Prancangan Cake Breaker Screw Conveyor Pengolahan Kelapa Sawit Dengan Kapasitas pabrik 60 Ton TBS Per Jam
KARYA AKHIR
PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW
CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER
JAM
SURANTA GINTING 025202007
KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH
IJAZAH SARJANA SAINS TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI
PROGRAM DIPLOMA-IV FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008
(2)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI AGENDA : /KA/2008 PROGRAM DIPLOMA-IV (D-IV) DITERIMA TGL : / /2008
FAKULTAS TEKNIK USU PARAF :
KARYA AKHIR
NAMA : SURANTA GINTING
NIM : 025202007
MATA PELAJARAN : TEKNIK PRODUKSI
SPESIFIKASI : PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS
PABRIK 60 TON TBS / JAM. PERANCANGAN MELIPUTI :
- UKURAN – UKURAN UTAMA CONVEYOR - HITUNG KOMPONEN – KOMPONEN UTAMA - GAMBAR TEKNIK
DIBERIKAN TANGGAL : 12 / Mei / 2008 SELESAI TANGGAL : 24 / Juli / 2008
MEDAN, 12 Mei 2008 KETUA JURUSAN, DOSEN PEMBIMBING
(3)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM DIPLOMA – IV
FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN.
KARTU BIMBINGAN
NO : / JO5.1.12/D-IV/AK/2008
KARYA AKHIR
Sub.Program Studi : Konversi Energi/Teknik/Teknik Produksi Bidang Tugas : Teknik ProduksiJudul Tugas : Metode Pengujian Mesin Pembuat tepung pisang dengan kapasitas 50 Kgper jam
Diberikan Tanggal : 12 Pebruari 2008 Selesai Tanggal : 17 Juni 2008
Dosen Pembimbing : Ir. Tugiman, MT Nama Mahasiswa : Mhd.Irfrans Syahputra N.I.M : 035202052
No. Tanggal KEGIATAN ASSISTENSI BIMBUNGAN Tanda Tangan dosen Pembimbing
1 12 – 02 – 2008 Survei mengenai teknologi tepat guna 2 15 – 02 – 2008 Bahas mengenai tepung pisang
3 19 – 02 – 2008 Perbaiki tujuan T.A anatara khusus dan umum 4 22 – 02 – 2008 Perbaiki sistematiaka penulisan
5 26 – 02 – 2008 Bahas mengenai produksi tepung pisang 6 06 – 03 – 2008 Manfaat tepung pisang
7 11 – 03 – 2008 Perbaiki bagan alir Pembuatan tepung pisang 8 15 – 04 – 2008 Perbaiki penjelasan gambar dan nomor gambar 9 22 – 04 – 2008 Jabarkan perhitungan secara detai
10 22 – 05 – 2008 Perbaiki kapasitas mesin secara detail 11 30 – 05 – 2008 Perbaiki keterangan table dan daya manual 12 10 – 06 – 2008 Aplikasi dan pengujian alat dan pelajari 13 17 – 06 – 2008 ACC dan siap untuk sidang
Catatan : Diketahui,
1. kartu ini harus diperlihatkan kepada Ketua Jurusan Teknologi Mekanik Industri
Dosen Pembimbing setiap Asistensi Program Diploma – IV FT. USU 2. Kartu ini harus dijaga bersih dan rapi
(4)
Medan, 28 Juli 2008
Hal : Surat permohonan Ujian Khusus
Kepada Yth :
Ketua Program Studi Teknologi Mekanik Industri Departemen Teknik Mesin
FT. USU.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah inimenerangkan dengan sebenarnya: Nama : SURANTA GINTING
Nim : 025202007
Program Studi : Teknologi Mekanik Industri / D- IV.
Telah menyelesaikan Tugas Akhir dibawah bimbingan, Ibu Ir. Raskita. S. Meliala, untuk itu saya mengajukan ujian khusus dalam mata kuliah, yaitu :
No. KODE Mata Kuliah Nilai Semester SKS
1. TDM 311 Konversi Energi I E V 2
Demikian surat permohonan ini saya perbuat, atas perhatian dan ijin yang diberikan saya ucapkan terima kasih
Hormat Saya, Pemohon
(5)
Daftar Notasi
n = Putaran ( rpm )
Z = Jumlah Gigi
F = Gaya Tangensial ( Kg )
V = Kecepatan Keliling ( m/s )
P = Daya ( kw )
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR NOTASI... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Perancangan ... 2
1.3. Sistematika Penulisan ... 2
1.4. Batasan Masalah ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Conveyor ... 4
2.1.1 Klasifikasi Conveyor ... 5
2.1.1.1 Belt Conveyor ... 5
2.1.1.2 Chain Conveyor ... 6
2.1.1.3 Screw Conveyor ... 12
2.1.1.4 Pnumatik Conveyor ... 16
2.2 Dasar Pemilihan Conveyor ... 18
2.3 Dasar Perhitungan Bagian – Bagian Utama Konveyor ... 18
2.3.1 Daya Motor Penggerak ... 19
2.3.2 Sistem Transmisi ... 20
(7)
2.3.4 Poros ... 23
2.3.4.1 Poros dengan Beban Puntir ... 23
2.3.4.2 Poros dengan Beban Puntir dan Lentur ... 25
2.3.4.3.Defleksi pada Poros ... 25
2.3.4.4 Putaran Kritis Poros ... 27
2.3.5 Pasak ... 28
2.3.6 Screw Konveyor... 31
2.3.7 Bantalan ... 32
BAB III PENETAPAN SFESIFIKASI 3.1 Material yang Diangkat ... 35
3.2 Penetapan Panjang Lintasan Konveyor... 35
3.3 Penetapan Kapasitas Konveyor ... 35
3.4 Penetapan sistem transmisi ... 36
3.5 Spesifikasi Perencanaan dan Cara Kerja Konveyor ... 36
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN DAN KEKUATAN BAHAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA SCREW KONVENYOR 4.1 Daya Motor Penggerak ... 38
4.2 Sistem Transmisi Roda gigi ... 39
4.2.1 Ukuran-ukuran utama roda gigi ... 39
4.2.2 Tegangan-tegangan yang timbul pada roda gigi ... 42
4.2.3 Pemilihan bahan roda gigi ... 45
4.3 Poros ... 45
(8)
4.3.1.1 Analisa Deflaksi pada Poros Penghubung Motor Listrik
dengan Roda Gigi 1 ... 48
4.3.1.2 Analisa Putaran Kritis Poros Penghubung Motor Listrik dengan Roda Gigi 1 ... 50
4.3.2 Poros pada Roda Gigi 2 dan Roda Gigi 3 ... 51
4.3.2.1 Analisa Deflaksi pada Poros Penghubung Roda Gigi 2 dan Roda Gigi 3 ... 54
4.3.2.2 Analisa Putaran Kritis Poros Roda Gigi 2 dan Roda Gigi 3 ... 56
4.3.3 Poros pada Roda Gigi 4 ... 57
4.3.3.1 Analisa Deflaksi pada Poros Roda Gigi 4 ... 60
4.3.3.2 Analisa Putaran Kritis Poros Roda Gigi 4 ... 61
4.3.4 Poros pada Screw Konveyor ... 62
4.4 Screw Konveyor ... 63
4.4.1 Ukuran Screw Konveyor... 63
4.4.2 Tegangan-tegangan yang Terjadi pada Screw Konveyor .... 63
4.4.3 Pemilihan Bahan Screw Konveyor ... 64
4.5 Rumah konveyor ... 64
4.6 Bantalan ... 65
4.6.1 Bantalan pada Poros Motor Listrik dan Roda Gigi 1 ... 65
4.6.2 Bantalan pada Poros Roda Gigi 2 dan Roda Gigi 3 ... 66
(9)
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Saran... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Belt Conveyor Drive ... 6
Gambar 2.2 Scraper Conveyor ... 7
Gambar 2.3 Apron Conveyor ... 9
Gambar 2.4 Bucket Conveyor ... 10
Gambar 2.5 Bucket Elevator ... 11
Gambar 2.6 Gambar 2.6 Screw Conveyor : a Sectional ; b. Helicoid; c. Cast Iron; d. Riboon ; e. Cut Flight ... 11
Gambar 2.7 Screw Conveyor Coupling ... 13
Gambar 2.8 Wadah Screw Conveyor ... 13
Gambar 2.9 Screw Conveyor Hanger ... 14
Gambar 2.10 Screw Conveyor Box End ... 15
Ganbar 2.11 Pnumatic Conveyor ... 15
Gambar 2.12 Defleksi akibat beban terbagi rata ... 17
Gambar 2.13 Defleksi satu beban ... 26
Gambar 2.14 Defleksi akibat momen punter ... 26
Gambar 2.15 Defleksi yang salah satu ujungnya ditumpuh dan diberi momen Gambar 2.16 Screw Konveyor ... 27
Gambar 3.1 Sistem Transmisi Screw Konveyor ... 27
Gambar 4.1 Gaya-gaya yang bekerja pada poros... 31
Gambar 4.2 Gaya-gaya pada poros ... 45
Gambar 4.3 Penguraian gaya-gaya pada poros ... 48
(11)
Gambar 4.5 Gaya-gaya pada poros ... 51
Gambar 4.6 Penguraian gaya-gaya pada poros ... 54
Gambar 4.7 Gaya-gaya yang bekerja pada poros... 55
Gambar 4.8 Gaya-gaya pada poros ... 57
Gambar 4.9 Penguraian gaya-gaya pada poros ... 60
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Faktor Bentuk ... 21
Tabel 2.2 faktor dinamis fv... 22
Tabel 2.3 Ukuran-ukuran utama roda gigi ... 22
Tabel 2.4 faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan ... 24
Tabel 2.5 Ukuran standart pasak ... 28
Tabel 2.6 faktor-faktor X,V dan Y ... 33
(13)
DAFTAR NOTASI
n = Putaran (Rpm)
Z = Jumlah gigi
V = Kecepatan keliling (m/s) Ft = gaya tangensial (kg)
P = Daya (kw)
Fc = Faktor koreksi daya
τb = Tegangan lentur (kg/mm
2
b = Lebar gigi (mm)
)
m = modul gigi
y = Faktor bentuk gigi
Fb = beban lentur (Kg/mm2
Fv = Faktor Dinamis
)
ds = diameter poros (mm)
T = Torsi (kg.mm)
τa = tegangan izin (kg/mm2
Pd = daya perencanaan (Kw) )
τB = kekuatan tarik bahan (kg/mm
2
Sf = Faktor keamanan bahan
)
= factor keamanan akibat alur pasak Kt = Momen puntir
Cb = Faktor akibat beban lenturan Km = Momen lentur
(14)
Y = Defleksi poros (mm) E = Modulus elastisitas baja
I = Momen inersia lingkaran pejal
l = Panjang poros (m)
g = beban (kn)
nc = putaran kritis poros (rpm) l1 dan l2 = jarak bantalan terhadap
W = beban pada poros (kg)
τk = Tegangan geser (Kg/mm
2
b = Lebar pasak (mm)
)
L = Panjang pasak ( mm)
Sfk1
Sfk
= Paktor keamanan
2
P = Tekanan permukaan (kg/mm = Faktor keamanan
2
t
)
1 atau t2
Pa = Tekanan permukaan izin
= kedalaman alur pasak (mm)
d = Diameter luar screw (mm) Q = Kapasitas konveyor (ton/jam) Fs = Gaya dorong screw (kg)
F = Gaya (kg)
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi yang dicapai
manusia dewasa ini khususnya dalam bidang teknologi, maka perlu dibutuhkan
suatu peningkatan dibidang serana dan prasarana penunjang dalam meningkatkan
produksi dengan peralatan tepat guna dan efisien. Peralatan Perancangan ini
merupakan pesawat angkut yang dapat memindahkan material berupa curahan
ketempat lain, dan salah satu jalanya adalah Cake Breaker Conveyor. Adapun arah
dari pemindahan dengan menggunakan alat pengangkut ini adalah arah mendatar
(Horizintal).
