Kajian Sistem Agroforestri di Hutan Kemasyarakatan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Gambar a. Lahan petani kombinasi suren, pinus, meranti dengan tanaman semusim seperti cabe, kacang tanah dan jagung


(2)

Gambar c. Lahan Petani Kombinasi Suren, kopi dan jagung

Gambar d. Lahan petani kombinasi Eucalyptus, Kopi, dan Alpukat


(3)

Gambar f. Wawancara terhadap petani agroforestri


(4)

Lampiran 2. Karakteristik Petani Agroforestri

No Nama Umur

(Tahun)

Pendidikan terakhir

Luas Lahan

(Ha)

Jumlah Tanggungan

(orang)

Kelompok Tani

1 Ludiman Hutabarat 39 SMA 0,6 4 Pelestari Hutan

2 Rudianto Sidabutar 57 SD 1 6 Pelestari Hutan

3 Mangihut Manurung 60 SD 1 2 Pelestari Hutan

4 Garindo Sitanggang 58 SMP 0,64 4 Pelestari Hutan

5 Belson Manurung 65 SMP 1 8 Pelestari Hutan

6 Parningotan Hutabarat 32 SMP 0,6 4 Pelestari Hutan

7 Alwin H. Samosir 54 SMP 0,8 8 Pelestari Hutan

8 Mambol Sitorus 42 SMA 1 3 Pelestari Hutan

9 Alparet Siahaan 68 SD 0,6 7 Hutan lestari

10 Gantian Silalahi 45 SMA 1,6 8 Hutan Lestari

11 Jaliman Simbolon 46 SMP 0,8 2 Hutan Lestari

12 Siti Siahaan 27 SMA 2 4 Hutan Lestari

13 Siten Silalahi 42 SD 1 2 Hutan Lestari

14 Parulian Tambunan 65 SMP 0,6 3 Hutan Lestari

15 Mula Manurung 58 SMP 1 2 Hutan Lestari

16 Sugianto 35 SMP 2 2 Hutan Lestari

17 Santi Sinaga 30 SMP 1 4 Hutan Lestari

18 Sorta Nadapdap 35 SMA 0,72 5 Hutan Lestari

19 Oloan Sinaga 48 SMA 0,56 6 Hutan Lestari

20 Sondang Sinaga 53 SMA 0,6 2 Hutan Lestari

21 Manihar Sitorus 44 SMA 0,4 8 Monansa

22 Santi Pandiangan 53 SMP 0,6 2 Monansa

23 Risma Manurung 48 SMA 0,8 6 Monansa

24 Seriati Sirait 34 SMA 0,8 4 Monansa

25 Sabam Sinaga 55 SMA 1 9 Monansa

26 Roslian Ambarita 51 SMP 1 8 Monansa

27 Esron Sitorus 39 SD 0,48 4 Monansa

28 Jarnot Siregar 37 SMA 1 5 Monansa

29 Benggas Silalahi 40 SMA 0,4 6 Monansa

30 Perry Manurung 38 SMP 0,8 4 Monansa

31 Ojak Panjaitan 42 SMP 1 5 Hutan Serasi

32 Jaholong Sinaga 50 SMP 0,4 3 Hutan Serasi

33 Jordan Sinurat 54 SD 1,6 8 Hutan Serasi

34 Lasman Ambarita 45 SMP 0,4 4 Hutan Serasi

35 Paiman Siahaan 38 SMP 0,48 3 Hutan Serasi

36 Kosbin Sitorus 40 SD 0,8 5 Hutan Serasi

37 Jauman Sinaga 40 SMA 1 8 Hutan Serasi


(5)

Lampiran 3. Hasil Analisis regresi linier berganda dengan sofware SPSS 16.0

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .546a .298 .213 2.78187E6

a. Predictors: (Constant), jumlah tanggungan, umur, luas, pendidikan

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.084E14 4 2.710E13 3.502 .017a

Residual 2.554E14 33 7.739E12

Total 3.638E14 37

a. Predictors: (Constant), jumlah tanggungan, umur, luas, pendidikan b. Dependent Variable: pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.792E7 4.657E6 3.848 .001

luas -47210.122 77056.781 -.090 -.613 .544

pendidikan -93814.140 659907.038 -.022 -.142 .888

umur 44541.131 47207.371 .146 .944 .352

jumlah

tanggungan 1.717E6 489273.581 .523 3.509 .001


(6)

Lampiran 4. Kuisioner

KAJIAN SISTEM AGROFORESTRI

DI HUTAN KEMASYARAKATAN KPHL MODEL UNIT XIV

TOBA SAMOSIR

Nomor Urut Responden : Tanggal Wawancara :

Kecamatan :

Desa :

Identitas Responden

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Suku :

Umur :

Agama :

Status Perkawinan :

Pendidikan Terakhir : Jumlah Tanggungan : Luas Lahan Garapan :

I. Keadaan Sosial Ekonomi Masyrakat

1. Apa mata pencaharian utama bapak/ibu?

... 2. Selain mata pencaharian utama, masih adakah mata pencaharian

bapak/ibu, sebutkan?

... 3. Apakah Bapak/ibu sangat bergantung terhadap hutan dan lahan? Alasan

... 4. Adakah pengalaman usaha tani bapak/ibu? Darimanakah sumbernya dan


(7)

... 5. Jenis komoditi apa saja yang bapak/ibu hasilkan dalam penggunaan lahan

ini?

... 6. Berapa penghasilan bapak/ ibu pada penjualan setiap jenis komoditi yang

dijual dalam satu bulan?

... 7. Jenis komoditi apa saja yang bapak kembangkan pada lahan ini?

... 8. Untuk apa saja bapak/ibu manfaatkan hasil penjualan komoditi yang di

panen?( produksi yang dikonsumsi sendiri oleh keluarga petani atau adakah hasil produksi yang dijual) ?

... 9. Kemana saja bapak /ibu pasarkan setiap komoditi yang di panen?

... 10.Bagai mana kondisi lahan lahan yang bapak/ibu manfaatkan?

... 11.Biaya apa saja yang dikeluarkan untuk mengelola sistem agroforestri?

(bibit, pupuk,pestisida, mesin/peralatan, sumber dan jumlah tenaga kerja dalam 1 bulan )

... ...

II. Populasi Ternak

1. Jenis hewan apa saja yang bapak/ibu kembangkan pada lahan ini?

... ... ...

2. Berapa jumlah ternak yang bapak/ibu pelihara disekitar lahan ini?

... ... ...


(8)

3. Dalam jangka berapa lama ternak bapak/ibu baru di panen?

... ... ...

4. Umur berapa saja hewan yang bapak/ibu ternakkan?

... ... ...

5. Berapa kebutuhan satu ekor ternak terhadap pakan ternak dalam jangka satu hari?

... ... ...

6. Bagaimana mekanisme (cara) bapak/ibu memelihara ternak pada lahan ini?

... ... ...

III. Ketersediaan Pakan Ternak

1. Jenis pakan ternak apa saja yang tersedia pada lahan bapak/ibu?

... ... ...

2. Dari jenis pakan ternak yang tersedia, sudah cukup kah untuk memenuhi kebutuhan ternak yang bapak/ibu kembangkan?

... ... ...

3. Bagaimana cara bapak/ibu untuk permudaan pakan ternak?

... ... ...


(9)

4. Apakah rumput pakan ternak ada yang dijual? Berapa harganya dan berapa banyak dijual dalam 1 minggu?

... ... ...

5. Biaya apa saja yang dikeluarkan untuk mengelolanya? (bibit, pupuk, pestisida, mesin/peralatan,sumber dan jumlah tenaga kerja dalam 1 bulan ) ... ... ...

IV. Komposisi jenis tanaman kehutanan

1. Jenis tanaman kehutanan apa saja yang bapak/ibu kembangkan?

... ... ...

2. Berapa banyak tanaman kehutanan yang bapak/ibu kembangkan?

... ... ...

3. Untuk pemanfaatan apa saja bagi bapak/ibu jika di lakukan pemanenan tanaman kehutanan?

... ... ...

4. Apa pengaruh yang dapat bapak/ibu lihat dengan adanyan tanaman kehutanan terhadap komoditi lain yang di kembangkan?

... ... ...


(10)

5. Biaya apa saja yang dikeluarkan untuk mengelolanya? (bibit, pupuk, pestisida, mesin/peralatan, sumber dan jumlah tenaga kerja dalam 1 bulan) ... ... ...

V. Komposisi Jenis Tanaman Pertanian

1. Jenis tanaman pertanian apa saja yang bapak/ibu kembangkan?

... ... ...

2. Berapa banyak tanaman pertanian yang bapak/ibu kembangkan?

... ... ...

3. Untuk pemanfaatan apa saja bagi bapak/ibu jika di lakukan pemanenan tanaman pertanian?

... ... ...

4. Apa pengaruh yang dapat bapak/ibu lihat dengan adanyan tanaman pertanian terhadap komoditi lain yang di kembangkan?

... ... ...

5. Biaya apa saja yang dikeluarkan untuk mengelolanya? (bibit, pupuk, pestisida, mesin/peralatan, sumber dan jumlah tenaga kerja dalam 1 bulan) ... ... ...


(11)

VI. Kolam Ikan

1. Berapa luas kolam ikan bapak/ibu?

... ... ...

2. Ada berapa jenis dan jumlah ikan yang dibudidayakan?

... ... ...

3. a. Berapa lama ikan hingga dapat dipanen?

... b. berapa banyak dalam 1 kali panen (Kg)

... c. Berapa harga ikan per Kilogram

... 4. Untuk apa saja bapak/ibu manfaatkan hasil ikan yang di panen?( produksi

yang dikonsumsi sendiri oleh keluarga petani atau adakah hasil produksi yang dijual) ?

... ... ...

5. Kemana saja bapak /ibu pasarkan ikan yang di panen?

... ... ...

6. Biaya apa saja yang dikeluarkan untuk mengelolanya? (bibit, pupuk, pestisida, mesin/peralatan, sumber dan jumlah tenaga kerja dalam 1 bulan) ... ... ...


(12)

VII. Ternak Lebah

1. Berapa hasil yang diperoleh dari ternak lebah bapak/ibu?

... ... ...

2. Untuk apa saja bapak/ibu manfaatkan hasil yang di panen?( produksi yang dikonsumsi sendiri oleh keluarga petani atau adakah hasil produksi yang dijual) ?

... ... ...

3. Kemana saja bapak /ibu pasarkan yang di panen?

... ... ...

