237
oleh beber apa media massa. Ter mar jinalnya masyar akat Maluku pada masa or de bar u, sit uasi “per saingan” bir okr at yang agamis per ekr ut an ber dasar kan
agama dan lat ar belakang dan semakin banyaknya pendat ang dar i luar daer ah membuat pemuda Maluku pada umumnya menjadi t er pinggir kan. Secar a
ekonomi kedudukan mer eka sangat t er t inggal kar ena per saingan dan diskr iminasi. Pada t ahap inilah pemuda-pemuda pada masa pr odukt if
ber st at us penganggur an mulai mencar i alt er nat ive unt uk memper oleh penghasilan, ada yang ber juang secar a akademis dengan belajar dan
memper oleh beasisw a, namun hampir sebagian besar menjadi pemuda pr odukt if yang t idak pr odukt if. Mer eka-mer eka ini yang pada akhir nya
ber gabung dengan or ganisasi-or ganisasi r adikal yang menjanjikan iming-iming masa depan yang lebih baik seper t i FKM. Selain it u adapula yang memilih
unt uk menjadi pr eman di Ibu kot a at au di daer ah seper t i Coker . Coker adalah kelompok pr eman yang ber ar t i Cow ok Ker en namun pada masa konflik oleh
beber apa pihak diubah menjadi Cow ok Kr ist en. Coker dipimpin oleh Ber ty Loupat t y seor ang pemuda yang pada akhir nya diket ahui menjadi salah sat u
dalang pr ovokat or yang juga sekaligus menjadi anak asuh Kopassus. Per an Ber t y Loupat t y sangat fundament al dalam menelisik akar act or yang
ber t anggung jaw ab at as beber apa kejadian yang t er jadi di Ambon seper t i pennyer angan Soya dan pembakar an Gedung Guber nur yang sebelumnya
isukan RMS sebagai pihak yang ber t anggung jaw ab.
4. ISU RMS DALAM KONTEKS GERAKAN SOSIAL
Demokr at isasi paska Or de Bar u memang t elah membaw a per ubahan besar dalam kebebasan ber bicar a, mengeluar kan pendapat sampai pada
pandangan politik. Demokr asi sejat i seper ti apa yang idealnya sehingga demokr asi t idak seper t i pedang ber mat a dua. Kar ena kebebasan yang
dit aw ar kan demokr asi cender ung menimbulkan “limbah-limbah” demokr asi seper t i mar jinalisasi minor it as oleh dominasi mayor it as, munculnya
or ganisasi-or ganisasi r adikal hingga sampai pada t unt ut an pemisahan dir i sebagai implikasi dar i kebebasan mengeluar kan pendapat dan pandangan
238
polit ik. Kemunculan isu RMS dalam konflik dan kehadir an laskar jihad FKAWJ mer upakan salah sat u “limbah” demokr asi akibat masa t r ansisi yang
menjadi “peker jaan r umah” bagi demokr asi it u sendir i dalam mengat asi bagaimana kebebasan it u ber pot ensi disalahgunakan, bisa oleh polit isi, per s,
milit er , ger akan-ger akan r adikal dan ger akan separ at ism. Sisi lain demokr asi yang mempr oduksi kesadar an akan pentingnya ident it as inilah yang akan
menghant ar kan benih-benih konflik apalagi didukung dengan pr akt ek-pr akt ek diskr iminasi dan ket impangan ekonomi yang signifikan diant ar a keduanya.
Or de Bar u selama ini t elah mengekang kebebasan ber bicar a set iap individu maupun or ganisasi dalam kehidupan ber masyar akat dan ber negar a.
Paska r unt uhnya Or de Bar u yang dibar engi dengan demokr at isasi t elah membuka “kr an-kr an” ber polit ik dan mengeluar kan pendapat dengan bebas.
Kesempat an t er buka bagi siapa saja unt uk mengeluar kan pendapat dalam segala aspek, t idak t er kecuali bagi or ganisasi-or ganisasi polit ik maupun
masyar akat dar i yang separ at is seper t i OPM, RMS, dan GAM hingga or ganisasi masyar akat seper t i Laskar Jihad. Bangkitnya or ganisasi keagamaan seper t i
FKAWJ dan munculnya ger akan separ at is FKM ini t idak t er lepas dar i ket idakmampuan pemer int ah melalui apar at keamanan unt uk menyelesaikan
konflik Ambon. Dar i kekecew aan inilah dan t er bukanya
Public Spher e
yang selama jaman Or de Bar u t er t ut up oleh r ezim ot or itar ian. Membuat or ganisasi-
or ganisasi yang dulunya t er kekang dan t er lar ang kini bebas unt uk ber bicar a dan bahkan unt uk mengadakan mobilisasi massa dalam jumlah besar .
