan

Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan lisan antara lain :

a) Qaulun ma’rufun, dengan bebicara dalam pergaulan sehari-hari yang

disertai dengan misi agama yaitu agama Islam, seperti penyebarluasan salam, mengawali perbuatan dengan membaca basmalah.

b) Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah dalam

ibadah maupun perbuatan.

c) Nasihatuddin yaitu memberi nasihat kepada orang yang dilanda problem

kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik, seperti bimbingan penyuluhan agama dan sebagainya.

d) Majelis Ta’lim, seperti pembahasan pada bab-bab dengan menggunakan

buku atau dengan kitab dan berakhir dengan dialog.

e) Penyajian Umum, yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum.

f) Mujadalah, yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik satu kesimpulan.

       36

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, t.t), hal.54


(43)

       

b. Dakwah bi al-Hal

Yaitu dakwah yang dilakaukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah atau berdakwah melalui perbuatan, mulai dari tutur kata, tingkah laku, sampai pada kerja bentuk nyata seperti mendirikan panti asuhan, fakir miskin, sekolah-sekolah, rumah ibadah dll.37

c. Dakwah bi al-Qolam

Berbicara dakwah tentang dakwah bi al-Qalam tidak terlepas dengan

memahami makna tulisan. Dalam konteks ini, tulisan memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang produknya berupa ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya

berupa karya seni (jurnalistik).38

Dakwah bi al-Qalam dengan kekuatannya mempengaruhi masa mampu

membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan merupakan pola pikir dan prilaku masyarakat. Perkembangan media cetak semakin mencuat karena media yang bisa diperoleh oleh siapa saja yang membutuhkan perkembangan masyarakat sekarang ini, pada umumnya mampu membaca, selain itu media cetak cenderung

bisa diperoleh siapa saja dan di mana saja berada.39

 

 

37

 Rafi’uddin, dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 24 

38

Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal.175

39


(44)

Sosok yang senantiasa menyeru ke jalan Allah serta mengamalkan sunnah-sunnah Nabi, akhlaknya yang mulia menjadi panutan bagi keluarga dan masyarakat. KH. Abdul Rahman al-Madinah kelahiran Jakarta Tanggal 31

Agustus 1962. Ayah beliau bernama H. al-Madinah (al-maghfurlah) Ulama asli

Pondok Kelapa, dan Ibunda beliau bernama Hj. Tiharoh. Beliau berada di lingkungan pendidikan Agama yang sangat kuat dan patuh dalam menjalankan Syariat Allah, karena ayah beliau selalu menekankan agar kelak dewasa nanti menjadi anak yang berilmu dan mampu meneruskan perjuangan ayahnya.

KH. Abdul Rahman al-Madinah merupakan anak ke enam dari tujuh

bersaudara, yaitu, H. Abdul Latif (al-maghfurlah), H. Matroji, Hj. Rosadah, H.

Tamin Hadi, Hj. Dra. Rodemah, H. Abdul Rahman dan Rosidah. Sejak kecil mereka semua dididik dalam keluarga yang taat pada Agama.

KH. Abdul Rahman al-Madinah merupakan salah satu kyai yang disegani di

mata masyarakat, karena ilmu dan wibawanya yang menjadi figure seorang

ulama. Beliau dikenal dimasyarakat sebagai panutan bagi para ustad-ustad atau para kyai, khususnya yang berada di daerah Pondok Kelapa dan sekitarnya. Karena kegigihan beliau dalam berdakwah, beliau berhasil mendirikan Pondok Pesantren untuk anak yatim dan anak yang tidak mampu. Tidak hanya itu beliau

juga membuat Majlis Dzikir Watta’lim yang baru dirintisnya, walaupun Majlis

Dzikir Watta’lim ini terbilang baru namun jamaah yang hadir setiap pertemuan


(45)

sudah mencapai ratusan. Majlis ini dinamakan “Nahdlhotus Syubban” yang berarti Kebangkitan Para Pemuda. Didedikasikan buat para remaja agar selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya serta selalu berpegang

teguh pada Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Pada tahun 1987 KH. Abdul Rahman al-Madinah menikah dengan Ibu Kasmawati. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai Enam orang anak yaitu, Qonita Rahmawati, Zaqi Mubarok, Fadli Rahman, Hafizuddin, Rofi’uddin, dan Silvia Annajma. Di dalam keluarga beliau memiliki keluarga yang harmonis dan humoris, sehingga anaknyapun tidak segan-segan untuk menceritakan keluh

kesahnya pada beliau.1

Tokoh Ulama betawi ini berharap perjuanganya nanti dapat diteruskan oleh anak-anakya, maka tidak heran jika semua anaknya beliau masukan ke pesantren-pesantren yang ada di Jakarta bahkan ada pula yang di Luar Jawa.dalam satu hadits Rasul dikatakan.