4. Biaya apa saja yang dikeluarkan untuk mengelolanya? (bibit, pupuk, pestisida, mesin/peralatan, sumber dan jumlah tenaga kerja dalam 1 bulan) ... ... ...


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Alim, L.Y. Palungan, Deddy, B.D. Ginting, Chamidun.2003. Sistem Agroforestri di Permukiman Transmigrasi Sebagai Alternatif Pemanfaatan Suberdaya Alam. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Bachtiar, dkk. 2012. Analisis Kekayaan dan Keanekaragaman Spesies Pohon pada Agroforestri Ilengi; Studi Kasus di Hutan Pendidikan Universitas Gorontalo. Jurnal Ilmiah Agropolitan Volume 5 Nomor 2.

Budidarsono, S. 2001. Analisis Nilai Ekonomi Watani Di Nusatenggara. Prosiding Lokakarya Watani se-Nusatenggara. Denpasar. Bali.

Dephutbun, 1999. Panduan Kehutanan Indonesia . Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia. Jakarta.

Fathoni, T. 2003. 22 Lokasi Hutan dan Lahan akan Dikembangkan Menjadi

Social Forestry.

Gautama, I. 2007. Studi Sosial Ekonomi Masyarakat Pada Sistem Agroforestry

Di Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ginonga, K.L dan M. Lugina. 2007. Metode Umum Kuantifikasi Nilai Ekonomi Sumber Daya Hutan. Http://puslitsosekhut.web.id.[09 Januari 2015].

Hairiah, dkk. 2004. Peranan Agroforestri Dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). World Agroforestry Centre, Icraf Se Asia. Agrivita Volume 26 Nomor.1.

Indriyanto, 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 677/Kpts-II/1998 Tentang Hutan Kemasyarakatan Menteri Kehutanan dan Perkebunan. Lestari, F.2008. Penerapan sistem informasi geografis dalam pemetaan daerah

rawan longsor di kabupaten bogor. IPB. Bogor

Mayrowani, H. dan Ashari. 2011. Pengembangan Agroforestry Untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Mukhtar. 2010. Pengelolaan Program Hutan Kemasyarakatan Berbasis Kearifan Lokal : Studi Kasus Di Kawasan Hutan Lindung Sesaot Lombok Barat. Wacana Vol. 13 No. 1 Januari 2010.


(14)

Mutaqin, Z. 2013. Analisis Kelembagaan Kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Hulu DAS Sekampung (Studi Kasus pada Gapoktan Hijau Makmur). Jurnal Ilmiah Esai Volume 7, Nomor.2.

Nair PKR.1993. An Introduction to Agroforestry. Kluwer Academic Publisher. Dordrecht, the Netherlands

Nugraha, D.W.2012.Perancangan Sistem Informasi Geografis Menggunakan Peta Digital. Universitas Tadulako.Jurnal Ilmiah Foristek Volume 2, Nomor 1. Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan.

Rauf, A. 2011. Sistem Agroforestry : Upaya Pemberdayaan Lahan Secara Berkelanjutan. USU Press. Medan.

Ruhimat, S. I. 2010. Implementasi Kebijakan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Di Kabupaten Banjar. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan

Vol. 7 No. 3.

Satriawan, H dan Zahrul Fuady. 2013. Karakteristik Dan Prospek Ekonomi Sistem Agroforestri Di Kabupaten Bireuen Aceh. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim Bireuen-Aceh. Soekartawi. 1995. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.

Supratman. 2007. Desain Model Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Jurusan Kehutanan, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Surat Keputusan. Menteri Kehutanan No. 44/Menhut-II/2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan.

Syafruddin. 2003. Metode Penelitian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Triwanto, J., dkk. 2012 .Aplikasi Agroforestry Di Desa Mentaraman Kecamatan

Donomulyo Kabupaten Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Wijayanto, N., dkk. 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi dan Komponen Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.


(15)

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Hutan Kemasyarakatan KPHL Model Unit XIV, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.542/ Menhut-II/ 2013 Tentang Penetapan Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan Seluas ± 610 (enam Ratus Sepuluh) Hektar di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Yang disajikan pada Gambar 1. Pelaksanaan penelitian yang diawali dengan survey pendahuluan pada September 2014 sampai dengan selesai dan dilanjutkan dengan pengolahan data dan analisis data primer dan sekunder yang diperoleh dari lapangan.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Hutan Kemasyarakatan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir, Sumatera Utara


(16)

Secara Geografis Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir terletak antara 98°38’00” – 98°54’ 00” BT dan 02° 10’00” –02°36’00” LU. Kabupaten Toba samosir terbentuk berdasarkan Undang -Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal dengan luas wilayah 2.021,8 km2 atau (210.458,98 Ha). Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah daratan tinggi, dengan ketinggian antara 900-2200 mdpl, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam yaitu datar, landai, miring dan terjal. Wilayah Kabupaten Toba Samosir berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun  Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara  Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu

dan Asahan

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Samosir

Penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir yang terletak di Kabupaten Toba Samosir sesuai SK Menhut No.867/Menhut-II/2013 tanggal 5 desember 2013 seluas ± 87.247 ha, yang terdiri atas hutan lindung (HL) seluas 75.762 ha, hutan produksi terbatas (HPT) seluas 6.294 ha dan hutan produksi (HP) seluas 5191 ha. Pada tanggal 24 juni 2014 Menteri Kehutanan RI mengeluarkan SK Menhut No.579/Menhut-II/2014 mengenai kawasan hutan di Sumatera Utara. Dengan demikian maka luas sebesar 56.521 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :


(17)

2. Hutan produksi seluas 11.243 ha

3. Hutan produksi terbatas seluas 1.957 ha 4. Hutan suaka alam seluas 9 ha

Hutan Kemasyarakatan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir terletak di 2 Desa yaitu Desa Pardamaian Sibisa dan Desa Motung yang di survey berdasarkan batas wilayah desa, antara desa yang satu dengan yang lain batas batasnya sebagai berikut :

1. Desa Pardamaian Sibisa :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sirukkungon Sebelah Barat bebatasan dengan desa Motung

Sebelah Timur berbatasan dengan desa Pasaoran Sibisa 2. Desa Motung :

Sebelah Utara berbatasan dengan desa Parsaoran Sibisa Sebelah selatan berbatasan dengan desa Sigapiton Sebelah Barat berbatasan dengan Danau Toba

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

C. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis,buku, Global Position System (GPS), perangkat keras (hardware) yaitu kamera digital,

Personal Computer (PC), perangkat lunak (software) yaitu Departement of natural Resources (DNR) Garmin, Statistical Product and Service Solution

(SPSS) 16.0 dan Arc GIS 10.1. Bahan yang digunakan adalah tally sheet,


(18)

Inventarisasi Sistem Agroforestri di Hutan Kemasyarakatan KPHL Model Unit XIV Tobasa ( Komponen / struktur Agroforestri dan

Aspek Sosial – Ekonomi Petani) dan pengambilan titik Koordinat

Menghitung Pendapatan Masyarakat dari Penggunaan Sistem Agroforestri di Hutan

Kemasyarakatan KPHL Model Unit XIV Tobasa dan memetakan sebaran agroforestri Survey Lapangan di di Hutan Kemasyarakatan

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan meliputi dengan diawali survey lapangan untuk mengetahui kondisi lapangan, serta dilakukan penelitian dengan menginventarisasi komposisi penyusun agroforestri, mengambil titik sebaran dan menghitung nilai ekonominya. Tahapan kegiatan penelitian sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan data

Pengamatan terhadap petani pelaksana sistem agroforestri dilakukan dengan cara survey lapangan dan wawancara. Struktur agroforestri diamati dengan cara deskriptif yang ditujukan untuk menginventarisasi komponen penyusun agroforestri yang terdiri dari kelompok pohon hutan, kelompok tanaman pertanian, Kelompok Pohon/Tanaman Buah/Industri dan ternak. Bagan prosedur teknik pengumpulan data penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Kerangka Perencanaan dan Tahap kajian Agoforestri di Hutan Kemasyarakatan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir

Sasaran dan Teknik Pengumpulan Data


(19)

1. Petani pelaksana sistem agroforestri dengan teknik pengumpulan data survey lapangan

2. Struktur/komponen sistem agroforestri dengan teknik pengumpulan data deskriptif

3. Keluaran dan masukan pada sistem agroforestri yang diterapkan petani sampel dengan teknik pengumpulan data wawancara kuisioner

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam kegiatan inventarisasi sosial ekonomi masyarakat adalah data primer dan data sekunder, sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui pengisian

Tally Sheet dan wawancara terhadap petani sampel serta pengisian kuisioner sebagai berikut : (a) Status dan luas penggunaan lahan (b) jumlah dan jenis tanaman penyusun agroforestri (c) jumlah anggota keluarga (d) produksi tanaman (e) pendapatan petani (f) modal yang diperlukan (g) tenaga kerja yang digunakan (h) input atau sarana yang digunakan (i) Agrotekologi yang diterapkan (i) pendidikan (j) pekerjaan (k) banyaknya tenaga kerja

2. Data Sekunder, yaitu peta yang diperoleh dari Badan Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Provinsi Sumatera Utara, sebagai berikut : (a) Peta Kabupaten Toba Samosir (b) Peta Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir (c) Peta Hutan Kemasyarakatan


(20)

Populasi dalam penelitian ini adalah petani agroforestri di Hutan Kemasyarakatan KPHL Model Unit XIV, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

dengan luas 610 hektar sebanyak 245 responden. Menurut Arikunto (2006) jika populasi lebih dari 100 maka batas error yang digunakan adalah 10-15% . Batas error yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah 15%. Penentuan besar sampel menggunakan rumus Slovin dalam Soewadji,(2012) :

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah petani agroforestri yang ada di lokasi penelitian adalah sebanyak 245 responden

e = batas error 15% I = bilangan konstanta

( )

n =

=

38 sampel

Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapat jumlah sampel petani agroforestri adalah 38 sampel

Hutan Kemasyarakatan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir terdiri dari 4 kelompok tani, maka penentuan sampel dari setiap kelompok tani menggunakan metode proportional sample random sampling yang mengacu pada rumus Nazir,1988 :

[ ]


(21)

n : jumlah seluruh responden

ni : jumlah sampel setiap kelompok tani N : jumlah populasi seluruh kelompok tani

Ni : jumlah populasi masing-masing kelompok tani

Penentuan jumlah responden pada masing-masing anggota kelompok tani pada Hutan kemasyarakatan dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah responden masing masing kelompok tani

Kelompok tani Jumlah Petani agroforestri (KK) Jumlah responden (KK)

Pelestari Hutan 53 8

Hutan Lestari 75 12

Motung Bonani Pinasa 63 10

Hutan Serasi 54 8

Jumlah 245 38

E. Analisis Deskriptif Sistem Agroforestri

Seluruh data dari setiap variabel yang diperoleh diolah secara deskriptif analisis. Menurut Sugiyono (2008) metode Deskriptif Analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan Gambaran mengenai masalah yang ada dilakukan terhadap pada struktur komponen – komponen penyusun sistem agroforestri di Hutan Kemasyarakatan (HKm).

