Pengaruh Suhu Terhadap Kekuatan Dielektrik Berbagai Minyak Isolasi Transformator (Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total)

(1)

PENGARUH SUHU TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK

BERBAGAI MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR

(Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total)

OLEH :

SAMUEL PANGGABEAN

NIM. 030 422 031

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik (S – 1) pada Departemen Teknik Elektro

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSUTAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH SUHU TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK

BERBAGAI MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR

(Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total)

Oleh :

Samuel Panggabean NIM. 030 422 031

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik (S – 1) pada Departemen Teknik Elektro

Disetujui Oleh Pembimbing

Ir. Syahrawardi NIP. 131 273 469

Diketahui oleh,

Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

Ir. Nasrul Abdi, MT NIP. 131 459 554

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSUTAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkatNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang berjudul :

PENGARUH SUHU TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK

BERBAGAI MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR

(Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total)

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Teknik (S – 1) pada Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara Medan.

Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih dengan

tulus kepada :

1. Ibunda yang tercinta M. Br. Panjaitan yang telah begitu banyak

memberikan dukungan doa, moril dan materil kepada penulis selama

menjalani studi mulai dari kecil sampai saat ini.

2. Bapak Ir. Syahrawardi, sebagai pembimbing penulis yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

3. Bapak Ir. Bonggas L. Tobing, sebagai Kepala Laboratorium Teknik

Tegangan Tinggi yang memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian dan yang telah banyak memberikan dukungan

yang berguna dalam terlaksananya penelitian tersebut.

4. Bapak Ir. Panusur SML. Tobing, sebagai Dosen Wali penulis yang


(4)

5. Bapak Ketua Departemen dan seluruh staf pengajar Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Para Asisten di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi yang telah

banyak meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis.

Akhir kata kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi peningkatan

kualitas sumber daya manusia Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara Medan dan bagi kita semua.

Medan, Maret 2008 Penulis

SAMUEL PANGGABEAN NIM : 030 422 031


(5)

ABSTRAK

Mengingat semakin banyaknya jenis minyak isolasi yang ada sekarang ini maka banyak hal yang harus dipertimbangkan di dalam pemilihan bahan isolasi minyak untuk keperluan pengamanan yang lebih baik. Kekuatan dielektrik dan umur suatu tansformator tergantung sepenuhnya pada kualitas minyak isolasi.

Perubahan suhu minyak isolasi yang melebihi batas – batas yang ditentukan pada peralatan tegangan tinggi akan mengakibatkan pemburukan dari minyak isolasi tersebut. Kenaikan suhu (pemanasan) dapat terjadi akibat beban lebih yang berlangsung cukup lama dan terus menerus, serta hubung singkat pada peralatan tegangan tinggi yang menggunakan minyak isolasi.

Minyak isolasi digunakan dalam peralatan tegangan tinggi seperti : transformator daya, pemutus tenaga (CB), kapasitor tegangan tinggi dan kabel daya. Pemakaian minyak isolasi pada peralatan tegangan tinggi juga berfungsi sebagai bahan isolasi, bahan pendingin (penyerap panas) dan pemadaman busur api.

Hasil akhir dari penelitian ini adalah mendapatkan kurva karakteristik yang menyatakan hubungan lama suhu bertahan dengan kekuatan dielektrik minyak Isolasi, Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total. Masing – masing sampel minyak isolasi tersebut dipanaskan pada suhu 40 0C sampai 100 0C dengan rentang 10 0C dengan lama suhu bertahan 1 jam sampai 5 jam. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa masing – masing minyak isolasi mengalami pemburukan kekuatan dielektrik akibat dari pemanasan dan lama suhu pemanasan itu bertahan. Kekuatan dielektrik yang paling cepat turun terjadi pada minyak isolasi Gulf dan Shell Diala B mulai dari pemanasan pada suhu 50 0C sampai suhu 100 0C.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I. PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG ... 1

I. 2. TUJUAN PENELITIAN ... 2

I. 3. METODE PENELITIAN ... 2

I. 4. BATASAN MASALAH ... 3

BAB II. MINYAK ISOLASI II.1. UMUM ... 4

II.1.1. Bahan Dasar Pembuatan Minyak Transformator ... 4

II.2. MEKANISME KEGAGALAN ISOLASI CAIR ... 5

II.2.1. Kegagalan Elektronik Pada Zat Cair... 6

II.3. JENIS – JENIS MINYAK ISOLASI ... 7

II.3.1 Minyak Isolasi Mineral ... 8

II.3.2 Minyak Isolasi Sintesis ... 8

II.4. KEKUATAN DIELEKTRIK MINYAK ISOLASI ... 12

II.5. PENGGUNAAN MINYAK ISOLASI ... 13

II.6. PERSYARATAN UMUM MINYAK ISOLASI YANG DIGUNAKAN PADA PERALATAN LISTRIK. ... 15


(7)

II.7. PROSES DASAR IONISASI ... 15

II.7.1. Ionisasi Karena Benturan Elektron ... 16

II.7.2. Proses – Proses Katoda ... 17

II.8. MEDAN DIELEKTRIK ... 18

BAB III. PEMBURUKAN MINYAK ISOLASI III.1. UMUM ... 21

III.1.1 Syarat – Syarat Yang Harus Dimiliki Oleh Suatu Minyak Isolasi ... 21

III.1.2. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru Transformator ... 25

III.2. FAKTOR PENYEBAB PEMBURUKAN PADA MINYAK ISOLASI ... 25

III.3. PENGARUH PEMANASAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS MINYAK ISOLASI ... 27

III.4. PENGARUH PEMANASAN TERHADAP KONDUKTIVITAS MINYAK ISOLASI ... 30

III.5. PENGARUH PEMANASAN TERHADAP VISKOSITAS MINYAK ISOLASI ... 33

BAB IV. PENGUJIAN KEKUATAN DIELEKTRIK (TEGANGAN TEMBUS) MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR MEREK GULF, SHELL DIALA B, NYNAS, DAN TOTAL SEBAGAI FUNGSI DARI KENAIKAN SUHU IV. 1. UMUM ... 34

IV. 2. PERALATAN PENGUJIAN ... 34

IV. 3. RANGKAIAN PENGUJIAN ... 37

IV. 4. PROSEDUR PENGUJIAN ... 38


(8)

IV. 6. ANALISIS DATA HASIL PENGUJIAN ... 40

IV.6.1 Analisa Data Hasil Pengujian Minyak Isolasi Gulf... 40

IV.6.1.1 Perhitungan Nilai Kekuatan Dielektrik Dari Pengujian

Tegangan Tembus Minyak Isolasi... 41

IV.6.1.2 Perhitungan Nilai Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Dari

Pengujian Tegangan Tembus Minyak Isolasi ... 42

IV.6.1.3 Analisa Grafik ... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Dasar Ionisasi ... 16 Gambar 2. Medan Elektrik dalam Dielektrik ... 19 Gambar 3. Arah medan listrik dalam gelembung udara pada

minyak isolasi ... 29

Gambar 4. (a). Rangkaian Pengujian Tegangan Minyak Isolasi

Gambar 4. (b). Rangkaian Pemanasan Minyak Isolasi ... 47 Gambar 5. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak

Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total

pada suhu 40 0C ... 45

Gambar 6. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak

Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total

pada suhu 50 0C ... 46

Gambar 7. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak

Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total

pada suhu 60 0C ... 47

Gambar 8. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak

Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total

pada suhu 70 0C ... 48

Gambar 9. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak

Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total

pada suhu 80 0C ... 49


(10)

Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total

pada suhu 90 0C ... 50

Gambar 11. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak. Isolasi

Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru Transformator ... 25 Tabel 4.1. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi

Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 40 0C ... 42

Tabel 4.2. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi

Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 50 0C ... 43

Tabel 4.3. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi

Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 60 0C ... 43

Tabel 4.4. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi

Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 70 0C ... 43

Tabel 4.5. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi

Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 80 0C ... 44

Tabel 4.6. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi

Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 90 0C ... 44

Tabel 4.7. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. LATAR BELAKANG

Penggunaan minyak isolasi dewasa ini sangat luas sekali, terutama pada

peralatan tegangan tinggi seperti transformator daya, pemutus tenaga (Circuit

Breaker), kapasitor dan kabel daya. Pada peralatan tegangan tinggi minyak isolasi

berfungsi sebagai isolator, bahan pendingin (penyerap panas) dan pemadam busur

api.

Salah satu bahan isolasi yang digunakan pada peralatan tegangan tinggi

tersebut adalah minyak isolasi yang berfungsi sebagai media isolasi antara

kumparan dengan kumparan dan antara kumparan dengan tangki transformator

pada sebuah transformator. Disamping itu minyak isolasi berfungsi sebagai bahan

pendingin atau penyalur panas ke sirip – sirip transformator serta sebagai

pemadam busur api apabila terjadi percikan – percikan dalam belitan

transforamator.

Adakalanya minyak transformator mengalami kenaikan temperatur di atas

suhu kerjanya dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama yaitu pada saat

terjadi beban lebih, sehingga struktur kimia dari minyak isolasi akan berubah.

Apabila hal ini berlangsung terus – menerus maka minyak isolasi akan mengalami

pemburukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh

kenaikan temperatur minyak isolasi terhadap kekuatan dielektrik (tegangan


(13)

I. 2. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk melihat perubahan suhu

terhadap kekuatan dielektrik bahan isolasi minyak Gulf, Shell Diala B, Nynas dan

Total selain itu juga untuk memperoleh kurva karakteristik yang menyatakan

hubungan kenaikan suhu dengan kekuatan dielektrik minyak isolasi.

I. 3. METODE PENELITIAN

Adapun metode atau langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur

Mengadakan studi literatur untuk memperoleh teori dan sifat – sifat dasar

minyak isolasi, serta memperoleh hal – hal yang mengakibatkan minyak isolasi

mengalami pemburukan.

2. Studi Penelitian

Melakukan pengujian tegangan tembus terhadap sampel minyak isolasi

dengan menggunakan peralatan yang ada di Laboratorium Teknik Tegangan

Tinggi Fakultas Teknik USU Departemen Teknik Elektro. Dimana sampel yang

diambil adalah minyak transformator jenis Gulf, Nynas, Shell Diala B, dan Total.

Sampel minyak isolasi yang diambil dibagi menjadi beberapa unit sampel. Setiap

unit sampel dinaikkan suhunya sedemikian rupa, sehingga diperoleh unit – unit

sampel yang berbeda – beda suhunya. Kemudian diuji tegangan tembus dari setiap

unit sampel sesuai dengan metode yang digunakan dalam standart JIS.

