yaitu dengan cara menimbang paving block yang telah direndam selama 1 x 24 jam. Setelah itu menimbang paving block tersebut dalam keadaan
basah kemudian paving block di oven 1 x 24 jam dan ditimbang berat keringnya.
7. Uji Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan pada paving block adalah untuk mendapatkan besarnya beban tekan maksimum yang bisa diterima oleh paving block.
Alat uji yang digunakan adalah mesin desak. Pengujian ini dapatdilakukan dengan meletakkan benda uji pada alat uji dimana dibawah dan diatas
benda uji diletakkan pelat baja kemudian jalankan mesin desak dan dicatat gaya tekan maksimumnya.
F. Analisis Hasil Penelitian
Semua hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik hubungan serta penjelasan-penjelasan yang didapat dari :
1. Hasil yang didapat dari pengujian sampel tanah asli 0 ditampilkan
dalam bentuk tabel dan digolongkan berdasarkan sistem klasifikasi tanah AASHTO dan Unified System.
2. Dari hasil pengujian terhadap masing-masing campuran dengan kadar
kapur + abu sekam padi ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengujian.
3. Pencampuran kapur dan abu sekam padi pada sampel tanah lempung dan
hasil pengujian setelah pemeraman 14 hari pada perubahan nilai dari
parameter pengujian batas – batas atterberg dan pengujian berat jenis
sebagai berikut: a.
Dari hasil pengujian berat jenis didapatkan hasil pengujian yang di tampilkan
dalam bentuk
tabel dan
grafik, dengan
cara membandingkan nilai berat jenis sampel pada masing-masing
perilaku. Dari tabel dan grafik nilai berat jenis tersebut maka akan didapatkan penjelasan perbandingan antara pengaruh masing-masing
sampel yang komposisi berbeda terhadap nilai berat jenisnya. b.
Dari hasil pengujian batas cair dan batas plastis batas atterberg didapatkan hasil pengujian yang di tampilkan dalam bentuk tabel dan
grafik, dengan cara membandingkan nilai batas cair dan batas plastis sampel pada masing-masing prilaku. Dari tabel dan grafik nilai batas
cair dan batas plastis tersebut. c. Dari hasil perendaman untuk mengetahui daya serap air paving block
didapatkan hasil yang ditampilkan dalam bentuk tabel. d. Dari hasil pengujian kuat tekan didapatkan hasil pengujian yang
ditampilkan bentuk tabel dan grafik kuat tekan rata-rata paving block dari komposisi masing-masing.
4. Dari seluruh analisis hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan tabel dan grafik yang telah ada terhadap hasil penelitian yang didapat.
Gambar 4. Bagan Alir Penelitian
Mulai Pengambilan tanah asli
Pengujian Tanah Asli : a. Uji Kadar Air
b. Uji Berat Volume c. Uji Berat Jenis
d. Uji Analisa Saringan e. Uji Batas Atterberg
f. Uji Pemadatan Memenuhi
Syarat Pemadatan Tanah Campuran
Sampel I 94 tanah
3 kapur 3 Abu Sekam
Sampel II 92 tanah
4 kapur 4 Abu Sekam
Sampel III 90 tanah
5 kapur 5 Abu Sekam
Ya
Didiamkan 2-3 hari
Ya Tidak
Memenuhi Syarat
Tidak
Uji Porositas Paving Block
Uji Kuat Tekan Paving Block
Hasil Penelitian Pembahasan Kesimpulan dan Saran
Selesai Pencetakan
Sampel I 20 sampel
Sampel II 20 sampel
Sampel III 20 sampel
Pengeringan Paving Block Pemeraman Paving Block 14 hari
Pembakaran Paving Block Pencampuran
Uji Kuat Tekan Paving Block
83
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap paving block
pasca pembakaran dengan menggunakan campuran tanah dan kapur serta abu sekam padi untuk jalan lingkungan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan, antara lain : 1.
Berdasarkan sistem klasifikasi AASTHO sampel tanah yang digunakan dalam pembuatan paving block termasuk dalam golongan A-7-6 yang
berarti termasuk dalam golongan tanah berlempung. Sedangkan berdasarkan sistem klasifikasi USCS dikategorikan sebagai tanah
berbutir halus dan masuk dalam kelompok CL yaitu tanah lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai sedang seperti lempung
berkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau dan lempung kurus. 2.
Peningkatan nilai kuat tekan paving block berbanding lurus dengan peningkatan persentase kapur dan abu sekam padi dalam campuran. Nilai
kuat tekan tertinggi dihasilkan oleh paving block pasca pembakaran pada sampel 3 yaitu sebesar 34,83 kgcm² dan terendah pada sampel 1 yaitu
sebesar 10,19 kgcm². Hal ini disebabkan oleh kapur sebagai bahan
84 pozzolan
dan abu sekam padi yang mengandung silica sehingga bersifat saling mengikat.
3. Daya serap air yang dihasilkan oleh paving block adalah sebesar 25,33
- 34,90. Tingginya kemampuan paving block dalam menyerap air disebabkan oleh volume pori yang dominan akibat dari kepadatan yang
rendah ditambah lagi kandungan kapur dan abu sekam padi yang bersifat menyerap air.
4. Paving block ini memiliki karakteristik, antara lain; kuat tekan yang
rendah, daya serap air yang tinggi serta berat jenis yang rendah sehingga dari segi fisik terlihat lebih rapuh, ringan dan memiliki banyak pori serta
permukaan yang tidak rata. 5.
Berdasarkan SNI 03-0691-1996, Paving block ini tidak dapat dijadikan alternatif untuk jalan lingkungan karena kuat tekan terbesar yang
dihasilkan masih jauh untuk memenuhi spesifikasi untuk jalan lingkungan yaitu sebesar 170 kgcm
2
– 200 kgcm
2
dan belum mampu mencapai kuat tekan minimal standar paving block yang disyaratkan
yaitu sebesar 85 kgcm
2
serta daya serap air yang melebihi standar untuk paving block
yaitu antara 3 - 10.
B. Saran
Berdasarkan pelaksanaan dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian paving block campuran tanah, kapur dan abu sekam padi, di bawah
ini terdapat beberapa saran yang perlu dipertimbangkan untuk penelitian sejenis selanjutnya, antara lain :