F. Pemetaan Sebaran Agroforestri Metode Lapangan :

Untuk mengetahui sebaran agroforestri dilakukan dengan Metode pengambilan titik koordinat pada wilayah agroforestri ,diambil dengan menggunakan alat yaitu Global Positioning System (GPS).

Overlay Peta :

Pembuatan peta sebaran kelompok tani agroforestri dilakukan dengan melakukan overlay antara peta dasar kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan


(22)

Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir dengan data track yang diambil dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Proses pengolahan data titik koordinat yang diperoleh dari lapangan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Alur identifikasi sebaran agroforestri di hutan Kemasyarakatan KPHL Model Unit XIV Toba Samosir

G. Analisis Pendapatan Usahatani Agroforestri

Analisis usahatani yang dimaksudkan adalah analisis biaya dan pendapatan usahatani yang diperoleh keluarga tani berdasarkan produksi dan pendapatan lain di luar usahatani. Besarnya pendapatan bersih petani dihitung dengan persamaan (Soekartawi et al., 1986) :

T = pendapatan bersih

Yi = jumlah output komoditi ke-i Pyi = harga lokal output komoditi ke-i Xi = jumlah input ke-i

Peta Titik Koordinat Sebaran Agroforestri

Overlay

Data Lapangan Titik Koordinat Titik Koordinat Wilayah

Agroforestri

DNR Garmin

Diubah ke bentuk shp ArcView GIS 10.1

Peta Sebaran Anggota Kelompok Tani Agroforestri di Hutan


(23)

Pxi = harga lokal input ke-i

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan anggota kelompok tani agroforestri dilakukan analisis regresi linier berganda dan dapat ditulis dengan rumus sesuai berikut :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ...

Keterangan:

Y = Pendapatan responden petani agroforestri bo = Konstanta

X1 = Luas Lahan Garapan X2 = Tingkat Pendidikan X3 = Umur Responden X4 = Jumlah Tanggungan

(Nair PKR, 1993).

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hutan kemasyarakatan (HKm) di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir


(24)

Hutan Kemasyarakatan yang berada di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir diberikan izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan kepada Gabungan Kelompok Tani Persatuan Sibisa Motung diantaranya adalah Kelompok Tani Pelestari Hutan, Kelompok Tani Hutan Lestari, Kelompok Tani Hutan Motung Bonasi Pinasa, dan Kelompok Tani Hutan Serasi. Berdasarkan dari Keputusaan Menteri tersebut diperoleh arahan untuk membuat rencana umum dalam pengelolaan areal kerja HKm yang menjamin kelestarian fungsi hutan baik secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Pengelolaan Hutan Masyarakat di desa Motung dan desa Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir dilakukan oleh perorangan anggota kelompok tani Hutan. Masyarakat yang megelola pada umumnya adalah masyarakat yang berasal dari dua desa tersebut. Pada saat mulai dilaksanakannya program hutan kemasyarakatan, masyarakat tersebut dirangkul untuk menjadi peserta hutan kemasyarakatan. Pembagian luasan lahan hak pengelolaan perorangan sesuai dengan kemampuan menggarap. Masyarakat peserta tidak dibatasi dalam mengelola lahan masyarakat, tergantung pada kemauan dan kemampuan masyarakat tersebut. Lahan yang digarap oleh masyarakat tidak dapat dipindah tangankan kepada pihak siapapun.

Menurut Situmeang dkk (2005) menyatakan bahwa wilayah yang dapat dimasukkan ke dalam kawasan produksi adalah keadaan fisik arealnya memungkinkan untuk dilakukan pengelolaan maupun pengembangan sehingga dapat memberikan hasil yang meguntungkan secara ekonomis. Wilayah ini dapat berupa areal yang kosong atau tidak berhutan,namun dapat direhabilitasi kembali.


(25)

Pengelolaan lahan oleh anggota kelompok tani dilakukan dengan sistem agroforestri yang terdiri dari kelompok pohon hutan, kelompok tanaman pertanian, kelompok tanaman sayuran dan tanaman buah. Tanaman yang memberikan nilai ekonomis yang merupakan tanaman utama pada lahan HKm tersebut adalah tanaman kopi (Coffea arabica L). Selain menjadi tanaman utama, kopi merupakan komoditi yang paling disukai oleh masyarakat kelompok tani, karena mengelola tanaman kopi sudah menjadi turun temurun dari nenek moyang mereka.

Pengelolaan HKm dengan menanam tanaman Multi Purpose Tree Species

(MPTs) seperti tanaman buah dan tanaman kehutanan diharapkan akan mampu memberikan manfaat besar, dari tanaman buah akan menghasilkan buah yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk dipanen untuk dipasarkan.

B.Klasifikasi Sistem Agroforestri Di Hutan Kemasyarakatan KPHL Model Unit XIV Toba Samosir

Sistem agroforestri yang diterapkan oleh seluruh anggota kelompok tani di Hutan kemasyarakatan (HKm) merupakan sistem agrisilvikultur. Hal ini ditandai oleh kelompok komponen penyusun setiap lahan garapan petani yang disajikan pada Tabel 2 Yaitu

Tabel 2. Klasifikasi Sistem Agroforestri di Hutan Kemasyarakatan (HKm)

No. Nama Pohon

Hutan Tanaman Tahunan Tanaman Sayuran Pohon Buah

Ternak Tipe

Agroforestri Sub Tipe Agroforestri 1 2 3 Ludiman H. Rudianto S. Mangihut M. √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - - - Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb


(26)

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Garinda S. Belson M. Parningotan Alwin H S. Mambol S. Alparet S. Gantian S. Jaliman S. Siti S. Siten S. Parulian T. Mula M. Sugianto Santi S. Sorta N. Oloan S. Sondang S. Manihar S. Santi P. Risma M. Seriati S. Sabam S. Roslian A. Esron S. Jarnot S. Benggas S. Perry M. Ojak P. Jaholong S. Jordan S. Lasman A. Paiman S. Kosbin S. Jauman S. Paranson S. √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - √ √ - - √ - - √ √ √ - √ - - √ - √ - - - √ - √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ - - √ √ √ √ √ - - - √ - - √ √ √ -- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur Agrisilvikultur AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhThTs AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsTtPb AsPhTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTh AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTh AsPhTh AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTh AsPhTh AsPhThTs AsPhTtPb AsPhThTs AsPhTh AsPhTtPb AsPhTtPb AsPhThTs AsPhTh

Berdasarkan Tabel 2 , hampir seluruh anggota kelompok tani sebanyak 37 responden petani agroforestri memiliki pohon hutan di lahan garapannya baik yang tumbuh secara alami maupun ditanam oleh petani yang bertujuan sebagai naungan tanaman utama. Tanaman tahunan seperti kopi (Coffea arabica L),

menjadi tanaman utama yang menghasilkan nilai ekonomi bagi para petani di Hutan Kemasyarakatan.

Selain tanaman tahunan kopi menjadi tanaman utama, responden petani sebanyak 21 orang juga menanam kelompok tanaman sayuran yang menjadi tanaman utama juga karena dinilai dapat menambah penghasilan dari usaha tani.


(27)

Sedangkan kelompok pohon/tanaman buah ditanam di lahan garapan sebagian besar hanya bertujuan untuk konsumsi sendiri tidak untuk dijual.

C.Karakteristik Sistem Agrisilvikultur di Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Sistem Agrisilvikultur di Hutan Kemasyarakatan KPHL Toba Samosir dapat di tinjau berdasarkan komponen penyusun. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat 26 jenis komoditi yang merupakan komponen penyusun yang terdapat dalam sistem agrisilvikultur di HKm.

Petani anggota kelompok tani di Hutan Kemasyarakatan menanami lahan garapannya dengan komposisi yaitu kelompok pohon hutan (Pinus, suren, meranti, kaliandra, eucalyptus dan mindi), kelompok tanaman Tahunan (Kopi), kelompok tanaman sayuran (cabai merah, jagung, ubi kayu, cabai rawit, cabai merah, buncis, kentang, bawang batak, kacang tanah dan jahe) serta Kelompok Pohon/Tanaman Buah/Industri (alpukat, mangga, jambu, nangka dan durian).

Subtipe agroforestri yang diidentifikasi di lokasi penelitian memiliki karakteristrik dasar yang membedakan satu subtipe dengan subtipe yang lain. Ciri khas tersebut dapat dilihat dari kombinasi komponen penyusun. Deskripsi karakteristik dari setiap subtipe agroforestri diuraikan sebagai berikut:

1. Sub-Tipe Agrisilvikultur dengan Kombinasi Pohon Hutan dan Tanaman Tahunan (AsPhTh)

Karakteristik pada sub-tipe ini adalah kombinasi pohon hutan dan tanaman tahunan yang disajikan pada Tabel 3.


