harzianum mampu bertahan terhadap fungisida kimia. Kenyataan ini memunculkan dugaan bahwa Trichoderma spp. juga mampu bertahan di dalam
media yang mengandung triadimefon, belerang dan urea.
D. Hipotesis Beberapa isolat Trichoderma spp. mampu tumbuh pada media yang mengandung
fungisida triadimefon, belerang, ataupun urea.
Judul Skripsi : PERTUMBUHAN BEBERAPA ISOLAT
TRICHODERMA spp. PADA MEDIA YANG MENGANDUNG TRIADIMEFON,
BELERANG ATAU UREA
Nama Mahasiswa : Fitrina Sari
No. Pokok Mahasiswa : 0414041029
Jurusan : Proteksi Tanaman
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Ir. Joko Prasetyo, M.S Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc.
NIP. 19590214 198902 1 001 NIP. 19620107 198603 2 001
2. Ketua jurusan Proteksi Tanaman
Dr. Ir. Purnomo, M.S
NIP. 19640613 198703 1 002
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Joko Prasetyo, M.S
........................
Sekretaris : Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc
........................
Penguji Bukan Pembimbing
: Ir. Efri, M.S ........................
2. Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 03 April 2012
Dengan mengucap syukur kepada Alloh SWT Kupersembahkan hasil penulisan ini kepada
Ayah dan Ibu yang terus mendukungku Abang dan Wodang
Suami serta anak ku tersayang Dosen-dosen Proteksi Tanaman, sahabat dan
Almamater tempat ku menimba ilmu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 09 Juni 1986, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sukma Dewa dan Ibu
Yuniarwati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2 Teladan, Bandar
Lampung pada tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Umum Negeri 5
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru SPMB. Penulis melaksanakan Praktik Umum PU di Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik Balittro, Bogor pada tahun 2008. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan dengan
amanah sebagai
anggota Bidang
Pengabdian Pada
Masyarakat HIMAPROTEKTA periode 20052006, anggota Bidang Aktivitas dan Kreatifitas
UKMF FOSI FP Unila periode 20052006, Bendahara Umum UKMF FOSI FP Unila periode 20062007, Bendahara Umum HIMAPROTEKTA periode
20072008, anggota Komisi Keuangan DPMU Unila periode 20082009. Penulis juga pernah dipercaya sebagai asisten mata kuliah Mikrobiologi Umum dan
Virologi Tumbuhan semester genap 20082009.
SANWACANA
Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah atas diberikannya rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari selama penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan saran dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ir. Joko Prasetyo, M.P., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan
bimbingan, arahan, nasehat dan saran selama penulis melaksanakan penelitian hingga penulisan skripsi.
2. Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
bimbingan, arahan, nasehat dan saran selama penulis melaksanakan penelitian hingga penulisan skripsi.
3. Ir. Efri, M.Si., selaku penguji yang telah memberikan saran, kritik, nasehat
dan bimbingan dalam perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. 4.
Prof. Dr. Purnomo, selaku ketua jurusan atas nasehat dan bimbingannya. 5.
Ir. Cipta Ginting, M.S., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat, saran dan arahan.
6. Keluarga ku tersayang, ayah dan ibu, abang, wodang, suami serta anak ku,
terima kasih atas kasih sayang, dukungan, kepercayaan, perhatian, motivasi dan kesabaran kalian.
7. Sahabat ku Niar, Bani, Desma yang selalu membantu dan memberi semangat
kepada ku, serta teman-teman FOSI maupun HPT yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu.
8. Mas Iwan, mbak Uum dan Pak Pariadi, terima kasih atas bantuannya selama
penelitian hingga penulisan skripsi.
Semoga Alloh membalas semua kebaikan yang telah bapak, ibu dan rekan-rekan berikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Bandar Lampung
Fitrina Sari
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Trichoderma spp.
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis
tanah adalah jamur Trichoderma spp. Jamur ini disamping berperan sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agensia hayati dan stimulator
pertumbuhan tanaman. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer,
mendekomposisi limbah organik rontokan dedaunan dan ranting tua menjadi kompos yang bermutu. Trichoderma juga dapat berlaku sebagai biofungisida,
karena dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani,
Sclerotium rolfsii, dan Phytophthora spp. Pupuk biologis Trichoderma dapat dibuat dengan cara menginokulasikan biakan murni pada media aplikatif,
misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media
PDA Potato Dextrose Agar Anonim, 2008. http:pupuk-biologis-
trichoderma.html .
Pada pengendalian Phythopthora infestans, pengaplikasian jamur Trichoderma dengan dosis 100grlt air media beras, ditambah dengan zat perekat. Begitu juga
dengan pengendalian penyakit layu Fusarium solani, jamur Trichoderma biasanya ditambah dengan pupuk kandang atau dedak sekam. Media tersebut ditebarkan
merata diatas permukaan bedengan disaat tanah relatif lembab dan sebaiknya diberikan setelah penyiangan pertama.
