32
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Pengertian objek penelitian secara umum merupakan permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan penelitian.
Penentuan objek penelitian sangat penting dikarenakan untuk menunjang kegiatan selama penelitian, sehingga hal-hal yang diperlukan dalam penelitian akan mudah
dicapai. Adapun pengertian objek penelitian menurut Husen Umar 2005 : 303
adalah sebagai berikut : “Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi
objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-
hal jika dianggap perlu.” Objek penelitian yang penulis teliti adalah prosedur pencatatan pengeluaran
kas pada Puslitbang tekMIRA Bandung yang beralamat di jalan Jenderal Sudirman No. 623 Bandung, Jawa Barat.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil
kesimpulannya.
Pengertian metode analisis deskriptif menurut Travers dalam Husein Umar 2008:22 adalah sebagai berikut :
“Metode yang betujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala tertentu” Adapun pengertian metode analisis deskriptif menurut I Made Wiratha
2006:68 adalah sebagai berikut : “Metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merimuskan,menganalisis sampai
menyusun laporannya berdasarkan fakta- fakta atau gejala ilmiah.”
Dari kedua pengertian diatas dengan menggunakan metode ini diharapkan
dapat memberikan gambaran mengenai prosedur pencatatan pengeluaran kas pada Puslitbang tekMIRA.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam Penelitian ini, penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan prosedur pencatatan pengeluaran kas yang di lakukan oleh
Puslitbang tekMIRA apakah sudah berjalan dengan baik atau belum. Menurut Mohamad Nazir 2003:84, desain penelitian adalah
“Semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dimana proses perencanaan dimulai dari identifikasi masalah,
pemilihan serta rumusan masalah, sampai dengan perumusan hipotesis.”
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan
sistematis. Desain penelitian merupakan proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu. Berdasarkan proses perencaan tersebut maka desain penelitian yang
dilakukan adalah sebagai berikut : 1.
Menetapkan judul yang diteliti sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan yang menjadi masalah
dalam penelitian. 2.
Mengidentifikasi Masalah Dimana dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasikan masalah sesuai
fenomena-fenomena yang terdapat pada Puslitbang tekMIRA. 3.
Merumuskan Masalah Tanpa ada masalah tidak akan terjadi penelitian, dalam merumusakan
masalah penulis mengajukan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan. Maka dengan adanya rumusan masalah penelitian dapat dilaksanakan.
4. Menarik Kesimpulan
Proses dimana penulis menentukan jawaban-jawaban atas pertanyaan pertayaan yang menjadi rumusan masalah, dimana dalam menentukan
jawaban didasari dari hasil uji hipotesis dan pernyataan yang telah teruji kebenarannya.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi Variabel menurut Nur Indriantoro 2003:69 adalah “Penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Definisi
operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang
lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara pengukuran construct yang lebih baik.”
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
idependent variable. Menurut Jhonatan Sarwono dan Tutti martadirerja 2008: 117, pengertian variabel bebas yaitu :
“Variabel yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatau gejala yang diobservasi.”
Dari definisi diatas, variabel bebas yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah
Prosedur Pencatatan Pengeluaran Kas.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel
Indokator
Prosedur pencatatan
pengeluaran kas
Definisi Prosedur adalah suatu urut- urutan kegiatan klerikal yang biasanya
melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan
yang sering terjadi. Kegiatan klerikal yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
mencatat informasi dalam formulir, buku besar, dan buku jurnal. Yakni meliputi
menulis,
mengadakan, menghitung,
memberi kode, mendaftar, memilih, memindahkan dan membandingkan.”
Mulyadi 2008;5 Definisi Pengeluaran Kas adalah suatu
catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan pengeluaran baik dengan cek
maupun
dengan uang
tunai yang
digunakan untuk
kegiatan umum
perusahaan.” Mulyadi 2008:543.
Prosedur yang dilaksanakan :
a. pengeluaran
kas dengan cek
b. sistem dana kas kecil
dengan fluctuatingfund-
balance system
Mulyadi 2008: 515 Catatan akuntansi yang
digunakan dengan kas kecil:
a. Jurnal
pengeluaran kas
b. Register cek
c. Jurnal
Mulyadi 2008: 513 Dokumen
yang digunakan :
1. Bukti kas keluar
2. Cek
3. Permintaan
Cek Check Request
Mulyadi 2008: 510
3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Adapun sumber dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1.
Studi Lapangan Field Research yaitu suatu penelitian dengan cara terjun langsung pada objek yang
diteliti dalam melakukan pengumpulan data, yaitu dengan tiga cara : a.
