Peralihan Saham Pt.Tertutup Kepada Koperasi Ditinjau Dari Undang – Undang No.40 Tahun 2007 Dan Undang – Undang No.17 Tahun 2012

(1)

PERALIHAN SAHAM PT.TERTUTUP KEPADA KOPERASI

DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NO.40 TAHUN 2007

DAN UNDANG – UNDANG NO.17 TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

KEVIN

090200293

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERALIHAN SAHAM PT.TERTUTUP KEPADA KOPERASI DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NO.40 TAHUN 2007 DAN UNDANG –

UNDANG NO.17 TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

090200293 KEVIN

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Nip. 197501122005012002 Windha,SH, M.Hum

Dosen Pembimbing I DosenPembimbing II

Dr.Mahmul Siregar,SH., M.Hum

Nip. 197302202002121001 Nip. 197501122005012002 Windha,SH.,M.hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehinhha skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua saya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peralihan Saham PT.Tertutup kepada Koperasi ditinjau dari Undang-Undang No.40 Tahun 2007 dan Undang-Undang No.17 Tahun 2012 “ setelah sekian lama akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan Pendidikan Program S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari, sebagai manusia biasa tidak akan pernah terlepas dari kesalahan dan kekurangan, baik dalam pikiran maupun perbuatan. Berkat bimbingan Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,baik secara langsung maupun tidak langsund dalam mengasuh serta membimbing Penulis sejak masuk bangku kuliah hingga akhir penulisan skripsi ini. Dengan ini ijinkan Penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih Penulis kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H. D.F.M selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.Hum selaku Pembantu dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing II yang telah begitu banyak membantu sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk segala nasihat dan bimbingan yang telah diberikan, Penulis sangat berterima kasih.

6. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku Sekretasi Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk segala nasehat dan bimbingan yang telah diberikan, Penulis sangat berterima kasih.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan didikan dan ilmu yang bermanfaat kepada Penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara serta kepada pegawai-pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(5)

9. Orangtua tercinta, tersayang dan terkasih, Nurjani, terima kasih atas cinta, kasih, doa, perhatian, dukungan, nasehat dan bantuan yang sangat berarti dan tak terhingga nilainya, serta dukungan baik moral dan materil yang tiada pernah habis. Mudah-mudahan skripsi ini sebagai awal kesempatan untuk membahagiakan dan membalas atas pengabdian dan dedikasi orangtua selama ini.

10.Paman beserta Istri, Joni Setiawan, S.H. dan Nuryani, yang telah memberi banyak masukan dan bimbingan serta nasehat sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini..

11.Abang Hendra S.Com, Hendry , Dr.Riady Ashari, Herryadi Ashari, S.Kg , adik Verawati Ashari yang memberikan dukungan, doa, ide-ide serta saran dalam penulisan skripsi ini.

12.Sahabat-sahabat terbaik Penulis Yuvindri So, Cindy Tan, Budi Praptio, Erlina, Witiya, Lorensia Perangin-angin, Putri Lestari , Utami Gita Syahfitri, Maulida Hadry Sa’adillah , Novi Monalisa Tambun, Anggie T.H. Sihotang, Yesaya Syahkata serta teman-teman kelompok “Lebay Family - Autis Group - Cultural Diversity”, terima kasih atas persahabatan yang telah terjalin selama ini, menjadi pendengar yang baik, memberi saran dan masukan, menjadi teman canda tawa, sedih duka, semoga persahabatan ini terjalin selamanya.

13.Rekan-Rekan mahasiswa mulai dari Senior dan Junior serta khususnya teman-teman Stambuk 2009 yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu.


(6)

14.Semua pihak yang membantu Penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat disebut satu-persatu.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapat Rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu Dosen Pembimbing, dan Dosen Penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.

Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmad dan Karunia-Nya. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, 30 Maret 2013 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Keaslian Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II PERMODALAN DALAM PT DAN PERMODALAM DALAM KOPERASI A. Kedudukan PT Sebagai Badan Hukum ... 21


(8)

C. Permodalam Dalam PT menurut Undang – Undang No. Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

1. Jenis -Jenis Modal ... 42 2. Ketentuan Besaran Modal Perseroan Terbatas ... 44 3. Penambahan dan Pengurangan Modal Perseroan Terbatas ... 46

D. Permodalan dalam Koperasi menurut Undang – Undang No.17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

1. Sumber Modal ... 47 2. Ketentuan Penambahan Modal ... 50

BAB III SYARAT DAN TATA CARA PERALIHAN SAHAM DALAM PT

A. Peralihan Benda Bergerak Dalam KUHPerdata ... 52

B. Saham Sebagai Benda Bergerak

1. Pengolongan Benda ... 55 2. Saham sebagai Benda Bergerak dan Akibat Hukumnya ... 59

C. Syarat dan tata cara peralihan saham PT ... 62

BAB IV PERALIHAN SAHAM PT TERTUTUP KEPADA KOPERASI

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012

A. Alasan Dilakukannya Peralihan Saham dari PT Tertutup kepada Koperasi ... 68


(9)

C. Mekanisme Peralihan Saham PT Tertutup Kepada Koperasi ... 76

D. Akibat hukum peralihan saham PT Tertutup kepada Koperasi ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 84


(10)

ABSTRAK

PERALIHAN SAHAM PT.TERTUTUP KEPADA KOPERASI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.40 TAHUN 2007 DAN UNDANG-UNDANG

NO.17 TAHUN 2012 *) Kevin

**) Mahmul Siregar ***) Windha

Perseroan terbatas merupakan badan hukum berupa persekutuan modal yang seluruhnya terbagi dalam saham, dapat mengalihkan sahamnya untuk berbagai kepentingan dalam rangka mencapai tujuan perseroan tersebut. Pengalihan saham tersebut dapat dilakukan antara lain kepada koperasi yang merupakan badan hukum dan dapat didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum. Rumusan masalah yang dibahas dalam skripsi ini yaitu bagaimana permodalan dalam perseroan terbatas dan permodalan dalam koperasi, bagaiamana syarat dan tata cara dalam peralihan saham perseroan terbatas, bagaimana peralihan saham PT. Tertutup kepada koperasi ditinjau dari Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yang mengacu pada penelitian yuridis normatif. Sumber dalam penelitian adalah data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tertier. diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu studi kepustakaan (library research).

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pertama, permodalan dalam perseroan terbatas berasal dari para pemegang saham yang memasukkan modalnya ke perseroan, sedangkan modal koperasi berasal dari yaitu setoran pokok dan sertifikat modal koperasi selain itu sumber modal dapat diperoleh dari hibah, pinjaman dari pihak lain seperti bank, non-bank, koperasi lain atau dari anggota koperasi atau koperasi lain atau dapat juga diperoleh dari modal penyertaan; kedua, syarat dan tata cara peralihan saham telah diatur dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, antara lain yaitu melalui adanya penawaran terlebih dahulu apabila akan dijual, butuh persetujuan organ perseroan, ataupun dengan adanya izin dari instansi terkait seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Peralihan saham dapat dilakukan dengan perjanjian seperti jual beli dan hibah; ketiga, peralihan saham PT. tertutup kepada koperasi jika ditinjau dari Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian adalah bahwa peralihan pemilikan atas saham berarti adanya peralihan atas semua hal yang ada kaitannya dengan hak dan kewajiban yang melekat pada saham yang bersangkutan dan dilakukan antara lain dengan perjanjian seperti jual beli dan hibah. Alasan adanya peralihan saham perseroan tertutup kepada koperasi adalah apabila perseroan menjual saham, maka ada indikasi perseroan sedang membutuhkan tambahan modal, namun apabila perseroan menghibahkan saham


(11)

kepada koperasi, maka ini adalah bentuk dari tambahan modal yang diberikan perseroan kepada koperasi untuk memajukan kegiatan koperasi itu sendiri. Dengan adanya peralihan saham tersebut, maka adanya perubahan hak atas kepemilikan saham atas saham

Kata Kunci : Peralihan Saham, Perseroan Terbatas, Koperasi. *) Mahasiswa Fakultas Hukum

**) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II


(12)

ABSTRAK

PERALIHAN SAHAM PT.TERTUTUP KEPADA KOPERASI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.40 TAHUN 2007 DAN UNDANG-UNDANG

NO.17 TAHUN 2012 *) Kevin

**) Mahmul Siregar ***) Windha

Perseroan terbatas merupakan badan hukum berupa persekutuan modal yang seluruhnya terbagi dalam saham, dapat mengalihkan sahamnya untuk berbagai kepentingan dalam rangka mencapai tujuan perseroan tersebut. Pengalihan saham tersebut dapat dilakukan antara lain kepada koperasi yang merupakan badan hukum dan dapat didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum. Rumusan masalah yang dibahas dalam skripsi ini yaitu bagaimana permodalan dalam perseroan terbatas dan permodalan dalam koperasi, bagaiamana syarat dan tata cara dalam peralihan saham perseroan terbatas, bagaimana peralihan saham PT. Tertutup kepada koperasi ditinjau dari Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yang mengacu pada penelitian yuridis normatif. Sumber dalam penelitian adalah data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tertier. diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu studi kepustakaan (library research).