Anonim,2008. http:en.wikipedia.orgwikiTrichoderma
Trichoderma spp. juga dilaporkan sebagai jamur antagonis yang memiliki kemampuan untuk menekan perkembangan atau penyebaran penyakit JAP. Jamur
Trichoderma spp. hidup pada lapisan tanah yang sama seperti JAP. Untuk tindakan pencegahan preventif dan pengobatan kuratif penyakit JAP pada karet
dapat digunakan Trichoderma koningii. Perkembangan JAP dan T. koningii dalam tanah dibedakan pada tingkat keasaman tanah. T. koningii lebih menyukai kondisi
tanah yang asam pH 3,5-5,5 sedangkan JAP lebih menyukai kondisi tanah agak netral yaitu pH 5,0-7,5 dan pertumbuhan terbaik JAP pada pH 5,5-6,5 Basuki,
1986.
Apabila kondisi lahan di pertanaman terlalu basa perlu ditambahkan serbuk belerang. Penaburan belerang bertujuan untuk membuat kondisi tanah menjadi
asam sehingga cocok untuk pertumbuhan jamur T. koningii. Ada beberapa kerja T. koningii menekan perkembangan JAP yaitu pembentukan antibiotic dan
mikroparasitisme, kompetisi dan kolonisasi rizomorfa. Mekanisme penghancuran JAP terjadi melalui proses lisis miselium dan rizomorf. Lisis merupakan proses
enzimatis oleh enzim selulase yang dihasilkan T. koningii Lizarmi, 2008
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningtyas 2003, diketahui adanya proses penghambatan oleh Trichoderma terhadap Ustilago scitaminea. Hasil uji
antagonisme secara makroskopis menunjukkan bahwa Trichoderma mampu menghambat U. scitaminea, sedangkan secara mikroskopis antagonisme
Trichoderma menyebabkan hifa Ustilago scitaminea mengalami pembengkakan, mengeriting dan ujung hifa mengecil. Selain itu, juga terjadi pembelitan hifa
Ustilago scitaminea oleh Trichoderma koningii. Untuk persentase penghambatan ada kecenderungan peningkatan persentase penghambatan Trichoderma
Cahyaningtyas, 2003.
B. Fungisida
Fungisida adalah bahan kimia pembunuh jamur. Pembunuhan jamur dapat juga dengan cara lain pemanasan, penyinaran, dsb, tetapi hal ini tidak termasuk
fungisida. Ditinjau dari fungsi kerjanya, fungisida dapat dibedakan menjadi fungisidal yang berarti membunuh jamur, fungistatik yang berarti tidak
membunuh tetapi hanya menghambat pertumbuhan jamur, genestatik yang berarti mencegah sporulasi.
Aplikasi fungisida harus diingat 2 hal ialah dosis kurativa, yaitu kadar minimum
yang tepat untuk mematikan jamur, dosis toksika, yaitu kadar minimum yang mulai merusakkan bagian tanaman. Suatu fungisida hanya dapat dipakai kalau
dosis kurativa lebih rendah daripada dosis toksika. Pada waktu melakukan penyemprotan harus diingat bahwa pengeringan larutan
fungisida yang terlalu lama di atas daun dapat memperbesar sifat meracun terhadap tanaman yang disemprot. Karena itu sebaiknya tidaka diadakan
penyemprotan kalau cuaca terlalu lembab, atau terlalu pagi pada waktu masih ada embun, atau terlalu sore yang menyebabkan pengeringan fungisida terlalu lama,
sehingga sama sekali dapat menghilangkan faedah fungisida yang diberikan. Fungisida adalah koloig yang irreversibel.
Berbagai jenis fungisida dengan bahan aktif yang berbeda telah banyak digunakan untuk mengendalikan berbagai patogen penyebab penyakit yang ada di lahan
pertanian maupun perkebunan. Beberapa fungisida yang direkomendasikan dan telah banyak dimanfaatkan oleh petani dalam mengendalikan penyakit adalah
fungisida Bayleton dengan kandungan bahan aktif triadimefon 250 EC. Selain fungisida, petani juga banyak menggunakan urea dan belerang baik untuk
memperbaiki kesuburan tanah maupun untuk mengendalikan penyakit.
1. Bayleton
Fungisida bayleton yang berbahan aktif triadimefon dengan rumus formula C
14
H
16
ClN
3
O
2
merupakan fungisida triazole sistemik pertama yang memiliki spektrum luas, sangat efektif untuk mengontrol Ascomycetes, Basidiomycetes dan
imperfect fungi. Bayleton adalah fungisida yang sangat efektif dengan aktivitas sistematis. Contohnya, bahan aktifnya dapat diserap dengan baik oleh tanaman
dan disebarkan ke dalam sistem tanaman.
Bayleton juga dilaporkan efektif untuk mengatasi penyakit akar putih Rigidophorus lignosus pada tanaman karet, kacang mende, dan coklat; karat
Phakopsora pachyrhizi, Hemileia vastatrix pada kacang kedelai dan kopi; dan embun tepung Oidium heveae pada tanaman karet. Bayleton memberikan
perlindungan, efek penyembuhan dan juga pembasmi penyebab penyakit. Bayleton menghambat dan mengintervensi pertumbuhan apresoria dan haustoria,
pertumbuhan miselium dan pembentukan spora anonim, 2008. http:Bayer.co.id
.