Cake Breaker Conveyor ini digunakan pada pabrik pengolahan kelapa
sawit, berfungsi untuk mencabik ataupun mencacah serbut (Fiber) dan biji (Nut)
dari proses pengempaan aga cepat kering dan sekaligus mengangkatnya menuju
Depericarper untuk proses pemisahan serabut dan biji. Akibat luasnya volume
yang ingin diangkut, pabrik pengolahan kelapa sawit akan menanbahkan
pentingnya keberadaan konveyor. Kesemua ini memerlukan pemindahaan muatan
secara bersinambungan dengan cepat untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
(16)
1.2. Tujuan Perancangan
Adapun tujuan dari Perancangan Cake Breaker Screw adalah
1. Secara umum mempelajari tentang kontruksi mesin dan tahap–tahap
perencanaan berdasarkan literature yang ada.
2. Meningkatkan kemampuan penulis dalam pengaplikasikan dilapangan sesuai
dengan yang diperoleh dibangku kuliah.
3. Menambah wawasan pengetahuan pada disiplin ilmu yang akan menjadi
profesi.
4. Untuk menentukan ukuran–ukuran utama dari konveyor yang digunakan pada
pabrik kelapa sawit (PKS) denga kapasitas 36 ton TBS / Jam
1.3. Batasan Masalah
Memacu pada masalah dalam perancangan Cake Breaker Screw, penulis
membatasi masalah yang akan diuaraikan yakni Perancangan pesawat pengangkut
( Cake Breaker Conveyor ). Perencanaan meliputi :
1. Daya motorPoros dan ulir
2. Sistem transmisi roda gigi
3. Poros dan pasak
4. Screw
5. Bantalan
6. Pengembaran secara Teknik.
Serta analisa perhitungan kekuatan bahan un tuk tiap-tiap komponen Screw
(17)
1.4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematis penulisan Karya Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Terdiri dari latar belakang masalah, maksud dan tujuan, batasan
masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan kepustakaan, berisikan teori–teori tentang,
jenis dan pemelihan pesawat pengangkut, dasar-dasar perhitungan perancangan
sebagai landasan pembahasan.
BAB III : Penetapan spesifikasi, terdiri dari rancangan spesifikasi yang
meliputi panjang lintasa, kapasitas dan cara kerja Cake Breaker
Conveyor.
BAB IV : Analisa perancangan kontruksi, berisikan perhitungan meliputi
Poros, Pasak, screw dan rumah konveyor, roda gigi dan bantalan.
BAB V : Kesimpulan, berisi tentang kesimpulan dari hasil perancangan.
Daftar Pustaka : Berisi daftar referensi yang merupakan studi literatur
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Conveyor
Di dalam industri, bahan-bahan yang digunakan kadangkala merupakan
bahan yang berat maupun berbahaya bagi manusia. Untuk itu diperlukan alat
transportasi untuk mengangkut bahan-bahan tersebut mengingat keterbatasan
kemampuan tenaga manusia baik itu berupa kapasitas bahan yang akan diangkut
maupun keselamatan kerja dari karyawan.
Salah satu jenis alat pengangkut yang sering digunakan adalah Conveyor
yang berfungsi untuk mengangkut bahan -bahan industri yang berbentuk padat.
Pemilihan alat transportasi (conveying equipment) material padatan antara lain
tergantung pada :
1. Kapasitas material yang ditangani
2. Jarak perpindahan material
3. Kondisi pengangkutan : horizontal, vertikal atau inklinasi
4. Ukuran (size), bentuk (shape) dan sifat material (properties)
(19)
2.1.1 Klasifikasi Conveyor
Secara umum jenis/type Konveyor yang sering digunakan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Belt Conveyor
2. Chain Conveyor :
a. Scraper Conveyor
b. Apron Conveyor
c. Bucket Conveyor
d. Bucket Elevator
3. Screw Conveyor
4. Pneumatic Conveyor
2.1.1.1 Belt Conveyor
Belt Conveyor pada dasarnya mernpakan peralatan yang cukup sederhana.
Alat tersebut terdiri dari sabuk yang tahan terhadap pengangkutan benda padat.
Sabuk yang digunakan pada belt conveyor ini dapat dibuat dari berbagai jenis
bahan misalnya dari karet, plastik, kulit ataupun logam yang tergantung dari jenis
dan sifat bahan yang akan diangkut. Untuk mengangkut bahan -bahan yang panas,
sabuk yang digunakan terbuat dari logam yang tahan terhadap panas.
Karakteristik dan performance dari belt conveyor yaitu :
1. Dapat beroperasi secara mendatar maupun miring dengan sudut
maksimum sampai dengan 18.
2. Sabuk disanggah oleh plat roller untuk membawa bahan.
3. Kapasitas tinggi.
(20)
5. Dapat beroperasi secara continiue.
6. Kapasitas dapat diatur.
7. Kecepatannya sampai dengan 600 ft/m.
8. Dapat naik turun.
9. Perawatan mudah.
Kelemahan -kelemahan dari belt conveyor:
1. Jaraknya telah tertentu.
2. Biaya relatif mahal.
3. Sudut inklinasi terbatas.
2.1.1.2 Chain Conveyor
Chain conveyor dapat dibagi atas beberapa jenis conveyor, yaitu :
1. Scraper Conveyor
2. Apron Conveyor
3. Bucket Conveyor
(21)
Keempat jenis elevator tersebut pada dasarnya menggunakan rantai
sebagai alat bantu untuk menggerakkan material.
Scraper Conveyor
Scraper conveyor merupakan konveyor yang sederhana dan paling murah
diantara jenis -jenis conveyor lainnya. Conveyor jenis ini dapat digunakan dengan
kemiringan yang besar. Conveyor jenis ini digunakan untuk mengangkut material
- material ringan yang tidak mudah rusak, seperti : abu, kayu dan kepingan.
Karakteristik dan performance dari scaper conveyor:
1. Dapat beroperasi dengan kemiringan sampat 45°.
2. Mempunyai kecepatan maksimum 150 ft/m.
3. Kapasitas pengangkutan hingga 360 ton/jam.
4. Harganya murah.
Kelemahan - kelemahan pada scraper conveyor:
1. Mempunyai jarak yang pendek.
2. Tenaganya tidak konstan.
3. Biaya perawatan yang besar seperti service secara teratur.
(22)
Apron Conveyor
Apron Conveyor digunakan untuk variasi yang lebih luas dan untuk beban
yang lebih berat dengan jarak yang pendek. Apron Conveyor yang sederhana
terdiri dari dua rantai yang dibuat dari mata rantai yang dapat ditempa dan
ditanggalkan dengan alat tambahan A. Palang kayu dipasang pada alat tambahan
A diantara rantai dengan seluruh tumpuan dari tarikan conveyor. Untuk bahan
yang berat dan pengangkutan yang lama dapat ditambahkan roda (roller) pada alat
tambahan A. Selain digunakan roller, palang kayu dapat juga digantikan dengan
plat baja untuk mengangkut bahan yang berat.
Karakteristik dan performance dan apron conveyor:
1. Dapat beroperasi dengan kemiringan hingga 25°.
2. Kapasitas pcngangkutan hingga 100 ton/jam.
3. Kecepatan maksimum 100 ft/m.
4. Dapat digunakan untuk bahan yang kasar, berminyak maupun yang
besar.
5. Perawatan murah.
Kelemahan -kelemahan apron konveyor :
1. Kecepatan yang relatif rendah.
2. Kapasitas pengangkutan yang kecil
(23)
Gambar 2.3 Apron Conveyor
Bucket Conveyor
Bucket Conveyor sebenarnya merupakan bentuk yang menyerupai
conveyor apron yang dalam.
Karakteristik dan performance dari bucket conveyor:
1. Bucket terbuat dari baja
2. Bucket digerakkan dengan rantai
3. Biaya relatif murah.
4. Rangkaian sederhana.
5. Dapat digunakan untuk mengangkut bahan bentuk bongkahan.
6. Kecepatan sampai dengan 100 ft/m.
(24)
Kelemahan -kelemahan bucket conveyor:
1. Ukuran partikel yang diangkut 2-3 in.
2. Investasi mahal.
3. Kecepatan rendah.
Bucket Elevator
Belt, scraper maupun apron conveyor mengangkut material dengan
kemiringan yang terbatas. Belt conveyor jarang beroperasi pada sudut yang lebih
besar dari 15-20° dan scraper jarang melebihi 300
1. Minneapolis Type
. Sedangkan kadangkala
diperlukan pengangkutan material dengan kemiringan yang curam. Untuk itu
dapat digunakan Bucket Elevalor. Secara umum bucket elevator terdiri dari timba
-timba (bucket) yang dibawa oleh rantai atau sabuk yang bergerak. Timba -timba
(bucket) yang digunakan memiliki beberapa bentuk sesuai dengan fungsinya
masing -masing. Bentuk - bentuk dari timba -timba (bucket) dapat dibagi atas :
2. Buckets for Wet or Sticky Materials
3. Stamped Steel Bucket for Crushed Rock
4. Minneapolis Type
(25)
ii. Dipergunakan untuk mengangkut butiran dan material
kering yang sudah lumat.
5. Buckets for Wet or Sticky Materials.
i. ¾ Bucket yang lebih datar.
ii. Dipergunakan untuk mengangkut material yang cenderung
lengket.
6. Stamped Steel Bucket for Crushed Rock
i. ¾ Dipergunakan untuk mengangkut bongkahan -bongkahan
besar dan material yang berat.
(26)
2.1.1.3 Screw Conveyor
Jenis konveyor yang paling tepat untuk mengangkut bahan padat
berbentuk halus atau bubur adalah konveyor sekrup (screw conveyor)Alat ini pada
dasarnya terbuat dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu sumbu sehingga
bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight.