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pertama, permodalan dalam perseroan terbatas berasal dari para pemegang saham yang memasukkan modalnya ke perseroan, sedangkan modal koperasi berasal dari yaitu setoran pokok dan sertifikat modal koperasi selain itu sumber modal dapat diperoleh dari hibah, pinjaman dari pihak lain seperti bank, non-bank, koperasi lain atau dari anggota koperasi atau koperasi lain atau dapat juga diperoleh dari modal penyertaan; kedua, syarat dan tata cara peralihan saham telah diatur dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, antara lain yaitu melalui adanya penawaran terlebih dahulu apabila akan dijual, butuh persetujuan organ perseroan, ataupun dengan adanya izin dari instansi terkait seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Peralihan saham dapat dilakukan dengan perjanjian seperti jual beli dan hibah; ketiga, peralihan saham PT. tertutup kepada koperasi jika ditinjau dari Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian adalah bahwa peralihan pemilikan atas saham berarti adanya peralihan atas semua hal yang ada kaitannya dengan hak dan kewajiban yang melekat pada saham yang bersangkutan dan dilakukan antara lain dengan perjanjian seperti jual beli dan hibah. Alasan adanya peralihan saham perseroan tertutup kepada koperasi adalah apabila perseroan menjual saham, maka ada indikasi perseroan sedang membutuhkan tambahan modal, namun apabila perseroan menghibahkan saham


(13)

kepada koperasi, maka ini adalah bentuk dari tambahan modal yang diberikan perseroan kepada koperasi untuk memajukan kegiatan koperasi itu sendiri. Dengan adanya peralihan saham tersebut, maka adanya perubahan hak atas kepemilikan saham atas saham

Kata Kunci : Peralihan Saham, Perseroan Terbatas, Koperasi. *) Mahasiswa Fakultas Hukum

**) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan hasil dari pembangunan ekonomi yang sudah dapat dicapai sampai pada saat ini merupakan suatu hasil atas kebersamaan dari sektor usaha baik pihak swasta selaku perseroan terbatas dan koperasi.1

Pencapaian pemerataan kesejahteraan tersebut ialah bisa dengan cara peralihan saham perseroan terbatas (selanjutnya disebut PT) kepada koperasi. Upaya peralihan saham tersebut timbul berdasarkan suatu pemikiran untuk membantu pengembangan koperasi khususnya permodalan koperasi yang

Hasil dari pembangunan tersebut sudah waktunya perlu diupayakan agar secara merata dapat dirasakan bagi berbagai kalangan dan lapisan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan. Pemerintah merupakan bagian yang terpenting dalam rangka mewujudkan dan mencapai hasil guna secara maksimal dari pembangunan itu sendiri yang mana sesuai dengan tujuan pemerintah untuk mencapai dan memajukan kesejahteraan, baik kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi masyarakat umum dan pemegang saham dari perseroan terbatas dan anggota koperasi sesuai dengan Undang -Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT) dan Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian (selanjutnya disebut UU Koperasi).

1

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm.61.


(15)

bertujuan untuk memajukan kesejahteraan ekonomi para anggota; disini letak kekhususan koperasi dimana kesejahteraan ekonomi para anggota yang menjadi tujuan utama,sehingga dapat dengan segera tercapainya pemerataan hasil- hasil pembangunan dengan tepat dan sesuai dengan harapan perwujudan kesejahteraan dari pembangunan itu sendiri.2

Perseroan terbatas dan koperasi keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam keikutsertaan dalam perananya di dalam kehidupan pembangunan perekonomian di Indonesia sampai saat ini. Kemajuan atas perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang baik dan wajar dapat terjadi apabila keduanya terikat dan terjalin dengan berada dalam suatu hubungan dan ikatan kerjasama yang menguntungkan. Peralihan saham yang dilakukan perseroan sebagai wujud membantu pengembangan permodalan koperasi juga memberikan dampak keuntungan bagi perseroan, yaitu; citra perusahaan dapat meningkat atau membaik , daya saing perusahaan meningkat, daya beli masyarakat menguat, 3 dan koperasi yang menerima peralihan atas saham dapat mewujudkan tujuan koperasi sesuai dengan UU Koperasi yaitu bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.4

2

Andjar Pachta W, Hukum Koperasi Indonesia (Jakarta: PT. Kencana, 2007), hlm. 81.

3

Arya Maheka, Bagaimana Mendirikan Dan Mengelola Bisnis Secara Baik Dan Aman (Kanisius: Yogyakarta, 2008), hlm. 140.

4


(16)

Masih terdapatnya kesenjangan sementara tercapainya pemerataan kesejahteraan ekonomi dan sosial baik bagi masyarakat umum merupakan tujuan umum perseroan maupun koperasi sebagai suatu badan usaha, sehingga cara untuk mengurangi kesenjangan tersebut ialah an dengan mengadakan peralihan pemilikan atas saham perseroan kepada koperasi dianggap paling tepat.Mengapa pencapaian kesejahteraan dilakukan dengan peralihan pemilikan atas saham,karena dalam struktur perekonomian Indonesia pada umumnya, perseroan terbatas dan koperasi mempunyai kedudukan,fungsi dan peran yang sama besar dalam rangka mengembangkan dan menumbuhkan perekonomian nasional.5 Oleh karena itu peralihan pemilikan atas saham berarti adanya peralihan atas semua hal yang ada kaitannya dengan hak dan kewajiban yang melekatkan pada saham yang bersangkutan.Peralihan pemilikan saham mengandung arti bahwa yang dialihkan tersebut meliputi hak-hak yang dapat di nikmati antara lain hak atas suatu keuntungan perusahaan dan juga kemungkinan lain yaitu kewajiban menanggung beban kerugian perusahaan (terbatas ).6

Peralihan saham perseroan terbatas kepada koperasi berarti terdapat pemindahan pemilik dari pemilik semula kepada pemilik baru. Untuk itu perlu diikuti suatu prosedur tertentu sesuai dengan sifat dan karakteristik masing-masing pihak, baik yang mengalihkan maupun yang menerima peralihan pemilikan atas saham. Sebagaimana Perseroan terbatas yang didukung oleh para

5

Sri Redjeki Hartono. Op. Cit,. hlm. 67.

6


(17)

pendiri diatur dan mengatur organisasi dan tata kerjanya berdasarkan ketentuan-ketentuan UU PT yang telah dirumuskan di dalam anggaran dasar PT.7

Tanpa mengurangi maksud dan tujuan dari peralihan atas saham itu sendiri, maka dimungkinkan koperasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk melaksanakan usaha yang sama dengan perseroan terbatas. Perseroan tertutup maupun perseroan terbuka adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.8

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Oleh karena itu aturan mengenai peralihan pemilikan atas saham telah diatur dalam UU PT.

9

Perseroaan terbatas dan koperasi adalah badan hukum meskipun bersumber dari dua undang-undang yang berbeda, sehingga keduanya adalah subyek hukum dan merupakan pendukung hak dan kewajiban di dalam lalu lintas hukum pada umumnya. Meskipun demikian keduanya tetap mempunyai karakteristik yang berbeda satu terhadap yang lain dalam hal pada jati dirinya pendirian , misi atau dan sasaran kerja serta jangkauan wilayah usaha dan pada akhirnya mengacu pada

7

Ibid., hlm. 69.

8

Pasal 1 Undang-Undang Nomor.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

9


(18)

permodalan dan kemampuan intern yang berbeda antara keduanya sehingga untuk itu perlu dilakukan analisis secara komprehensif, 10

1. Bagaimana permodalan dalam perseroan terbatas dan permodalan dalam koperasi ?

termasuk analisis yuridis, sehingga maksud baik dari peralihan saham tersebut diatas dapat terjadi dengan aman melalui suatu proses yang wajar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa mengurangi maksud dan tujuan dari peraalihan saham itu sendiri. Karena peralihan saham UU PT, merupakan aspek hukum privat bahwa terdapat asas kebebasan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi yang membahas tentang “ Peralihan Saham PT.Tertutup kepada Koperasi Ditinjau dari Undang No.40 Tahun 2007 dan Undang-Undang No.17 Tahun 2012. “

B. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut sebelumnya, dalam penelitian ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut :

2. Bagaiamana syarat dan tata cara dalam peralihan saham perseroan terbatas ? 3. Bagaimana peralihan saham PT. Tertutup kepada koperasi ditinjau dari

Undang-Undang No.40 Tahun 2007 dan Undang – Undang No.17 Tahun 2012?

10


(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui permodalan yang ada di perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

2. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan tentang syarat dan tata cara peralihan saham Perseroan Terbatas.

