Ciri Fisik Semar ANALISIS RELEVANSI HUMANISME GUS DUR DENGAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 82 secara ringan oleh para pandawa dan masyarakat. tokoh wayang yang sosoknya kontroversial dan kehidupannya penuh dengan keunikan. Kalau Suharto peletak dasar sistem protokoler pemerintahan yang mekanis, BJ Habibie peletak dasar deskaralisasi lembaga kepresidenan dan protokoler lembaga tersebut, maka Gus Dur adalah peletak dasar sistem protokoler yang lebih humanis dengan humor sebagai media komunikasi politiknya. Banyak pihak melihat era Gus Dur, protokoler kenegaraan dan lebih khusus paspampres banyak mengalami perubahan. Sebagaimana kisah yang telah disebutkan sebelumnya. Fenomena lebih menarik dapat kita cermati pada adanya ruang protokoler tidak resmi Gus Dur yang tentu saja dianggap sebagai ruang preogatif presiden dalam kapasitasnya sebagai Gus Dur pribadi yang disinyalir sebagai kabinet malam. Perubahan yang lebih terasa dalam protokoler kepresidenan adalah Gus Dur membawa humor dan lelucon dalam setiap acara kenegaraan dan pemerintahan, baik resmi maupun tidak resmi. Gus Dur berani keluar dari tembok legalisme dan keterikatan protokol. Dia berani menyapa dan berbicara dengan jujur tanpa beban. Inilah kekuatan dan sekaligus kelemahan yang diincar penentangnya. Ucapan beliau sangat menggelitik nurani. Ketika puncak upaya pelengserannya, aksi demo menuntut beliau mundur. Dengan enteng penuh seloroh beliau menjawab: “Maju saja saya harus dituntun, bagaimana saya bisa mundur?”. Kami benar-benar merasakan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 83 optimisme tanpa beban di hadapan badai. Satu teladan kepasrahan yang patut di teladani. 32 32 Ibid. 148 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 83

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Humanisme Gus Dur dalam konsep pemikirannya meliputi tiga pokok kajian; Keislaman dan Kemanusiaan, Kemanusiaan dan Pribumisasi Islam, Kemanusiaan dan Keadilan. Ketiga pokok kajian ini tampak pada riwayat kiprah Gus Dur dan aksi kemanusiaannya yang terangkum dalam sembilan nilai utama Gus Dur yang dirumuskan oleh Jaringan Gusdurian. Sembilan nilai utama Gus Dur tersebut antara lain; Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaa, Persaudaraan, Keksatriaan, dan Kearifan Lokal. 2. Moralitas dalam Figur Semar secara filosofis tersimbol pada nama, julukan, ciri fisik, dan karakter Semar, yang berjumlah sembilan yaitu; Semar, Ki Lurah Nayataka, Hyang Maya, Badranaya, Ismaya, Janggan Semarasanta, Punakawan, ciri fisik Semar dan karakter yang ditanamkan dalam figur Semar. 3. Relevansi humanisme Gus Dur dengan moralitas figur Semar terdapat pada sembilan point yang sama. Yang mana sembilan moralitas Semar yang tersebut mempunyai kesamaan nilai dengan sembilan nilai utama Gus Dur yang dirumuskan oleh komunitas pengkaji pemikiran Gus Dur yang bernama Gusdurian. Dengan menjadikan rekam jejak dan riwayat humanisme yang pernah dilakukan Gus Dur dalam setiap dari sembilan nilai utama Gus Dur sebagai tolak ukur kesamaan terhadap sembilan moralitas Semar. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 84

B. Saran

1. Hendaknya kita merawat budaya dan kearifan lokal yang mengandung nilai moral yang dibenarkan oleh Agama. Misalnya nilai-nilai moral yang ditanamkan oleh Sunan Kalijaga pada pada figur Semar. Yang mana budaya dan kearifan lokal beliau jadikan media dalam dakwah Islam di Nusantara. Nilai filosofis yang ada pada figur Punakawan pada umumnya dan Semar pada khususnya, haruslah dikenalkan kepada generasi berikutnya, supaya mereka paham dan mengetahui kiprah dan usaha pada pendahulu yang menjadikan seni budaya sebagai media dakwah yang telah memberikan warna dalam kekayaan budaya Indonesia. 2. Hendaknya penelitian dan kajian terhadap tokoh bangsa dari sekian tokoh yang bisa diambil suri tauladannya dalam kontek keindonesiaan lebih ditingkatkan di kalangan akademisi dan mahasiswa. Gagasan-gagasan tentang humanisme dan pribumisasi Islam layak untuk dikaji dan diteliti oleh mahasiswa.