3. Diskusi

Melakukan diskusi dengan dosen – dosen, dosen pembimbing dan


(14)

I. 4. BATASAN MASALAH

Batasan permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut :

1. Hanya membahas mengenai pengaruh kenaikan suhu terhadap kekuatan

dielektrik pada isolasi minyak Gulf, Shell Diala B, Nynas dan Total.

2. Lama pemanasan dibatasi sampai 100oC.

3. Tidak membahas reaksi kimia yang terjadi pada minyak isolasi.

4. Suhu pengujian pada suhu 35 0C.


(15)

BAB II MINYAK ISOLASI

II.1. UMUM

Bahan isolasi yang digunakan pada peralatan tegangan tinggi terdiri dari

bahan isolasi padat, gas dan cair, dimana bahan – bahan isolasi ini memiliki

kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kekuatan dielektrik

udara. Minyak isolasi merupakan salah satu bahan dielektrik yang mempunyai

peranan penting dalam sistem kelistrikan, khususnya dalam bidang peralatan

teknik tegangan tinggi.

Pada bagian ini akan diuraikan tentang bahan dasar pembuatan minyak

isolasi, medan elektrik, mekanisme kegagalan isolasi, jenis – jenis minyak isolasi,

kekuatan dielekrik minyak isolasi, penggunaan minyak isolasi, persyaratan –

persyaratan umum bagi minyak isolasi yang digunakan dalam peralatan listrik

tegangan tinggi, proses dasar ionisaisi dan medan dielektrik.

II.1.1. Bahan Dasar Pembuatan Minyak Transformator

Bahan dasar untuk pembuatan minyak transformator berasal dari minyak

mentah (crude oil). Untuk mendapatkan kualitas dielektrik yang baik maka,

pabrik – pabrik pembuat minyak transformator menambahkan zat – zat tertentu ke

bahan tersebut.

Berikut ini akan dijelaskan secara umum pembuatan minyak

transformator, mulai dari minyak mentah sampai didapat unsur yang mempunyai

sifat sebagai bahan isolasi. Minyak mentah yang ditambang masih bercampur


(16)

melalui pipa tertentu dengan jarak yang cukup aman pada pabrik pengolahanya.

Sedangkan lumpur dan air tadi masih mengandung bahan padat yaitu tanah liat,

pasir dan unsur – unsur lain, yang mana pemisahannya dilakukan di sekitar

pemboran. Selanjutnya cairan ini disalurkan ke kilang – kilang untuk disuling

dengan bahan yang dibutuhkan.

Klasifikasi hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mentah ini dapat

dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :

1. Paraffin, dengan rumus kimia CnH2n+2

2. Napthen, dengan rumus kimia CnH2n

3. Aromatik, dengan rumus kimia CnHn

Dalam minyak mentah, ketiga tingkatan di atas berbeda fungsinya pada

setiap unsur. Selanjutnya proses penyulingan juga akan berbeda sebagai produksi

utama yang akan dihasilkan. Neptana adalah sebagai bahan dasar dalam

pembuatan minyak transformator, minyak pelumas, minyak hidrolik, bahan

kosmetik, keperluan farmasi dan lain sebagainya.

II.2. MEKANISME KEGAGALAN ISOLASI CAIR

Jika suatu tegangan dikenakan terhadap dua elektroda yang dicelupkan

kedalam cairan (isolasi) maka terlihat adanya konduksi arus yang kecil. Jika

tegangan dinaikkan secara kontinyu maka pada titik kritis tertentu akan terjadi

lucutan diantara kedua elektroda.

Lucutan dalam zat cair ini akan terdiri dari unsur – unsur sebagai berikut :

1. Aliran listrik yang besarnya ditentukan oleh karakteristik rangkaian

2. Lintasan cahaya yang cerah dari elektroda yang satu ke elektroda yang lain.


(17)

4. Terjadi lubang pada elektroda

II.2.1. Kegagalan Elektronik Pada Zat Cair

Karena dianggap zat cair berkelakuan seperti gas, maka supaya terjadi

kegagalan diperlukan elektron awal yang dimasukkan dalam zat cair. Elektron

awal inilah yang akan memulai proses kegagalan. Walaupun kuat medannya

cukup besar, tetapi jika tidak terdapat elektron awal maka tidak akan terjadi

kegagalan. Jika diantara elektroda diterapkan suatu kuat medan yang kuat,

sedangkan pada elektroda terdapat permukaan yang tidak rata (runcing), maka

kuat medan yang terbesar terdapat pada daerah atau bagian yang runcing tersebut.

Kuat medan maksimum tersebut akan mengeluarkan elekron e1 yang akan

memulai terbentuknya banjiran elektron. Dalam teori kegagalan elektronik

dianggap bahwa elektron – elektron tertentu akan memperoleh energi dari medan

yang lebih besar dari pada energi yang hilang karena benturan dengan molekul

molekul. Perolehan (gain) ini digunakan untuk mengionisasi molekul karena

benturan dan mengawali banjiran.

Elektron – elektron yang dihasilkan, yaitu e1, e2, e3 …….. en, kemudian

akan menyebabkan timbulnya arus konduksi dalam zat cair pada kuat medan

tinggi. Menurut Schottky arus yang timbul tersebut mempunyai kerapatan sebesar:

) / ( . . 2 . 4 , 4 cm A e J J T E t

= ...(2 – 1)

kT t AT e

J

φ 2

= ...(2 – 2) Dengan :

a

E M


(18)

Dimana : J = kerapatan arus konduksi

Jt = karapatan arus termionik

Ea = kuat medan yang diterapkan

M = Faktor ketidakrataan permukaan

= 10 untuk permukaan halus

Persamaan (2 – 2) menunjukan bahwa arus sangat tergantung pada suhu. Namun

menurut percobaan kegagalan ternyata kegagalan sedikit terpengaruh oleh suhu.

Ini menunjukan bahwa proses katodanya adalah proses emisi medan dan bukan

proses emisi termionik.

Kondisi untuk memungkinkan terjadinya banjiran elektron, diperoleh

dengan menyamakan perolehan energi elektron yang menempuh lintasan bebas

rata-rata.

U1 = F. ...(2 – 4)

= e.E. ...(2 – 5) dengan energi yang diperlukan untuk mengionisasi molekul

U2 = c .h ………..………...(2 – 6)

Dimana : E = medan yang diterapkan

= lintasan bebas rata-rata

h = catu (kuantum) energi yang diperlukan untuk mengionisasi

molekul

c = konstanta


(19)

Minyak isolasi terdiri dari bebrapa jenis, baik dari segi pembuatanya

maupun dari jenis bahannya. Pembagian dari jenis minyak isolasi ditentukan

berdasarkan bahan dan cara pembuatanya. Pada saat ini minyak isolasi yang

sering digunakan adalah :

- Minyak isolasi mineral

- Minyak isolasi sintesis

II.3.1 Minyak Isolasi Mineral

Minyak isolasi mineral adalah minyak isolasi yang bahan dasarnya adalah

dari minyak bumi (minyak mentah) yang diproses dengan cara destilasi. Minyak

isolasi hasil destilasi ini masih harus dimodifikasi agar tahanan isolasinya tinggi,

stabilitas panasnya baik, dan mempunyai karakteristik panas yang stabil serta

memenuhi syarat – syarat teknis yang lain.

Minyak isolasi mineral banyak digunakan pada transformator daya, kabel,

pemutus tenaga (CB), dan kapasitor. Dalam hal ini minyak isolasi dapat berfungsi

sebagai bahan dielektrik, sebagai bahan pendingin (penyerap panas) dan sebagai

pemadam busur api.

II.3.2 Minyak Isolasi Sintesis

Penggunaan minyak isolasi mineral masih mengalami keterbatasan –

keterbatasan, karena sifatnya yang mudah beroksidasi dengan udara, mengalami

pemburukan yang cepat dan sifat kimianya dapat berubah akibat kenaikan

temperatur yang terjadi akibat pemadaman busur api atau saat peralatan

beroperasi. Penggunaan minyak isolasi sintesis untuk masa yang akan datang


(20)

mineral di atas. Oleh karena itu saat ini sangat banyak dikembangkan penelitian –

penelitian tentang kemungkinan pemakaian dari beberapa jenis pemakaian isolasi

sintesis pada peralatan tegangan tinggi.

Minyak isolasi sintesis adalah jenis minyak isolasi yang diolah dengan

proses kimia yang tepat untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik dan

digunakan pada pemakaian yang lebih khusus.

Sifat – sifat penting dari minyak isolasi sintesis bila dibandingkan dengan minyak

isolasi mineral adalah :

1. Kekuatan dielektriknya di atas 40 kV

2. Harganya murah, sukar terbakar dan tidak mengendap

3. Berat jenisnya adalah 1,56 dan jika bercampur dengan air, minyak isolasi

berada di bawah permukaan air, sehingga mempermudah dalam proses

pemisahan dan pemurnian kadar air dalam minyak.

4. Mempunyai daya hantar panas yang sama dengan minyak isolasi mineral.

5. Untuk kondisi pemakaian yang sama dengan minyak mineral, uap lembab

akan menyebabkan oksidasi yang lebih pada minyak isolasi sintesis dan

penurunan kekuatan dielektriknya lebih cepat dibandingkan dengan

minyak isolasi mineral. Tetapi karena umurnya panjang dan sifat

pendinginanya lebih baik, maka pada beberapa pemakaian minyak isolasi

sintesis banyak digunakan.

1. Askeral

Askeral adalah minyak isolasi sintesis yang tidak mudah terbakar apabila

terjadi percikan api dan tidak menghasilkan gas yang mudah terbakar. Salah satu


(21)

Chlorinated hydrokarbon adalah hasil senyawa hydrokarbon seperti benzene

(C6H6) dan diphenyl (C6H5 - C6H5) dengan atom clor(Cl) pada suhu tinggi

sehingga sebagian atom hydrogen digantikan oleh atom clor.

Kelebihan – kelebihan dari minyak ini adalah :

a. Mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi

b. Mempunyai sifat thermal, sifat kimia dan sifat listrik yang stabil

Tetapi disamping itu askeral ini mempunyai kekurangan yaitu apabila

terjadi percikan api dapat menghasilkan asam klorida (HCL) yang bersifat korosif

pada logam.

2. Silikon Cair ( Silicon Liquids)

Minyak isolasi silikon cair adalah campuran dari atom silikon (Si) dan

oksigen (O2) dengan bahan organik seperti methyl dan phenyl. Minyak isolasi

silikon sebagai bahan isolasi cair mempunyai ketahanan yang baik terhadap

temperatur yang tinggi yaitu sekitar 2000 C, mempunyai permitifitas yang rendah

(2,20 – 2,27) dan juga tahan terhadap tegangan dengan frekwensi yang tinggi

hingga 1 MHz.