3. Untuk mengetahui mekanisme yang dilakukan dalam peralihan saham perseroan terbatas kepada koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Koperasi.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri bagaimana bagaiamana mekanisme peralihan saham perseroan terbatas ke koperasi b. Memberikan pembangunan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum

ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan peralihan saham perseroan terbatas ke koperasi

2. Manfaat praktis

a. Memberikan kontribusi terhadap masyarakat untuk dapat mengetahui bagaimana mekanisme peralihan saham perseroan terbatas ke koperasi


(20)

b. Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman pada pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan juga mahasiswa diharapkan memberikan manfaat yang cukup luas.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “ Pengalihan saham dari PT.Tertutup kepada Koperasi ditinjau dari Undang -Undang No.40 Tahun 2007 dan Undang - Undang No.17 Tahun 2012”, belum pernah di bahas oleh mahasiswa lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara dan penulisan ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari penelitian orang lain. Berikut adalah beberapa penulisan yang pernah dilakukan mahasiswa Fakultas Hukum USU yang berkaitan dengan peralihan saham :

1. Jhon Indra G.Purba dengan judul ( Kedudukan Pemegang Saham Minoritas Dalam PT.Tertutup studi kasus pada PT.Industri Pembungkus Internasional Medan.)

2. Tri Kurniawan dengan judul ( Pengalihan Saham Dalam Perjanjian Jual Beli Saham Melalui Internet Diakitkan Dengan Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.)

3. Mariana Ramli dengan judul ( Perjanjian Tertutup Sebagai Hambatan Persaingan Usaha Yang Sehat Ditinjau Dari Undang-Undang No.5 Tahun 1999.)


(21)

Penulisan skripsi ini merupakan ide, gagasan pemikiran dan usaha penulis sendiri bukan merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan ini penulis dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini.

Perihal mendukung penulisan ini dipakai pendapat para sarjana yang diambil atau dikutip berdasarkan daftar referensi dari buku para sarjana yang ada hubungannya dengan masalah dan pembahasan yang disajikan, baik berupa karya ilmiah maupun pasal-pasal dalam Peraturan Perundang-Undangan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, disamping karena pertanggung jawabannya yang bersifat terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) nya untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.11

Bentuk hukum seperti perseroan terbatas ini juga dikenal di negara- negara lain seperti di : Malaysia disebut Sendirian Berbad ( SDN BHD ) , di Singapura disebut Private Limited ( Pte Ltd ) , di Jepang disebut Kabushiki Kaisa , di Inggris disebut Registered Companies, di Belanda disebut Naamloze Vennootschap (NV), di Perancis disebut Societes A Responsabilite Limite ( SARL ).12

11

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2000), hlm.1.

12

Ibid, hlm.23.


(22)

Pengertian perseroan terbatas terdiri dari dua kata, yakni “perseroan” dan “terbatas”. Perseroan merujuk kepada modal PT yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Adapun kata terbatas merujuk kepada pemegang saham yang tanggungjawabnya hanya sebatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya. Dengan kata lain suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham saham yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjual belikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. karena

Batasan yang diberikan tersebut di atas ada 5 (lima) hal pokok yang dapat dikemukakan yaitu:

PT adalah perusahaan yang modalnya terbagi atas saham-saham, dan tanggung jawab sekutu pemegang saham terbatas pada jumlah saham yang dimilikinya. Sehubungan dengan itu orang yang mempunyai tagihan terhadap PT tidak dapat langsung menagih kepada para pemegang saham , melainkan kepada PT, sebab PT adalah badan hukum.

Berdasarkan Pasal 1 UU PT pengertian Perseroan Terbatas (Perseroan) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

13

1. Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum

13


(23)

2. Didirikan berdasarkan perjanjian

3. Menjalankan usaha tertentu

4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham

5. Memenuhi persyaratan undang-undang

Upaya untuk menjadi badan hukum, PT harus memenuhi persyaratan dan tata cara pengesahan perseroan terbatas sebagaimana yang diatur dalam UU PT, yaitu pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Tata cara tersebut antara lain pengajuan dan pemeriksaan nama PT yang akan didirikan, pembuatan Anggaran Dasar, dan pengesahan Anggaran Dasar oleh Menteri.

Perseroan terbatas sebagai persekutuan modal, kekayaan PT terdiri dari modal yang seluruhnya terbagi dalam bentuk saham. Para pendiri PT berkewajiban untuk mengambil bagian modal itu dalam bentuk saham dan mereka mendapat bukti surat saham sebagai bentuk penyertaan modal. Tanggung jawab para pemegang saham terbatas hanya pada modal atau saham yang dimasukkanya ke dalam perseroan (limited liability). Segala hutang perseroan tidak dapat ditimpakkan kepada harta kekayaan pribadi para pemegang saham, melainkan hanya sebatas modal saham para pemegang saham itu yang disetorkan kepada perseroan.

Perseroan tertutup adalah perseroan terbatas biasa, dimana modal perseroan berasal dari kalangan tertentu, misalnya dari kalangan keluarga atau kerabat. Oleh


(24)

tertentu yang telah ditentukan dan tidak dijual kepada pihak umum. Biasanya pada lembaran saham telah tertulis nama (atas nama) pemilik saham sehingga tidak mudah untuk dipindahtangankan kepada pihak lain.14 Perseroan terbatas tertutup (closely held corporaion) yang sering disebut sebgai perusahaan pribadi (private corporation). Saham perseroan terbatas tertutup hanya dipegang oleh beberapa orang dan tidak djual ke masyarakat umum.15

Saham dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:16

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim a. Saham Biasa (common stock)

1) Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan

2) Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)

1) Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor.

14

Alfian Malik, Pengantar BIsnis Jasa Pelaksana konstruksi (Yogyakarta: CV. Andi Offset., 2010), hlm. 52.

15

Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert., Bisnis (jilid 1), edisikedelapan (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), hlm.11.1

16

Tjiptono Darmadji dan Hendry M. Fakhruddin, Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab (Jakarta: Salemba empat, 2001) hlm. 6.


(25)

2) Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar deviden.

3) Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.

2. Ditinjau dari cara peralihannya

a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)

1) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.

2) Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks)

1) Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a. Blue-Chip Stocks

1) Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.


(26)

1) Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

2) Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai.

3) Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi c. Growth Stocks

1) (Well-Known)

a) Saham -saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

2) (Lesser-Known)

a) Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock.

b) Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

d. Speculative Stock

1) Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti e. Counter Cyclical Stockss


(27)

1) Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

2) Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.

Undang-Undang Perseroan Terbatas pada Pasal 57 ayat (1) selanjutnya menentukan bahwa jika saham yang hendak dialihkan adalah saham dalam perseroan terbatas tertutup, maka dalam Anggaran Dasar perseroan terbatas tersebut dapat diatur adanya ketentuan, yaitu :

1. Mewajibkan dilakukannya penawaran kepada pemegang saham dalam perseroan terbatas terlebih dahulu sebelum saham perseroan terbatas tersebut dijualkan kepada pihak ketiga.

Dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham penjual menawarkan terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang saham tersebut tidak membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga. Setiap pemegang saham penjual yang diharuskan menawarkan sahamnya tersebut berhak menarik kembali penawaran tersebut, setelah lewatnya jangka waktu 30 hari tersebut. Kewajiban menawarkan kepada pemegang saham


(28)

klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain tersebut hanya berlaku 1 kali.

2. Mensyaratkan diperlukannya persetujuan organ perseroan terbatas, pada umumnya Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ):

Pemberian persetujuan pemindahan hak atas saham yang memerlukan persetujuan organ Perseroan atau penolakannya harus diberikan secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 90 hari terhitung sejak tanggal organ Perseroan menerima permintaan persetujuan pemindahan hak tersebut. Dalam jangka waktu tersebut telah lewat dan organ Perseroan tidak memberikan pernyataan tertulis, organ perseroan dianggap menyetujui pemindahan hak atas saham tersebut. Dalam hal pemindahan hak atas saham disetujui oleh organ Perseroan, pemindahan hak harus dilakukan dalam jangka waktu paling lama 90 hari terhitung sejak tanggal persetujuan diberikan.

3. Mensyaratkan diperolehnya persetujuan/izin instansi yang berwenang terlebih dahulu. Jika perseroan terbatas tersebut adalah perseroan terbatas yang terbuka, maka berlaku ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dalam bidang pasar modal, termasuk Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan BAPEPAM-LK sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Pasar Modal tersebut.

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai


(29)

modal untuk menjalankan usaha, yangmemenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Terdapat 6 elemen penting yang terkandung dalam pendirian koperasi, yaitu:17

1. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (association of person)

2. Penggabungan orang-orang tersebut berdasar kesukarelaan (voluntarily joined together)

3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai ( to achieve a common economic end)

4. Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan usaha) yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis

5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan 6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang

Fungsi dan rinsip koperasi adalah:18

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuna ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat

17

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori & Praktik (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 16-17.

18

Rahayu Hartini, Hukum Komersil (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), hlm. 103.


