2. Rangkaian Peristiw a sebagai Pembangun Novel Pasar
Novel Pasar ini berkisah t entang kehidupan seorang kepala pasar di sebuah kecamatan disebut nya dengan nama Gemolong, Jaw a Tengah. Pak M ant ri, dem ikian dia dipanggil, m em iliki
seorang asisten, Paijo, yang sekaligus dikenal sebagai t ukang karcis karena pekerjaan utamanya m emungut karcis para pedagang di pasar itu. Selain it u, Paijo juga punya tugas sampingan mem elihara
burung-burung Pak M antri, t ermasuk burung-burung daranya yang beranak pinak dan selalu m engganggu para pedagang. Burung-burung itu seringkali m engambil barang-barang yang t engah
diperdagangkan. Hal itu m embuat para pedagang kesal. M ereka m emboikot , t idak mau membayar karcis lagi.
Ternyata, lebih banyak pedagang yang berjualan di jalanan muka pasar daripada masuk ke los- los. Pak M ant ri Pasar sudah berusaha m enggiring m ereka ke dalam , t etapi sia-sia. M akin hari los-los
makin sepi. Dengan bermacam-macam alasan, sepert i: ‘lebih enak di jalan’, ‘lebih dekat dengan pm ebeli’ sampai ‘peruntungan saya di jalan, bukan di pasar’, it u m embuat jengkel Pak M ant ri saja. Akhirnya orang
t ua it u m enyerah. Bahkan akhir-akhir ini orang telah m enjual kambing di jalanan juga dan bukannya di pasar hewan. Semakin hari sem akin parah dengan para pedagang itu. Dan sialan, Pak M ant ri Pasar pula
yang disalahkan Soalnya ialah karena burung-burung dara it u. Tunggulah duduk perkaranya Kuntow ijoyo, 1994:3
Burung-burung itu m emang telah m eresahkan para pedagang. M ereka tidak hanya m engambil barang-barang dagangan sepert i beras atau kacang sebagai makanannya, t et api juga m enahi di mana-
m ana sehingga m embikin pasar kotor. Begit u juga dengan kantor M antri Pasar. Bank Pasar, tempat Siti Zaitun bekerja, yang bersebelahan dengan kantor Pak M antri pun t urut kotor karena ular burung-burung
kepunyaan Pak t ua yang masih m elajang it u. Karena ulah burung-burung itu, banyak pedagang m em bawa t ongkat unt uk m emukul dan
m enghalau burung-burung it u. Suatu hari didapatinya sejum lah burung m erpat i Pak M antri yang terluka dan mat i. Pak M antri m enganggap hal it u sebagai suat u tindak kejahatan. Ia m elaporkan hal it u kepada
Pak Camat , juga kepada Kepala Polisi di kecamatan it u. Ia juga m engadukan para pedangang yang kini dianggapnya m emboikot negara karena t idak mau lagi m embayar utang dan banyak diantara m ereka
t idak lagi m enempat i los-los pasar t etapi malah berjualan di jalanan. Hanya saja, laporan Pak M antri ini t idak dit anggapi oleh Pak Camat maupun Kepala Polisi seperti yang diharapkan. M ereka bert indak
lambat dan malah lebih mengutamakan kegiatan sabung ayam . Di seberang pasar, t erdapat seorang juragan yang kaya bernama Kasan Ngali. Terhadap para
pedagang yang t idak mau m enempat i los-los pasar it u, dia sediakan t empat di pekarangan rumahnya. Dengan begitu, dia m endirikan pasar saingan yang t idak dikenai penarikan karcis. Duda yang t elah lima
kaw in, salah satunya dengan M arsiyah yang dulu sem pat dit aksir Pak M ant ri it u, sebet ulnya t engah m endekat i pegawai Bank Pasar yang cantik, Zaitun. Bank Pasar it u sendiri t erancam bangkut karena para
pedagang m erugi dan t idak bisa m enabung. Untuk mendekati Zaitun, Kasan Ngali pura-pura mau m enabung. Dia dit olak karena bukan
pedagang di pasar it u. Dia akhirnya menyuruh para pedagang untuk menyet orkan uangnya guna dit abung di Bank t empat Zaitun bekerja. Pernah dia m elamar Zait un unt uk menjadi ist rinya, t api m alah
dit olak m entah-m entah oleh gadis yang pernah belajar di Akedem i Perawat it u. Ulah Kasan Ngali dalam
m enarik perhatian Zait un t idak hanya itu, akhirnya dia m endirikan bank perkreditan, dan m embeli m obil untuk pam er kepada Zait un.
Pihak kecamatan dan kepolisian sempat m engunjungi pasar itu guna m enindak lanjut i aduan Pak M antri sambil m engumpukan data-data di lapangan. Tetapi m ereka tidak m engambil t indakan apa-apa.