“Jika Anak Adam Meninggal Maka Terputuslah Amal Ibadahnya Kecuali Tiga. Yang Pertama. Shodaqoh Jariyah, Kedua. Ilmu Yang Bermanfaat Dan Ketiga

Anak Yang Selalu Mendoakan Kedua Orangtuanya2”.

Penerapan pendidikan yang sangat tegas oleh KH. Abdul Rahman al-Madinah membuat anak-anaknya memiliki pengetahuan agama dan umum yang cukup, perjuangan beliaupun dalam mendidik anaknya tidak sia-sia karena ada salah satu dari anak beliau yang sudah mampu perpidato di depan masyarakat atau terkadang mengisi majelis ta’lim yang beliau asuh.

       1

Wawancara Pribadi Dengan Ustad Rofi’uddin (Menantu KH. Abdul Rahman al-Madinah) Pada Tanggal 24 juli di Pon-Pes al-Hidayah.

2

Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, Shahih At-Targib Wa At-Tarhih, (Hadits-Hadits Sahih Tentang Anjuran Dan Janji Pahala, Ancaman & Dosa, (Jakarta. PT. Tim Pustaka Sahifa, 2007). Hal. 180


(46)

Tuntutlah Ilmu Walau Sampai Ke Negeri China, itulah untaian pribahasa arab yang menjadi landasan beliau dalam menuntut ilmu. Beliau banyak mengemban ilmu-ilmu Agama di berbagai Sekolah hingga menjadi Mubaligh terkenal dan disegani. Adapun sekolah yang pernah beliau jadikan tempat untuk menuntu ilmu,

1. Sekolah Dasar di Pondok Kelapa.

2. Madrasah Ibtidaitah (MI) di Pondok Kelapa.

3. PGA di Bekasi Pada Tahun 1979.

4. Pondok Pesantren Daarul-Rahman terletak di Jakarta Selatan di bawah

asuhan KH. Syukron Ma’mun.

5. Salafiyah, Serang Banten Pada Tahun 1985.3

B. Aktivitas Dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah dan Keterkaitan Berdirinya Pondok Pesantren al-Hidayah

Aktivitas dakwah beliau tidak hanya sebatas dengan siraman-siraman rohani

ataupun ceramah, akan tetapi beliau juga melakukan kegitan atau dakwah bilhal

sebagai usaha mengefektifkan dakwah Islam agar balance antara dakwah billisan

dan dakwah bilhal.

Setiap hari beliau menjalan aktivitas yang padat dimulai dari mengajar di beberapa majlis talim sampai berdakwah di atas mimbar, namun beliau tidak

       3

Pada pagi hari beliau sekolah di Madrasah yang dekat dengan rumah beliau, untuk menuju ke sekolah beliau mengendarai sepeda butut, beliau selalu mendapatkan ejekan dari teman-temannya dengan ejekan “itu onta dah dikasih rumput”, namun beliau tetap sabar. Sorenya beliau sekolah lagi di Madrasah Ibtidaiyah. Kegigihan beliau dalam menuntut ilmu tidak pernah patah semangat, terbukti bahwa beliau banyak menjuarai di berbagai perlombaan baik olahraga maupun seni. Karena beliau menyadari akan pentingnya ilmu agama beliau melanjutkan sekolahnya ke Pesantren Daarul-Rahman. Di sinilah beliau mulai menggali potensi yang ada pada dirinya dalam bidang dakwah, bahkan beliau menjadi salah satu murid kesayangan KH. Syukron ma’mun, sampai saat ini hubungan beliau dengan guru-gurunya masih sangat dekat, beliau pernah berpesan agar selalu menjaga silaturahmi dengan para guru karena dengan itu, ilmu kita akan bermanfaat.