(30)

3. Memperoleh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasonal yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap suatu perusahaan19. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.20

Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini bersifat deskriptif analisis yang mengacu kepada penelitian hukum yuridis normatif yaitu menguji, mengkaji ketentuan-ketentuan penerapan peraturan yang mengatur tentang peralihan saham perseroan terbatas tertutup ke koperasi. C. F. G Sunaryati Hartono dalam bukunya Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20

mengatakan bahwa kegunaan metode penelitian hukum normatif adalah untuk

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

19

L. Thian Hin. Panduan Berinvestasi Saham, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 15.

20


(31)

mengetahui atau mengenal apakah dan bagaimanakah hukum positifnya mengenai suatu masalah yang tertentu. Dia juga mengatakan bahwa penelitian hukum normatif juga dapat menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain apakah dan bagaimanakah hukumnya mengenai peristiwa atau masalah yang tertentu.21

Penelitian normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peritiwa hukum, hubungan hukum dan obyek hukum

22

a. Bahan hukum primer

.

2. Sumber data

Sumber data diperoleh melalui data sekunder yaitu:

Diperoleh melalui Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder berupa karya-karya ilmiah, berita-berita serta tulisan dan buku yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diajukan.

c. Bahan hukum tertier

21

C. F. G. Sunaryati Hartono. Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, (Penerbit Alumni: Bandung, 1994), hlm. 140.

22

Soerjono Soekanto. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. cetakan ketigabela, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, . 2011), hlm.15.


(32)

Bahan hukum tertier berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti

Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam penulisan skripsi ini teknik pengumpulan data dengan studi dokumen dengan penulusuran pustaka (Library Research) yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan juga perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian.

4. Analisis data

Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan memakai data sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, pendapat para sarjana, internet, dan makalah, yang terkait dengan peralihan saham PT. Tertutup kepada koperasi, adalah metode kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Diawali dengan latar belakang penelitian, yang berisi alasan-alasan penulis mengambil judul sebagaimana tercantum diatas. Uraian-uraian dalam bab ini ditujukan sebagai penjelasan awal mengenai terminologi-terminologi yang digunakan untuk mengemukakan


(33)

permasalahan dalam mengidentifikasi masalah sebagai proses signifikasi pembahasan. Disamping itu untuk mempertegas pembahasan dicantum pula maksud dan tujuan serta kegunaan penelitian.

BAB II PERMODALAN DALAM PERSEROAN TERBATAS DAN KOPERASI

Menjelaskan bagaimana kedudukan perseroan terbatas dan koperasi sebagai badang hukum serta permodalan dalam perseroan terbatas dan permodalan dalam koperasi yang ada di Indonesia. Dalam bab ini akan membahas secara normatif bagaimana landasan hukum permodalan perseroan terbatas dan permodalan koperasi di Indonesia.

BAB III SYARAT DAN TATACARA PERALIHAN SAHAM

Berisi syarat dan tata cara dalam peralihan saham perseroan terbatas di Indonesia, dan bagaimana saham merupakan bagian dari benda bergerak serta akibat hukumnya. Ada beberapa syarat dan tata cara yang dapat dilakukan dalam peralihan saham perseroan terbatas di Indonesia.

BAB IV PERALIHAN SAHAM PT TERTUTUP KEPADA KOPERASI DITINJAU DARU UU.NO 40 TAHUN 2007 DAN UU.NO 17 TAHUN 20212


(34)

Alasan dilakukannya peralihan saham dari perseroan terbatas tertutup kepada koperasi, bentuk peralihannya, mekanisme peralihannya dan akibat dari peralihan saham perseroan terbatas tertutup kepada koperasi yang ditinjau dari Undang-Undang No.40 Tahun 2007 dan Undang -Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang dikemukakan berdasarkan permasalahan yang dibahas.


(35)

BAB II

PERMODALAN PERSEROAN TERBATAS DAN PERMODALAN DALAM KOPERASI

A. Kedudukan PT sebagai Badan Hukum

Perseroan terbatas merupakan suatu subjek hukum yang diakui oleh pemerintah Indonesia dalam bentuk badan hukum. Perkumpulan dari beberapa orang yang kemudian membuat suatu ikatan yang kemudian menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan dari dibentuknya badan hukum tersebut. Secara pengertian, PT memiliki arti “badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.23

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) sebagai aturan awal dari PT tidak mengatakan secara tegas akan keberadaan PT sebagai badan hukum akan tetapi memberikan penjelasan pertanggung jawaban suatu saham dalam perseroan, “Modal perseroan dibagi atas saham-saham atau Sero-sero atas nama atau blangko. Para persero atau pemegang saham atau sero tidak bertanggung jawab

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa perseroan terbatas adalah sebuah badan hukum yang didalamnya terdapat persekutuan modal yang dibentuk berdasarkan adanya perjanjian terhadap suatu kegiatan tertentu yang memiliki jumlah saham.

23


(36)

lebih daripada jumlah penuh saham-saham itu”.24

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai aturan yang digunakan sekarang secara tegas menyebutkan bahwa PT adalah sebagai badan hukum yang terkandung dalam Pasal 1 UU PT, dengan demikian tidak perlu diragukan akan kedudukan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum. Berikut arti dari badan hukum menurut beberapa ahli:

Kemudian pada Pasal 45 KUHD “para pengurus tidak bertanggung jawab lebih daripada untuk menunaikan sebaik-baiknya tugas yang diberikan kepada mereka; mereka tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap pihak ketiga atas perikatan perseroan”, kembali lagi tidak ada pernyataan tegas akan bentuk dari perseroan terbatas tersebut namun KUHD mengakui adanya kekayaan terpisah dari modal dan kekayaan pribadi dan juga mengenai pertanggung jawaban modal di perseroan terbatas sebatas jumlah modal/saham yang dimiliki oleh tiap-tiap pemiliki saham.

25

1. Teori Fictie dari von Sasvigny, badan hukum adalah semata-mata buatan negara saja. Sebetulnya menurut alam hanya manusia sajalah sebagai subjek hukum, badan hukum itu hanya suatu fictie saja, yaitu sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang menciptakan dalam bayangannya suatu pelaku hukum (badan hukum) yang sebagai subjek hukum diperhitungkan sama dengan manusia

2. Teori Harta Kekayaan bertujuan dari Brinz, menurutnya hanya manusia saja yang dapat menjadi subjek hukum. Namun, juga tidak dapat dibantah adanya

24

Pasal 40 KUHD

25

Agus Budiarto,Keudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas (edisi kedua) (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 21.


(37)

hak-hak atas suatu kekayaan, sedangkan tiada manusia pun yang menjadi pendukung hak-hak itu. Apa yang kita namakan hak-hak dari suatu badan hukum sebenarnya adalah hak-hak yang tidak ada yang mempunyainya dan sebagai penggantinya adalah suatu harta kekayaan yang terikat oleh tujuan atau kekayaan kepunyaan suatu tujuan

3. Teori Organ Daro Otto Van Gierke, bahwa badan hukum adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan hukum. Tidak hanya suatu pribadi yang sesungguhnya, tetapi badan hukum ini juga mempunyai kehendak atau kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya (pengurus, anggota-anggotanya). Apa yang mereka putuskan adalah kehendak atau kemauan dari badan hukum. Teori ini menggambarkan badan hukum sebagai suatu yang tidak berbeda dengan manusia.

4. Teori Propriete Collective dari Planiol yaitu hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama. Disamping hak milik pribadi, hak milik serta kekayaan itu merupakan harta kekayaan itu merupakan harta kekayaan bersama. Anggota-anggota tidak hanya dapat memiliki masing-masing untuk bagian tidak dapat dibagi, tetapi juga sebagai pemilik bersama-sama untuk keseluruhannya. Disini dapat dikatakan bahwa orang-orang yang berhimpun itu semuanya merupakan suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang dinamakan badan hukum. Maka dari itu, badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis saja.


(38)

Perseroan Terbatas t dijalankan dan dilaksanakan oleh Direksi. Pengelolaan atau pengurusan dilaksanakan oleh Direksi, ini sesuai dengan Pasal 1 angka 5 UU PT direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dalam Pasal 92 ayat (1) UU PT dikemukakan mengenai fungsi direksi dalam pengurusan PT untuk kepentingan PT yaitu direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Perseroan terbatas sebagai badan hukum berdasarkan tugas dan fungsi Direksi, bahwa badan hukum PT itu memiliki kehendak atau kemauan sesuai dengan kepentingan PT melalui alat-alatnya. Ini sesuai dengan teori organ yang dikemukakan oleh Daro Otto Van Gierke. Direksi yang merupakan bagian organ atau alat dari badan hukum, dibentuk dan dipilih untuk menjalankan segala kepentingan PT, baik kepentingan itu untuk melakukan perjanjian atau melakukan hal yang lain berhubungan dengan kepentingan PT. Berikut organ-organ yang ada di dalam suatu perseroan terbatas, yaitu:

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS adalah organ perusahaan yang memegang kekuasaan,yang mana kewenangannya tersebut tidak diserahkan kepada direksi dan dewan komisaris. RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk


(39)

mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS didasari pada kepentingan usaha perseroan dalam jangka panjang.