Salah sat u pr oses yang pent ing dalam ger akan sosial adalah
fr aming
. Par a akademisi
ger akan sosial menyat akan bahw a unt uk mencapai kesuksesan, par a akt ivis har us mem
fr aming
dengan maksud agar ber gema sejalan dengan ideologi, identit as dan kesepahaman kult ur al pendukung dan
lainnya yang mungkin akan t er libat di dalamnya. Unt uk sebuah per ger akan sosial t idak bisa ber hasil jika t idak ada pr oses “pembingkaian”. Dalam pr oses
pembingkaian ini selain lew at or asi-or asi dalam t abligh akbar , per t emuan- per t emuan yang mengat asnamakan ideology keagamaan, per samaan ident it as
bisa juga dalam per samaan t ujuan. Pembingkaian yang dibangun unt uk
239
mendapat kan simpat i dan menar ik per hat ian massa menjadi salah sat u langkah pent ing unt uk keber hasilan sebuah ger akan sosial. Salah sat u car a
yang efekt if dalam pr oses pembingkaian ini adalah melalui media massa. Per ihal pemuat an ber it a oleh media massa mengenai isu RMS dalam konflik.
Dalam penelit ian ini penulis mengambil sur at kabar Kompas dan Republika yang masing-masing dalam pember it aannya memiliki pandangan ber beda.
Pada Kompas, har i an ini dengan ber imbang lebih mengenai bagaimana konflik mempengar uhi kehidupan kedua komunit as yang ber konflik. Sedangkan
Republik dengan gencar member it akan Isu RMS yang diger akkan oleh masyar akat Kr ist en sebagai penyebab konflik yang mengakibat kan
pender it aan masyar akat Muslim Maluku, sehingga panggilan Jihad mer upakan bent uk per law anan yang mew akili nasionalis Muslim t er hadap ger akan-
ger akan separ at is dan sebagai bent uk solidar it as sesama Muslim. Dalam kont eks ini pembingkaian juga dilakukan oleh beber apa bir okr at
negar a seper t i beber apa oknum mant an Jender al TNI, dan Panglima Laskar Jihad Ja’far Umar Thalib dalam ber bagai kesempat an. Tabligh akbar yang
dilaksanakan di Senayan adalah salah sat u pr oses pembingkaian akt or -akt or t er sebut dalam mengangkat isu-isu kr usial yang mengobar kan semangat
per law anan yang kuat .
Fr aming
yang dibangun adalah adanya pember sihan umat Muslim oleh masyar akat Kr ist en di Ambon dan pendir ian negar a
Sekt ar ian ber basis Kr ist en oleh RMS yang dulunya ber kepanjangan Republik Maluku Selat an menjadi Republik Maluku Ser ani. Kedua isu yang diangkat ini
mampu dikemas dengan sangat sempur na t er bukt i dengan keber angkat an r ibuan or ang sukar elaw an Laskar Jihad ke Ambon beber apa saat set elah
t abligh akbar t er sebut . Ber hasilnya “
fr aming
” ini t idak t er lepas juga dar i r asa kekecew aan yang muncul akibat lambannya dan ket idakt egasan apar at
keamanan dalam menyelesaikan konflik. Pent ingnya RMS ini unt uk diangkat menjadi sebuah isu adalah kar ena dampak emosi yang dit imbulkan di t engah-
t engah masyar akat . Secar a hist or is RMS meninggalkan luka yang dalam bagi sebagian masyar akat Maluku yang menjadi kor ban pada masa RMS di t ahun
1950an. Dan bagi sebagian or ang RMS memiliki ikat an emosi t er sendir i oleh kar ena keker abat an masyar akat Maluku yang di Belanda dengan yang ber ada
240
di Ambon maupun yang t er ikat kar ena fakt or sejar ah. Kehadir an RMS di t engah-t engah masyar akat Ambon mer upakan isu lama yang bukan hanya
sekedar isu. Kar ena ideologi RMS secar a emosional t elah t er konst r uksi dalam sebagian dir i masyar akat Ambon. Ideologi yang ter kandung dalam isu RMS
dipakai bukan saja sebagai ger akan per law anan t er hadap kebijakan pemer int ah di Maluku khususnya Ambon yang ber t ent angan dengan kebijakan
maupun kear ifan masyar akat lokal, t api juga sebagai ident it as kolekt if yang t er ikat secar a psikologis. Bagi masyar akat Ambon yang ber simpat i dan
memper juangkan ideologi RMS, RMS bukanlah sebuah ger akan separ at is yang ingin mendirikan negar a sendiri t er pisah dar i NKRI. kar ena menur ut
pandangan mer eka RMS t elah ada dan mer deka sebelum NKRI muncul di tahun 1950.
