Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara DAN Mastitis Pada Masa Nifas Di RSUD DR Pirngadi Kota Medan Tahun 2013

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN

PAYUDARA DAN MASTITIS PADA MASA NIFAS DI RSUD

DR PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh

RANLY HASIR HARAHAP

NIM : 121121090

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ranly Hasir Harahap NIM : 121121090

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara dan Mastitis Pada Masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Kota Medan” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan dalam institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan skripsi ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi Akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014

Yang menyatakan,


(3)

(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan Berkah, Rahmat, dan Karunianya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang

Perawatan Payudara dan Mastitis Pada Masa Nifas di RSUD DR PIRNGADI Kota Medan“.

Skripsi ini disusun dalam tujuan memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata kuliah skripsi II. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara sekaligus Penguji I.

3. dr. Amran Lubis, Sp. JP (K), selaku Direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan 4. Ellyta Aizar, S.Kp, selaku Penguji II

5. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, dan keluarga tersayang yang selalu mendoakan serta memberikan segala bantuan baik dari segi moril


(5)

maupun materi sehingga dengan restunya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman sejawat angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan,

bantuan, motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan dan limpahan Rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, 28 Januari 2014


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERYATAAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PRAKATA ... ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SKEMA . ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 6

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN TEORITIS ... 7

2.1. Pengetahuan Perawatan Payudara dan Mastitis ... 7

2.2. Defenisi Nifas ... 11

2.3. Jenis Perawatan Payudara ... 12

2.3.1. Perawatan Payudara Normal ... 12

2.3.2. Perawatan Payudara saat Hamil ... 16

2.3.3. Perawatan Payudara pada Menyusui ... 19

2.4 Defenisi Mastitis ... 22

2.4.1. Etiologi ... 23

2.4.2. Tanda dan Gejala... ... 23

2.4.3. Penatalaksanaan ... 24

2.4.4. Pencegahan ... 25

BAB III. KERANGKA PENELITIAN ... 29

3.1. Kerangka Konseptual ... 29

3.2. Defenisi Operasional ... 30

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 31

4.1. Desain Penelitian ... 31

4.2. Populasi ... 31

4.3. Sampel dan Tehnik sampel ... 31

4.4. Waktu dan Tempat ... 32

4.5. Pertimbangan Etik ... 32

4.6. Instrusmen Penelitian ... 34

4.7. Validitas Instrumen ... 34

4.8. Realibilitas Instrumen ... 35

4.9. Prosedur Pengumpulan Data ... 35


(7)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

5.1. Hasil Penelitian ... 38

5.2. Pembahasan ... 41

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

6.1. Kesimpulan ... 47

6.2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran


(8)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 1. Kerangka konsep penelitian pengetahuan ibu tentang

perawatan payudara dan mastitis di RSUD


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Defenisi Operasional ………... 30

Tabel 5.1 Data Demografi ... ... 39

Tabel 5.2 Kategori Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Payudara... 40


(10)

Judul : Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada Masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Medan

Penulis : Ranly Hasir Harahap

Program : Serjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013/2014

ABTSRAK

Mengingat pentingnya perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis pada ibu nifas maka diperlukan perawatan payudara yang bermanfaat untuk kelangsungan produksi ASI dan mencegah agar tidak terjadi kelainan pada payudara. Pengetahuan juga diperlukan dalam perubahan perilaku, ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis di RSUD DR Pirngadi Medan. Desain penelitian yang dilakukan secara diskriptif. Tehnik pengambilan sampel dengan Purposive sampling. Sampel yang diambil sebanyak 70 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Dari 70 orang ibu nifas yang menjadi responden, didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu tentang perawatan ibu dan mastitis adalah sebagai berikut, yaitu 36 orang (51,4%) yang berada pada kategori pengetahuan kurang, ada 30 orang (42,9) yang berada pada kategori pengetahuan cukup, dan ada 4 orang (5,7%) berada pada kategori pengetahuan baik. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk selalu melakukan penyuluhan kesehatan tentang perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis.


(11)

Title : The Picture of Mother’s Knowledge about Breast Care and Mastitis During Parturition in Local General Hospital DR. Pirngadi Medan

Name of Student : Ranly Hasir Harahap Student Number : 121121090

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2013/2014

ABSTRACT

Considering the importance of the treatment of breast and prevent the occurrence of mastitis on the parturition then required treatment of breast beneficial to the continuous production breast-fed and prevent from the breast disorder. Knowledge is also required in changing behavior, this was done to identify maternal knowledge to the breast treatment and mastitis in the Local General Hospital DR Pirngadi Medan. This research uses a descriptive design. The technique was Purposive Sampling. Samples taken as many as 70 people. Data collection is done using questionnaires and presented in the form of a table of frequency distribution and presentation. Of the 70 parturition mothers who become respondents, obtained the result that mother’s knowledge about breast and mastitis are as follows, i.e. 36 people (51.4%) were in the category of less knowledge, 30 people (42,9%) knowledgeable enough and 4 people (5.7%) knowledgeable good. Based on the results of this research it is expected to nurses and other health care personnels to always do counseling about breast care and prevention of mastitis.


(12)

Judul : Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada Masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Medan

Penulis : Ranly Hasir Harahap

Program : Serjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013/2014

ABTSRAK

Mengingat pentingnya perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis pada ibu nifas maka diperlukan perawatan payudara yang bermanfaat untuk kelangsungan produksi ASI dan mencegah agar tidak terjadi kelainan pada payudara. Pengetahuan juga diperlukan dalam perubahan perilaku, ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis di RSUD DR Pirngadi Medan. Desain penelitian yang dilakukan secara diskriptif. Tehnik pengambilan sampel dengan Purposive sampling. Sampel yang diambil sebanyak 70 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Dari 70 orang ibu nifas yang menjadi responden, didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu tentang perawatan ibu dan mastitis adalah sebagai berikut, yaitu 36 orang (51,4%) yang berada pada kategori pengetahuan kurang, ada 30 orang (42,9) yang berada pada kategori pengetahuan cukup, dan ada 4 orang (5,7%) berada pada kategori pengetahuan baik. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk selalu melakukan penyuluhan kesehatan tentang perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis.


(13)

Title : The Picture of Mother’s Knowledge about Breast Care and Mastitis During Parturition in Local General Hospital DR. Pirngadi Medan

Name of Student : Ranly Hasir Harahap Student Number : 121121090

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2013/2014

ABSTRACT

Considering the importance of the treatment of breast and prevent the occurrence of mastitis on the parturition then required treatment of breast beneficial to the continuous production breast-fed and prevent from the breast disorder. Knowledge is also required in changing behavior, this was done to identify maternal knowledge to the breast treatment and mastitis in the Local General Hospital DR Pirngadi Medan. This research uses a descriptive design. The technique was Purposive Sampling. Samples taken as many as 70 people. Data collection is done using questionnaires and presented in the form of a table of frequency distribution and presentation. Of the 70 parturition mothers who become respondents, obtained the result that mother’s knowledge about breast and mastitis are as follows, i.e. 36 people (51.4%) were in the category of less knowledge, 30 people (42,9%) knowledgeable enough and 4 people (5.7%) knowledgeable good. Based on the results of this research it is expected to nurses and other health care personnels to always do counseling about breast care and prevention of mastitis.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa disebut masa puerperineum ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali keadaan seperti hamil. Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan- perubahan fisiologis maupun psikologis seperti perubahan laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh dan perubahan psikis lainnya. Karena pada masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis. Dalam hal ini perawat berperan penting dalam membantu ibu sebagai orang tua baru. Perawat harus memberikan support kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sehingga dapat memulai kehidupan sebagai keluarga baru (Maryunani, 2009).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu ataupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian akibat nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung jawab perawat dan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus dilakukan secara komprehensif dan terus menerus dalam arti selama masa kurun reproduksi


(15)

seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan standar (Maryunani, 2009).

Masa nifas terjadi perubahan-perubahan anatomi fisiologi pada payudara ibu. Perubahan fisiologis terjadi sangat jelas walaupun dianggap normal. Banyak faktor yang mempengaruhi termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan. Dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan, baik dokter, perawat ikut membentuk respon yang baik terhadap ibu dan bayi selama masa nifas ini.

Masa nifas atau setelah proses persalinan tepatnya setelah plasenta keluar maka timbul rangsangan untuk memicu laktasi. Laktasi didukung oleh dua jenis hormon yang sangat penting yaitu prolaktin dan oksitosin. Fungsi prolaktin yaitu untuk menghasilkan produksi air susu yang bekerja di epitel alveolus. Sedangkan oksitosin berperan dalam pengeluaran susu. Pengeluaran kedua hormon tersebut dirangsang oleh hisapan bayi pada puting payudara saat menyusui. Semakin sering menyusui akan memperlancar pengeluaran kedua hormon tersebut. Setiap ibu menghasilkan air susu yang disebut ASI sebagai ini merupakan makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang berkualitas. Selain itu dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi dan spiritual yang baik dalam kehidupannya (Soleha, 2009).


