Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Sumber Karbohidrat Pada Silase Limbah Sayuran Terhadap Kualitas Fisik dan Tingkat Palatabilitas Silase

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF ADDITION OF VARIOUS TYPES OF SOURCES OF CARBOHYDRATE IN WASTE SILAGE VEGETABLES AND LEVEL OF

QUALITY PHYSICAL PALATABILITY OF SILAGE By

Angga Alvianto

The purpose of this study was to compare the effect of several sources of carbohydrate of the physical quality of silage and silage palatability level vegetable waste, knowing the source of carbohydrate that have the best effect on the physical quality and level of palatability of silage vegetable waste. This research is completely randomized design (CRD) with 4 treatment additional source of carbohydrates (rice bran, cassava flour, molases and silage without the addition of accelerator) and 3 repetitions. Data was analyzed by Analysis of Varians and continued with Least Significant Difference Test (LSD) 0,01 or 0,05. The results showed the addition of various sources of carbohydrate significantly (P <0.05) on the texture and highly significant (P <0.01) on the color and flavour of vegetable waste silage. Treatment with the addition of cassava flour is the best treatment that affects texture and color silage, Whereas treatment with the addition of molases is the best treatment that affects the flavour and palatability of silage.

Keywords: silage, a source of carbohydrate (rice bran, cassava flour, molases), physical quality and palatability of silage.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUMBER KARBOHIDRAT PADA SILASE LIMBAH SAYURAN TERHADAP

KUALITAS FISIK DAN TINGKAT PALATABILITAS Oleh

Angga Alvianto

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh beberapa sumber karbohidrat terhadap kualitas fisik silase dan tingkat palatabilitas silase limbah sayuran, mengetahui sumber karbohidrat yang memiliki pengaruh terbaik terhadap kualitas fisik dan tingkat palatabilitas silase limbah sayuran. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan penambahan sumber karbohidrat (dedak padi, tepung gaplek, molases dan silase tanpa penambahan akselerator) dan 3 kali ulangan. Apabila hasil analisis didapat peubah yang nyata dan atau sangat nyata maka dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% dan atau 1% . Hasil penelitian menunjukkan penambahan berbagai sumber karbohidrat berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap warna dan aroma silase limbah sayuran. Perlakuan dengan penambahan tepung gaplek merupakan perlakuan terbaik yang memengaruhi teksur dan warna silase, sedangan perlakuan dengan penambahan molases merupakan perlakuan terbaik yang memengaruhi aroma dan palatabilitas silase.

Kata kunci: silase, sumber karbohidrat (dedak padi, tepung gaplek, molases), kualitas fisik dan palatabilitas silase.


(3)

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUMBER KARBOHIDRAT PADA SILASE LIMBAH SAYURAN TERHADAP

KUALITAS FISIK DAN TINGKAT PALATABILITAS SILASE

(Skripsi)

Oleh

Angga Alvianto

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Peternakan

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tata letak perlakuan RAL ... 19

2. Pengumpulan sampel... 41

3. Proses pembuatan silase... 42

4. Uji organoleptik silase... 43


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis .. ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Deskripsi Limbah Sayuran ... 8

B. Deskripsi Silase ... 10

C. Jenis dan Kandungan Nutrisi Akselerator ... 12

D. Uji Organoleptik ... 14

E. Palatabilitas ... 16

III. BAHAN DAN METODE ... 18

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 18

C. Peubah yang Diamati ... 18


(6)

E. Prosedur Penelitian ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kualitas Fisik Silase Limbah Sayuran ... 24

a. Tekstur ... 24

b. Warna ... 26

c. Aroma ... 28

B. Palatabilitas ... 29

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 32

A. Simpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi limbah sayuran... 20

2. Formulir uji organoleptik ... 22

3. Nilai uji organoleptik tekstur silase limbah sayuran ... 24

4. Nilai uji organoleptik warna silase limbah sayuran ... 26

5. Nilai uji organoleptik aroma silase limbah sayuran... 28

6. Rata-rata konsumsi silase limbah sayuran ... 30

7. Rata-rata uji organoleptik tekstur silase limbah sayuran ... 37

8. Analisis ragam tekstur silase limbah sayuran ... 37

9. Uji BNT pada tekstur silase limbah sayuran ... 37

10. Rata-rata uji organoleptik warna silase limbah sayuran ... 37

11. Analisis ragam warna silase limbah sayuran ... 38

12. Uji BNT pada warna silase limbah sayuran ... 38

13. Rata-rata uji organoleptik aroma silase limbah sayuran ... 38

14. Analisis ragam aroma silase limbah sayuran ... 38

15. Uji BNT pada aroma silase limbah sayuran ... 39

16. Uji palatabilitas hari pertama ... 39

17. Uji palatabilitas hari kedua ... 39


(8)

19. Total konsumsi tiga hari ... 40 20. Rata-rata konsumsi silase limbah sayuran ... 40


(9)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau

telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang

lain. Dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap.

(QS. Al-Insyirah,6-8)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi

kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.

(Schopenhauer)

Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin

kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

(Evelyn Underhill)

Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan dan tidak ada perjuangan tanpa

pengorbanan


(10)

✁✁ ✂✄ ☎✆ ✝✁ ✞✁ ✁ ✄ ✂ ✞✟✠✡✡ ✞✁

alamin...

Kuhaturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

serta suri tauladanku Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman

hidup dalam berikhtiar

Ayahanda yang mulia, Ibunda yang tercinta terima kasih atas segala

doa, air mata dan keringat perjuanganmu yang telah membawaku

memasuki gerbang kesuksesan dari rasa tidak mampu hingga rasa yakin

untuk aku mencoba bertahan atas nama perjuanganmu. Aku selalu

ingin menceritakan semua tapi aku selalu kehabisan kata-kata.Mungkin

hanya inilah yang mampu kubuktikan kepadamu bahwa aku tak pernah

lupa pengorbananmu, bahwa aku tak pernah lupa nasihat dan

dukunganmu, bahwa aku tak pernah lupa segalanya dan selamanya.