(47)

pernah lelah untuk berdakwah, karena itu perintah dari Allah yang dituangkan pada al-Quran.dan Hadits.

☺ ☺

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkarmerekalah orang-orang yang beruntung.” (al-Imran Ayat 104).

Dengan cara penyampaiannya yang bagus dan mudah dicerna oleh masyarakat serta memadukan materi ceramah dengan humor yang dapat menyegarkan Suasana mad’u. KH. Abdul Rahman al-Madinah mampu merekrut jama’ah dari berbagai kalangan, bahkan banyak jamah yang menginginkan majlis talimnya diajar oleh beliau. Aktifitas beliau selain membimbing dan mengasuh santriawan dan santriawati yang ada di Pondok Pesantren beliau juga aktif dakwah di luar dan berbagai Daerah termasuk Sulawesi, Padang, Kalimantan dan masih banyak lagi .

Beliau mengajar dari masjid ke masjid dari remaja orang tua dan kaum ibu terutama di lingkungannya sendiri karena beliau ingin lingkungannya disirami dengan siraman rohani. Beliau mengajar juga di luar Kota atau Jawa akan tetapi mengajar di sana hanya sebulan sekali, karena yang beliau mendahulukan dakwah di lingkungannya sendiri. Oleh karena itu setiap hari beliau mengajar di majelis-majelis yang terletak khusunya di Daerah Pondok Kelapa dan sekitarnya. Beliau juga sering berdakwah di Luar Jawa untuk mengisi ceramah dalam rangka memperingati hari besar Islam seperti, Maulid Nabi, Isra Miraj, Nuzulul al-Qur’an, dan acara besar lainnya.


(48)

Dalam berdakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah tidak mengenal kelas atas dan kelas bawah, yang terpenting bagi beliau bagaimana dakwah itu dapat tersalurkan bagi yang membutuhkannya, karena dakwah merupakan warisan dari Rasullullah, walaupun tantangan dakwah itu sulit, namun dakwah Islam harus tetap dilaksanakan.

Sampai saat ini beliau menjadi penasehat FBR dan FORKABI. Banyak partai yang mengajak beliau untuk bergabung dengan partainya. Namun beliau menolak karena beliau berharap dakwahnya ini dapat bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat, maka dari itu beliau tidak mau bergelut dalam partai karena menurutnya. Jika bergelut dalam partai maka mungkin dakwah saya memihak untuk satu partai saja, saya hanya ingin dakwah saya meluas di berbagai kalangan. Karena saya dari masyarakat dan saya masyarakat supaya saya diterima oleh masyarakat makanya saya mengambil satu keputusan bahwa saya ingin dimiliki oleh semua masyarakat dan tidak memegang kepada satu partai, atau satu golongan, atau satu organisasi tertentu dengan maksud agar dakwah saya dapat masuk kesemua kalangan dan masyrakat, karena saya ingin memasyarakatkan dakwah karena saya berprinsip kalau saya berdakwah satu partai maka partai lain

tidak menikmati dakwah saya, karena berbeda pendapat atau argument oleh partai

lain. Sedangkan kita satu bangsa yanga harus diberi siraman rohani sehingga menjadi bangsa yang selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya.

KH. Abdul Rahman al-Madinah tertarik dengan Dunia Dakwah karena itu


(49)

atau serulah manusia dalam kebaikan, jika kita senantiasa mengajak saudara-daudara kita kejalan kebaikan yang diridhoi oleh Allah maka itu sangat mulia di hadapan-Nya. tugas yang mulia ini merupakan perintah Allah, tanpa pamrih, tanpa mengharap balasan dari seseorang yang kita ajak berdakwah. Jika mereka mengikuti apa yang kita serukan sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulnya berarti

kita telah menyelamatkan mereka.4

Maka dari itu beliau sangat tertarik dengan tugas yang mulia itu, ada satu pepatah yang mengatakan. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Kita ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain makanya saya akan terus menjalakan dakwah walau dakwah itu sangat berat Katakan Yang Benar Walau Itu Pahit. Kita harus berani katakan yang benar itu benar dan yang bathil itu bathil di tengah-tengah Umat dan di tengah masyarakat