(16)

Bayi yang baru lahir sudah mempunyai reflek mengisap. Hal ini sangat bermanfaat pada si ibu dan yang lebih utama pada bayi. Air susu yang keluar pertama kali adalah kolostrum. Ini mengandung bahan-bahan yang sangat berguna bagi bayi. Konon pertemuan antar ibu dan bayi ini yang akan mempengaruhi hubungan keduanya menjadi baik. Bila bayi menyusu dengan cara yang tidak benar, maka bisa menimbulkan masalah misalnya puting susu lecet, ini disebabkan karena bayi menarik-narik puting susu supaya mendapatkan air susu yang banyak. Ini bisa terjadi bila air susu tidak berhasil dirangsang keluar, bayi pun menjadi frustasi. Apabila kita sudah mengetahui cara menyusui yang benar masalah ini dapat segera teratasi, mengetahui tehnik dasar menyusui seperti pertama sikap tubuh ibu sewaktu menyusui dan yang kedua cara menyusui. Menurut penelitian hampir semua masalah mulai dari puting susu lecet sampai berkurangnya air susu. Mengingat hal itu ibu seharusnya mempelajari tehnik dasar tersebut jauh sebelum melahirkan (Musbikin, 2006).

Bagi seoarang wanita payudara adalah organ tubuh yang sangat penting untuk kelangsungan perkembangan bayi yang baru di lahir. Payudara memang secara natural akan mengeluarkan ASI begitu ibu melahirkan, tetapi bukan berarti seorang wanita atau ibu tidak merawat payudara (Saryono, 2008).

Perawatan payudara juga harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan produksi ASI. Payudara yang mengalami pembengkakan mengakibatkan pengeluaran ASI yang tidak sempurna. Mengatasi hal ini maka ibu perlu menyusui bayi lebih sering, kompres payudara yang bengkak dengan air hangat dan keluarkan ASI dengan pompa. Akibat tersumbatnya salah satu saluran susu di


(17)

dalam payudara, dapat terjadi timbunan ASI dalam saluran tersebut sehingga timbul benjolan pada payudara (Musbikin, 2006).

Mastitis merupakan peradangan payudara. Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak langsung mendapatkan tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan salah satu komplikasi berat dari mastitis. Keadaaan ini bisa menyebabkan beban penyakit yang fatal karena memerlukan biaya yang sangat besar. Penelitian terbaru menyatakan bahwa mastitis dapat menyebabkan resiko penularan HIV pada ibu menyusui. Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien karena tehnik menyusui yang buruk merupakan penyebab penting, tetapi dalam hal ini banyak petugas kesehatan masih menganggap mastitis sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita yang mengalami mastitis untuk terus menyusui, dan mereka bahkan mereka menyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya tidak harus berhenti (Hamid, 2011).

Menurut WHO (2003) Mastitis dan abses payudara ini terjadi pada semua populasi dengan kebiasan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita menyususi, tetapi biasanya di bawah 10%. Kebanyakan penelitian memiliki keterbatasan metodologis yang besar, dan belum ada penelitian kohort prospektif yang besar. Angka insiden ini lebih tinggi berasal dari populasi tertentu. Insident abses payudara ini juga sangat bervariasi. Walaupun demikian, menurut beberapa laporan, terutama dari negara-negara berkembang, suatu abses dapat terjadi tanpa didahului mastitis yang nyata.


(18)

Menurut data WHO, terbaru pada tahun 2008 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami mastitis rata-rata mencapai 10%. Sementara di indonesia persentase Mastitis pada perempuan menyusui rata-rata juga mencapai 10%. Dari hasil penelitian di RSUD DR Pirngadi tahun 2009 didapatkan kejadian Mastitis berdasarkan umur terjadi pada umur 26-35 tahun sebanyak 20 kasus (60,6%). Berdasarkan tingkat pendidikan terjadi pada jenjang pendidikan dasar sebanyak 19 kasus (57,5%). Dan kejadian Mastitis berdasarkan paritas terjadi pada ibu multipara sebanyak 19 kasus (57,5%).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di RSUD DR Pirngadi bahwa jumlah ibu ibu nifas pada tahun 2012 sebanyak 1687 orang dan penderita mastitis yang dirawat inap berjumlah 11 kasus.

Pencegahan terjadinya mastitis pada masa nifas perlu dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi pada saat ibu menyusui bayi. Apabila hal ini terjadi bayi yang biasanya siap untuk disapih pada masa nifas akan terkendala akibat mastitis yang terjadi pada ibu (Mirani, 2010).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Kota Medan.


(19)

1.2. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Kota Medan.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Iptek

Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada Masa Nifas.

1.4.2. Bagi Propesi Keperawatan

Sebagai masukan untuk upaya promosi kesehatan khususnya tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada Masa Nifas.

1.4.3. Bagi Pendidikan

Sebagai sumber Informasi bagi instutusi pendidikan dapat diintegrasikan pada keperawatan maternitas.

1.4.4. Bagi Peneliti

Sebagai sumber data lanjutan bagi peneliti yang sejenis pada masa yang akan datang.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan mengungkapkan teori dan acuan tentang konsep-konsep dan teori yang menjadi acuan pada penelitian. Teori dan konsep yang digunakan peneliti untuk mendukung penelitian.

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui. Kepandaian yang berkenaan dengan suatu hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001). Pengetahuan menurut Notoadmojo (2003) hasil dari tahu dari seseorang yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan didapatkan melalui panca indera manusia dengan indera penglihatan, penghidu, perasa dan peraba. Pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Melalui proses penglihatan dan pendengaran kita memperoleh pengalaman belajar secara formal maupun informal.

Berdasarkan penelitian di atas, pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan dari proses belajar dan pengalaman. Sedangkan pengetahuan setelah melakukan pengideraan dengan pancaindera dan melalui proses belajar, pengalaman dan belajar secara formal maupun informal.


(21)

Pengetahuan merupakan cakupan domain kognitif. Menurut Notoatmodjo 2007 tingkat pengetahuan memiliki enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali tentang suatu materi yang di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (reecall) sesuatu yang spesifik dari bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan pengalaman yang sangat rendah. Kata kerja mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Komprehesion)

Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan masalah tersebut. 3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek kedalam komponen-komponen dan saling keterkaitan satu dengan yang lain. 4. Analisis (Analisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam suatu komponen- komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(22)

5. Sintesis (Syintesis)

Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan dari suatu kriteria yang ditentukan sendiri untuk menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain menurut (Notoatmodjo 2005 dan Mubarak 2007).

1. Usia

Usia individu berkaitan dengan pengetahuan individu. Semakin bertambah usia seseorang baik fisik atau bentuk, maka akan hilang ciri lama dan muncul ciri baru. Perkembangan aspek psikologis akan semakin matang dalam taraf berfikir dan memperoleh informasi.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah meningkatkan dan memberikan pengetahuan melalui bimbingan yang diharapkan menghasilkan sikap positif serta meningkatkan pemahaman, atau individu tentang aspek-aspek yang dipelajari. Pendidikan bisa diperoleh secara formal dan informal.


(23)

3. Pekerjaan

Pekerjaan dan lingkungan pekerjaan dapat dijadikan seseorang mendapat pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseoarang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Teori determinan WHO, menganalisa yang menyebabkan seorang berperilaku tentu dengan adanya pemikiran dan perasaan seseorang yang berbentuk pengetahuan, persepsi dan sikap. Kepercayaan seseorang terhadap objek tersebut dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dari pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain (Notoatmodjo 2003). Ada kecenderungan pengalaman kurang baik seseorang akan melupakannya dan jika pengalaman dari objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya. Kesan yang mendalam dan yang membekas akhirnya dapat pula membentuk sikap dalam hidupnya. Lama bekerja dan status perkawinan akan masuk ke dalam bagian pengalaman yang mempengaruhi pengetahuan. Lama bekerja adalah salah satu yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang. Apabila seseorang telah lama bekerja akan dapat dinilai sejauh mana pengalamannya.

4. Sumber Informasi

Teori dependensi mengenai efek komunikasi massa sebagai sistem informasi memiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan perubahan dan konflik dalam tatanan masyarakat. Informasi yang diperoleh dari media massa mempengaruhi fungsi kognitif dan afektif. Fungsi kognitif adalah untuk menciptakan dan menghilangkan ambiguitas pembetukan sikap, perluasan sistem


(24)

kenyakinan masyarakat dan penjelasan nilai-nilai tertentu. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi membantu mempercepat seseorang mendapatkan pengetahuan baru (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Nifas

Nifas adalah Masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Musbikin, 2006).

2.2.1. Tahap Masa Nifas

1. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu perawat dan bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.

2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini perawat dan bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan cairan dan makanan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.


(25)

3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini perawat dan bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Sulistiawati, 2009).