Oleh karena sifat dielektrik tersebut di atas, silikon cair digunakan pada

peralatan radar, penerbangan dan transformator radio. Silikon cair juga digunakan

untuk isolator keramik dengan tujuan memperbesar tahanan permukaan isolator.

Kekurangan dari silikon cair adalah menghasilkan gas yang banyak

apabila terjadi percikan api yang akan menurunkan kekuatan dielektriknya.

Disamping itu jenis minyak ini relatif mahal sehingga jarang digunakan untuk


(22)

3. Fluorinasi Cair (Fluorinated Liquids)

Jenis minyak ini adalah jenis minyak isolasi yang bahan dasarnya adalah

senyawa organik yang sebagian atom karbonya telah digantikan oleh atom Fluor

(F). Dalam beberapa tahun ini telah dikembangkan beberapa senyawa Fluor

organik, contohnya : (C4H9)3N dan (C4F9)2O. Cairan ini mempunyai sifat kimia

yang sangat stabil dan dapat digunakan secara kontiniutas pada suhu 2000 C dan

bahkan lebih.

Secara umum karakteristik listrik dari minyak isolasi ini adalah :

- Tg δ tidak lebih dari 0,0005

- Resistifitas berkisar antara 1014 – 1017 – cm

- Konstanta dielektrik 1,77 – 1,86

Cairan fluor organik mempunyai transfer panas yang lebih baik dari minyak

isolasi tambang dan juga dari minyak isolasi silikon. Penggunaan minyak isolasi

ini adalah pada peralatan elektronika dan transformator elektronik.

Kekurangan dari minyak isolasi ini adalah penurunan sifat –sifat

dielektriknya yang disebabkan kandungan uap air dan mempunyai sifat mudah

menguap. Minyak fluorinated mempunyai harga yang relatif lebih mahal

dibandingkan dengan minyak mineral.

4. Ester Sintesis dan Hydrocarbon

Jenis minyak ini adalah minyak isolasi cair yang diolah sedemikian rupa

dari minyak parafin untuk mendapatkan karakteristik elektrik yang lebih baik.

Sehingga didapatkan sifat – sifat seperti di bawah ini :

- mempunyai sifat thermal yang lebih stabil


(23)

- dapat digunakan di atas suhu 300o C

Ester yang digunakan dalam kelistrikan adalah terbuat dari proses kimia

yang lebih bersih seperti: pentaerythrinol dan asam heptanoic. Hasil dari

esterifikasi adalah minyak putih yang mempunyai struktur molekul yang simetris

dan terbebas dari kandungan ionic, sehingga mempunyai karakteristik listrik yang

lebih baik.

II.4. KEKUATAN DIELEKTRIK MINYAK ISOLASI

Sifat – sifat listrik dari minyak isolasi yang perlu diketahui adalah

dielektrik, konduktansi, rugi – rugi dielektrik, tahanan isolasi dan pelepasan

muatan sebagian. Sifat – sifat listrik dari minyak isolasi yang akan diuraikan pada

tulisan ini adalah kekuatan dielektrik minyak isolasi.

Kekuatan dielektrik minyak isolasi adalah kuat medan maksimum (medan

listrik) yang dapat dipikul oleh minyak isolasi tersebut. Besarnya kekuatan

dielektrik minyak isolasi biasanya sekitar 100 sampai 200 KV/cm. Peristiwa

kegagalan minyak isolasi melaksanakan fungsinya sebagai bahan dielektrik

disebut tembus listrik (breakdown).

Peristiwa tembus listrik ini terjadi bila kuat medan yang dipikul melebihi

kekuatan dielektriknya. Breakdown terjadi jika :

ED > EC

Dimana : ED = kuat medan yang dipikul isolator

EC = kekuatan dielektrik isolator

Pemanasan atau kenaikan temperatur minyak isolasi, terjadi bila panas

yang timbul lebih besar dari panas yang didisipasikannya, maka temperatur


(24)

mengakibatkan struktur kimia minyak isolasi tersebut berubah. Dengan

berubahnya struktur kimia minyak isolasi tersebut, kekuatan dielektrik minyak

isolasi juga akan berubah. Jadi kekuatan dielektrik minyak isolasi tergantung

kepada kenaikan suhu dielektriknya, oleh karena itu sangat penting dilakukan

pengujian secara teratur tentang kekuatan dielektrik minyak isolasi untuk

menghindarkan kegagalan suatu bahan dielektrik yang digunakan pada peralatan

listrik.

Dalam suatu pengujian kekuatan dielektrik minyak isolasi tergantung

kepada :

1. Bahan dan bentuk elektroda penguji minyak isolasi tersebut

2. Jarak sela elektroda penguji

3. Kadar gas N2 dan O2 dalam minyak isolasi tersebut.

II.5. PENGGUNAAN MINYAK ISOLASI

Minyak isolasi secara umum digunakan pada peralatan tegangan tinggi

sebagai bahan dielektrik, bahan pendingin dan bahan pemadam busur api. Berikut

ini akan diuraikan penggunaan minyak isolasi pada beberapa peralatan – peralatan

tegangan tinggi antara lain:

a. Transformator daya

Penggunaan transformator daya dalam sistem tenaga listrik

memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dengan kebutuhan dan ekonomis

untuk tingkat – tingkat keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam

pengiriman daya listrik jarak jauh.

Transformator memerlukan minyak isolasi sebagai bahan pengisolasian


(25)

dan belitan dengan badan (casing) transformator. Di samping itu juga, minyak

isolasi berfungsi sebagai bahan pendingin atau menyalurkan panas ke sirip – sirip

transformator serta sebagai pemadam busur api apabila terjadi percikan-percikan

dalam belitan transformator.

b. Kapasitor Daya

Kapasitas daya banyak digunakan pada peralatan – peralatan tenaga listrik,

baik yang berfungsi sebagai filter, perbaikan faktor daya (Cos ) maupun untuk

penyearah tegangan tinggi. Pemasangan kapasitor pada sistem tegangan listrik

menimbulkan daya reaktif untuk memperbaiki faktor daya dan tegangan,

karenanya menambah kapasitansi sistem dan mengurangi rugi – rugi daya dan

tegangan.

Penggunaan minyak isolasi pada kapasitor berfungsi sebagai bahan

dielektrik, sebagai pendingin dan sebagai pencegah terjadinya rongga udara di

antara elektroda kapasitor. Sifat – sifat yang harus dimiliki minyak isolasi pada

suatu kapasitor adalah faktor daya dielektrik (Tg δ ) yang rendah, viskositas yang rendah dan sifat penyalaan yang rendah.

c. Kabel Daya

Penggunaan minyak isolasi pada kabel daya adalah sebagai bahan isolasi

antara perisai konduktornya dengan isolasi terluarnya. Minyak isolasi juga

berfungsi sebagai bahan pendingin pada kabel daya.

Sifat-sifat yang harus dimiliki isolasi pada kabel daya adalah viskositas

minyak isolasi harus sangat rendah, tahanan isolasi tinggi, koefisien muai yang

rendah dan tidak bereaksi dengan asam atau alkali pada suhu kerja serta bebas dari


(26)

d. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)

Jenis pemutus tegangan yang biasa dipakai dalam sistem tenaga listrik

adalah jenis pemutus udara, pemutus minyak, pemutus hampa udara dan jenis

pemutus gas elektronegatif (SF6).

Pemadaman busur api saat bekerjanya pemutus tenaga sangat penting

sekali, karena busur api tersebut dapat merusak peralatan maupun komponen –

komponen pemutus tenaga itu sendiri. Minyak isolasi pada pemutus tenaga

berfungsi sebagai pemadam busur api tersebut. Sifat – sifat yang harus dimiliki

minyak isolasi pada peralatan pemutus tenaga adalah sifat penyalaan yang rendah

dan tidak menimbulkan perkaratan pada peralatan.

II.6. PERSYARATAN UMUM MINYAK ISOLASI YANG DIGUNAKAN PADA PERALATAN LISTRIK.

Persyaratan umum minyak isolasi dapat ditemukan pada beberapa standar.

Salah satu diantaranya dapat dilihat pada standar JIS 2320. Menurut JIS 2320,

tegangan tembus minyak isolasi adalah 30 KV dengan sela bola 0,25 cm sehingga

kekuatan dielektrik minyak isolasi tersebut adalah 30/0,25 yaitu 120 KV/cm.

Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi minyak isolasi tersebut

adalah :

- Kekuatan dielektrik pada suhu 20oC.

- Permitifitas relatif 2,2 – 2,3.

- Tg δ (50 Hz) = 0,001 dan pada 1 Khz = 0,0005. - Resistifitas (em) = 1012 – 1043.


(27)

- Spesifikasi grafitasi pada suhu 20oC = 0,89.

- Indeks refraktif = 1,4820.

II.7. PROSES DASAR IONISASI

Udara yang sesungguhnya tidak hanya terdiri dari molekul – molekul

netral saja tetapi ada sebagian kecil daripadanya berupa ion – ion dan elektron

bebas. Jika di antara elektroda (Gambar 1) diterapkan suatu tegangan V, maka

akan timbul suatu medan listrik E yang mempunyai besar dan arah tertentu. Di

dalam medan listrik, elektrron – elektron bebas akan mendapat energi yang cukup

kuat. Sehingga dapat merangsang timbulnya proses ionisasi.

Gambar 1. Proses Dasar Ionisasi

Besarnya energi tersebut :

2

. . 2 1

.V meve

e

U = = ...(2 – 7) Dimana :

e = muatan elektron

V = Beda votensial antara kedua elektroda

me =Massa elektron


(28)

II.7.1. Ionisasi Karena Benturan Elektron

Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang

diionisasikan lebih banyak dibandingkan jumlah ion yang ditangkap menjadi

molekul oksigen. Tiap – tiap elektron ini kemudian akan berjalan menuju anoda

secara kontinue, sambil membuat benturan – benturan yang kemudian akan

membebaskan lebih banyak elektron.

Sebuah elektron tunggal yang dibebaskan oleh pengaruh luar akan

menimbulkan banjiran elektron (Avalanche), yaitu kelompok elektron yang

bertambah secara cepat dan bergerak maju meninggalkan ion positif pada

lintasannya. Efektivitas ionisasi maksimum. Yang dimaksud dengan kecepatan

elektron optimum adalah suatu kecepatan yang tepat untuk dapat memecahkan

atom menjadi elektron dan ion. Selain itu kecepatan yang optimum ini harus

sering terjadi supaya bila gerakan yang pertama tidak dapat membentur atom,

maka gerakan yang berikutnya diharapkan dapat membentur atom dan

membebaskan elektron dari padanya.