Metode pengamatan obeservasi Pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung di
lapangan baik secara fisik mupun kosep. b.
Metode wawancara interview Pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara secara
langsung dengan bebagai pihak yang berkaitan dan terlibat langsung dengan data-data yang akan dianalisis guna memperoleh data yang
tepat. c.
Metode dokumenter Dengan pengumpulan data dan sumbernya yang terkait dokumen guna
mendapat data yang diinginkan. 2.
Studi Kepustakaan Library Research Teori laporan tugas akhir ini berguna dalam menggunakan landasan
teoritis yang berhubungan dengan judul penulisan laporan tugas akhir untuk memperoleh data secara teoritis penulis menggunakan buku-buku
ekonomi akuntansi khususnya tentang pencatatan arus kas serta sumber lainnya yaitu internet yang dijadikan dasar perbandingan yang dirasa
relevan dengan kerja praktek yang dilakukan.
3.2.4 Rancangan Analisis
Pengertian rancangan analisis menurut Burhan Bugin 2003 : 37 adalah :
“Sebuah rancangan akan memberikan gambaran awal yang jelas dan terarah kepada penelitian tentang proses kegiatan penelitian”.
Dalam menganalisis data, model penelitian yang digunakan oleh penulis adalah rancangan analisis deskriptif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian, akan dibandingkan antara teori yang dipelajari dengan data yang
diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan pengolahan data analisis untuk mendapatkan kesimpulan.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Prosedur
2.1.1.1 Pengertian Prosedur
Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, setiap perusahaan baik itu swasta maupun pemerintah hendaknya memiliki prosedur dasar pelaksanaan kerja untuk menunjang
kelancaran operasioanal perusahaan. Dengan adanya prosedur yang memadai maka pengendalian dan tujuan yang akan dicapai dalam suatu organisasi dapat
berjalan dengan baik. Menurut Ardiyos 2006:457, definisi prosedur yaitu :
“Prosedur adalah suatu klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin penanganan
secara seragam terhadap transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam”.
Menurut Nafarin 2007:9, definisi prosedur yaitu : “Prosedur procedure adalah urutan-urutan seri tugas yang saling
berkaitan dan dibentuk guna menjamin pela ksanaan kerja yang seragam.”
Menurut Sumadji 2006:527, definisi prosedur yaitu : “Prosedur adalah tahapan kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas,
prosedur merupakan metode yang dilakukan secara rinci dalam usaha untuk memecahkan suatu permasalahan
”. Menurut Mulyadi 2008:5 mengartikan prosedur sebagai berikut:
“Prosedur adalah suatu urut-urutan kegiatan klerikal yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Kegiatan klerikal yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
mencatat informasi dalam formulir, buku besar, dan buku jurnal. Yakni meliputi menulis, mengadakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih,
memindahkan dan membandingkan.” Berdasarkan uraian mengenai definisi prosedur diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa prosedur adalah bagian dari suatu sistem yang merupakan rangkain dari beberapa tahapan suatu tindakan secara sistematis dan jelas dimana
melibatkan setiap bagiannya untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang telah sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
2.1.1.2 Karakteristik Prosedur Karakteristik prosedur yang dikemukakn oleh Mulyadi 2001:6
menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik prosedur, diantaranya sebagai berikut:
1. Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.
Dengan adanya prosedur, suatu organisasi dapat mencapai tujuannya karena melibatkan beberapa orang dalam melakukan kegiatan operasional
organisasinya dan menggunakan suatu penanganan segala kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
2. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan
menggunakan biaya yang seminimal mungkin. Pengawasan atas kegiatan organisasi dapat berjalan dengan baik karena
kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.Selain itu, biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan
tersebut dapat diatur seminimal mungkin karena kegiatan yang dilakukan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
3. Prosedur menunjukan urutan-urutan yang logis dan sederhana.
Dalam suatu prosedur yang dilaksanakan oleh suatu organisai dalam menjalankan segala kegiatannya, biasanya prosedur tersebut menunjukan
rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan dan rangkaian tindakan tersebut dilakukan seragam.
4. Prosedur menunjukkan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab.
Penetapan keputusan yang dibuat oleh pimpinan organisasi merupakan keputusan yang harus dilaksanakan oleh para bawahannya untuk
menjalankan prosedur kegiatan yang sudah ada. Selain itu, keputusan atas orang-orang yang terlibat dalam menjalankan prosedur tersebut,
memberikan suatu tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh para pelaksana tersebut sesuai dengan tugasnya masing-masing.