2.3. Perawatan Payudara

2.3.1. Perawatan Payudara Normal

Perawatan payudara normal adalah perawatan payudara perawatan payudara yang tidak mengalami kelainan. Perawatan payudara normal merupakan faktor dari perubahan hormonal dalam tubuh yang mampu untuk mengubah tekstur dari kulit payudara. Jangan kaget jika payudara terasa bengkak bahkan terasa nyeri menjelang nyeri menjelang haid. Hormon yang naik turun bisa menyebabkan jaringan payudara berganti setiap minggunya. Ini bisa di ukur dari siklus bulanan atau masa haid. Sehari setelah haid jaringan payudara bisa akan lebih lembut. Pada pertengahan masa haid puting akan menjadi lebih sensitif dikarenakan hormon estrogen meningkat. Seminggu sebelum haid dan selama haid berlangsung, hormon progestron yang berlebihan akan membuat payudara membesar, tak rata dan terasa sakit. Tidak semua perempuan memiliki ukuran payudara yang sama antara kanan dan kiri, bahkan beberapa diantaranya memiliki ukuran cup yang berbeda antara payudara kanan dan kiri tetapi hal tersebut menjadi normal. Untuk itu, menjaga kesehatan dan keindahan payudara menjadi hal yang wajib dilakukan. Cara-cara untuk merawat payudara tetap indah dan kencang tentunya tidak mudah dilakukan saat merawat kulit dan wajah. Mengingat kulit penutup payudara lebih lembut dan tipis di banding kulit bagian tubuh lain, merawat payudara harus lebih berhati- hati. Terlebih lagi, area di


(26)

seputar puting susu (aerola) kulitnya lebih lembut dan lebih peka (Pramitasari dan Saryono, 2008).

Cara perawatan payudara normal yaitu :

1. Lakukan perawatan dengan pemijatan pada payudara, sebab hal itu akan

menambah keindahan dan bentuk payudara.

2. Lakukan perawatan ekstra ketika berada di kamar mandi. Perawatan ekstra mengurut payudara secara benar dengan membasahinya menggunakan air. Hal ini penting karena pada waktu mandi dapat melihat secara jelas bentuk payudara.

3. Senam Payudara bermanfaat untuk menjaga otot dada (pektoral) sebagai penyangga, agar tetap kencang dan mencegah payudara turun atau kendur sebelum waktunya. Manfaat aerobik seperti berjalan, joging atau naik sepeda dapat membantu mendapatkan postur tubuh yang baik, sekaligus memperbaiki penampilan payudara. Senam lainnya mendayung, berenang, dan latihan aerobik yang menggunakaan alat-alat pemberat tangan serta gerakan yoga. Senam ringan ini tidak menjamin perubahan bentuk dan ukuran payudara. Namun dengan melakukan senam tersebut oto-otot dada akan menguat, dan tampilan payudara akan lebih padat dan indah.

4. Pemilihan dan perawatan Bra yaitu mengenakan bra yang sesuai dengan ukuran dan bentuk payudara. Jangan menggunakan bra yang terlalu besar maupun terlalu kecil karena hal itu akan mempengaruhi perkembangan payudara. Dalam mengenakan bra, pasti menjadi faktor penting adalah


(27)

kenyamanan dan ukuran yang tepat. Ada beberapa cara untuk menemukan batas kenyamanan dan memilih bra secara tepat yaitu :

a) Size

Size atau ukuran yaitu sebelum menentukan pilihan, hal utama yang harus dilakukan adalah pastikan dan ketauhi secara tepat tentang ukuran payudara. Cara mengukurnya terbagi atas dua under brast dan over brust. Under brast adalah ukuran lingkar badan yang akan menjadi ukuran bra. Sedangkan over bust adalah ukuran cup ukuran cup yang sesuai dengan payudara. Secara kasar dapat menaksir ukuran bra memnurut Elling bra yang perlu diingat adalah hitungan secara matematis dimana perhitungan tersebut belum tentu tepat. Ukur (LDA) Lingkar Dada Atas yaitu lingkar dada yang melewati kedua puting. Untuk yang memiliki payudara lebih besar dan turun, kedua payudara harus diangkat ke atas dengan menggunakan kedua tangan, kemudian ukur LDA melewati kedua puting. Ukur LDB (Lingkar Dada Bawah), yaitu lingkar dada tepat di bawah lengkung payudara kita. Ukuran lingkar badan ditentukan oleh LDB dengan pembulatan ke atas, misal 29 inch, maka ukuran lingkar badan untuk Elling bra adalah 30. Sementara selisih dari LDA dan LDB adalah ukuran kap pada Elling bra. Selisih 1 inch= kap A, selisih 2 inch= kap B, selisih 3 inch= kap C dan seterusnya.

b) Kawat

Kawat yaitu salah satu cara menemukan bra yang mampu menyangga payudara dengan tepat adalah memilih bra yang menggunakan kawat.


(28)

Sedangkan kawat bra yang baik harus dapat menyangga payudara dan menaikkan posisi payudara. Jika ada kawat yang keluar dari cup bra maka bra yang dikenakan tidak sesuai dengan ukuran payudara. Sebenarnya posisi kawat yang benar adalah saat digunakan kawat harus memberikan kenyamanan dan menarik payudara sehingga membentuk belahan di tengah.

c) Cup

Cup adalah cup yang sesuai dengan ukuran over bust payudara. Jika memilih payudara yang mungil maka bisa memilih bra dengan cup yang kaku agar membentuk payudara dan menyamarkan bentuk aslinya.

Perawatan bra dapat dilakukan antara lain :

1) Rendam bra dengan air sabun

2) Cuci bra dengan sabun cuci cair, hindari menggunakan mesin cuci karena dapat merusak bentuk bra.

3) Apabila menghendaki mencuci dengan mesin cuci, maka gunakan

mesin yang dapat di set hand wash. Setelah dicuci langsung di jemur, hindari pengeringan menggunakan mesin apalagi diperas, biarkan air menetes dari bra dengan sendirinya saat di gantung. 5. Menjaga berat badan agar tetap stabil karena bila selalu berubah DRastis akan

menyebabkan melemahnya jaringan otot penyangga payudara, dan juga hilangnya elastisitas pada kulit. Payudara akan mengendur dan kulitnya nampak keriput. Pada dasarnya, payudara adalah bagian tubuh yang sangat tergantung pada kondisi hormonal. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan


(29)

yang berlemak tidak baik bagi payudara. Oleh karena itu untuk memperoleh payudara yang sehat dan indah, sebaiknya memulai hidup sehat. Dalam arti tidak mengkonsumsi makanan lemak berlebihan. Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan. Kurangi penggunaan bumbu penyedap, pewarna, pengawet dan perasa (Apel, 2011).

Tujuan perawatan payudara normal yang tidak mempunyai kelainan antara lain yaitu :

1. Menjaga keindahannya juga untuk mendeteksi adanya abnormalitas pada payudara. Bagi para wanita yang sudah memiliki umur 30 tahun, sebaiknya segera memeriksa kesehatan payudaranya dengan USG atau mamografi. Bagi wanita yang memiliki latar belakang keluarga yang menderita kanker payudara sedini mungkin memeriksakan diri terus melakukan pemeriksaan minimal dua tahun sekali. Biasakan memeriksa payudara sambil berbaring dan raba dengan gerakan memutar dan rasakan apakah ada benjolan-benjolan yang tidak wajar.

2. Melancarkan peredaran darah dengan massage (Apel, 2011).

2.3.2. Perawatan Payudara Saat Hamil

Perawatan payudara hamil adalah perawatan payudara yang dilakukan selama kehamilan akan membantu persiapan untuk menyusui bayi. Kondisi kehamilan membuat banyak perubahan pada wanita. Dilihat dari segi fisik dan perubahan perubahan itu antara lain berat badan bertambah, perubahan kulit dan perubahan pada payudara. Daerah puting juga memiliki kelenjar minyak keringat


(30)

yang berfungsi agar kulit puting senantiasa lembut, lentur, dan dari iritasi akibat hisapan bayi. Minyak yang timbul dari kelenjar payudara selama hamil juga membunuh kuman. Selama hamil, puting menjadi lebih besar. Kadang, kelenjar minyak di daerah ini menjadi terlihat besar seperti benjolan di daerah aerola. Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian terpenting yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian ASI. ASI ekskusif penting pada usia karena bayi belum mampu mencerna makanan lain selain ASI. Disamping memang ginjalnya belum cukup untuk mengeluarkan sisa-sisa pembakaran makanan, enzim-enzim dalam usus juga belum banyak mencerna makanan lain. Pada saat hamil, terjadi pembengkakan dari payudara akibat pengaruh hormonal juga pembengkakan dari puting susu, selain itu daerah sekitar puting warnanya gelap. Dengan adanya pembengkakan tersebut payudara menjadi lebih mudah teriritasi bahkan mudah luka, oleh karena itu biasanya perlu dilakukan perawatan payudara selama hamil.

Cara yang harus dilakukan dalam perawatan payudara saat hamil yaitu:

1. Pemeriksaan puting susu pada kehamilan usia 3 bulan untuk mengetahui apakah puting susu datar atau masuk ke dalam dengan cara memijat puting dasar susu secara perlahan. Puting susu yang normal akan menonjol keluar. Apabila puting susu masuk kembali ke dalam payudara, maka sejak kehamilan 3 bulan harus dilakukan perbaikan agar bisa menonjol. Caranya dengan menggunakan jari telunjuk atau ibu jari, daerah puting susu diurut ke arah berlawanan menuju ke dasar payudara sampai daerah payudara. Ini perlu dilakukan sehari dua kali selam 6 menit.