II.7.2. Proses – Proses Katoda

Katoda memegang peranan sangat penting dalam lucutan karena katoda

berfungsi menyediakan elektron untuk (a).mengawali, (b).mempertahankan dan

(c).menyelesaikan lucutan. Dalam keadaan normal elektron – elektron dicegah

meninggalkan katoda padat oleh gaya – gaya elektrostatik. Untuk mangatasi gaya

– gaya ini diperlukan sejumlah energi catu (quantum) minimum, yang mengait

dengan suatu potensial yang dinamakan fungsi kerja (work function). Fungsi ini

tergantung dari bahan katoda. Ada beberapa cara untuk menyediakan energi guna


(29)

a) Emisi fotoelektrik

Foton yang menyinari permukaan katoda dengan energi hv yang melebihi

fungsi kerja dapat mengeluarkan elektron dari permukaan tersebut.

b) Emisi elektron karena dampak ionisasi

Elektron dapat dikeluarkan dari permukaan logam katoda dengan

menghujaninya dengan ion positif atau atom – atom metastabil. Untuk

memungkinkan pengeluaran (emisi.emission) elektron sekunder ion yang

membentur katoda harus membebaskan dua elektron. Satu diantaranya

digunakan untuk menetralkan muatan ion.

c) Emisi termionik

Pada logam dengan suhu tinggi elektron – elektron konduksi yang ada di dekat

permukaan mungkin memiliki energi yang cukup besar untuk mengatasi

penghalang energi potensial yang ada dipermukaan dan karena itu dapat

dikeluarkan dari logam tersebut. Penghalang (barrier) potensial itu dinamakan

fungsi kerja permukaan ( ). Elektron – elektron tersebut menerima energinya dari getaran kisi – kisi (lattice) termal dalam zat padat pada suhu tinggi. Untuk

memungkinkan emisi termionik diperlukan suhu logam antara 1.500 – 2.500

0

K.

d) Emisi medan

Elektron dapat pula dikeluarkan dari permukaan logam oleh medan

elektrostatik yang sangat kuat. Untuk menghasilkan arus emisi beberapa mikro

– ampere diperlukan medan sebesar 107 – 108 V/cm yang bekerja pada logam


(30)

Ujung – ujung tajam, dan sebagainya dengan tegangan terapan cukup rendah

2 – 5 kV.

II.8. MEDAN DIELEKTRIK

Suatu dielektrik tidak mempunyai elektron – elektron bebas, melainkan

elektron yang terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik tersebut.

Pada Gambar 2 di bawah ini ditunjukkan suatu bahan dielektrik yang ditempatkan

di dua elektroda piring sejajar. Bila elektroda di beri tegangan searah V, maka

timbul medan dilektrik (E) di dalam dielektrik. Medan elektrik ini memberikan

gaya kepada elektron – elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron

bebas. Dengan kata lain, medan elektrik merupakan suatu bahan yang menekan

dielektrik agar berubah menjadi konduktor.

Gambar 2. Medan Elektrik dalam Dielektrik

Beban yang dipikul dielektrik ini disebut juga terpaan medan elektrik, setiap

dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan elektrik. Jika

terpaan elektrik yang dipikulnya melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung

cukup lama. Maka isolator akan menghantarkan arus atau gagal melaksanakan

fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini dielektrik disebut tembus listrik atau


(31)

Terpaan elektrik yang tertinggi yang dapat dipikul suatu dielektrik tanpa

menimbulkan dielektrik tersebut tembus listrik disebut kekuatan dielektrik. Jika

suatu dielektrik memiliki kekuatan dielektrik Ek, maka terpaan elektrik yang

dapat dipikulnya adalah < Ek .

Pada penerapan tegangan kekuatan dielektrik didefinisikan sebagai gradien

potensial dalam volt/cm yang merupakan perbandingan tegangan yang

menyebabkan kerusakan atau kegagalan pada dielektrik V dengan tebal isolasi d

yang memisahkan antara elektroda dapat di lihat pada persamaan berikut ini :

) /

(kV cm

d V

E = ...(2 – 8) Dimana :

E = Kuat medan listrik yang dapat ditahan oleh material

isolasi

V = Tegangan maksimum yang tercatat pada alat ukur


(32)

BAB III

PEMBURUKAN MINYAK ISOLASI

III.1. UMUM

Untuk mengetahui pemburukan suatu bahan isolasi perlu diketahui

sifat-sifat listrik bahan isolasi tersebut. Minyak isolasi merupakan suatu bahan isolasi

yang sukar diketahui sifat listriknya. Tetapi sifat pemburukan minyak isolasi

kelihatan sekali pada minyak isolasi yang berasal dari bahan tambang (minyak

isolasi mineral), terutama bila dipakai sendiri atau tanpa campuran bahan isolasi

lain.

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang : Syarat – syarat yang harus

dimiliki oleh minyak isolasi, faktor – faktor yang menimbulkan pemburukan pada

minyak isolasi, pengaruh pemanasan terhadap tegangan tembus minyak isolasi,

terhadap konduktifitas minyak isolasi dan terhadap viskositas minyak isolasi.

III.1.1 Syarat – syarat yang harus dimiliki oleh suatu minyak isolasi

Minyak transformator yang mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai media isolasi dan media pendingin memerlukan syarat – syarat tertentu sebagai berikut :

a. Kejernihan (Appearance)

Minyak isolasi tidak mengandung suspensi atau endapan (Sedimen)

b. Massa jenis (Density)

Massa jenis dibatasi dan air dapat terpisah dari minyak isolasi dan tidak

melayang. Hal ini sangat membantu dalam mempertahankan


(33)

c. Viskositas Kinematik (Kinematic Viscosity)

Viskositas memegang peranan dalam pendinginan, dipergunakan untuk

menentukan kelas minyak dan kurang dipengaruhi oleh kontaminasi

atau kerusakan minyak.

d. Titik Nyala (Flash Point)

Titik nyala yang rendah menunjukan adanya kontaminasi zat yang

mudah terbakar.

e. Titik Tuang (Pour Point)

Minyak dengan titik tuang yang rendah akan berhenti mengalir pada

suhu yang rendah. Titik tuang digunakan untuk mengidentifikasi dan

menentukan jenis peralatan yang akan menggunakan minyak isolasi.

f. Tegangan Tembus (BreakdownVoltage)

Tagangan tembus yang terlalu rendah menunjukan adanya kontaminasi

seperti air, kotoran atau pertikel konduktif dalam minyak.

g. Kandungan Air (Water Content)

Adanya air dalam minyak isolasi akan menurunkan tegangan tembus

dan tahanan jenis minyak isolasi dan juga adanya air akan mempercepat

kerusakan kertas pengisolasi (insulating paper).

h. Angka Kenetralan (Neutralization Number)

Angka kenetralan merupakan harga yang menunjukkan penyusun asam

minyak isolasi dan dapat mendeteksi kontaminasi minyak,

menunjukkan kecenderungan perubahan kimia atau cacat atau indikasi


(34)

dapat dipakai sebagai petunjuk umum untuk menentukan apakah

minyak sudah harus diganti atau diolah.

i. Faktor Kebocoran Dielektrik (Dielectric Dissipation Factor)

Harga yang tinggi dari faktor ini menunjukkan adanya kontaminasi atau

hasil kerusakan (deterioration product) misalnya air, hasil oksidasi,

logam alkali, koloid bermuatan dan sebagainya.

j. Korosi Belerang (Korosive Sulphur)

Pengujian ini menunjukkan kemungkinan korosi yang dihasilkan dari

adanya belerang yang tidak stabil dalam minyak isolasi.

k. Tahanan Jenis (Resistivity)

Tahanan jenis yang rendah menunjukkan terjadinya kontaminasi yang

bersifat konduktif (conductive contaminants).

l. Tegangan Permukaan (Interfacial Tension)

Adanya kontaminasi dengan zat yang terlarut dan gas bebas (soluble

contamination) atau hasil – hasil kerusakan minyak, umumnya

menurunkan nilai tegangan permukaan. Penurunan tegangan

permukaan juga menurunkan indikator yang peka bagi awal kerusakan

minyak.

m. Kandungan Gas (Gas Content)

Adanya gas terlarut dan gas bebas dalam minyak isolasi dapat

digunakan untuk mengetahui kondisi transformator dalam operasi.

Adanya gas seperti hidrogen (H2), metana (CH4), etana (C2 H6), etilen

(C2H4) dan asetilin (C2H2) menunjukkan terjadinya dekomposisi


(35)

(CO2) dan karbon monoksida (CO) menunjukkan kerusakan pada bahan

isolasi.

Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair digunakan antara lain :

1. Pertama adalah isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih

dibandingkan dengan isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan

dielektrik yang lebih tinggi.

2. Kedua isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi

dan secara serentak melalui proses konversi menghilangkan panas

yang timbul akibat rugi energi.

3. Ketiga isolasi cair cenderung akan memperbaiki sendiri (self healing)

jika terjadi pelepasan muatan (discharge). Namun kekurangan dari

isolasi cair adalah mudah terkontaminasi .

Beberapa macam faktor yang mempengaruhi kegagalan minyak

transformator seperti luas daerah elektroda, jarak celah (gap spacing),

pendinginan, perawatan sebelum pemakaian (elektroda dan minyak), pengaruh

kekuatan dielektrik dari minyak transformator yang diukur serta kondisi


(36)

III.1.2. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru Transformator

Adapun minyak transformator berfungsi dengan baik, kualitas minyak

harus sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini tabel standar SPLN 49 – 1 : 1982

Tabel 3.1. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru Transformator

No. Sifat Kelas 1 Kelas

2

Metode Uji

Kejernihan Jernih Jernih IEC 296

1 Massa Jenis 20 0C (g/cm3) ≤ 0,895

0,895

IEC 296

2 Viscositas 40 0C (cSt) ≤ 40 ≤ 25 IEC 296

Kinematika – 15 0C (cSt) ≤ 800 - IEC 296

3 Kinematika – 30 0C (cSt) - ≤ 800 IEC 296

4 Titik Tuang (0C) ≤ -35 IEC 296

5 Titik Bakar (0C) ≥ 140 IEC 296A

6 Angka Kenetralan (mg KOH/gr) ≤ 0,03 IEC 296

7 Korosi Belerang - Tidak

korosi

IEC 296

8 Tegangan Tembus (kV/2,5 mm)

a. Sebelum diolah b. Setelah diolah

≥ 30

≥ 50

≥ 30

≥ 50

IEC 296

9 Faktor Kebocoran Dielektrik - ≤ 0,05 IEC 474

10 Ketahanan Oksidasi

- Angka kenetralan (mgKOH/gr) - Kotoran (%)

≤ 0,40

≤ 0,10

≤ 0,40

≤ 0,10

IEC 474 & IEC 74

III.2. FAKTOR PENYEBAB PEMBURUKAN PADA MINYAK ISOLASI

Untuk mengetahui apakah suatu bahan isolasi seperti minyak isolasi telah

mengalami pemburukan maka perlu dilakukan pengujian-pengujian yang sifatnya

tidak merusak. Kegagalan minyak isolasi sebagai bahan dielektrik pada peralatan

tegangan tinggi pada umumnya disebabkan oleh pemburukan minyak isolasi


(37)

Faktor – faktor yang menyebabkan memburuknya minyak isolasi adalah :

a. Panas

Pemanasan yang berlangsung cukup lama dan terus-menerus pada minyak

isolasi akan merubah struktur kimia dari minyak isolasi, sehingga merubah

sifat-sifat dasarnya sebagai bahan isolasi.

b. Kerusakan Karena Ionisasi

Akan terjadi keruskan ionisasi jika :

gas air gas cair ionisasi E E W q E W > < > = λ λ λ . .

