INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK PETASAN GALAU PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

ABSTRACT

AUTHENTIC ASSESSMENT INSTRUMENT PETASAN GALAU IN ENTREPRENEURSHIP SUBJECT AT SMK NEGERI SUKOHARJO

KABUPATEN PRINGSEWU

By

ENDAH FEBRIANA MARYANTI

The aims of research are: (1) to produce software instrument authentic assessment by peers techniques in entrepreneurship subject, and (2) to analyze the effectiveness of software PETASAN GALAU usage. This research is the research and development (R and D) which are divide into three steps; preliminary, developing, and evaluating. Subject of evaluation involved 1 expert in evaluation education, 2 expert in technologi of education, and 1 expert in social studies, 2 teachers for personal evaluation, 9 students for small group evaluation, and 2 classes for field trial at SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Data were collected using questionnaire and observation sheet which has analyzed descriptively and quantitatively. The results of research and development (1) a product called software PETASAN GALAU as an instrument for authentic assesment in entrepreneurship subject, (2) an effective product used as an assessment instrument with average value 3,55 by very effective criteria. The psycomotoric scores of the students meet the criteria very effective on the concurrent validity 0,955 for XI TKJ 1 and 0,902 for XI TKJ 2.


(2)

ABSTRAK

INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK PETASAN GALAU PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI

SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

ENDAH FEBRIANA MARYANTI

Tujuan penelitian ini adalah (1) menghasilkan software instrumen penilaian otentik dengan teknik penilaian antarteman pada mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan, dan (2) menganalisis tingkat efektivitas penggunaan software PETASAN GALAU. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) yang meliputi tiga tahapan yaitu pendahuluan, pengembangan dan evaluasi. Subjek uji coba melibatkan 1 orang ahli evaluasi pendidikan, 2 orang ahli teknologi pendidikan, dan 1 orang ahli pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 2 orang guru untuk uji satu-satu, 9 orang peserta didik untuk uji coba kelompok kecil, serta 2 kelas untuk uji lapangan di SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Data dikumpulkan menggunakan angket dan observasi yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian dan pengembangan adalah (1) produk software PETASAN GALAU sebagai instrumen penilaian otentik pada mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan, (2) produk efektif digunakan sebagai instrumen penilaian dengan nilai rata-rata 3,55 sehingga memenuhi kriteria sangat efektif. Hasil nilai keterampilan peserta didik memenuhi kriteria sangat baik pada validitas konkuren dengan koefisien korelasi sebesar 0,955 untuk kelas XI TKJ 1 dan 0,902 untuk kelas XI TKJ 2.


(3)

INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK PETASAN GALAU PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI

SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

ENDAH FEBRIANA MARYANTI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK PETASAN GALAU PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI

SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU (Tesis)

OLEH

ENDAH FEBRIANA MARYANTI

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(5)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perbedaan Penilaian Tradisional dengan Penilaian Otentik ... 36

2.2 Kerangka Pikir ... 60

3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development oleh Borg and Gall ... 65

3.2 Alur Penelitian dan Pengembangan Software PETASAN GALAU ... 68

3.3 Pola One-Shot Case Study ... 88

4.1 Lembar penilaian sebelum dikembangkan ... 103

4.2 Desain Produk Awal ... 105

4.3 Menu Utama ... 109

4.4 Menu Mata Pelajaran ... 110

4.5 Menu Lembar Observasi 1 dan 2 ... 111

4.6 Menu Hasil Observasi 1 dan 2 ... 112

4.7 Menu Nilai Akhir ... 112

4.8 Menu Petunjuk ... 113

4.9 Menu Konversi ... 114

4.10 Lembar Observasi sebelum direvisi ... 120

4.11 Lembar Observasi sesudah direvisi ... 121 4.12 CD-ROM dan Buku Panduan Penggunaan Software PETASAN GALAU . 128


(6)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Reviu Ahli Pada Produk PETASAN GALAU ... 157

2. Perbaikan Pada PETASAN GALAU ... 158

3. Angket Reviu Ahli Teknologi Pendidikan Pada Produk PETASAN GALAU ... 159

4. Angket Reviu Praktisi Teknologi Pendidikan Pada Software PETASAN GALAU ...160

5. Angket Uji Coba Perorangan Terhadap Software PETASAN GALAU ... 161

6. Angket Uji Coba Perorangan Terhadap Software PETASAN GALAU ... 162

7. Angket Uji Coba Kelompok Kecil (Tinggi) ... 163

8. Angket Uji Coba Kelompok Kecil (Sedang) ... 164

9. Angket Uji Coba Kelompok Kecil (Rendah) ... 165

10. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ... 166

11. Hasil Uji Coba Lapangan Tanpa Penggunaan Software PETASAN GALAU ... 167

12. Hasil Uji Coba Lapangan Dengan Penggunaan Software PETASAN GALAU ... 168

13. Penguatan Hipotesis dengan t-test ... 169

14. Lembar Observasi Manual (sebelum dikembangkan) ... 170

15. Tampilan Produk Awal dan Akhir ... 171

16. Dokumentasi Foto ... 172


(7)

xiv

19. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 183

20. Uji Validitas ... 184

21. Uji Reliabilitas ... 186

22. Hasil Analisis Validitas Konkuren ... 187

23. Rubrik Penilaian Keterampilan Personal Selling ... 188 CD-R Software PETASAN GALAU


(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kegiatan Penilaian Peserta Didik Oleh Guru di SMKN Sukoharjo

Tahun pelajaran 2013/2014 ... 5

1.2 Penerapan Penilaian Ranah Keterampilan di SMKN Sukoharjo ... 6

2.1 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 61

3.1 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 77

3.2 Harga Koefisien Korelasi ... 80

3.3 Tingkat Besarnya Reliabilitas ... 82

3.4 Kisi-kisi Reviu Ahli dan Praktisi Pendidikan ... 83

3.5 Kisi-kisi Reviu Ahli Evaluasi Pembelajaran ... 86

3.6 Kisi-kisi Uji Coba Perorangan ... 87

3.7 Kisi-kisi Uji Coba Kelompok Kecil ... 87

3.8 Kriteria Tingkat Kelayakan ... 88

3.9 Kisi-kisi Uji Lapangan ... 89

3.10 Harga Koefisien Korelasi ... 90

3.11 Hasil Uji Normalitas pada Uji Lapangan ... 91

3.12 Hasil Uji Homogenitas ... 92

3.13 Kriteria Tingkat Efektivitas ... 93

3.14 Tahap Uji Coba Produk ... 95

4.1 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 99


(9)

xiv

Pengembangan Software Instrumen Penilaian ... 104

4.4 Hasil Analisis Kebutuhan Data Pengembangan Produk ... 104

4.5 Saran dan Masukan Ahli Evaluasi Pembelajaran ... 106

4.6 Hasil Evaluasi Software PETASAN GALAU Oleh Ahli Evaluasi Pembelajaran ... 115

4.7 Hasil Evaluasi Software PETASAN GALAU Oleh Ahli Teknologi Pendidikan ... 117

4.8 Hasil Evaluasi Software PETASAN GALAU Oleh Praktisi Teknologi Pendidikan ... 118

4.9 Saran Ahli Evaluasi Pembelajaran, Teknologi Pendidikan dan Praktisi Teknologi Pendidikan ... 119

4.10 Saran dan Masukan Dosen Ahli Pendidikan IPS ... 120

4.11 Hasil Uji Coba Perorangan ... 122

4.12 Hasil Uji Lapangan Tanpa Software PETASAN GALAU ... 124

4.13 Hasil Penggunaan Software PETASAN GALAU ... 125

4.14 Kesimpulan Hasil Uji t Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 126

4.15 Perbedaan Instrumen PETASAN GALAU dengan Lembar Observasi Manual ... 144


(10)

(11)

(12)



Sometimes The

Door Closes For Us

So We Might Turn

and See An Open

Gate To A Wider

Field Of

Opportunity

(Brendon Burchard)


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun, Jawa Timur pada tanggal 10 Februari 1981, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. Raghito AS dan Ibu Rr. Sri Rahayu HD.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh penulis adalah.

1. Sekolah Dasar Negeri Kedung Rejo V Sidoarjo, Jawa Timur selesai pada tahun 1993.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri V Samarinda, Kalimantan Timur selesai pada tahun 1996.

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandar Lampung selesai pada tahun 1999. 4. S1 Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

selesai pada tahun 2004.

Pada tahun 2005 penulis bekerja sebagai sales counter di dealer Yamaha Arista Rajabasa Bandar Lampung hingga tahun 2006 diterima bekerja sebagai sekretaris divisi PT. Surya Dana Paint. Pada 2007, penulis menjadi tenaga pendidik untuk pertama kalinya di Sekolah Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung sekaligus menyelesaikan program Akta IV di Universitas Terbuka. Tahun 2010, penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan pada SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu sebagai tenaga pendidik mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan. Pada tahun 2015 selain bertugas sebagai tenaga pendidik di SMK Negeri Sukoharjo, penulis juga mengajar di Akademi Komunitas Negeri PPD UNILA di Kabupaten Pringsewu mata kuliah Kewirausahaan.


