Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK N-HEKSAN BUAH

ANDALIMAN (

Zanthoxylum acanthopodium

DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS LIMPA MENCIT (

Mus musculus

L.)

STRAIN DDW

SKRIPSI

SYARIFAH RISKA MELA PUTRI

080805041

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK N-HEKSAN BUAH

ANDALIMAN (

Zanthoxylum acanthopodium

DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS LIMPA MENCIT (

Mus musculus

L.)

STRAIN DDW

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar

Sarjana Sains

SYARIFAH RISKA MELA PUTRI

080805041

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

Kategori : Skripsi

Nama : Syarifah Riska Mela Putri Nomor Induk Mahasiswa : 080805041

Program Studi : Sarjana (S1) Biologi

Departemen : Biologi

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2014

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. Salomo Hutahaean, M. Si Dra. Emita Sabri, M.Si NIP. 19651011 199501 1 001 NIP. 19560712 198702 2002

Disetujui Oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

Dr. Nursahara Pasaribu. M.Sc NIP. 19630123 199003 2 001


(4)

PERNYATAAN

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran

Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

Syarifah Riska Mela Putri 080805041


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-NYA kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW ” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Sains di FMIPA USU, Medan. Serta tidak lupa shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta sahabatnya yang telah menuntun kita dari zaman kebodohan menuju ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Emita Sabri, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Salomo Hutahaean, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Masitta Tanjung, S.Si, M.Si dan Ibu Dr. Suci Rahayu, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Kiki Nurtjahtja, M.Sc selaku Dosen Penasehat Akademik yang sangat banyak memberikan arahan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU dan Bapak dan Ibu Staff Pengajar Departemen Biologi FMIPA USU. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mizawarti, S.Si selaku Ketua Panitia Seminar Departemen Biologi, Ibu Roslina Ginting dan Bang Hendra Raswin selaku staff administrasi Departemen Biologi FMIPA USU serta Ibu Nurhasni Muluk selaku Analis dan Laboran di Laboratorium Struktur Hewan dan Laboratorium Fisiologi Hewan.

Teristimewa penulis ucapkan rasa terimakasih kepada Orangtua terhebat, ayahanda tercinta Said Mazelan dan Ibunda tercinta Maydar Kasma yang selalu menjadi orangtua sekaligus sahabat yang selalu memberikan dukungan sepenuh hati, rasa cinta tak terkira, motivasi dan doa tulus kepada penulis. Serta adik-adik yang tercinta Sayed Abie Akbar, Sayed Fadhil Akbar dan Sayed Nazri Akbar yang selalu memberi dukungan dan penghiburan kepada penulis dan kepada keluarga besar di Medan yang selalu memberikan banyak bantuan dan dukungan hingga selesainya skripsi ini.

Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan seperjuangan Miduk Uliartha Sianipar, Asmitra Sembiring, Sister Sianturi, Ina Tuturina, Agnes Yolanda, Eka Prasetya, Maisarah, Riana, Adi Gunawan serta kepada teman-teman stambuk 2008, asisten Fisiologi dan Struktur Hewan yang luar biasa yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu atas doa, dukungan dan kekompakannya.

Medan, Juni 2014


(6)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK N-HEKSAN BUAH ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS

LIMPA MENCIT (Mus musculusL.) STRAIN DDW

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Struktur Hewan Biologi USU menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri dari kontrol blank yang tidak diberi perlakuan apapun, kontrol pelarut yang diberi CMC 1% dan perlakuan yang diberikan ekstrak n-heksan buah andaliman dengan konsentrasi 2%, 4% dan 6% mulai dari hari ke 0-10 hari kebuntingan. Setiap perlakuan terdiri dari enam mencit hamil. Pelarut dan ekstrak diberikan secara oral sebanyak 0.01 ml/g bb mencit selama 10 hari. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap berat organ limpa dan diameter giant cell yang terdapat pada histologis limpa (p>0,05), akan tetapi terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap warna dan jumlah giant cell pada organ limpa dimana semakin tinggi konsentrasi yang diberikan (ekstrak konsentrasi 6%) maka organ limpa semakin berwarna merah kehitaman dan semakin banyak jumlah giant cell yang ditemukan.

