Perbedaan CSR Perusahaan Swasta Dan PKBL BUMN

2.2.3 Perbedaan CSR Perusahaan Swasta Dan PKBL BUMN

Berdasarkan penjabaran definisi CSR dan PKBL diatas dapat disimpulkan secara konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL yang dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara BUMN tidak jauh berbeda dengan best practices CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta sehingga dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan praktek CSR yang dilakukan oleh BUMN, akan tetapi PKBL lebih kepada pembangunan masyarakat demi kepentingan bersama daripada CSR perusahaan yang dilaksanakan demi kelangsungan perusahaan sendiri. Melalui PKBL, diharapkan terjadi peningkatan partisipasi BUMN untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan. Terdapat perbedaan bentuk pendanaan di antara CSR dan PKBL. Untuk CSR, pendanaannya dianggarkan oleh masing-masing perusahaan. Sedangkan untuk PKBL Badan Usaha Milik Negara pendanaan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN tahun lalu. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2 dua persen dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2 dua persen dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan. PKBL-BUMN juga mempunyai peran cakupan yang lebih luas dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta karena PKBL-BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 pilar utama pembangunan triple tracks yang telah dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik kepada masyarakat, yaitu: a. pengurangan jumlah pengangguran pro-job b. pengurangan jumlah penduduk miskin pro-poor c. peningkatan pertumbuhan ekonomi pro-growth.

2.3 Program Kemitraan BUMN

Kemitraan berasal dari kata mitra yang berarti teman atau kawan. Secara ekonomi, kemitraan dapat dijelaskan sebagai kontribusi bersama, baik berupa tenaga labour maupun benda property atau keduanya untuk tujuan kegiatan ekonomi. Pengendalian kegiatan dilakukan bersama dimana pembagian keuntungan dan kerugian didistribusikan diantara pihak yang bermitra Burns, 1996. Menurut M. Jafar hafsah dalam Wulandari 2006 kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan dan saling membesarkan. Menurut Yuyun Wirasasmita dalam Wulandari 1995 mendefisinikan kemitraan merupakan kerjasama antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar yang didasarkan adanya prinsip saling menguntungkan, dan juga dapat disertai adanya bantuan pembinaan berupa peningkatan kualitas, sumberdaya manusia, pemasaran, teknik produksi, modal kerja dan kredit bank. Berbagai definisi mengenai kemitraan tersebut pada dasarnya mengacu pada adanya kerjasama antara usaha kecil dengan usaha besar disertai pembinaan dengan memperhatikan prinsip-prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan UU No 20 Tahun 2008 dalam Kemitraan.