232
konflik yang ber kepanjangan di Ambon. Ber it a-ber it a dan infor masi yang t er muat dalam media t elah menggir ing masyar akat kepada suat u pemahaman
umum akan hal-hal yang ingin dikonstr uksi. Media dalam hal ini ber per an besar dan secar a sengaja t elah t er libat dengan mem”
fr aming
” dan ment r ansfor masi ident it as konflik di Ambon. Media pun menjadi penyebar
keyakinan-keyakinan bar u pada level nasional t ent ang kebangkit an ger akan separ at is di Ambon dan t er ancamnya keber adaan salah sat u agama.
Mobilisasi kedat angan Laskar Jihad, lamanya konflik hanyalah akibat yang digunakan oleh par a agen melalui media maupun r uang publik yang
t er buka dengan menggunakan isu ini sebagai pemicunya. Dalam hal ini mer eka ber hasil mempr ovokasi t er jadinya ger akan social dalam menanggapi konflik di
Maluku. Dengan ber dasar kan keadaan t er sebut maka penulis mengajukan per t anyaan penelit ian sebagai ber ikut : Bagaimana pengar uh dan dampak isu
RMS dalam Konflik Ambon 1999 ?
2. KERANGKA KONSPETUAL
Unt uk menjaw ab pert anyaan penelit ian di at as penulis menggunakan t eor i Ger akan Sosial
social Movement
. Unt uk melihat lebih jelas bagaimana t eor i ini bisa r elevan t er hadap pengar uh dan dampak Isu RMS dalam konflik.
Penulis akan menjabar kan bagaimana Ger akan Sosial it u bisa menjadi sangat t eor i yang sangat mendukung unt uk menjaw ab per t anyaan yang diajukan. John
Wilson mendefinisikan suat u ger akan social sebagai suat u :
Or ganized Collectvities,
lar ge in
potential scope
use uninstitutionalized means to achieve their objectives, do not have
limited objectives in the sense of r estr icting their aims to par ticular categor ies of people, pur posive attempts to br ing about
change.
5
5
John Wilson, 1973, Int roduction t o Social M ovement s. New York : Basic books, Ins. Publisher, pp. 4
233
Mener jemahkan apa yang dimaksudkan oleh John Wilson ini adalah bahw a ger akan sosial memiliki cir i sebagai suat u t indakan kolekt if, dilakukan
secar a t er or ganisasi, mempunyai r uang lingkup yang secar a pot ensial luas, menggunakan sar ana at au car a yang non-instit usional di dalam upaya
mencapai t ujuannya, mempunyai t ujuan yang t idak t er bat as dalam penger t ian t idak
membat asi sasar annya
pada kat egori-kat egor i
khusus par a
pendukungnya, dan menggunakan upaya-upaya yang jelas bagi t er jadinya per ubahan. Sar ana at au car a non inst it usional yang dimaksud Wilson adalah
car a-car a demonst r asi dengan penger ahan massa, dan t idak semua ger akan menggunakan car a non-inst it usional. Dengan demikian ada ger akan-ger akan
juga yang ber asal dar i instit usional yang sifatnya sist emat is dan st r ukt ur al. Pandangan
Wilson t ent ang ger akan sosial yang juga bisa ber asal dar i inst it usional diper kuat dengan pendapat yang mengar tikan gerakan social sebagai sebuah
ger akan yang ant i pemer int ah namun juga bisa sebagai sebuah ger akan yang pr o pemer int ah. Ini ber ar t i t idak selalu ger akan sosial it u muncul dar i
masyar akat t api bisa juga hasil r ekayasa par a pejabat pemer int ah at au penguasa.