Dapat dikatakan bahwa keputusan-keputusan yang menyangkut struktur organisasi perseroan misalnya perubahan anggaran dasar, penggabungan, peleburan, pemisahan, pembubaran dan likuidasi perseroan, hak dan kewajiban para pemegang saham, pengeluaran saham baru dan pembagian atau penggunaan keuntungan yang dibuat perseroan sepenuhnya termasuk wewenang RUPS. Dikatakan bahwa RUPS mempunyai kekuasaan tertinggi dalam perseroan, RUPS menjalankan kekuasaan perseroan secara de facto, secara eksklusif kewenangan diatur dalam anggaran dasar dan pembatasan tertentu bagi direksi yang memerlukan persetujuan RUPS. Tetapi perwakilan untuk pengurusan perseroan di dalam maupun di luar pengadilan tidak termasuk wewenang RUPS. Berikut wewenang RUPS sesuai UU PT, yaitu :

a. Memutuskan penyetoran saham dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya, misalnya dalam bentuk benda tidak bergerak (Pasal 34)

b. Menyetujui dapat tidaknya pemegang saham dan kreditor lainnya yang mempunyai tagihan terhadap perseroan menggunakan hak tagihnya sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya (Pasal 35)

c. Menyetujui pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan (Pasal 38) d. Menyetujui penambahan modal perseroan (Pasal 41 ayat (1))


(40)

e. Memutuskan pengurangan modal perseroan (Pasal 44 ayat (1)

f. Menyetujui rencana kerja yang diajukan oleh direksi. (Pasal 64 ayat (3)) g. Memutuskan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah

penyisihan untuk cadangan. (Pasal 71)

h. Mengatur tata cara pengambilan deviden yang telah dimasukkan ke cadangan khusus. (Pasal 73)

i. Memutuskan tentang penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan, pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan waktu berdirinya, dan pembubaran perseroan. (Pasal 89 ayat (1))

j. Memutuskan pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara direksi dalam hal direksi terdiri atas 2 anggota direksi atau lebih. (Pasal 92 ayat (5))

k. Mengangkat anggota direksi. (Pasal 94 ayat (1))

l. Memutuskan ketentuan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota direksi. (Pasal 96 ayat (1))

m. Memutuskan tentang kewenangan direksi untuk mewakili perseroan dalam hal direksi lebih dari 1 orang. (Pasal 98 ayat (3))

n. Menyetujui untuk mengalihkan kekayaan perseroan, atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan, yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. (Pasal 102 ayat (1))


(41)

o. Menyetujui dapat atau tidaknya direksi mengajukan permohonan pailit atas perseroan kepada Pengadilan Niaga. (Pasal 104)

p. Memberhentikan anggota direksi sewaktu-waktu dengan menyebutkan alasannya. (Pasal 105)

q. Mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara anggota Direksi yang telah ditetapkan oleh dewan komisaris. (Pasal 106 ayat (6)) r. Mengangkat anggota dewan komisaris. (Pasal 111)

s. Menetapkan ketentuan tentang besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota dewan komisaris. (Pasal 113)

t. Memutuskan dapat atau tidaknya dewan komisaris melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. (Pasal 118 ayat (1))

u. Mengangkat komisaris independen. (Pasal 120 ayat (2))

v. Memutuskan tentang pengambilalihan saham oleh badan hukum berbentuk perseroan. (Pasal 125 ayat (4))

w. Memutuskan tentang penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan perseroan. (Pasal 127 ayat (1))

x. Memutuskan tentang pembubaran perseroan. (Pasal 142 ayat (1))

2. Dewan komisaris

Dewan komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur PT. Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara


(42)

kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi. Dalam melaksanakan tugas, dewan komisaris bertanggung jawab kepada RUPS. Pertanggungjawaban dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan. Kinerja dewan komisaris dievaluasi berdasarkan unsur-unsur penilaian kinerja yang disusun secara mandiri oleh dewan komisaris. Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap akhir periode tutup buku.

Dewan komisaris adalah organ pengawas mandiri. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 6 UU PT jelas bahwa ada keharusan bagi setiap perseroan mempunyai dewan komisaris. Tugas utama dewan komisaris adalah melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan yang dijalankan direksi, jalannya pengurusan tersebut pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasehat kepada direksi. Dewan komisaris tidak mempunyai peran dan fungsi eksekutif. Sekalipun anggaran dasar menentukan bahwa perbuatan-perbuatan direksi tertentu memerlukan persetujuan dewan komisaris, persetujuan dimaksud bukan pemberian kuasa dan bukan pula perbuatan pengurusan.

Tugas dan kewenangan pengawasan dipercayakan kepada dewan komisaris demi kepentingan perseroan, bukan kepentingan satu atau beberapa orang pemegang saham. Hal ini ditegaskan dalam pasal 85 ayat (4) UU PT yang melarang anggota dewan komisaris untuk bertindak selaku kuasa pemegang saham dalam pemungutan suara sewaktu RUPS. Dalam pengurusan perseroan kedudukan direksi dan dewan komisaris adalah setara. Komisaris adalah pengawas kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta sebagai


(43)

penasihta direksi. Untuk mencapai efektifitas fungsi komisaris tersebut maka ditetapkan pula persyaratan untuk menjadi komisaris yang adalah sama untuk menjadi direksi.26

Dewan komisaris melakukan pengawasan, maka dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan. Pertanggung jawaban tersebut diberikan sekali setahun pada waktu RUPS tahunan. Sedangkan tanggung jawab keluar, berkaitan dengan kerugian yang diderita oleh pihak ketiga. Dalam dal ini berlaku pula tanggung jawab seperti halnya direksi. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 115 UU PT yang mengatur bahwa setiap anggota dewan komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan direksi atas kewajiban (utang) perseroan yang belum dilunasi bilamana terjadi kepailitan perseroan karena kesalahan atau kelalaian dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilakukan direksi. Selanjutnya diatur pula dalam Pasal 115 ayat (2) bahwa tanggung jawab tersebut berlaku juga Tanggung jawab dewan komisaris mirip dengan tanggung jawab direksi. Perbedaannya adalah bahwa tanggung jawab dewan komisaris terdapat dalam bidang pengawasan atas kebijakan pengurusan yang dilakukan direksi dan pemberian nasehat kepada direksi, sedangkan tanggung jawab direksi terdapat dalam bidang pengurusan dan perwakilan perseroan. Tanggung jawab dewan komisaris terbagi atas tanggung jawab ke luar dan tanggung jawab ke dalam.

26


(44)

bagi anggota dewan komisaris yang sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Ketentuan serupa ditetapkan pula bagi mantan anggota direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya selagi menjabat telah menyebabkan perseroan dinyatakan pailit. Berikut rincian wewenang dewan komisaris dalam UU PT, yaitu:

a. Dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha, dan memberi nasihat kepada direksi. (Pasal 108 ayat (1))

b. Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan. (Pasal 114 ayat (1))

c. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian dewan komisaris dalam hal melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota dewan komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. (Pasal 115 ayat (1)).

Dewan komisaris wajib (Pasal 116), yaitu :

a. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya; b. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau

keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain;

c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS


(45)

3. Direksi

Direksi adalah organ perusahaan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.27

Tugas dan wewenang untuk melakukan pengurusan perseroan adalah tugas dan wewenang setiap anggota direksi. Ditegaskan dalam tanggung jawab pribadi secara tanggung renteng yang diatur dalam Pasal 97 ayat (4) UU PT. Namun tugas dan wewenang direksi dibatasi oleh peraturan undang-undang, maksud dan tujuan perseroan dan pembatasan-pembatasan dalam anggaran dasar. Sehubungan dengan pembatasan-pembatasan yang mengikat direksi tersebut di atas UU PT dengan tegas dan jelas mengatur bahwa pembatasan dimaksud pada dasarnya tidak mempunyai akibat keluar yaitu bahwa perbuatan hukum yang dilakukan direksi tanpa persetujuan RUPS atau dewan komisaris tetap mengikat perseroan Dalam melaksanakan tugasnya, direksi bertanggung jawab kepada RUPS. Pertanggungjawaban direksi kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan.

Kinerja direksi dievaluasi oleh dewan komisaris baik secara individual maupun kolektif berdasarkan unsur-unsur penilaian kinerja yang disusun oleh Komite Nominasi. Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap akhir periode tahun buku. Hasil penilaian kinerja direksi oleh dewan komisaris disampaikan dalam RUPS.

27


(46)

sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik. Berarti bahwa pihak lain dimaksud dilindungi oleh praduga itikad baik yang merupakan suatu asas dalam Hukum Perdata Indonesia.