Berdirinya Pondok Pesantren al-Hidayah dilatar belakangi oleh adanya keprihatinan terhadap anak-anak yatim dan dhua’fa yang kurang mendapatkan perhatian yang memadai untuk memahami dan melaksanakn petunjuk Agama

Islam. Islam adalah agama “Rahmatan Lil’aalamin” (Rahmat Bagi Seluruh

Alam). Namun di sisi lain ada juga manusia yang seakan-akan tidak merasakan kerahmatan Islam karena dari mereka tidak memiliki kelebihan harta, ilmu, maupun kesempatan. Di antara manusia yang tidak kurang mendapatkan perhatian tersebut adalah anak-anak yatim dan dhu’afa.

       4

Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah (Pimpinan Pondok Pesantren al-Hidayah), Pada Tanggal 5 Agustus, di kediaman beliau.


(50)

Agar keprihatinan di atas dapat membuahkan hasil maka perlu segera didirikan sebuah sarana pendidikan untuk menampung anak-anak yatim dan

dhua’fa, maka H. al-Madinah (al-magfurlah) , H. Abd. Latif (al-magfurlah), dan

KH Abdul Rahman al-Madinah mendirikan sebuah yayasan al-Hidayah, pada mulanya yayasan ini hanya bergerak di bidang informasi seperti Majelis Ta’lim, Kuliah Ramadhan dan kegiatan-kegiatan Islam lainnya.

Namun pengurus dan pengasuh tidak putus asa juga tidak tinggal diam berbagai usaha telah dilakukan agar dapat mengembangkan cita-cita melalui yayasan yang sudah terbentuk. Maka untuk mengantisipasi kamajuan jaman serta dukungan dan dana-dana dari warga setempat yang tak henti-hentinya didedikasikan kepada pengurus dan pengasuh. maka didirikan juga Pondok Pesantren al-Hidayah dan sekolah formal hingga saat ini, mulai dari Raudhotul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madarasah Tsanawiyah (MTs), Dan

Madrasah Aliyah (MA).5

Para santri yang datang dan bermukim di Pondok Pesantren al-Hidayah ternyata tidak hanya dari masyarakat Pondok Kelapa, akan tetapi ada pula santri yang berasal dari Luar Jawa seperti, Lampung, Palembang dan Irian Jaya. Mereka bermukim di sana semata-mata hanya ingin menuntut ilmu dan sekaligus mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka melalui program EkstraKurikuler di Pondok Pesantren. Pondok Pesantren al-Hidayah diharapkan menjadi Lembaga Pendidikan Islam yang menciptakan generasi muslim serta

      

5

 Wawancara Pribadi Dengan Ustad Moh. Zaelani, Pada Tanggal 19 Juni Di Kediaman Beliau.


(51)

mampu menjawab tantangan jaman dan yang paling pokok adalah mampu menyiapkan sumber daya alam yang berkualitas.

C. Visi dan Misi Pondok Pesantren al-Hidayah

Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan yang lainnya. Pondok Pesantren al-Hidayah bertujuan untuk menyiarkan ajaran Agama Islam secara menyeluruh, di samping sebagai lembaga pendidikan Pondok Pesantren al-Hidayah juga berfungsi sebagai lembaga sosial kemasyarakatan untuk kemaslahatan umat Islam

yaitu dengan cara melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

1. Visi

Mencetak generasi muslim yang siap terjun ke masyarakat untuk menyebarluaskan Agama Allah yang selalu berpegang teguh pada al-Qur’an dan Hadits, Jujur, Amanah, Ilmiyah Amaliyah, Amaliyah Ilmiyah.

2. Misi

a. Mempersiapkan kader-kader muslim yang menguasai ilmu Agama,

mampu berkreasi secara aktif berlandaskan Iman dan Taqwa.

b. Menanamkan jiwa tauhid yang tinggi dengan landasan al-Quran dan

Hadits.

c. Membentuk anak-anak yatim dan dhua’fa menjadi generasi muslim yang

memiliki Iman yang kuat, berakhlak mulia dan berpendidkan.