Ku persembahkan mahakarya yang sederhana ini kepada:

Ayah dan Ibuku yang telah banyak berkorban baik lahir

maupun batin, yang kasih sayangnya melebihi dirinya sendiri,


(11)

☛☞ ✌✍✎ ✏✑☞ ✑ ✒ ✓ ✏✔ ✕ ✖☞ ✕☞ ✌ ✓ ✏✔ ✗☞ ✔☞ ✘ ☞✍ ☞✔ ☞ ✙✒ ✚✏ ✌✛☞✕✜ ✜✌✎☞✌☛☞✌✍

✑ ✏✓✜✗ ✓☞ ✜✙ ✕☞ ✌ ✓ ✏✔ ✍✒ ✌☞ ✓☞ ✍ ✜✎ ✏✎ ☞✚☞

✢✕ ✜✙

adikku yang telah memberikan doa, dukungan, cinta,

kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaan selama ini

Almamater tercinta yang ku cintai dan aku banggakan

Serta untuk orang-orang yang ku sayangi dan menyayangiku

yang banyak membantu dan senantiasa memberikan senyuman

hangatnya sebagai penguat semangat agar tetap kokoh dalam

menjalani hidup ini


(12)

RIWAYAT HIDUP

Angga Alvianto (1114141005), lahir di Seputih Banyak pada tanggal 13 Maret 1993. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan suami istri Poniman dan Sumini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bratasena Adiwarna, Tulang Bawang pada 2005, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Bratasena Adiwarna, Tulang Bawang pada 2008, dan sekolah menengah atas di SMK Negeri 2 Metro pada 2011. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai Mahasiswi Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Jalur Ujian Masuk Lokal (UML).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampung Karya Jitu Mukti, Tulang Bawang pada Januari—Februari 2015 dan penulis juga melaksanakan Praktik Umum di CV. Intan Jaya PS, Pekalongan, Lampung Timur pada Juli--Agustus 2014. Penulis pernah aktif di organisasi BEM FP sebagai anggota Dinas Seni dan Olahraga pada periode 2012-2013 dan DPM FP sebagai komisi 1 sarana dan prasarana mahasiswa pada periode 2013-2014.


(13)

(14)

(15)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi inidengan baik.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Sumber Karbohidrat Pada Silase Limbah Sayuran Terhadap Kualitas Fisik Dan Tingkat Palatabilitas Silaseadalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Peternakan di Universitas Lampung

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.P.selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung—atas izin yang diberikan;

2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.selaku Ketua Jurusan Peternakanatas nasehat, dan segala bantuan yang diberikan selama penulisan skripsi; 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.—selaku Pembimbing Utama—atas

saran, motivasi, arahan, ilmu, dan bimbingannya serta segala bantuan selama penulisan skripsi ini;

4. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M.S.selaku pembimbing anggotaatas gagasan, saran, bimbingan yang diberikan selama penulisan skripsi ini;


(16)

5. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. selaku Pembahas—atas bimbingan, motivasi, kritik, saran, dan masukan yang positif kepada penulis serta segala bentuk bantuan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

6. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. selaku Pembimbing Akademik—atas nasehat, saran, motivasi, ilmu, dan bimbingannya serta segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis hingga saat ini;

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Unila—atas bimbingan, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;

8. Bapak dan Ibuku tercinta atas segala do’a, dorongan, semangat, pengorbanan,

dan kasih sayang yang tulus ikhlas dan senantiasa berjuang untuk keberhasilan penulis, dan adik ku tercinta atas nasihat dan dukungannya dalam bentuk moril maupun materil;

9. Sahabat penelitian yang selalu memberikan dukungan, menemani dengan sabar, memberikan motivasi disaat jatuh dan selalu mengingatkan disaat salah, serta memberi masukan positif selama penulisan skripsi ini (Fahri Aji

Amrullah);

10. Depo, Dimas C, Decka, Solihin, Mifta, Istiana, Devi, Tri Atika, Ali, Riki, Apri, Ayu, Citra, Retno, mbak Ratna—atas persaudaraan dan kerjasamanya selama penelitian;

11. Teman-teman terbaikku Dwi Haryanto, Arista Pribadi, Bastian Rusdi, Frandy Febriantoro, Rahmat Nurdiyanto, Hermawan dan Siti Unayah—atas

kekeluargaan, persahabatan, motivasi yang diberikan kepada penulis;. 12. Keluarga besarAngkatan 2011” (Dwi Haryanto, Arista Pribadi, Bastian


(17)

Irma, Aji, Ali, Amita, Apri, Arie, Atikah, Bekti, Putri, Bowo, Dea, Dimas R,Edwin, Eko, Fauzan, Fery, Fitri Y , Gusma, Haekal, Putu, Isti, Imah, Jenny, Konita, Laras, Lasmi, Linda, Lisa, Maria, Okta, Putri, Riswanda, Sarina, Sakroni, Tri Atika) atas suasana kekeluargaan dan kenangan indah selama masa studi serta motivasi yang diberikan pada penulis;

13. Seluruh kakak-kakak (Angkatan 2009 dan 2010)serta adik-adik (Angkatan 2012, 2013,2014, dan 2015) jurusan peternakan—atas persahabatan dan motivasinya;

14. Semua dosen dan pegawai di jurusan peternakan yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasinya;

15. Semua aktor yang telah mengisi kehidupan dan menemaniku meskipun dari kejauhan dengan segala kasih sayang, dukungan, dan kenangan indah yang hanya menjadi persinggahan yang tidak dapat terlupa.

Semoga semua bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin...

Bandar Lampung, September 2015


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan sebagai bahan pengganti hijauan untuk pakan adalah limbah sayuran. Limbah sayuran pasar merupakan sisa-sisa sayuran yang tidak terjual, hasil penyiangan maupun bagian dari sayuran yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. Selama ini limbah sayuran pasar menjadi sumber masalah bagi upaya mewujudkan kebersihan dan kesehatan masyarakat. Selain mengotori lingkungan, limbah sayuran pasar dengan sifatnya yang mudah membusuk, mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa bau yang tidak sedap. Pemanfaatan limbah sayuran sebagai pakan yang tidak bernilai ekonomis dengan tujuan untuk menekan biaya usaha tani ternak. Akan tetapi limbah sayuran memiliki kelemahan yaitu mempunyai kadar air tinggi yang menyebabkan cepat busuk sehingga kualitasnya sebagai pakan cepat menurun.

