Karakterisasi PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI CAMPURAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILEN DAN KITOSAN MENGGUNAKAN METODE TANPA PELARUT (PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF BIODEGRADABLE PLASTIC FROM THE MIXTURE BETWEEN POLYPROPYLENE AND CH

Data yang diperoleh dari analisis DSC dapat digunakan untuk mempelajari kalor reaksi, kinetika, kapasitas kalor, transisi fase, kestabilan termal, kemurnian, komposisi sampel, titik kritis, dan diagram fase. Termogram hasil analisis DSC dari suatu bahan polimer akan memberikan informasi titik transisi kaca Tg, yaitu suhu pada saat polimer berubah dari bersifat kaca menjadi seperti karet, titik kristalisasi Tc, yaitu pada saat polimer berbentuk kristal, titik leleh Tm, yaitu saat polimer berwujud cair dan titik dekomposisi Td, yaitu saat polimer mulai rusak. 4. ThermogravimetricDifferential Thermal Analysis TGDTA Thermogravimetric Analisys TGA adalah suatu teknik analisis untuk menentukan stabilitas termal suatu material dan fraksi komponen volatile dengan menghitung perubahan berat yang dihubungkan dengan perubahan temperatur. Seperti analisis ketepatan yang tinggi pada tiga pengukuran, yaitu berat, temperatur, dan perubahan temperatur. Suatu kurva hilangnya berat dapat digunakan untuk mengetahui titik hilangnya berat Steven, 2001. TGA biasanya digunakan dalam riset dan pengujian untuk menentukan karakteristik material seperti polimer, untuk menentukan penurunan temperatur, kandungan material yang diserap, komponen anorganik dan organik di dalam material, dekomposisi bahan yang mudah meledak, dan residu bahan pelarut. TGA juga sering digunakan untuk kinetika korosi pada oksidasi temperatur tinggi Steven, 2001 Pengukuran TGA dilakukan di udara atau pada atmosfir yang inert, seperti Helium atau Argon dan berat yang dihasilkan sebagai fungsi dari kenaikan temperatur. Pengukuran dapat juga dilakukan pada atmosfir oksigen 1-5 O 2 di dalam N 2 atau He untuk melambatkan oksidasi Steven, 2001.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel limbah kulit udang di Restoran Seafood Jumbo Kakap, Teluk Betung, pembuatan kitosan, pembuatan produk, DSC dan TGA dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer, Biomassa Terpadu, Universitas Lampung, analisis FTIR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Universitas Gajah Mada dan SEM dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir PTBIN BATAN Serpong Jakarta.

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, penangas air, mortar, magnetic stirrer Wiggen Hauser, neraca digital Wiggen Hauser, satu set peralatan soklet, termometer, blender, grinding, Extruder HAAKE Rheomex OS, Spektroskopi Fourier Transform Infrared FT-IR tipe varian 2000 FTIR scimiter series, Spektroskopi Fourier Transform Infrared FT-IR Shimadzu, Scanning Electron Microscopy SEM - EDX merek JED-2300 Analysis Station JEOL, Difference Scanning Calorimetry DSC Type Exstar X- DSC7000 dan ThermogravimetricDifferential Thermal Analysis TGDTA Type 7000 with Autosampler. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu standar kitin dan kitosan produksi WAKO Jepang, kulit udang, natrium hidroksida, asam klorida, ammonium oksalat, natrium hipoklorit, etanol, akuades, limbah plastik polipropilen kemasan gelas AMDK, asam stearat, pelarut heksan, indikator universal, dan kertas saring.

C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Sampel a. Persiapan Sampel Kulit Udang Cangkang kulit udang dibersihkan dan dikeringkan, kemudian dihaluskan dan selanjutnya disebut sampel.

b. Persiapan Sampel Limbah Plastik Polipropilen

Limbah Polipropilen yang digunakan adalah limbah kemasan gelas Air Minum dalam Kemasan AMDK. Kemasan gelas AMDK yang telah dibersihkan dipotong dengan ukuran 25 mm x 25 mm.