5. Prosedur menunjukkan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.
Apabila prosedur yang sudah ditetapkan oleh suatu organisasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka hambatan yang
akan dihadapi oleh pelaksana kecil kemugkinan akan terjadi. Hal ini menyebabkan ketetpatan waktu dalam pelaksanaan kegiatan sehingga
tujuan organisasi yang ingin dicapai oleh organisasi yang ingin dicapai oleh organisasi dapat terlaksana dengan cepat.
2.1.1.3 Manfaat Prosedur
Selain karakteristik prosedur Mulyadi 2001:6 menjelaskan mengenai manfaat dari prosedur, diantaranya sebagai berikut:
1. Lebih memudahkan dalam menentukan langkah-langkah kegiatan dimasa
yang akan datang. Jika prosedur yang telah dilaksanakan tidak berhasil dalam pencapaian
tujuan organisasi maka para pelaksana dapat dengan mudah menentukan langkah-langkah yang harus diambil pada masa yang akan datang.Karena
dari prosedur tersebut dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga pencapaian tujuan organisasi tidak berhasil.
2. Mengubah pekerjaan yang berulang-ulang menjadi rutin dan terbatas.
Dengan prosedur yang dilaksanakan secara teratur, para pelaksana tidak perlu melakukan pekerjaan secara berulang-ulang dan melakukan
pelaksanaan kegiatan secara teratur dan rutin. Sehingga para pelaksana
dapat melaksanakan kegiatannya secara sederhana dan hanya mengerjakan pekerjaan yang memang sudah menjadi tugasnya.
3. Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus dipatuhi
oleh seluruh pelaksana. Berdasarkan prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka para
pelaksana mengetahui tugasnya masing-masing. Karena dari prosedur tersebut dapat diketahui program kerja yang akam dilaksanakan. Selain itu,
program kerja yang telah ditentukan dalam prosedur tersebut harus dilaksanakan oleh seluruh pelaksana.
4. Membantu dalam usaha meningkatkan produktifitas kerja yang efektif dan
efisien. Dengan prosedur yang telah diatur oleh perusahaan, maka para pelaksana
mau tidak mau harus melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai prosedur yang berlaku. Hal ini menyababkan produktifitas kinerja para
pelaksana dapat meningkat, sehingga tercapai hasil kegiatan yang efisien dan efektif.
5. Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam pengawasan.
Pengawasan terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh parapelaksana dapat dilakukan dengan mudah bila paa pelaksana melaksanakan kegiatan
tersebut sesuai dengan prosedur yang akan terjadi pun dapat dicegah, tetapi apabila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan, maka
akan dapat segera diadakan perbaikan-perbaikan sepanjang dalam tugas dan fungsinya masing-masing.
2.1.2 Kas 2.1.2.1 Pengertian Kas
Kas menurut Zaki Baridwan 2004:83 “Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat
diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-
tempat lainnya yang dapat diambil sewaktu- waktu.”
Kas menurut Warren, Reeve, Fess yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan 2006:362
“Kas meliputi koin, uang kertas, cek, wesel moner order atau kirimanyang melalai pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek bank, hal ini untuk
selanjutnya diistilahkan dengan wesel dan uang yang disimpan dibank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank bersangkutan. Lazimnya kas dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang diterima bank umum anda setorkan ke rekening bank anda, misalnya cek yang dibayarkan untuk anda biasanya dapat disetorkan ke
bank dan karena itu dianggap sebagai kas.” Berdasarkan pengertian kas tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kas
merupakan sesuatu yang dapat diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.
2.1.3 Pengeluaran Kas 2.1.3.1 Pengertian Pengeluaran Kas
Pengertian pengeluaran kas manurut Mulyadi 2008:543. “Pengeluaran Kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk melaksanakan
kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun dengan uang tunai yang digunakan untuk kegiatan umum perusahaan.”
Menurut Depdiknas Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Depdiknas 2003:535.
“Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu proses, cara, perbuatan mengeluarkan alat pertukaran yang diterima untuk pelunasan utang dan dapat
diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lainnya yang dapat diambil sewaktu-
waktu.” Pengeluaran uang dalam suatu perusahaan adalah untuk membayar
berbagai macam transaksi, maka prosedur pengawasannya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Semua Pengeluaran uang yang relatif cukup besar menggunakan cek
b. Dibuat laporan kas setiap hari
c. Dipisahkan antara yang menulis cek, menandatangani cek dan yang
mencatat pengeluaran perusahaan. d.