Macam-macam flight adalah:
1. Sectional flight
2. Helicoid flight
3. Special flight, terbagi: ~cast iron flight ~ribbon flight ~cut flight
Konveyor berfiight section (Gambar 2.6-a) dibuat dari pisau-pisau pendek
yang disatukan -tiap pisau berpilin satu putaran penuh- dengan cara disimpul tepat
pada tiap ujung sebuah pisau dengan paku keling sehingga akhirnya akan
membentuk sebuah pilinan yang panjang.
Sebuah helicoid flight, bentuknya seperti pita panjang yang berpilin
mengelilingi suatu poros (Gambar 2.6-b). Untuk membentuk suatu konveyor,
flight-flight itu disatukan dengan cara dilas tepat pada poros yang bersesuaian
dengan pilinan berikutnya.
Flight khusus digunakan dimana suhu dan tingkat kerusakan tinggi adalah
flight cast iron. Flight-flight ini disusun sehingga membentuk sebuah konveyor
(Gambar 2.6-c).
Untuk bahan yang lengket, digunakan ribbon flight (Gambar 2.6-d). Untuk
mengaduk digunakan cut flight (Gambar 2.6-e). Flight pengaduk ini dibuat dari
flight biasa, yaitu dengan cara memotong-motong flight biasa lalu membelokkan
(27)
Untuk mendapatkan konveyor panjang yang lebih sederhana dan murah,
biasanya konveyor tersebut itu disusun dari konveyor-konveyor pendek. Sepasang
konveyor pendek disatukan dengan sebuah penahan yang disebut hanger dan
disesuaikan pasangan pilinannya.
Tiap konveyor pendek mempunyai standar tertentu sehingga dapat
dipasang dengan konveyor pendek lainnya, yaitu dengan cara memasukkan salah
satu poros sebuah konveyor ke lubang yang terdapat pada poros konveyor yang
satunya lagi (Gambar 2.7)
.
Gambar 2.6 Screw Conveyor : a Sectional ; b. Helicoid; c. Cast Iron; d.
Riboon ; e. Cut Flight
Gambar 2.7 Screw Conveyor Coupling
Wadah konveyor biasanya terbuat dari lempeng baja (Gambar 2.8),
(28)
(Gambar 2.8-a) hanya bagian dasarnya, yang berbentuk setengah lingkaran dan
terbuat dari baja, sedangkan sisi-sisi lurus lainnya terbuat dari kayu.
Untuk mendapatkan sebuah wadah yang panjang, wadah-wadah pendek
disusun sehingga sesuai dengan panjang konveyor. Gambar 2.8-b menunjukkan
wadah yang lebih rumit yang konstruksinya semuanya terbuat dari besi.
Perlu diketahui bahwa poros konveyor harus digantung pada
persambungan yang tetap sejajar. Dua buah persambungan dibuat pada ujung
wadah, dan sepanjang wadah harus tetap ada hanger atau penahan, Biasanya ada
sebuah hanger untuk tiap bagian.
Gambar 2.9 menunjukkan beberapa tipe hanger. Gbr 2.9-a menunjukkan
tipe paling sederhana dan paling murah. Gbr 2.9-b menunjukkan tipe yang
mempunyai persambungan terpisah dan ditempatkan di wadah baja. Bentuk yang
lebih rumit mempunyai persambungan yang dapat disetel dan juga dengan cara
(29)
Jika bahan yang diangkut konveyor bersentuhan dengan persambungan
hanger, seringkali minyak atau pelumas tidak dapat dipakai karena akan
mencemari bahan tersebut, dan wadah kayu akan basah oleh minyak. 0leh karena
itu, wadah dalam hanger dibuat dari besi putih cor (Gbr 2. 9-c) sehingga tempat
bergerak dapat digunakan walaupun tanpa pelumas.
Ujung dari wadah konveyor disebut box ends . Umumnya box ends awal
berbeda konstruksinya dengan box ends akhir. Box ends awal memiliki roda gigi
(30)
2.1.1.4 Pneumatic Conveyor
Konveyor yang digunakan unluk mcngangkul bahan yang ringan atau
berbentuk bongkahan kecil adalah konvenyor aliran udara (pneumatic conveyor).
Pada jenis konveyor ini bahan dalam bentuk suspensi diangkut oleh aliran udara.
Pada konveyor ini banyak alat dipakai, antara lain:
1. Sebuah pompa atau kipas angin untuk menghasilkan aliran udara.
2. Sebuah cyclone untuk memisahkan partikel-partikel besar.
3. Sebuah kotak penyaring (bag filter) untuk menyaring debu.
Pada tipe yang sederhana (Gambar 2.11), sebuah pompa cycloida akan
menghasilkan kehampaan yang sedang dan sedotannya dihubungkan dengan
sistem pengangkulan. Bahan -bahan akan terhisap naik melalui selang yang dapat
dipindahpindahkan ujungnya.
Kemudian, aliran udara yang mengangkut bahan padat dalam bentuk
suspensi akan menuju siklon dan selanjutnya menuju ke pompa.
Jika bahan-bahan ini mengandung debu, debu ini tentunya akan merusak
pompa dan debu ini juga akan membahayakan jika dibuang ke udara, dengan kala
lain debu adalah produk yang tidak diinginkan. Karenanya, sebuah kotak
penyaring ditempatkan diantara siklon dan pompa.
Jenis konveyor ini terutama digunakan untuk mengangkut bahan yang
kebersihannya harus tetap terjaga baik (seperti biji-bijian, bahan-bahan lumat
seperti soda abu, dan lain-lain) supaya keadaannya tetap baik dan tidak
mengandung zat-zat beracun seperti timbal dan arsen.
Konveyor ini juga dapat dipakai untuk mengangkut bahan-bahan yang
(31)
yang sejenis. Kadang-kadang juga digunakan bila jalan yang dilalui bahan
berkelokkelok atau jika bahan harus diangkat dan lain-lain hal yang pada tipe
konveyor lainnya menyebabkan biaya pengoperasian lebih tinggi.
Kecepatan aliran udara pada kecepatan rendah adalah 3000-7500 fpm dan
pada kecepatan tinggi adalah 10000-20000 fpm. Sedangkan jumlah udara yang
digunakan untuk mengangkut tiap ton bahan per jam adalah 50-200 cfm, tergantung
pada keadaan dan berat bahan,jarak dan kemiringan pengangkutan, dan lain-lain.
Kerugian menggunakan jenis konveyor ini adalah pemakaian energinya lebih
besar dibanding jenis konveyor lainnya untuk jumlah pengangkutan yang sama.
Perhitungan-perhitungan pada konveyor pneumatik sama sekali empiris dan
(32)
2.2 Dasar Pemilihan Conveyor
Untuk melakukan pemilihan suatu tipe pesawat pengangkut diperlukan
pengetahuaan tentang rancangan dan disesuaikan dengan kemampuan
pengoperasiannya.
Dalam pemilihan pesawat pengangkut perlu diketehui sebagai berikut :
1. Jenis dari ukuran beban yang akan ditangani, misalnya beban padu (unit bulk)
dan beban tumpahan (bulk load).
2. Kondisi perjam dari unit serta kontinius pemindahan
3. Kondisi lingkungan yang menentukan arah dan lintasan pesawat pengangkut.
4. Prinsip – prinsip ekonomis meliputi ongkos pembuatan dan pemeliharaan.
Berdasarkan keterangan diatas maka dipilih konveyor yang membantu
material berupa. Beban tumpahan (bulk load) dengan berputarnya poros yang
dililiti lempengan plat yang berfungsi sebagai pendorong yang berbentuk ulir
(screw) sehingga material Nut dan Fiber dapat diangkut dan dipindahkan.
2.3Dasar Perhitungan Bagian – Bagian Utama Konveyor.
Didalam perencanaan konveyor terdapat bagian-bagian yang harus terkena
beban seperti motor listrik, roda gigi, poros, bantalan. Bagian-bagian ini harus
diamati secara tepat agar dapat menerima beban tekanan cukup kuat.
Kekuatan bahan harus diperhitungkan sesuai dengan kondisi operasi yang
akan berlangsung, untuk itu perencanaan bahan yang akan digunakan harus
benar-benar diteliti untuk memberikan informasi yang akurat serta perangkat peralatan
pengaman yang menjamin konveyor tersebut bekerja pada kondisi yang telah
(33)
2.3.1 Daya Motor Penggerak
Dalam perencanaan screw konveyor digunakan tenaga motor listrik. Poros
motor penggerak dirangkai dengan sistem transmisi roda gigi yang mana daya dan
putaran dari motor listrik direduksi dan diteruskan keporos penggerak konveyor.
Daya penggerak poros screw konveyor dapat dihitung dengan persamaan :
102 .l Q
Pp = ... (2.1)
Dimana : Pp
102 3600
34 , 1 . . . 1000
×
= Ql
Pp
= Daya penggerak poros konveyor (kW)
Q = Kapasitas konveyor (kg/s)
l = Panjang lintasan konveyor atau panjang poros konveyor (m)
Bila Q dalam Ton/jam dan P dalam Hp, maka persamaan 2.1 menjadi :
03 , 274
. . .Ql
Pp = ... (2.2)
Karena ada faktor-faktor lain maka daya penggerak poros haruslah dikalikan
dengan faktor resistansi total (Wo) yaitu sebesar 4,0 (Spivakopsky,1969),
persaman 2.2 menjadi :
Wo l
Q
Pp = ×
03 , 274
. . .
... (2.3)
Untuk menentukan daya motor penggerak dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
mek p m
P P
η . .