Melihat kondisi dan masalah di atas maka perlu dilakukan sebuah terobosan yaitu dengan cara teknologi konservasi (pengawetan). Salah satu konservasi yang sudah dikenal yaitu teknologi silase dimana teknologi ini bertujuan untuk mengawetkan


(19)

2

hijauan serta mencegah kehilangan nutrisi hijauan melalui proses fermentasi mikroba secara anaerob. Pengolahan bahan pakan menjadi silase bertujuan untuk

memperpanjang masa simpan pakan. Silase adalah semua pakan yang sudah mengalami fermentasi secara anaerob. Pada proses ini terjadi perubahan dari

bahan—bahan organik menjadi asam laktat oleh bakteri anaerob (Susilowati, 1997). Kadar air bahan yang akan diolah menjadi silase tidak boleh terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Untuk bahan-bahan yang memiliki kadar air cukup tinggi (> 80%), perlu dilakukan pelayuan, penjemuran atau dikeringanginkan terlebih dahulu sebelum proses pembuatan silase dimulai untuk menurunkan kadar airnya (Saenab, 2010). Prinsip fermentasi ini adalah menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen ke dalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan. Fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk

menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH silase. Faktor lain yang

memengaruhi kualitas silase adalah kadar air hijauan dan bahan. Kualitas silase yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh tiga faktor dalam pembuatan silase antara lain: hijauan yang digunakan, zat aditif (aditif digunakan untuk meningkatkan kadar protein dan karbohidrat pada material pakan) dan kadar air.

Pembuatan silase tidak pernah terlepas dari penggunaan aditif. Bahan aditifyang berbeda dapat menghasilkan kualitas silase yang berbeda. Masing-masing

karbohidrat mempunyai kelebihan dan kekurangan pada komposisi gizinya sehingga kualitas yang dihasilkan berbeda diantaranya kadar air, pH dan kualitas silase.


(20)

3

Kualitas silase yang baik dari sumber karbohidrat perlu dikaji mengenai kesesuaian jenis aditif yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai jenis sumber karbohidrat pada silase limbah sayuran terhadap kualitas fisik dan tingkat palatabilitas silase.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. membandingkan pengaruh beberapa sumber karbohidrat terhadap kualitas fisik silase dan tingkat palatabilitas silase limbah sayuran;

b. mengetahui sumber karbohidrat yang memiliki pengaruh terbaik terhadap kualitas fisik dan tingkat palatabilitas silase limbah sayuran.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peternak tentang pengolahan limbah sayuran yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang murah melalui proses fermentasi dengan penambahan berbagai jenis sumber karbohidrat. Hal ini akan mengatasi permasalahan polusi lingkungan, kurangnya hijauan untuk pakan ternak ruminansia.


(21)

4

D. Kerangka Pemikiran

Selama ini limbah sayuran pasar menjadi sumber masalah bagi upaya mewujudkan kebersihan dan kesehatan masyarakat. Selain mengotori lingkungan, limbah sayuran pasar, dengan sifatnya yang mudah membusuk mengakibatkan pencemaran

lingkungan berupa bau yang tidak sedap. Limbah sayuran terdiri dari limbah daun bawang, seledri, sawi hijau, sawi putih, kol, wortel, klobot jagung, daun kembang kol dan masih banyak lagi limbah-limbah sayuran lainnya.

Limbah sayuran dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang baik sebagai pengganti hijauan. Melalui pemanfaatan limbah sayuran sebagai pakan ternak diharapkan dapat mengurangi polusi dan menciptakan pakan alternatif utuk ternak. Namun limbah sayuran memiliki beberapa kelemahan sebagai pakan ternak antara lain mempunyai kadar air tinggi yang menyebabkan cepat busuk sehingga kualitasnya sebagai pakan cepat menurun. Oleh karena itu, limbah sayur yang tidak bisa

diberikan langsung kepada ternak perlu diolah terlebih dahulu untuk mempertahankan kualitasnya yaitu dengan cara pengolahan limbah sayuran menjadi silase.

Silase merupakan bahan pakan dari hijauan pakan ternak maupun limbah pertanian yang diawetkan melalui proses fermentasi anaerob dengan kandungan air 60 – 70%. Kadar air bahan yang akan diolah menjadi silase tidak boleh terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Prinsip dari pembuatan silase ini adalah untuk menghentikan kontak antara hijauan dengan oksigen, sehingga dengan keadaan anaerob ini bakteri asam


(22)

5

laktat akan tumbuh dengan mengubah karbohidrat mudah larut menjadi asam laktat. Penambahan beberapa bahan aditif pada pembuatan silase dapat meningkatkan komposisi dan kualitas nutrien silase sehingga kandungan nutrisi yang berbeda pada setiap akselerator akan memengaruhi perubahan kandungan nutrisi silase (Van Soest, 1994).

Menurut Gunawan et,al., (1988) bahwa bahan pengawet (aditif) memiliki fungsi antara lain: meningkatkan ketersediaan zat nutrisi, meningkatkan nilai nutrisi silase, meningkatkan palatabilitas, mempercepat terciptanya kondisi asam, memacu

terbentuknya asam laktat dan asetat, mendapatkan karbohidrat mudah

terfermentasikan sebagai sumber energi bagi bakteri yang berperan dalam fermentasi, menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri lain dan jamur yang tidak

dikehendaki, mengurangi oksigen yang ada baik secara langsung maupun tidak langsung, mengurangi produksi air dan menyerap beberapa asam yang tidak diinginkan. Lubis (1992) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat mudah larut dari molases 74,9%, dedak padi 43,8% dan tepung gaplek 78,4%.