Sejak diresmikannya Pondok Pesantren al-Hidayah pada tanggal 1 Januari Tahun 1990 oleh KH. Syukron Mamun. Pesantren ini sudah menerapkan perpaduan antara Sistem Klasik dengan Sitem Salaf. Misalnya pada pagi hari


(52)

mulai pukul 06.30 sampai 07.10 semua santri melakukan percakapan di halaman sekolah dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris. Pada pukul 07.20 sampai 12.00 dilaksanakn proses belajar di dalam kelas. Lalu pada siang harinya sampai pukul 15.00 para santri mengikuti kursus bahasa Arab dan Inggris. Selanjutnya pada sore harinya diberlakukan Sistem Salafi, karena pada pukul 16.00 sampai

pukul 17.30 para santri belajar kitab kuning seperti Fathul Mu’in, Fathul Qurib

dan lain sebagainya. Lalu selepas sholat maghrib sampai isya para santri

memperdalam baasa arab dengan mempelajari kitab-kitab seperti, al-Ajrumiyah,

al-Imriti, an-Nahwul al-Wadih dan lain sebagainya6.

Guna terlaksananya cita-cita pesantren untuk membentuk generasi muslim yang siap terjun ke masyarakat, maka Pondok Pesantren al-Hidayah memberikan program formal dan nonformal. Adapun program-program tersebut:

Formal

1. Raudhatul Athfal

2. Madrasah Ibtidaiyah

3. Madrasah Tsanawiyah

4. Madrasah Aliyah

Dalam rangka membangun serta mempertajam kemampuan santri sesuai bidnagnya masing-masing maka pondok pesantren al-hidayah membentuk wadah ekstrakurikuler, antara lain;

       6


(53)

       

Non formal

1. Muhadhoroh (Latihan Pidato Dengan Menggunakan Tiga Bahasa)

2. Muhadatsah (Percakapan Dengan Menggunakan Bahasa Arab dan

Inggris)

3. Marching Band

4. Pencak Silat

5. Marawis

6. Hadroh

Pondok Pesantren al-Hidayah menanggung seluruh pembiayaan pendidikan, makan dan minum serta sarana dan prasarana dengan kata lain gratis, terutama bagi mereka yang tidak mampu, fakir miskin anak yatim, dan dhuafa, maka tidak

heran jika banyak para santri yang berdatangan dari berbagai pelosok daerah.7

Pondok Pesantren al-Hidayah juga mengadakan acara besar yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan rutin setiap tahun sekali. Antusias masyarakt begitu besar sehingga jamaah yang menghadiri acara tersebut hampir ribuan, biasanya pada acara besar KH. Abdul Rahman al-Madinah mengundang Mubaligh kondang seperti. KH. Zainuddin. MZ, KH. Rhoma Irama, Ustad Jefri al-Bukhori serta masih banyak lagi para ulama yang datang pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan di Pondok Pesantren al-Hidayah.

 

  7

Wawancara Pribadi Dengan Ustad Moh. Zaelani.


(54)

Berdakwah pada dasarnya merupakan aktifitas lisan baik yang disampaikan secara formal melalui berbagai forum resmi ataupun sekedar berbicara dengan orang-perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah SWT. Ceramah atau khutbah merupakan salah satu bentuk kegitan dakwah yang sangat sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Agar dakwah itu berlangsung dengan baik, memikat dan menyentuh akal, dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang retorika menjadi perkara yang sangat penting.

Dalam berdakwah seorang da’i dituntun agar memahami betul apa yang dimau oleh mad’u agar dakwah yang disampaikan benar-benar sampai kepada masyarakat sehingga dapat merubah jalan pikiran orang lain ke dalam perbuatan yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran islam. Retorika menjadi hal yang paling pokok untuk mengaktualisasikan tujuan dakwah tersebut, seni berbicara yang baik akan memudahkan jamaah untuk menerima dan memahami materi yang disampaikan. Seni berbicara merupakan rasa atau warna yang melengkapi setiap kata yang terlontar dalam bekomunikasi, sehingga setiap kata yang keluar dari lisan menjadi indah dan enak didengar serta mampu menghipnotis jamaah.