(28)

Tabel 3. Komponen penyusun dan produksi sub-tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan dan tanaman tahunan

No Nama Komponen Penyusun Luas (m2) Luas Total

(m2)

Posisi Dilahan Jarak Tanam

(m)

Populasi (Btg) 1 Oloan Sinaga Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3

b. Eucalyptus - Pinggir Lahan - 3

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 5600 5600 Tengah Lahan 2x3 933

2 Santi Pandiangan

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3

b. Suren - Pinggir Lahan - 6

c. Eucalyptus - Tengah Lahan - 1

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 1200 6000 Tengah Lahan 2x2 300

3 Risma Manurung

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 2

b. Suren - Sembarang - 5

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 8000 8000 Tengah Lahan 2x2 2000

4 Benggas Silalahi

Kelompok Pohon Hutan

a. Eucalyptus - Pinggir Lahan - 3

b. Suren - Pinggir Lahan - 4

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 4000 4000 Tengah Lahan 2x2 1000

5 Perri Manurung

Kelompok Pohon Hutan

a. Suren - Pinggir Lahan - 6

b. Pinus - Sembarang - 3

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 8000 8000 Tengah Lahan 2x3 1333

6 Lasman Ambarita

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 2

b. Suren - Pinggir Lahan - 5

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 4000 4000 Tengah Lahan 2x2 1000

7 Paranson Sinurat

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 2

b. Meranti - Sembarang - 3

c. Kaliandra - Pinggir Lahan - 7

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 5600 5600 Tengah Lahan 2x2 1.400

Berdasarkan Tabel 3, sub-tipe agrisilvikultur ini memiliki lahan yang ditanami oleh para petani yaitu kaliandra dengan pohon kayu yang tumbuh secara alami seperti pinus, eucalyptus, suren, meranti dan dengan tanaman tahunan seperti kopi, Jarak tanam antara kelompok pohon hutan dengan tanaman tahunan


(29)

sub tipe ini umumnya tidak beraturan. Petani agrisilvikultur tanaman tahunan yang dikembangkan oleh petani pada hutan kemasyakatan ini pada umumnya adalah kopi dikarenakan di daerah tersebut sudah menjadi turun temurun bertani kopi. Pada Sub-sistem ini kopi menjadi tanaman utama petani. Kopi umumnya telah memiliki jarak tanam yang beraturan yaitu 2x2 dan 2x3 m. Luas lahan kopi berkisar 4000 – 8000 m2 dengan jumlah 300-2000 batang kopi.

Pohon hutan berada di sisi pinggir lahan petani yaitu kaliandra yang ditanam memiliki fungsi sebagai pembatas lahan, namun hanya diterapkan pada 1 orang petani saja, selainnya kelompok pohon hutan yang berada di lahan garapan tidak memiliki fungsi karena letaknya ada yang dipinggir dan sembarang, selain itu juga jumlah pohonnya sangat sedikit sekitar 6 – 12 pohon

2. Sub-tipe Agrisilvikultur dengan Kombinasi Pohon Hutan, Tanaman Tahunan dan Tanaman Sayuran (AsPhThTs)

Sub-tipe ini memiliki karakterisitik dasar dengan kombinasi pohon hutan seperti pinus, meranti, suren, kaliandra yang tumbuh secara alami maupun dibudidayakan dengan tanaman tahunan seperti kopi dan andaliman, dengan kelompok tanaman sayuran/ musiman seperti tomat, cabai rawit, jagung, kacang tanah yang disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Komponen penyusun dan produksi sub-tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan dan sayuran

No Nama Komponen Penyusun Luas

(m2)

Luas Total Lahan (m2)

Posisi Dilahan Jarak Tanam

(m)

Populasi (Btg)

1. Parningotan Hutabarat

Kelompok Pohon Hutan


(30)

a. Pinus - Pinggir Lahan - 4

b. Meranti - Pinggir Lahan - 1

c. Suren - Sela Tamanan

Kopi

- 15

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 2000 Tengah Lahan 2x 2 500

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Tomat 1000 Tengah Lahan 0,3x0,9 3.700

b. Cabai Rawit 1000 6.000 Samping Tomat 0,3x0,9 3.700

2 Ojak Panjaitan

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Sembarang - 6

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 4000 Tengah Lahan 2x2 1000

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jagung 4000 10.000 Tengah Lahan 0,4x1 10.00

0 3 Jordan

Sinurat

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3

b. Suren - Pinggir Lahan - 5

c. Kaliandra - Pinggir Lahan - 2

Kelompok Tanaman Tahunan a. Kopi b. Andaliman 8000 - Tengah Lahan Sembarang 2x2 - 2000 15 Kelompok Tanaman Sayuran

a. Kacang Tanah 2000 16.000 Tengah Lahan 0,5x1 4.000

4. Jauman S. Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir lahan - 3

b. Suren - Pinggir Lahan - 1

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 4.000 Tengah Lahan 2x2 1.000

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Cabai Merah 2.000 Tengah Lahan 0,3x1 6.666

c. Jagung 4.000 10.000 Tengah Lahan 0,4x1 10.00

0

Berdasarkan Tabel 4, sub-tipe agrisilvikultur ini memiliki tanaman utama tidak hanya kopi melainkan terdapat tanaman lainnya serti kacang tanah, cabai rawit dan tomat. Penanaman kopi dibuat berbaris dengan jarak tanam 2x2 m dengan luas lahan untuk bertani kopi berkisar 2.000m2– 8.000m2.


(31)

Jarak antara tanaman sayuran dengan tanaman tahunan sangat dekat sehingga sering terjadi kerusakan pada tanaman semusim karena aktifitas perawatan dan pemanenan kopi. Pohon hutan yaitu suren ditanam di sela – sela tanaman kopi dengan tujuan sebagai naungan tanaman utama kopi . Kombinasi antara tanaman tahunan dan tanaman semusim berjalan dengan baik karena ditanam berbaris sehingga memudahkan pengelolaan dan persaingan dalam kebutuhan air dan matahari dapat dikendalikan.

3. Sub-tipe Agrisilvikultur dengan Kombinasi Pohon Hutan, Tanaman Tahunan dan Kelompok Pohon/Tanaman Buah/Industri (AsPhTtPb)

Sub-tipe agrisilvikultur (AsPhTtPb) disajikan pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Komponen penyusun dan produksi sub-tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan dan Kelompok Pohon/Tanaman Buah/Industri

No Nama Komponen Penyusun Luas (m2) Luas Total

(m2)

Posisi Dilahan Jarak Tnm (m)

Populasi (Btg) 1 Ludiman H. Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Tengah Lahan - 2

b. Meranti - Pinggir Lahan - 2

c. Suren - Sela Tanaman

Kopi

- 10

Kelompok Tanaman tahunan

a. Kopi 3.200 Tengah Lahan 2x2 800

Kelompok Pohon

Buah/Industri

a. Alpukat - 6.000 Sembarang - 3

2. Garinda S. Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Sembarang - 4

b. Eucalyptus - Pinggir Lahan - 2

c. Suren - Pinggir Lahan - 2

Kelompok Tanaman tahunan

a. Kopi 4000 Tengah Lahan 2x3 666

Kelompok Pohon/Buah

a. Nangka - 6.400 Sembarang - 3

3. Jaliman S. Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 5

b. Eucalyptus - Pinggir Lahan - 3

Kelompok Tanaman tahunan

a. Kopi 2400 Tengah Lahan 2x2 600

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Alpukat - Sembarang - 2

b. Petai Cina - 8.000 Sembarang - 2

4. Sugianto Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3


(32)

Kelompok Tanaman tahunan

a. Kopi 8000 Tengah Lahan 2x2 2000

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Pisang - Pinggir Lahan - 1

b. Alpukat - Pinggir Lahan - 2

c. Nangka - Pinggir Lahan - 1

d. Kemiri - 20.000 Pinggir Lahan - 1

5. Sondang S. Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3

Kelompok Tanaman tahunan

a. Kopi 2000 Tengah Lahan 2x2 500

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Kemiri - 6.000 Sembarang - 2

6. Esron Sitorus Kelompok Pohon Hutan

a. Suren - Pinggir Lahan - 4

b. Kaliandra - Pinggir Lahan - 4

c. Pinus - Pinggir Lahan - 1

Kelompok Tanaman tahunan

a. Kopi 4.800 Tengah Lahan 2x3 800

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Alpukat - 4.800 Pinggir Lahan - 3

7. Jaholong S. Kelompok Pohon Hutan

a. Eucalyptus

b. Pinus c. Suren

- Sembarang

Pinggir Lahan Pinggir Lahan - - - 2 1 2

Kelompok Tanaman tahunan

b. Kopi 4000 Tengah Lahan 2x2 1000

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/ Industri

a. Alpukat - 4.000 Tengah Lahan - 3

8. Paiman S. Kelompok Pohon Hutan

a. Eucalyptus - Pinggir Lahan - 3

Kelompok Tanaman tahunan

a. Kopi 2000 Tengah Lahan 2x2 500

Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Petai Cina - 4.800 Sela Tanaman

Kopi

- 20

9. Kosbin S. Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3

b. Suren - Sembarang - 7

Kelompok Tanaman tahunan

a. Kopi 8.000 Tengah Lahan 2x2 2000

Pohon/Tanaman Buah

a. Mangga - 8.000 Pinggir Lahan - 4

Berdasarkan Tabel 5, Sub-tipe agrisilvikultur ini, ini memiliki kombinasi pohon hutan yaitu pinus, meranti, suren, eucalyptus dan kaliandra dengan tanaman tahunan yaitu kopi dan kelompok pohon/tanaman buah/industri yang tanaman utamanya adalah tanaman tahunan kopi dengan jarak tanam 2x2m -


(33)

2x3m. Sedangkan pohon hutan yang berada di lahan garapan tidak memiliki jarak tanam , letaknya sembarang dan dipinggir lahan. Namun pada lahan garapan yaitu di lahan ludiman Hutabarat dan Paiman Siahaan, suren dan petai cina ditanam di sela kopi yang bertujuan untuk sebagai naungan tanaman utama.

Dijumpai beberapa pohon pinus yang berada di lahan garapan, pohon pinus dapat menggangu pertumbuhan tanaman tahunan kopi karena pohon pinus mengeluarkan zat alelopati yang meracuni tanaman, zat allelopati akan berpengaruh jika terkena lansung ke tanamanan. Pengaruh allelopati dapat menggangu pertumbuhan tanaman seperti pertumbuhan tanaman yang kerdil ataupun mematikan tanaman.

4. Sub-tipe Agrisilvikultur dengan Kombinasi Pohon Hutan, Tanaman Sayuran dan Pohon/Tanaman Buah (AsPhTsPb)

Sub-tipe agrisilvikultur dengan Kombinasi Pohon Hutan, Tanaman Sayuran dan Pohon/Tanaman Buah (AsPhTsPb) ini memiliki karakteristik dasar dengan kombinasi pohon hutan yaitu pinus dengan tanaman sayuran/musiman seperti jagung, sawi putih, bawang batak, kacang tanah, cabai rawit dan kelompok pohon/tanaman buah/industri yaitu pisang ambon, nangka dan jambu air yang disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Komponen penyusun dan produksi sub-tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan, tanaman sayuran dan Pohon/Tanaman Buah

No Nama Komponen Penyusun Luas

(m2)

Luas Total Lahan (m2)

Posisi Dilahan Jarak Tanam

(m)

Populasi (Batang)

1 Siten Silalahi Kelompok Pohon Hutan


(34)

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jagung 2700 Tengah Lahan 0,3x0,9 10.000

b. Sawi Putih 210 Tengah Lahan 0,3x0,7 1000

c. Bawang Batak - Sela Tanaman

Jagung

- 15

d. Kacang Tanah 5600 Tengah Lahan 0,4x1 14.000

e. Cabai Rawit 350 Tengah Lahan 0,5 x1 700

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Pisang Ambon - Pinggir Lahan - 10

b. Nagka - Pinggir Lahan - 10

c. Jambu Air - 10.000 Sembarang - 4

Berdasarkan Tabel 6, hanya ada 1 petani yang menerapkan sub-tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan dan sayuran. Pada sub-tipe ini tanaman utamanya adalah kelompok tanaman sayuran dengan total luas 8860 m2. Kelompok tanaman sayuran ditanam pada tengah lahan dengan sayuran bawang batak disela-sela tanamannya.