Penambahan akselerator pada tepung gaplek dan molases menghasilkan silase yang baik dari segi bau yaitu asam seperti khas tape. Safarina (2009) menyatakan selama proses ensilase pati yang terkandung didalam tepung gaplek diubah menjadi gula melalui proses sakarisasi sebelum proses fermentasi. Molases mengandung karbohidrat (sukrosa) yang merupakan golongan disakarida sehingga mudah dimanfaatkan mikrobia selama proses fermentasi berlangsung untuk memproduksi


(23)

6

asam laktat dan menyebabkan penurunan pH yang menghasilkan silase berbau asam. Komposisi nutrisi onggok adalah 89.38 % bahan kering (BK), 87.60 % bahan organik (BO), 1.60 % protein kasar (PK) dan kecernaan bahan keringnya sebesar 82.0 % yang berfungsi untuk mempercepat tercapainya kondisi asam, memacu terbentuknya asam laktat dan asetat, mendapatkan karbohidrat mudah terfermentasikan sebagai sumber energi bagi bakteri yang berperan dalam fermentasi, menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri lain dan jamur yang tidak dikehendaki, mengurangi oksigen yang ada baik secara langsung maupun tidak langsung, mengurangi produksi air dan menyerap beberapa asam yang tidak diinginkan.

Berdasarkan penelitian Santi et,al., (2012) bahwa penambahan molases 10% menghasilkan silase batang pisang yang dikategorikan berkualitas baik dilihat dari segi karakteristik fisik, kimiawi maupun nilai kecernaan in vitro dan lama ensilase optimal untuk membuat silase batang pisang yaitu 21 hari, dikarenakan molases yang memiliki ciri fisik dan kimia bau yang asam, warna coklat, cair dan BETN 74%. Oleh karna itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian silase dengan bahan limbah sayuran dengan penambahan akselerator yang berbeda. Perbedaan dari kandungan karbohidrat mudah larut dalam setiap sumber karbohidrat memengaruhi kualitas silase yang dihasilkan, sehingga diharapkan penambahan berbagai sumber karbohidrat dapat meningkatkan kualitas fisik silase dan tingkat palatabilitas silase.


(24)

7

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. penambahan berbagai jenis karbohidrat yang berbeda pada silase limbah sayuran akan berpengaruh terhadap kualitas fisik dan tingkat palatabilitas silase yang dihasilkan;

2. silase limbah sayuran dengan warna, tekstur, aroma dan palatabilitas terbaik dihasilkan pada silase dengan penambahan molases.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Limbah Sayuran

Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi. Salah satu limbah yang banyak terdapat di sekitar pasar adalah limbah sayuran. Limbah sayuran adalah bagian dari sayuran atau sayuran yang sudah tidak dapat digunakan atau dibuang. Limbah buah-buahan terdiri dari limbah buah semangka, melon, pepaya, jeruk, nenas dan lain-lain sedangkan limbah sayuran terdiri dari limbah daun bawang, seledri, sawi hijau, sawi putih, kol, limbah kecambah kacang hijau, klobot jagung, daun kembang kol dan masih banyak lagi limbah-limbah sayuran lainnya. Namun yang lebih berpeluang digunakan sebagai bahan pengganti hijauan untuk pakan ternak adalah limbah sayuran karena selain ketersediaannya yang melimpah, limbah sayuran juga memiliki kadar air yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan limbah buah-buahan sehingga jika limbah sayuran dipergunakan sebagai bahan baku untuk pakan ternak maka bahan pakan tersebut akan relatif tahan lama atau tidak mudah busuk (Hadiwiyoto,1983).

Disamping potensi tersebut limbah sayuran memiliki beberapa kelemahan sebagai pakan, antara lain mempunyai kadar air tinggi (91,56%) yang menyebabkan cepat


(26)

9

busuk sehingga kualitasnya sebagai pakan cepat menurun. Oleh karena itu, limbah sayur yang tidak bisa diberikan langsung kepada ternak perlu diolah terlebih dahulu untuk mempertahankan kualitasnya (Muktiani et,al., 2006). Hal ini sangat

bermanfaat, sebab selain mengurangi jumlah sampah selain itu dapat mengurangi biaya peternakan. Namun sampah ini harus dibersihkan dan dipilah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi ternak. Jika sampah organik bercampur dengan sampah yang mengandung logam berat, akan menimbulkan masalah bagi ternak sebab logam tersebut dapat terakumulasi di dalam tubuhnya (Suprihatin et,al., 1998).

Jenis limbah sawi yang banyak di pasaran yaitu limbah sawi hijau/caisim dan sawi putih. Sawi memiliki kadar air yang cukup tinggi, mencapai lebih dari 95%,sehingga umumnya sawi cenderung lebih mudah untuk diolah menjadi asinan. Jika akan diolah menjadi silase, terlebih dahulu sawi harus dilayukan/dijemur atau dikering-anginkan untuk mengurangi kadar airnya. Nilai protein kedua jenis sawi ini setelah ditepungkan hampir sama, berada pada kisaran 25% -- 32%. Limbah kol yang didapatkan di pasar, merupakan bagian kol hasil penyiangan. Limbah kol termasuk sayuran dengan kadar air tinggi (> 90%) sehingga mudah mengalami

pembusukan/kerusakan. Daun kembang kol merupakan bagian sayuran yang umumnya tidak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. Meski demikian, hasil analisa menunjukkan bahwa tepung daun kembang kol mempunyai kadar protein yang cukup tinggi, yaitu 25,18% (Puslitbangnak, 2013)


(27)

10

B. Deskripsi Silase

Silase merupakan makanan ternak yang sengaja disimpan dan diawetkan dengan proses fermentasi dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang masih bermutu tinggi serta tahan lama agar dapat diberikan kepada ternak pada masa kekurangan pakan. Prosesnya disebut ensilase dan tempat untuk membuat silase disebut silo. Pembuatan silase tidak tergantung musim jika dibandingkan dengan pembuatan hay. Pembuatan silase untuk mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan dimasa mendatang (McDonald et ,al ., 2002).

Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan pengawetan

kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya, agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian diberikan sebagai pakan bagi ternak, sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau. Akan tetapi fermentasi yang terjadi di dalam silo (tempat pembuatan silase), sangat tidak terkontrol prosesnya, akibatnya kandungan nutrisi pada bahan yang di awetkan menjadi berkurang jumlahnya. Oleh sebab itu,untuk memperbaiki berkurangnya nutrisi tersebut, beberapa jenis zat tambahan (additive) harus digunakan agar kandungan nutrisi dalam silase tidak berkurang secara drastis, bahkan bisa meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak yang memakannya. Pembuatan silase dapat juga menggunakan bahan tambahan, yang kegunaannya tergantung dari bahan tambahan yang akan di pergunakan. Siregar, 1996).


(28)

11

Keberhasilan pembuatan silase berarti memaksimalkan nutrien yang dapat

diawetkan. Silase yang baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim yang berada dalam tanaman yang tidak dikehendaki serta mendorong

berkembangnya bakteri penghasil asam laktat (Spienza dan Bolsen, 1993). Prinsip dari pembuatan silase ini adalah untuk menghentikan kontak antara hijauan dengan oksigen, sehingga dengan keadaan anaerob ini bakteri asam laktat akan tumbuh dengan mengubah karbohidrat mudah larut menjadi asam laktat. Pertumbuhan bakteri asam laktat akan membuat produksi asam laktat akan meningkat dan mengakibatkan kondisi di dalam silo asam yang ditandai dengan penurunan pH. Kadar pH yang rendah akan menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan (Clostridium dan Enterobacterium), ragi dan jamur yang dapat mengakibatkan kebusukan (Heinritz, 2011). Disamping itu proses fermentasi juga dapat meningkatkan temperatur silase. Kenaikan temperature tidak akan terjadi jika kondisi silo tertutup rapat dan masih anaerob. Umumnya temperatur dalam pembuatan silase tidak boleh lebih dari 50°C, karena pertumbuhan optimum untuk bakteri asam laktat sekitar 35°C (Susetyo et,al., 1969). Temperatur yang baik untuk pembuatan silase berkisar 25 –50°C, jika dibawah 25°C akan menyebabkan tumbuhnya bakteri pembusuk (Arnon, 1972).

Menurut Cullison (1975) dan Utomo (1999), bahwa karakteristik silase yang baik adalah 1. warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan


(29)

12

2. bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam, bebas dari bau manis, bau amonia dan bau H2S;

3. tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas, tidak menggumpal, tidak lembek dan tidak berlendir;

4. keasaman, kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih rendah dan bebas jamur.

C. Jenis dan kandungan nutrisi akselerator

Proses pembuatan silase akan berjalan optimal apabila pada saat proses ensilase diberi penambahan akselerator. Akselerator dapat berupa inokulum bakteri asam laktat ataupun karbohidrat mudah larut. Fungsi dari penambahan akselerator adalah untuk menambahkan bahan kering, untuk mengurangi kadar air silase, membuat suasana asam pada silase, mempercepat proses ensilase, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur, merangsang produksi asam laktat dan untuk

meningkatkan kandungan nutrien dari silase (Komar, 1984).

Proses pembuatan silase dapat dipercepat dengan penambahan bahan aditif berupa karbohidrat mudah dicerna. Karbohidrat mudah dicerna yang ditambahkan dalam pembuatan silase berguna untuk menambah sumber energi bagi bakteri asam laktat. Dedak padi kaya akan karbohidrat mudah dicerna sehingga dapat digunakan sebagai aditif dalam membuat silase. Penambahan bahan aditif pada pembuatan silase mampu memudahkan terbentuknya suasana asam dengan derajat keasaman yang optimum. Karakteristik silase yang baik adalah : bau asam, tidak berjamur, berwarna


(30)

13

hijau kekuningan, asam lemak mudah terbang lebih kecil dibandingkan asam laktat, produksi amonia dibawah 10% .

Molases adalah hasil ikutan dari limbah perkebunan tebu yang berwarna hitam kecoklatan kandungan gizi yang cukup baik didalamnya sangat baik digunakan sebagai bahan tambahan pakan ternak, selain itu molases juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng. Molases memiliki kelemahan yakni kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak. Keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48 –60% sebagai gula), kadar mineral cukup dan disukai ternak (Yudith, 2010).

Tepung gaplek (cassava chip flour) adalah salah satu hasil pengolahan umbi ubi kayu yang dibuat dengan mengupas, mengiris dan mengeringkan ubi kayu.

Kandungan karbohidrat tepung gaplek sangat tinggi (81,3%) sehingga dapat berfungsi sebagai sumber energi dalam campuran pakan (Makfoeld, 1982).

Penambahan akselerator tepung gaplek dan molases menghasilkan silase yang baik dari segi bau yaitu asam seperti khas tape, hal ini dikarenakan tepung gaplek mengandung pati. Selama proses ensilase pati yang terkandung di dalam tepung gaplek diubah menjadi gula melalui proses sakarisasi sebelum proses fermentasi, sedangkan molases mengandung karbohidrat (sukrosa) yang merupakan golongan disakarida sehingga mudah dimanfaatkan mikrobia selama proses fermentasi


(31)

14

berlangsung untuk memproduksi asam laktat dan menyebabkan penurunan pH yang menghasilkan silase berbau asam (Safarina, 2009).

D. Uji Organoleptik

Uji organoleptik adalah cara untuk mengukur, menilai atau menguji mutu komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra manusia, yaitu mata, hidung, mulut dan ujung jari tangan. Uji organoleptik juga disebut pengukuran subyektif karena didasarkan pada respon subyektif manusia sebagai alat ukur (Soekarto, 1990).

1. Warna

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu bahan makanan antara lain tekstur, warna, cita rasa, dan nilai gizinya. Sebelum faktor-faktor yang lain dipertimbangkan secara visual. Faktor warna lebih berpengaruh dan kadang-kadang sangat menentukan suatu bahan pangan yang dinilai enak, bergizi, dan teksturnya sangat baik, tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya (Winarno, 1995).

2. Aroma

Aroma dapat didefenisikan sebagai suatu yang dapat diamati dengan indera pembau untuk data, menghasilkan aroma. Senyawa berbau sampai ke jaringan pembau dalam hidung bersama-sama dengan udara. Penginderaan cara ini memasyarakatkan bahwa senyawa berbau bersifat mutlak.