Sedangkan retorika dakwah menurut KH.Abdul Rahman al-Madinah. Gaya atau ciri khas seorang da’i dalam berdakwah. Berdakwah itu perlu cara dan perlu gaya supaya tidak menjenuhkan dan tidak membosankan ma’du atau orang yang kita ajak dakwah, sebab jika dakwah itu monoton maka orang akan jenuh. Di


(55)

situlah diperlukan retorika dakwah dan retorika dakwah sangat penting untung menunjang keberhasilan dalam berdakwah tanpa menguasai retorika dakwah maka dakwah kita kurang memuaskan. Karena dakwah Perlu trik sendiri jika dakwah kita monoton orang akan ngantuk bahkan jenuh dan lain sebagainya.1

Dalam retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah, beliau menggunakan intonasi yang bervariasi, dan berbicara sesuai dengan kondisi jamaah serta mampu menyampaikan dakwahnya sesuai dengan klasifikasi usia audience. Ketika mad’u yang dihadapi kecil dalam hal ini tingkat sigor, maka intonasi suara lebih sering lantang namun lembut, hal ini juga dapat ditemui dalam proses retorika, yaitu usaha untuk melibatkan emosi dan rasio dari pihak mad’unya mereka merasa terlibat dengan masalah dan persoalan yang disajikan2.

Ketika berdakwah di hadapan ribuan jamaah, beliau menampilkan seluruh gayanya tanpa harus meniru gaya orang lain, kadang beliau menggunakan bahasa tubuh (gesture) seperti menggerakan tangan ke atas dan ke bawah, mimik wajah yang dibuat secara spontan, dan kontak mata beliau yang tidak pernah lengah kehadapan jamaah, sehingga dakwahnya dapat menarik perhatian jamaah

Hal tersebut sesuai dengan tiga prinsip pidato atau yang biasa disebut trisila pidato, yaitu

1. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak)

       1

Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul RAhman al-Madinah, (Pimpinan Pondok Pesantren al-Hidayah), Pada Tanggal 5 Agustus di Kediaman Beliau.

2

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pertama,1997), Cet Ke.XVIII, hal.45 


(56)

2. Gunakan lambang-lambang audiktif atau usahakan agar suara anda memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda (olah vokal)

3. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan dan tubuh anda (olah visual)3

Dakwah yang disampaikan panjang lebar dan memakan waktu yang cukup panjang, jika seorang da’i tidak menguasai retorika dan tidak mengemas materi dengan baik maka jamah akan merasa bosan dan jenuh, namun jika seorang da’i ahli dalam retorika, maka dakwah yang disampaikan selama berjam-jam pun akan berlalu begitu saja, tanpa kehilangan perhatian terhadap da’i tersebut. Begitu hebatnya retorika sehingga orang tetap tertarik dan mau mendengarkannnya.

Dalam ilmu retorika seorang orator disaat berbicara harus melakukan persiapan-persiapan, seperti, penguasaan materi, pemilihan topik dan penyampaian pesan dengan gaya bahasa yang baik karena itu semua menjadi syarat dalam mencapai keberhasilan dakwah, karena persiapan adalah setengah dari kesuksesan. Apabila ada sedikit kejelekan, maka hal itu akan mempengaruhi seorang da’i.

Retorika merupakan seni atau gaya dalam penyampaian materi, berarti materi yang disampaikan dikemas dengan cara yang menarik, sebagaimana tujuan dari retorika dalam berdakwah adalah mengutarakan pesan dakwah lewat bahasa lisan dengan menganjurkan jamaah mengikuti ajaran Islam, agar jamaah lebih paham dan tertarik untuk mengikuti apa yang disampaikan.

       3

A.H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan,


(57)

Seorang da’i memulai pidato dengan cara mengajak jamaah ke dalam suasana santai dan ceria terlebih dahulu atas materi yang akan disampaikan agar dapat menarik dan perhatian jamaah, jika da’i menyampaikannya diawali dengan bahasa yang lembut maka jamaah dapat menerimanya dengan mudah, namun jika dimulainya dengan dakwah yang kasar maka jamaahpun akan enggan menerimanya.