Kelompok Pohon/Tanaman Buah/Industri seperti pisang ambon dan nangka ditanam di pinggir lahan. Penggunaan sistem ini untuk melindungi tanaman dari angin kencang dan mendapatkan hasil lainnya seperti buah yang dapat dikonsumsi sendiri dan dijual.

5. Sub-tipe Agrisilvikultur dengan Kombinasi Tanaman Tahunan dan Pohon/Tanaman Buah (AsTtPb)

Sub- tipe agrisilvikultur ini mempunyai karakteristik berupa tanaman tahunan yaitu kopi dengan tanaman buah alpukat yang disajikan pada Tabel 7 yaitu :

Tabel 7. Komponen penyusun dan produksi sub-tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan dan tanaman tahunan

No Nama Komponen Penyusun Luas (m2) Luas Total

Lahan (m2)

Posisi Dilahan

Jarak Tanam

(m)

Populasi (Btg) 1 Siti Siahaan Kelompok Tanaman tahunan


(35)

a. Kopi 6000 Tengah Lahan

2x2 1500

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Alpukat - 20.000 Pinggir

Lahan

- 20

Berdasarkan Tabel 7, sub –tipe ini memiliki tamanan utama adalah kopi yang memiliki jarak tanam 2x2 m dengan luas 6000m2 yang tersebar di tengah lahan garapan petani. Tanaman buah alpukat ditanam di pinggir lahan, selain sebagai pembatas, alpukat juga dipanen untuk dijual menghasilkan nilai ekonomi untuk menambah penghasilan petani .

6. Sub-tipe Agrisilvikultur dengan Kombinasi Pohon Hutan, Tanaman Tahunan, Tanaman Sayuran dan Kelompok Pohon/Tanaman Buah (AsPhTtTsPb)

Sub-tipe Agrisilvikultur dengan Kombinasi Pohon Hutan, Tanaman Tahunan, Tanaman Sayuran dan Kelompok Pohon/Tanaman Buah (AsPhTtTsPb) ini memiliki karakteristik dengan kombinasi pohon kayu seperti pinus, suren, kaliandra, mindi, eucayptus , meranti dan tanaman tahunan seperti kopi, andaliman dan tanaman sayuran/ musiman seperti jagung, cabai merah, ubi kayu, jahe, kacang tanah, tomat dan kelompok tanaman buah yang disajikan pada Tabel 8 sebagai berikut :

Tabel 8. Komponen penyusun dan produksi sub-tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan dan tanaman sayuran

No Nama Komponen Penyusun Luas (m2) Luas

Total Lahan

Posisi Dilahan Jarak Tanam

(m)

Populasi (Btg)


(36)

(m2)

1. Rudianto Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3

Kelompok Tanaman tahunan

a. Kopi 5000 Tengah Lahan 2x2 1250

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jagung 5000 Tengah Lahan 0,4x0,5 25.000

Kelompok Pohon Buah/Industri

a. Jambu - Pinggir Lahan - 2

b. Alpukat - 10.000 Pinggir Lahan - 1

2. Mangihut Manurung

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Sembarang - 4

b. Suren - Sembarang - 3

c. Kaliandra - Pinggir Lahan - 10

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 1.600 Tengah Lahan 2x2 200

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jahe 8.400 Tengah Lahan 1x0,4 210.000

0

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Terong Belanda - Sembarang - 5

b. Alpukat - 10.000 Pinggir Lahan - 3

3. Belson Manurung

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3

b. Suren - Sembarang - 4

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 8000 Tegah Lahan 2x2 2000

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Ubi Kayu 800 Tengah Lahan 1x1 800

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Alpukat - Tengah Lahan - 3

b. Mangga - Pinggir Lahan - 1

c. Durian - 10.000 Sembarang - 8

4. Alwin Halomoan

Kelompok Pohon Hutan

a. Suren - Sembarang - 3

b. Kaliandra - Pinggir Lahan - 5

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 5000 Tengah Lahan 2x2 1250

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Cabai Merah 3000 Tengah Lahan 0,4x0,9 8300

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Nangka - Pinggir Lahan - 10

b. Alpukat - Tengah Lahan - 8

c. Petai Cina - 8.000 Tengah Lahan - 5

5. Mambol Sitorus

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Sembarang - 5

b. Mindi - Sembarang - 3

Kelompok Tanaman Tahunan


(37)

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Cabai Merah - Sembarang - 100

b. Andaliman - Tengah Lahan - 10

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Terong Belanda - Sela Kopi - 100

b. Mangga - Pinggir Lahan - 1

c. Bacang - Pinggir Lahan - 1

d. Jambu Merah - Sembarang - 2

e. Alpukat - 10.000 Sembarang - 10

6. Alparet Siahaan

Kelompok Pohon Hutan

a. Eucalyptus - Pinggir Lahan - 2

b. Suren - Sembarang - 6

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 2000 Tengah Lahan 2x2 500

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jagung 2000 Tengah Lahan 0,3x0,7 9500

b. Kacang Tanah 2000 Tengah Lahan 0,25x0,4 20.000

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Alpukat - Sembarang - 10

b. Durian - Pinggir Lahan - 3

c. Petai Cina - 6.000 Pinggir Lahan - 1

7. Gantian Silalahi

Kelompok Pohon Hutan

a. Eucalyptus - Pinggir Lahan - 3

b. Kaliandra - Pinggir Lahan - 5

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 11600 Tengah Lahan 2x2 2900

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Kentang 2000 Tengah Lahan 0,4x1 5000

b. Buncis 1600 Tengah Lahan 0,3x0,7 7600

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Alpukat - Semabarang - 2

b. Petai Cina - 16.000 Sela Tanaman

Kopi

- 13

8 Parulian Tambunan

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 2

b. Suren - Semabarang - 4

c. Kaliandra - Pinggir Lahan - 4

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 2400 Tengah Lahan 2 x 2 600

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Durian - Pinggir Lahan - 2

b. Mangga - Sembarang - 3

c. Petai Cina - Semabarang - 3

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jagung 2400 6.000 Tengah Lahan 0,3 x 1 800

9. Mula Manurung

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Sembarang - 3

b. Meranti - Pinggir Lahan - 1

c. Suren - Sembarang - 5


(38)

a. Kopi 2400 Tengah Lahan 2x 3 400

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Kemiri - Tengah Lahan - 1

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jagung 6000 Tengah Lahan 0,9 x 0,3 1620

b. Kacang Tanah 1840 Tengah Lahan 1,2 x 0,4 883

c. Cabai Merah 240 10.000 Tengah Lahan 0,5 x 1 480

10 Santi Sinaga

Kelompok Pohon Hutan

a. Eucalyptus - Pinggir Lahan - 3

b. Pinus - Pinggir Lahan - 1

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 4000 Tengah Lahan 2x2 1000

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Petai Cina - Sela Tamanan

Kopi

- 10

b. Mangga - Tengah Lahan - 2

c. Alpukat - Tengah Lahan - 3

d. Kemiri - Pinggir Lahan - 2

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jagung 2000 Tengah Lahan 0,3x1 6.600

b. Ubi Kayu 1600 Tengah Lahan 1x1 1600

c. Cabai Merah 2100 10.000 Tengah Lahan 0,4x1 5250

11 Sorta Nadapdap

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3

b. Suren - Sela Tanaman

Kopi

- 12

c. Kaliandra - Pinggir Lahan - 5

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 2000 Tengah Lahan 2x2 500

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jahe 400 Tengah Lahan 1x0,4 160

b. Ubi Kayu - Sembarang - 100

c. Jagung 2000 Tengah Lahan 0,3x1 6.666

d. Cabai Merah 1000 Tengah Lahan 0,3x1 3.333

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Alpukat - 7.200 Pinggir Lahan - 2

12 Manihar Sitorus

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 3

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 4000 Tengah Lahan 2x2 1000

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Cabai Merah - Pinggir Lahan - 7

b. Kacang Tanah - Pinggir Lahan - 20

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Terong Belanda - 4.000 Sembarang - 5

13 Seriati Sirait

Kelompok Pohon Hutan

a. Suren 10

b. Pinus 5

Kelompok Tanaman Tahunan


(39)

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Jagung 4000 Tengah Lahan 0,3x1 13.300

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Alpukat - 8.000 Pinggir Lahan - 5

14 Sabam Sinaga

Kelompok Pohon Hutan

a. Pinus - Pinggir Lahan - 2

b. Suren - Pinggir Lahan - 3

c. Kaliandra - Pinggir Lahan - 3

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 2.800 Tengah Lahan 2x3 466

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Cabai Merah - Sembarang - 10

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Terong Belanda - Sela Tanaman

Kopi

- 40

b. Alpukat - 10.000 Pinggir Lahan - 10

15 Roslian Ambarita

Kelompok Pohon Hutan

a. Suren Pinggir Lahan 10

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 6000 Tengah Lahan 1,5x1,5 2666

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Cabai Merah 800 Tengah Lahan 0,5x1 1.600

b. Tomat 400 Tengah Lahan 0,5x1 800

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Jambu - Pinggir Lahan - 2

b. Alpukat - 10.000 Tengah Lahan - 1

16 Jarnot Siregar

Kelompok Pohon Hutan

a. Suren - Pinggir Lahan - 5

Kelompok Tanaman Tahunan

a. Kopi 8000 Tengah Lahan 2x3 1333

Kelompok Tanaman Sayuran

a. Ubi Kayu 1000 Tengah Lahan 1x1 1000

b. Tomat 1000 Tengah Lahan 0,3x1 3333

Kelompok Pohon/Tanaman

Buah/Industri

a. Alpukat - 10.000 Pinggir Lahan - 4

17 Paranson Sinurat

Kelompok Pohon Hutan

d. Pinus - Pinggir Lahan - 2

e. Meranti - Sembarang - 3

f. Kaliandra - Pinggir Lahan - 7

Kelompok Tanaman Tahunan

b. Kopi 5600 5600 Tengah Lahan 2x2 1.400

Berdasarkan Tabel 8, tanaman tahunan dan tanaman sayuran/musiman sebagai tanaman utama. Tanaman tahunan yang dikembangkan oleh petani pada


(40)

hutan kemasyakatan ini pada umumnya adalah kopi dikarenakan di daerah tersebut sudah menjadi turun temurun bertani kopi. Pada tanaman tahunan, umumnya telah memiliki jarak tanam yang beraturan yaitu 2x3 m.