...(3 – 1)

Dari hal di atas dapat diketahui bahwa bahan dielektrik cair dapat lebih

baik dari bahan dielektrik gas (untuk beberapa jenis gas) jika tidak tercampur

dengan bahan – bahan lain yang merusak dielektrik cair sebagai isolasi. Karena

dibutuhkan E yang sangat besar, agar W > Wionisasi, sehingga terjadi kegagalan

isolasi.

Adanya kuat medan yang besar dapat menyebabkan timbulnya polarisasi

elektron antara kedua elektrodanya dan dapat menimbulkan kerusakan pada

dielektrik cair.

Adanya ketidak murnian pada bahan dielektrik cair sangat besar

pengaruhnya terhadap sifat suatu bahan dielektrik (isolasi), hal ini dapat kita lihat

pada minyak transformator. Jumlah uap air yang ada pada minyak transformator

ternyata sangat mempengaruhi tegangan tembusnya.

Dalam pengukuran minyak transformator yang terkontaminasi dengan

material pengotor biasanya mempunyai tegangan gagal EBd 0 s/d 25 kV/mm.


(38)

beberapa lama dipakai, harus diuji secara periodik (setiap 6 bulan) untuk

mengetahui kemampuanya. Sedang minyak yang diuji adalah minyak bagian atas,

tengah dan bawah dan diuji dengan elektroda standard pada jarak 2,5 mm.

Jika EBd > 20 kV masih baik

Jika Ebd < 20 kV sudah rusak

c. Kontak dengan udara

Kontak dengan udara akan menyebabkan minyak isolasi beroksidasi

dengan udara yang menurunkan kekuatan dielektriknya.

d. Partikel – partikel mekanis yang merusak minyak isolasi.

Partikel – partikel mekanis yang merusak minyak isolasi seperti

perkaratan (korosi) dan pertikel – partikel yang terjadi pada bagian – bagian

peralatan yang diisolir sehingga terkontaminasi dengan minyak isolasi.

e. Korona

Percikan bunga api korona menyebabkan kadar karbon pada minyak

isolasi meningkatkan dan menyebabkan gelembung-gelembung gas N2 dan O2

pada minyak isolasi tersebut.

f. Faktor alamiah

Umur yang cukup lama merupakan salah satu faktor pemburukan pada minyak

isolasi, yang menurunkan kualitas dari minyak isolasi tersebut.

III.3. PENGARUH PEMANASAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS MINYAK ISOLASI

Minyak isolasi pada peralatan tegangan tinggi, seperti transformator, kabel

daya, pemutus tenaga dan kapasitor daya ada kalanya mengalami kenaikan


(39)

hubung singkat kenaikan temperatur terjadi akibat arus yang cukup besar yang

mengakibatkan pemanasan pada minyak isolasi.

Pada keadaan temperatur tertentu kadar air diserap dalam minyak isolasi

dapat menguap dengan membentuk gelembung udara, sehingga kadar air semakin

rendah. Kenaikan temperatur ini dapat terjadi secara perlahan – lahan dan secara

tiba – tiba. Kenaikan temperatur secara tiba – tiba dapat juga menimbulkan

pemburukan, karena dapat menimbulkan gelembung – gelembung gas yang dapat

menyebabkan kegagalan pada minyak isolasi.

Kegagalan gelembung atau kavitasi merupakan bentuk kegagalan pada

minyak isolasi yang disebabkan oleh adanya gelembung – gelembung gas di

dalam minyak isolasi. Sebab – sebab timbulnya gelembung gas ini adalah :

a. Permukaan elektroda yang tidak rata, sehingga terdapat rongga atau celah

udara di permukaannya.

b. Adanya tabrakan yang tidak rata, sehingga terdapat rongga atau celah udara

dipermukaannya.

c. Penguapan minyak isolasi karena adanya percikan bunga api pada elektroda

yang tajam dan tidak teratur.

d. Karena perubahan suhu dan tekanan pada minyak isolasi.

Kuat medan listrik dalam gelembung gas yang ada dalam minyak isolasi

dinyatakan dengan persamaan :

1 2 3

1 0 1

+ = εε E

Eb ...(3 – 2)

dimana : ε1 = permitivitas minyak isolasi


(40)

Bila Eb sama dengan medan batas untuk ionisasi gas, maka terjadi

percikan dalam gelembung gas. Ini akan mempercepat pembentukan gelembung

gas karena struktur dari minyak isolasi dan dapat mengakibatkan kegagalan pada

minyak isolasi sebagai bahan isolasi.

Karena pengaruh medan yang kuat di antara kedua elektroda,

gelembung-gelembung udara yang ada dalam minyak isolasi tersebut berubah menjadi

memanjang searah dengan medan listrik seperti yang terlihat pada gambar 3.1 di

bawah ini. Hal ini disebabkan karena gelembung-gelembung tersebut berusaha

membuat energi potensialnya minimum.

Gambar 3. Arah medan listrik dalam gelembung udara pada minyak isolasi.

Gelembung – gelembung yang memanjang tersebut kemudian akan saling

menyambung dan membentuk jembatan yang akhirnya akan megawali terjadinya

kegagalan. Untuk memperoleh kriteria kegagalan volume gelembung selama

berubah menjadi memanjang dianggap konstan dan kekuatan gagal medan

gelembung tersebut adalah :

        − + − = 1 2 4 ) 2 ( 2 1 0 2 1 2 1 rE V r

Eb πσ ε ε π b

ε

ε ...(3 – 3)

di mana σ = tegangan permukaan (kapilaritas) minyak isolasi


(41)

2

ε = permitivitas gelembung udara

r = jari-jari awal gelembung (dianggap seperti bola)

Vb = jatuh tegangan dalam gelembung

Persamaan (3 – 3) di atas menunjukkan bahwa fungsi tersebut adalah

implisit dan sangat dipengaruhi oleh jari-jari awal gelembung (r). Oleh karena r

adalah fungsi dari tekanan dan suhu luar minyak isolasi, maka variasi dari

beberapa parameter dengan temperatur harus diketahui seperti viskositas,

tegangan permukaan dan berat jenis untuk menentukan pengaruh temperatur

terhadap tegangan tembus minyak isolasi.

Jika viskositas turun, elektrokonveksi dapat mempercepat kerusakan atau

kemacetan minyak isolasi yang digunakan. Ini merupakan ciri dari viskositas

minyak isolasi yang turun dengan naiknya temperatur sehingga menimbulkan

formasi gelembung. Gelembung – gelembung tersebut kemudian akan bertambah

besar karena energi lepas yang diberikan dan mungkin diameter gelembung

tersebut bertambah besar serta menghasilkan gelembung lainnya.

Gelembung-gelembung yang terjadi dalam minyak isolasi khususnya berdiameter 50 µm atau lebih dan batas tekanan internal bergerak sampai 4 bar.

III.4. PENGARUH PEMANASAN TERHADAP KONDUKTIVITAS MINYAK ISOLASI

Kondukt ivitas minyak isolasi adalah daya hantar listrik minyak isolasi

tersebut, yang juga merupakan tingkat kemurnian dari minyak isolasi tersebut.

Konduktifitas minyak isolasi sangat tergantung kepada kuat medan, suhu dan


(42)

pergerakan ion dan berkisar antara 10-15 - 10-13 S/cm untuk kandungan air 100-200

ppm.

Kondukt ifitas minyak isolasi (γ ) tergantung kepada konsentrasi ion-ion penyusunnya dan menentukan besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan

berikut ini :

γ = n0q(k+ +k)...(3 – 3) Dimana :

n0 = jumlah ion berpasangan per cm3

q = muatan ion

k+ = mobilitas ion positif

k- = mobilitas ion negatif

Mobilitas dari ion positif dan ion negatif tidak seimbang, dimana bergantung

kepada perbedaan massanya.

Ciri karakteristik dari kondukt ifitas ionik minyak isolasi adalah mengalami

kenaikan yang tajam dengan kenaikan temperatur. Hal ini merupakan hasil

pergerakan ion yang lebih besar dan mobilitas ion yang lebih tinggi dengan

kenaikan temperatur.

Jika diperkirakan kedua mobilitas ion sama dengan kenaikan temperatur,

maka besar konduktifitas ionik dalam minyak isolasi dapat ditentukan dengan

persamaan berikut ini :

cm ohm AeT

a

1

=

γ ...(3 – 4)

kT f l nq A

6

2 2

= ...(3 – 5) a = w/k


(43)

dimana :

n = jumlah total ion per cm3

l = jarak antara partikel dalam minyak isolasi

f = frekwensi alamiah getaran partikel

k = konstanta Boltzmann

T = temperatur mutlak

w = energi aktivasi

dengan menggunakan persamaan (3-4) dan (3-5) sering ditulis dalam bentuk

logaritma, yakni :

1n γ = 1n A – a/T...(3 – 6) Dengan menggunakan persamaan (3-6), kita lebih mudah untuk menentukan

hubungan antara resistifitas sebagai fungsi temperatur. Hal ini dinyatakan dengan

persamaan di bawah ini :

T a

e A'

=

ρ ...(3 – 7) Dan

Ln ρ = ln A’ + a/T………...(3 – 8)

Secara umum untuk interval temperature yang relative pendek resistifitas minyak

isolasi dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini :

ρt = ρo . e-αt...(3 – 9)

dimana : ρt = resistifitas pada suhu toC

ρt = resistifitas pada temperatur awal α = koefisien dielektrik


(44)

III.5. PENGARUH PEMANASAN TERHADAP VISKOSITAS MINYAK ISOLASI

Viskositas minyak isolasi dinyatakan dengan kemampuan daya alirnya

atau kemampuan untuk mendisipasikan panas yang terjadi pada peralatan. Seperti

pada transformator, kapasitor daya, kabel daya dan pemutus tenaga digunakan

minyak isolasi yang mempunyai viskositas yang rendah, agar aliran atau sirkulasi

minyak dapat mengisi celah atau rongga udara yang ada pada peralatan tersebut.