Seorang da’i haruslah pandai untuk mengenal dan mengetahui jamaahnya dengan baik, juga dapat melihat situasi dan kondisi mad’u yang di hadapinya, sebab tanpa melihat itu maka dakwah kita tidak mengenai sasaran, karena dari sinilah seorang da’i dapat menentukan tema apa yang perlu dibahas yang sesuai dengan keadaan jamaah. Agar dakwah yang disampaikan tepat pada sasarannnya.4 Salah satu petunjuk al-Quran bagi mereka yang menjalankan dakwah adalah hendaknya para da’i melakukan dakwah itu sesuai dengan kadar kemampuan orang yang didakwahi dan dengan bahasa kaumnya dan bukan dengan bahasa yang tidak dipahami oleh para pendengarnya5.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim ayat empat:

“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ibrahim: 4)

       4

Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah. 

5

Musthafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi Harmoni Antara Kelembutan Dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), Cet. Ke-1, hal. 21.


(58)

Sebagai seorang Da’i atau Mubaligh selayaknya terlebih dahulu mempunyai trik atau gaya dalam berdakwah agar dakwahnya dapat diterima oleh masyarakat dan mengena pada sasaran. Maka metode yang beliau gunakan terlebih dahulu adalah mengetahui dan mengenal orang yang diajak dakwah. Kita harus mengenal mad’u terlebih dahulu, sebab masyarakat berbeda-beda tingkat ke ilmuwannya, kita lihat mereka dari golongan apa. Atas, menengah, atau awam maka sangat penting bagi da’i mengenal medan yang akan didakwahinya.6

Misalnya pada saat kita bertemu dengan petani maka bahasa yang kita gunakanpun bahasa petani. Pada saat bertemu orang yang kita anggap intelektual maka bahsaa yang kita gunakanpun bahasa yang intelektual. Salah satu di antara Hadist Nabi berbunyi “Berbicaralah Kalian Menurut Kadar Kemampuan Mereka”. Maka bagi para da’i jangan sampai salah pakai dalam penggunaan bahasa kepada khalayak karena itu dapat mengurangi keberhasilan dalam berdakwah.

Menurut Muhammad Abduh dalam buku manajemen dakwah karangan M. Munir dan Wahyu Ilahi mad’u menjadi tiga golongan7, yaitu:

a) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan

b) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi

       6

Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah. 

7


(59)

c) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahas secara mendalam.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, ternyata sebelum beliau berdakwah langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenal mad’u atau medan yang akan kita dakwahi, agar pesan dakwah mudah diterima dan bisa menjangkau pola pemikiran audience. Beliau bisa beradaptasi dengan jamaah. Jika berceramah dengan para pejabat maka gaya bahasa yang beliau gunakanpun bahasa intelek dam ilmiah dan jika bicara di hadapan jamaah yang biasa saja, maka bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti.

B. Konsep Dakwah Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah

Dakwah ibarat bola lampu kehidupan, yang memberikan cahaya dan menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang benderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian yang cukup terpenting bagi umat saat ini tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi, kerusuhan, kecurangan dan sederet tindakan-tindakan lainnya. Jelas bahwa dakwah merupakan ajakan kepada keinsapan atau usaha mengubah situasi yang rumit menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna.

Dalam sejarah di muka bumi ini, dakwah merupakan aktifitas yang sudah lama sekali dilakukan oleh umat Islam, bahkan sejak Nabi Adam dilahirkan


(1)

Nama : Aminuddin Hari/Tanggal : 23 juni 2010

Alamat : Jl. Perjuangan Fatahillah RT.05/03. Desa Kebalen. Kec. Babelan Pekerjaan : Guru Sekolah Dasar

1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda?

Jawab : Santun, Ramah dan sebagai panutan dalam berdakwah 2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?

Jawab : Bagus, Keras, Tegas dan mudah dipahami bahasanya

3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan? Jawab : Tentu, Karena humornya lucu dan santai

4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?

Jawab : Mengerti, bahasa yang beliau gunakan sederhana tidak muluk-muluk 5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?

Jawab : Efektif, Karena mengambil dari sejarah-sejarah para Nabi yang disertai al-Qur’an dan Hadits

6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?

Jawab : Bagus, Karena dalam berdakah beliau amat lantang, keras dan tegas sehingga jama’ah senantiasa mengikuti dakwahnya

7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?

Jawab : Sedikit, Beliau lebih banyak bicara dengan lantang dalam berdakwah.