Pada Hutan Kemasyarakatan terdapat 6 Sub-Tipe Agroforestri yang digunakan oleh petani. Dari keenam Sub-Tipe ini terdapat 1 sub-tipe yang mendominasi diantara sub-tipe lainnya dengan 17 petani yang menggunakan tipe ini yaitu tipe kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan, tanaman sayuran dan kelompok pohon/tanaman buah (AsPhTsPb) yang sangat baik diterapkan, karena selain menguntungkan dari segi ekonomi juga memaksimalkan lahan garapan dengan tanaman tahunan dan tanaman sayuran sebagai tanaman utama yang menghasilkan nilai ekonomi, kelompok pohon hutan sebagai pembatas lahan dan naungan kopi dan kelompok pohon/tanaman buah yang dapat dikonsumsi sendiri maupun dijual untuk menambah nilai ekonomi petani.


(41)

Pemetaan Sebaran Tipe Agroforestri dilakukan di Hutan Kemasyarakatan disajikan pada Gambar 4. sebagai berikut:


(42)

Berdasarkan Gambar 4, terdapat pengambilan sampel sebanyak 38 titik koordinat sub-tipe agrisilvikultur yang tersebar di wilayah Hutan Kemasyarakatan, Kesatuan pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir yang disajikan pada Tabel 9. berikut :

Tabel 9. Titik Koordinat Sub-Tipe Agrisilvikultur

No Nama Petani Sub-Tipe

Agrisilvikultur

Koordinat

Luas (Ha)

Y X

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 25 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Ludiman H. Rudianto Sidabutar Mangihut M. Garindo S. Belson Manurung Parningotan H. Alwin H. Samosir Mambol Sitorus Alparet Siahaan Gantian Silalahi Jaliman Simbolon Siti Siahaan Siten Silalahi Parulian T. Mula Manurung Sugianto Santi Sinaga Sorta Nadapdap Oloan Sinaga Sondang Sinaga Manihar Sitorus Santi Pandiangan Risma Manurung Seriati Sirait Sabam Sinaga Roslian Ambarita Esron Sitorus Jarnot Siregar Benggas Silalahi Perry Manurung Ojak Panjaitan Jaholong Sinaga Jordan Sinurat Lasman Ambarita Paiman Sitorus Kosbin Sitorus Jauman Sinaga Paranson Sinurat AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhThTs AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsTtPb AsPhTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTh AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTh AsPhTh AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTh AsPhTh AsPhThTs AsPhTtPb AsPhThTs AsPhTh AsPhTtPb AsPhTtPb AsPhThTs AsPhTh 2,618 2,617 2,616 2,615 2,615 2,614 2,613 2,613 2,624 2,622 2,622 2,621 2,620 2,618 2,618 2,617 2,608 2,605 2,605 2,604 2,618 2,616 2,616 2,615 2,615 2,614 2,614 2,613 2,613 2,612 2,613 2,626 2,626 2,625 2,624 2,622 2,620 2,619 98,939 98,938 98,938 98,938 98,939 98,938 98,939 98,940 98,953 98,955 98,954 98,954 98,953 98,952 98,953 98,953 98,946 98,947 98,948 98,947 98,949 98,949 98,950 98,947 98,949 98,950 98,949 98,948 98,947 98,948 98,940 98,953 98,951 98,952 98,952 98,952 98,950 98,949 0,6 1 1 0,64 1 0,6 0,8 1 0,6 1,6 0,8 2 1 0,6 1 2 1 0,72 0,56 0,6 0,4 0,6 0,8 0,8 1 1 0,48 1 0,4 0,8 1 0,4 1,6 0,4 0,48 0,8 1 0,56


(43)

Berdasarkan Tabel 4, terdapat Tipe Agroforestri yaitu tipe agrisilvikultur yang diterapkan oleh anggota kelompok tani. Sub-Tipe Agrisilvikultur yang diterapkan petani terdapat enam kelompok kombinasi komponen penyusun yang berbeda-beda yang tersebar di Hutan Kemasyarakatan dengan luas lahan garapan antara 0,4 – 2 Ha.

Pada Gambar 4, dapat dilihat penyebaran dari 6 Sub-Tipe Agrisilvikultur tidak beraturan (acak). Penyebaran Sub Tipe Agrisilvikultur tersebar sebanyak 7 titik koordinat dengan kombinasi pohon hutan dan tanaman tahunan (AsPhTt) terletak pada dua desa yaitu Desa Pardamean Sibisa dan Desa Motung.

Penyebaran Sub-Tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan dan tanaman sayuran (AsPhThTs) terletak pada Desa Motung dengan 4 titik koordinat. Penggunaan lahan garapan yang diterapkan memiliki luas lahan 0,6 - 1,6 Ha. Sub-Tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan dan kelompok pohon/tanaman buah (AsPhTtPb) dengan 9 titik koordinat tersebar di Desa Motung dan Desa Sigapiton. Penggunaan luas lahan yang berbeda-beda dengan luas 0,4 – 2 Ha.

Sub-Tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan, tanaman sayuran dan pohon/tanaman buah (AsPhTsPb) hanya diterapkan oleh satu petani saja yaitu Siten Silalahi dengan titik koordinat terletak pada Desa Motung dengan luas lahan garapan 1 Ha. Sama halnya dengan Sub-Tipe Agrisilvikultur kombinasi tanaman tahunan dan pohon/tanaman buah (AsTtPb) yang diterapkan oleh seorang petani saja yaitu Siti Siahaan yang terletak pada Desa Motung dengan luas 2 Ha.

Penggunaan Sub-Tipe Agrisilvikultur dengan kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan, tanaman sayuran dan kelompok pohon/tanaman buah


(44)

(AsPhTtTsPb) paling banyak diantara 5 Sub-Tipe Agrisilvikultur sebelumnya yang tersebar di 3 Desa yaitu Desa Pardamean Sibisa, Desa Motung dan Desa Sigapiton dengan 16 titik koordinat. Dari 38 titik koordinat Sub-Tipe Agrisilvikultur, terdapat 34 titik yang terletak di Desa Motung dengan total luas

29,76 Ha yaitu 6,22% dari luas keseluruhan Desa Motung yaitu 477,97 Ha (Perhitungan melalui perangkat lunak Arc.view GIS 3.3).

E.Kondisi Sosial Ekonomi Petani Pengelola Agroforestri Di HKm 1. Umur Petani Agroforestri

Umur merupakan salah satu variabel yang diasumsikan mempunyai pengaruh besar terhadap pendapatan petani. Hal ini dikarenakan semakin lama seseorang mengelola lahan agroforestri, semakin besar pula pendapatan yang diperoleh. Dengan demikian usia atau umur seseorang, akan lebih memberi banyak pengalaman dalam mengelola lahan dengan sistem agroforestri, namun tidak selamanya umur dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan agroforestri, karena semakin tua umur seseorang maka semakin berkurang kemampuan fisiknya untuk melakukan kegiatan agroforestri. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang termuda adalah 27 tahun dan yang tertua adalah 68 tahun. Penggolongan umur responden dapat dibagi menjadi 3 kelompok yang didasarkan pada umur produktif dan non produktif, umur produktif dibagi lagi menjadi umur produktif muda dan umur produktif tua (Radja R, 2000). Kelompok umur produktif muda adalah umur 15-34 tahun. Kelompok umur produktif tua adalah umur 35- 54 tahun. Kelompok umur non produktif adalah umur 55 tahun ke atas. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.


(45)

Tabel 10. Klasifikasi Responden berdasarkan kelompok Umur Di Hutan Kemasyarakatan

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)

1 Umur Produktif Muda 15-34 4 10,53

2 Umur Produktif Tua 35-54 26 68,42

3 Umur Non Produktif 55 ke atas 8 21,05

Jumlah 38 100

Berdasarkan kelompok umur, responden petani agroforestri terbanyak terdapat pada umur produktif tua dengan persentase 68,42 %. Sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah pada kelompok umur produktif muda sebesar 10,53% dan umur non produktif 55 tahun keatas sebesar 21,05%. Umur Produktif seseorang akan menentukan seberapa besar jumlah yang akan diproduksi, hal tersebut berkaitan dengan pola pikir dan kekuatan seseorang dalam mengelola lahan. Lahan garapan dikelola oleh suatu keluarga yang mengelola sumberdaya keluarga atau rumah tangga.

Ketersediaan jumlah keluarga dan umur mempengaruhi sistem agroforestri yang akan diterapkan pada lahan mereka, pada kelompok umur produktif muda cenderung memilih tanaman semusim dengan tanaman industri dan tanaman kayu-kayuan di lahan mereka. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan akan uang sebagai sumber daya rumah tangga dalam waktu yang relatif singkat, tanaman semusim dapat dipanen tiga bulan sejak penanaman sehingga rotasi modal lebih cepat.