(14)

Kupersembahankan hasil jerih payahku ini kepada suami terkasih

Puryanto Djojo, kedua orang tua tersayang, kreshna BEJ


(15)

(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat karunia, rahmat dan hidayahNya tesis penelitian pengembangan ini berhasil diselesaikan. Tesis yang berjudul Instrumen Penilaian Otentik PETASAN GALAU Pada Mata Pelajaran Prakarya Kewirausahan Di SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu” ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung. Penulis menyadari terselesainya tesis ini atas pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila;

3. Bapak Dr. H. Edy Purnomo, M. Pd., selaku pembimbing I atas motivasi dan bimbingannya;

4. Ibu Dr. Pujiati, M. Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini;


(17)

6. Bapak Dr. H. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan IPS dan pembahas 2 yang telah membantu membimbing serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini;

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Pendidikan IPS FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis;

8. Bapak Drs. Adi Purwanto, M M, selaku Kepala SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dan dewan guru yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di SMKN Sukoharjo.

9. Puryanto Djojo, suamiku dan Kreshna BEJ anakku tersayang. Terimakasih atas semua dukungan yang telah diberikan untuk “Mimi”; doa, senyum, airmata, tawa, kasih sayang dan semua pengorbanan kalian untukku yang tiada pernah bisa kubalas dengan hal apapun. Semoga kelak Allah meridhokan jannah-Nya. Amin Allahumma Amin;

10.Seluruh keluarga, Ibuku Rr. Sri Rahayu HD dan Bapakku Drs. Raghito AS, Kakak-kakakku Eranovendra MH., Uwo Yuyun Arei, MH., Mbak Deny Puspita, dan dua keponakan cantikku Dhea dan Dinda. Terima kasih atas dukungan, do’a dan motivasinya selama ini;

11.Teman-teman Magister Pendidikan IPS angkatan 2013 Mak Heni, Welfa “beby”, nona Ariyani, Eri Purwanti, Dian Handayani, Bunda Netty, Bu Esti, Bu Dwi, Umi Susiani, Bu Dian Afua, Mbak Eka, Uda Ricco, Bu Rizyanti, Bu Ririek dan Mak Yenny atas semua support dan persahabatannya yang sangat menguatkan.


(18)

12.Seluruh rekan M IPS angkatan 2013 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT;

13.Anak-anak didikku di SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu terutama kelas X TKJ 1, XI TKJ 1 dan XI TKJ 2. Kalian yang terbaik!.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 2015 Penulis,


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER... i

ABSTRAK ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

SANWACANA ... vii

PERSEMBAHAN ... x

MOTTO ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Penelitian ... 13

1.6 Spesifikasi ... 13

1.7 Manfaat Penelitian ... 14

1.8 Ruang Lingkup Penelitian ... 14

1.8.1 Subjek Penelitian ... 14

1.8.2 Objek Penelitian ... 15

1.8.3 Tempat Penelitian ... 15

1.8.4 Waktu ... 15

1.8.5 Ilmu ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 21


(20)

2.1.3 Ontologi dan Epistimologi Mata Pelajaran Prakarya

Kewirausahaan ... 27

2.1.4 Definisi, Pendekatan, Jenis dan Fungsi Penilaian ... ... 31

2.1.5 Penilaian Otentik ... 32

2.1.6 Penilaian Teman Sebaya ... 41

2.1.7 Penilaian dan Pengukuran Psikomotorik ... 45

2.1.8 Instrumen Penilaian ... 47

2.1.9 Relevansi antara Penilaian Otentik, Instrumen Penilaian dan Teknik Penilaian Teman Sebaya ... 51

2.1.10 Pengunaan software PETASAN GALAU dalam Penilaian Ranah Keterampilan Peserta Didik di Sekolah Menengah Kejuruan ... 52

2.2 Pengembangan Instrumen Penilaian Otentik Dengan Teknik Teman Sebaya Tiga Siswa Dalam Satu Grup (PETASAN GALAU)... 55

2.2.1 Karakteristik Software Yang Baik ... 56

2.2.2 Efektivitas Penggunaan Software PETASAN GALAU... 57

2.3 Kerangka Pikir ... 59

2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan... 61

2.5 Hipotesis ... 63

III. METODE PENELITIAN ... 64

3.1 Desain Penelitian ... 64

3.2 Subjek Uji Coba ... 69

3.3 Prosedur Penelitian ... 70

3.3.1 Tahap Pendahuluan ... 70

3.3.2 Tahap Pengembangan ... 71

3.3.3 Tahap Evaluasi ... 75

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 77

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 78

3.5.1 Validitas Instrumen ... 78

3.5.2 Reliabilitas Instrumen ... 81

3.6 Teknik Analisis Data ... 82

3.6.1 Uji Ahli ... 82

3.6.2 Uji Coba Perorangan dan Uji Coba Kelompok Kecil ... 86

3.6.3 Uji Lapangan ... 88

3.6.4 Uji Efektivitas ... 89

3.6.5 Uji Hipotesis ... 90


(21)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 97

4.1 Profil Sekolah ... 97

4.1.1 Sejarah Berdirinya SMK Negeri Sukoharjo ... 97

4.1.2 Visi dan Misi SMK Negeri Sukoharjo ... 98

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 98

4.2 Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 99

4.2.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi... 100

4.2.2 Revisi Produk Awal ... 106

4.3 Analisis Data Hasil Uji Coba Produk, Saran dan Revisi Produk ... 114

4.3.1 Hasil Telaah Ahli ... 115

1. Hasil Reviu Ahli Evaluasi Pembelajaran ... 115

2. Hasil Reviu Ahli Teknologi Pendidikan... 116

3. Hasil Reviu Praktisi Teknologi Pendidikan ... 117

4.3.2 Revisi Pada Indikator Lembar Observasi ... 119

4.3.3 Hasil Uji Coba Perorangan ... 121

4.3.4 Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ... 123

4.3.5 Revisi Produk Akhir ... 123

4.3.6 Hasil Uji Lapangan ... 123

4.4 Hasil Kajian Produk Akhir... 126

4.5 Pembahasan ... 129

4.5.1 Keunggulan Produk Hasil Pengembangan ... 144

4.5.2 Keterbatasan Penelitian Produk Hasil Pengembangan ... 145

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 148

5.1 Kesimpulan ... 148

5.2 Implikasi ... 150

5.3 Saran ... 151


(22)

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab (1) latar belakang masalah, (2) identifikasi masalah, (3) pembatasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian, (6) spesifikasi produk, (7) manfaat penelitian, dan (8) ruang lingkup penelitian. Secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh untuk menghadapi persaingan. Termasuk pendidikan kejuruan harus menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan kerja. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan sumber daya manusia, dituntut mampu menghasilkan lulusan yang mengisi tenaga kerja kelas menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kualifikasi vokasional sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi.

Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan


(23)

Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok Normatif, Adaptif dan Produktif. Kelompok adaptif yaitu mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dan Prakarya Kewirausahaan masuk dalam mata pelajaran kelompok adaptif sehingga wajib membentuk peserta didik yang cakap beradaptasi pada lingkungan sosial dan pekerjaan.

Pencapaian kompetensi lulusan yang berkarakter unggul dapat diperoleh melalui perbaikan pada kualitas kegiatan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan di SMK secara ideal dituntut untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan kompetensi atau kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri. Pendekatan pembelajaran tersebut terdiri dari: Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan Berbasis Industri.


(24)

Penerapan pendekatan pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan seluruh kompetensi yang harus dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka mampu mengikuti uji level pada setiap akhir semester untuk Kelas X dan XI serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilaksanakan oleh pihak industri sebagai institusi pasangan. Standar kompetensi keberhasilan peserta didik kejuruan meliputi standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards) dan standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards). Kriteria untuk menentukan keberhasilan peserta didik di sekolah harus pada penilaian sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan maka standar keberhasilan sekolah harus berhubungan erat dengan keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan. Kriteria yang digunakan oleh guru wajib mengacu pada standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan oleh dunia kerja. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri sehingga mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang diterapkan oleh masing-masing industri. Pengabungan kedua standar tersebut akan menghasilkan sistem evaluasi atau penilaian yang komprehensif sesuai kebijakan link and match, yaitu kecenderungan membentuk pendidikan yang lebih konkrit sebagai program pengembangan sumber daya manusia.

Evaluasi hasil belajar peserta didik di SMK pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, yang diarahkan untuk menilai kinerja peserta didik (memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar) secara


(25)

Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan secara langsung pada saat peserta didik melakukan aktivitas belajar, maupun secara tidak langsung melalui bukti hasil belajar sesuai dengan kriteria kinerja (performance criteria). Oleh karena itu sistem penilaian SMK menitikberatkan pada penilaian hasil belajar berbasis kompetensi (competency based assessment).

SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu merupakan satuan pendidikan yang selalu berupaya menerapkan pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain adalah upaya meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru (pendidik) melalui kegiatan pelatihan di lingkungan sekolah dan di luar sekolah. Tenaga pendidik di SMKN Sukoharjo pada tahun ajaran 2014-2015 berjumlah 52 orang dengan kualifikasi S2 (5 orang), S1 (43 orang) dan D III (4 orang). Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan diampu oleh dua (2) orang guru. Jumlah peserta didik seluruhnya 832 orang yang tersebar pada kelas X sebanyak 288 orang (5 kompetensi keahlian), kelas XI 304 orang (5 kompetensi keahlian) dan kelas XII sebanyak 240 orang (4 kompetensi keahlian).

Evaluasi hasil belajar peserta didik di SMKN Sukoharjo telah dilaksanakan cukup baik secara sumatif dan formatif pada seluruh mata pelajaran pada kelompok produktif, normatif dan adaptif. Penilaian peserta didik juga telah diupayakan menilai peserta didik secara menyeluruh baik pada ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan walaupun belum sempurna. Kegiatan penilaian terhadap peserta didik yang telah dilaksanakan oleh guru di SMKN Sukoharjo terlihat pada Tabel 1.1 berikut.


(26)

Tabel 1.1 Kegiatan Penilaian Pada Peserta Didik Oleh Guru di SMKN Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014

Ranah Jenis Teknik Instrumen yang

digunakan

Waktu Pengetahuan Tes Tulis Lembar soal uraian /

pilihan berganda

Ulangan Harian, UTS dan UAS

Sikap

Non-tes

Observasi Catatan guru Saat Kegiatan

Belajar Mengajar Keterampilan Tes Tulis /

Lisan

Lembar Kerja Peserta didik / Presentasi Laporan Akhir

Uji Kompetensi Keahlian

Kejuruan Sumber: Hasil survei di SMKN Sukoharjo, Kab. Pringsewu (Juli 2014)

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa penilaian ranah keterampilan di SMKN Sukoharjo belum baik karena belum memenuhi standar penilaian pendidikan. Penilaian ranah keterampilan pada standar penilaian pendidikan seharusnya benar-benar mengukur kompetensi peserta didik secara langsung dalam kerja nyata (otentik) bukan hanya melalui uji tertulis saja.

Seluruh pendidik pada setiap mata pelajaran yang diampu termasuk guru Prakarya dan Kewirausahaan, harus menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja dengan teknik tes praktik, projek dan portofolio. Instrumen penilaian yang digunakan seharusnya berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Namun pada kenyataannya penilaian ranah keterampilan di SMKN Sukoharjo belum ideal. Kondisi tersebut tentunya memerlukan kreativitas dan inovasi untuk mengatasinya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman terhadap teknik penilaian ranah keterampilan ini terutama bagi guru yang mengampu mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yang menuntut peserta didik untuk banyak menciptakan dan mempresentasikan hasil karya.


(27)

Mata pelajaran produktif seperti otomotif, komputer, perbaikan mesin kendaraan ringan dan teknik pemanfaatan tenaga listrik telah sering kali melaksanakan penilaian keterampilan terutama untuk mendapat nilai uji kompetensi pada kelas XII. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi yang telah dilengkapi rubrik sesuai indikator yang harus dicapai peserta didik. Namun format lembar observasi ini masih manual berupa naskah ketikan yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pringsewu sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk mendapat hasil nilai akhir.

Hasil survei pendahuluan tentang pendapat atau respon guru dalam menerapkan penilaian ranah keterampilan sebagai acuan untuk melakukan analisis kebutuhan terdapat disajikan pada Tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2 Penerapan Penilaian Ranah Keterampilan di SMKN Sukoharjo Mata Pelajaran

PrakaryaKewirausahaan / Adaptif Normatif

Aspek Kebutuhan Mata Pelajaran

Produktif

Tidak Ada Panduan Penilaian Ada

Tidak Ada Instrumen Penilaian Ada

Tulis Teknik yang digunakan Observasi

Guru Penilai Tim (Guru dan Ahli

dari dunia industri)

Belum Teruji Objektivitas Hasil

Penilaian

Teruji Baik

Tidak Ada Pemanfaatan Hasil

Penilaian

Uji Kompetensi Ulang Sumber: Hasil Survei di SMKN Sukoharjo, Kab. Pringsewu (Agustus 2014)

Begitu banyak kewajiban guru yang harus ditunaikan terutama dalam proses penilaian ranah keterampilan.


(28)

Salah satunya guru harus mempersiapkan setiap instrumen dengan rubrik tersendiri sesuai dengan Kompetensi Dasar yang akan dicapai. Kemudian bagaimanakah pendidik mampu melakukan kegiatan evaluasi dan pelaporan hasil belajar secara baik dan benar? Maka diperlukan kreativitas dan inovasi dari guru terutama mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan untuk menyusun instrumen yang tepat pada ranah keterampilan. Inovasi perlu dilakukan mengingat belum ada petunjuk teknis ataupun instrumen terstandar yang diberikan pemerintah bagi mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.

Pada penelitian ini dipilih pengembangan sebuah proses penilaian ranah keterampilan dengan instrumen lembar observasi yang mudah dan cepat dalam pengaplikasiannya serta didapat hasil nilai yang sesuai dengan prinsip penilaian yang akurat, objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel, edukatif dan berkesinambungan. Lembar observasi dipilih karena sesuai dengan arahan PERMENDIKBUD No. 66 Tahun 2013 menyebutkan bahwa penilaian kompetensi keterampilan menggunakan instrumen dengan skala penilaian yang dilengkapi rubrik. Lembar observasi dengan memanfaatkan teknologi komputer pada program excel diharapkan mampu membantu agar guru tak perlu menyiapkan lembar kertas secara manual demi efisiensi. Guru cukup mengisi data umum pada keterangan lembar observasi otomatis dan teman sebaya peserta didik dalam satu kelas akan bertindak sebagai penilai atau observer hanya memberi nilai pada kolom rubrik yang telah tersedia sehingga sangat efisien dalam biaya dan waktu.


(29)

Uraian tersebut menguatkan alasan untuk melakukan penelitian tentang pengembangan software instrumen penilaian otentik ranah keterampilan aspek kinerja, presentasi projek dan presentasi produk dengan teknik penilaian teman sebaya pada pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMK Negeri Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu. Software yang dikembangkan diberi nama PETASAN GALAU. Nama yang disematkan tersebut merupakan akronim dari penilaian teman satu angkatan tiga dalam satu. Secara lebih detail dapat dijelaskan sebagai berikut: PE akronim dari penilaian, TA akronim dari teman, SAN akronim dari satu angkatan, GA akronim dari tiga dan LAU akronim dari dalam satu.

PETASAN GALAU merupakan solusi yang ditawarkan kepada guru Prakarya dan Kewirausahaan di SMKN Sukoharjo untuk menjawab kebutuhan pada instrumen penilaian aspek keterampilan. Serta bagi pendidik di sekolah lain pengampu mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yang membutuhkan instrumen penilaian yang sistematis dan akurat bagi otentikasi hasil penilaian. Instrumen yang dikembangkan memiliki keunggulan antara lain telah memanfaatkan teknologi komputer, memiliki rubrik dengan skala likert pada lembar observasi, dan melibatkan peserta didik pada proses penilaiannya. Teknologi komputer yang digunakan bukan hanya sekedar untuk menginput nilai akhir saja namun menggunakan excel sehingga memiliki akurasi yang baik dalam perhitungan akumulasi nilai yang diperoleh. Lembar observasi otomatis yang ada merupakan jantung dari PETASAN GALAU karena disinilah kunci keberhasilan instrumen ini. Lembar observasi dengan skala likert dan indikator langsung dapat digunakan untuk menilai peserta didik.


(30)

Tim penilai (teman sebaya) akan memberikan nilai untuk testee sesuai dengan nilai yang dipilih sesuai rentang skala likert 1-5.

Lembar observasi dipilih sebagai instrumen yang mengukur peserta didik pada ranah keterampilan karena memiliki beberapa keunggulan. Lien dalam Nasoetion (2004 : 1.29) menyebutkan kebaikan lembar observasi sebagai berikut.

1. Mengamati pekerjaan peserta didik sehari-hari dalam rangka penerapan prinsip dan prosedur merupakan kajian yang berkesinambungan mengenai kemajuan dalam pembelajaran. Ini merupakan dorongan bagi peserta didik dalam mencapai sasarannya.