= ... (2.4)
Dimana : Pm = Daya motor penggerak (Hp)
mek
(34)
2.3.2 Sistem Transmisi
Sistem transmisi memakai mekanisme roda gigi lurus. Adapun
perbandingan transmisi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
1 2 2 1
Z Z n n
i= = ... (2.5)
Dimana : n = Putaran (rpm)
Z = Jumlah gigi
2.3.3 Roda Gigi Lurus
Untuk mentransmisikan daya yang besar maka digunakan dengan roda
gigi. Keunggulan menggunakan roda gigi yaitu lebih ringkas , putaran lebih
tinggi dan tepat dengan daya lebih besar. Jika diameter jarak bagi adalah db1(mm)
,maka kecepatan keliling v (m/s) yang mempunyai putaran n1
1000 60
1 1
× ×
×
= d n
v π b
(rpm):
... (2.6)
Hubungan antara daya yang ditransmisikan P (kW) gaya tangensial Ft
102
v F P= t×
(kg), dan
kecepatan keliling v (m/s) adalah
... (2.7)
Dalam hal ini perlu dipergunakan daya perencana yaitu :
Pd = fc.P
Dimana Pd = daya perencana (kW)
fc = faktor koreksi daya (dapat dipilih fc = 1,2)
(35)
atau harga Ft dapat dicari dengan
Y m b
Ft =σb× × × (Sularso;Elemen Mesin; Hal 239) (2.9)
Dimana σb =tegangan lentur (kg/mm2
Jumlah gigi z
)
b = lebar gigi(mm)
m = modul gigi
Y = faktor bentuk gigi
Faktor bentuk gigi dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Faktor Bentuk Gigi
Y Jumlah gigi
z Y 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23 0,201 0,226 0,245 0,261 0,276 0,289 0,295 0,302 0,308 0,314 0,320 0,327 0,333 25 27 30 34 38 43 50 60 75 100 150 300 Batang gigi 0,339 0,349 0,358 0,371 0,383 0,396 0,408 0,421 0,434 0,446 0,459 0,471 0,484
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 240)
Besarnya beban lentur yang diizinkan per satuan lebar sisi Fb' (kg/mm2
fv Y m Fb' =σa × × ×
) dapat
dihitung dari besarnya modul (m),jumlah gigi (z), faktor bentukgigi (Y), dengan
sudut tekan 20º dan faktor dinamis fv sebagai berikut:
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 240) (2.10)
Maka lebar sisi b adalah
'
b F Ft
b= (Sularso;Elemen Mesin; Hal 240) (2.11)
(36)
Tabel 2.2 faktor dinamis fv
Kecepatan
rendah v=0,5-10 m/s v
fv
+ =
3 3
Kecepatan
sedang v=5-20 m/s v
fv
+ =
6 6
Kecepatan
v=20-50 m/s
v fv
+ =
5 , 5
5 , 5
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 240)
Untuk menentukan ukuran-ukuran roda gigi dapat dilihat pada Tabel 2.3 :
Tabel 2.3 Ukuran-ukuran utama roda gigi Satuan : mm
Diameter jarak bagi (Db) Db =m×Z
Diameter kepala (Dk) Dk =(Z +2)×m
Diameter dasar (Dd) Dd =Zmcosα
Jarak bagi (p) p=m×π
Tebal gigi (t)
2
p t =
Lebar gigi (b) b=2πm
Tinggi kepala gigi (ha) ha=m
Tinggi kaki gigi (hf) hf =1,25×m
Tinggi gigi (h) h=ha+hf
Kelonggaran puncak gigi (Ck) Ck =0,25×m
Jarak sumbu poros antar roda gigi (a) a= Z +Z ×m
2
2 1
(37)
2.3.4 Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.
2.3.4.1 Poros dengan Beban Puntir
Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban
lain kecuali torsi, maka perencanaan diameter porosnya adalah sebagai berikut :
3
. . 16
s
d T
π τ =
Supaya konstruksi aman maka τizin(τa)≥τtimbul (kg/mm2
3
. . 16
s a
d T
π
τ ≥
)
3 1
. . 16
≥
a s
T d
τ π
3 1
. . 1 , 5
≥
a s
T d
τ ... (2.12) Dimana : ds
a
τ
= Diameter poros (mm)
T = Torsi (kg.mm)
= Tegangan izin (kg/mm2
P fc Pd = .
)
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak (kW), maka berbagai
faktor keamanan bisa diambil, sehingga koreksi pertama bisa diambil kecil. Jika
faktor koreksi adalah fc, maka daya perencana adalah :
... (2.13)
Dimana Pd = Daya perencana (kW)
(38)
Tabel 2.4 faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan
Daya yang Akan Ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
Daya normal 1,0 - 1,5
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 7)
Untuk menghitung Torsi T (kg.mm) dapat dihitung dari daya perencana (kW)
sebagai berikut :
ω
Pd T =
n Pd
T
π
2
1000 60 102× ×
× =
n Pd
T =9,74×105× ... (2.14) Tegangan izin dapat dihitung sebagai berikut :
2 1 sf
sf B a
× = τ
τ (Sularso;Elemen mesin;hal 8)(2.15) Dimana : τB = Kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf1 = Faktor keamanan bahan, untuk bahan
SF = 5,6
S-C = 6,0
Sf2 = Faktor keamanan akibat alur pasak (1,3 3,0) ÷
Dalam perencanaan diameter poros, ada faktor-faktor lain seperti faktor koreksi
akibat momen puntir (Kt) dan faktor akibat beban lenturan (Cb), maka persamaan
(39)
3 1
. . 1 , 5
× ×
≥ T Kt Cb
d
a s
τ (Sularso;Elemen mesin;hal:8)(2.16)
Dimana harga Kt = 1,0 (jika beban halus)
1,0÷ 1,5 (Jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan) 1,5÷ 3,0 (Jika beban dikenakan dengan kejutan)
Cb = 1,2÷2,3(jika tidak ada beban lentur maka Cb = 1) 2.3.4.2 Poros dengan Beban Puntir dan Lentur
Jika poros yang direncanakan mendapat beban puntiran dan lenturan maka
persamaan (2.12) menjadi :
3 1 2 2
. . 1 , 5
+
≥ M T
d
a s
τ ... (2.17) Dimana M = Momen lentur (kg.mm)
Dalam perencanaan diameter poros ada faktor-faktor seperti faktor koreksi akibat
momen puntir (Kt) dan faktor koreksi untuk momen lentur (Km), maka persamaan
(2.17) menjadi :
3 1 2
2 ( )
) . ( .
. 1 , 5
+
≥ KmM KtT
d
a s
τ (Sularso;Elemen mesin;hal:18)(2.18) Dimana harga Km = 1,5 (Untuk beban momen lentur yang tetaps)
1,5÷2,0 (Untuk beban dengan tumbukan ringan) 2,0÷3,0 (Untuk beban dengan tumbukan berat) 2.3.4.3.Defleksi pada Poros
Kekakuan terhadap poros terhadap lenturan juga perlu diperiksa. Bila
suatu poros baja yang ditumpuh oleh bantalan pada kedua ujungnya dan mendapat
(40)
d L B A q L B A P b a d
Gambar 2.12 Defleksi akibat beban terbagi rata
) 2 ( . . 24
. 3 3 3
x lx l I E l q
y= − −+
I E l g ymak . . 384 5 4
= ... (2.19) Dimana E = Modulus elastisitas baja (2,069 × 108 kN/m2), bila beban dalam kg
maka E = 2,11 × 1010 kg/m
4 64d π 2
I = Momen inersia lingkaran pejal m
l = Panjang poros (m)
q = Beban (kN)
jika pembebanan seperti pada gambar 2.13 maka defleksi yang terjadi :
Gambar 2.13 Defleksi satu beban
Sebelah kiri gaya P (0
4
≤x≤a)
(
))
. . . 6 .. 2 2 2
x b l I E l x b P
y = − − ... (2.20) Sebelah kanan gaya P (a≤x≤b)
(
)
P xEaI x b l I E l x b P y . . 6 ) ( ) . . . 6 .. 2 − 2 − 2 + − 3
(41)
d L
B A
Mo Mo
P Mo
A
L
d Jika diberi momen puntir maka,
Gambar 2.14 Defleksi akibat momen puntir
) ( . . 2
.
x l I E
x Mo
y= − ... (2.22) Jika salah satu ujungnya ditumpuh dan diberi momen puntir maka,
Gambar 2.15 Defleksi yang salah satu ujungnya ditumpuh dan diberi momen
puntir
) 3 ( . . 6
2
x l I E Px
y= − ... (2.23)
2.3.4.4 Putaran Kritis Poros
Bila beberapa diameter poros seragam ds
W l l l
d nc s
2 1
2
. 52700
=
(mm), maka putaran kritis poros
adalah :
(Sularso;Elemen mesin;hal:19)(2.24)
Dimana nc = Putaran kritis poros (rpm)
l1 dan l2= Jarak bantalan terhadap beban (mm)
l = Panjang poros (mm)
(42)
Bila terdapat beberapa beban pada poros maka putaran kritis poros adalah :
2 3 2
2 2
1 2
1 1 1 1
c c c
c n n n
n = + + ... (Sularso;Elemen mesin;hal:19)(2.25)
Menurut Sularso Perbandingan putaran yang baik antara putaran sebenarnya
dengan putaran kritis adalah lebih kecil dari 0,6÷0,8
c
n n
= 0,6÷0,8 (Sularso;Elemen mesin;hal:20)(2.26)
2.3.5 Pasak
Pasak adalah suatu elemen yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian
mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling dan lain-lain pada poros. momen
diteruskan dari poros kenaaf atau tari naaf ke poros.
Ukuran dan bentuk standart pasak diberikan dalam tabel 2.5.Untuk pasak
umumnya dipilih bahan yang memiliki kekuatan tarik lebih dari 60 (Kg/mm2),
lebih kuat dari pada porosnya. Kadang-kadang sengaja dipilih bahan yang lemah,
sehingga pasak akan lebih mudah rusak dari pada poros. Ini disebabkan harga
pasak yang murah serta mudah menggantinya.
(43)
Jika momen rencana dari poros adalah T(Kg.mm) dan diameter poros
adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (Kg) Pada permukaan poros adalah :
) 2 / (ds
T
F= ... (2.27) Tegangan geser yang ditimbulkan adalah :
bl F
k=
τ ... (2.28)
Dimana : τk = Tegangan geser yang terjadi (kg/mm2
2
1 fk
fk b ka
S
S ×
= σ
τ
)
b = Lebar pasak (mm)
l = Panjang pasak (mm)
Tegangan geser izin didapat dengan :
... (2.29)
Dimana : Sfk1 = Faktor keamanan (umumnya diambil 6)
Sfk2
1 bl
F
ka ≥
τ
= Faktor keamanan
= 1,0 – 1,5 (jika beban dikenakan perlahan-lahan)
= 1,5 – 3,0 (jika beban dikenakan tumbukan ringan)
= 2,0 – 5,0 (jika beban dikenakan secara tiba-tiba dengan
tumbukan berat)
Dari tegangan geser izin, panjang pasak yang diperlukan dapat diperoleh dengan :
... (2.30)
Gaya keliling F (kg) yang sama seperti diatas dikenakan pada luas permukaan
(44)
)
(1 2
2 t atau t
l
F P
×
= ... (2.31)
Dimana : P = tekanan permukaan (kg/mm2)
` l2 = panjang pasak (mm)
t1 atau t2
)
(1 2
2 t atau t
l
F Pa
× =
= kedalaman alur pasak pada poros atau naf (mm)
dari harga tekanan permukaan yang di izinkan, panjang pasak yang diperlukan
dapat dihitung dengan :
... (2.32)
Dimana : Pa = Tekana permukaan izin (kg/mm2)
Harga Pa adalah sebesar 8 kg/mm2 untuk poros dengan diameter kecil, 10 kg/mm2
Baik ds
Lk ds
b
÷ =
÷ =
5 , 1 75 , 0
35 , 0 25 , 0
untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga-harga diatas untuk
poros berputaran tinggi. Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara
25-35% dari diameter poros, dan panjang pasak jangan terlalu panjang
dibandingkan dengan diameter poros. Karena lebar dan tinggi pasak sudah
distandartkan, maka beban yang ditimbulkan oleh gaya F yang besar hendaknya
datasi dengan penyesuaian panjang pasak. Menurut Sularso perbandingan :
(45)
2.3.5 Screw Konveyor
Gambar 2.16 Screw Konveyor
d = Diameter luar srew (mm)
ds = Diameter poros (mm)
Untuk menentukan pitch secrew (p)mm dapat dihitung dengan rumus:
=
2 . 2
1 α
tg d
p
=
2 . 2dtg α
p ... (2.33)
Bila panjang poros penggerak adalah l (mm) maka banyaknya screw (n) adalah
p l n=
Sedangkan kecepatan dorong muatan adalah :
6000
n p
v= × ... (2.34) Dimana n = Putaran poros penggerak konveyor (rpm).