M enghadapi situasi pasarnya yang tidak t erkendali, dan dalam rangka membangkit kan kembali bank pasar, Pak M ant ri berencana m engadakan pert em uan di pasar it u yang berupa pengarahan dari Pak
Camat dan pengarahan darinya akan pent ingnya menabung. Rencana itu sebetulnya dimanfaat kan untuk m embalas kebaikan Zaitun yang pernah m emberinya makanan dalam besek, yang sebetulnya
berupa daging burung dara goreng m ilik Pak M antri. Set elah tahu latar belakang itu, Pak M ant ri m enyukuri kegagalan pert emuan itu gara-gara Pak Camat t idak bisa datang; padahal segala persiapan
t elah dilakukan Paijo dengan baik. Setelah mengalam i proses panjang, Pak M ant ri akhirnya m enyadari bahw a sum ber kekacauan
itu m emang burung-burung daranya. Dengan kesadaran dirinya, serta guna membalas budi atas kerugian para pedangan selama ini, Pak M antri akhirnya membebaskan para pedagang untuk
m enangkap burung-burung daranya, baik untuk di makan, dipelihara at aupun dijual. Rupanya kebaikan hati Pak M ant ri ini diakali oleh Kasan Ngali, yang m em inta para pedagang guna m enjual merpat i-m erpati
kepadanya. M erpati-m erpat i yang dibelinya itu, diberi t anda kemudian dilepas lagi. Selain m enyadari akan burung-burung merpatinya sebagai penyebab t idak maunya para
pedagang membayar karcis, rupanya Pak M ant ri juga menyadari kalau pekerjaannya sebagai mant ri pasar harus diakhiri dan diw ariskan kepada Paijo. M eskipun dirayu Paijo untuk mengurungkan niatnya
untuk pensiun, Pak M ant ri t idak goyah dengan niatnya it u. Di pihak lain, t indakan Kasan Ngalai yang m embeli burung-burung m erpat i Pak M antri yang kem udian dilepas kem bali itu akhirnya dilarang oleh
Pak Camat berkat pengaduan Zaitun. Paijo berhasil m engajak dua orang polisi di kecam atan yang kebetulan teman main bolanya itu untuk menertibkan burung-burung itu, juga m enert ibkan kondisi
pasar. Paijo berhasil m enarik kembali para pedagang ke los-los pasar itu set elah sebelumnya diperbaiki dan tidak dipaksa untuk m embayar karcis. Usaha Paijo membuahkan hasil. Hal ini makin m emant apkan
keyakinan Pak M ant ri untuk m enyerahkan kepem impinan pasar itu kepada Paijo, sang tukang karcis. Di pihak lain, Kasan Ngali yang gagal m em inang Zait un, akhirnya berencana menikahi w anita
lain, Sri Hest i rat u panggung ketoprak. Burung-burung dara yang awalnya dit angkapi untuk daging pest a perkaw inannya diganti dengan m embeli sejum lah ekor kambing. Set elah m enghitung-hit ung
keuangannya, dia m erasa t ekor at as hal-hal yang t elah dilakukannya. Akhirnya pasar baru di pekarangan rumahnya dan bank perkredit annya dihancurkannya sendiri. Orang-orang pasar akhirnya tahu,
ketidakt ulusan dan kekikiran Kasan Ngali. Tidak hanya it u, Kasan Ngali pun akhirnya gagal m enikahi Sri Hest i gara-gara tuntutannya agar ratu panggung ketoprak it u tidak bermain lagi set elah m enikah
dengannya. Semua rencana Kasan Ngali gagal. Di pihak lain, Zait un akhirnya benar-benar harus m eninggalkan kota kecamat an it u. Banknya
dit utup karena t idak berkembang. Dalam perpisahannya terhadap warga kot a kecamatan itu, diantarlah w anita cantik ini di stasiun kereta api. Selain ibu-ibu kecamatan, datang juga Pak M ant ri dan Paijo turut
m engantar. Kasan Ngali juga turut m endatangi stasiun it u guna m elihat Zait un pujaannya yang t erakhir kali. Pasar it u kini dit inggalkan Zait un, juga oleh Pak M antri yang sebentar lagi bakal pensiun.
Sit i Zait un masih berdiri di t angga. Ia m enatap semua orang. Ada Pak M antri, Paijo, ibu-ibu, camat , kepala polisi. Dan Kasan Ngali Ah Terlalu banyak yang dikenangnya atau yang harus dilupakan. Ia
t elah m emaafkan semua. Pak M ant ri t erpaku. Ia berbisik: “ Saya cinta kepadamu, Nak.” Kasan Ngali m enerobos orang banyak, tangannya m elambai-lambai. Dan disebutnya nama Siti Zait un. Ia berteriak:
“ Tun, jangan lupa, ya” Tidak ada orang yang m endengar, suara-suara lenyap oleh peluit kereta yang t ajam . Kereta berangkat , Zaitun melambai sampai menghilang dalam kabur kejauhan.
.... Dan sebelum masuk pintu kantor, sekali lagi Pak M ant ri m enghent ikan Paijo, m em egang
pundaknya. M enggoyang-goyangkan. M ata tua it u berkaca-kaca. Dan juga Paijo, ah bisa juga ia m em basahi m atanya. M ereka bertatapan. Tersenyum Kuntow ijoyo, 1994: 270-271.
Plot atau alur novel Pasar adalah plot kronologis atau progresif. Kisahnya diawali dengan permasalahan di pasar it u hingga t erselesaikannya persoalan yang ditandai dengan rencana pensiunnya
Pak M antri. Dengan m emperhat ikan penjelasan perkem bangan ringkasan cerit a di atas, diketahui bahw a lat ar cerit anya terjadi di sebuah pasar kecamatan, Gem olong, suatu kecamatan di w ilayah Jawa,
kemungkinan di Jawa Tengah. Latar waktunya t idak secara jelas dideskripsikan, akan tetapi mengingat Kasan Ngali m em iliki m obil dapat diperkirakan kisah novel ini berlangsung sekitar tahun 1960-an atau
1970-an. Sem entara latar sosialnya t erjadi dalam masyarakat pasar yang berjiw a sebagai pedagang yang kont ras dengan pribadi Pak M ant ri, sosok yang mem iliki kepribadian sebagai priyayi yang menjujung
t inggi nilai-nilai Jawa.
3. Bentuk Konflik Antar-kramadangsa Novel Pa sa r