2. Melalui pengamatan, pendidik memperoleh masukan dalam pembelajaran tanpa menggangu waktu belajar.

3. Jika pengamatan dapat dilaksanakan secara objektif dan reliable disbanding dengan alat ukur lain maka hasil pengamatan akan dapat menentukan kemampuan peserta didik secara tepat.

4. Perangkat observasi dapat digunakan sebagai alat tambahan yang efektif pada tes perbuatan dan ujian tertulis lainnya.

5. Perangkat observasi akan turut serta mengembangkan ranah afektif (bekerjasama, inisiatif, antusiasme dan sebagainya) sejalan dengan tumbuhnya mata pelajaran terkait.

Teknik penilaian oleh teman sebaya diharapkan mampu mengembangkan keterampilan peserta didik dalam ranah Ilmu Pengetahuan Sosial. Seluruh peserta didik akan terlibat aktif dalam proses penilaian. Peserta didik merupakan subjek sekaligus objek penilaian. Guru hanya sebagai fasilitator agar proses berjalan lancar. Peserta didik tidak dapat memilih siapa yang akan menjadi tim penilainya karena software akan secara langsung menentukan secara otomatis berdasarkan nomor urut presensi. Misalnya nomor urut 1 akan otomatis dinilai oleh nomor urut 2 dan 3, kemudian nomor urut 2 akan dinilai oleh nomor urut 3 dan 4 demikian seterusnya atau dapat diacak sesuai keinginan hingga seluruh peserta dalam kelas selesai dinilai. Maka disebut tiga dalam satu (GALAU). Langkah untuk


(31)

1. Guru melakukan apersepsi kepada seluruh peserta didik mengenai prosedur, teknik penilaian dan alat bantu yang akan digunakan

2. Peserta didik yang akan dinilai (testee) telah benar-benar siap untuk dinilai dengan cara guru telah memberitahukan satu minggu sebelum penilaian dilaksanakan

3. Setiap testee akan dinilai oleh dua orang (tim penilai) yang memiliki nomor urut presensi dibawahnya

4. Tim penilai akan duduk bersama menghadap penyaji dengan alat bantu berupa laptop ataunotebookyang telah disediakan guru

5. Tim penilai akan mengisi lembar observasi otomatis hanya dengan memberi tandachecklist (v) pada kolom yang tersedia

6. Setelah selesai, testee dapat melihat hasil akhir yang diperolehnya sehingga dapat menentukan sendiri apakah menerima atau menolak. Bila menolak maka testee harus melakukan remedial.

7. Remedial dilakukan oleh guru setelah semua peserta didik selesai dinilai.

1.2 Identifikasi Masalah

Prakarya dan Kewirausahaan merupakan salah satu bidang studi di Sekolah Menengah Kejuruan yang sebagian besar bermuatan sikap dan keterampilan. Mata pelajaran ini idealnya dapat membekali peserta didik untuk terbiasa praktik langsung dunia usaha dan dunia industri. Fakta menunjukkan guru Prakarya dan Kewirausahaan di SMKN Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu menemui kesulitan untuk menyusun instrumen penilaian hasil belajar dalam ranah keterampilan. Utamanya untuk menilai aspek kinerja seperti praktek dan presentasi.


(32)

Guru sering terjebak dalam penilaian aspek pengetahuan yang sekedar menghafal saja sehingga belum mencapai pembelajaran yang mengembangkan peserta didik secaraholistik dan edukatif. Bila melakukan penilaian aspek kinerja belum memiliki rubrik hingga nilai yang diperoleh peserta didik belum akuntabel. Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penilaian otentik ranah keterampilan belum sesuai dengan PERMENDIKBUD Nomor 66 Tahun 2013.

2. Panduan penilaian otentik ranah keterampilan belum ada. 3. Instrumen penilaian terstandar oleh pemerintah belum ada.

4. Teknik yang digunakan masih dominan dari hasil pengamatan guru. 5. Rubrik atau indikator harus dipersiapkan sendiri oleh guru.

6. Teknologi komputer digunakan hanya untuk menginput nilai karena hasil penilaian dengan lembar observasi masih dianalisis dan dihitung kembali secara manual.

7. Pihak penilai masih dominan dilakukan oleh guru secara individu. 8. Hasil penilaian belum dimanfaatkan untuk melakukan program remedial.

1.3 Pembatasan Masalah

Pengembangan software intrumen penilaian otentik PETASAN GALAU ini akan berfokus pada dua hal berikut.

1. Pengembangan software instrumen penilaian otentik ranah keterampilan aspek kinerja; praktik dan presentasi individu peserta didik.


(33)

Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dengan pemanfaatan teknologi komputer yang memiliki tiga standarisasi rubrik atau indikator yakni tahap persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Tim penilai atau observer adalah dua orang teman sebaya dalam satu kelas sehingga pekerjaan guru dalam melakukan penilaian menjadi lebih efisien.

2. Melihat efektivitas penggunaan software instrumen PETASAN GALAU dalam proses penilaian otentik aspek keterampilan di SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah mengembangkan software PETASAN GALAU sebagai instrumen dan teknik penilaian otentik yang mampu membantu guru Prakarya dan Kewirausahaan dalam proses penilaian aspek keterampilan peserta didik di SMK Negeri Sukoharjo?

2. Bagaimanakah efektivitas software PETASAN GALAU dalam proses penilaian aspek keterampilan mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMK Negeri Sukoharjo?


(34)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

1. Menghasilkan software PETASAN GALAU sebagai instrumen dan teknik penilaian otentik bagi guru Prakarya dan Kewirausahaan dalam melaksanakan proses penilaian aspek keterampilan peserta didik di SMK Negeri Sukoharjo. 2. Mengetahui efektivitassoftwareinstrumen PETASAN GALAU dalam proses

penilaian aspek keterampilan mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMK Negeri Sukoharjo.

1.6 Spesifikasi Produk

Produk software berupa pengembangan instrumen penilaian yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut.

1. Instrumen penilaian berupa lembar observasi otomatis berbasis program komputer excel dengan rubrik dan standar nilai skala likert 1-5

2. Produk diharapkan dapat dengan mudah dan cepat digunakan oleh guru dalam kegiatan penilaian aspek keterampilan untuk mengukur unjuk kerja peserta didik.

3. Software dapat dengan mudah diaplikasikan pada komputer dengan spesifikasi minimal menggunakan window XP sehingga file dapat disimpan langsung pada perangkat lunak atau dicopy (dipindahkan) dengan menggunakan CD-room dan flash disc.

4. PETASAN GALAU yang dikembangkan memiliki 1 (satu) menu utama dan 7 (tujuh) sub menu.


(35)

1.7 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: (1) sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam pembelajaran IPS di satuan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Kejuruan; (2) sebagai bahan kajian mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dalam meningkatkan kualitas proses penilaian peserta didik; (3) sebagai pedoman untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka memperkaya teknik dan instrumen evaluasi pembelajaran di masa yang akan datang.

2. Secara praktis, (1) bagi pendidik hasil pengembangan software instrumen PETASAN GALAU dapat digunakan sebagai alternatif penilaian otentik aspek keterampilan dalam proses evaluasi sumatif; (2) bagi sekolah, memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses penilaian; (3) bagi peserta didik, PETASAN GALAU dapat meningkatkan minat dan partisipasi pada setiap kegiatan belajar.

1.8 Ruang Lingkup Penelitian

1.8.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian pengembangan ini adalah peserta didik kelas XI TKJ 1 dan XI TKJ 2 semester genap di SMKN Sukoharjo di Kabupaten Pringsewu yang berjumlah 76 orang.


(36)

1.8.2 Objek Penelitian

Objek penelitian pengembangan ini adalah software PETASAN GALAU sebagai instrumen penilaian otentik aspek keterampilan yang dipadukan dengan teknik penilaian teman sebaya.

1.8.3 Tempat Penelitian

Penelitian dan pengembangan produk instrumen PETASAN GALAUdilaksanakan di SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Dasar pertimbangan dipilihnya tempat ini karena merupakan sekolah tempat mengajar dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya meningkatkan kreativitas dan kemampuan berinovasi dalam kegiatan pembelajaran termasuk kegiatan penilaian.

1.8.4 Waktu Penelitian

Penelitian pengembangan software PETASAN GALAU dilaksanakan dalam proses pengambilan nilai keterampilan aspek kinerja praktik personal sellingpada kelas XI TKJ 1 dan 2 semester genap di SMKN Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2014/2015.

1.8.5 Ilmu

Pendidikan IPS (Social Studies) dalam Sapriya (2008 : 92): “Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis ataupsikologis untuk tujuan pendidikan”.

Menurut Nu’man Somantri (2001 : 92) “Pendidikan IPS adalah suatu synthetic discipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan


(37)

Makna synthetic discipline, bahwa Pendidikan IPS bukan sekedar mensintesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Pendidikan IPS (social studies) memuat tiga sub tujuan, yaitu: sebagai pendidikan kewarganegaraan, sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinya dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, dan sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikan dari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.

Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan yang masuk dalam rumpun mata pelajaran pendidikan IPS. Social studies dalam National Council for the Social Studies (NCSS) memiliki konsep atau tema, yaitu (1)culture; (2)time, continuity and change; (3)people, places and environments; (4) individual development and identity; (5) individuals, group, and institutions; (6) power, authority and govermance; (7) production, distribution and consumption; (8) science, technology and society; (9) global connections, dan; (10) civic ideals and practices. Sebagai social studies Prakarya Kewirausahaan dalam prakteknya banyak mengajarkan membuat produk, bagaimana menjualnya dan membaca perilaku konsumen serta produsen hal ini sesuai dalam tema ke tujuh yaitu production, distribution and consumption yang merupakan garis besar pembahasan ekonomi.

Tujuan pendidikan IPS secara umum adalah menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang baik, dengan berbagai karakter yang berdimensi spiritual, personal, sosial, dan intelektual.


(38)

NCSS merumuskan Pendidikan IPS bertujuan memberi informasi dan pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan keterampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampilan intelektual (Jarolimek dkk, 1993: 5-8). Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode

yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.


(39)

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat sebagai pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.

6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society’ dan mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.

Sejalan dengan tujuan pendidikan IPS, mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan yang mengulas tentang kegiatan ekonomi mempunyai tujuan selain memberikan pengetahuan pada peserta didik juga bertujuan menanamkan nilai dan keterampilan hidup (life skill) dan mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya. Dalam pendidikan IPS terdapat lima tradisi yang dirujuk sebagai tujuan inti dalam pembelajarannya, yaitu.

1. Ilmu pengetahuan sosial sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission),

2. Ilmu pengetahuan sosial sebagai ilmu-ilmu social (Social Studies as social sciences)

3. Ilmu pengetahuan sosial sebagai refleksi inquiri (Social Studies as reflective inquiry)


(40)

4. Ilmu pengetahuan sosial sebagai kritik kehidupan social (Social Studies as social criticism)

5. Ilmu pengetahuan sosial sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as personal development of the individual)

(Sapriya 2008 : 13-14)

Berdasarkan kelima tradisi tersebut, pengembangan software instrumen PETASAN GALAU pada mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan ini termasuk dalam tiga tradisi IPS yaitu tradisi kedua, ketiga dan kelima yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Materi pemasaran (personal selling) yang diberikan sebelum proses penilaian dengan PETASAN GALAU dilaksanakan, merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies as social sciences). Konsep keilmuan Prakarya Kewirausahaan senantiasa berkembang dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat.

2. Proses penilaian yang melibatkan peserta didik baik sebagai testee dan tim penilai sesuai dengan tradisi Ilmu pengetahuan sosial sebagai refleksi inquiri (Social Studies as reflective inquiry). Kharakteristik peserta didik secara psikologis cenderung menuntut pendekatan inkuiri pada proses pembelajaran yang mereka alami.

Karakteristik peserta didik yang cenderung ingin bebas berapresiasi dan berekspresi dapat dipenuhi pada penilaian teman sebaya. Penilaian yang dilaksanakan pada peserta didik menjadi demokratis, menantang, menye-nangkan dan menggairahkan.


(41)

Di sisi lain, adanya perbedaan bakat, kemampuan, dan minat masing-masing individu dapat diterima oleh peserta didik yang berbeda kharakteristiknya. Oleh karena itulah para pelaku pendidikan dituntut untuk bisa menemukan dan mengaplikasikan pendekatan pembelajaran dengan berbagai metode dan strategi pembelajarannya, serta media dan sumber belajarnya yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

3. Penerapan peer assessment (penilaian teman sebaya) sebagai teknik yang digunakan pada PETASAN GALAU diharapkan dapat mengembangkan pribadi individu pendidik dan peserta didik. (Social Studies as personal development of the individual.) Peserta didik akan terlatih untuk dapat mengambil keputusan yang baik, memiliki sikap empati kepada orang lain, selalu aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran yang melibatkan sosialisasi dan interaksi dengan teman sebaya, serta terbiasa menggunakan teknologi terutama dalam melakukan proses penilaian agar prinsip transparansi dan akuntabel dapat tercapai. Selain itu pendidik akan selalu berupaya memberikan pembelajaran yang berbasis kompetensi hingga akan terus meningkatan kemampuan mengajar dan keterampilan memanfaatkan teknologi.


(42)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Pada bab ini akan diuraikan beberapa subbab yang terdiri atas (1) tinjauan pustaka, (2) pengembangan software PETASAN GALAU (3) kerangka pikir (4) hipotesis, dan (5) hasil penelitian yang relevan. Secara lebih jelas akan

diuraikan sebagai berikut.

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Pembelajaran Bruner

Jerome S. Bruner seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif melakukan penelitian meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (discovery learning) yaitu belajar dengan menemukan konsep


(43)

22

22 Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan dapat bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup.

1. Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari segi aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.

2. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian, ekonomi dan kuasa.

3. Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.

4. Bentuk dan pemberian reinforsemen.

Selanjutnya Bruner (1996) membagi pembelajaran dalam tiga tahapan, yaitu. 1. enactive, dimana seorang peserta didik belajar tentang dunia melalui

tindakannya pada objek, siswa melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami lingkungan.

2. iconic, dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan gambar

3. symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak, siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini semakin dominan.


(44)

23 Teori belajar menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya. Ada tiga tahapan penerapan teori belajar penemuan Bruner (Nasoetion, 2004) dalam pembelajaran yaitu: 1. Tahap Informasi (tahap penerimaan materi). Sajikan sejumlah informasi atau

pengetahuan sehingga menambah atau melengkapi memori yang telah dimiliki.

2. Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi). Informasi dianalisis, diubah atau ditransformasi kebentuk yang lebih abstrak atau konseptual untuk digunakan pada hal-hal yang lebih luas.

3. Tahap Evaluasi (tahap penilaian materi). Menilai informasi dan pengetahuan yang telah ditransformasikakan sehingga dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. intuisinya.

Dari teori itu, kita bisa lihat bahwa Bruner mengedepankan tetang pemahaman dan pengalaman belajar yang dilakukan oleh seseorang karena dari pengalaman itu, peserta didik lebih memahami dan berpengalaman terhadap apa yang di alaminya. Ilmu Pendidikan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang mengedepankan tata cara dalam menghadapi kehidupan sosial. Maka teori Bruner yang mengedepankan tentang pemahaman kognitif serta menerapkan teori discovery learning, metode itu sangatlah cocok dalam penyampaiannya.


(45)

24

24 Akan tetapi kendala yang di hadapi pendidik di kelas ketika menerapkan metode tersebut di pengaruhi oleh latar belakang pendidikan pendidik itu sendiri.

Keberhasilan dalam menyampaikan sebuah materi di dalam kelas itu tergantung pada pendidik yang mengajar mata pelajaran yang bersangkutan. Pendidik dituntun memiliki kompetensi mendidik dan mengajar yang mumpuni hingga mampu menyajikan pembelajaran yang aktif, kreatif, gembira dan berbobot.

2.1.2 Konsep Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif mampu menghantarkan peserta didik menjadi pribadi yang kreatif. Dyers (2009 : 2), memberi pendapat bahwa hasil signifikan pembelajaran lebih tercapai bila pembelajaran dilakukan dengan basis atau dasar kreativitas. Selanjutnya Dyers mengungkapkan kemampuan kreativitas dapat diperoleh melalui; Observing (mengamati), Questioning (menanya), Experimenting (mencoba), Associating (menalar), dan Networking (membentuk jejaring).

Karakteristik penting setiap penerapan konsep belajar aktif harus diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang memungkinkan peserta didik mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bersumber pada pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji. Beberapa karakteristik konsep pembelajaran tersebut diuraikan dalam Partnership for 21st century skills, education & competitive, a resource and policy guide (2008 : 10) berikut.

1. Thinking critically and making judgments about the barrage of information that comes their way everyday—on the Web, in the media, in homes, workplaces and everywhere else. Keterlibatan peserta didik secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran.


(46)

25 Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan hasil ekplorasi tersebut. Peserta didik diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai sumber yang relevan dengan topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan memungkinkan peserta didik melakukan interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.

2. Communicating and collaborating. Peserta didik didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan cara ini, konsep tidak ditransfer oleh pendidik kepada peserta didik tetapi dibentuk sendiri oleh peserta didik berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan komunikasi dan kolaborasi. Dengan perkataan lain, peserta didik didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahamannya terhadap fenomena yang sedang dikaji menjadi meningkat.

3. Solving complex, multidisciplinary, open-ended problems. Peserta didik didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap topik/konsep/masalah yang sama, dan untuk mempertahankan sudut pandangnya dengan menggunakan argumentasi yang relevan dan interdisiplin ilmu. Hal-hal ini merupakan salah satu realisasi hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran.