(31)

2. Pada Kehamilan usia 6-9 bulan yang perlu dilakukan yaitu : a. Kedua tangan dibasahi dengan minyak kelapa.

b. Puting susu sampai aerola mamae (daerah sekitar puting dengan warna lebih gelap) dikompres dengan minyak kelap 2-3 menit. Tujuannya untuk memperlunak kotoran atau kerak yang menempel pada puting susu sehingga mudah dibersihkan.

c. Jangan membersihkan dengan alkohol atau yang lainnya yang bersifat iritasi karena dapat menyebabkan puting susu lecet.

d. Kedua puting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam dan ke arah luar (searah dan berlawanan jarum jam).

e. Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan, lalu diurut kearah puting susu sebanyak 30 kali sehari.

f. Pijat kedua aerola mamae sehingga keluar 1-2 tetes.

g. Kedua puting susu dan sekitarnya dibersihkan dengan handuk kering dan bersih.

h. Pakailah BH yang tidak ketat dan bersifat menopang, jangan memakai BH yang ketat sampai menopang payudara. Bila BH sudah mulai terasa sempit, sebaiknya menggantinya denga BH pas sesuai dengan ukuran untuk memberikan kenyamanan dan juga support yang baik untuk payudara. Bila berencana untuk menyusui, dapat memulai menggunakan BH untuk menyusui pada akhir kehamilan. Pilihlah BH yang ukurannya sesuai dengan payudara, memakai BH yang mempunyai ukuran yang tidak sama dengan ukuran payudara dapat


(32)

menyebabkan infeksi seperti mastitis (suatu infeksi kelejar susu di payudara) (Pramitasari & Saryono, 2008).

Perawatan payudara saat hamil ini memiliki beberapa manfaat antara lain:

1. Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.

2. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi

untuk menyusui.

3. Merangsang kelenjar air susu sehingga produksi asi banyak dan lancar. 4. Dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini melakukan

upaya untuk mengatasinya.

5. Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.

2.3.3. Perawatan Payudara Masa Menyusui ( Nifas)

Perawatan payudara saat menyusui adalah lanjutan dari perawatan payudara semasa hamil. Pada saat hamil, ukuran payudara memang membesar karena bertambahnya saluran-saluran air susu, sebagai persiapan laktasi. Kondisi payudara biasanya akan berubah setelah tiga hari pasca melahirkan. Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui. Selain terlihat indah, perawatan payudara dengan benar dan teratur akan memudahkan sikecil mengkonsumsi ASI. Tehnik menyusui yang salah akan berpengaruh pada bentuk payudara. Banyak ibu yang mengeluhkan bayinya tak mau menyusu, hal ini dapat disebabkan faktor teknis seperti puting susu yang masuk atau posisi yang salah. Sedangkan faktor psikologis dengan menciptakan suasana santai dan nyaman, tidak terburu-buru dan tidak stress saat menetekkan bayi (Musbikin, 2006).


(33)

Cara perawatan dan pemijatan payudara ibu menyusui yang dilakukan 2 kali sehari kedua pasca persalinan antara lain yaitu:

1. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.

Gambar 2.3. Tehnik menyokong payudara

2. Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan

berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan.


(34)

3. Letakkan kedua telapak tangan di antara dua payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Variasi lainn adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari di atas dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan kedua tangan ke depan ke arah puting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan kurang lebih 30 kali

Gambar 3.4. Tehnik mengurut payudara

4. Cobalah posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan satu tangan,

sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu tangan disebelah atas satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan . Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan (Pramitasari dan Saryono, 2008).


(35)

Gambar 3.6. Tehnik memutar kedua payudara

Perawatan payudara masa menyusui bertujuan untuk :

1. Memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi.

2. Meningkatkan produksi asi dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan.

3. Mencegah bendungan ASI/ pembekakan payudara.

4. Melenturkan dan menguatkan puting saat bayi menyusu.

5. Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan mengatasinya. 6. Persiapan psikis ibu untuk menyusui (Hamid, 2011).

2.4. Mastitis

Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut mastisis laktasional atau mastisis puerperalis (Soleha, 2009).


(36)

2.4.1. Etiologi

Mastitis terjadi sebagai akibat invasi bakteri ke jaringan payudara saat terjadi cedera payudara (Soleha, 2009).

A.Bakteri penyebab yang paling umum adalah Staphylococcus aerus. Penyebab cedera antara lain yaitu :

1) Memar akibat pemompaan atau manipulasi kasar. 2) Distensi berlebihan pada payudara.

3) Stasis air susu dalam duktus. 4) Retak atau fisura puting susu. B. Sumber bakteri

1) Tangan ibu.

2) Tangan yang merawat ibu dan bayi. 3) Bayi (Morgan dan Carole 2009).

2.4.2. Tanda dan gejala

1) Kongesti berat. 2) Demam ringan.

3) Nyeri ringan pada suatu bagian payudara yang semakin memburuk saat bayi menyusui.

4) Sedikit kemerahan di area peradangan.

5) Kenaikan cepat suhun tubuh dari 37,8℃ −40℃ 6) Peningkatan frekuensi nadi dan menggigil. 7) Malaise umum dan sakit kepala.


(37)

8) Area payudara kemerahan, sangat nyeri saat ditekan dan menyakitkan dengan benjolan yang cukup besar dan keras (Morgan & Carole 2009).

2.4.3. Penatalaksanaan

1. Sarankan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan selama perjalanan penyakit, meskipun kesehatan pasien membaik dengan cepat. Pengobatan pilihan meliputi 500 mg Keflex atau 500 mg dikloksasilin, diminum per oral empat kali sehari selama 7-10 hari, pasien mungkin memerlukan pengobatan ulang (Suherni, 2009).

2. Peringatkan pasien bahwa vaginitis monila dapat terjadi sekunder akibat terapi antibiotik. Pasien mungkin ingin menggunakan tablet asidofilus sebagai fropilaksis saat minum antibiotik.

3. Lakukan kultur dan sensitivitas air susu dari payudara yang terinflamasi untuk menegakkan diagnosis dan terapi bila perlu.

4. Sarankan pasien untuk tetap menyusui, kecuali terdapat abses. Coba berikan kompres hangat pada sisi yang sakit sebelum menyususi. Tidak dianjurkan untuk tetap menyusui bila terdapat abses. Sarankan hal-hal berikut

a. Hentikan menyusui sampai suhu tubuh normal selama 24 jam, biasanya

sekitar 24-48 jam setelah minum antibiotik, lalu lanjutkan pemberian ASI.

b. Selama menyusui dihentikan, pompa payudara sedikitnya 4 jam dengan

pompa manual atau elektrik setelah payudara dikompres dengan air hangat. Hindari manipulasi payudara yang sudah ada.

c. Buang setiap air susu yang dipompa selama menyusui karena ASI


(38)

5. Kenakan penyangga payudara yang kaku dan tidak ketat.

6. Berikan obat analgetik. Bila pemberian asetaminopen tidak efektif maka berikan asetaminopen bersama kodein.

7. Bila terdapat abses, konsultasikan dengan dokter. Mungkin perlu diinsisi. (Suherni, 2009)

2.4.4. Pencegahan

A. Perbaikan pemahaman tentang penatalaksanaan menyusui yaitu :

Wanita yang merawat ibu perlu mengetahui tentang penatalaksaan menyusui yang efektif, pemberian makanan bayi dengan adekuat dan pemeliharaan kesehatan payudara. Yang perlu diketahui ibu sebagai berikut :

a) Mulai menyusui dalam satu jam atau lebih setelah melahirkan. b) Memastikan bayi mengeyut payudara dengan baik.

c) Menyusui tanpa batas, dalam hal frekuensi atau durasi dan membiarkan bayi selesai menyusui satu payudara dulu, sebelum memberikan yang lain. d) Menyusui secara eksklusif selama minimal 4 bulan dan bila mungkin 6

bulan.

B. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang yaitu :

Bila payudara ibu penuh atau terbendung selama beberapa minggu pertama, penting untuk memastikan bahwa ASI dikeluarkan dan kondisi tersebut diatasi dengan yaitu :


(39)

a) Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan bayi saat menyusui agar memperbaiki pengeluaran ASI dan untuk mencegah luka pada puting susu. b) Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas.

c) Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan atau pompa. Bila payudara

sangat nyeri, jalan lain untuk memeras ASI adalah dengan menggunakan metode botol panas .

d) Setelah satu atau dua hari, kondisi ini harus sembuh dan suplai ASI kebutuhan bayi.

C. Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI

Seorang ibu perlu mengetahui cara merawat payudara, tanda dini stasis ASI atau mastitis sehingga ia dapat mengobati dirinya sendiri di rumah, dan mencari pertolongan secepatnya bila keadaan tersebut tidak menghilang. Ia harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan, nyeri atau panas kemerahan. Bila ibu mempunyai salah satu faktor risiko seperti kealpaan menyusui dan bila ibu mengalami demam contohnya sakit kepala. Bila ibu mempunyai tanda- tanda tersebut ibu perlu memperhatikan antara lain yaitu :

a. Beristirahat di tempat tidur.

b. Sering menyusui pada payudara yang terkena.

c. Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air hangat atau pancuran hangat.

d. Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan payudara saat bayi


(40)

e. Mencari pertolongan dari petugas kesehatan bila ibu tidak merasa lebih parah keesokan harinya.

