Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum Acanthopodium) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas Dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus Musculus)

Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 28 – 32
ISSN 1907-5537

Vol. 2, No. 2

EFEK PERLAKUAN EKSTRAK ANDALIMAN (Zanthoxyllum acanthopodium)
PADA TAHAP PRAIMPLANTASI TERHADAP FERTILITAS DAN
PERKEMBANGAN EMBRIO MENCIT (Mus musculus)
Emita Sabri
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara,
Jln. Bioteknologi No. 1, Kampus USU, Padang Bulan, Medan 20155

Abstract
Telah dilakukan penelitian tentang efek ekstrak andaliman (Zanthoxyllum acanthopodium) pada tahap
praimplantasi terhadap fertilitas dan perkembangan embrio mencit (Mus musculus) umur kebuntingan 0 hingga
13 hari. Konsentrasi ekstrak andaliman yang diberikan pada kelompok perlakuan adalah 5000 ppm, 10.000 ppm,
15.000 ppm, 20.000 ppm, 100.000 ppm dengan pensuspensi CMC 1,5% dengan volume penyuntikan 0,1ml/10 g
b.b. secara oral. Pada umur kebuntingan yang sama dengan kelompok perlakuan, mencit kontrol diberi pelarut
ektrak andaliman dengan volume dan cara penyuntikan yang sama. Mencit dari kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dipelihara sampai umur kebuntingan 18 hari. Selanjutnya pada umur kebuntingan 18 hari mencit
setiap kelompok perlakuan maupun kontrol dibunuh dengan cara dislokasi leher dan kemudian dibedah. Fetus

dikeluarkan dari uterus, kemudian dimasukkan ke dalam larutan fisiologis. Kemudian dilakukan pengamatan
terhadap jumlah implantasi, jumlah korpus luteum, jumlah fetus hidup, kehilangan praimplantasi. Pada
kelompok perlakuan pemberian ekstrak andalaiman menyebabkan kehilangan praimplantasi meningkat secara
nyata, jumlah implantasi menurun secara nyata serta, selanjutnya jumlah fetus hidup menurun secara nyata.
Dengan demikian ekstrak andaliman bersifat anfertilitas.
Keywords: ekstrak andaliman

PENDAHULUAN
Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi
terutama di negara berkembang seperti Indonesia
banyak menimbulkan masalah, baik secara ekonomi
maupun terhadap perkembangan manusia. Walaupun
keluarga berencana sudah dilaksanakan dengan baik
melalui pemakaian alat-alat kontrasepsi yang pada
umumnya terbuat dari hormone sintetik, namun
seringkali menimbulkan masalah serius bagi
pemakainya. Untuk itu, perlu digalakkan pemakaian
alat kontrasepsi yang berasal dari tanaman asli di
Indonesia.
Andaliman (Zanthoxylum spp.) ditemukan di

berbagai negara-negara lain seperti Amerika, Eropa,
China, dan India dan telah banyak dimanfaatkan
sebagai tanaman obat-obatan seperti Z. piperitum, Z.
simulans, Z. fagara, Z. rhoifolium dsb (Rai, 2002;
Gonzaga et al., 2003 dan Hur et al., 2003) antara lain
untuk memperbaiki hati (Park et al., 2003), sebagai
bakterisida (Rai, 2002). Wijaya (2001) menyatakan,
tanaman ini mempunyai potensi sebagai tanaman obat
karena mengandung berbagai senyawa aromatik dan
minyak essensial antara lain Zanthalene dan geranil
asetat yang tidak dijumpai pada tanaman lain.

Menurut Katzer (2004), Zanthoxylum
merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis
sangat tinggi karena mengandung berbagai jenis
senyawa aromatik dan minyak essensial yang sangat
berguna bagi dunia kesehatan dan industri kosmetika.
Spesies dari Zanthoxylum umumnya mempunyai rasa
pedar dan getir yang makin menyengat bila buah telah
matang sempurna

Di Indonesia, Andaliman hanya ditemukan di
daerah Sumatera Utara akan tetapi belum
dimanfaatkan sebagai tanaman obat-obatan seperti
halnya di negara-negara lain. Andaliman adalah salah
satu tanaman yang khas ditemukan di daerah
Sumatera Utara, terutama di Parbuluan, Kabupaten
Dairi, Siborong-borong, dan Kabupaten Tapanuli
Utara. Tanaman ini mempunyai biji yang sering
dimanfaatkan sebagai bumbu masak terutama untuk
masakan tradisional suku Batak. Sebagian masyarakat
menggunakan Andaliman digunakan sebagai tuba
untuk mempermudah menangkap ikan. Penelitian
yang telah dilakukan Sabri et al., (2005) bahwa
ekstrak Andaliman mempengaruhi perkembangan
embrio dengan kejadian meningkatnya kematian
intrauterus berupa embrio resorp.