Ikat an emosi inilah yang dipakai oleh agen dalam membingkai sebuah ger akan. Emosi yang menur ut definsi Roger Pet er sen emosi adalah sebuah
mekanisme yang memicu aksi unt uk memenuhi suat u per hat ian mendesak. Emosi beker ja didalam sebuah sit uasi melalui dua car a ; 1 saat emosi
meningkat kan “hasr at ” yang menonjol dar i keinginan per hat ian di atas lainnya ; dengan kat a lain emosi membant u menyeleksi kei nginan-keinginan yang ada.
2 suat u emosi menguat kan kedua kemampuannya secar a kognit if dan fisik yang dibut uhkan unt uk mer esponi dalam sit uasi sebuah t unt ut an at au
per law anan.
7
Emosi pent ing unt uk dikait kan dengan konflik Ambon, kar ena selain unt uk melihat mengapa isu RMS bisa ber pengar uh t er hadap masyar akat
Ambon dan dampaknya dar i isu ini sehingga mampu menjelaskan bagaimana masyar akat Ambon bisa begit u r eakt if t er hadapnya. Konsep emosi ini juga
dapat membant u dalam melihat beber apa masalah, seper t i bagaimana emosi ini bisa menjadi salah sat u kekuat an yang bisa membangkit kan sebuah ger akan
per law anan dar i masyar akat pada suat u ident itas.
7
Petersen, Roger D, Underst anding Et hnic Violence, Cam bridge universit y Press, 2002, Pp. 17-18
241
Menur ut Pet er emosi bisa membant u menjelaskan suat u essensi at as sebuah ident it as. Ket ika Ident it as ber lipat ganda dan dit empa
malleable
sebuah ident it as bisa megkr ist al ket ika suat u ident it as salah sat u t er sebut digenggam dalam emosi yang kuat
power ful emotion
. Ada empat pilar dar i
Emot ion
emosi :
fear
ket akut an,
Hatr ed
kebencian,
Raged
amukan, kemar ahan,
Resent ment
kejengkelan,kegusar an. Mengapa isu RMS ini begit u pent ing, bisa dilihat dar i beber apa per spekt if, isu ini muncul sebagai alat
per law anan t er hadap kebijakan pemer int ah yang ber law anan dengan kear ifan lokal kebudayaan lokal, sebagai inst r ument komer sial, sebagai alat “t er or ”
t er hadap masyar akat , isu ini juga bisa dipakai unt uk membangkit kan emosi masyar akat yang secar a hist or is per nah menjadi kor ban RMS dier a t ahun
1950an. Ket akut an akan bangkit nya RMS ini dir asakan khususnya oleh masyar akat Muslim yang dulu t er kena dampaknya. Kar ena dengan isu adanya
ger akan RMS dengan isu pember sihan umat Islam t elah membakit kan luka lama akan ger akan RMS di masa lalu. Emosi kemar ahan dan kebencian yang
bangkit dikalangan masyr akat Muslim diimplement asikan menjadi sebuah amukan massa. It u sebabnya mengapa isu RMS ini ber pot ensi t inggi unt uk
dijadikan komodit as inst r ument dalam membangkit kan amar ah masyar akat . Pent ingnya isu RMS didalam kehidupan sosial masyar akat Ambon
secar a hist or is dalam masyar akat menjadkan isu ini sebagai hal yang t abu unt uk dibicar akan oleh kar ena “ancaman” t er pendam dalam isu ini maka t idak
her an apabila pada masa or de bar u isu ini selalu dir edam oleh pemer int ah namun t et ap dipelihar a sebagai alat t er r or t er hadap masyar akat . Hal ini bisa
dilihat dar i sedikitnya pember it aan yang muncul di media massa t ent ang akt ivit as RMS di Belanda maupun di Maluku. Mengutip hasil w aw ancar a
dengan Jacky Manuputt y yang menyebut kan bahw a pemer int ah di masa or de bar u melalui Milit er , TNI selalu menggunakan isu RMS ini unt uk menunjukan
kekuat an milit er mer eka di t anah Maluku. Menur ut nya di jaman or de bar u set iap t ahun t er jadi penangkapan t er hadap par a mant an anggot a RMS oleh
Milit er dan anggot a RMS t er sebut di ar ak angkut menggunakan t r uk dengan per senjat aan lengkap pada set iap sebelum t anggal 25 Apr il dan t ahanan
242
t er sebut dilepaskan kembali beber apa har i kemudian.