Perseroan adalah subyek hukum dan perseroan sebagai ciptaan hukum adalah orang buatan yang mutlak memerlukan direksi yang ditugaskan untuk menjalankan pengurusan dan perwakilan perseroan. Pasal 92 ayat (1) dan Pasal 98 ayat (2) UU PT menetapkan bahwa direksi adalah pengurus dan wakil perseroan. Tugas tersebut melahirkan kewajiban pada setiap anggota direksi untuk senantiasa menjaga dan membela kepentingan perseroan. Kelalaian dalam melaksanakan tugas tersebut berakibat bahwa setiap anggota direksi secara tanggung renteng dapat dipertanggungjawabkan. Selama anggota direksi menjalankan kewajibannya dalam batas-batas kewenangannya, anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan. Berikut kewenagan beserta kewajiban direksi, yaitu :

a. Menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. (Pasal 92 ayat (1))

b. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan. (Pasal 97 ayat (1)) c. Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

(Pasal 98 ayat (1))

Direksi wajib (Pasal 100 ayat (1)):

a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan risalah rapat direksi;


(47)

b. Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang Dokumen Perusahaan;

c. Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan perseroan dan dokumen perseroan lainnya

d. Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. (Pasal 101 ayat (1))

Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk (Pasal 102 ayat (1)):

a. Mengalihkan kekayaan perseroan;

b. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan, yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

c. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang karyawan Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa. (Pasal 103)

Penjelasan mengenai tugas dari masing-masing organ perseroan terbatas membuktikan bagaimana organ-organ tersebut adalah suatu kesatuan yang memiliki tanggung jawab dan saling bekerjan sama dalam menjalankan perseroan agar tercapai perseroan yang sehat serta mandiri. Perseroan sebagai badan usaha yang berbentuk badan hukum berbeda dengan badan usaha seperti CV atau firma,


(48)

tidak memiliki hak tanggung jawab seperti subjek hukum lainnya, perorangan, maka berikut ciri-ciri dari bentuk badan hukum tersebut, yaitu:

1. Memiliki harta kekayaan yang terpisah

Perseroan Terbatas mempunyai harta kekayaan tersendiri yang terpisah dari harta kekayaan para perseronya dan didapat dari pemasukan para persero (pemegang saham), yang berupa modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor penuh. Harta kekayaan ini sengaja diadakan dan memang diperlukan sebagai alat untuk mengejar tujuan perseroan dalam hubungan hukumnya di masyarakat, misalnya dalam rangka membuat perjanjian-perjanjian dengan pihak ketiga. Kekayaan terpisah membawa akibat sebagai berikut:28

a. Kreditur pribadi dari persero dan atau para pengurusnya tidak mempunyai hak untuk menuntut harta kekayaan badan hukum itu

b. Para persero dan juga para pengurusnya secara pribadi tidak dapat menagih piutang badan hukum dari pihak ketiga

c. Kompensasi antara hutang pribadi dan hutang badan hukum tidak diperkenankan

d. Hubungan hukum, baik perikatan maupun proses-proses antara para persero dan atau para pengurusnya dengan badan hukum dapat terjadi, seperti halnya antara badan hukum dengan pihak ketiga

28


(49)

e. Pada kepailitan, hanya kreditur badang hukum itu saja yang dapat menuntut harta kekayaan yang terpisah itu.

2. Mempunyai tujuan

Perseroan terbatas merupakan subjek hukum yang memiliki tujuan tertentu, ini dapat dilihat dari anggaran dasarnya.29

Kepentingan sendiri yang dimaksud adalah merupakan hak-hak subjektifnya sebagai akibat dari peristiwa-peristiwa hukum yang dialaminya dan kepentigan itu adalah kepentingan yang dilindungi hukum.

Ini dapat dilihat dari usaha perusahaan tersebut seperti PT. Bank BRI. Secara jelas perseroan ini bergerak di bidang perbankan.

3. Mempunyai kepentingan sendiri

30

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, perseroan terdiri dari organ-organ perseroan yang memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Masing-masing organ akan mempertanggung jawabkan setiap tindakannya kepada Maka dengan demikian peseroan memiliki kepentingan sendiri yang dapat mempertahankan kepentingannya terhadap pihak ketiga.

4. Mempunyai organisasi yang teratur

29

Ibid.

30


(50)

organ yang lain karena masing-masing organ akan selalui diawasi. Dengan demikian patutlah dikatakan bahwa perseroan terbatas memiliki organisasi yang teratur.

B. Kedudukan Koperasi sebagai Badan Hukum

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.31

Sama halnya dengan PT, koperasi dibentuk dengan adanyan perikatan/perjanjian antara pendirinya, hal ini sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) dan (2) UU Koperasi yaitu Koperasi Primer didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau Badan hukum tidak hanya sebatas pada PT akan tetapi dapat berbentuk lain sesuai dengan peraturan yang ada.

Koperasi memiliki status yang sama dengan PT yang berstatus badan hukum yang merupakan sebuah organisasi yang memiliki hak dan tanggung jawab di depan hukum, dengan demikian koperasi merupakan subjek hukum. Berdasarkan UU Koperasi memberikan legitimasi kepada Koperasi menjadi badan hukum yang memiliki wewenang dalam menjalankan fungsinya yang memiliki modal/saham yang disetor oleh pemilik saham.

31


(51)

Anggota sebagai modal awal Koperasi dan Koperasi Sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) Koperasi Primer. Seperti yang telah disebutkan diawal bahwa setiap berbadan hukum, harta kekayaan antara harta pribadi dengan harta kekayaan badan hukum dipisahkan. Dalam Pasal 7 ayat (1) diatas telah disebutkan “……dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau Anggota sebagai modal awal Koperasi”, dengan demikian kedudukan Koperasi sebagai badan hukum telah memenuhi syarat untuk menjalankan hak dan tanggung jawab.

Koperasi dijalankan atau dikelola oleh pengurus, ini sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) UU Koperasi, pengurus adalah perangkat organisasi koperasi yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan dan tujuan koperasi, serta mewakili koperasi baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Dengan demikian fungsi dari pengurus adalah menjalankan Koperasi sebaik mungkin sesuai dengan kepentingan Koperasi.

Dalam Pasal 4 UU Koperasi, tertuang tujuan koperasi Indonesia, yaitu bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.

Koperasi dalam pendiriannya berpegang teguh pada asas dan prinsip-prinsip ideal tertentu, maka kegiatan koperasi biasanya juga diharapkan dapat


(52)

membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.32

Melihat tujuan dari koperasi yang tertuang dalam Pasal 4 UU Koperasi koperasi berjalan tidak keluar dari koridor perekonomian Indonesia. Demokratis terhadap seluruh anggota koperasi dengan mendukung rasa keadilan tanpa terkecuali. Dapat dipahami apa sebenarnya tujuan dari koperasi ini terbentuk dari uraian berikut:

Dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu adanya prinsip keterbukaan anggota dalam koperasi. Siapa saja dapat untuk menjadi anggota koperasi.

33

a. Koperasi Indonesia berusaha ikut membantu para anggotanya untuk dapat meningkatkan penghasilannya

b. Koperasi Indonesia dapat mengurangi tingkat pengangguran. Dengan semakin meningkatkan pertambahan penduduk, membawa dampak meningkatnya pula pengangguran, karena berkurangnya atau semakin sulitnya lapagan pekerjaan. c. Koperasi Indonesia dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat. Sebagai

badan usaha yang mengutamakan usaha bersama dalam meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya, maka dalam kegiatan usahanya koperasi berusaha mempersatukan usaha bersama tersebut dengan baik.

d. Koperasi Indonesia dapat berperan serta meningkatkan tarah hidup rakyat. Tujuan utama koperasi adalah meningkatkan taraf hidup para anggota

32

Revrisond Baswir. Koperasi Indonesia, (cetakan kedua), (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000), hlm. 40..

33


(53)

tercukupi, koperasi berusaha untuk ikut meningkatkan taraf hidup masyarakat pada umumnya.

e. Koperasi Indonesia dapat berperan ikut meningkatkan pendidikan rakyat. Koperari dapat memberikan pendidikan kepada rakyat dengan jalan mendidik para anggota koperasi terlebih dahulu, dan kemudian secara berantai para anggota koperasi dapat mengamalkan pengetahuannya terebut kepada masyarakat lainnya

f. Koperasi Indonesia dapat berperan sebagai perjuangan ekonomi. Koperasi dapat memberikan kemampuan yang besar untuk dapat mempertinggi kesejahteraan rakyat banyak.

g. Koperasi Indonesia dapat berperan menciptakan demokrasi ekonomi. Dalam perannya sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional, koperasi dituntut berperan menyeluruh di semua lapangan usaha dan mampu mejangkau sektor-sektor ekonomi fital yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

h. Koperasi Indonesia dapat berperan serta dalam membangun tatanan perekonomian nasional

i. Koperasi Indonesia dapat berperan sebagai alat Pembina insane masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.