D. Perhatian dini pada kesulitan menyusui antara lain yaitu :

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui dan pada saat ibu menemui kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti :

a) Nyeri atau puting pecah-pecah.

b) Ketidaknyamanan payudara setelah menyusui. c) Kompres puting susu

d) Bayi tidak puas menyusu sangat sering, jarang atau lama. e) Kehilangan percaya diri pada suplai ASI- nya tidak cukup. f) Pengenalan makanan secara dini atau dot (WHO, 2003).

Bidan atau petugas kesehatan lain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai sehingga dapat membantu ibu untuk menyusui pada periode pasca dini, untuk melanjutkan menyusui dan untuk mengatasi kesulitan dini sebelum menjadi lebih serius dan membahayakan laktasi. Pengetahuan dan keterampilan tentang dukungan menyusui terus menerus harus tersedia di masyarakat, pada petugas kesehatan masyarakat, TBA atau petugas konseling yang setara dan wanita secara umum, sehingga wanita dapat saling membantu untuk mencegah berbagai kesulitan dan bila timbul masalah pengobatan yang adekuat dapat dimulai secara dini.


(41)

E. Pengendalian Infeksi

Karena penatalaksanaan menyusui yang sesuai merupakan dasar pencegahan mastitis, pengurangan resiko infeksi juga penting, terutama di rumah sakit. Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering. Petugas kesehatan harus mencuci tangannya setiap kali setiap kontak dengan ibu, bayi atau dengan kemungkinan semua organ patogen. Sabun biasa adekuat untuk menyingkirkan organisme permukaan, tetapi untuk petugas kesehatan yang sering kontak dengan cairan tubuh, produk pencuci tangan antimikroba lebih efektif. Sabun harus kontak dengan kulit minimal 10 detik tiap pencucian. Kontak kulit dini diikuti dengan rawat gabung bayi dengan ibu juga merupakan jalan yang penting untuk mengurangi infeksi di rumah sakit (WHO, 2003).


(42)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis pada masa nifas adalah :

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan

: Area yang diteliti

: Area yang tidak diteliti Faktor internal Usia

Faktor external Pendidikan Pengalaman Sumber informasi Pengetahuan ibu tentang

A. Perawatan payudara terdiri dari pengertian, cara dan tujuan.

B. Mastitis terdiri dari Pengertian

Etiologi

Tanda dan gejala Penatalaksanaan Pencegahan

Baik Cukup Kurang


(43)

3.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup variabel yang akan diteliti dan mengarahkan hasil pengukuran dalam pengembangan alat ukur (Notoatmodjo, 2010). Defenisi operasional penelitian ini diuraikan dalam tabel sebagai berikut.

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil

Ukur

Skala Ukur

1 Pengetahuan

ibu tentang perawatan payudara dan mastitis

Segala sesuatu yang perlu diketahui ibu tentang perawatan payudara dan mastitis pada masa nifas meliputi yaitu : A.Perawatan

payudara

meliputi pengertian cara dan tujuan. B. Mastitis terdiri dari

Pengertian Etiologi

Tanda dan gejala Penatalaksanaan Pencegahan Kuesioner Menggunakan 21 pernyataan. Skala yang digunakan Skala Guttman Jawaban pernyataan Benar = 1 Salah = 0

Baik (14-21) Cukup (7- 14) Kurang (0-7) Skala Ordinal


(44)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode diskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada Nifas.

4.2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah ibu yang melahirkan dan dirawat di ruang V RSUD DR Pirngadi Medan Januari 2013 sebanyak 141

4.3. Sampel dan Tehnik sampel

4.3.1. Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu menurut Imron, Moch dan Amrul Munif (Surakhmad 1994) apabila jumlah populasi sebanyak kurang lebih dari 100 maka pengambilan sampel sekurang kurangnya 50% dari ukuran populasi dan apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel yang diharapkan sekurang- kurangnya sebesar 15% dari ukuran populasi. Maka jumlah sampel diperoleh sebanyak 70 orang.

4.3.2. Tehnik sampel

Tehnik sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan- pertimbangan serta


(45)

mempunyai kriteria inklusif dan eksklusif untuk dijadikan sampel. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini yaitu kriteria inklusif.

Adapun kriteria inklusif adalah

a. Ibu yang melahirkan yang tidak mempunyai kelainan dan dirawat di

Ruang V RSUD DR Pirngadi b. Dapat berkomunikasi

c. Bersedia sebagai responden dalam penelitian ini

4.4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di ruang V RSUD DR Pirngadi Medan pada bulan September s/d November 2013 dengan pertimbangan bahwa RSUD DR Pirngadi Medan adalah rumah sakit pendidikan.

4.5. Pertimbangan Etik

Responden yang berpartisipasi dalam penelitian adalah responden yang telah menandatangani lembar persetujuan atas kerelaan sendiri, jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti akan tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya

1. Menghormati hak dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti mempertimbangkan hak-hak responden, peneliti juga memberikan kebebasan kepada responden untuk berpartisipasi dalam penelitian atau tidak. Oleh karena itu, peneliti mempersiapkan lembar persetujuan berpartisipasi dalam penelitian (informed consent) (Notoatmodjo, 2010).


(46)

Peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang penelitian kemudian meminta persetujuan responden dengan meminta tanda tangan pada persetujuan yang telah disiapkan.

2. Menghormati privacy dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy confidentiality)

Subjek penelitian mempunyai hak untuk menjawab privacy masing – masing. Oleh karena itu peneliti wajib menjaga kerahasian dengan tidak memberitahukan identitas subjek kepada orang lain (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini peneliti tidak menyediakan pengisian nama responden, identitas responden diketahui kode responden. Selain itu tidak ada pelaporan responden secara personal dan pengungkapan identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas / keterbukaan (respect for justice inclusiveness).

Peneliti berusaha menjaga prinsip keadilan, keterbukaan dan kejujuran menjelaskan terlebih dahulu prosedur penelitian kepada responden. Jika masih ada yang kurang jelas, peneliti juga mempersilahkan responden untuk bertanya. Selain itu, peneliti juga memberikan perlakuan serta kompensasi yang sama kepada semua subyek penelitian tanpa membedakan ras, agama, status ekonomi, dan sebagainya.


(47)

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits).

Peneliti berusaha untuk memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat umum dan subjek penelitian secara khusus. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perawat maupun pendidik untuk menyusun kurikulum pendidikan kesehatan khususnya terkait perawatan payudara dan mastitis. Selain itu, peneliti juga berusaha meminimalisasi kerugian dari penelitian. Salah satunya yang dilakukan dengan pemilihan waktu pengambilan data. Dari segi pengumpulan data yang menggunakan kuesioner tidak dinilai menimbulkan kerugian bagi responden.

4.6. Instrumen Penelitian

4.6.1. Data demografi terdiri dari umur, pendidikan, penghasilan keluarga, pekerjaan, sumber informasi dan paritas

4.6.2. Kuesioner tertutup dengan judul pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis pada masa nifas berbentuk chek list responden hanya membutuhkan tanda cheklist (√) pada kolom yang sesuai dengan jawabannya. Kuesioner penelitian terdiri dari 20 pernyataan.

4.7. Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan


(48)

dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti dengan tepat. Tinggi rendahnya validitas tergantung data yang terkumpul dan tidak menyimpang dari validitas yang dimaksud. Uji validitas instrumen ini dilakukan oleh ahli Keperawatan Maternitas di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.

4.8. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang mengukur sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan. Hal ini menunjukkan hasil pengukuran tetap konsisten atau tetap bila dilakukan dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama. Adapun uji reliabilitas penelitian ini uji coba kuesioner pada10 orang ibu nifas di luar sampel yang dirawat di RSUD DR Pirngadi.

4.9. Prosedur Pengumpulan Data

4.9.1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui bagian pendidikan Progran Study Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.

4.9.2. Setelah mendapatkan izin dari Program Study Keperawatan Fakultas Keperawatan USU, Kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Kepala RSUD DR Pirngadi Medan

4.9.3. Setelah melakukan pilot study, peneliti membutuhkan waktu 5-10 menit untuk pengisian kuesioner yang tidak ada perubahan pada isi kuesioner

4.9.4. Setelah mendapatkan izin dari Kepala RSUD DR Pirngadi Medan maka dilakukan pengumpulan data.


(49)

4.9.5. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan meminta kesediaannya menjadi responden.

4.9.6. Menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden secara teliti dan cermat serta tidak ada pernyataan yang tidak dijawab. Apabila tidak mampu untuk menuliskan jawaban karena kondisi lemah maka dibantu oleh peneliti.

4.9.7. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan saat itu juga. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama data demografi terdiri usia, jenis pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, sumber informasi dan paritas. Kedua kuesioner terdiri dua bagian yang pertama tentang perawatan payudara dan pada masa nifas.

4.10. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dapat dapat dilakukan meliputi 4 tahap (Notoatmodjo, 2010)

1. Editing adalah melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner untuk memastikan data merupakan data yang terisi lengkap relevan dan dapat dibaca dengan baik.