2. Tingkat Pendidikan Petani Agroforestri

Tingkat pendidikan dinilai dapat mempengaruhi besar pendapatan anggota kelompok tani karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan


(46)

berfikir seseorang. Tingkat pendidikan yang dimaksud merupaka jenjang pendidikan formal para responden (anggota kelompok tani)

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan dapat dikelompokan dalam 3 kelompok yaitu: pendidikan rendah adalah mereka yang belum pernah sekolah atau tidak sekolah sampai pada mereka yang telah tamat dari tingkat Sekolah Dasar (SD). Pendidikan menengah yaitu mereka yang tamat pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan tinggi adalah mereka yang tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Klasifikasi Responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Klasifikasi Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

1 Rendah (≤ sekolah dasar) 7 18,42

2 Menengah (SLTP) 17 44,74

3 Tinggi (SLTA) 14 36,84

Jumlah 38 100

Berdasarkan Tabel diatas, klasifikasi responden terbanyak terdapat pada tingkat pendidikan menengah (SLTP) yaitu 17 orang dengan persentase 44,74 %, rendah (≤ sekolah dasar) yaitu 7 orang dengan presentase (18,42%) dan tingkat pendidikan tinggi (SLTA) yaitu 14 orang dengan presentase 36,84%. Tingkat pendidikan responden akan mempengaruhi jenis kombinasi agroforestri dan kecepatan mereka dalam mengadopsi dan berinovasi dalam pengelolaan HKm. Petani pada tingkat pendidikan rendah akan mengelola lahan berdasarkan pengetahuan lokal yang mereka punya dan pengalaman mereka dalam mengolah lahan. Pada tingkat ini keadaan ekonomi petani akan sulit berkembang karena belum adanya inovasi dalam mengembangkan lahan. Pengetahuan petani


(47)

umumnya terbatas pada apa yang dapat mereka rasakan secara langsung, biasanya melalui pengamatan dan apa yang dapat dipahami berdasarkan konsep dan logika mereka. Konsep-konsep ini berkembang dari pengalaman mereka di masa lalu, oleh karena itu sulit bagi mereka untuk mengaitkan pengetahuan lokal ini dengan proses yang baru ataupun dengan faktor luar yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara tidak langsung atau berlangsung secara bertahap, seperti halnya pertambahan penduduk, kemunduran kualitas sumber daya alam, perkembangan pasar.

Tingkat pendidikan menegah lebih mudah dalam mengadopsi agroforestri dan akan terbiasa dalam pengkombinasian tanaman agroforestri, jika petani tingkat ini mengetahui bahwa kombinasi tanaman pangan dan kayu-kayuan telah sukses dilakukan oleh petani lain, mereka akan mengadopsinya.

Tingkat pendidikan tinggi lebih mudah dalam berinovasi dalam pengelolaan lahan garapan dan mengkombinasikannya dengan pengelolaan tradisional agar kegagalan dalam pengembangan dapat dikurangi, semakin banyak inovasi yang dilakukan maka semakin tinggi pula resiko kegagalan yang akan dialami oleh karena itu diperlukan pengetahuan terhadap teknik teradisional. Pendidikan adalah sana belajar untuk mengetahui pemanfaatan lahan yang lebih modern sehingga menambah pendapatan masyarakat. Hal ini dijelaskan Syafruddin (2003) bahwa pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan anakan menanam sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Oleh karena itu sangat diperlukan penyuluhan kelapangan terhadap anggota kelompok tani secara teratur agar anggota kelompok tani lebih memahami akan pentingnya menjaga kemapuan


(48)

lahan melalui usaha-usaha pengelolaan lahan agroforestri dengan baik dan benar, sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal sesuai yang diharapkan oleh anggota kelompok tani.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah tanggungan keluarga dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok yang didasarkan pada konsep catur warga yaitu keluarga kecil 1 - 4 orang anggota, keluarga sedang 5 - 6 orang dan keluarga besar 7 orang atau lebih. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Klasifikasi Responden berdasarkan Jumlah tanggungan keluarga

No Jumlah tanggungan keluarga Jumlah responden (org) Persentase (%)

1 Kecil 20 52,63

2 Sedang 8 21,05

3 Besar 10 26,32

Jumlah 38 100

Jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan modal mereka dalam mengelola sumber daya keluarga atau modal mereka dalam mengelola lahan garapan. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin berkurang modal yang dapat digunakan dalam pengelolaan lahan garapan. Kekurangan modal akan menyebabkan berkurangnya tingkat produksi dan pendapatan petani. Petani dengan modal kecil akan sulit berinovasi dan mengadopsi pola pertanian yang baru sehingga resiko mereka dalam pengelolaan semakin besar.

Jumlah tanggungan yang sedikit akan memiliki modal yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah tanggungan yang banyak sehingga pengelolaaan lebih lancar dan resiko kegagalan dalam bertani dapat dikendalikan dengan modal yang ada


(49)

4. Karakteristik Lahan

Luas lahan dinilai dapat mempengaruhi besar pendapatan anggota kelompok tani. Hal ini dikarenakan semakin luas lahan yang dikelola,maka semakin besar pula pendapatan anggota kelompok tani. Luas lahan garapan yang dikelola oleh responden berkisar antara 0,4 ha sampai 2 ha. Status lahan yang digarap adalah kawasan hutan milik negara. Berdasarkan hasil penelitian, luas lahan yang dikelola oleh responden dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu sempit kurang dari 1 ha, sedang 1 ha - 2 ha dan luas 2 ha lebih. Untuk jelasnya, dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Klasifikasi Responden berdasarkan Luas Lahan Garapan

No Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden (org) Persentase (%)

1 Sempit (< 1) 24 63,16

2 Sedang (1-2) 14 36,84

3 Luas (> 2) 0 0

Jumlah 38 100

Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa luas lahan anggota kelompok tani paling banyak adalah luas lahan sempit (< 1 ha) dengan presentase 63,16% dam luas lahan sedang dengan persentase 36,84 %. Luas lahan mempengaruhi jumlah tenaga kerja dan modal dalam pengelolaan, semakin luas lahan yang dikelola maka semakin besar modal dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Untuk tingkat keluarga pengelolaan lahan garapan dimulai pada tingkat sempit sampai sedang, jika berhasil pada tingkat tersebut maka petani akan menambah dengan pengelolaan dalam tingkat yang luas dengan menambah tenaga kerja dan modal. Lahan yang sempit, membuat petani lebih memilih tanaman semusim dibanding agroforestri karena produksi yang lebih intensif.


(50)

5. Pengalaman Berusaha Tani Agroforestri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengalaman berusaha tani di antara responden. Untuk lebih jelas pengalaman responden dapat diklasifikasikan sebagai berikut: petani yang berpengalaman sedikit adalah petani yang melakukan usaha taninya di bawah 10 tahun, sedang adalah petani yang melakukan usaha tani 10-20 tahun dan banyak adalah petani yang berpengalaman lebih dari 20 tahun. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani Sistem Agroforestri

No Pengalaman berusaha tani

(tahun)

Jumlah responden (org) Persentase (%)

1 Kurang dari 10 2 5,3

2 10-20 16 42,1

3 Lebih dari 20 20 52,6

Jumlah 38 100

Semakin lama pengalaman dalam mengelola agroforestri akan memudahkan petani dalam menerapkan ide-ide baru dalam pengelolaan pertanian. Petani dengan pengalaman yang cukup adalah petani dengan umur produktif tua. Sehingga petani dapat menemukan kesalahan dan kelebihan pengelolaan yang telah mereka terapkan. Kesalahan dan kelebihan pengelolaan menjadi pedoman petani dalam berinovasi. Pengembangan yang bertahun-tahun yang dapat membuat karakter petani lebih inovatif dalam mengembangkan agroforestri.

Petani dengan pengalaman yang cukup dapat menilai kombinasi yang tepat yang dapat diterapkan. Penggunaan teknologi akan terlihat intensif oleh petani pada tingkat ini, penggunaan teknologi berkaitan dengan efisiensi kerja dan peningkatan jumlah produksi.


(51)

F. Analisis Nilai Ekonomi Usahatani Agroforestri

Nilai ekonomi usahatani agrisilvikultur pertahun merupakan nilai pemasukan dari seluruh komponen penyusun dikurang seluruh biaya pengeluaran selama satu tahun yang disajikan pada Tabel 15 sebagai berikut :

Tabel 15. Pendapatan pertahun Petani usaha Agroforestri

No. Nama Luas

Lahan (Ha) Sub-tipe Agrisilvikultur Pengeluaran (YiPi) Pemasukan (XiPi) Pendapatan (Rp/tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 25 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Ludiman Hutabarat Rudianto Sidabutar Mangihut Manurung Garindo Sitanggang Belson Manurung Parningotan Alwin H Samosir Mambol Sitorus Alparet Siahaan Gantian Silalahi Jaliman Simbolon Siti Siahaan Siten Silalahi Parulian Tambunan Mula Manurung Sugianto Santi Sinaga Sorta Nadapdap Oloan Sinaga Sondang Sinaga Manihar Sitorus Santi Pandiangan Risma Manurung Seriati Sirait Sabam Sinaga Roslian Ambarita Esron Sitorus Jarnot Siregar Benggas Silalahi Perry Manurung Ojak Panjaitan Jaholong Sinaga Jordan Sinurat Lasman Ambarita Paiman Sitorus Kosbin Sitorus Jauman Sinaga Paranson Sinurat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhThTs AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsTtPb AsPhTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTh AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTh AsPhTh AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtTsPb AsPhTtPb AsPhTtTsPb AsPhTh AsPhTh AsPhThTs AsPhTtPb AsPhThTs AsPhTh AsPhTtPb AsPhTtPb AsPhThTs AsPhTh 4.100.000 2.550.000 6.120.000 3.687.500 4.620.000 21.500.000 22.337.500 2.050.000 2.500.000 5.425.000 1.500.000 450.000 1.337.500 1.266.667 4.770.000 430.000 22.670.000 9.479.167 1.080.357 1.233.333 5.300.000 825.000 5.250.000 7.075.000 980.000 9.385.000 3.125.000 12.835.000 6.425.000 5.612.500 4.820.000 6.425.000 2.181.250 6.425.000 3.375.000 4.362.500 9.095.000 7.142.857 50.566.667 42.800.000 53.080.000 43.125.000 32.500.000 60.000.000 58.962.500 24.360.000 28.333.333 22.625.000 7.300.000 8.000.000 8.862.500 14.133.333 17.280.000 8.000.000 72.430.000 37.500.000 13.205.357 10.000.000 94.700.000 13.333.333 48.750.000 51.000.000 13.060.000 39.000.000 17.708.333 64.600.000 65.575.000 48.000.000 43.900.000 72.000.000 23.943.750 76.800.000 24.625.000 48.000.000 48.105.000 82.285.714 46.466.667 40.250.000 46.960.000 39.437.500 27.880.000 38.500.000 36.625.000 22.310.000 25.833.333 17.200.000 5.800.000 7.550.000 7.525.000 12.866.667 12.510.000 7.570.000 49.760.000 28.020.833 12.125.000 8.766.667 89.400.000 12.508.333 43.500.000 43.925.000 12.080.000 29.615.000 14.583.333 51.765.000 59.150.000 42.387.500 39.080.000 65.575.000 21.762.500 70.375.000 21.250.000 43.637.500 39.010.000 75.142.857

Total 219.746.131 1.488.449.821 1.268.703.690


(52)

Berdasarkan Tabel 15, biaya produksi yang disebutkan berkisar Rp. 430.000 – 22.670.000 per tahun. Komponen biaya produksi dalam sistem agroforestri yang diterapkan terdiri dari bibit/benih, mesin/peralatan, pupuk, pestisida/herbisida/insektisida. Sedangkan sewa lahan tidak ada karena lahan merupakan milik negara. Penggunaan tenaga kerja dari anggota keluarga lebih dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan uang untuk biaya/modal langsung, namun penggunaaan tenaga kerja dari luar anggota keluarga juga di gunakan saat panen raya yang membutuhkan tenaga kerja lebih. Jumlah biaya produksi sangat tergantung dari jenis tanaman yang dibudidaya. Pada nilai pendapatan bersih terendah, terdapat pada petani Siten Silalahi dengan penerapan sub tipe agrisilvikultur yaitu kombinasi pohon hutan, tanaman sayuran dan pohon/tanaman buah (AsPhTsPb) dengan pendapatan bersih Rp 7.525.000.

