Pengujian Hipotesis Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

KD= r s 2 x 100 Tabel 3.2 Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber: Sugiono 2006:183 c. Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel X dan variabel Y maka dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi. Jonathan 2006: 50 menjelaskan rumus koefisien determinasi sebagai berikut: Keterangan: KD : Koefisien Determinasi r 2 : Koefisien Korelasi dalam melakukan analisis kuantitatif, peneliti menggunakan bantuan program analisis statistik yaitu SPSS 14 For Windows dan Microsoft Office Excel 2007.

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjelaskan suatu permasalahan dalam peneltian dan solusi secara tepat serta rasional, untuk menyatakan variabel yang akan diuji. Selain itu, pengujian hipotesis juga dilakukan untuk mengetahui metode serta analisis yang digunakan dalam pengujian data dan untuk membuat suatu kesimpulan yang tepat dalam suatu penelitian yang dikerjakan. Ada pun rancangan uji hipotesis ini adalah hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian, berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent, maka digunakan pengujian hipotesis nol H0 dan Hipotesis alternatif H1. Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel independen yaitu pembagian deviden tunai sebagai X 1 dan arus kas bersih sebagai X 2 dampaknya terhadap harga saham sebagai variabel dependen Y, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Penetapan Hipotesis a. Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: a Hipotesis parsial antara variabel bebas Pembagian Deviden Tunai terhadap variabel terikat Harga Saham. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Pembagian Deviden Tunai terhadap Harga Saham. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan Pembagian Deviden Tunai terhadap Harga Saham. b Hipotesis parsial antara variabel bebas Arus Kas Bersih terhadap variabel terikat Harga Saham. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Arus Kas Bersih terhadap Harga Saham. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan Arus Kas Bersih terhadap Harga Saham. c Hipotesis secara keseluruhan antara variabel bebas Deviden Tunai dan Arus Kas Bersih terhadap variabel terikat Harga Saham. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Deviden Tunai dan Arus Kas Bersih terhadap Harga Saham. H a : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Deviden Tunai dan Arus Kas Bersih terhadap Harga Saham. b. Hipotesis Statistik  Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji Statistik t. Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan uji satu pihak one tail test dilihat dari bunyi hipotesis statistik yaitu hipotesis nol H : β= 0 dan hipotesis alternatifnya H 1 : β≠ 0 H : β= 0: Pembagian Deviden Tunai tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. H 1 : β≠ 0: Pembagian Deviden Tunai berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. H : β= 0: Arus Kas Bersih tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. H 1 : β≠ 0: Arus Kas Bersih berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.  Pengujian Hipotesis Secara Simultan Uji Statistik F. H : β= 0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Deviden Tunai dan Arus Kas Bersih terhadap Harga Saham. H a : β≠ 0: Terdapat pengaruh yang signifikan Deviden Tunai dan Arus Kas Bersih terhadap Harga Saham. 2. Menentukan tingkat signifikan Ditentukan dengan 5 dari derajat bebas dk = n – k – l, untuk menentukan t tabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5 karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel – variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.  Menghitung nilai t hitung dengan mengetahui apakah variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak dengan rumus : dan Dimana : r = Korelasi parsial yang ditentukan n = Jumlah sampel t = t hitung  Selanjutnya menghitung nilai F hitung sebagai berikut : Sumber: Sugiyono 2009 Dimana: R = koefisien kolerasi ganda K = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel 3. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut :  Hasil t hitung dibandingkan dengan F tabel dengan kriteria : a Jika t hitung ≥ t tabel maka H ada di daerah penolakan, berarti Haditerima artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya. b Jika t hitung ≤ t tabel maka H ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya. c t hitung; dicari dengan rumus perhitungan t hitung, dan d t tabel; dicari didalam tabel distribusi t student dengan ketentuan sebagai berikut,α = 0,05 dan dk = n-k-1 atau 7-2-1=4  Hasil Fhitung dibandingkan dengan F tabel dengan kriteria : a Tolak ho jika F hitung F tabel pada alpha 5 untuk koefisien positif. b Tolak Ho jika F hitung F tabel pada alpha 5 untuk koefisien negatif. c Tolak Ho jika nilai F-sign ɑ ,05. 4. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis 5. Penarikan Kesimpulan Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika t hitung dan F hitung jatuh di daerah penolakan penerimaan, maka Ho ditolak diterima dan Ha diterima ditolak. Artinya koefisian regresi signifikan tidak signifikan. Kesimpulannya,Pembagian Deviden TunaidanArus Kas Bersihberpengaruh atau tidak berpengaruhterhadap Harga Saham. Tingkat signifikannya yaitu 5 α = 0,05, artinya jika hipotesis nol ditolak diterima dengan taraf kepercayaan 95 , maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95 dan hal ini menunjukan adanya tidak adanya pengaruh yang meyakinkan signifikan antara dua variabel tersebut. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1.1 Sejarah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

Pada tahun 1856-1882, 23 Oktober 1856, pemerintah kolonial Belanda melakukan pengoperasian telegrap elektromagnetik pertama di Indonesia yang menghubungkan Batavia Jakarta dan Buitenzorg Bogor. Tahun 1906-1965, Pemerintah kolonial Belanda membentuk lembaga pemerintah untuk mengendalikan jasa pos dan telekomunikasi di Tanah Air. Pada tahun 1965 terjadi pemisahan jasa pos dan telekomunikasi sehingga ditangani oleh dua perusahaan negara, yaitu PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi. Tahun 1974, PN Telekomunikasi dibagi menjadi dua divisi, yaitu PT Industri Telekomunikasi Indonesia ”PT INTI” yang memproduksi perangkat telekomunikasi dan Perusahaan Umum Telekomunikasi Perumtel untuk melayani jasa telekomunikasi domestik dan internasional. Tahun 1980, Bisnis telekomunikasi internasional diambil alih oleh PT Indonesian Satellite Corporation “Indosat”. Tahun 1991, Status PERUMTEL berubah menjadi PT Telekomunikasi Indonesia atau TELKOM dengan operasi bisnis terbagi atas dua belas wilayah telekomunikasi witel. Kedua belas witel tersebut kemudian dirombak menjadi tujuh divisi regional, yaitu Divisi I Sumatera, Divisi II Jakarta dan sekitarnya, Divisi III Jawa Barat, Divisi IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Divisi V Jawa Timur, Divisi VI Kalimantan dan Divisi VII Indonesia Bagian Timur. Tahun