8
Melalui kejadian ini dihar apkan t imbul semacam ket akut an dar i dalam dir i masyar akat akan
dampak dar i RMS. Met ode yang digunakan pemer int ah Soehar t o boleh dikat akan ber hasil kar ena selama jaman or de bar udan pasca r unt uhnya
kekuat an RMS pada t ahun 1962. Masyar akat Maluku khususnya Ambon sangat par anoid dengan segala sesuat u yang memiliki kait an dengan RMS. Sit uasi ini
ber t olak belakang dengan adanya r it ual pengibar an bender a di hampir set iap bulan Apr il dar i t ahun ke t ahun. Kar ena bagaimana masyar akat yang t r aumatis
dan par anoid dengan set iap symbol, at r ibut maupun inst r ument yang ber kait an dengan RMS ber ani unt uk menaikkan bender a maupun melakukan
akt ivit as yang ber kait an dengan RMS. Kar ena hingga kini pengibar bender a yang t er jadi sebelum t ahun 1999 t idak per nah t er t angkap dan t idak jelas siapa
pelaku sebenar nya. Dilain sisi ikat an kult ur al dan per saudar aan yang t er jadi ant ar a
masyar akat Maluku yang ber ada di Ambon dan masyar akat Maluku yang ber ada di Belanda sangat lah er at . Ini t er lihat dar i kehidupan ber budaya
Maluku yang masih kent al di ant ar a masyar akat Maluku di Belanda. Or ang Maluku yang di Belanda t idak sedikit yang menar uh simpat i dan bahkan hingga
kini masih t et ap memper juangkan idelogi RMS yang menginginkan kedaulat an penuh bagi Maluku lepas dar i NKRI. Hubungan keker abat an ant ar a masyar akat
Maluku Ambon dan masyar akat Maluku Belanda yang ber simpat i dan masih memper juangan visi RMS inilah yang cender ung menjadi mot ivasi bagi
penduduk di Ambon unt uk melakukan akt ivit as-akt ivit as yang menunjukan eksist ensi RMS di Ambon dengan t ujuan ekonomi. Ber bicar a mengenai RMS di
Ambon at aupun Maluku pada umumnya t idak bisa t er lepas dar i pengar uh keber adaan masyar akat Maluku di Belanda. Dar i hasil w aw ancar a dengan
salah sat u w ar t aw an senior yang juga salah sat u akt ivis ger akan per damaian, Rudi Fofid, mengat akan bahw a ada hubungan t imbal balik ant ar a akt ivit as RMS
oleh masyar akat Ambon dengan dana yang ber asal dar i Belanda. Dalam penger t ian bahw a selama ini masyar akat yang t er pinggir kan memper oleh
8
M anuput t y, Jacky, Tokoh Agama, Waw ancara pada t anggal 23 M aret 2012
243
per hat ian dar i saudar a, ker abat , sedaer ah sekampung yang ber ada di Belanda yang lekat dengan paham RMS. Sehingga dengan sit uasi ini maka ada
t anggung jaw ab secar a mor al at aupun dengan alasan ekonomi kegiat an RMS dilakukan oleh masyar akat di Ambon, mot ivasi-mot ivasi t er sebut pun masih
dipert anyakan seper t i pengibar an bender a di halaman sekolah pada t ahun 1993.
9
Fakt or -fakt or inilah yang menjadikan isu RMS sangat dinamis dan ber dinamika di Ambon sebelum konflik t er jadi di t ahun 1999 dan mencapai
klimaksnya dengan munculnya FKM.
5. DINAMIKA ISU RMS DALAM PROSES PERDAMAIAN