Screw konveyor membawa nut dan fiber dengan berat per meternya adalah :
v Q q
6 , 3
= ... (2.35) Dimana : q =Berat muatan per meter (kg /m)
(46)
v = Kecepatan dorong (m/s)
Dengan memasukkan persamaan (2.34) ke persamaan (2.35) maka diperoleh:
Pn Q q
6 , 3
60 × =
n p Q q
. 06 , 0
1000 × ×
= ... (2.36) Untuk gaya dorong screw terhadap nut dan fiber dapat dihitung dengan rumus :
f l q
Fs = .. ... (2.37)
Dimana : Fs = gaya dorong screw (kg)
l = Panjang lintasan konveyor(m)
f = Koefisien gesek material (f diambil 0,60)
2.3.6 Bantalan
Tujuan merencanakan bantalan adalah untuk mendapatkan umur bantalan.
Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sama
dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut
beban ekivalen dinamis. Misalkan sebuah bantalan membawa beban radial Fr (kg)
dan beban aksial Fa (kg), maka beban ekivalen dinamis P (kg) adalah :
YFa XVFr+
=
Pr (Sularso;Elemen Mesin; Hal 135) (2.38)
Dimana : X,V dan Y = faktor-faktor beban
(47)
Tabel 2.6 faktor-faktor X,V dan Y Jenis bantalan Beba n putar pada cinci n dala m Beba n punti r pada cinci n luar
Baris tunggal Baris ganda
e
Baris tunggal Baris ganda
Fa/VFr>e Fa/VFr≤eFa/VFr>e
V X Y X Y X Y Xo Yo Xo Yo
Bantalan bola alur dalam
Fa/Co = 0,014 = 0,028 = 0,084 = 0,11 = 0,17 = 0,28 = 0,42 = 0,56
1 1,2 0,56 2,30 1,99 1,71 1,55 1,45 1,31 1,15 1,04 1,00
1 0 0,56
2,30 1,90 1,71 1,55 1,45 1,31 1,15 1,04 1,00 0,190 ,22 0,26 0,28 0,30 0,34 0,38 0,42 0,44
0,6 0,5 0,6 0,5
Bantalan bola sudut
α = 20º = 25º = 30º = 35º
= 40º 1 1,2 0,43 0,41 0,39 0,37 0,35 1,00 0,87 0,76 0,66 0,55 0 1,09 0,92 0,78 0,66 0,55 0,70 0,67 0,63 0,60 0,57 1,63 1,41 1,24 1,07 0,93 0,57 0,68 0,80 0,95 1,14 0,5 0,42 0,38 0,33 0,29 0,26 1 0,84 0,76 0,66 0,58 0,52
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 135)
Umur nominal L dapat ditentukan sebagai berikut :
= = 10 / 3 3 / 1 3 , 33 , 3 , 33 , n f rol bantalan untuk n f Bola bantalan untuk n n
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 135) (2.39)
Faktor umur :
Untuk kedua bantalan,fh
P C fn
= (Sularso;Elemen Mesin; Hal 135) (2.40)
Umur nominal Lh
= = 10 / 3 3 / 1 500 , 500 , h h h h f f rol bantalan untuk f L Bola bantalan untuk adalah
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 135) (2.41)
Dimana C = Beban nominal dinamik spesifik (kg)
P = Beban ekivalen dinamis (kg)
(48)
Tabel 2.7 Beban nominal dinamik spesifik
(49)
BAB III
PENETAPAN SPESIFIKASI
3.1 Material Yang Diangkut.
Peninjauan pada material yang diangkut perlu dilakukan dalam
perencanaan konveyor. Material yang diangkut adalah yang termasuk dalam
klasifikasi bahan curah (bulk load ) yaitu nut dan fiber (serabut).
3.2 Penetapan Panjang Lintasan Konveyor.
Untuk menentukan panjang lintasan konveyor perlu diperhitungkan
kondisi sekitar konveyor tersebut dan pengembangannya dimasa yang akan
datang. Panjang lintasan konveyor direncanaka sebagai berikut:
Panjang Lintasan Konveyor = 18 m(direncanakan)
3.3 Penetapan Kapasitas Konveyor
Kapasitas konveyor adalah berat fiber (serabut) dan nut atau beban yang
dipindahkan (diangkut) persatuan waktu. Hal ini berdasarkan pada kapasitas
pabrik, dimana kapasitas oleh pabrik dalam perencanaan adalah 60 Ton TBS/ jam
(bebantumpahan basah ). Dari hasil pengambilan data pada laboratorium pabrik
pengolahan kelapa sawit didapat presentase kontaminasi dari sawit.
Kontaminasi ini berasal dari nut dan serabut yang basah, kotoran- kotoran
lainnya. Besarnya presentase kontaminasi sebesar ± 60%, jadi kapasitas angkut
sawit adalah: 60% dari 60 Ton TBS/jam =36Ton /jam
(50)
RG 4 RG 3 RG 2
RG 1
3.4 Perencanaan Sistem Transmisi
Untuk memindahkan putaran motor ke poros penggerak direncanakan
menggunakan sistim transmisi roda gigi dan disesuaikan dengan kebutuhannya.
Dalam perencanaan konveyor ini direncanakan roda gigi lurus yang dipergunakan
untuk memindahkan gerakan putaran antara poros–poros sejajar seperti pada
gambar 3.1 dibawah ini:
Gambar 3.1 Sistem Transmisi Screw Konveyor
3.5 Spesifikasi Perencanaan.
Jenis Material :Beban tumpahan basah (bulk load)
Yaitu nut dan fiber (serabut)
Kapasitas Konveyor : 36 ton / jam
Panjang Lintasan Konveyor : 18 meter
Selanjutnya adalah cara kerja konveyor:
1. Setelah proses pengempaan pada screw press, maka serabut (fiber)dan nut
akan jatuh ke cake breaker screw konveyor untuk dicacah agar cepat
kering dan sekaligus mempermudah proses pemisahan antara (fiber dan
(51)
2. Pada sistem ini serew conveyor ini dilengkapi dengan motor penggerak
sebagai penggerak utama , dimana dalam perencanaan ini motor
penggerak yang dipergunakan adalah elektromotor.
3. Tenaga yang dihasilkan elektromotor ditransmisikan melalui kopling
sebelum diteruskan ke sistim transmisi (Gear Box) dan poros penggerak
konveyor.
(52)
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN DAN KEKUATAN BAHAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA SCREW KONVENYOR
4.1 Daya Motor Penggerak
Daya motor yang dipergunkan untuk menggerakan screw konveyor perlu
diperhitungkan. Daya pada poros screw adalah daya yang dibutuhkan pada motor
penggerak dibagi dengan effisiensi mekanismenya. Besarnya daya pada poros
penggerak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.3) sebagai berikut :
Pada spesifikasi perencanaan, kapasitas konveyor (Q) adalah 36 Ton/jam
dan panjang lintasan konveyor (l) adalah 18 meter, maka :
Wo l
Q
Pp = ×
03 , 274
. . .
458 , 9 4 03 , 274
. 18 36 .
= × × =
p
P Hp
Jadi besarnya daya pada poros penggerak (Pp
mek p m
P P
η . . =
) adalah 9,458 Hp
Daya motor penggerak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.4)
sebagai berikut :
652 , 9 98 , 0
. 458 , 9 .
= =
m
P Hp
Jadi besarnya daya motor penggerak (Pm) = 9,652 Hp
Dari lampiran A-1 daya motor penggerak yang mendekati hasil perhitungan
(53)
4.2 Sistem Transmisi Roda gigi
Sistem transmisi pada konveyor adalah dengan roda gigi lurus, dengan
putaran motor 1440 rpm dan putaran pada screw konveyor 70 rpm. Dari gambar
3.1 dapat dilihat susunan sistem transmisi, maka banyaknya jumlah gigi tiap roda
gigi atau putaran tiap roda gigi dapat dihitung :
nmotor = n1 n2 = n3 n4 = n
4 3 2 1
n n n n
=
screw
Bila perbandingan roda gigi 1 dan roda gigi 2 direncanakan adalah sama dengan
perbandingan roda gigi 3 dan 4, maka putaran pada roda gigi 2 dan 3 adalah :
,
70 1440 3
2 n n = k
Karena n2 = n3,
100800
2 2 ×n =
n
maka
rpm
100800
2
2 =
n rpm
490 , 317 100800
3
2 =n = =
n rpm
Jadi nmotor = n1 = 1440 rpm, n2 = n3 = 317,490 rpm, n4 = nscrew 70 rpm.