Diselenggarakan kas kecil untuk pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan yang sifatnya rutin.
e. Diadakan pemeriksaan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan sistem akuntansi pengeluaran kas adalah kesatuan yang melibatkan bagian-bagian, formulir-
formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang saling berkaitan satu sama lain yang digunakan perusahaan untuk menangani pengeluaran kas.
Berikut diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sistem akuntansi pengeluaran kas
2.1.3.2 Dokumen yang digunakan
Sistem akuntansi pengeluaran kas pada perusahaan menggunakan dua sistem pokok yaitu ; sistem akuntansi pengeluaran kas secara tunai melalui dana
kas kecil dan sistem pengeluaran kas dengan cek melalui bank. Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan
cek menurut Mulyadi 2008:510 adalah: 1.
Bukti kas keluar Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada bagian
kasir sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. Disamping itu ,
dokumen ini berfungsi sebagai surat pemberitahuan remittance advice yang dikirim kepada kreditur dan berfungsi pula sebagai dokumen sumber
bagi pencatatan berkurangnya utang. 2.
Cek Cek merupakan dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank
melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau organisasi yang namanya tercantum pada cek. Ada dua pilihan dalam penggunaan cek
untuk pembayaran: membuat cek atas nama dan membuat cek atas nama yang ditunjuk.
3. Permintaan Cek Check Request
Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dari fungsi yang memerlukan pengeluaran kas kepada fungsi akuntansi untuk membuat bukti kas keluar.
Dalam transaksi pengeluaran kas yang tidak berupa pembayaran utang yang timbul dari transaksi pembelian, fungsi yang memerlukan kas
menulis permintaan cek kepada fungsi akuntansi bagian utang untuk kepentingan pembuatan bukti kas keluar. Bukti kas keluar ini dibuat
sebagai perintah kepada fungsi keuangan untuk membuat cek sebesar jumlah yang tercantum di dalam dokumen tersebut.
Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran tunai dengan kas kecil adalah: Mulyadi 2008:530
a Bukti Pengeluaran Kas Kecil
Dokumen ini digunakan oleh pemakai dana kas kecil untuk mempertanggungjawabkan pemakaian dana kas kecil. Dokumen ini
dilampiri dengan bukti-bukti pengeluaran kas kecil dan diserahkan oleh pemakai dana kas kecil kepada pemegang dana kas kecil.
b Permintaan Pengisian Kembali Kas Kecil
Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk meminta kepada bagian utang agar dibuatkan bukti kas keluar guna pengisian kembali dana
kas kecil.
2.1.3.3 Catatan Akuntansi yang Digunakan
Adapun catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem pengeluaran kas dengan cek adalah: Mulyadi 2008: 513
a. Jurnal Pengeluaran Kas
Digunakan untuk mencatat pengeluaran kas. b.
Register Cek Untuk mencatat pengeluaran kas dengan cek.
Sedangkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat pengeluaran tunai dengan kas kecil yaitu: Mulyadi 2008: 532
a. Jurnal pengeluaran kas
Catatan akuntansi ini dalam sistem dana kas kecil, digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dalam pembentukan dana kas kecil dan
pengisian kembali dana kas kecil. b.
Register cek Catatan ini digunakan untuk mencatat cek perusahaan yang dikeluarkan
untuk pembentukan dan pengisian kembali dana kas kecil. c.
Jurnal pengeluaran dana kas kecil Untuk mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil diperlukan jurnal
khusus. Jurnal ini sekaligus berfungsi sebagai alat distribusi pendebitan yang timbul sebagai akibat pengeluaran dana kas kecil. Jurnal ini hanya
digunakan dalam sistem dana kas kecil dengan sistem saldo berfluktuasi.
2.1.3.4 Prosedur yang Dilaksanakan
Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek yang tidak memerlukan permintaan cek,terdiri dari jaringan prosedur berikut: Mulyadi 2008: 515
a. Prosedur pembuatan bukti kas keluar
b. Prosedur pembayaran kas
c. Prosedur pencatatan pengeluaran kas
Sedangkan dalam sistem dana kas kecil dengan fluctuatingfund- balance system dibagi menjadi tiga prosedur: Mulyadi 2008:535
a. Prosedur pembentukan dana kas kecil
Pembentukan dana kas kecil dicatat dengan mendebit rekening Dana Kas Kecil.
b. Prosedur permintaan dan pertanggungjawaban pengeluaran dana kas kecil
Pengeluaran dana kas kecil dicatat dengan mengkredit rekening Dana Kas Kecil, sehingga setiap saat saldo rekening ini berfluktuasi.
c. Prosedur pengisian kembali dana kas kecil
Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan dengan jumlah sesuai dengan keperluan, dan dicatat dengan mendebit rekening Dana Kas Kecil. Dalam
sistem ini, saldo rekening Dana Kas Kecil berfluktuasi dari waktu ke waktu.