(32)

15

3. Tekstur

Tekstur adalah faktor kualitas makanan yang paling penting, sehingga memberikan kepuasan terhadap kebutuhan kita. Oleh karena itu, kita menghendaki makanan yang mempunyai rasa dan tekstur yang sesuai dengan selera yang kita harapkan, sehingga bila kita membeli makanan, maka pentingnya nilai gizi biasanya ditempatkan pada mutu setelah harga, tekstur, dan rasa. Menurut Siregar (1996), secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri, yaitu tekstur masih jelas, seperti alamnya. Apabila kadar air hijauan pada saat dibuat silase masih cukup tinggi, maka tekstur silase dapat menjadi lembek. Agar tekstur silase baik, hijauan yang akan dibuat silase diangin – anginkan terlebih dahulu, untuk menurunkan kadar airnya.

Rahayu (1998) menjelaskan bahwa untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik atau kamoditi, panel bertindak sebagai instrument atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subyektif dan orang yang menjadi panel disebut panelis. Penilaian bahan pakan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan,

mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi suatu produk adalah:


(33)

16

1. penglihatan yang berhubungan dengan warna, viskositas, ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan;

2. indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus;

3. indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan;

4. indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis dapat dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah.

E. Palatabilitas

Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan

merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit (Kartadisastra, 1997).


(34)

17

Palatabilitas dapat diuji dengan cafeteria feeding yaitu dengan cara memberikan kepada ternak untuk memilih sendiri makanan atau bahan ransum yang ada untuk dikonsumsi lebih banyak, agar kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi (Patrick dan Schaible, 1980). Bahan ransum yang mempunyai palatabilitas tinggi akan

dikonsumsi lebih banyak (Ewing, 1963). Salah satu indikasi silase yang baik adalah adanya tingkat palatabilitas yang tinggi. Palatabilitas merupakan hasil keseluruhan dari faktor-faktor yang menentukan suatu pakan menarik bagi ternak. Palatabilitas sebagai daya tarik suatu pakan atau bahan pakan untuk menimbulkan selera makan dan langsung dimakan oleh ternak. Palatabilitas biasanya diukur dengan cara memberikan dua atau lebih pakan kepada ternak sehingga ternak dapat memilih dan memakan pakan mana yang lebih disukai (Pond et,al.,1995).


(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada Desember – Januari 2015 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, dan Kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan limbah sayuran yang diperoleh dari pasar tradisional yang terdiri atas kol, sawi putih, kulit jagung, dan buncis. Sumber karbohidrat yang digunakan yakni dedak, tepung gaplek, dan molases.

2. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kantong plastik, nampan, pisau, timbangan, formulir panelis, kambing 3 ekor.

C. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi pemeriksaan kualitas fisik (bau, warna, tekstur) dan palatabilitas silase.


(36)

19

D. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan sebagai berikut.

P0 = limbah sayuran tanpa perlakuan P1 = limbah sayuran + dedak 10 %

P2 = limbah sayuran + tepung gaplek 10% P3 = limbah sayuran + molases 10%

Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga jumlah satuan percobaan ada 12 unit. Data dianalisis dengan analisis ragam dengan taraf nyata 5 % dan atau 1 %. Apabila diperoleh hasil yang nyata pada taraf nyata 5% maka akan dilanjutkan pada Uji Beda Nyata Terkecil.

Tata letak perlakuan yang digunakan yakni: Gambar 1. Tata letak perlakuan RAL :

P2U2 P2U1 P1U3 P3U1

P3U2 P0U3 P1U2 P3U3

P2U3 P0U1 P1U1 P0U2

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini meliputi persiapan sampel, pembuatan silase limbah sayuran, uji organoleptik dan tingkat palatabilitas silase.


(37)

20

a. Persiapan sampel

Menyediakan sampel berupa limbah sayuran yang diperoleh dari pasar tradisional. Limbah sayuran pasar yang digunakan seperti daun kol, sawi putih, klobot jagung, dan buncis dengan proporsi sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi limbah sayuran

No. Limbah sayuran Persentase (%)

1 Kol 25

2 Sawi putih 25

3 Buncis 25

4 Klobot jagung 25

Total 100

Kriteria limbah sayuran yang digunakan yaitu limbah sayuran yang masih segar dan belum membusuk. Limbah sayuran segar dicacah dengan ukuran ±2 cm. Kemudian melakukan pelayuan pada cacahan sayuran segar hingga kadar air 65 %. Setiap satuan percobaan menggunakan limbah sayuran yang memiliki kadar air 65% sebanyak 1 kg masing-masing perlakuan.

b. Pembuatan silase

Limbah sayuran yang telah dilayukan ditimbang masing-masing 1 kg setiap satuan percobaan dan menambahkan berbagai jenis akselerator. Kemudian limbah sayuran dan berbagai jenis akselerator diaduk hingga homogen. Selanjutnya memasukkan sedikit demi sedikit limbah sayuran yang telah tercampur dengan akselerator ke dalam kantong plastik sampai benar-benar rapat. Kantung plastik yang berisi bahan silase disimpan pada suhu ruang sesuai dengan tata letak yang telah ditentukan dan


(38)

21

fermentasi dilakukan selama 21 hari. Setelah 21 hari, silase dibuka dan dilakukan uji organoleptik dan uji palatabilitas silase.

c. Uji Organoleptik

Uji organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Uji ini dilaksanakan untuk mengetahui kualitas fisik silase yaitu tekstur, warna, dan aroma. menyiapkan 10 orang panelis yang terdiri dari mahasiswa jurusan peternakan dalam keadaan sehat 20 menit sebelum pengujian;

menyiapkan silase (R0, R1, R2, R3);

membuka kemasan silase dan menyajikan kepada 10 panelis secara bergantian;

panelis menilai sampel berdasarkan 3 tingkat warna, aroma, dan tekstur pada formulir beriku :


(39)

22

Tabel 2. Formulir uji organoleptik Nama Panelis : Tanggal Pengujian : Jenis sampel yang diuji :

Perlakuan Peubah Ulangan

1 2 3

R0 Tekstur Warna Aroma R1 Tekstur Warna Aroma R2 Tekstur Warna Aroma Tekstur R3 Warna

Aroma

Keterangan : diberi tanda (√) pada kolom skala penilaian menurut saudara

Skala penilaian.