Pendapatan tertinggi terdapat pada petani Manihar Sitorus dengan penerapan sub tipe agrisilvikultur yaitu kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan, tanaman sayuran dan kelompok pohon/tanaman buah (AsPhTtTsPb) dengan pendapatan bersih pertahun yaitu sebesar Rp. 89.400.000. Berdasarkan Tabel 15, penggunaan sub-tipe ini paling banyak diterapkan oleh petani dengan jumlah 17 orang. Dapat dilihat bahwa penerapan dari sub tipe agrisilvikultur kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan, tanaman sayuran dan kelompok pohon/tanaman buah (AsPhTtTsPb) sangat menguntungkan bagi petani, selain menguntungkan dari nilai ekonominya, lahan petani juga dipergunakan dengan maksimal karena menggabungkan seluruh kelompok komponen penyusun agrisilvikultur.


(53)

Rata-rata jumlah biaya produksi pada seluruh sub tipe agroforestri yang diteliti sejumlah Rp. 5.782.793/tahun. Total jumlah pendapatan bersih seluruh petani agrisilvikultur pertahun adalah Rp.1.268.703.690.

G.Faktor- Faktor yang mempengaruhi pendapatan petani Agroforestri

Untuk meguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani Agroforestri di Hutan Kemasyarakatan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir digunakan analisis regresi linier berganda. Dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah luas lahan garapan (X1), tingkat pendidikan (X2), Umur Petani (X3) dan Jumlah tanggungan keluarga (X4), sedangkan yang menjadi variabel terikat (dependent) adalah pendapatan petani agroforestri (Y).

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani agroforestri di Hutan Kemasyarakatan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir dapat dilihat pada Lampiran 3

Berdasarkan Lampiran 3 dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 1.792E7 – 47210,122 – 93814,140 + 44541,131 + 1.717E6 Keterangan :

Y : Pendapatan petani agroforestri (Rp/Bulan) X1 : Luas lahan garapan (Rantai)

X2 : Pendidikan Petani agroforestri X3 : Umur Petani agroforestri (tahun) X4 : Jumlah tanggungan keluarga


(54)

a. Apabila variabel bebas luas lahan garapan (X1) mengalami penurunan sebesar 1 rantai, maka akan terjadi penurunan pendapatan petani agroforestri sebesar Rp. 47.210,122

b. Apabila variabel bebas pendidikan petani (X2) mengalami penurunan sebesar 1 jenjang tingkat pendidikan, maka akan terjadi penurunan pendapatan petani agroforestri Rp. 93.814,140

c. Apabila variabel bebas umur petani agroforestri (X3) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan petani agroforestri sebesar Rp. 44.541,131

Berdasarkan Lampiran 3 dapat diketahui R square bernilai 0.298, artinya semua variabel bebas yaitu Luas lahan garapan, Pendidikan Petani agroforestri, Umur Petani agroforestri, dan Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi variabel terikat sebesar 2,98%

Berdasarkan Lampiran 3 secara serempak nilai p-value 0.017 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak keempat variabel tersebut Luas lahan garapan, Pendidikan Petani agroforestri, Umur Petani agroforestri, dan Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan petani agroforestri dengan tingkat kepercayaan 95%

Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing masing varabel independent secara individual (parsial) terhadap variabel dependen dapat dilihat dari p-value

(pada kolom sig.) pada masing-masing independent, jika p-value lebih kecil dari

level of significant yaitu 0,05 maka variabel dependent berpengaruh nyata terhadap varibel bebas. Pada penelitian ini peneliti melakukan analisis dengan melihat dari p-value untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing


(55)

variabel. Pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut :

Variabel luas lahan garapan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani agroforestri, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai p-value (X1) 0.544 > 0.05. Hal ini disebabkan pada lahan petani agroforestri belum memaksimalkan seluruh luas lahan garapannya.

Variabel pendidikan petani agroforestri secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani agroforestri, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai p-value (X2) sebesar 0.888 > 0.05. Hal ini disebabkan karena tingkat prndidikan di 4 kelompok tani Hutan Kemasyarakatan tergolong rendah sehingga mempengaruhi pola pikir masyarakat masyarakat untuk mengadopsi ilmu pengetahuan khususnya di bagian praktek pertanian secara modern. Syafrudin (2003) menyatakan bahwa, pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Dengan demikian hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka yang belajar secara spesifik inovasi baru tersebut

Variabel umur secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani agroforestri, jika diukur pada kepercayaan 95% yang ditunnjukkan oleh nilai p-value (X3) sebesar 0.352 > 0.05. variabel umur di 4 kelompok tani Hutan Kemasyarakatan tergolong pada umur produktif tua dan tidak mendorong dalam pengembangan usaha tani agroforestri di Hutan Kemasyarakatan. Faktor umur


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul

“Kajian Sistem Agroforestri di Hutan Kemasyarakatan, Kesatuan Pengelolaan

Hutan lindung (KPHL) Model Toba Samosir Unit XIV” berhasil diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan suatu aplikasi ilmu yang didapat dari pembelajaran di ruang perkuliahan dan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut).

Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada kedua orangtua yaitu Aiptu Herman Pinem dan Ibu Perdamen Purba, Amd. yang telah memberi dukungan dan doanya selama ini. Terima kasih juga kepada Ibu Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D. dan Bapak Prof. Dr. Ir Abdul Rauf, MP, selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada Staff Kesatuan Pengelolaan Hutan lindung (KPHL) Model Toba Samosir Unit XIV yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian.

Terimakasih juga ditujukan kepada teman-teman yaitu Hafizah Arinah, Desrina Natalia Manalu, Tarida Olivia Hutapea, Julita Dewi, Ade Putri Nugraha, San France Manik, Esra Barus, Wahyunal Yuriswan dan Muslim Nababan yang telah membantu penulis selama penelitian dan pengerjaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi kontribusi yang baru khususnya dalam bidang kehutanan dan bidang pendidikan dalam penelitian-penelitian ilmiah.


(2)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... xi

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 3

C. Manfaat Penelitian... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Hutan Kemasyarakatan... 4

B. Agroforestri ... 5

C. Fungsi Agroforestri ... 6

D. Klasifikasi Agroforestri ... 7

E. Nilai Ekonomi Agroforestri... 9

F. Sistem Informasi Geografis ... 10

G. Kesatuan Pengelolaan Hutan ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 14

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 15

C. Prosedur Penelitian ... 15

1. Teknik Pengumpulan data ... 15

2. Sasaran dan Teknik Pengumpulan Data ... 16

3. Jenis dan Sumber Data ... 16

4. Metode Pengambilan Sampel ... 17

E. Analisis Deskriptif Sistem Agroforestri ... 18

F. Pemetaan Sebaran Petani Agroforestri ... 18

G. Analisis Pendapatan Usaha Agroforestri ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Hutan Kemasyarakatan ... 21

1. Karakteristik Petani Agroforestri... 23

2. umur ... 24

3. Tingkat Pendidikan ... 26

4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 28

5. Karakteristik Lahan ... 29

6. Pengalaman Berusaha Tani ... 30


(3)

A. Klasifikasi Sistem Agroforestri ... 32

Karakteristik Sistem Agrisilvikultur ... 33

B. Pemetaan Sebaran Tipe Agroforestri ... 48

C. Analisis Nilai ekonomi Usahatani Agroforestri ... 52

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani...47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(4)

vii

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Jumlah responden masing-masing kelompok tani... 21 2. Karakteristik Petani Agroforestri... 23 3. Klasifikasi Sistem Agroforestri di Hutan Kemasyarakatan (HKm) ... 25 4. Komponen Penyusun dan Produksi Sub-Tipe Agrisilvikultur Dengan

Kombinasu Pohon Hutan dan Tanaman Tahunan... 35 5. Komponen Penyusun Dan Produksi Sub-Tipe Agrisilvikultur Dengan

Kombinasi Pohon Hutan, Tanaman Tahunan Dan Sayuran... 37 6. Komponen Penyusun Dan Produksi Sub-Tipe Agrisilvikultur Dengan

Kombinasi Pohon Hutan, Tanaman Tahunan Dan Kelompok Pohon/ Tanaman Buah/Industri... 38 7. Penyusun Dan Produksi Sub-Tipe Agrisilvikultur Dengan Kombinasi

Pohon Hutan, Tanaman Sayuran Dan Pohon/Tanaman

Buah...41 8. Komponen Penyusun Dan Produksi Sub-Tipe Agrisilvikultur Dengan

Kombinasi Pohon Hutan Dan Tanaman Tahunan... 42 9. Komponen Penyusun Dan Produksi Sub-Tipe Agrisilvikultur Dengan

Kombinasi Pohon Hutan, Tanaman Tahunan Dan Tanaman

Sayuran... 42 10. Titik Koordinat Sub-Tipe Agrisilvikultur di Hutan Kemsyarakatan

KPHL Model Unit XIV Toba Samosir ... 48 11. Pendapatan pertahun Petani Agroforestri dalam Satu Hektar... 52


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian Di Hutan Kemasyarakatan KPHL Model Toba

Samosir Unit XIV, Sumatera Utara... 14

2. Alur Identifikasi Sebaran Agroforestri Di Hutan Kemasyarakatan KPHL Model Unit XIV Toba Samosir... 19

3. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Hutan Kemasyarakatan... 25

4. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 26

5. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga... 28

6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan... 30

7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani Sistem Agroforestri... 31


(6)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Dokumentasi Penelitian...,... 61

2. Karakteristik Petani Agroforestri... 64

3. Hasil Analisis regresi Linear Berganda dengan Software SPSS 16.0... 65

4. Kuisioner... 66