2.1.3.5 Fungsi –fungsi yang terkait dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
Bagian atau fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas menurut Mulyadi 2008:513 adalah:
1. Fungsi yang Memerlukan Pengeluaran Kas
Jika suatu fungsi memerlukan pengeluaran kas misalnya untuk pembelian jasa dan untuk biaya perjalanan dinas, fungsi yang bersangkutan mengajukan
permintaan cek kepada fungsi akuntansi bagian utang. Permintaan cek ini harus mendapatkan persetujuan dari kepala fungsi yang bersangkutan. Jika
perusahaan menggunakan voucher payable sistem, bagian utang kemudian membuat bukti kas keluar voucher untuk memungkinkan bagian kasir
mengisi cek sejumlah permintaan yang diajukan oleh fungsi yang memerlukan pengeluaran kas.
2. Fungsi Kas dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek
Fungsi ini bertanggung jawab dalam mengisi cek, dan memintakan otorisasi atas cek, dan mengirimkan cek kepada kreditur melalui pos atau membayar
langsung kepada kreditur. Karena sistem perbankan di negara kita belum memudahkan pembayaran cek untuk kreditur diluar kota atau kreditur
mempunyai bank yang berbeda dengan bank perusahaan pembayar, maka umumnya pembayaran kepada kreditur dilakukan dengan cara pemindah
bukuan atau transfer ke rekening kreditur. Dewasa ini bank – bank di negara
kita telah menggunakan sistem komputerisasi secara online dalam pelayanan clearing-nya, sehingga prosedur pembayaran dengan cek yang dikirim melalui
pos akan mudah dilakukan. 3.
Fungsi Akuntansi dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek Fungsi akuntansi bertanggung jawab atas:
a. Pencatatan pengeluaran kas yang menyangkut biaya dan persediaan, fungsi
ini berada di bagian kartu persediaan dan bagian kartu biaya. b.
Pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran kas atau register cek. Fungsi ini berada di tangan bagian jurnal.
c. Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi kas
dalam pengeluaran cek sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi
kelengkapan dan keaslian dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar
pembuatan bukti kas keluar. Dalam metode pencatatan utang tersebut full- fledged voucher sistem fungsi akuntansi juga bertanggung jawab
untukmenyelenggarakan arsip bukti kas keluar yang belum dibayar unpaid voucher file yang berfungsi sebagai buku pembantu perusahaan.
4. Fungsi Pemeriksaan Intern
Dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek, fungsi ini bertanggung jawab untuk melaksanakan penghitungan kas cash count secara periodik dan
mencocokan hasil perhitungannya dengan saldo kas menurut catatan akuntansi rekening kas dalam buku besar. Fungsi ini bertanggung jawab untuk
melakukan pemeriksaan intern secara mendadak surprised audit terhadap saldo kas yang ada di tangan dan membuat rekonsiliasi bank secara periodik.
2.1.3.6 Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas dengan Cek
Sistem pengeluaran kas dengan cek dibagi menjadi empat macam berikut ini :
1. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam account payable system.
Pada gambar 2.1, 2.2 dan 2.3 disajikan alir sistem pengeluaran kas dengan cek dalam account payable system. Dalam account payable system pencatatan
transaksi pembelian dalam jurnal pembelian dilaksanakan oleh Bagian Jurnal berdasarkan faktur dari pemasok sebagai dokumen sumber. Rekening yang didebit
dan dikredit dalam jurnal pembelian ini adalah Persediaan
xxx Utang Dagang
xxx
Gambar. 2.1 Bagan Alir Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas dengan Cek
pada Bagian Kasir dalam Account Payable Sistem.
Sumber : Mulyadi 2008:523
Keterangan: Bagian kasir.
1. Menerima FDP dari bagian utang, kemudian menyiapkan cek dan
memintakan otorisasi atas cek. 2.
mengirimkan cek kepada kreditur.
Faktur dari pemasok
Mengisi cek dan meminta
otorisasi atas cek
DP FDP
CEK
3
Ke Kreditur FDP : Faktur Dari Pemasok
DP : Dokumen Pendukung
2
3. FDP dan DP diserahkan pada bagian jurnal, untuk dicatat dalam jurnal
pengeluaran kas.
Gambar. 2.2 Bagan alir Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas dengan
Cek pada Bagian Utang Dalam Account Payable Sistem.