Tekstur: 1,00 = lembek (menggumpal, berlendir, dan berair) 2,00 = agak lembek (agak menggumpal, terdapat lendir) 3,00 = padat (tidak

menggumpal, tidak berlendir, remah).

Warna : 1,00 = coklatsampai hitam , 2,00 = kuning kecoklatan, 3,00 = hijau alami/ hijau kekuningan.


(40)

23

Formulir yang telah dibagikan wajib diisi pada saat panelis melakukan uji organoleptik berlangsung. Panelis dipersilahkan keluar ruangan uji organoleptik setelah menyerahkan formulir yang telah diisi.

d. Uji Palatabilitas

Hasil silase penelitian ini diujikan pada ternak melalu uji palatabilitas atau uji kesukaan. Uji palatabilitas dilaksanakan saat ternak dalam keadaan lapar dan berlangsung selama tiga hari berturut-turut.

menyiapkan 250g silase dari setiap komposisi silase (R0, R1, R2, R3) menyiapkan tiga ekor kambing;

memberikan silase dengan komposisi silase (R0, R1, R2, R3) secara bersamaan pada masing-masing kambing;

mengamati kambing yang memakan silase selama satu jam; menimbang sisa kosumsi silase;


(41)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. penambahan berbagai sumber karbohidrat memiliki pengaruh yang nyata terhadap

tekstur dan berpengaruh sangat nyata terhadap warna dan aroma silase limbah sayuran;

2. perlakuan terbaik terdapat pada penambahan tepung gaplek terhadap teksur dan warna silase, sedangan perlakuan terbaik pada penambahan molases terhadap aroma dan palatabilitas silase.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan penulis yakni perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pembuatan silase limbah sayuran dengan penambahan tingkat molasses yang berbeda terhadap kualitas fisik dan sifat kimiawi.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arnon, I. 1972. Crop Production in Dry Regions. Cox and Wyma Ltd. Great Britain.

Cullison, A. E. 1975. Feed and Feding . University Of George Reston Publishing Company Inc. Virginia.

Devendra C. dan Burns. M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Bandung: Penerbit IPB Bandung.

Dukes, H. H. 1995. The Phisycology of Domestic Animal. Ed. Ke – 7. New York. Comstock Publishing Associates.

Ewing, W. R. 1963. Poultry Nutrition. 5th Edition. The Ray Ewing Company. Pasadena. California.

Gunawan, B., Tangendaja, D., Zainuddin, J., Darma, dan A. Thalib. 1988. Silase. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan Idayu. Jakarta.

Hafez, E. S. E. 1962. The Behafiour of Domestic Animal. The Williams and Wiking Company. Baltimore.

Heinritz, S. 2011. Ensiling Suitability of High Protein Tropical Forages and Their Nutrional Value for Feeding Pigs. Diploma Thesis. University of Hohenheim. Stutgart.

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius. Yogyakarta.

Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak. Yayasan Dian Grahita. Jakarta.


(43)

34

Muktiani, A., B. I. M. Tampubolon, dan J. Achmadi. 2006. Potensi Sampah Organik Sebagai Pengganti Rumput Ditinjau dari Parameter Metabolisme Rumen Secra In Vitro dan Kandungan Logam Berat Timbal (Pb). Dalam : Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. Hal. 108 – 114.

Makfoeld, D. 1982. Deksripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech. Yogyakarta. McDonald, P. R.A. Edwards. J.F.D. Greenhalgh. and C.A. Morgan. 2002. Animal

Nutrition. 6th Edition. Pearson Education Limited. Harlow. England. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press,

Jakarta.

Patrick, H. and P. J. Schaible. 1980. Poultry Feeds and Nutrition. Avi Publishing C., Inc. Westport Connecticut.

Pond, W. G., D. C. Church, and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th ed. John Willey and Sons. Canada.

Puslitbangnak. 2013. Limbah Pasar Alternatif Penyedia Hijauan Pakan Ternak. Bogor Jawa Barat (11 September 2013).

Rahayu, W. P. 1998. Diktat Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Reksohadiprodjo, S. 1988. Pakan Ternak Gembala. Bio Partening Future Europe. Yogyakarta.

Santi, R. K., Fatmasari, D., Widyawati, S. D, dan Suprayogi, W. P. S. 2012. Kualitas dan Nilai Kecernaan In Vitro Silase Batang Pisang dengan Penambahan Beberapa Akselerator. Skripsi. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Saenab, A. 2010. Evaluasi Pemanfaatan Limbah Sayuran Pasar Sebagai Pakan Ternak Ruminansia di DKI Jakarta. Balai Pengkajian Teknologi Jakarta. Safarina. 2009. Optimalisasi Kualitas Silase Daun Rami (Boehmeria nivea, L.

GAUD) Melalui Penambahan Beberapa Zat Aditif. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(44)

35

Soekarto. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhatara Aksara.

Spienza, D. A and K. K. Bolsen. 1993. Teknologi Silase. Terjemahan: Rini B. S. Martoyoedo. Kansas State University Press. Kansas.

Susilowati, I. 1997. Pengaruh Penambahan Tetes dan Urea pada Pembuatan Silase Kulit Pisang (Musa Paradisiae, L) terhadap Kualitas Silase. Skripsi. Sekolah Tinggi Pertanian Tribhuwana. Malang.

Suprihatin., A. Prihanto, D, dan Gilbert, M. 1998. Sampah dan Pengelolaanya. Malang: Indah Offset.

Susetyo, S., I. Kismono, dan D. Soewardi. 1969. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.

Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Van Soest, J. 1994. Nutrient Ecology of The Ruminant. 2nd Ed. Cornell University.

Winarno, F. G. 1995. Enzim Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yudith, T. A. 2010. Pemamfaatan Pelepah sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Departemen Pendidikan Fakultas Sumatra Utara.