4.2.1 Ukuran-ukuran utama roda gigi
Dalam perencanaan roda gigi, modul yang dipilih adalah sebesar 5, maka
mengenai ukuran-ukuran roda gigi 1, 2, 3, dan 4 dapat dihitung dengan
(54)
Untuk roda gigi 1
Bila Z = 18 (direncanakan), maka
Diameter jarak bagi (Db) Db =5×18=90 mm
Diameter kepala (Dk) Dk =(18+2)×5=100 mm
Diameter dasar (Dd) Dd =18×5×cos20=84,572 mm
Jarak bagi (p) p=5×π =15,7 mm
Tebal gigi (t) 7,85
2 7 , 15
= =
t mm
Lebar gigi (b) b=2π×5=31,4 mm
Tinggi kepala gigi (ha) ha=5 mm
Tinggi kaki gigi (hf) hf =1,25×5=6,25 mm
Tinggi gigi (h) h=5+6,25 =11,25 mm
Kelonggaran puncak gigi (Ck) Ck =0,25×5=1,25 mm
Untuk roda gigi 2
Untuk roda gigi 2 jumlah gigi (Z2
1 2 2 1
Z Z n n
=
) dapat dihitung dengan persamaan 2.5 sebagai
berikut :
18 490 , 317
1440 Z2
=
82 640 , 81 490 , 317
18 1440
2 = ≈
× =
Z gigi
Diameter jarak bagi (Db) Db =5×82=410 mm
Diameter kepala (Dk) Dk =(82+2)×5=420 mm
Diameter dasar (Dd) Dd =82×5×cos20=385,274 mm
(55)
Tebal gigi (t) 7,85 2
7 , 15
= =
t mm
Lebar gigi (b) b=2π×5=31,4 mm
Tinggi kepala gigi (ha) ha=5 mm
Tinggi kaki gigi (hf) hf =1,25×5=6,25 mm
Tinggi gigi (h) h=5+6,25 =11,25 mm
Kelonggaran puncak gigi (Ck) Ck =0,25×5=1,25 mm
Jarak sumbu poros antar roda gigi 1 dan 2 (a)
250 5 2
82 18
= × + =
a mm
Untuk roda gigi 3
Bila Z = 21 (direncanakan), maka
Diameter jarak bagi (Db) Db =5×21=105 mm
Diameter kepala (Dk) Dk =(21+2)×5=115 mm
Diameter dasar (Dd) Dd =21×5×cos20=98,668 mm
Jarak bagi (p) p=5×π =15,7 mm
Tebal gigi (t) 7,85
2 7 , 15
= =
t mm
Lebar gigi (b) b=2π×5=31,4 mm
Tinggi kepala gigi (ha) ha=5 mm
Tinggi kaki gigi (hf) hf =1,25×5=6,25 mm
Tinggi gigi (h) h=5+6,25 =11,25 mm
Kelonggaran puncak gigi (Ck) Ck =0,25×5=1,25 mm
Untuk roda gigi 4
Untuk roda gigi 4 jumlah gigi (Z4
3 4 4 3
Z Z n n
=
) dapat dihitung dengan persamaan 2.5 sebagai
(56)
21 70
490 ,
317 = Z4
95 247 , 95 70
21 490 , 317
4 = ≈
× =
Z gigi
Diameter jarak bagi (Db) Db =5×95=475 mm
Diameter kepala (Dk) Dk =(95+2)×5=485 mm
Diameter dasar (Dd) Dd =95×5×cos20=446,354 mm
Jarak bagi (p) p=5×π =15,7 mm
Tebal gigi (t) 7,85
2 7 , 15
= =
t mm
Lebar gigi (b) b=2π×5=31,4 mm
Tinggi kepala gigi (ha) ha=5 mm
Tinggi kaki gigi (hf) hf =1,25×5=6,25 mm
Tinggi gigi (h) h=5+6,25 =11,25 mm
Kelonggaran puncak gigi (Ck) Ck =0,25×5=1,25 mm
Jarak sumbu poros antar roda gigi 3 dan 4 (a)
290 5 2
95 21
= × + =
a mm
4.2.2 Tegangan-tegangan yang timbul pada roda gigi
Untuk menghitung kecepatan roda gigi dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2.6) sebagai berikut :
Untuk roda gigi 1
1000 60
1 1
× ×
×
= d n
v π b
7824 , 6 1000 60
1440 90
= ××
× = π
v m/s
Dalam hal ini Daya perencanaanya adalah :
(57)
Maka untuk gaya tangensial dapat dihitung dengan persamaan (2.8) sebagai
berikut :
v Pd Ft =102
674 , 134 7824 , 6 955 , 8 102 = × = Ft kg
Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa kecepatan roda gigi 1 adalah tergolong
kecepatan sedang dengan faktor dinamis :
469 , 0 7824 , 6 6 6 6 6 = + = + = v
fv m/s
Maka tegangan tarik yang timbul pada roda gigi adalah adalah :
840 , 2 4 , 31 302 , 0 5 674 , 134 . . . = × × = = b Y m Ft b
σ kg/mm
812 , 6 60000 490 , 317 410 1000 60 2
2 = × × =
× ×
×
=π d n π
v s
2
Untuk roda gigi 2
m/s
Dalam hal ini Daya perencanaanya adalah :
Pd2 =Pd1× ηp
298 , 131 812 , 6 769 , 8 102 102 = × = = v Pd Ft
dimana effisiensi roda gigi diambil 0,98
= 12 ×0,98 = 11,76 Hp = 8,769 kW
Maka untuk gaya tangensial dapat dihitung sebagai berikut :
kg
Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa kecepatan roda gigi 2 adalah tergolong
kecepatan sedang dengan faktor dinamis :
425 , 0 812 , 6 6 6 6 6 = + = + = v
fv m/s
(58)
912 , 1 4 , 31 437 , 0 5 298 , 131 . . . = × × = = b Y m Ft b σ kg/mm 745 , 1 60000 490 , 317 105 1000 60 3
3 = × × =
× ×
×
=π d n π
v b
2
Untuk roda gigi 3
m/s
Dalam hal ini Daya perencanaanya adalah :
Pd3 =Pd2
456 , 502 745 , 1 594 , 8 102 102 = × = = v Pd Ft
×ηpdimana effisiensi roda gigi diambil 0,98
= 11,76 × 0,98 = 11,52 Hp = 8,594 kW
Maka untuk gaya tangensial dapat dihitung sebagai berikut :
kg
Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa kecepatan roda gigi 3 adalah tergolong
kecepatan rendah dengan faktor dinamis :
632 , 0 745 , 1 3 3 3 3 = + = + = v
fv m/s
Maka tegangan tarik yang timbul pada roda gigi adalah adalah :
787 , 9 4 , 31 327 , 0 5 456 , 502 . . . = × × = = b Y m Ft b
σ kg/mm
740 , 1 60000 70 475 1000 60 4
4 = × × =
× ×
×
=π d n π
v b
2
Untuk roda gigi 4
m/s
Dalam hal ini Daya perencanaanya adalah :
Pd3 =Pd2 ×ηpdimana effisiensi roda gigi diambil 0,98
= 11,52 × 0,98 = 11,19 Hp = 8,419 kW
Maka untuk gaya tangensial dapat dihitung sebagai berikut :
515 , 493 419 , 8 102 102 = × = = Pd Ft kg
(59)
RG 1 100 125
425
Fn 20°
Ft = 134,674 kg Fs
RHB RVB
RHA RVA
B
A
Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa kecepatan roda gigi 4 adalah tergolong
kecepatan rendah dengan faktor dinamis :
633 , 0 740 , 1 3
3 3
3
= +
= + =
v
fv m/s
Maka tegangan tarik yang timbul pada roda gigi adalah adalah :
078 , 7 4 , 31 444 , 0 5
515 , 493 .
.
. = × × =
=
b Y m
Ft b
σ kg/mm2
4.2.3 Pemilihan bahan roda gigi
Jika keempat roda gigi dirancang dari bahan yang sama, maka diambil
harga tegangan yang timbul adalah yang paling besar yaitu 9,787 kg/mm2. Dalam
pemilihan bahan harus dipilih bahan dengan tegangan tarik izinya lebih besar dari
tegangan yang timbul, sehingga dipilih bahan S35C dengan tegangan tarik 52
kg/mm2
Poros pada motor listrik dan roda gigi 1 terkena beban puntiran dan
lenturan. Panjang poros direncanakan l = 650 mm, seperti pada gambar (4.1) (dapat dilihat pada lampiran A-2) dengan faktor keamanan diambil 5.
4.3 Poros
4.3.1 Poros pada Roda Gigi 1 dan Motor Listrik
(60)
Daya pada motor penggerak adalah 10 Hp , bila fc diambil 1,2 maka daya
perencana adalah :
948 , 8 12 10 2 , ,
1 × = =
= Hp Hp
Pd kW
Untuk Torsi (kg.mm)
328 , 6052 1440 948 , 8 10 74 ,
9 × 5 =
=
T kg.mm
ΣMVA = 0
0 550 . 20 . 425 . + = − tg Ft RVB 434 , 63 425 550 364 , 0 674 , 134 425 552 . 20 . = × × = = Fttg
RVB kg
ΣMVB = 0
0 125 . 20 . 425
. +Fttg =
RVA 417 , 14 425 125 364 , 0 674 , 134 425 125 . 20 . − = × × − = −
= Fttg
RVA kg
ΣMHA = 0
0 550 . 425
. − =
−RHB Ft
284 , 174 425 550 674 , 134 425 550 . − = × − = − = Ft RHB kg
ΣMHB = 0
0 125 . 425
. −Ft =
RHA 61 , 39 425 125 674 . 134 425 125 . = × = = Ft RHA kg
Harga-harga momen lentur harizontal dan vertikal pada posisi roda gigi 1 adalah :
MH = -174,284 ×125 = -21785,5 kg.mm
MV = 63,434 × 125 = 7929,25 kg.mm
(61)
637 , 23183 ) 25 , 7929 ( ) 5 , 21785
(− 2 + 2 =
=
MR kg.mm
Poros direncanakan dari bahan S55C dengan kekuatan tarik (σB) = 66 kg/mm2, bila Sf1diambil 2, maka σa adalah :
5 , 5 2 6 66 2
1× = × =
= Sf Sf B a σ σ kg/mm 3 1 2 2 ) 328 , 6052 5 , 1 ( ) 637 , 23183 2 ( 5 , 5 . . 1 , 5 × + × ≥ s d 2
Besarnya poros akibat puntiran dan lendutan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.18), sebagai berikut dengan mengambil harga Km = 2,0 dan Kt = 1,5
35 253 , 65 = ≥ s d mm
Untuk menentukan ukuran pasak dapat dilihat pada tabel (2.5), untuk diameter
poros 35 mm penampang pasak adalah 10 × 8 dengan kedalaman alur pasak pada
poros t1 = 4,5 mm dan kedalaman alur pasak pada naf t2
B
σ
= 3,5 mm. Bahan pasak
direncanakan S45C dengan = 70 kg/mm2, Sf1 = 6, Sf2 =
889 , 3 3 6 70 2
1× = × =
= Sf Sf B a σ τ
3, maka tegangan
geser izin adalah :
kg/mm2
Karena poros termasuk berdiameter kecil maka harga Pa adalah 8 kg/mm
847 , 345 35 328 , 6052 2 2 = × = = ds T F 2
Untuk gaya tarik F adalah :
kg
Untuk menentukan panjang pasak dapat ditentukan sebagai berikut :
Dengan menggunakan persamaan (2.30) 8,893
889 , 3 10 847 , 345 = × ≥ l mm
(62)
d A
WRg1
425 125 100
q B
MR MR
Dengan menggunakan persamaan (2.31) 12,352
5 , 3 8 847 , 345 = × ≥
l mm
Diambil harga l = 12,352 mm, karena pasak digunakan pada roda gigi 1 maka
panjang pasak adalah sama dengan lebar gigi yaitu 31,4 mm
28 , 0 35 10 = = ds b
baik karena 0.25<0,28<0,35
8 , 0 35 40 , 31 = = ds l
baik karena 0,75<0,8<1,5
4.3.1.1 Analisa Deflaksi pada Poros Penghubung Motor Listrik dengan Roda Gigi 1
Gaya-gaya pada poros dapat diperlihatkan pada gambar (4.2) dibawah ini :
Gambar 4.2 Gaya-gaya pada poros
Poros mendapat beban akibat berat poros dan roda gigi, berat poros adalah :
0478 , 0 5 , 76 650 , 0 035 , 0 4 . . 4 2 2 = × × × =
=π ρbaja π
poros ds l
W kN = 4,879 kg
Sedangkan untuk berat roda gigi 1 adalah
(
)
(
d)
bajaRg bthz d ds b
W π ρ
− +
= 2 2
1
4 .