Pengaruh pemanasan terhadap viskositas minyak isolasi adalah, dengan

naiknya temperatur maka viskositas minyak isolasi akan turun. Tetapi kenaikan

temperatur ini mempunyai batas tertentu yang diijinkan, sehingga peralatan tidak

mengalami gangguan. Jika viskositas turun, pendisipasian panas secara konveksi

alamiah akan mempercepat pemburukan minyak isolasi atau kemacetan minyak

isolasi yang digunakan. Ini merupakan ciri minyak isolasi, jika temperatur naik

maka tegangan permukaan (kapilaritas) minyak isolasi akan turun yang akan

mempengaruhi viskositasnya, sehingga dapat menimbulkan formasi gelembung.

Pada saat temperatur minyak isolasi mengalami kenaikan, maka

konduktifitas minyak isolasi juga akan mengalami kenaikan karena mobilitas

ion-ion akan lebih besar dicapai oleh partikel – partikel pada minyak isolasi hasil dari


(45)

(46)

BAB IV

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS (VBD) MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR MEREK GULF, NYNAS, SHELL DIALA B, DAN

TOTAL SEBAGAI FUNGSI DARI LAMA PEMANASAN

IV. 1. UMUM

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kenaikan suhu terhadap kekuatan

dielektrik minyak isolasi maka, dilakukan pengujian tegangan tembus minyak

isolasi sebagai fungsi kenaikan suhu yang dilakukan di Laboratrium Teknik

Tegangan Tinggi USU.

Sebagai sampel yang diambil adalah minyak isolasi Gulf, Nynas, Shell

Diala B, dan Total. Cara yang dilakukan dalam pegujian tegangan tembus minyak

isolasi sebagai fungsi kenaikan suhu ini adalah sesuai dengan metode pengujian

yang dilakukan pada standart JIS.

Pada bagian ini akan diuraikan tentang peralatan yang digunakan, prosedur

pengujian, data hasil pengujian, dan analisis data hasil pengujian.

IV. 2. PERALATAN PENGUJIAN

Dalam pengujian ini peralatan yang digunakan adalah perlatan – peralatan

yang ada di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara. Peralatan tersebut antara lain :

1. Hight Voltage Test Set Model ET – 51D

- Input (Primer) = 220 V


(47)

- Capacity = 5 kVA

2. Oil Cup Standard JIS 2320

3. Bejana Pemanas 500 ml

4. Alat pengontrol suhu

5. Heather 250 Watt

6. Termometer Digital

7. Stop Watch

Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan peralatan tambahan yaitu alat

pemanas berbasis mikrokontroler yang berfungsi untuk memanaskan minyak

minyak isolasi sesuai dengan suhu dan jangkauan waktu yang diinginkan.

Mikrokontroler yang dipakai adalah jenis AT89S51. Alat pemanas ini juga

dilengkapi dengan alat pengontrol suhu yang berfungsi untuk menjaga suhu

minyak tetap konstan pada suhu yang diinginkan. Jenis alat pengontrol suhu ini

adalah jenis Transistor LM 35. komponen alat ini terdiri dari:

1. Elemen Pemanas : Untuk memanaskan minyak yang sedang diukur,

elemen pemanas ini dihubungkan ke power supply 220 V.

2. Sensor suhu yang digunakan adalah LM35 jenis Transistor. Output dari

sensor diteruskan ke ADC (Analog Digital Converter).

3. ADC (Analog Digital Converter) : Untuk mengubah sinyal listrik menjadi

bentuk digital yaitu 8 bit data biner kemudian diteruskan ke

mikrokontroler AT89S51.

4. Mikrokontroler AT89S51 : Alat ini sebagai otak dan pusat pengendali


(48)

5. Keypad : Keypad disesuaikan sebanyak 5 tombol. Tombol 1 menjalankan

alat dan mengukur suhu, tombol 2 untuk mereset dan tombol 3 lagi untuk

masukan suhu yang dijaga konstan.

6. Relay : untuk menghidupkan dan mematikan elemen secara otomatis.

7. Display seven segmen : nilai temperatur yang dideteksi oleh sensor suhu

LM35 ditampilkan pada Display seven segmen dengan 3 digit

8. Rangkaian Power Supplay : Terdiri dari Trafo step down untuk

menurunkan tegangan 220 V menjadi 12 V, dua buah dioda untuk

menyearahkan tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah dan

kapasitor 2,2 mF sebagai perata arus.

Cara kerja alat ini adalah sensor suhu memberikan sinyal listrik kemudian

diolah menjadi sinyal digital oleh ADC dalam bentuk 8 bit data biner yang

diteruskan ke mikrokontroler AT89S51. Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak

meneruskan ke Display Seven Segmen agar dapat dibaca. Mikrokontroler

AT89S51 juga memproses input ADC dan memberikan sinyal kepada relay untuk

menghidupkan dan mematikan elemen pemanas. Berikut gambar sketsa bejana uji


(49)

IV. 3. RANGKAIAN PENGUJIAN

(a).

HV Capacitor Devider

V

OT

TU

Bejana Uji Dengan Elektroda

Standar

220 V/AC

(b).

AC

220 V/AC

Pengontrol Suhu

Elemen Pemanas Sensor

Suhu

Minyak Isolasi

Bejana Pemanas

Lampu Tanda

Gambar 4. (a). Rangkaian Pengujian Tegangan Minyak Isolasi (b). Rangkaian Pemanasan Minyak Isolasi


(50)

IV. 4. PROSEDUR PENGUJIAN

Prosedur pengujian yang dilakukan dalam penelitian pengaruh kenaikan

suhu terhadap tegangan tembus minyak isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B, dan

Total yang diperlakukan sama pada setiap minyak isolasi tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Sebelum pengujian dilakukan, bejana dibilas (dibersihkan) dengan sampel

minyak yang akan di uji sampai bersih. Bila masih ada kotoran yang tidak

dapat dilarutkan oleh minyak maka bejana dibersihkan dengan larutan

aceton dan kemudian dikeringkan dengan kain tipis yang sifatnya

menyerap.

2. Unit sampel minyak isolasi dimasukkan ke dalam bejana pemanas dan

dipanaskan dengan alat pemanas (heater) yang dilengkapi dengan

pengontrol panas sampai temperatur 40 0C.

3. Bejana pemanas ditutup dengan kertas yang dilobangi (supaya jangan

terjadi penguapan) untuk menghindari minyak isolasi dari debu yang

mungkin masuk ke dalam bejana pada saat pemanasan berlangsung.

4. Minyak isolasi dipanaskan selama 1 jam, dan setelah dipanaskan minyak

isolasi dituang secara berlahan ke dalam gelas penguji elektroda bola

standar dengan jarak 2,5 mm.

5. Kemudian minyak dibiarkan selama beberapa saat untuk menghilangkan

gelembung udara yang mungkin terjadi saat pengisian minyak ke dalam

bejana.

6. Bejana uji kemudian dijepitkan secara pelan di tempat yang telah


(51)

(ditetapkan sebagai suhu pengujian yang diperlakukan sama pada setiap

unit sampel minyak isolasi yang akan diuji).

7. Tutup Switch Primer (S1) dan VR dibuat pada posisi nol dan tutup Switch

Sekunder (S2).

8. Uji tegangan tembus minyak isolasi dengan menaikkan tegangan elektroda

secara bertahap sebesar 2 kV/detik sampai minyak di sela elektroda

standar terpercik (tembus listrik).

9. Segera putuskan hubungan dengan sumber, karena pada saat terjadi

tembus listrik akan, membuat elektroda terhubung singkat. Pengujian

pertama ini tidak diperhitungkan dalam penentuan hasil pengujian namun,

harus tetap dilakukan.

10. Kemudian minyak di sela elektroda diaduk dengan suatu tangkai tipis dan

bersih untuk menghilangkan gelembung udara yang timbul saat terjadi

tembus listrik.

11. Selang dua menit kemudian prosedur di atas diulang kembali. Demikian

seterusnya sampai diperoleh lima hasil pengukuran tegangan yang

menimbulkan minyak tembus listrik.

12. Catat tegangan tembus minyak isolasi tersebut.

13. Demikian selanjutnya dilakukan untuk unit sampel minyak isolasi lainya

dan dipanaskan selama 2 jam, 3 jam, 4 jam dan 5 jam.

14. Untuk unit sampel berikutnya, temperatur dinaikkan dengan rentang 10 0C

dan dilakukan prosedur 1 s/d 10, sampai pada suhu pemanasan 100 0C.

15. Kembalikan semua peralatan yang dipergunakan ke tempatnya semula.


(52)

IV. 5. DATA HASIL PENGUJIAN

Data hasil pengujian tegangan tembus minyak isolasi sebagai fungsi

kenaikan suhu dan lama suhu bertahan yang diperoleh dari penelitian ditampilkan

dalam bentuk tabel. Data – data hasil pengukuran tersebut diberikan pada

lampiran 1 sampai dengan lampiran 4.

IV.6. ANALISIS DATA HASIL PENGUJIAN

Dalam menganalisa hubungan antara kekuatan dielektrik minyak isolasi

Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total dengan lama suhu bertahan dilakukan

dengan cara menghitung nilai rata – rata dari 5 (lima) hasil pengujian tegangan

tembus pada setiap unit sampel sesuai dengan standar JIS 2320.

IV.6.1 Analisa Data Hasil Pengujian Minyak Isolasi Gulf

Data hasil pengujian dianalisa untuk mendapatkan perbandingan antara

kekuatan dielektrik minyak isolasi Guf, Nynas, Shell Diala B dan Total. Analisa

data dilakukan dengan bantuan dari program aplikasi komputer Microsoft Excel.

Analisa data terdiri dari perhitungan kekuatan dielektrik minyak isolasi yang

diperoleh dari hasil pengujian tegangan tembus masing – masing minyak isolasi

dan analisa grafik yang bertujuan untuk melihat perbandingan kekuatan dielektrik


(53)

IV.6.1.1 Perhitungan Nilai Kekuatan Dielektrik Dari Pengujian Tegangan Tembus Minyak Isolasi.