Sumber : Mulyadi 2008:523
DP
Faktur Dari pemasok
T
Disimpan menurut tanggal jatuh tempo faktur bersama
dokumen pendukung
Pada saat faktur jatuh tempo
2
Kartu utang Faktur
dari pemasok
FDP : Faktur Dari Pemasok DP : Dokumen Pendukung
N
SELESAI
1 4
Keterangan: Bagian Utang
1. Menerima FDP dari bagian jurnal kemudian dicatat dalam kartu utang.
2. FDP disimpan dalam arsip sementara sesuai tanggal jatuh tempo. Setelah
faktur jatuh tempo FDP diserahkan kepada bagian kasir. 3.
Bagian utang menerima FDP dan DP dari bagian jurnal, kemudian dicatat dalam kartu utang mengurangi utang, FDP dan DP disimpan dalam arsip
permanen sesuai nomor urut.
Gambar. 2.3 Bagan alir sub sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek
bagian jurnal dalam account payable sistem. Sumber : Mulyadi 2008:523
3
MULAI
Dari bagian pembelian
FDP DP
Faktur dari
Jurnal Penerimaan
Jurnal pembelian
1 4
DP : Dokumen Pendukung FDP : Faktur Dari Pemasok
Keterangan: Bagian Jurnal.
1. Menerima FDP dari bagian pembelian, kemudian dicatat dalam jurnal
pembelian. 2.
FDP diserahkan pada bagian utang. 3.
Menerima FDP dan DP dari bagian kasir kemudian dicatat dalam jurnal pengeluaran kas.
4. FDP dan DP dikirimkan pada bagian utang.
2. System pengeluaran kas dengan cek dalam voucher account payable
system. a.
On-time voucher payable system dengan cash basis Pada gambar 2.4 disajikan bagan alir sistem pengeluaran kas dengan
cek dalam On-time voucher payable system-cash basis. Dalam On-time voucher payable system-cash basis pencatatan transaksi pembelian didasarkan atas bukti
kas keluar yang dibuat pada saat faktur dari pemasok jatuh tempo. Bukti kas keluar dicatat dalam register bukti kas keluar oleh Bagian Utang dengan jurnal
sebagai berikut: Persediaan
xxx Bukti Kas Keluar yang akan dabayar
xxx
Bagian Utang Bagian Kas
Gambar 2.4 Prosedur Pencatatan Utang dengan
On-time voucher payable system-cash basis dan pengeluaran kas dengan cek
Sumber : Mulyadi 2008:525
Mulai Dari bagian
pembelian
Faktur dari pemasok
T
Disimpan menurut tgl
jatuh tempo faktur bersama
dokumen pendukung
Pada saat jatuh tempo
Membuat bukti kas keluar
DP
3 2
Bukti kas
1
keluar
Register bukti kas
keluar
1
DP 1
BKK 2
Mengisi cek dan meminta
otorisasi atas cek
DP 2
BKK 1
Cek
3
Kas Keluar
b. On-time voucher payable system dengan accrual basis
Pada gambar 2.5 disajikan bagan alir sistem pengeluaran kas dengan cek dalam On-time voucher payable system- accrual basis. Dalam voucher
payable system- accrual basis pencatatan transaksi pembelian didasarkan bukti kas keluar yang dibuat pada saat faktur dari pemasok oleh Bagian Utang dari
Bagian Pembelian. Bukti kas keluar dicatatat dalam register bukti kas keluar oleh bagian jurnal sebagai berikut:
Persediaan xxx
Bukti Kas Keluar yang akan Dibayar xxx
Bagian Utang Bagian Jurnal
Gambar 2.5 Prosedur Pencatatan Utang dengan
On-time voucher payable system- accrual basis dan pengeluaran kas dengan cek
Sumber : Mulyadi 2008:526
Mulai
Dari bagian pembelian
Faktur dari pemasok
Membentuk
bukti kas keluar
3 2
BKK 1
Register bukti kas
2
T
Disimpan menurut tgl jatuh
tempo
BKK
Pada saat faktur jatuh
tempo
DP 2
BKK 1
3
DP BKK
Register Cek
N
Selesai
2.2 Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya selalu mengarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dalam melakukan seluruh
aktivitasnya harus selalu sesuai dengan rencana atau anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu perusahaan harus selalu dimotivasi untuk
melaksanakan kegiatannya secara bertanggung jawab dan terarah. Dalam melaksanakan semua kegiatannya itu, perusahaan tentunya sering
dihadapkan pada masalah-masalah yang sering terjadi, baik itu mengenai tata kelola perusahaan, sumber daya manusia, pengelolaan persediaan, pencatatan kas
dan lain sebagainya. Pencatatan kas merupakan masalah yang serius dan kritis, hal ini terutama menyangkut kemungkinan terjadinya kesalahan pencatatan.