Keywords: histologis limpa, ekstrak n-heksan buah andaliman, giant cell.


(7)

THE EFFECT OF N-HEXANE EXTRACT OF ANDALIMAN FRUIT (zanthoxylum acanthopodium DC.) ON HISTOLOGICAL MICE SPLEEN

(mus musculus L.) STRAINS DDW

ABSTRACK

This research has been conducted in Laboratory of Animal Structure, Biology USU using a completely randomized design consisting of a control blank which untreated, solvent controls were given 1% CMC and the treatment that given n-hexane extract of andaliman fruit with a concentration of 2%, 4% and 6% from 0 day to 10th day of gestation. Each treatment consisted of six pregnant mice. Solvent and the extract administered orally as much as 0.01 ml / g mice weight for 10 days. The results show that there is no difference to spleen weight and giant cell diameter contained on histological spleen (p> 0.05), but there are significant differences (p <0.05) for color and giant cell number in spleen where the higher concentrations are given (extract concentration of 6%), the spleen increasingly dark red and the greater number of giant cells were found.


(8)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2 1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Hipotesis 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) 5

2.1.1 Klasifikasi dan Deskripsi Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) 5

2.1.2 Kandungan Andaliman 7

2.2 Limpa 8

2.2.1 Histologi Limpa 9

2.2.2 Fungsi Limpa 11

BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat 12

3.2 Alat dan Bahan 12

3.3 Prosedur Percobaan 13

3.3.1 Pembuatan Bahan Uji 13

3.3.2 Pemberian Perlakuan 13

3.3.3 Rancangan Penelitian 14

3.3.4 Pembuatan Preparat Histologis Limpa

Metode Parafin 15

3.4 Parameter Pengamatan 16

3.4.1 Pengamatan Morfologi Limpa 16 3.4.2 Pengamatan Histologis Limpa 17

3.5 Analisis Statistik 17

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Berat Organ Limpa 18

4.2 Warna Organ Limpa Mencit ( Mus musculus L.) 19 4.3 Jumlah Giant cell Organ Limpa Mencit 21 4.4 Diameter Giant Cell Organ Limpa Mencit 24


(9)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 26

5.2 Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3.3 Rancangan Penelitian 15


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1 Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

DC.). A. Pohon Andaliman; B. Buah Andaliman. 6

Gambar 2.2 Anatomi Limpa 8

Gambar 2.2.1 Gambaran Histologis Limpa 11

Gambar 4.1.1 Berat Organ Limpa 18

Gambar 4.2.1 Morfologi Limpa Mencit 20

Gambar 4.3.1 Jumlah Giant Cell Pada Organ Limpa 22 Gambar 4.3.2 Gambaran Histologis Limpa Mus musculus L. 23


(12)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK N-HEKSAN BUAH ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS

LIMPA MENCIT (Mus musculusL.) STRAIN DDW

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Struktur Hewan Biologi USU menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri dari kontrol blank yang tidak diberi perlakuan apapun, kontrol pelarut yang diberi CMC 1% dan perlakuan yang diberikan ekstrak n-heksan buah andaliman dengan konsentrasi 2%, 4% dan 6% mulai dari hari ke 0-10 hari kebuntingan. Setiap perlakuan terdiri dari enam mencit hamil. Pelarut dan ekstrak diberikan secara oral sebanyak 0.01 ml/g bb mencit selama 10 hari. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap berat organ limpa dan diameter giant cell yang terdapat pada histologis limpa (p>0,05), akan tetapi terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap warna dan jumlah giant cell pada organ limpa dimana semakin tinggi konsentrasi yang diberikan (ekstrak konsentrasi 6%) maka organ limpa semakin berwarna merah kehitaman dan semakin banyak jumlah giant cell yang ditemukan.

Keywords: histologis limpa, ekstrak n-heksan buah andaliman, giant cell.