Dalam menghitung kekuatan dielektrik minyak isolasi dapat dilakukan

dengan mempergunakan rumus (kV/cm).

d V

E= Contoh perhitungan (dari

Lampiran 1.1) seperti berikut :

- Untuk lama suhu bertahan 1 jam pada suhu 40 0C pengujian ke – 2 :

cm kV x

E 34,52 4 138,08

25 , 0 52 , 34 = = =

- Untuk lama suhu bertahan 1 jam pada suhu 40 0C pengujian ke – 3:

cm kV x

E 34,27 4 137,08

25 , 0 27 , 34 = = =

- Untuk lama suhu bertahan 1 jam pada suhu 40 0C pengujian ke – 4 :

cm kV x

E 33,87 4 135,48

25 , 0 87 , 33 = = =

- Untuk lama suhu bertahan 1 jam pada suhu 40 0C pengujian ke – 5 :

cm kV x

E 32,72 4 130,88

25 , 0 72 , 32 = = =

- Untuk lama suhu bertahan 1 jam pada suhu 40 0C pengujian ke – 6 :

cm kV x

E 31,49 4 125,96

25 , 0 49 , 31 = = =

Dengan cara yang sama kekuatan dielektrik dengan mempergunakan metoda

perhitungan di atas dapat dilihat pada lampiran 5 sampai dengan 8 dan


(54)

IV.6.1.2 Perhitungan Nilai Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Dari Pengujian Tegangan Tembus Minyak Isolasi.

Nilai rata – rata kekuatan dielektrik masing – masing unit sampel minyak

isolasi diperoleh dari 5 (lima) hasil perhitungan kekuatan dielektriknya. Contoh

perhitungan pada unit sampel minyak isolasi Gulf pemanasan 40 0C selama 1 jam

(dari Lampiran 5.1) seperti berikut :

(

) (

)

cm kV rata rata E 50 , 133 5 125,96 130,88 135,48 137,08 138,08 = + + + + = −

Dengan cara yang sama perhitungan nilai rata – rata kekuatan dielektrik

masing – masing sampel minyak isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total

dengan suhu pemanasan 50 0C, 60 0C, 70 0C, 80 0C, 90 0C, 100 0C pada suhu

bertahan selama 1 jam s/d 5 jam dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Lama Suhu Bertahan

(jam)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm) Rata - Rata

Gulf Nynas Shell Diala

B

Total

1 133,50 122,82 123,43 115,86

2 128,23 123,72 123,26 115,78

3 133,54 122,00 121,23 118,19

4 118,91 120,89 135,90 114,24

5 119,99 118,50 114,64 109,59

Tabel 4.1. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 40 0C.


(55)

Lama Suhu Bertahan

(jam)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm) Rata - Rata

Gulf Nynas Shell Diala

B

Total

1 129,42 120,84 125,02 113,06

2 124.55 124,48 123,91 115,11

3 128.42 119,75 120,42 117,36

4 117,29 119,47 123,50 116,73

5 113,70 115,34 107,79 112,50

Tabel 4.2. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 50 0C.

Lama Suhu Bertahan

(jam)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm) Rata - Rata

Gulf Nynas Shell Diala

B

Total

1 124,94 121,05 123,49 121,66

2 120,79 124,02 119,59 117,06

3 118,76 118,52 126,31 120,90

4 114,61 119,29 118,02 119,60

5 109,58 116,10 100,18 114,31

Tabel 4.3. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 60 0C.

Lama Suhu Bertahan

(jam)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm) Rata - Rata

Gulf Nynas Shell Diala

B

Total

1 123,14 122,64 122,62 115,45

2 118,13 122,80 122,98 114,04

3 118,76 118,87 121,73 115,32

4 111,08 119,12 115,81 113,42

5 105,01 116,62 99,02 108,96

Tabel 4.4. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 70 0C.


(56)

Lama Suhu Bertahan

(jam)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm) Rata - Rata

Gulf Nynas Shell Diala

B

Total

1 118,29 120,28 120,56 116,62

2 115,70 117,26 121,31 111,98

3 115,01 115,20 114,08 112,38

4 109,09 116,20 113,33 110,68

5 101,20 114,78 95,36 108,98

Tabel 4.5. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 80 0C.

Lama Suhu Bertahan

(jam)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm) Rata - Rata

Gulf Nynas Shell Diala

B

Total

1 111,24 116,92 117,62 112,42

2 110,06 111,12 111,64 111,14

3 105,70 110,40 110,19 111,10

4 103,70 108,12 105,17 109,51

5 99,04 106,42 89,13 106,24

Tabel 4.6. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 90 0C.

Lama Suhu Bertahan

(jam)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm) Rata - Rata

Gulf Nynas Shell Diala

B

Total

1 103,38 110,80 107,25 106,76

2 101,56 106,84 107,52 106,79

3 97,55 107,10 93,01 106,22

4 91,34 104,52 97,76 105,87

5 88,47 105,05 86,63 103,68

Tabel 4.7. Hasil Rata – Rata Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada Suhu 100 0C.


(57)

IV.6.1.3 Analisa Grafik

Dari hasil perhitungan nilai rata –rata kekuatan dielektrik masing – masing

minyak isolasi di atas didapat kurva karakteristik yang menyatakan hubungan

antara kekuatan dielektrik minyak isolasi dengan lama suhu bertahan seperti

berikut : 100 104 108 112 116 120 124 128 132 136 140

0 1 2 3 4 5 6

Lama suhu bertahan ( jam)

K eku at an D iel ekt ri k ( k V /cm ) Gulf Nynas

Shell Diala B Total

Kurva di atas diperoleh dari harga rata – rata kekuatan dielektrik minyak

isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada pemanasan 40 0C seperti pada

Tabel 4.1. Terlihat bahwa kekuatan dielektrik minyak isolasi cenderung menurun

namun, minyak isolasi Gulf pada lama suhu bertahan 3 jam dan minyak isolasi

Shell Diala B pada lama suhu bertahan 4 jam mengalami penaikan kekuatan

dielektrik.

Gambar 5. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada suhu 40 0C


(58)

100 104 108 112 116 120 124 128 132

0 1 2 3 4 5 6

Lama suhu bertahan (jam)

K

eku

at

an

D

iel

ekt

ri

k (

kV

/cm

)

Gulf Nynas

Shell Diala B Total

Kurva di atas diperoleh dari harga rata – rata kekuatan dielektrik minyak

isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada pemanasan 50 0C seperti pada

Tabel 4.2. Terlihat bahwa kekuatan dielektrik minyak isolasi cenderung menurun

namun, minyak isolasi Total pada lama suhu bertahan 1 jam, 2 jam dan 3 jam

mengalami penaikan kekuatan dielektrik.

Gambar 6. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada suhu 50 0C


(59)

95 98 101 104 107 110 113 116 119 122 125 128

0 1 2 3 4 5 6

Lama suhu bertahan (jam)

K

eku

at

an

D

iel

ek

tr

ik (

kV

/cm

)

Gulf Nynas

Shell Diala B Total

Kurva di atas diperoleh dari harga rata – rata kekuatan dielektrik minyak

isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada pemanasan 60 0C seperti pada

Tabel 4.3. Terlihat bahwa kekuatan dielektrik minyak isolasi cenderung turun

akan tetapi minyak isolasi Gulf mengalami penurunan yang drastis mulai dari

lama suhu bertahan 1 jam sampai 5 jam dan Shell Diala B pada lama suhu

bertahan 3 jam sampai 5 jam.

Gambar 7. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada suhu 60 0C


(60)

90 95 100 105 110 115 120 125 130

0 1 2 3 4 5 6

Lama suhu bertahan (jam)

K

eku

at

an

D

iel

ekt

ri

k (

kV

/cm

)

Gulf Nynas

Shell Diala B Total

Kurva di atas diperoleh dari harga rata – rata kekuatan dielektrik minyak

isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada pemanasan 70 0C seperti pada

Tabel 4.4. Terlihat bahwa kekuatan dielektrik minyak isolasi cenderung turun

akan tetapi minyak isolasi Gulf dan Shell Diala B mengalami penurunan yang

lebih drastis dari minyak isolasi yang lain.

Gambar 8. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada suhu 70 0C


(61)

90 94 98 102 106 110 114 118 122 126 130

0 1 2 3 4 5 6

Lama suhu bertahan (jam)

K

eku

at

an

D

iel

ekt

ri

k (

kV

/cm

)

Gulf Nynas

Shell Diala B Total

Kurva di atas diperoleh dari harga rata – rata kekuatan dielektrik minyak

isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada pemanasan 80 0C seperti pada

Tabel 4.5. Terlihat bahwa kekuatan dielektrik minyak isolasi pada pemanasan ini

cenderung turun akan tetapi minyak isolasi Gulf dan Shell Diala B mengalami

penurunan yang lebih drastis dari minyak isolasi yang lain.

Gambar 9. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada suhu 80 0C


(62)

87 90 93 96 99 102 105 108 111 114 117 120

0 1 2 3 4 5 6

Lama suhu bertahan (jam)

K

eku

at

an

D

iel

ekt

ri

k (

k

V

/cm

)

Gulf Nynas

Shell Diala B Total

Kurva di atas diperoleh dari harga rata – rata kekuatan dielektrik minyak

isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada pemanasan 90 0C seperti pada

Tabel 4.7. Terlihat bahwa kekuatan dielektrik minyak isolasi pada pemanasan ini

cenderung turun akan tetapi minyak isolasi Shell Diala B mengalami penurunan

yang lebih drastis dari minyak isolasi yang lain.

Gambar 10. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak. Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada suhu 90 0C


(63)

85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115

0 1 2 3 4 5 6

Lama suhu bertahan (jam)

K eku at an D iel ekt ri k ( kV /cm ) Gulf Nynas

Shell Diala B Total

Kurva di atas diperoleh dari harga rata – rata kekuatan dielektrik minyak

isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada pemanasan 100 0C seperti pada

Tabel 4.8. Terlihat bahwa kekuatan dielektrik minyak isolasi pada pemanasan ini

cenderung turun akan tetapi minyak isolasi Gulf dan Shell Diala B selalu

mengalami penurunan yang lebih drastis dari minyak isolasi yang lain.

Dari masing – masing tabel hasil rata – rata kekuatan dielektrik dan kurva

karakteristik minyak isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total di atas terlihat

bahwa :

1. Akibat dari pemanasan dan lama suhu pemanasan bertahan minyak

isolasi mengalami penurunan kekuatan dielektrik

Gambar 11. Kurva Karakteristik Hubungan Kekuatan Dielektrik Minyak. Isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total pada suhu 100 0C


(64)

2. Minyak isolasi Nynas dan Total mengalami penurunan (pengurangan)

kekuatan dielektrik yang tidak terlalu jauh mulai dari suhu pemanasan

40 0C sampai dengan 100 0C pada lama suhu bertahan sampai 5 jam.