Kesalahan pencatatan pengeluaran kas yang paling umum terjadi diantaranya antara satker dan KPPN, yang mengakibatkan keterlambatan dalam
pembayaran. Maka, dari unsur-unsur permasalahan diatas diperlukan tindak lanjut yang lebih menjamin ke arah kinerja yang diharapkan lebih teliti untuk
mengerjakannya, agar tidak ada masalah-masalah yang diinginkan. Prosedur pencatatan diperlukan sebagai alat untuk mengontrol atau
mengecek sampai sejauh mana aktivitas kas yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku dan untuk menghindari kecurangan, kelalaian atau
penyelewengan yang akan terjadi.
Permendagri No.13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 232 mengatakan bahwa:
“Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan
pelaporan keuangan
dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD APBN yang dapat dilakukan secara manual ataupun dengan aplikasi komputer.”
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan yaitu dengan adanya prosedur
pacatatan dalam suatu perusahaan, maka diharapkan bahwa informasi yang disajikan akurat dan meyakinkan.
Mulyadi 2001:543 mengungkapkan apa yang dimaksud dengan
pengeluaran kas: “Pengeluaran Kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk melaksanakan
kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun dengan uang tunai yang digunakan untuk kegiatan umum perusahaan.”
Prosedur pencatatan pengeluaran kas harus dikerjakan secara teliti. Prosedur pencatatan untuk mengecek pengeluaran kas untuk mencegah adanya kecurangan
saat terjadinya pencatatan oleh karyawan. Sebagai contoh, pencatatan pengeluaran kas harus dicatat sebenar mungkin dan ada pengecekan setiap bulan sebelum di
serahkan kepada KPPN atau pun DJA. Untuk tidak ada kesalah dalam pencatatan yang tidak disengaja maupun yang disengaja.
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran
Puslitbang tekMIRA
Pengeluaran Kas a.
Pembayaran Utang b.
Biaya Operasional c.
Pengeluaran lain- lain.
Kesalahan pencatatan
ANALISIS PROSEDUR PENCATATAN PENGELUARAN KAS PADA PUSLITBANG tekMIRA
Bagian Tata Usaha
Prosedur
Pencatatan
Catatan yang digunakan: 1.
Jurnal pengeluaran kas
2. Register cek
Sub Bagian Keuangan dan Rumah Tangga
Bendahara pengeluaran
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Harga barang-barang yang tinggi pada saat ini menyebabkan perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Hal ini menyebabkan kegiatan masyarakat dalam
usaha memenuhi kebutuhannya makin terhambat dikarenakan daya beli semakin berkurang. Berkurangnya daya beli mengakibatkan perekonomian Indonesia pun
semakin terhambat. Masalah ekonomi ini banyak dialami oleh Negara-negara berkembang tidak terkecuali Indonesia. Untuk menanggulangi masalah ini
kerjasama masyarakat dan pemerintah sangatlah diperlukan yakni dengan berusaha membantu kelancaran sistem ekonomi Indonesia.
Sistem ekonomi merupakan usaha untuk memecahkan permasalahan perekonomian. Sistem ekonomi yang ada di Indonesia merupakan sistem ekonomi
nasional yang berdasarkan kekurangan dan betujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Pelaku ekonomi di Indonesia
dapat dikelompokan menjadi tiga pilar yaitu Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Swata BUMS, dan koperasi. Konsep dasar yang melandasi
kegiatannya adalah konsep pencapaian keuntungan yang wajar dengan tetap diupayakan kesejahteraan Indonesia.
Dalam perusahaan, kas merupakan komponen yang sangat penting dalam kemajuan dan berjalannya kegiatan usaha perusahaan. Untuk itu, perusahaan
harus mempunyai persediaan kas yang cukup. Mempunyai kas yang tidak cukup dalam perusahaan dapat membahayakan.
Sebab ada kemungkinan tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah jatuh tempo. Tetapi mempunyai terlalu banyak kas juga tidak sehat. Uang kas
yang menganggur tidak akan menghasilkan apa-apa. Kas dilihat dari sifatnya merupakan aktiva yang paling lancar dan hampir setiap transaksi dengan pihak
luar selalu mempengaruhi kas. Kas merupakan komponen penting dalam kelancaran jalannya operasional perusahaan. Karena sifat kas yang likuid, maka
kas mudah digelapkan sehingga diperlukan pengendalian intern terhadap kas dengan memisahkan fungsi penyimpanan, pelaksanaan, dan pencatatan. Selain itu
juga dilaksanakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi-fungsi penerimaan serta pengeluaran kas dan pencatatan.