2. Coding adalah kegiatan mengubah data huruf menjadi data bilangan. Pemberian kode ini bertujuan untuk mempermudah proses pengolahan saat analisa data dan mempercepat proses pengolahan saat analisa data dan mempercepat proses memasukkan data.


(50)

4. Cleaning adalah pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan (entry) untuk memastikan bahwa data tersebur telah bersih. dari kesalahan, baik kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca kode, sehingga data benar-benar telah siap untuk dianalisa.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis yang menganalis satu variabel saja. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan satu variabel tunggal. Untuk mengkategorikan variabel penelitian digunakan Rumus Sudjana (2005). Pada variabel pengetahuan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 21 dan nilai terendah 0. Berdasarkan rumus statistik sudjana (2005) :

P = frekuensi yang teramati/ jumlah sampel

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 21 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas (baik, cukup, kurang).

Metode statistik yang digunakan untuk analisa data pada penelitian ini adalah analisis univariat yaitu menganalisa satu variabel saja. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentasi.


(51)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Tempat Penelitian ini adalah RSUD DR Pirngadi kota Medan. Saat ini RS ini menjadi rumah sakit pendidikan yang berada di kota Medan. Responden yang di teliti dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang di rawat di RUANG V RSUD DR Pirngadi medan tentang pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang.

Dari tabel 5.1 dibawah menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik umur, mayoritas 20- 35 tahun yaitu 62 orang atau (88,6%), minoritas >35 yaitu 5 orang atau (7,1%). Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat bahwa sebagian responden mayoritas berpendidikan SMP yaitu 44 orang atau (62,9%) dan minoritas berpendidikan SD yaitu 4 orang atau (5,7 %). Berdasarkan pekerjaan mayoritas tidak bekerja yaitu 56 orang atau (80,0%) dan minoritas yang bekerja 14 orang atau (20,0%). Berdasarkan sumber informasi mayoritas tidak mendapatkan penyuluhan yaitu 42 orang atau (60%) dan minoritas mendapat penyuluhan yaitu 28 orang atau (40%). Berdasarkan paritas mayoritas multipara 44 orang atau (62,8%) dan minoritas primipara 26 orang atau (37,1).


(52)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Karakteristik responden (n=70) K. Demografi Frekuensi (f) Persentasi (%) 1. Usia

< 20 th 20 – 35 thn > 35 thn Jumlah 3 62 5 70 4,3 88,6 7,1 100 2. Pendidikan SD SMP SMA PT Jumlah 4 44 19 4 70 5,7 62,9 27,1 5,7 100

3. P. Keluarga

Rp 500000,-

Rp 500000,- - Rp 1000000,- Rp > 1000000,-

Jumlah 9 28 33 70 12,8 40,0 47,1 100 4. Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Jumlah 14 56 70 20,0 80,0 100

5. S. Informasi

Pernah penyuluhan Tidak pernah penyuluhan Jumlah 28 42 70 40 60 100 6. Paritas Primipara Multipara Jumlah 26 44 70 37,1 62,8 100


(53)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis di RSUD DR Pirngadi Medan (n=70)

No Pengetahuan Frekuensi Persentasi (%)

1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 4 30 36 5,7 42,9 51,4

Jumlah 70 100

Tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden

berpengetahuan kurang yaitu 36 responden (51,4%), berpengetahuan cukup yaitu 30 orang (42,5%), dan minoritas berpengetahuan baik yaitu 4 orang (5,7%.).

Tabel 5.3

Distribusi Jawaban Responden tentang Perawatan Payudara dan Mastitis di RS Pirngadi Medan Tahun 2013

Pertanyaan Frekuensi Jawaban yang benar

Persentasi (%)

Cara perawatan payudara normal dengan menjaga hidup sehat

42 60

Cara perawatan payudara normal yang tidak mempunyai kelainan

40 57,1

Perawatan payudara pada ibu menyusui bertujuan memperlancar ASI

33 47,1

Cara penatalaksanaan penderita mastitis

9 27,1

Pencegahan terjadinya mastitis dengan pemberian ASI Eksklusif

7 10

Dari tabel 5.3 di atas ini dapat diketahui bahwa responden menjawab tentang cara perawatan payudara normal 42 responden (60%), cara perawatan payudara normal yang tidak mempunyai kelainan 40 responden (57,1%), perawatan payudara pada ibu menyusui bertujuan memperlancar ASI 33


(54)

responden (47,1%), cara penatalaksanaan penderita mastitis 9 responden (27,1%) dan menjawab tentang cara pencegahan terjadinya mastitis dengan pemberian ASI ekaklusif 7 responden (10%).

5.2. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, responden mayoritas berpengetahuan kurang yaitu 36 orang (51,9%), dan minoritas berpengetahuan baik yaitu 4 orang (5,7%).

Usia 20-35 tahun merupakan usia yang produktif bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak banyaknya. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jadi semakin matang usia seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah (Nursalam dan Priani, 2001). Semakin banyak umur atau semakin tua seseorang, maka mempunyai kesempatan dan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin tua umur seseorang maka tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis akan semakin baik.

Menurut Nursalam (2001) bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga banyak pengetahuan yang diperoleh. Responden yang berpendidikan tinggi lebih mudah menyerap informasi, sehingga banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh, namun sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang diperoleh lebih rendah yang berdampak pada kehidupannya.


(55)

Faktor lain disebabkan karena status pekerjaan yaitu pengetahuan bertambah karena sering berinteraksi dengan orang lain dari pada yang responden yang tidak bekerja. Bekerja adalah cara seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Begitu juga dengan sumber informasi yang diperoleh dari tempat kerja atau dari tempat lain. Informasi yang diperoleh akan mudah diterima sehingga akan semakin termotivasi untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Hal ini diperkuat oleh Informasi yang diperoleh seseorang memberikan pengaruh meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi apabila sering mendapat informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut. (Nursalam dan Siti Priani, 2001). Hal ini dikarenakan informasi mengenai perawatan payudara adalah informasi khusus yang tidak didapat di bangku sekolah atau Perguruan tinggi umum kecuali sekolah kesehatan. Adapun informasi mengenai perawatan payudara dan mastitis biasanya diperoleh melalui penyuluhan kesehatan atau melalui tenaga kesehatan dan puskesmas atau posyandu.

Hasil berdasarkan paritas diperoleh bahwa mayoritas berpengetahuan kurang yaitu multipara sebanyak 42 (60%) dan minoritas primipara yaitu 28 orang (40%). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Melhasah, (2012) gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan payudara selama kehamilan di puskesmas sungai tabuk yang menyatakan bahwa responden yang mempunyai paritas terbanyak berpengetahuan cukup multipara sebanyak 24 orang (53,3%) dan paritas terkecil yaitu primipara 19 orang (42,2%). Paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup atau mati, tetapi bukan aborsi tanpa


(56)

melihat jumlah anaknya. Menurut peneliti, jumlah paritas seorang ibu yang mempunyai anak lebih dari 1 memiliki pengalaman lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang baru pertama kali mempunyai anak.

Dari 70 responden mayoritas menjawab dengan benar tentang cara perawatan payudara normal dengan menjaga hidup sehat sebanyak 42 responden (60%). Hal ini dapat diketahui bahwa sebagian responden sudah mengetahui cara perawatan payudara normal dengan menjaga hidup sehat. Berdasarkan cara perawatan payudara normal yang tidak mempunyai kelainan sebanyak 40 responden (57,1%) yaitu ibu lebih sering melakukan perawatan payudara normal dari pada yang telah ada kelainan pada payudara. Berdasarkan cara perawatan payudara pada ibu menyusui agar memperlancar pengeluaran ASI sebanyak 33 responden (47,1%) yaitu ibu sebahagian sudah mengetahui cara dan manfaat perawatan payudara masa menyusui agar tidak ada kendala saat bayi siap untuk disapih. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mas bagus, (2010) pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara di PBS Keduwungu Kec Bayuwangi bahwa mayoritas berpengetahuan cukup yaitu 20 responden (55,5%), berpengetahuan kurang yaitu 9 orang atau (22,0%) dan minoritas berpengetahuan baik yaitu 4 orang atau (11,1%). Saat peneliti mengajak responden untuk diskusi sejenak bahwa responden belum pernah mendengar informasi tentang mastitis, tetapi mereka lebih sering mendengar tentang cara dan manfaat perawatan payudara yang tidak ada kelainan.


(57)

Dari 70 responden minoritas menjawab tentang cara penatalaksanaan penderita mastitis sebanyak 9 responden (27,1%). Hal ini dapat terjadi karena ibu sedikit menerima informasi dan jarang berinteraksi dengan orang lain sehingga pengetahuan ibu tentang penatalaksaan mastitis tidak pernah diperoleh. Berdasarkan pencegahan terjadinya mastitis dengan pemberian ASI eksklusif sebanyak 7 responden (10%). Hal ini dapat diketahui bahwa ibu belum sepenuhnya memahami tentang manfaat pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sehingga banyak diantara ibu lebih sering memberi susu formula dari pada ASI eksklusif yang mempunyai manfaat besar untuk perkembangan mental dan fisik bayi. Hal ini sejalan dengan penelitian Khaira, (2013) hubungan prekuensi pemberian ASI dengan kejadian Mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di RSIA Banda Aceh terdapat hubungan bahwa bayi yang tidak sering menyusu atau bayi malas menyusu, sehingga ASI bertumpuk dalam payudara. Frekuensi pemberian ASI harus dilakukan secara teratur agar mastitis tidak terjadi. Untuk mengatasinya lakukan pemberian ASI sesering mungkin tanpa menjadwalkannya dan lakukan pemijatan pada payudara dengan kedua tangan menggunakan minyak (baby oil), dari arah pangkal payudara menuju puting. Kemudian kompres payudara menggunakan lap handuk yang telah direndam dalam air hangat dan air dingin secara bergantian (Pramitasari & Saryono 2008). Banyak ibu yang kurang memahami dan kurang mendapat informasi tentang manfaat ASI eksklusif, cara menyusui dan langkah menyusui yang benar. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kejadian mastitis pada ibu nifas disebabkan karena ibu tidak menyusui bayi setelah melahirkan, mungkin disebabkan karena faktor malas


(58)

karena kurang informasi tentang cara menyusui dan tehnik- tehnik menyusui yang benar. Perawatan payudara perlu dilakukan agar tidak terjadi kelainan atau keabnormalan bentuk payudara. Ini dapat dilakukan pada ibu hamil dan menyusui. Perawatan payudara pada ibu menyusui harus dilakukan rutin tiap hari agar ibu dan bayi tidak ada kendala dalam proses menyusui serta terhindar dari mastitis (peradangan payudara) akibat ASI yang menumpuk dan tidak pernah dikeluarkan. Menurut Roesli (2001) ASI merupakan makanan paling sempurna bagi bayi, dimana kandungan sumber gizi utama memiliki sifat yang unggul untuk pertumbuhan dan perkembangan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Namun demikian tidak semua ibu memberikan ASI kepada bayinya. Mungkin karena pengetahuan yang kurang memadai, atau persepsi yang keliru tentang payudara dan menyusui, pemahaman yang kurang tentang peran dan fungsi ibu, payudara tidak selalu dilihat sebagai perangkat untuk menyusui bayinya. Menyusui yang benar dan berhasil memerlukan suatu upaya diantaranya perawatan payudara. Perawatan payudara akan berhasil bila ibu mempunyai pengetahuan tentang manfaat perawatan payudara dalam meningkatkan produksi ASI yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas bayi dan upaya menurunkan morbilitas dan mortalitas bayi. Dalam masa nifas, pengetahuan tentang perawatan payudara sangat penting untuk diketahui ibu, hal ini berguna untuk menjaga keindahan payudara serta menghindari masalah-masalah dalam proses menyusui (Suradi, 2004).


(59)

Menurut asumsi peneliti responden yang mayoritas berpengetahuan kurang disebabkan oleh pendidikan yang dimiliki responden adalah pendidikan dasar. Sumber informasi yang diperoleh kurang tentang cara perawatan payudara dan mastitis disebabkan jarang mendapat informasi dari media atau penyuluhan dan tidak mempunyai pengalaman tentang perawatan payudara dan mastitis. Pengalaman merupakan guru yang baik, pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran, dan pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Pendidikan berhubungan dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan merupakan proses belajar dan mengajar (Notoatmodjo, 2003).


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan tentang gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis di RSUD dr. Pirngadi Medan yaitu :

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 07 September sampai dengan tanggal 07 november 2013 pada ibu Ruang V RSUD Pirngadi Medan diketahui bahwa Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada masa nifas di RSUD dr. Pirngadi Medan yang meliputi usia, pendidikan, penghasilan keluarga, pekerjaan, sumber informasi, dan paritas. Data diperoleh mayoritas berusia 20- 35 tahun (88,6%), berdasarkan pendidikan SMP (62,9%), berdasarkan pekerjaan yang tidak bekerja (80,0%), berdasarkan sumber informasi yaitu yaitu tidak pernah mendapat penyuluhan (57,1) dan berdasarkan paritas yaitu multipara (60%). Dan rata-rata skor total pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis berpengetahuan kurang yaitu 36 responden (51,4%)berpengetahuan cukup yaitu 30 orang atau (42,9%), dan berpengetahuan baik yaitu 4 orang atau (5,7%). Dari hasil penelitian ini kita sebagai propesi di bidang keperawatan agar dapat meningkatkan pelayanan atau penyuluhan kesehatan pada ibu nifas, terutama dalam perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis pada masa nifas.


(61)

6.2. Saran

1. Bagi peneliti.

a. Hendaknya menambah pengetahuan tentang perawatan payudara dan mastitis

b. Menerapkan ilmu yang sudah didapat selama dibangku kuliah dan menambah pengalaman dalam penerapan riset, terutama tentang perawatan payudara dan mastitis masa nifas.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Agar lebih memaksimalkan peran dan fungsi perawat dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis serta bahaya yang akan ditimbul apabila tidak melakukan perawatan payudara dan menekankan prioritas pada ibu dengan latar belakang pendidikan dasar dan menengah.

3. Bagi masyarakat

Masyarakat harus mendukung kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau perawat terutama dalam perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis pada masa nifas.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

APEL. (2001). Tuntunan Lengkap Cara Merawat Kesehatan, Kecantikan dan KeindahanPayudara, Jogjakarta : Laksana

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Efendi, F & Makhfudly. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teory dan Praktek Dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Khaira, N. (2013). Hubungan frekuensi pemberian ASI dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di RSIA Banda Aceh, http // akbid info / Library di unduh tanggal 4 januari 2014

Hamid, A. (2011). Buku panduan Wanita yang baru Pertama jadi Ibu, Jogjakarta : Flassbook

Imron, M & Amrul Munif. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan Bahan ajar untuk Mahasiswa, Jakarta : Sagung Seto

Maryunani, A. (2009). Asuhan pada Ibu Nifas dalam Masa Nifas (Postpartum), Jakarta :Trans Info Media

Mas bagus, R. (2010). Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Payudara di BPS Keduwungu Kec Tegal Dlimo Kab Bayuwangi, http : // akbid Info / Library di unduh tanggal 3 januari 2014

Melhasah, A. (2012.) Gambaran Pengetahuan Ibu Perawatan Payudara selama Kehamilan di Wilayah Puskesmas Sungai Tabuk, http : info akbid // di unduh tanggal 10 januari 2014

Mirani, L. (2009). Gambaran Kasus Mastitis RSUD DR Pirngadi Medan, http : // akbid. Info / library diundu tanggal 26 april 2012

Morgan, G & Carol Hamiton. (2009). Obstetri dan Ginekologi Paduan Praktik, Edisi 2., (alih bahasa Rusi M. Syamsi, Ramona P. Kapoh), Jakarta : EGC Mubarok, Wahid Iqbal, Nurul Cahyatin & Khoirul Rozikan. (2007). Promosi

Kesehatan, Yogyakarta : Graha Ilmu

Musbikin, I. (2006). Persiapan Menghadapi Persalinan, Yogyakarta : Mitra Pustaka

Nursalam dan Siti Priani . (2003). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian, Jakarta : Salemba Medika


(63)

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta

_____________ (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : Rineka Cipta

_____________ (2003). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : Rineka Cipta

Roesli, U. (2001). Bayi sehat berkat ASI Eksklusif, Jakarta : Elex Media Komputindo

Rukiah, Yeyeh, Lia, Yulianti & Meida Liana. (2011). Asuhan Kebidanan III (Nifas), Jakarta : Trans Info Media

Pramitasari, Roischa Dyah & Saryono. (2008). Perawatan Payudara, Jokjakarta : Mitra Cendikia Press

Soleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba Medika

Suherni. (2007). Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta : Fitramaya

Sulistiawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, Yokyakarta : Andi Sudjana, M.A. (2005). Metode Statistik Edisi 3, Bandung : Tarsito

Suradi, R. (2004). Buku Bacaan Manajemen Laktasi, Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia

Wiknjosastro. (1994). Ilmu kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DAN MASTITIS PADA MASA NIFAS DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN

Oleh

Ranly Hasir Harahap

Saya adalah mahasiswa program study S-1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan USU Medan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis pada masa nifas di Rumah Sakit Umum Daerah DR Pirngadi Medan. Saya mengharapkan tanggapan atau jawaban ibu atau saudari berikan sesuai dengan pendapat saudari sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasian pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudari berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudari berhak untuk ikut peserta penelitian atau menolak tanpa sanksi apapun. Jika saudari bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudari menandatangani kolom dibawah ini.

Tanggal ...

Tanda tangan...


(70)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DAN MASTITIS PADA MASA NIFAS

DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN

A. Data Demografi 1. Umur

< 20 20- 35 tahun

> 35 tahun 2. Pendidikan

SD SMP SMA

Perguruan tinggi 3. Penghasilan keluarga :

Rp 500.000,-

Rp 500.000,--Rp 1000.000 Rp > Rp 1.000.000,-

4. Pekerjaan

Tidak bekerja Bekerja 5. Sumber informasi

Pernah Tidak pernah Televisi

6. Paritas

Primipara Multipara


(71)

B. Pengetahuan tentang perawatan payudara dan mastitis

1. Dibawah terdapat beberapa pertanyaan tentang perawatan payudara dan

mastitis. Bacalah dengan teliti.

2. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih. 3. Pilhlah jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Perawatan payudara normal adalah perawatan payudara yang tidak ada tanda...

a. Kelainan b. Benjolan c. Nyeri d. Bengkak e. Tidak tahu

2. Perawatan payudara normal dengan menjaga hidup sehat yaitu mengatur pola makan antara lain ...

a. Mengkonsumsi sayuran dan buah

b. Makanan berpengawet

c. Makanan berlemak

d. Mengkonsumsi obat -obatan e. Tidak tahu

3. Perawatan payudara normal yang bermanfaat untuk menjaga keindahan

payudara antara lain...

a. Senam payudara

b. Naik sepeda

c. Renang

d. Berlari e. Tidak tahu

4. Tujuan perawatan payudara antara lain... a. Melihat kelainan

b. Menghilangkan nyeri c. Menghilangkan benjolan d. Kecantikan

e. Tidak tahu

5. Perawatan payudara selama kehamilan selain memperindah juga bertujuan antara lain...

a. Kelancaran ASI b. Pemberian ASI

c. Kenyamanan

d. Memperindah


(72)

6. Perawatan payudara saat saat hamil adalah perawatan payudara yang dilakukan untuk...

a. Persiapan menyusui bayi b. Terjadi bendungan ASI c. Bayi tidak menyusui d. ASI tidak ada e. Tidak tahu

7. Memeriksa puting susu pada masa hamil apakah masuk ke dalam atau

tidak menonjol keluar adalah perawatan payudara yang sebaiknya dilakukan pada kehamilan usia ...

a. 3 bulan b. 1 bulan c. 12 bulan d. 10 bulan e. Tidak tahu

8. Pada saat hamil usia 6 sampai 8 bulan perlu dilakukan perawatan payudara antara lain...

a. Mengganti ukuran bra

b. Mengoleskan dengan minyak

c. Mengenakan bra ketat

d. Mengompres payudara

e. Tidak tahu

9. Perawatan payudara pada ibu menyusui yang bertujuan agar produksi ASI lancar bisa dilakukan sebanyak ...

a. 2 kali sehari b. 3 kali sehari c. 5 kali sehari d. Sekali sehari e. Tidak tahu

10.Perawatan payudara pada ibu menyusui bertujuan antara lain... a. Mencegah kanker payudara

b. Menjaga keindahan paudara

c. Memudahkan bayi mengkonsumsi ASI

d. Kenyamanan selama menyusui

e. Tidak tahu

11.Perawatan payudara saat menyusui dengan benar dan teratur agar bayi mudah mengkonsumsi ASI bisa dilakukan pada waktu....

a. 2 hari setelah melahirkan b. 3 hari setelah melahirkan c. 1 minggu setelah melahirkan


(73)

d. 2 minggu setelah melahirkan e. Tidak tahu

12.Pengertian dari mastitis adalah... a. Peradangan payudara

b. Benjolan payudara c. Luka pada payudara d. Abses pada payudara e. Tidak tahu

13.Mastitis merupakan pembengkakan (peradangan) pada payudara yang

disebabkan oleh... a. Bakteri

b. Kuman

c. Luka d. Infeksi e. Tidak tahu

14.Tanda dan gejala mastitis yang biasa terjadi adalah... a. Suhu > 40 derajat C

b. Demam ringan

c. Muntah

d. Sakit ulu hati e. Tidak tahu

15.Ibu yang mengalami peradangan payudara (mastitis) yang masih

mengkonsumsi obat antibiotik maka perlu berhenti menyusui selama... a. 1 hari

b. 3 hari c. 4 hari d. 5 hari e. Tidak tahu

16.Menyusui bayi setelah ibu melahirkan dilakukan dalam waktu... a. 1 jam pertama

b. 1 hari c. 3 hari d. 4 hari e. Tidak tahu


(74)

17.Pemberian makanan dan minuman lain pada bayi bulan – bulan pertama sebaiknya tidak perlu dilakukan karena dapat mengakibatkan...

a. ASI terbendung pada payudara b. Mengurangi isapan bayi

c. Payudara nyeri

d. Benjolan pada payudara e. Tidak tahu

18.Mencegah radang payudara (mastitis) dengan pemberian ASI Eksklusif harus dilakukan ibu selama...

a. 4 bulan b. 6 bulan c. 12 bulan d. 24 bulan e. Tidak tahu

19.Mencegah luka pada puting susu dan agar pengeluaran ASI lancar dapat diatasi dengan...

a. Tehnik menyusui b. Posisi menyusui

c. Manfaat menyusui

d. Perawatan payudara e. Tidak tahu

20.Apabila ASI tidak keluar dan terjadi pembengkakan pada payudara pada masa menyusui yang perlu dilakukan ibu adalah...

a. Kompres payudara

b. Pemijatan payudara

c. Pompa payudara

d. Minum obat e. Tidak tahu

21.Memijat dengan lembut apabila ada benjolan pada payudara saat bayi menyusui bertujuan untuk...

a. Memperlancar pengeluaran ASI

b. Memperindah payudara

c. Mencegah terjadinya nyeri

d. Memperbanyak ASI


(75)

(1)

NO Resp Nomor Butir Soal Skor

Total Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 9 Cukup

2 2 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 10 Cukup

3 3 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 12 Cukup

4 4 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 7 Cukup

5 5 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 11 Cukup

6 6 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 10 Cukup

7 7 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 9 Cukup

8 8 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 10 Cukup

9 9 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 10 Cukup

10 10 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kurang

11 11 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 14 Cukup

12 12 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 10 Cukup

13 13 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 11 Cukup

14 14 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 13 Cukup

15 15 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 13 Cukup

16 16 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 14 Cukup

17 17 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 13 Cukup

18 18 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Kurang

19 19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 16 Baik

20 20 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 15 Baik

21 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 13 Cukup

22 22 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 15 Baik

23 23 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 10 Cukup


(2)

25 25 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 17 Baik

26 26 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 14 Cukup

27 27 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 6 Kurang

28 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

29 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

30 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

31 31 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 10 Cukup

32 32 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 8 Cukup

33 33 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 9 Cukup

34 34 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Kurang

35 35 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 12 Cukup

36 36 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 9 Cukup

37 37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 14 Cukup

38 38 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 11 Cukup

39 39 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 11 Cukup

40 40 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 Cukup

41 41 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Kurang

42 42 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kurang

43 43 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Kurang

44 44 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang

45 45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

46 46 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

47 47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

48 48 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

49 49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang


(3)

51 51 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Kurang

52 52 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kurang

53 53 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang

54 54 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Kurang

55 55 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Kurang

56 56 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kurang

57 57 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang

58 58 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Kurang

59 59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

60 60 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kurang

61 61 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Kurang

62 62 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang

63 63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

64 64 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

65 65 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 Kurang

66 66 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 Cukup

67 67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

68 68 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

69 69 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6 Kurang


(4)

JADWAL TENTATIF PENELITIAN No

Aktivitas Penelitian Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 Agustus 2013 Septembe r 2013 Oktober 2013 November 2013 Desember 2013 Januari 2014 Februri 2014 Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul penelitian 2 Menyusun Bab I

3 Menyusun Bab 2 4 Menyusun Bab 3 5 Menyusun Bab 4

6 Menyerahkan proposal penelitian 7 Ujian sidang proposal

8 Revisi proposal penelitian 9 Uji Validitas & Reliabilitas 10 Pengumpulan data responden 11 Analisa data

12 Menyusun Bab 5 13 Menyusun Bab 6 14 Pengajuan sidang skripsi 15 Ujian sidang skripsi 16 Revisi skripsi


(5)

TAKSASI DANA

1. PERSIAPAN PROPOSAL

- Biaya kertas print proposal Rp 100.000,-

- Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 70.000,-

- Biaya internet Rp 100.000,-

- Transportasi Rp 150.000,-

- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 100.000,

- Konsumsi saat sidang proposal Rp 100.000,-

2. PENGUMPULAN DATA

- Pengambilan data Rp 400.000,-

- Fotocopy kuesioner dan persetujuan penelitian Rp 50.000,-

3. PERSIAPAN SKRIPSI

- Biaya kertas dan tinta print Rp 150.000,-

- Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 100.000,-

- Biaya sidang skripsi Rp 300.000,-

4. BIAYA TAK TERDUGA


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ranly Hasir Harahap

Tempat tanggal lahir : Pargarutan, 13 Agustus 1987

Jenis kelamin : Laki- laki

Agama : Islam

Alamat : Padangsidimpuan

Kewarganegaraan : Indonesia

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN Pendidikan Formal

1993 - 2000 : SD Negeri 14443 PADANGSIDIMPUAN

2000 – 2003 : MtsS Darul Mursyid TAPSEL

2003 - 2006 : MAS Darul Mursyid TAPSEL

2008 - 2011 : D III KEPERAWATAN AKPER SYUHADA

PADANGSIDIMPUAN