(47)

26

26 4. Taking charge of financial, health and civic responsibilities.

Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama (warga negara yang baik). Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi, dan rekreasi (finansial dan kesehatan). Di samping itu, peserta didik juga mendapat kesempatan untuk membantu temannya dalam menyelesaikan satu tugas. Kebersamaan, baik dalam eksplorasi, interpretasi, serta rekreasi dan pemajangan hasil merupakan arena interaksi yang memperkaya pengalaman.

5. Creativity and entrepreneurial thinking. Dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan menciptakan suasana kelas yang memungkinkan peserta didik dan pendidik merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting kurikulum. Pendidik mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir keras, kemudian mengejar pendapat peserta didik tentang ide-ide besar dari berbagai perspektif. Pendidik juga mendorong peserta didik untuk menunjukkan atau mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik-topik penting dalam kurikulum menurut caranya sendiri secara bertanggung jawab dan berani mengambil resiko.

Saat proses belajar berlangsung pendidik dan peserta didik harus sama-sama terlibat secara aktif. Pendidik harus mengajar dengan menerapkan model dan strategi belajar kreatif yang menyenangkan dan tidak monoton. Peserta didik dituntut banyak melakukan penemuan sendiri pada berbagai permasalahan nyata (otentik) disekitar diri dan lingkungannya.


(48)

27 Hingga hasil belajar dapat mengendap lebih lama dalam benak peserta didik dan mampu mengambil keputusan yang baik bila menghadapi persoalan dalam hidupnya kelak.

Pendidik diminta melakukan penilaian otentik dalam proses pembelajaran secara berkesinambungan baik sebelum, saat dan sesudah pembelajaran berlangsung. Aspek penilaian pun tak hanya pada pengetahuan saja namun harus meliputi ketiga ranah pembelajaran menyeluruh yaitu keterampilan, sikap dan pengetahuan. Porsi penilaian sikap memiliki persentase terbesar diikuti keterampilan dan pengetahuan. Bila penilaian otentik selalu dilakukan pada ketiga aspek ini diharapkan peserta didik akan terbangun menjadi manusia yang seutuhnya.

2.1.3 Ontologi dan Epistimologi Mata Pelajaran Prakarya Kewirausahaan Prakarya kewirausahaan merupakan bagian kecil dari ilmu ekonomi, ekonomi mikro; sektor informal, industri kecil-menengah, koperasi, dan usaha distribusi. Sektor-sektor tersebut selalu berkorelasi dengan sebuah karakter individual dan komunitas yang secara langsung diperlukan oleh subjek pengembang usaha tersebut. Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal jasa dan resiko, serta menerima hasil dari proses tersebut berupa keuntungan, kepuasan dan kebebasan pribadi. Maksudnya adalah seorang wirausaha kreatif dan inovatif menciptakan sesuatu yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain, sehingga atas apa yang diciptakan itu mendapat keuntungan berupa materi, kepuasan dan kebebasan pribadi.


(49)

28

28 Usaha atau bisnis di masa sekarang ini harus mampu bersaing dengan bisnis atau organisasi lainnya dalam pasar tertentu menurut standar persaingan dunia dalam segala aktivitas, departeman dan pelayanan. Kriteria persaingan itu mencakup praktik dan kehebatan dari perangkat untuk transpormasi perusahaan seperti pekerjaan yang fleksibel, standar penilaian, managemen kualitas dan lain sebagainya. Proses perubahan dalam suatu organisasi kelas dunia dilakukan dengan cara yang menguntungkan karyawan dan organisasi. Bisnis yang dijalankan harus selalu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan yang tidak terhindarkan, hal ini perlu dilakukan untuk mengembangkan bisnis atau wirausaha yang kita jalankan dalam menghadapi persaingan global.

Kewirausahaan, dalam konteks apapun, selalu berdampingan erat dengan karakter. Pengembangan usaha mandiri membutuhkan jiwa dan semangat entrepreneurship mumpuni. Entrepreneurship adalah sebuah karakter kombinatif yang merupakan fusi antara sikap kompetitif, visioner, kejujuran, pelayanan, pemberdayaan, pantang menyerah, dan kemandirian. Karakter ini bersatu dan menjadi kebutuhan langsung dalam proses wirausaha. Secara sederhana, entrepreneurship memiliki ciri-ciri swadaya usaha serta mengandung komponen manajemen pemasaran, produksi, dan finansial. Mata Pelajaran Prakarya Kewirausahaan dapat digolongkan ke dalam pengetahuan transcience-knowledge; pengembangan pengetahuan dan melatih keterampilan kecakapan hidup berbasis seni dan teknologi berbasis ekonomis. Pembelajaran ini berawal dengan melatih kemampuan ekspresi-kreatif untuk menuangkan ide dan gagasan agar menyenangkan orang lain, dan dirasionalisasikan secara teknologi.


(50)

29 Hingga keterampilan tersebut bermuara pada apresiasi teknologi terbarukan, hasil ergonomis dan aplikatif dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dengan memperhatikan dampak ekosistem, manajemen dan ekonomis.

Peserta didik sebagai manusia yang hidup melalui interaksi sosial dengan lingkungan sekitar membutuhkan keterampilan untuk memenuhi standar minimal dalam memenuhi kehidupan sehari-hari sebagai kecakapan hidup. Keterampilan harus menghasilkan karya yang menyenangkan bagi dirinya maupun orang lain serta mempunyai nilai kemanfaatan yang sesungguhnya, untuk itu pelatihan berkarya dengan menyenangkan harus dimulai dengan memahami estetika (keindahan) sebagai dasar penciptaan karya selanjutnya. Pada rangkaian menemukan karya yang bermanfaat dilatihkan mencipta, memproduksi dan memelihara yang ada kemudian memperoleh nilai kebaruan (novelty) sehingga bermanfaat untuk kehidupan selanjutnya. Prinsip mencipta, yaitu memproduksi dan mereproduksi diharapkan meningkatkan nilai sensibilitas terhadap kemajuan jaman sekaligus mengapresiasi teknologi kearifan lokal yang telah mampu mengantarkan manusia Indonesia mengalami kejayaan pada masa lalu. Oleh karena itu, pembelajaran Prakarya Kewirausahaan di tingkat SMK didahului dengan wawasan keteknologian hasil kearfian lokal menuju teknologi terbarukan. Pelatihan dimulai dengan memahami fakta, prosedur, konsep maupun dalil yang ada melalui studi perorangan, kelompok maupun projektif agar memberi dampak kepada pendidikan karakter yang berupa kecerdasan kolektif. Hasil pembelajaran melalui eksplorasi alami maupun artifisial ini akan memanfaatkan sebagai media sekaligus bahan pelajaran, sehingga berdasarkan nilai ekosistem dan keberlajutan


(51)

30

30 Tasrif (2008 : 2) menuliskan tujuan Ilmu Pengetahuan sosial yakni mengembangkan tiga kemampuan dasar peserta didik dalam merespon masalah-masalah sosial yang timbul di dalam masyarakat. Pertama, berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan kepentingan peserta didik dan ilmu pengetahuan. Kedua, berorientasi pada pengembangan diri peserta didik dan kepentingan masyarakat. Ketiga, berorientasi pada pengembangan pribadi peserta didik baik untuk kepentingan diri sendiri, masyarakat maupun ilmu pengetahuan. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut cukup jelas menggambarkan bahwa mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Dimana Prakarya dan Kewirausahaan mengajarkan kepada peserta didik untuk berkarya dengan pengetahuan dan informasi yang telah terkonsep, mengembangkan karyanya untuk kepentingan diri sendiri demi peningkatan kompetensi pengetahuan, serta karya yang dihasilkan harus memiliki nilai keterjualan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Selanjutnya Wiyono dalam Tasrif (2008 : 2) berpendapat bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Prakarya Kewirausahaan mewajibkan peserta didik untuk banyak menganalisis aspek pemasaran, mengeksplorasi kekuatan ekonomi lingkungan masyarakat sekitar, mengidentifikasi teknologi yang digunakan masyarakat sekitar dengan banyak melakukan interaksi sosial melalui kunjungan lapangan. Tak ada keraguan bahwa mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan merupakan bagian dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.


(52)

31 Melalui wawancara, survei dan observasi langsung pada masyarakat sekitar, peserta didik Prakarya Kewirausahaan akan belajar tentang manusia dan aspek kehidupannya, terutama dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Aspek kehidupan, interaksi sosial antara peserta didik, masyarakat dan sekolah akan menjadi sinergi utuh membentuk kompetensi yang membekali peserta didik pada kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

2.1.4 Definisi, Pendekatan, Jenis dan Fungsi Penilaian

Penilaian (assessment) dideskripsikan oleh Griffin & Nix dalam Widoyoko (2012 : 2-3) sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok. Lebih lanjut Popham (Widoyoko, 2012 : 3) mendefinisikan assessment dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status peserta didik berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Arikunto (2013 : 3) menulis bahwa menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk; penilaian bersifat kualitatif. Berdasarkan berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian atau assessment dapat diartikan sebagai usaha formal untuk menentukan atau mengambil keputusan terhadap sesuatu (unjuk kerja individu atau kelompok) yang bersifat kualitatif dengan ukuran baik atau buruk.

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai.


(53)

32

32 Pada penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi seperti halnya pada Sekolah Menengah Kejuruan.

Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada berbagai macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, penilaian penempatan, pre test dan post test. Seluruh jenis penilaian tersebut memiliki subjek, aspek dan waktu yang berbeda namun berfungsi untuk (Arikunto, 2008). 1. Penilaian berfungsi selektif. Digunakan sebagai cara penilaian untuk

mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya.

2. Penilaian berfungsi diagnostik. Ditujukan untuk mengetahui kelemahan peserta didik dan akan diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu sehingga dapat ditentukan cara untuk mengatasinya.

3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan. Digunakan untuk menentukan dengan pasti kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. 4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Fungsi ini

dimaksudkan untuk mengetahui suatu program pembelajaran berhasil diterapkan kepada peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan dalam proses belajar.

2.1.5 Penilaian Otentik

Salah satu bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan adalah pelaksanaan penilaian. Penilaian dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan yang mutlak dilaksanakan oleh pendidik.


(54)

33 Kegiatan penilaian merupakan tindak lanjut dari adanya ujian (tes) dan pelaksanaan pengukuran sehingga membuahkan hasil pengukuran. Tujuannya untuk mengetahui tercapai atau tidaknya kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara memberikan sebuah tes atau non tes baik yang bersifat formatif maupun sumatif. Proses penilaian yang dilakukan pendidik untuk mengukur tingkat ketercapaian atau keterserapan materi harus menggunakan acuan kriteria atau standar kompetensi yang memenuhi syarat (Pargito, 2011 : 1-2) berikut:

1. mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matriks) yang menjamin pengalaman belajar yang terarah

2. mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.

Pencapaian dan penguasan kompetensi oleh peserta didik tidak dapat dinilai pada satu kali tes saja namun harus secara berkesinambungan dalam setiap proses pembelajaran berlangsung. Penilaian langsung dan berkesinambungan inilah yang dikenal luas sebagai penilaian otentik atau authentik assessment. Penilaian otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Istilah assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi yang dihubungkan dengan kemampuan seseorang, seperti kecerdasannya, keterampilannya, kecepatannya, ketepatannya dan lain sebagainya yang terkait dengan pekerjaan atau tugasnya (Nasoetion, 2004 : 1.6). Istilah authentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.


(55)

34

34 Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa assessment authentik dan penilaian otentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian otentik, tidak lazim digunakan. Secara konseptual assessment authentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, pendidik menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Berikut ini dikemukakan beberapa definisi untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai arti asesmen otentik.

Penilaian otentik oleh Pargito (2011 :1-3) disebutkan sebagai proses pengumpulan informasi oleh pendidik tentang perkembangan dan pencapaian belajar yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Authentic assessement menurut Maulana dalam tesis Agus (2013 : 21) merupakan penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap aktivitas-usaha peserta didik, penilaian portofolio, penilaian subjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai teknik penilaian.

American Library Association, assessment authentic didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.


(56)

35 Mueller (2012 : 1), penilaian autentik merupakan: a form of assessment in which students are asked to perform real-world tasks that demonstrate meaningful application of essential knowledge and skills. Menurut Stiggins dalam Mueller (2012 : 2), "Performance assessments call upon the examinee to demonstrate specific skills and competencies, that is, to apply the skills and knowledge they have mastered." Sedangkan Wiggins dalam Mueller (2012 : 2), menyebut assessment authentic sebagai "Engaging and worthy problems or questions of importance, in which students must use knowledge to fashion performances effectively and creatively. The tasks are either replicas of or analogous to the kinds of problems faced by adult citizens and consumers or professionals in the field.".

Penilaian otentik (assessment authentic) merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna, yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Penilaian otentik menekankan kemampuan pembelajar untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, melainkan kinerja secara nyata dari pengetahuan yang telah dikuasai. Tujuan penilaian otentik adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks aktual-realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku,


(57)

36

36 Dalam kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis. Penilaian otentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Peserta didik tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis.

Penilaian tradisional menurut Mueller (2012 : 5) merupakan jenis tes yang memaksakan pilihan jawaban, misalnya tes pilihan berganda, mengisi kata-kata yang hilang atau kosong, memilih benar-salah, menjodohkan, dan teknik lain yang telah biasa digunakan dalam pendidikan dalam beberapa dekade lalu. Karakteristik dari penilaian semacam ini adalah bahwa peserta didik hanya terbiasa menggunakan hapalan atau mengulang informasi untuk memenuhi lembar jawabannya yang tentu saja dengan standar yang diberikan oleh masing-masing pendidik. Selanjutnya Mueller memberikan perbedaan antara penilaian tradisional dengan penilaian otentik yang dapat disajikan dalam Gambar 2.1 berikut.

Traditional --- Authentic

Selecting a Response --- Performing a Task Contrived --- Real-life

Recall/Recognition --- Construction/Application Teacher-structured --- Student-structured Indirect Evidence --- Direct Evidence

Gambar. 2.1 Perbedaan Penilaian tradisional dengan Penilaian Otentik Sumber: Authentic Assesmen Toolbox (Mueller, 2008)


(58)

37 Pada gambar 2.1 jelas terlihat perbedaan utama diantara kedua model penilaian tersebut yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

Selecting a Response to Performing a Task.

Pada model tradisional, peserta didik biasa diberikan beberapa pilihan huruf a, b, c atau benar-salah dan diminta untuk memilih jawaban yang paling benar. Sebaliknya, penilaian otentik meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuannya dengan mendemonstrasikan secara aplikatif.

Contrived to Real-life.

Disini peserta didik akan belajar bagaimana memilih berbagai alternatif dalam kehidupan atau pembelajaran yang nyata. Tes tradisional hanya menawarkan berbagai pilihan yang bisa dipilih peserta didik dalam waktu relatif singkat. Penilaian otentik lebih kepada pengambilan keputusan siswa dari berbagai pilihan yang dapat ditunjukkan secara langsung hingga lebih bermanfaat pada kehidupan sehari-hari.

Recall/Recognition of Knowledge to Construction/Application of Knowledge. Penilaian tradisional yang didesain dengan baik seperti tes atau quiz dapat secara efektif menunjukkan apakah peserta didik telah menguasai sebuah pengetahuan atau belum. Hal ini tak dapat diabaikan begitu saja pada penilaian otentik karena sebuah tes dapat menjadi pelengkap yang baik khususnya untuk penilaian portofolio. Lebih jauh, kita sering kali diminta untuk mengingat kembali ide dan fakta dalam kehidupan nyata. Disini, pendemonstrasian dari ingatan pengetahuan merupakan salah satu cerminan dari seberapa banyak yang peserta didik tahu, ingat dan serap dalam membangun atau mencipta sebuah produk atau unjuk kerja.


(59)

38

38 Penilaian otentik menggali lebih dalam bagaimana peserta didik menganalisa, mensintesis, dan menerapkannya sesuai dengan yang sudah dipelajari serta mengambil makna dari setiap proses pembelajaran yang telah dilalui.

Teacher-structured to Student-structured.

Saat mengisi sebuah penilaian tradisisonal, peserta didik hanya akan menunjukkan kemampuan sekedar mengikuti arahan pendidik yang membuat soal. Perhatian dan fokus peserta didik terbatas pada jawaban yang tertera pada lembaran soal. Sebaliknya, penilaian otentik memperbolehkan peserta didik untuk memilih dan mengkonstruksi jawabannya berdasarkan bukti nyata sesuai kemampuan nalarnya. Walaupun seorang peserta didik tidak dapat memilih sendiri topik yang akan dipelajari, setidaknya mereka telah memiliki kemampuan penerimaan perbedaan yang sangat baik. Sayangnya, penilaian ini masih sering terlalu dikontrol oleh pendidik untuk menghindari kerugian. Sama halnya bagi peserta didik, penilaian ini memiliki kelemahan dan kekuatan sehingga pendidik harus berpikir masak-masak dalam memilih dan mendesain sebuah penilaian.

Indirect Evidence to Direct Evidence.

Dalam penilaian tradisional peserta didik yang mengisi lembar jawaban secara langsung ditempat, ditunggui pengawas dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki belum dapat merefleksikan apa yang benar-benar telah dipelajari. Pendidik tak dapat sepenuhmya menganalisis dimana kekurangan peserta didik atau kelebihannya karena pengukuran tak dapat dibuktikan secara langsung. Nilai tinggi yang didapat belum tentu bahwa peserta didik itu cerdas, bisa saja terjadi kebetulan memilih jawaban yang benar.