Organ koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus dan pengawas. Masing-masing organ telah diatur di dalam UU Koperasi, yaitu:


(54)

Pasal 1 ayat (5) UU Koperasi, rapat anggota memiliki arti yaitu perangkat organisasi koperasi yang memegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Wewenang rapat anggota dapat dilihat dari Pasal 33 UU Koperasi. Yang harus diketahui pula bahwa, rapat anggota adalah pemengang kekuasaan tertinggi di koperasi.34

a) Menetapkan kebijakan umum koperasi

Berikut wewenang rapat anggota dalam koperasi tersebut:

b) Mengubah anggaran dasar

c) Memilih, mengangkat, dan memberhentikan pengawas dan pengurus

d) Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi

e) Menetapkan batas maksimum pinjaman yang dapat dilakukan oleh pengurus untuk dan atas nama koperasi

f) Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban pengawas dan pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing

g) Menetapkan pembagian selisih hasil usaha

h) Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran koperasi, dan

i) Menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

2. Pegawas

34


(55)

Pasal 1 ayat (6) UU Koperasi menjelaskan bahwa pengawas adalah perangkat organisasi koperasi yang bertugas mengawasi dan memberikan nasihat kepada pengurus. Pengawas bertugas untuk:35

a) Mengusulkan calon pengurus

b) Memberi nasihat dan pengawasan kepada pengurus

c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan Koperasi yang dilakukan oleh pengurus, dan

d) Melaporkan hasil pengawasan kepada Rapat Anggota

Sedangkan wewenang dari pengawas koperasi, adalah:36

a) Menetapkan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar

b) Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dari pengurus dan pihak lain yang terkait

c) Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja koperasi dari pengurus

d) Memberikan persetujuan atau bantuan kepada pengurus dalam melakukan perbuatan hukumtertentu yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan

e) Dapat memberhentikan pengurus untuk sementara waktu dengan menyebutkan alasannya

35

Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

36


(56)

3. Pengurus

Pasal 1 ayat (7) UU Koperasi memberikan arti bahwa pengurus adalah perangkat organisasi koperasi yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan dan tujuan koperasi, serta mewakili koperasi baik di dala maupun di luar. Pengurus bertugas:37

a) Mengelola koperasi berdasarkan anggaran dasar b) Mendorong dan memajukan usaha anggota

c) Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota

d) Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas untuk diajukan kepada rapat anggota

e) Menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota

f) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib g) Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien

h) Memelihara buku daftar anggota, buku daftar pengawas, buku daftar pengurus, buku daftar pemegang sertifikat modal koperasi, dan risalah rapat anggota, dan

i) Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan kemajuan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota.

37


(57)

Pengurus juga berwenang untuk mewakili koperasi di dalam maupun di luar pengadilan.38

1. Jenis-jenis modal

Pengurus memiliki peran penting di dalam koperasi karena penguruslah yang menjalankan roda badan usaha koperasi ini, oleh karena itu apabila dibandingkan kedudukan pengurus sama dengan kedudukan direksi yang berada di perseroan.

C. Permodalan dalam PT Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Ada 3 (tiga) jenis modal dalam Perseroan Terbatas, yaitu: a. Modal dasar

b. Modal ditempatkan c. Modal disetor

Ketiga modal diatas berbeda bukan karena berasal dari mana modal itu berasal akan tetapi lebih kepada strukturalnya, yaitu modal yang ditujukan/diarahkan kepada persero itu sendiri. Modal PT berasal tetap dari pendiri perseroan itu sendiri, tidak dari pihak lain, berbeda dengan koperasi yang mengklasifikasikan modal yang diberikan kepada diarahkan ke koperasi dan dari mana modal itu berasal.

1) Modal dasar

Modal dasar dalam Peseroan Terbatas diatur dalam Pasal 31 ayat (1) UU PT, yaitu modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.

38


(58)

Perkataan modal memberikan variasi makna tergantung dari sudut pandang akan tetapi apabila dihubungkan dengan perseroan, modal memiliki arti sesuatu yang diperoleh perseroan dalam bentuk uang melalui penerbitan saham (issued of shares). Uang itulah yang digunakan perseroan melancarkan kegiatan susah dan bisnis yang ditentukan dalam Anggaran Dasar.39

(1) Saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang atau pemiliknya

Modal dasar perseroan pada prinsipnya merupakan total jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan. Anggaran Dasar sendiri yang menentukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal dasar. Jumlah yang ditentukan dalam Anggaran Dasar, merupakan nilai nominal yang murni.

2) Modal dikeluarkan/ditempatkan

Modal ditempatkan memiliki arti jumlah sahan yang sudah diambil pendiri atau pemegang saham, dan saham yang diambil itu ada yang sudah dibayar dan ada pula yang belum dibayar.dengan demikian modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri atau pemegang saham untuk dilunasinya dan saham itu telah diserahkan kepadanya untuk dimiliki.

3) Modal disetor

Modal disetor memilki makna:

39

M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2009), hlm. 233.


(59)

(2) Jadi modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar Perseroan

2. Ketentuan Besaran Modal PT

Besaran modal PT masih tergantung pada struktural dari modal yang telah disebutkan namun besaran modal tersebut dapat saja berubah sesuai dengan Anggaran Dasar atau peraturan pemerintah. Ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Modal dasar

Jumlah nominal modal disetor yang dimaksud di dalam Pasal 31 ayat (1) UU PT adalah sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dalam lanjutan Pasal 31 ayat (2) dan (3), dinyatakan bahwa undang-undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar dan perubahan besarnya modal dasar ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Nominal modal disetor dapat tidak sejumlah Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tergantung dengan kegiatan usaha yang telah ditentukan dengan peraturan pemerintah akan tetapi apabila sesuai dengan UU PT, maka harus sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) diatas. Dapat diberi contoh modal disetor yang nilai nominalnya lebih dari Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah), yaitu modal disetor dalam persyaratan membentuk bank umum. Dalam Pasal 4 ayat (1) SK Direksi BI No: 32/33/Kep/Dir tentang Bank Umum tanggal 12 Mei 1999, dikatakan bahwa modal disetor untuk mendirikan bank ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp.3.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah).


(60)

Anggaran Dasar PT juga dapat mempengaruhi jumlah nominal modal disetor tersebut, namun tidak dapat dibawah dari Rp.50.000.000,- (lima puluh juga rupiah) karena sudah ditentukan nilai minimalnya dalam Pasal 31 ayat (1) diatas. Modal dasar

b. Modal dikeluarkan/ditempatkan

Menurut UU PT menyatakan bahwa paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar harus ditempatkan. Pada Pasal 33 ayat (1) UU PT mengatakan bahwa paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh. Modal ditempatkan merupakan kesanggupan pemegang saham untuk menanamkan modalnya ke perusahaan, sehingga ini dapat dikatakan bukanlah modal riil yang benar-benar sudah ada di perusahaan.

c. Modal disetor

Mengenai jumlah modal disetor adalah sama dengan modal yang ditempatkan yaitu 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar, ini sesuai dengan Pasal 33 ayat (1), “Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh”. Dapat diberikan contoh mengenai modal disetor ini, yaitu apabila modal dasar berjumlah Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) maka modal disetor adalah dari pemegang saham adalah 25% dari modal dasar tersebut yaitu Rp.12.500.000 (dua belas juta rupiah). Modal disetor adalah adalah modal riil yang benar-benar disetorkan oleh pemengang saham ke perusahaan. Modal dasar


(61)

bukanlah modal riil, karena ini merupakan modal yang masih dalam bentuk kesanggupan perusahaan semata dalam memiliki secara keseluruhan modal yang dimiliki.

3. Penambahan dan Pengurangan Modal PT

Perseroan dapat meningkatkan modalnya dengan cara melakukan penambahan yang prosesnya berdasarkan atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut Pasal 41 UU PT, RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS tersebut dalam rangka peningkatan modal Perseroan untuk jangka paling lama 1 (satu) tahun, dengan catatan bahwa penyerahan kewenangan teresbut sewaktu-waktu dapat ditarik oleh RUPS.

Penambahan modal dapat dilakukan pada modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Pada modal dasar berdasarkan Pasal 42 ayat (1), RUPS untuk penambahan “modal dasar” disamakan kualitas dan bentuknya dengan RUPS “perubahan” anggaran dasar. Oleh karena itu agar keputusan RUPS untuk menambah modal dasar sah:

a. Harus tunduk kepada ketentuan Pasal 88 jo. Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 21 ayat (2) huruf d UU PT

b. Oleh karena itu, RUPS dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kuorum 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan haks suara, hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan sah jika disetujui paling sedikit 2/3 dari jumlah suara yang dikeluarkan (Pasal 88 ayat (1) UU PT).


(62)

c. Keputusan RUPS harus mendapat “persetujuan menteri” (Pasal 21 ayat (1) UU PT).