(2)

Nama : Zaqi Mubarok Hari/Tanggal : 23 juni 2010

Tempat : Jl. Raya Kemang Sari RT.002/011. No77. Jt. Bening Baru Pekerjaan : Mahasiswa UIN Jakarta

1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda?

Jawab : Baik, Ramah, Tawaddhu dan mudah bergaul khusunya dengan jam’ah 2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?

Jawab : Bagus, Cara penyampainnya dalam berdakwah mengena kepada hati jama’ah

3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan? Jawab : Iya suka, karena Materi yang beliau gunakan menarik dan enak didengar 4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?

Jawab : Mengerti, Karena memakai bahasa Betawi alias bahasa orang sini 5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?

Jawab : Iya cukup efektif, karena beliau mengambil topik yang sedang update 6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?

Jawab : Bagus, Tapi terkadang beliau menggunakan bahasa inggris seharusnya tidak usah digunakan lebih baik bahasa Betawi aja semuanya.

7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?

Jawab : Sering, Karena banyak jama’ah yang tertawa ketika beliau berdakwah, itu perlu dan bagus karena tidak semua kyai bisa mengguanakan humor lewat dakwah.


(3)

Nama : Imam Wahyudi Hari/Tanggal : Sabtu 17 Juli 2010

Tempat : Pondok Pesantren al-Hidayah Pekerjaan : Santri

1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda? Jawab : Baik. Bisa merubah akhlak masyarakat sekitar

2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?

Jawab : Bagus. Suaranya yamg keras dan dakwahynya tidak bosan untuk didengar

3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?

Jawab : Suka sekali, karena beliau menggunakan dakwah dengan gayanya sendiri tanpa mengikuti gaya orang lain

4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?

Jawab : Mengerti, karena setiap beliau ceramah saya selalu memperhatikannya dengan serius sehingga saya memahami isi dakwah yang beliau sampaikan

5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?

Jawab : Efektif, selain ceramah beliau juga akti mengajaar di majlis-majlis sekitar Pondok Kelapa

6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?

Jawab : Bagus sekali, terbukti antusias warga kepada dakwah beliau banyak dinikmati oleh banyak orang

7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor? Jawab : Iya sering biar jamah tidak bosan dan ngantuk.


(4)

Nama : Iwan Kurniawan Hari/Tanggal : Sabtu 17 Juli 2010

Tempat : Pondok Pesanten al-Hidayah Pekerjaan : Santri

1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda? Jawab : Baik, Santun dan peduli dengan orang dhuafa

2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman? Jawab : Bagus, keras namun dapat diterima oleh masyarakat

3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan? Jawab : Suka, karena beliau berdakwah dengan simple dan tidak bertele-tele 4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?

Jawab : Mengerti karena cara penyampaiannya bagus dan bahasanya mudah dipahami, beliau juga tidak menggunakan bahasa asing dalam berdakwah khususnya di hadapan santri

5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif? Jawab : Efektif, karen banyak jamah yang datang ketika beliau ceramah 6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?

Jawab : Bagus, karena suara beliau sangat jelas untuk didengar dan suara belaiu bagus seperti Qori walaupun beliau bukan Qori

7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor? Jawab : Iya sering supaya santri tidak ngantuk ketika beliau ceramah


(5)

Nama : Syuhadaakum Hari/Tanggal : Sabtu 17 Juli 2010

Tempat : Pondok Pesantren al-Hidayah Pekerjaan : Santri

1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda? Jawab : Tawaddhu dan disegani oleh masyarakat

2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman? Jawab : Ceramahnya enak dan tidak bosan didengar walau berkali-kali 3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?

Jawab : Suka sekali karena beliau ceramah diselingi humor jadi kami para santri sangat menyukai soalnya tidak bosan

4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?

Jawab : Mengerti karena beliau ceramah secara santai tapi serius dan saya sering mendengarkan beliau ceramah

5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif? Jawab : Sudah karena merubah prilaku santri menjadi lebih baik

6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?

Jawab : Bagus, kadang-kadang beliau ceramah sambil berjalan-jalan, maksudnya berpidah-pindah tempat jadi mata santri tidak lepas kepada beliau, fokus gitu 7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?

Jawab : Iya sering, apalagi kalau ceramahnya waktu malam, jadi para santri tidak ada yang ngantuk apalagi tidur.


(6)