2. Isolasi Kitosan

Kitosan diperoleh melalui deasetilasi kitin, proses isolasi kitin sendiri terdiri atas tiga tahap, yaitu: deproteinasi yang merupakan proses pemisahan protein dari cangkang kulit udang, demineralisasi yang merupakan proses pemisahan mineral, depigmentasi yang merupakan tahap pemutihan kitin, dan proses isolasi kitosan terdiri dari satu tahap yaitu tahap deasetilasi yang merupakan pemutusan gugus asetil pada kitin.

a. Deproteinasi

Sebanyak 100 gram sampel ditempatkan dalam bejana tahan asam dan basa yang dilengkapi pengaduk dan termometer diletakkan dalam penangas air. Kemudian sampel ditambahkan 1 L NaOH 20 dan didiamkan selama 1 jam pada suhu 90 o C Pareira, 2004. Setelah itu, dilakukan penyaringan sehingga diperoleh residu dan filtrat. Filtrat diuji dengan CuSO 4 . Residunya dicuci dengan akuades hingga pH netral, dikeringakan dalam oven dengan suhu 60 o C selama 24 jam.

b. Demineralisasi

Kitin kasar hasil deproteinasi dimasukkan dalam bejana tahan asam dan basa yang dilengkapi dengan pengaduk, termometer dan diletakkan dalam penangas air. Kemudian sampel ditambahkan HCl 1,25 N dengan perbandingan 1:10 vv selama 1 jam pada suhu 90 o C Pareira, 2004. Setelah itu, dilakukan penyaringan sehingga diperoleh residu dan filtrat. Filtrat diuji dengan amonium oksalat. Residunya dicuci dengan akuades sampai pH netral dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60 o C selama 24 jam, sehingga diperoleh kitin hasil demineralisasi.

c. Depigmentasi

Kitin kasar hasil demineralisasi diekstraksi menggunakan etanol dengan perbandingan 1:20 wv secara sokletasi. Residunya diputihkan dengan menggunakan bayclin selama 10 menit pada suhu kamar Muzzarelli dkk., 1997. Kemudian dicuci dengan akuades hingga pH netral dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 o C selama 24 jam, sehingga diperoleh kitin berupa serbuk halus berwarna putih. d. Deasetilasi Sebanyak 100 gram kitin ditambahkan dengan 200 ml larutan NaOH 60 dalam labu leher tiga lalu dipanaskan sampai suhu 140 o C selama 90 menit Pareira, 2004. Setelah itu didinginkan selama 3 jam pada suhu ruang dan dilakukan penyaringan untuk memisahkan padatan dan cairannya. Padatannya dicuci dengan akuades sampai pH netral. Padatan dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 °C selama 24 jam.

3. Karakterisasi Sampel Kitosan, PP dan PVA

a. Karakterisasi Kitosan Hasil Isolasi dengan FTIR Kitosan yang diperoleh dianalisis dengan Spektrofotometer IR. Kitosan dibuat pelet dengan KBr, kemudian dilakukan scanning pada daerah frekuensi antara 4000 cm -1 sampai dengan 400 cm -1 . Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil pembacaan kitosan standar.

Dokumen yang terkait

KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABEL DARI CAMPURAN KITOSAN DAN POLI VINIL ALKOHOL MENGGUNAKAN METODE TANPA PELARUT

6 40 56

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI CAMPURAN KITOSAN DAN POLIPROPILEN MENGGUNAKAN ALAT EXTRUDER

4 18 47

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI CAMPURAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILEN DAN KITOSAN MENGGUNAKAN METODE TANPA PELARUT (PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF BIODEGRADABLE PLASTIC FROM THE MIXTURE BETWEEN POLYPROPYLENE AND CHITOSAN USING S

0 18 50

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKTAT (PLA) DENGAN PENAMBAHAN PLASTICIZER MENGGUNAKAN METODE NON SOLUTION CASTING PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF MIXED PLASTIC POLYPROPYLENE (PP) / POLY LACTIC ACID (PLA) WITH

16 89 64

JUDUL INDONESIA: PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI CAMPURAN KITOSAN DAN POLIETILEN MENGGUNAKAN ALAT EXTRUDER JUDUL INGGRIS: PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF BIODEGRADABLE PLASTIC FROM THE MIXTURE OF CHITOSAN AND POLYETHYLENE (PE) U

0 11 55

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE CAMPURAN KITOSAN DAN POLIETILEN (PE) MENGGUNAKAN ALAT EXTRUDER

1 10 56

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI CAMPURAN ONGGOK SINGKONG-POLI ASAM LAKTAT MENGGUNAKAN METODE SOLUTION CASTING

20 64 55

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE CAMPURAN PATI DARI TEPUNG TAPIOKA DAN LDPE MENGGUNAKAN SINGLE SCREW EXTRUDER

4 51 66

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN DARI CAMPURAN KITOSAN POLI ASAM LAKTAT

0 4 5

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG DAN LIMBAH KULIT ARI SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE

2 6 9