Universitas Sumatera Utara

Vol. 2, 2007


J. Biologi Sumatera 29

BAHAN DAN METODE
Hewan coba
Hewan percobaan yang digunakan ialah
mencit (Mus musculus) yang diperoleh dari Balai
Penyidikan Pengujian Veteriner (BPPV) Medan.
Pemeliharaan
dilakukan
di
Rumah
Hewan
Departemen Biologi FMIPA-USU, dalam ruangan
yang diberi penerangan listrik selama 12 jam (pukul
06.00-18.00). Suhu ruangan rata-rata selama
pemeliharaan ialah minimum 22,860C dan maksimum
26,830C, dan rata-rata kelembaban relatif 84,78%.
Pakan butiran (PC-05, PT Mabar Feed Indonesia) dan
air minum berupa air ledeng diberikan secara ad

libitum.
Pembuatan ekstrak
Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak etanol
dari buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium)
yang dimaserasi dalam alkohol 96% selama semalam.
Ekstrak Andaliman tidak larut dalam air, oleh karena
itu dibuat sediaan pensuspensi. Agar diperoleh
suspensi yang homogen digunakan bahan pensuspensi
CMC sebanyak 1,5% dalam akuabidestilasi.
Perlakuan ekstrak andaliman pada tikus
Mencit betina dewasa dara (umur 8-10
minggu), dengan berat badan 25-30 gram, pada saat
estrus dikawinkan (1:1) dengan mencit jantan umur
12-14 minggu pada sore hari. Keesokan paginya
mencit yang bersumbat vagina dinyatakan bunting 0
hari. Selanjutnya, mencit bunting dikelompokkan
menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Pada umur kebuntingan 0 hingga 13 hari,
mencit perlakuan disuntik secara oral dengan ekstrak
andaliman dalam 1,5% larutan CMC. Konsentrasi

ekstrak andaliman yang diberikan adalah P1 5000
ppm, P2 10.000 ppm, P3 15.000 ppm, P4 20.000 ppm,
P5 100.000 ppm dengan volume penyuntikan 0,1ml/10
g b.b. Pada umur kebuntingan yang sama dengan
kelompok perlakuan, mencit kontrol diberi pelarut

ektrak Andaliman dengan volume dan cara
penyuntikan yang sama.
Mencit dari kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dipelihara sampai umur kebuntingan 18
hari. Selanjutnya pada umur kebuntingan 18 hari
mencit setiap kelompok perlakuan maupun kontrol
dibunuh dengan cara dislokasi leher dan kemudian
dibedah. Fetus dikeluarkan dari uterus, kemudian
dimasukkan ke dalam larutan fisiologis. Kemudian
dilakukan pengamatan terhadap jumlah implantasi,
jumlah korpus luteum, jumlah fetus hidup, kehilangan
praimplantasi.
Untuk menghitung persentase fetus hidup,
kematian intra uterus, dan kehilangan praimplantasi

digunakan rumus Manson dan Kang 1989 sebagai
berikut:
a. Persentasi fetus hidup =


Jumlah
Jumlah

fetus hidup
tiap induk
implantasi
Jumlah induk

x 100 %

b. Persentasi kehilangan praimplantasi =


Jumlah korpus luteum − jumlah implantasi
tiap induk

Jumlah korpus luteum
x 100%
Jumlah induk

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, pemberian ekstrak
Andaliman pada mencit dengan konsentrasi P1 5000
ppm, P2 10.000 ppm, P3 15.000 ppm, P4 20.000 ppm,
P5 100.000 ppm dengan volume penyuntikan 0,1ml/10
g b.b. secara ”gavage”. Dilakukan pada periode
praimplantsi sampai periode organogenesi lanjut,
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak
Andaliman terhadap keberhasilan kebuntingan dan
terhadap perkembangan embero dan fetus.

Tabel 1. Rataan penampilan organ reproduksi induk mencit yang hamil setelah diberi ekstrak andaliman secara
Gavage
Perlakuan

Berat Badan

Fetus Hidup (g)

x

Jumlah
Fetus Hidup
(%)

K0
1.00
9.67
P1
0.47*
3.33*
P2
0.44*
3.50*
P3
0.24*
3.00*

P4
0.00*
0.00*
P5
0.00*
0.00*
Keterangan: Uji statistik one-way Anova
* Berbeda nyata dari kontrol (p