(60)

39 Sebagai solusi terbaik adalah penilaian otentik yang secara langsung dapat mengetahui kebutuhan peserta didik dengan bukti langsung di kelas. Kompetensi peserta didik dapat terbangun dengan sendirinya dari berbagai penugasan yang diberikan pendidik, seperti berargumen, cara mengkritik teman, atau berpikir analisis dengan mengamati sebuah tuliusan. Kegiatan semacam ini yang akan mengembangkan keahlian dan kemampuan yang diperlukan pada dunia nyata. Nasoetion (2004 : 1.7), menuliskan bahwa pendidik dapat melakukan kegiatan penilaian otentik melalui:

1. penampilan keterampilan peserta didik atau mendemonstrasikan bagaimana peserta didik menerapkan ilmu pengetahuan

2. melakukan simulasi atau bermain peran

3. rekaman portofolio atau item strategis yang terpilih

4. paparan atau kompetensi yang dapat peserta didik tunjukkan.

Menerapkan model penilaian otentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan. Hart (2008) memaparkan sebagai berikut.

a. Students assume an active role in the assessment process. This shift in emphasis may result in reduced test anxiety and enhanced self-esteem. b. Authentic assessment can be successfully used with students of varying

cultural backgrounds, learning styles, and academic ability.

c. Tasks used in authentic assessment are more interesting and reflective of students' daily lives.

d. Ultimately, a more positive attitude toward school and learning may envolve. e. Authentic assessment promotes a more student-centered approach to

teaching.

f. Teachers assume a larger role in the assessment process than through traditional testing programs. This involvement is more likely to assure the evaluation process reflects course goals and objectives.

g. Authentic assessment provides valuable information to the teacher on student progress as well as the success of instruction.

h. Parents will more readily understand authentic assessments than the abstract percentiles, grade equivalents, and other measures of standardized tests.


(1)

6. Lembar observasi manual dapat digunakan pada sekolah yang tidak tersedia fasilitas komputer dan energi listrik sehingga penilaian teman sebaya pada ranah psikomotorik tetap dapat terlaksana.

Penelitian pengembangan software PETASAN GALAU masih sangat terbuka untuk terus disempurnakan. Inovasi dan kreativitas sangat dibutuhkan bagi penyempurnaan software. Software PETASAN GALAU diharapkan semakin luas digunakan pendidik di Indonesia sebagai salah satu alternatif melakukan penilaian otentik aspek keterampilan sehingga memperluas kasanah pengetuhan dan pemahaman terhadap pentingnya proses penilaian.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Basuki, Imam. Pengembangan Model Penilaian Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Menulis di SMP. 2013. Universitas

Muhamadiyah. 24 Juni 2014.

http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/990.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan; Edisi Kedua. Bumi Aksara, Jakarta.

Bruner, J.S. 1996.The Culture Of Education. Harvard University Press, USA. Creswell, John W. 2009.Research Design. Pendekatan kaulitatif, kuantitatif dan

Mixed;Edisi Ketiga.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan. 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif.

Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Djohar, A. 2003. Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Dyer, Jeffrey, Hal B. Gregersen, and Clayton M. Christensen. 2009. Innovators DNA. Harvard Business Review. 10 Juli 2014. http://hbr.org/2009/12/the-innovators-dna/ar/1

Fitriyagami. Penilaian Psikomotorik. 2013. Slideshare. 9 Februari 2014.http://www.slideshare.net.

Gall, Meredith D, Joyce P Gall and Walter R Borg. 2003. Educational Research An Introduction; seventh edition. Pearson Education Inc, Oregon, USA.

Gerkushenko. 2011.New Educational Paradigm. Slideshare.net. 20 Juni 2015. www.fpemy.com

Google search. 2013. Definisi Penilaian Teman Sebaya. https://www.google.co.id/search?q=definisi+penilaian+teman+sebaya.


(3)

Hart, Diane. 2008.Authentic Assessment: A Handbook for Educators. Addison-Wesley Publishing Company Universitas Michigan, USA.

Jerolimek, John & Parker, Walter C. 1993.Social Studies in Elementary School. (9th edition). Macmillan Publishing Company, New York.

Komputer, Wahana. 2013. 100 Tips dan Trik Otomatisasi Kerja Dengan MS Excel. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Ladjamudin, Al Bahra bin. 2006. Rekayasa Perangkat Lunak. Graha Ilmu,Tangerang.

Langan, Mark and Philip Wheater. Can students assess students effectively? Some insights into peer-assessment. Learning and Teaching in Action Vol. 2 Issue 1: Assessment. February 2003. Manchester Metropolitan

University, United Kingdom.

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Mitra Cendekia Offset, Yogyakarta.

Mueller, Jon. Authentic Assessment Toolbox. 2012. Faculty. 24 Juni 2014. http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/index.htm.

Nasoetion, Noehi. 2004. Materi Pokok Tes, Pengukuran dan Penilaian; Modul AKTA 8821. Universitas Terbuka, Jakarta.

Orsmond, Paul. 2004. Self And Peer Assessment: Guidance On Practice In Biosciences. 24 Juni 2014. E-book: center of biosciences for higher education, Staffordshire University, United Kingdom.

Pargito. 2010. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan. Universitas Lampung, Bandarlampung.

Pargito. 2011. Penilaian Berbasis Kelas (Classroom Based Assesment). Universitas Lampung, Bandarlampung.

Peer Assessement. 2011. Heacademy. 6 Juli 2014.

http://www.heacademy.ac.uk/hlst/resources/a-zdirectory/peer_assessment Permendikbud No.66 Tahun 2013: Standar Penilaian Pendidikan. Petunjuk

Teknis Pengembangan Instrumen Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Permendikbud No. 66 tahun 2013. Kemendikbud, Jakarta.

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Dian Rakyat, Jakarta.

Prawiradilaga, Dewi, Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Prenada Media Group, Jakarta.


(4)

Purwanto, M. Ngalim. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda, Bandung.

Rochayati. Jurnal Penelitian Assessment Teman Sebaya.2012.Word press. 6 Juli 2014.rochayatismptigakalikajar.files.wordpress.com/2012/.../6-assessment.doc. Santosa, Budi. Penilaian Teman Sebaya. 2012. Budies info. 1 Juli 2014.

http://www.budies.info/pendidikan/penilaian-teman-sebaya-dalam pembelajaran.html.

Santrock, J W. 2007.Remaja Edisi 11 Jilid 2.Erlangga, Jakarta. Sapriya. 2008.Pendidikan IPS. PT Remaja Rosda Karya, Jakarta.

Siagian, Sondang P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

Somantri, Numan. 2001.Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. PPS-FPIPS UPI dan PT. Remadja Rosda karya, Bandung.

Steers, Richard M. 2007. Efektivitas Organisasi. Bumi Aksara, Jakarta.

Sudjana, Nana. 2012.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosda, Bandung. Sudijono, Anas. 2003.Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali, Jakarta.

Sugiyono. 2002.Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. 2004.Statistika Nonparametrik Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Alfabeta, Bandung.

Sulistiyono. 2013.Software Aplikasi Raport Kurikulum2013 SMKN Sukoharjo. Suryanta, Alex. 2014.Buku Penilaian Autentik Bahasa Indonesia SMA/MA kelas

X. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tasrif. 2008.Pengantar Dasar IPS. Genta, Yogyakarta.

T. Gladding, Samuel. 1995.Group Work A Counseling Specialty, Second Edition. Macmillan Publishing Company, USA. 477 hlm.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003:Sistem Pendidikan Nasional. Universitas Lampung. 2010.Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas


(5)

Uno, Hamzah B, Satria Koni. 2012.Assessment Pembelajaran. Bumi Aksara, Jakarta. 236 hlm.

Widoyoko, S. Eko Putro. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Yus, Anita Dr. 2011.Penilaian Perkembangan Belajar Anak. Kencana Prenada


(6)

Dokumen yang terkait

Pengembangan Instrumen Penilaian Otentik dan Validasinya

0 3 6

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI 9 Implementasi Pendidikan Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2

0 3 14

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK Implementasi Pendidikan Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 3 16

PENDAHULUAN Implementasi Pendidikan Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 4 6

PENGELOLAAN PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Pengelolaan Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 2 Sukoharjo.

0 1 15

KONTRIBUSI PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP Kontribusi Praktik Kerja Industri dan Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Terhadap Sikap Kewirausahaan Pada Siswa Kelas XI Jurusan Akuntansi Di SMK Neger

0 1 16

EVALUASI INSTRUMEN PENILAIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK N 1 BOJONGPICUNG.

0 5 29

PEMETAAN KEMAMPUAN MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PENILAIAN OTENTIK PADA GURU MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI DIY.

0 0 120

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KINCIR ANGIN PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK MA’ARIF SALAM.

0 0 223

SILABUS MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN

2 4 201