Kajian Sistem Agroforestri di Hutan Kemasyarakatan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Daerah Kabupaten Toba Samosir yang terletak di provinsi Sumatera Utara
memiliki luas wilayah 202.180 Ha dengan luas kawasan hutan di Provinsi
Sumatera Utara

menurut SK. Menteri Kehutanan No. 579/Menhut-II/2014

tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Sumatera Utara adalah seluas 3.055.795
Ha. Menurut Badan Statistik Toba Samosir (2014), Kabupaten Toba Samosir
memiliki penduduk yang mayoritas mata pencahariannya pada sektor pertanian
dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 487,52 jiwa/kmĀ², maka dari itu
pengelolaan hutan perlu dilakukan.
Peraturan Pemerintah

No 6 tahun 2007 mengatur pengelolaan hutan

sesuai dengan prinsip-prinsip hutan lestari. Salah satu pasal dalam PP No 6 tahun
2007 memuat tentang pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). KPH
yang dibangun merupakan kesatuan pengelolan hutan terkecil sesuai fungsi pokok

dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien, lestari dan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
serta penyelenggaraan pengelolaan hutan. Pengelolaan hutan secara lestari dapat
diwujudkan dengan membagi habis seluruh kawasan hutan ke dalam Kesatuan
Pengelolaan Hutan baik Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK),
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPH, 2011)
Pada umumnya areal - areal yang dialokasikan untuk pembangunan KPH
memiliki tingkat konflik lahan yang tinggi. Namun demikian disadari semakin

1
Universitas Sumatera Utara

lambat untuk menyelesaikan masalah - masalah tersebut semakin sulit, maka salah
satu cara untuk menghindari konflik adalah dengan memberikan kepada
masyarakat sekitar untuk mendapatkan hak penguasaan lahan di dalam kawasan
hutan sebagai sumber ekonomi keluarga dengan program hutan kemasyakatan.
Hutan kemasyarakatan sebagai sebuah konsepsi yang mempertemukan
beberapa kepentingan yaitu kesejahteraan masyarakat, produktifitas sumberdaya
hutan dan kelestarian fungsi hutan merupakan pendekatan yang diharapkan

mampu menjadi alternatif solusi dalam kegiatan pengelolaan hutan. Melalui
konsep ini bisa lebih luas dijabarkan dalam pola - pola managemen lahan hutan
yang mampu secara efektif melibatkan masyarakat secara langsung dalam sistem
pengelolaan hutan, memberikan kontribusi secara real bagi kesejahteraan
masyarakat , secara teknis maupun meningkatkan produktifitas sumberdaya hutan
dan secara ekologis mampu menjamin kelestarian fungsi hutan. Sebagai contoh ,
pelaksanaan hutan kemasyarakatan pada kawasan produksi tersebut dapat
dilakukan dengan memanfaatkan hasil hutan kayu dan non kayu dan atau jasa
lingkungan rekreasi melalui model agroforestri ( agrosilviculture, silvopastural,
silvofishery dan lain lain) baik untuk tujuan bisnis maupun keperluan sendiri

( Departemen Kehutanan, 1999)
Agroforestri berhubungan dengan sistem penggunaan lahan dimana pohon
ditumbuhkan berasosiasi dengan tanaman pertanian , makanan ternak atau padang
pengembalaan. Asosiasi ini dapat

berupa rotasi antar pohon dan komponen

lainnya atau dalam dimensi ruang, dimana komponen tersebut ditumbuhkan
bersama sama pada lahan yang sama. Sampai sejauh ini praktek agroforestri sudah

banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia, begitu juga di kawasan hutan

2
Universitas Sumatera Utara

kemayarakatan di KPHL Kabupaten Toba Samosir namun penyebaran dan model
agroforestri belum teridentifikasi. Sebaran agroforestri dapat diidentifikasi dengan
menggunakan berbagai cara dengan salah satunya dengan menggunakan aplikasi
sistem informasi geografis. Oleh sebab itu penelitian mengenai kajian sistem
agroforestri di hutan kemasyarakatan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir perlu dilakukan. Hal yang penting dalam
penelitian ini untuk mengetahui sistem agroforestri, sebaran petani agroforestri
dan nilai ekonomi agroforestri. Kajian pada hutan kemasyarakatan tersebut belum
ada dilakukan. Kondisi ini menyebabkan kurangnya data-data dan informasi yang
didapat dalam pengambilan keputusan untuk memilih sistem agroforestri yang
layak secara ekonomis namun juga memperhatikan kelestarian lingkungan
B. Tujuan Penelitian
1. Mengklasifikasikan sistem agroforestri di hutan kemasyarakatan
KPHL Model Unit XIV Toba Samosir
2. Memetakan sebaran tipe agroforestri di hutan kemasyarakatan KPHL

Model Unit XIV Toba Samosir
3. Menghitung nilai ekonomi agroforestri di hutan kemasyarakatan
KPHL Model Unit XIV Toba Samosir
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pihak
pengelola Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba
Samosir dalam rangka upaya mengidentifikasi sistem agroforestri dan nilai
ekonominya

3
Universitas Sumatera Utara