. .
(
)
(
0,084572 0,035)
0,0314 76,54 18 01125 , 0 00785 , 0 0314 ,
0 2 2
1 − + × × × = π Rg W 0149 , 0 1 = Rg
W kN = 1,530 kg
(63)
B A
MR MR WRg1
425 125 100
q
MR
1 2
Gambar 4.3 Penguraian gaya-gaya pada poros
Maka defleksi keseluruhan adalah :
2
1 y
y y= +
Untuk menghitung y1
) ( . . 2 . x l I E x MR y= −
dapat digunakan persamaan (2.22) sebagai berikut :
Dengan mengambil bahwa beban adalah dipusat batang maka x= 12l =212,5mm = 0,2125 m. Untuk E = 2,11×104 kg/mm2
6 4 4 10 177 , 1 035 , 0 4 4 − × = × =π π ds .
I = m
) 2125 , 0 425 , 0 ( 10 177 , 1 10 11 , 2 2 2125 , 0 10 637 , 23183 6 10 3 1 − × × × × × × = − − y 4 2 5
1 2,107 10 2,107 10
−
− = ×
×
= m
y mm
Untuk menghitung y2
) 3 ( . . 6 2 x l I E Px
y= −
digunakan persamaan (2.23) sebagai berikut :
Untuk P adalah berat roda gigi 1 = 0,0478 kN
) 125 , 0 225 , 0 3 ( 10 177 , 1 10 069 , 2 6 125 , 0 0478 , 0 6 8 2
2 × −
× × × × × = − y 4 7
2 2,811 10 2,811 10
−
− = ×
×
= m
y mm
Jadi y = 2,107×10-2 + 2,811×10-4 = 0,02135 mm
(64)
4.3.1.2 Analisa Putaran Kritis Poros Penghubung Motor Listrik dengan Roda Gigi 1
Untuk Wporos= 4,879 kg ; WRg1
445 , 6262997 530 , 1 225 125 35 52700 2
1 = =
c
n
= 1,530 kg
Kecepatan poros masing-masing benda yang berputar adalah :
rpm 135 , 13343 879 , 4 425 5 , 212 5 , 212 35 52700 2 2 = × = c n rpm
Dari persamaan (2.25) maka nc
2 2 2 ) 135 , 13343 ( 1 ) 445 , 6262997 ( 1 1 + = c n adalah : 9
2 5 10
1 − × = c n 104 , 13343 = c n rpm
Jadi putaran kritis poros = 13343,104 rpm
108 , 0 104 , 13343 1440 = = c n n
(65)
Fn RHA RVA A RVB RHB B Fs Rg2 Ft = 131,298 kg
20° Fn
Fn Fs
20°
Rg3 Ft = 502,456 kg
125
325
125
4.3.2 Poros pada Roda Gigi 2 dan Roda Gigi 3
Panjang poros direncanakan l = 575 mm seperti pada gambar (4.4)
dibawah ini :
Gambar 4.4 Gaya-gaya yang bekerja pada poros
Dengan mengambil harga fc = 1,2 dan effisiensi roda gigi = 0,98, maka daya
perencanaanya adalah :
Pd = 1,2 × 10Hp × 0,98 = 11,76 Hp = 8,769 kW
Untuk torsi (kg.mm)
654 , 26901 790 , 317 769 , 8 10 74 ,
9 × 5 =
=
T kg.mm
ΣMVA = 0
0 575 . 450 . 20 . . 125 . 20 .
.tg +Fttg −RVB =
Ft
575 ) 450 364 , 0 456 , 502 ( ) 125 364 , 0 298 , 131 ( 575 450 . 20 . . 125 . 20 . × × + × × = +
= Fttg Fttg
RVB 511 , 153 = RVB kg
ΣMVB = 0
0 575 . 125 . 20 . . 450 . 20 . . 575
. −Fttg −Fttg −RVB =
RVA
575 125 . 20 . . 450 . 20
.tg Fttg
Ft
(66)
156 , 77 575 ) 125 364 , 0 456 , 502 ( ) 450 364 , 0 298 , 131 ( = × × + × × = RVA kg
ΣMHA = 0
0 575 . 450 . 125
. +Ft −RHB =
Ft 575 450 . 125 . Ft Ft RHB= +
769 , 421 575 ) 450 456 , 502 ( ) 125 298 , 131 ( = × + × = RHB kg
ΣMHB = 0
0 575 . 125 . 450 . − + =
−Ft Ft RHA
575 125 . 450 . Ft Ft RHA= +
984 , 211 575 450 . ) 125 456 , 502 ( ) 450 298 , 131 ( = × + × = Ft RHA kg
Harga-harga momen lentur harizontal dan vertikal pada posisi roda gigi 2 dan 3
adalah :
MHA = 421,769 ×125 = 52721,125 kg.mm
MHB = 211,948 ×125 = 26498 kg.mm
MVA = 77,156 × 125 = 6944,5 kg.mm
MVB = 153,511 × 125 = 19188,875 kg.mm
Momen lentur gabungan :
020 , 53596 ) 5 , 6944 ( ) 125 , 52721
( 2+ 2 =
= MRA kg.mm 310 , 32716 ) 875 , 19188 ( ) 26498
( 2 + 2 =
=
MRB kg.mm
Poros direncanakan dari bahan yang sama dengan poros 1 yaitu S55C, maka
(67)
3 1 2 2 ) 652 , 26901 5 , 1 ( ) 020 , 53596 2 ( 5 , 5 . 1 , 5 × + × ≥ s d 47 357 , 47 = ≥ s d mm
Ukuran pasak untuk kedua roda gigi dengan diameter poros 47 mm adalah 14 × 9
dengan kedalaman alur pasak pada poros t1 = 5,5 mm dan kedalaman alur pasak
naf t2 = 3,5 mm.
Bahan pasak untuk kedua roda gigi direncanakan sama dengan bahan pasak pada
roda gigi 1 yaitu S45C. Karena poros termasuk berdiameter kecil maka harga Pa
adalah 8 kg/mm2
751 , 1144 47 328 , 6546052 , 26901 2 2 = × = = ds T F
. untuk gaya tarik F adalah :
kg
Untuk menentukan panjang pasak dapat ditentukan sebagai berikut :
Dengan menggunakan persamaan (2.30) 21,025
889 , 3 14 751 , 1144 = × ≥ l mm
Dengan menggunakan persamaan (2.31) 40,884
5 , 3 8 751 , 1144 = × ≥
l mm
Diambil harga l = 40,884 mm, karena panjang pasak haruslah sama dengan lebar
roda gigi yaitu 31,4mm
298 , 0 47 14 = = ds b
baik karena 0.25<0,298<0,35
668 , 0 47 40 , 31 = = ds l tidak sesuai
(68)
B
A
MR
MR
WRg2
WRg3
125
325
125
4.3.2.1 Analisa Defleksi pada Poros Penghubung Roda Gigi 2 dan 3
Gaya-gaya pada poros dapat diperlihatkan pada gambar (4.5) dibawah ini
Gambar 4.5 Gaya-gaya pada poros
Poros mendapat beban dari roda gigi 2 dan 3 , berat poros adalah
0763 , 0 5 , 76 0575 047 , 0 4 . . 4 2 2 = × × × =
=π ρbaja π
poros ds l
W kN = 7,783 kg
Sedangkan untuk berat roda gigi 2 adalah
(
)
(
d)
bajaRg bthz d ds b
W π ρ
− +
= 2 2
2
4 . . .
(
)
(
0,385274 0,047)
0,0314 76,54 82 01125 , 0 00785 , 0 0314 ,
0 2 2
2 − + × × × = π Rg W 293 , 0 2 = Rg
W kN = 29,911 kg
Untuk berat roda gigi 3 adalah
(
)
(
d)
bajaRg bthz d ds b
W π ρ
− +
= 2 2
3
4 . . .
(
)
(
0,098668 0,047)
0,0314 76,54 21 01125 , 0 00785 , 0 0314 ,
0 2 2
3 − + × × × = π Rg W 0186 , 0 3 = Rg
(69)
B A MR MR WRg2 125 450 287,5 1 A MR B MR WRg3 287,5 450 125 2
Gaya pada gambar (4.5) dapat diuraikan menjadi :
Gambar 4.6 Penguraian gaya-gaya pada poros
Maka defleksi keseluruhan adalah :
2
1 y
y y= +
Untuk menghitung y1
(
)
WRg ExI a x b l I E l x b WRg y . . 6 ) ( ) . . . 6 .. 2 2 2 2 3
2 1 − + − − =
dapat digunakan persamaan (2.21) sebagai berikut :
5 , 287
=
x mm; a=125mm; b=450mm; l=575mm; E = 2,11×104 kg/mm2
3491 , 239409 047 , 0 4 4 4
4 =π × =
π ds
.
I = m
(
)
6 229,11,91110(287,2394095 125),3491 ) 5 , 287 450 575 . . . 3491 , 239409 10 11 , 2 575 6 5 , 287 450 911 , 29 4 3 2 2 2 4 1 × × × − + − − × × × × × × = I E l y 4 0143 , 0 1 = y mmUntuk menghitung y2
(
))
. . . 6 .. 2 2 2
3
2 l b x
I E l x b WRg
y = − −
digunakan persamaan (2.20) sebagai berikut :
125
=
b mm
(
575 125 287,5 ))
3491 , 239409 10 11 , 2 575 6 . . 5 , 287 125 902 ,
1 2 2 2
4
3
2 − −
× × ×
× × ×
= WRg bx
y 000911 , 0 2 = y mm
Jadi y = 0,0143 + 0,000911 = 0,015211 mm
(70)
4.3.2.2 Analisa Putaran Kritis Poros Penghubung Roda Gigi 2 dan 3 Untuk Wporos= 7,783 kg ; WRg2 = 29,911 kg; WRg3
073 , 9074 911 , 29 575 450 125 47 52700 2 1 = × = c n
= 1,902 kg
Kecepatan poros masing-masing benda yang berputar adalah :
rpm 251 , 35984 902 , 1 575 125 450 47 52700 2 2 = × = c n rpm 732 , 12105 783 , 7 575 5 , 287 5 , 287 47 52700 2 3 = × = c n rpm
maka nc
2 2 2 2 ) 732 , 12105 ( 1 ) 251 , 35984 ( 1 ) 073 , 9074 ( 1 1 + + = c n adalah : 8 2 1,9 10
1 − × = c n 322 , 7117 = c n rpm
Jadi putaran kritis poros = 7117,322 rpm
0446 , 0 322 , 717 490 , 317 = = c n n
(71)
RVB RHB B RHA RVA A Fn 20° RG 4
Ft = 493,515 kg 100
250
250
Fs 100
4.3.3 Poros pada Roda Gigi 4
Panjang poros direncanakan l = 700 mm, seperti pada gambar (4.7)
dibawah ini
Gambar 4.7 Gaya-gaya yang bekerja pada poros
Dengan mengambil effisiensi roda gigi 0,98 maka daya perencanaanya adalah
594 , 8 98 , 0 769 ,
8 × =
= kW
Pd kW
Untuk Torsi (kg.mm)
371 , 119579 70 594 , 8 10 74 ,
9 × 5 =
=
T kg.mm
ΣMVA = 0
250 . 100 . 20 .