6
Dengan demikian ger akan sosial yang t er jadi pada saat konflik Ambon, dar i munculnya isu RMS, mobilisasi laskar jihad, hadir nya FKM, dan
ket er libat an media dalam membangun opini public adalah sat u dar i bagian- bagian yang digunakan t iap-t iap
agen
unt uk mencapai apa yang menjadi kepent ingan mer eka. Didalam pengkajiannya nant i unt uk menjelaskan
bagaimana pengar uh dan dampak isu RMS dalam konflik 1999 di Ambon, penulis akan menggunakan 3 ker angka konsept ual ger akan sosial yang
per t ama t ent ang St r ukt ur Kesempat an Politik
Polit ical Oppor t unit y St r uct ur e
, kedua, St r ukt ur Mobilisasi
Mobilizing St r uctur e
, ket iga, Pr oses
Fr aming
. Konflik yang t er jadi di Ambon t idak t er lepas juga dar i pengar uh masa
lalu. Dimana kolonial Belanda sangat ber per an mencipt akan per bedaan-
6
Juw ono Sudarsono ed, 1976, Pembangunan polit ik dan Perubahan Polit ik, Jakart a : Gram edia, Hal. 24-25
234
per bedaan diant ar a komunit as Muslim dengan Kr ist en melalui kebijakan- kebijakan dan polit ik
divide et imper a
nya. Kebijakan it u t elah mempengar uhi kehidupan sosial masyar akat dar i paska koloni al dan t er us ber kembang
menjadi polemik dalam masyar akat sampai dengan t er jadinya konflik di Ambon t ahun 1999. Unt uk it u dalam mengulas Isu RMS tidak bisa lepas dar i
pengar uh yang dibangun oleh penguasa dar i masa-ke masa. Pengar uh kolonial yang ber per an besar dalam menanamkan benih-benih konflik salah sat unya
adalah kebijakan pembent ukan administ r asi pemer int ahan yang dit er apkan Belanda. Kebijakan ini t elah menimbulkan segr egasi w ilayah pola pemukiman
ber dasar kan agama dan keper cayaan yang dianut . Akibat pembagian dan pemolaan t er sebut saat ini kit a bisa t emukan desa-desa administ r at if yang
t er t uju pada agama t er t ent u yakni neger i
Salam
Islam maupun neger i
Sar ani
Kr ist en. Per lakuan yang diskr iminat if dan polar isasi kolonial Belanda yang dit er apkan t er hadap agama Kr ist en dan Islam didalam bidang sosial, ekonomi ,
dan polit ik bisa t er lihat dar i masyar akat Kr isten yang lebih cender ung menempat i posisi-posisi st r at egis seper ti di sekt or pemer int ahan, milit er , dan
ekonomi ber beda dengan mer eka yang ber agama Islam. Kebijakan-kebijakan diskr iminat if yang ber kembang pada masa kolonial inilah yang kemudian
secar a polit is, ekonomi dan sosial menimbulkan sifat kompet isi di er a paska kolonial dan ber pot ensi t inggi menjadi konflik. Per ubahan-per ubahan t at anan
hubungan ant ar a suku, agama, budaya dan t er it or i di Ambon, t er jadi akibat dar i per ubahan-per ubahan sosial, ekonomi dan polit ik yang dit er apkan
semenjak er a kolonial dan kemudian diper bur uk dengan per an pemer int ah pada masa Or de Bar u beser t a apar at ur negar a yang dominan dalam
pengat ur an-pengat ur an yang cender ung r epr esif dengan r ekayasa-r ekayasa sosial, budaya, polit ik, ekonomi t er masuk didalamya juga agama. fakt or -fakt or
t er sebut menghant ar kan masyar akat Maluku ke dalam sit uasi yang r ent an t er hadap pot ensi-pot ensi konflik dar i segala aspek.
Konflik ber nuansa agama yang dilabelkan pada konflik 1999, dalam sejar ahnya memang per nah t er jadi pada er a pendudukan Belanda namun
per bedaannya adalah konflik yang t er jadi dulu lebih ber mot ifkan polit ik. Belanda dengan polit ik
divide et imper a
nya memposisikan masyar akat Maluku
235
Kr ist en lebih dominan di bidang milit er unt uk memer angi saudar a mer eka yang Muslim. Kejadian pada er a kolonial ini sehar usnya menjadi sat u-sat unya
sejar ah kelam konflik ant ar ant ar dua komunit as yang ber beda. Sekali lagi r akyat Maluku har us diper hadapkan dengan kenyat aan pahit bahw a konflik
ant ar mer eka yang dulunya ber sifat penent angan ter hadap imper ialism. Telah ber met amor fosis menjadi konflik dengan mengat asnamakan agama yang
efekt if dalam membangkit kan semangat per ang di ant ar a sesamanya.
3. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM KONFLIK 3.1. Militer dan Polr i