(1)

22

Tabel 2. Formulir uji organoleptik

Nama Panelis :

Tanggal Pengujian : Jenis sampel yang diuji :

Perlakuan Peubah Ulangan

1 2 3

R0

Tekstur

Warna

Aroma

R1

Tekstur

Warna

Aroma

R2

Tekstur

Warna

Aroma

Tekstur

R3 Warna

Aroma

Keterangan : diberi tanda (√) pada kolom skala penilaian menurut saudara Skala penilaian.

Tekstur: 1,00 = lembek (menggumpal, berlendir, dan berair) 2,00 = agak lembek (agak menggumpal, terdapat lendir) 3,00 = padat (tidak

menggumpal, tidak berlendir, remah).

Warna : 1,00 = coklatsampai hitam , 2,00 = kuning kecoklatan, 3,00 = hijau alami/ hijau kekuningan.


(2)

23

Formulir yang telah dibagikan wajib diisi pada saat panelis melakukan uji organoleptik berlangsung. Panelis dipersilahkan keluar ruangan uji organoleptik setelah menyerahkan formulir yang telah diisi.

d. Uji Palatabilitas

Hasil silase penelitian ini diujikan pada ternak melalu uji palatabilitas atau uji kesukaan. Uji palatabilitas dilaksanakan saat ternak dalam keadaan lapar dan berlangsung selama tiga hari berturut-turut.

menyiapkan 250g silase dari setiap komposisi silase (R0, R1, R2, R3) menyiapkan tiga ekor kambing;

memberikan silase dengan komposisi silase (R0, R1, R2, R3) secara bersamaan pada masing-masing kambing;

mengamati kambing yang memakan silase selama satu jam; menimbang sisa kosumsi silase;


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. penambahan berbagai sumber karbohidrat memiliki pengaruh yang nyata terhadap

tekstur dan berpengaruh sangat nyata terhadap warna dan aroma silase limbah sayuran;

2. perlakuan terbaik terdapat pada penambahan tepung gaplek terhadap teksur dan warna silase, sedangan perlakuan terbaik pada penambahan molases terhadap aroma dan palatabilitas silase.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan penulis yakni perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pembuatan silase limbah sayuran dengan penambahan tingkat molasses yang berbeda terhadap kualitas fisik dan sifat kimiawi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arnon, I. 1972. Crop Production in Dry Regions. Cox and Wyma Ltd. Great Britain.

Cullison, A. E. 1975. Feed and Feding . University Of George Reston Publishing Company Inc. Virginia.

Devendra C. dan Burns. M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Bandung: Penerbit IPB Bandung.

Dukes, H. H. 1995. The Phisycology of Domestic Animal. Ed. Ke – 7. New York. Comstock Publishing Associates.

Ewing, W. R. 1963. Poultry Nutrition. 5th Edition. The Ray Ewing Company. Pasadena. California.

Gunawan, B., Tangendaja, D., Zainuddin, J., Darma, dan A. Thalib. 1988. Silase. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan Idayu. Jakarta.

Hafez, E. S. E. 1962. The Behafiour of Domestic Animal. The Williams and Wiking Company. Baltimore.

Heinritz, S. 2011. Ensiling Suitability of High Protein Tropical Forages and Their Nutrional Value for Feeding Pigs. Diploma Thesis. University of Hohenheim. Stutgart.

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius. Yogyakarta.

Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak. Yayasan Dian Grahita. Jakarta.


(5)

34

Muktiani, A., B. I. M. Tampubolon, dan J. Achmadi. 2006. Potensi Sampah Organik Sebagai Pengganti Rumput Ditinjau dari Parameter Metabolisme Rumen Secra In Vitro dan Kandungan Logam Berat Timbal (Pb). Dalam : Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. Hal. 108 – 114.

Makfoeld, D. 1982. Deksripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech. Yogyakarta. McDonald, P. R.A. Edwards. J.F.D. Greenhalgh. and C.A. Morgan. 2002. Animal

Nutrition. 6th Edition. Pearson Education Limited. Harlow. England. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press,

Jakarta.

Patrick, H. and P. J. Schaible. 1980. Poultry Feeds and Nutrition. Avi Publishing C., Inc. Westport Connecticut.

Pond, W. G., D. C. Church, and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th ed. John Willey and Sons. Canada.

Puslitbangnak. 2013. Limbah Pasar Alternatif Penyedia Hijauan Pakan Ternak. Bogor Jawa Barat (11 September 2013).

Rahayu, W. P. 1998. Diktat Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Reksohadiprodjo, S. 1988. Pakan Ternak Gembala. Bio Partening Future Europe. Yogyakarta.

Santi, R. K., Fatmasari, D., Widyawati, S. D, dan Suprayogi, W. P. S. 2012. Kualitas dan Nilai Kecernaan In Vitro Silase Batang Pisang dengan Penambahan Beberapa Akselerator. Skripsi. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Saenab, A. 2010. Evaluasi Pemanfaatan Limbah Sayuran Pasar Sebagai Pakan Ternak Ruminansia di DKI Jakarta. Balai Pengkajian Teknologi Jakarta. Safarina. 2009. Optimalisasi Kualitas Silase Daun Rami (Boehmeria nivea, L.

GAUD) Melalui Penambahan Beberapa Zat Aditif. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(6)

35

Soekarto. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhatara Aksara.

Spienza, D. A and K. K. Bolsen. 1993. Teknologi Silase. Terjemahan: Rini B. S. Martoyoedo. Kansas State University Press. Kansas.

Susilowati, I. 1997. Pengaruh Penambahan Tetes dan Urea pada Pembuatan Silase Kulit Pisang (Musa Paradisiae, L) terhadap Kualitas Silase. Skripsi. Sekolah Tinggi Pertanian Tribhuwana. Malang.

Suprihatin., A. Prihanto, D, dan Gilbert, M. 1998. Sampah dan Pengelolaanya. Malang: Indah Offset.

Susetyo, S., I. Kismono, dan D. Soewardi. 1969. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.

Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Van Soest, J. 1994. Nutrient Ecology of The Ruminant. 2nd Ed. Cornell University.

Winarno, F. G. 1995. Enzim Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yudith, T. A. 2010. Pemamfaatan Pelepah sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Departemen Pendidikan Fakultas Sumatra Utara.