3. Minyak isolasi Gulf dan Shell Diala B mengalami penurunan kekuatan

dielektrik yang cepat mulai dari suhu pemanasan 50 0C sampai 100 0C

pada lama suhu bertahan sampai 5 jam.

4. Pemanasan dan lama suhu pemanasan bertahan sangat mempengaruhi


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dengan dilakukanya penelitian, adanya data hasil pengujian tegangan

tembus, hasil perhitungan, analisa data dan kurva karakteristik kekuatan dielektrik

minyak isolasi sebagai fungsi dari lama suhu pemanasan bertahan maka, dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kekuatan dielektrik minyak isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan

Total mengalami pemburukan yang ditandai dengan menurunya

kekuatan dielektrik masing – masing minyak isolasi tersebut.

2. Minyak isolasi Gulf dan Shell Diala B mengalami penurunan kekuatan

dielektrik yang lebih drastis dibandingkan dengaan minyak isolasi

Nynas dan Total.

3. Berdasarkan data hasil pengujian tegangan tembus, analisis data dan

kurva karakteristik masing – masing unit sampel minyak isolasi Gulf,

Shell Diala B, Nynas dan Total jelas terlihat adanya hubungan antara

kekuatan dielektrik minyak isolasi dengan lama suhu pemanasan

bertahan.

4. Pemburukan minyak isolasi ditandai dengan menurunya kekuatan

dielektriknya terjadi apabila panas (perubahan suhu) berlangsung lama


(66)

B. SARAN

Untuk penelitian lebih lanjut yang memungkinkan hasil yang lebih akurat

dan teliti perlu dilakukan :

1. Durasi pemanasan dibuat lebih lama.

2. Durasi kenaikan suhunya dibuat lebih kecil.

3. Kebersihan (kesterilan) alat – alat yang dipergunakan dalam pengujian

supaya lebih diperhatikan.

4. Karena penelitian ini hanya membahas mengenai kekuatan dielektrik

akibat pemanasan maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengamati sifat – sifat lain seperti faktor rugi – rugi dielektrik,


(67)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kind, Dieter.,”Penghantar Teknik Eksperimental Tegangan

Tinggi”.(Diterjemahkan oleh : Sirait, K. T.,ITB, Bandung, 1993.

2. Tobing, Bonggas L., “Peralatan Tegangan Tinggi.”PT. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta, 2003

3. Tobing, Bonggas L.,” Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi,”PT.

Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, 2003.

4. Arismunandar, Artono.,”Teknik Tegangan Tinggi”,PT. Pradnya

Pramita, Jakarta, 2001.

5. Arismunandar, Artono., ”Teknik Tegangan Tinggi Suplemen”,Ghalia

Indonesia. 1998.

6. Arismunandar,Artono.,”Teknik Tegangan Tinggi”,Pradnya Paramita.

1975.

7. Rao,S.,M.E., M.I.E.,”Power Transformers and Special Transformers”.

Second Edition, Published by Khanna Tech Publications,Delhi,1991.

8. Hayt, William H., “Elektromagnetika Teknologi”, (diterjemahkan oleh :

Liong Houw), Erlangga. Jakarta, 1997.

9. Razevig, D. V.,”High Voltage Engineering”. Khanna Publishers. 1982.

10. Setiabudy Rudy.,” Material Tehnik Listrik”, Universitas Indonesia ( UI

– Press), .Jakarta, 2007.

11. Gibbs, J. B., “ Transformer Principles and Practice”, McGraw – Hill


(68)

12. Blume, L. F., Boyajian, A., Camilli, Lennox, T. C., Minneci, S.,

Montsinger, V. M., “ Transformer Engineering”, McGraw – Hill Book

Company, Second Edition, New York, London, 1951.

13. SPLN 8 – 1 : 1991, ”Transformator Tenaga – Umum”. Departemen

Pertambangan dan Energi, Perusahaan Umum Listrik Negara, 1991.

14. SPLN 49 – 1 : 1982, ”Minyak Isolasi – Pedoman Penerapan Spesifikasi

dan Pemeliharaan Minyak Isolasi”, Departemen Pertambangan dan

Energi, Perusahaan Umum Listrik Negara, 1982.

15. SPLN 8 – 2 : 1991, ” Transformator Tenaga – Kenaikan Suhu”,

Departemen Pertambangan dan Energi, Perusahaan Umum Listrik


(69)

TABEL LAMPIRAN Data Hasil Perhitungan

Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf Sampel A Lama Pemanasan : 1 jam

Urutan Pengujian

Suhu Pemanasan

(0 C)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm)

1 40 128.80

2 40 138.08

3 40 137.08

4 40 135.48

5 40 130.88

6 40 125.96

1 50 136.40

2 50 133.36

3 50 132.24

4 50 131.80

5 50 129.08

6 50 120.60

1 60 132.80

2 60 131.08

3 60 130.24

4 60 124.60

5 60 122.20

6 60 116.56

1 70 131.60

2 70 129.64

3 70 127.44

4 70 126.12

5 70 118.44

6 70 114.04

1 80 128.44

2 80 126.92

3 80 122.72

4 80 120.20

5 80 112.60

6 80 109.00

1 90 122.40

2 90 118.08

3 90 113.28

4 90 110.44

5 90 109.00

6 90 105.40

2 100 112.52

3 100 104.88

4 100 100.64

5 100 96.36


(70)

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dengan dilakukanya penelitian, adanya data hasil pengujian tegangan

tembus, hasil perhitungan, analisa data dan kurva karakteristik kekuatan dielektrik

minyak isolasi sebagai fungsi dari lama suhu pemanasan bertahan maka, dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.

Kekuatan dielektrik minyak isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan

Total mengalami pemburukan yang ditandai dengan menurunya

kekuatan dielektrik masing – masing minyak isolasi tersebut.

2.

Minyak isolasi Gulf dan Shell Diala B mengalami penurunan kekuatan

dielektrik yang lebih drastis dibandingkan dengaan minyak isolasi

Nynas dan Total.

3.

Berdasarkan data hasil pengujian tegangan tembus, analisis data dan

kurva karakteristik masing – masing unit sampel minyak isolasi Gulf,

Shell Diala B, Nynas dan Total jelas terlihat adanya hubungan antara

kekuatan dielektrik minyak isolasi dengan lama suhu pemanasan

bertahan.

4.

Pemburukan minyak isolasi ditandai dengan menurunya kekuatan

dielektriknya terjadi apabila panas (perubahan suhu) berlangsung lama

pada suatu peralatan yang menggunakan minyak isolasi.


(2)

B. SARAN

Untuk penelitian lebih lanjut yang memungkinkan hasil yang lebih akurat

dan teliti perlu dilakukan :

1.

Durasi pemanasan dibuat lebih lama.

2.

Durasi kenaikan suhunya dibuat lebih kecil.

3.

Kebersihan (kesterilan) alat – alat yang dipergunakan dalam pengujian

supaya lebih diperhatikan.

4.

Karena penelitian ini hanya membahas mengenai kekuatan dielektrik

akibat pemanasan maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengamati sifat – sifat lain seperti faktor rugi – rugi dielektrik,

viscositas, angka kenetralan, tegangan permukaan dan sebagainya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Kind, Dieter.,”Penghantar Teknik Eksperimental Tegangan

Tinggi”.(Diterjemahkan oleh : Sirait, K. T.,ITB, Bandung, 1993.

2.

Tobing, Bonggas L., “Peralatan Tegangan Tinggi.”PT. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta, 2003

3.

Tobing, Bonggas L.,” Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi,”PT.

Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, 2003.

4.

Arismunandar, Artono.,”Teknik Tegangan Tinggi”,PT. Pradnya

Pramita, Jakarta, 2001.

5.

Arismunandar, Artono., ”Teknik Tegangan Tinggi Suplemen”,Ghalia

Indonesia. 1998.

6.

Arismunandar,Artono.,”Teknik Tegangan Tinggi”,Pradnya Paramita.

1975.

7.

Rao,S.,M.E., M.I.E.,”Power Transformers and Special Transformers”.

Second Edition, Published by Khanna Tech Publications,Delhi,1991.

8.

Hayt, William H., “Elektromagnetika Teknologi”, (diterjemahkan oleh :

Liong Houw), Erlangga. Jakarta, 1997.

9.

Razevig, D. V.,”High Voltage Engineering”. Khanna Publishers. 1982.

10.

Setiabudy Rudy.,” Material Tehnik Listrik”, Universitas Indonesia ( UI

– Press), .Jakarta, 2007.

11.

Gibbs, J. B., “ Transformer Principles and Practice”, McGraw – Hill

Book Company, Second Edition, New York, Toronto, 1950.


(4)

12.

Blume, L. F., Boyajian, A., Camilli, Lennox, T. C., Minneci, S.,

Montsinger, V. M., “ Transformer Engineering”, McGraw – Hill Book

Company, Second Edition, New York, London, 1951.

13.

SPLN 8 – 1 : 1991, ”Transformator Tenaga – Umum”. Departemen

Pertambangan dan Energi, Perusahaan Umum Listrik Negara, 1991.

14.

SPLN 49 – 1 : 1982, ”Minyak Isolasi – Pedoman Penerapan Spesifikasi

dan Pemeliharaan Minyak Isolasi”, Departemen Pertambangan dan

Energi, Perusahaan Umum Listrik Negara, 1982.

15.

SPLN 8 – 2 : 1991, ” Transformator Tenaga – Kenaikan Suhu”,

Departemen Pertambangan dan Energi, Perusahaan Umum Listrik

Negara, 1991.


(5)

TABEL LAMPIRAN

Data Hasil Perhitungan

Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Gulf Sampel A

Lama Pemanasan : 1 jam

Urutan Pengujian

Suhu Pemanasan (0 C)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm)

1 40 128.80

2 40 138.08

3 40 137.08

4 40 135.48

5 40 130.88

6 40 125.96

1 50 136.40

2 50 133.36

3 50 132.24

4 50 131.80

5 50 129.08

6 50 120.60

1 60 132.80

2 60 131.08

3 60 130.24

4 60 124.60

5 60 122.20

6 60 116.56

1 70 131.60

2 70 129.64

3 70 127.44

4 70 126.12

5 70 118.44

6 70 114.04

1 80 128.44

2 80 126.92

3 80 122.72

4 80 120.20

5 80 112.60

6 80 109.00

1 90 122.40

2 90 118.08

3 90 113.28

4 90 110.44

5 90 109.00

6 90 105.40

2 100 112.52

3 100 104.88

4 100 100.64


(6)