(13)

THE EFFECT OF N-HEXANE EXTRACT OF ANDALIMAN FRUIT (zanthoxylum acanthopodium DC.) ON HISTOLOGICAL MICE SPLEEN

(mus musculus L.) STRAINS DDW

ABSTRACK

This research has been conducted in Laboratory of Animal Structure, Biology USU using a completely randomized design consisting of a control blank which untreated, solvent controls were given 1% CMC and the treatment that given n-hexane extract of andaliman fruit with a concentration of 2%, 4% and 6% from 0 day to 10th day of gestation. Each treatment consisted of six pregnant mice. Solvent and the extract administered orally as much as 0.01 ml / g mice weight for 10 days. The results show that there is no difference to spleen weight and giant cell diameter contained on histological spleen (p> 0.05), but there are significant differences (p <0.05) for color and giant cell number in spleen where the higher concentrations are given (extract concentration of 6%), the spleen increasingly dark red and the greater number of giant cells were found.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mengalami peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Hal ini dapat menimbulkan masalah, baik secara ekonomi maupun sosial. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.000 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49% per tahunnya (Badan Pusat Statistik, 2012). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tentunya akan menimbulkan masalah yang besar jika tidak dikendalikan. Program keluarga berencana diharapkan dapat menjadi salah satu cara dalam mengurangi laju pertumbuhan penduduk (Sabri, 2005; 2007). Program Keluarga Berencana telah lama dijalankan dan dikenal masyarakat di Indonesia. Ada beberapa cara yang dianjurkan oleh Pemerintah yaitu Keluarga Berencana Modern menggunakan pil, suntikan, IUD atau spiral, norplant atau tusuk KB, kondom, sterilisasi wanita (tubektomi), sterilisasi pria (vasektomi), aborsi dan intra vag (non program) (Winarno & Sundari, 1997).

Pemilihan Keluarga Berencana Modern tersebut bukan tanpa masalah terutama yang berhubungan dengan cara hormonal seperti norplant, suntikan dan pil karena dapat menimbulkan efek samping (Winarno & Sundari, 2007). Begitu juga menurut Sabri (2007), bahwa pelaksanaan Program Keluarga Berencana yang cukup baik masih seringkali menimbulkan masalah serius bagi pemakainya melalui pemakaian alat-alat kontrasepsi yang pada umumnya terbuat dari hormon sintetik. Sehingga perlu digalakkan penggunaan alat kontrasepsi yang berasal dari tanaman asli Indonesia.

Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai bahan kontrasepsi adalah andaliman. Buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) termasuk jenis rempah-rempah tradisional dan mempunyai aroma yang khas. Penelitian


(15)

yang telah dilakukan oleh Sabri (2007) menunjukkan bahwa, pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol buah andaliman terhadap mencit menyebabkan peningkatan kehilangan praimplantasi, penurunan jumlah implantasi dan jumlah fetus hidup secara nyata. Dengan demikian ekstrak andaliman bersifat anfertilitas. Pengembangan potensi andaliman sebagai bahan kontrasepsi tentu harus memenuhi standart kriteria WHO. Kriteria seleksi obat menurut WHO (2004) bahwa obat harus sesuai dengan pola penyakit, memiliki data dan bukti ilmiah terkait efektivitas dan keamanan yang memadahi dari hasil uji klinis, memiliki kualitas yang baik termasuk data bioavailabilitas, stabil dalam penyimpanan hingga penggunaan dan ketika terdapat dua atau lebih obat yang sama dalam hal khasiatnya maka dipilih dengan pertimbangan efektifitas, keamanan, kualitas, harga, dan ketersediaannya.