.tg RVB
Ft = − 850 , 71 250 100 364 , 0 515 , 493 250 100 . 20 . − = × × − = −
= Fttg
RVB kg
ΣMVB = 0
250 . 350
. 20
.tg RVA
Ft =−
− 457 , 251 250 350 364 , 0 515 , 493 250 350 . 20 . = × × = = Fttg
(72)
ΣMHA = 0 250 . 100 . RHB Ft = 406 , 197 250 100 515 , 493 250 100 . = × = − = Ft RHB kg
ΣMHB = 0
250 . 350
. RHA
Ft =−
921 , 690 250 350 515 , 493 250 350 . − = × − = − = Ft RHA kg
Harga-harga momen lentur harizontal dan vertikal pada posisi roda gigi 4 adalah :
MH = -690,921 ×100 = -69092,1 kg.mm
MV = 251,475 × 100 = 25147,5 kg.mm
Momen lentur gabungan :
288 , 73526 ) 5 , 25147 ( ) 1 , 69092
(− 2 + 2 =
=
MR kg.mm
Poros direncanakan dari bahan yang sama dengan poros 1 yaitu S55C, maka
besarnya diameter poros :
3 1 2 2 ) 371 , 119579 5 , 1 ( ) 288 , 73526 2 ( 5 , 5 . 1 , 5 × + × ≥ s d 60 914 , 59 = ≥ s d mm
Karena posisi bantalan tidak di kedua ujung poros, maka ukuran poros harus
disesuaikan dengan ukuran bantalan yang ada, jika diameter poros diambil 50
mm, maka tegangan geser yang timbul :
2 2 3 1 , 5 T M ds + = τ 727 , 5 371 , 119579 288 , 73526 50 1 ,
5 2 2
3 + =
=
(73)
timbul a τ
τ ≥ , maka :
727 , 5 ≥
a
τ kg/mm
a
τ 2
Untuk pemilihan bahannya harus dikalikan dengan faktor keamanan, faktor
keamanan diambil Sf1 = 6,0; Sf2i = 2,0, maka :
727 , 68 2 6 757 ,
5 × × =
=
B
σ kg/mm2
Jadi bahan poros dipilih S55C-D dengan perlakuan panas tanpa dilunakan
Ukuran pasak untuk roda gigi dengan diameter poros 50 mm adalah 16 × 10
dengan kedalaman alur pasak pada poros t1 = 6,0 mm dan kedalaman alur pasak
pada naf t2 = 4,0 mm. Bahan pasak untuk roda gigi 4 direncanakan sama dengan
roda didi 1 yaitu S45C. Karena poros termasuk berdiameter kecil maka harga Pa
adalah 8 kg/mm2
175 , 4783 50 371 , 119579 2 2 = × = = ds T F
Untuk gaya tarik F adalah :
kg
Untuk menentukan panjang pasak dapat ditentukan sebagai berikut :
Dengan menggunakan persamaan (2.30) 68,329
889 , 3 18 175 , 4783 = × ≥ l mm
Dengan menggunakan persamaan (2.31) 149,474
4 8 175 , 4783 = × ≥
l mm
Diambil harga l = 149,474 mm, karena pasak harus sama dengan lebar gigi yaitu
31,4 mm 32 , 0 50 16 = = ds b
baik karena 0.25<0,32<0,35
628 , 0 50 40 , 31 = = ds l tidak sesuai
(74)
d
MR WRg1 MR
A q B
100 100 250 250
1
A MR
100 100
WRg4 MR
A q B
MR
2
250 250
4.3.3.1 Analisa Deflaksi pada Poros Roda Gigi 4
Gaya-gaya pada poros dapat diperlihatkan pada gambar (4.8) dibawah ini :
Gambar 4.8 Gaya-gaya pada poros
Poros mendapat beban akibat berat poros dan roda gigi, berat poros adalah :
105 , 0 5 , 76 700 , 0 050 , 0 4 . . 4 2
2 = × × × =
=π ρbaja π
poros ds l
W kN = 10,724 kg
Sedangkan untuk berat roda gigi 4 adalah
(
)
(
d)
bajaRg bthz d ds b
W π ρ
− +
= 2 2
4
4 . . .
(
)
(
0,446354 0,050)
0,0314 76,54 95 01125 , 0 00785 , 0 0314 ,
0 2 2
1 − + × × × = π Rg W 391 , 0 4 = Rg
W kN = 39,910 kg
Gaya pada gambar (4.8) dapat diuraikan menjadi :
Gambar 4.9 Penguraian gaya-gaya pada poros
Maka defleksi keseluruhan adalah :
2
1 y
y y= +
(75)
) 3 ( . . 6 . 4 2
1 l x
I E
x WRg
y = −
Untuk E = 2,11×104 kg/mm2 50 4906250
4 4 4 4 = × =π π ds
.; I = mm
) 100 200 3 ( 4906250 10 11 , 2 6 100 910 , 39 4 2
1 × −
× × × × = y 4 000321 , 0 1 = y mm
Untuk menghitung y2
) ( . . 2 .
2 l x
I E
x MR y = −
digunakan persamaan (2.22) sebagai berikut :
125
=
x mm; l =500mm; MR=73526,288kg.mm
) 125 500 ( 4906250 10 11 , 2 2 125 288 , 73526 4 2 − × × × × = y 0166 , 0 2 = y mm
Jadi y = 0,000321 + 0,0166 = 0,016921 mm
4.3.3.2 Analisa Putaran Kritis Poros Roda Gigi 4 Untuk Wporos= 10,724 kg ; WRg4
847 , 5689671 724 , 10 200 100 50 52700 2
1 = =
c
n
= 39,910 kg
Kecepatan poros masing-masing benda yang berputar adalah :
rpm 217 , 29845 910 , 39 500 125 125 50 52700 2
2 = × =
c
n rpm
Dari persamaan (2.25) maka nc
2 2 2 ) 217 , 29845 ( 1 ) 847 , 5689671 ( 1 1 + = c n adalah :
(76)
9 2 10 1 − = c n 806 , 29844 = c n rpm
Jadi putaran kritis poros = 29844,806 rpm
00234 , 0 806 , 29844 70 = = c n n
baik karena << 0,6÷0,8
4.3.4 Poros pada Screw Konveyor
Untuk poros ini dirancang dengan menggunakan bahan S50C dengan
kekuatan tarik 62 kg/mm2
167 , 5 2 6 62 2 1 = × = × = Sf Sf b a σ τ
maka tegangan geser izin adalah :
kg/mm 422 , 8 98 , 0 594 ,
8 × =
= kW
Pd
2
Dengan mengambil effisiensi roda gigi 0,98 maka daya perencanaanya adalah
kW
Untuk Torsi (kg.mm)
114 , 117186 70 422 , 8 10 74 , 9 10 9,74 5 42 4
5 = × =
× = n p T d kg.mm
Dengan mengambil harga Kt = 1,5 dan Cb = 2 maka diameter poros dapat
dihitung sebagai berikut :
Jadi diameter poros pada screw konveyor adalah 70,263≈70 mm
mm T C K 5,1 s d 3 1 b t
a
τ
3 70,2711 114 , 117186 2 5 , 1 167 , 5 1 , 5 = × × × = ⋅ ⋅ ⋅ =
(1)
Lampiran A-1 Daftar Daya Motor dan Putaran Daya Motor (Hp) Putaran (rpm) Daya Motor
(Hp) Putaran (rpm) 0,25 2020 7,50 2065
1000 1435
925 955
0,50
2070
10,00
2076
1405 1440
925 900
0,75
2005
15,00
2000
1405 1400
925 955
1,00
2700
20,00
2020
1400 1455
925 955
1,50
2010
25,00
2020
1470 1460
925 975
2,00
2005
30,00
2925
1000 1155
940 970
3,00
2705
40,00
2940
1405 1400
940 975
4,00
2005
50,00
2040
1420 1470
960 900
5,50
2090
60,00
2940
1420 1400
(2)
Lampiran A-2 Baja karbon JIS G 4051
(
(Sularso, elemen mesin hal 330)
Lampiran A-3 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Lambang
Perlakuan Panas
Diameter (mm)
Kekuatan Tarik (kg/mm2
Kekerasan )
HRC (HR
H
B)
B
S35C-D
Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80
58 - 79 53 – 69
(84) - 23 (73) - 17
- 144 - 216 Tanpa
dilunakkan
20 atau kurang 21 – 80
63 - 82 58 – 72
(87) - 25 (84) - 19
- 160 - 225 S45C-D
Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80
65 – 86 60 – 76
(89) - 27 (85) - 22
- 166 - 238
(3)
Tabel A-4 Konstantan fisik dan bahan
(4)
Tabel A-5 Tegangan lentur yang diizinkan σa
Kelompok bahan
pada bahan roda gigi
Lambang bahan
Kekuatan tarik
σb (kg/mm2
Kekerasan [Brinil] H ) Tegangan lentur yang diizinkan σ B
a (kg/mm2)
Besi cor FC 15 FC 20 FC 25 FC 30 15 20 25 30 140-160 160-180 180-240 190-240 7 9 11 13 Baja cor SC 42 SC 46 SC 49 42 46 49 140 160 190 12 19 20 Baja karbon untuk konstruksi mesin
S 25 C S 35 C S 45 C
45 52 58 123-183 149-207 167-229 21 26 30 Baja paduan dengan pengerasan kulit
S 15 CK 50 400[dicelup dingin dalam minyak] 30 SNC 21 SNC 22 80 100 600[dicelup dingin dalam minyak] 35-40 40-45 Baja khrom nikel SNC 1 SNC 2 SNC 3 75 85 95 212-255 248-302 269-321 35-40 40-60 40-60 Perunggu Logam delta Perunggu fosfor [coran] Perunggu nikel [coran] 18 35-60 19-30 64-90 85 - 80-100 180-260 5 10-20 5-7 20-30 Damar phenol,dll
(5)
Tabel A-6 Konversi satuan AS yang umum ke satuan SI
(6)