Transaksi pengeluaran kas adalah transaksi keuangan yang menyebabkan Asset berupa kas yang dimiliki perusahaan berkurang. Transaksi pengeluaran kas
dicatat melalui formulir electronik pengeluaran kas berdasarkan bukti-bukti transaksi yang mendukung seperti bukti penerimaan barang, Order pembelian dll
dan dibukukan oleh komputer melalui jurnal pengeluaran Kas. Pengurangan kas yang disebabkan oleh beban usaha seperti bunga, selisih kurs lainnya dicatat pada
memorial. Setiap penerimaan kas diprint-out sebagai voucher pengeluaranan kas. dan bersama dokumen bukti pendukung segera didistribusikan ke bagian buku
besar paling lambat 1 x 24 jam.
Dalam pengeluaran kas diperlukan adanya prosedur yang baik yang nantinya akan sesuai dengan kebijakan manajemen yang telah ditetapkan sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin baik prosedur pengeluaran kas akan semakin dapat dipercaya besarnya kas pada laporan keuangan tersebut. Lebih dari itu kas
juga menggambarkan tingkat likuiditas artinya semakin besar kas, maka semakin likuid.
Salah satu upaya untuk mengamankannya adalah dengan mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan aktiva tersebut yang salah satunya adalah
pengawasan terhadap kas, baik penerimaan maupun pengeluaran kas. Hal ini dikarenakan kas memegang peranan penting dalam mengembangkan perusahaan
yang sekaligus merupakan asset yang mudah digunakan dan disalahgunakan, sehingga perlu diadakannya pengawasan terhadap kas dengan baik dan benar
menurut ketentuan yang berlaku. Akan tetapi penyalahgunaan biasanya jarang terjadi melalui transaksi penerimaan kas melainkan melalui pengeluaran kas.
Dalam upaya memantau serta mengetahui tentang permasalahan keuangan di perusahaan tersebut, perusahaan memerlukan informasi yang akurat yaitu
informasi keuangan perusahaan. Salah satu informasi keuangan yang terdapat di Puslitbang tekMIRA Bandung adalah Pengeluaran Kas. Hal ini dilakukan karena
kas merupakan aktiva yang sering menjadi sasaran penyelewengan dan kecurangan. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar selektif dalam
memilih atau menempatkan pegawai, khususnya bagian keuangan. Setiap bulan atau setiap tahun Puslitbang tekMIRA melakukan pencatatan
pengeluaran kas yang dilakukan oleh satker Satuan Kerja dan di laporkan
kepada KPPN Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, lalu oleh KPPN dicek kembali, akan tetapi tidak semua pencatatan akun yang satker Satuan Kerja
laporkan cocok dengan KPPN, seperti satker mengajukan SPP Surat Permintaan Pembayaran ke KPPN lalu oleh KPPN diperiksa kembali, jika terjadinya ketidak
sesuaian akun seperti: di SPP tertulis akun belanja modal peralatan dan mesin, tetapi oleh KPPN seharusnya dicatat dengan aku belanja penambahan nilai modal
peralatan dan mesin. Oleh karena itu satker harus merefisi akun tersebut, dan dampak dari kesalahan pencatatan akun tersebut satker harus merefisi ulang
kembali SPP dan pembayaran kepada produsen akan terlambat wawancara: Asep Barliana, Bendahara Pengeluaran.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan IAI : 2009 no. 2 tentang arus kas, menyebutkan “Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para
pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk
menggunakan arus kas tersebut. Dalam pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Para pemakai laporan keuangan ingin mengetahui bagaimana perusahaan menghasilkan dan menggunakan
kas dan setara kas. Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, untuk melunasi kewajiban dan untuk membagikan dividen kepada para investor. Pernyataan
ini mewajibkan semua perusahaan menyajikan laporan arus kas.”
Di dalam sistem akuntansi pengeluaran kas, digunakannya cek atas nama akan diterima oleh pihak yang namanya tertulis dalam formulir cek. Dengan
demikian pengeluaran dengan cek menjamin diterimanya cek tersebut oleh pihak yang dimaksud oleh pembayar Mulyadi, 2001:508.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis menyadari bahwa pengeluaran kas dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat vital dalam kelangsungan
operasional perusahaan. Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul : “ANALISIS PROSEDUR PENCATATAN PENGELUARAN KAS PADA
PUSLITBANG tekMIRA ”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah