Jinising Tembung Materi Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar

20 daripada afiks di-, -e, dan – ake. Berikut ini akan disajikan beberapa contoh krama alus. i. Bapak dereng siram. Bapak belum mandi. ii. Menapa bapak sampun dhahar? Apakah bapak sudah makan? Penggunaan ragam bahasa harus memperhatikan orang yang menjadi mitra bicara. Bentuk dari ragam bahasa yaitu ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu dan krama alus. Hal ini akan berpengaruh pada unggah- ungguh kesopanan seseorang yang berbicara. Penyusunan ragam bahasa juga memperhatikan leksikon yang digunakan dalam berbicara.

3. Jinising Tembung

Purwadi 2005: 99 menerangkan bahwa pembagian kata dalam bahasa Jawa diklasifikasikan menjadi 9 golongan, yaitu 1 tembung kriya, 2 tembung aran, 3 tembung kaanan, 4 tembung katrangan, 5 tembung sesulih, 6 tembung wilangan, 7 tembung panggandheng, 8 tembung penyambung, dan 9 tembung penyeru. Kalimat yang berklausa adalah kalimat yang terdiri dari satuan yang berupa klausa. Klausa berupa subjek, predikat, obyek, pelengkap, dan keterangan M. Ramlan, 1985: 23. Penyusunan subjek dan predikat saja sudah bisa disebut kalimat. Dalam bahasa Jawa, subjek dikatakan jejer dan predikat dikatakan wasesa kata kerja. Purwadi 2005: 102 mengungkapkan bahwa apabila kalimat hanya berasal dari dua kata, yaitu jejer dan wasesa bisa dikatakan kalimat, tetapi 21 belum menjadi kalimat yang sempurna. Maka dari itu diperlukan kata lain untuk menjadi kalimat yang sempurna. Dari Sembilan tembung yang ada, pembahasan dalam media ini hanya menyantumkan 3 tembung, yaitu: a tembung kriya atau disebut wasesa kata kerja, b tembung aran disebut jejer utawa lesan, dan c tembung sesulih. Hal ini dikarenakan untuk membentuk kalimat yang sederhana cukup memerlukan tembung kriya, tembung aran, dan tembung sesulih. a. Tembung kriya Tembung kriya adalah semua kata yang menyatakan solah bawa, tingkah laku atau tumandang gawe. Di dalam kalimat, tembung kriya kata kerja itulah yang menyatakan wasesa, misalnya linggih, mangan, nggawakake, dan sebagainya. Tembung kriya dibagi menjadi dua, yaitu 1 tembung kriya mawa lesan kata kerja berobyek, dan 2 tembung kriya tanpa lesan kata kerja tak berobyek. Contoh penggunaan tembung kriya dalam kalimat. 1 Bapak mundhut roti Bapak membeli roti 2 Reta lagi adus Reta sedang mandi b. Tembung Aran Tembung aran atau kata benda adalah nama semua benda dan apa saja yang dianggap benda. Menurut tingkatan kata di dalam kalimat, tembung aran ialah kata yang dapat menjadi jejer atau lesanPurwadi, 2005: 12. Contoh penggunaan tembung aran dalam kalimat. 1 Bapak mundhut roti Bapak membeli roti 22 Bapak dalam kalimat di atas sebagai jejer, dan roti sebagai lesan. Tembung aran dibedakan menjadi dua, yaitu tembung aran kang maujud bapak, roti, sapi, omah, dan sebagainya dan tembung aran kang ora maujud kepinteran, kasugihan, kabudayaan, dan sebagainya. c. Tembung Sesulih Tembung sesulih atau kata ganti merupakan kata yang dipakai untuk menggantikan benda yang telah diketahui agar tidak berulang kali menyebutkan nama benda tersebut dan dipakai juga dalam menunjukkan letak suatu benda Purwadi, 2005: 149. Tembung sesulih dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut. 1 Tembung sesulih kang mratelakake wong aku, kowe, dheweke. 2 Tembung sesulih kang mratelakake dununging barang iki, iku, kae. 3 Tembung sesulih kang dadi tembung panggandeng kang, sing. 4 Tembung sesulih minangka pitakon apa, sapa, endi.

C. Kajian Tentang Karakteristik Siswa Kelas Tinggi