Penambahan modal ditempatkan dan modal disetor berbeda dengan RUPS penambahan modal dasar. RUPS penambahan modal ditempatkan dan disetor, tidak dikategorikan RUPS perubahan anggaran dasar, tetapi disamakan dengan RUPS biasa sebagaimana uang diatur dalam Pasal 86 UU PT dengan demikian keputusan RUPS sah apabila RUPS dilakukan dengan kuorum kehadiran lebih dari ½ bagian dari seluruh jumlah saham dengan hak suara dan disetujui oleh lebih ½ bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan kecuali ditentukan lebih besar dalam anggaran dasar. Wajib memberitahukan penambahan modal ditempatkan dan disetor kepada menteri untuk dicatat dalam Daftar Perseroan serta untuk diumumkan oleh Menteri dan TBN RI.

Pengurangan modal yang dimaksud adalah sesuai dengan Pasal 44 ayat (1) UU PT Terbatas yaitu keputusan RUPS untuk pengurangan modal perseroan adalah sah apabila dilakukan dengan memperhatikan persyaratan ketentuan kuorum dan jumlah suara setuju untuk perubahan anggaran dasar sesuai ketentuan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”.

Penjelasan Pasal 44 UU PT adalah pengurangan yang menyagkut dengan pengurangan modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Sama halnya dengan penambahan modal, pengurangan juga mempengaruhi anggaran dasar suatu perseroan.


(63)

D. Permodalan Dalam Koperasi

1. Sumber modal

Modal koperasi meliputi sumber modal dari:40

a. Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota oleh anggota kepada koperaasi yang besarnya untuk masing-masing anggota adalah sama. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali oleh anggota selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Tidak ada ketentuan pasti dalam UU Koperasi mengenai jumlah simpanan pokok. Besar jumlah simpanan pokok tergantung dalam anggaran dasar.

b. Simpanan wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh setiap anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, yang nilainya untuk masing-masing anggota tidak harus sama. Dengan demikian anggota yang lebih mampu dari segi keuangan, dapat memberikan lebih kepada koperasi dibanding anggota lainnya, sebagai simpanan wajibnya. Besar jumlah simpanan wajib tidak dimuat dalam UU Koperasi, ini disesuaikan dalam anggaran dasar berapa besar simpanan wajib.

c. Dana cadangan yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk memupukan modal sendiri untuk menutup kerugian koperasi jika diperlukan. Sehubungan dengan itu, dana cadangan koperasi ini tidak boleh dibagikan kepada anggota, meskipun terjadi

40

R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 100.


(1)

yang dilaksanakan, namun diatur dalam anggaran dasar koperasi sehingga sumber modal yang ada pada koperasi tidak memberatkan anggotanya.

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas tidak mengenal yang namanya peralihan saham akan tetapi pemindahan hak atas saham. Pemindahan hak atas saham ini dapat dilakukan dengan syarat harus melakukan penawaran terlebih dahulu saham yang akan dijual. Penawaran ini dilakukan kepada pemegang saham kepada pemegang saham lainnya dalam internal perusahaan tersebut. Namun apabila penawaran tersebut tidak ada yang membeli, maka penjual saham tersebut dapat melakukan penjualan saham kepada pihak ke-3 yaitu diluar dari perusahaan. Pemindahan hak atas saham juga harus dilakukan dengan persetujuan dari organ perseroan, hal ini sangat penting karena dalam suatu perseroan adalah suatu kesatuan yang tidak terpisahkan karena apabila adanya pemindahan hak atas saham otomatis akan merubah daftar pemegang saham yang telah tercatat dalam perseroan. Syarat lainnya adalah adanya kepastian dari instansi lain seperti adanya izin dari BKPM mengenai peralihan saham dari pihak asing ke pihak dalam negeri maupun sebaliknya. Pemindahan hak atas saham bukan hanya berhenti sampai disitu saja karena apabila adanya pemindahan hak atas saham, maka nama atas saham tersebut harus diubah melalui akta otentik yang dilakukan oleh seorang pejabat notaris. Dan dalam daftar pemegang saham juga akan berubah.

3. Peralihan saham dari PT tertutup kepada koperasi banyak dilandasi beberapa faktor yang salah satunya adalah ketika perseroan menjual saham kepada koperasi maka ada indikasi perseroan tersebut membutuhkan biaya, namun


(2)

ketika perseroan menghibahkan saham kepada koperasi adalah suatu kebijakan perseroan untuk memajukan gerakan koperasi. Peralihan saham dari perseroan tertutup kepada koperasi dilakukan dengan cara perjanjian jual beli yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak yang diwakilkan oleh masing-masing instansi seperti direksi dari perseroan dan pengurus dari koperasi. Mekanisme peralihan saham perseroan terbatas tertutup kepada koperasi dilaksanakan dengan cara penawaran terlebih dahulu kepada pemegang saham yang dilaksanakan di internal perseroan, namun dalam pelaksanaan hibah, penawaran tidak diperlukan. Secara internal koperasi, tidak dijelaskan bagaimana proses internal dalam memperoleh suatu modal namun itu semuanya diatur dalam anggaran dasar yang dilasakan oleh rapat anggota beserta anggota koperasi lainnya. Akibat hukum dari peralihan saham perseroan tertutup kepada koperasi memberikan 2 dampak yaitu apabila saham yang dijual adalah saham mayoritas maka adanya pengambilalihan perusahaan akan sangat mungkin terjadi, namun apabila saham minoritas yang dijual maka tidak berdampak besar, yang ada hanya pengalihan semata. Terhadap koperasi, penjualan saham ini akan memberikan dampak adanya kepemilikan atas saham yang mana koperasi memiliki hak dan tanggung jawab atas saham yang telah dimilikinya.

B.Saran


(3)

1. Terdapatnya beberapa pengertian yang kurang jelas seperti apa yang dimaksud dengan modal ditempatkan dan modal disetor, oleh karena itu sebaiknya pemberian penjelasan lebih jauh apa yang dimaksud dengan modal ditempatkan dan modal disetor dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

2. Hendaknya peraturan tentang tata cara peralihan saham dari perseroan terbatas tertutup ke koperasi diatur secara tegas dalam undang-undang sehingga masyarakat ataupun praktisi dapat lebih memahami mengenai tata cara peralihan saham dari perseroan terbatas tertutup ke koperasi agar tidak terjadi ketidaktaatan hukum.

3. Sebaiknya perlu dilakukan sosialisasi yang intensif terhadap Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian mengingat keberadaannya yang relatif masih baru sehingga masyarakat mengetahuinya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku:

Badrulzaman, Marium Darus. Mencari Sistem Hukum Benda Nasional. Bandung: PT. Alumni, 2010.

Baswir, Revrisond. Koperasi Indonesia, (cetakan kedua). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000.

Budiarto, Agus.Keudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas (edisi kedua). Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.

Darmadji, Tjiptono dan Hendry M. Fakhruddin. Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba empat, 2001.

Gede, Muhammad. Teori Akuntansi. Jakarta: Penerbit Almahira, 2005.

Griffin, Ricky W. dan Ronald J. Ebert. Bisnis (jilid 1), edisikedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.

Hadhikusuma, R.T Sutantya Rahardja. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.

Harahap, M. Yahya. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2009.

Hartini, Rahayu. Hukum Komersil. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005.

Hartono, C. F. G. Sunaryati. Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20. Penerbit Alumni: Bandung, 1994.

Hartono, Sri Redjeki. Kapita Selekta Hukum Perusahaan. Bandung: Mandar Maju, 2000.

Hin, L. Thian. Panduan Berinvestasi Saham. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008.

Maheka, Arya. Bagaimana Mendirikan Dan Mengelola Bisnis Secara Baik Dan Aman.Yogyakarta: Kanisius. 2008.

Malik, Alfian. Pengantar BIsnis Jasa Pelaksana konstruksi. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010.


(5)

Muljadi, Kartini & Gunawan Widjaja. Seri Hukum Harta Kekayaan: Kebendaan Pada Umumnya. Jakarta: Prenada Media, 2003.

Simanjuntak, P.N.H.Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan. 2009.

Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. Koperasi: Teori & Praktik. Jakarta: Erlangga, 2001.

Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. cetakan ketigabela, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011.

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. Hukum Perdata: Hukum Benda. Yogyakarta: Liberty, 1981.

Subekti. Hukum Perjanjian, cetakan keduapuluhsatu. Jakarta: PT. Intermasa, 2005.

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa, 1987.

W, Andjar Pachta. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT. Kencana, 2007. Widjaja, Gunawan. Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata.

Jakarata: PT. RajaGrafindo, 2006.

Wijatno, Serian. Pengantar Entrepreneurship. Jakarta: Grasindo, 2009.

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2000.

II. Undang-undang:

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kompilasi Hukum Islam. III. Website:

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/09/22/0030.html, diakses pada tanggal 8 April 2013.


(6)

http://www.artikata.com/arti-142847-preemptive+right.html, diakses pada tanggal 12 April 2013.

Http://Www.Artikata.Com/Arti-329848-Hibah.Html, diakses pada tanggal 12 April 2013.

http://www.koperasi-astra.com/beritadet.asp?vid=174, diakses pada tanggal 15 Maret 2013.

Http://www.Library.Ohiou.Edu/Indopubs/1996/09/22/0030.Html, diakses pada tanggal 8 April 2013