digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Di antara program-program yang ada, acara talk show di Kedai Tempo setiap Sabtu memang yang paling menonjol. Terutama saat almarhum Gus Dur masih
aktif menjadi narasumber hampir setiap minggu hingga menjelang wafat.
140
E. Karakteristik Islam Liberal
Penafsiran Jaringan Islam liberal terhadap teks-teks ajaran ajaran Islam dengan landasan sebagai berikut:
1. Metodologi penafsiran al Qur’an dengan tekstual dan kontekstual
terhadap ayat- ayat al Qur’an. Al Qur’an adalah kalam Allah, namun
kenyataan bahwa kalam Allah telah memasuki pemukiman historis dan bagian dari fakta historis. Alasan rasionalnya adalah:
141
a Pertama; Allah telah memilih bahasa manusia dengan bahasa arab
ketika Allah berkomunikasi dengan Rasul Muhammad. b
Kedua; keterlibatan Rasul Muhammad sebagai penerima pesan sekaligus sebagai penafsir pesan Allah ikut dalam proses pengujaran
dan penelitian teks- teks wahyu yaitu Al Qur’an.
c Ketiga; wahyu Al Qur’an disampaikan Allah kepada Muhammad
secara berangsur-angsur atau gradual, hingga menjadi bentuk kitab suci seperti yang kita lihat sekarang. Hal ini sangat memungkinkan
terjadinya proses- proses dialektika antara Al Qur’an dan realitas
sosiologis kultural yang terjadi pada zamannya.
140
http:www.radar-bogor.co.idindex.php?id=70817rbi=berita.detail 2 Juli 2012.
141
Abdul Moqsith Ghazali bersama Luthfi Assyaukanie bersama Ulil Abshar Abdallah, Metodologi Studi Al Qur’an, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009,142-145
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
d Keempat; banyak sekali peristiwa yang mengiringi turunnya ayat
merupaka n jawaban atas pertanyaan umat waktu itu. Al Qur’an hadir
mengikuti peristiwa-peristiwa
baru yang
muncul ditengah
masyarakat. Respon yang diberikan kadang hanya satu potong ayat, atau beberapa ayat, bahkan dalam satu surat al Qur’an. Tidak jarang
al Qur’an juga menjelaskan peristiwa khusus yang menjadi motif turunnya.
2. Maqashid al Syari’ah sebagai rujukan utama yaitu bahwa maqashid
syari’ah merupakan sumber hukum pertama dalam Islam, baru kemudian diikuti secara beriringan al Qur’an dan Sunnah. Maqashid syari’ah
merupakan inti dari totalitas ajaran Islam. Maqashid syari’ah menempati posisi lebih tinggi dari ketentuan-
ketentuan spesifik al Qur’an. Maqashid syari’ah merupakan sumber inspirasi ketika al Qur’an hendak
menjalankan ketentuan-ketentuan legal spesifik di masyarakat Arab. Maqashid syari’ah adalah sumber dari segala sumber hukum dalam Islam,
termasuk sumber dari al Qur’an itu sendiri. Ketika ada satu ketetapan dari al Qur’an atau Hadits yang bertentangan secara substansi terhadap
maqashid syari’ah, maka ketetapan tersebut harus ditakwilkan kembali.
142
Maqashid syari’ah bukan hanya digali melalui proses dialektika antara umat Islam dan teks al Qur’an, melainkan juga sebagai hasil dari dialog
yang bersangkutan dengan hati nuraninya disatu pihk yang lain.
143
142
Abdul Moqsith Ghazali bersama Luthfi Assyaukanie bersama Ulil Abshar Abdallah, Metodologi Studi Al Qur’an,150.
143
Ibid, 151.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam. Islam Liberal percaya
bahwa ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks keislaman adalah prinsip utama yang memungkinkan Islam terus bisa bertahan dalam
segala cuaca. 4.
Mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks. Ijtihad yang dikembangkan oleh Islam Liberal adalah upaya menafsirkan Islam
berdasarkan semangat religio- etik Qur’an dan Sunnah Nabi, bukan
menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Dengan
penafsiran yang berdasarkan semangat religio-etik, Islam akan hidup dan berkembang secara kreatif menjadi bagian dari peradaban kemanusiaan
universal. 5.
Mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural. Islam Liberal mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran dalam penafsiran
keagamaan sebagai sesuatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang terkungkung oleh konteks tertentu, terbuka.
6. Memihak pada yang minoritas dan tertindas. Islam Liberal berpijak pada
penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan.
7. Meyakini kebebasan beragama. Islam Liberal meyakini bahwa urusan
beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8. Memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan
politik. Islam Liberal yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik harus dipisahkan. Islam Liberal menentang negara agama teokrasi.
Islam Liberal yakin bahwa bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua wewenang
tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan
segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat, dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus.
144
F. Tokoh-Tokoh Dengan Gagasan Islam Liberal Di Indonesia