Potensi andaliman sebagai bahan kontrasepsi belum diuji pengaruhnya terhadap organ yang lainnya. Khususnya belum adanya penelitian mengenai efek buah andaliman terhadap sistem imunitas. Salah satu organ dari sistem imunitas adalah limpa. Menurut Khairinal (2012), limpa adalah kelenjar tanpa saluran yang berhubungan erat dengan sistem sirkulasi dan berfungsi menghancurkan sel darah merah yang telak rusak dan tua. Limpa merupakan salah satu organ yang berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh. Secara anatomi, limpa normal tampak berwarna merah keunguan karena kandungan darahnya dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel asing yang masuk ke dalam tubuh. Menurut Sinambela (2012), sel monosit yang terdapat pada limpa berfungsi sebagai makrofag atau fagositosis jaringan. Makrofag biasanya datang segera setelah terjadi perlukaan dan bersatu membentuk sel raksasa (Giant cell). Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian buah andaliman terhadap organ imunitas khususnya organ limpa.

1.2 Permasalahan

Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi di Indonesia menyebabkan timbulnya permasalahan baik sosial maupun ekonomi sehingga


(16)

diperlukan suatu penyelesaian masalah. Salah satunya adalah Program Keluarga Berencana. Akan tetapi pemilihan Keluarga Berencana Modern tersebut bukan tanpa masalah terutama yang berhubungan dengan cara hormonal karena dapat menimbulkan efek samping (Winarno & Sundari, 2007). Sehingga perlu digalakkan penggunaan alat kontrasepsi yang berasal dari tanaman asli Indonesia. Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai antifertilitas adalah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.).

Pengembangan potensi andaliman sebagai bahan kontrasepsi tentu harus memenuhi standart kriteria WHO. Kriteria seleksi obat menurut WHO (2004) bahwa obat harus sesuai dengan pola penyakit, memiliki data dan bukti ilmiah terkait efektivitas dan keamanan yang memadahi dari hasil uji klinis, memiliki kualitas yang baik termasuk data bioavailabilitas, stabil dalam penyimpanan hingga penggunaan dan ketika terdapat dua atau lebih obat yang sama dalam hal khasiatnya maka dipilih dengan pertimbangan efektifitas, keamanan, kualitas, harga, dan ketersediaannya. Buah andaliman yang berpotensi sebagai bahan kontrasepsi belum diuji lebih lanjut pengaruhnya terhadap organ lainnya khususnya organ limpa sebagai organ penghasil imunitas, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dampak pemberian buah andaliman terhadap morfologi dan histologis organ limpa.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap morfologi limpa baik berat, warna dan permukaan organ limpa serta gambaran histologis limpa mencit dengan sasaran yang diamati adalah giant cell dan diameter dari giant cell organ limpa mencit.


(17)

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) tidak mempengaruhi berat, warna dan permukaan organ limpa mencit dan tidak merusak histologis limpa mencit dengan tidak ditemukannya giant cell.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak n-heksan buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap gambaran histologis limpa mencit (Mus musculusL.) strain DDW.

b. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat umum dan instansi yang membutuhkannya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

2.1.1 Klasifikasi dan Deskripsi Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

Menurut Whitmore (1972), sistematika tanaman andaliman adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae Genus : Zanthoxylum

Spesies : Zanthoxylum acanthopodium DC.

Andaliman merupakan semak atau pohon kecil bercabang rendah, tegak, tinggi mencapai 5 m, menahun. Batang, cabang dan ranting berduri. Daun tersebar, bertangkai, majemuk menyirip beranak daun gasal, panjang 5-20 cm dan lebar 3-15 cm, terdapat kelenjar minyak. Andaliman merupakan tumbuhan yang termasuk ke dalam famili Rutaceae, tumbuh perdu, dengan tinggi 3 - 8 m, batang dan cabang merah kasar beralur, berbulu halus dan berduri (Gambar 2.1.1a). Daun berukuran kecil, mirip daun bunga mawar. Buah andaliman tumbuh di antara duri-duri dan bertangkai, buah muda berwarna hijau, dan matang berwarna merah, bila dipetik warnanya cepat berubah menjadi hitam (Gambar 2.1.1b). Bentuk buah bulat dan kecil, lebih kecil dari merica, bila digigit mengeluarkan aroma wangi dan rasa tajam yang khas dan dapat merangsang produksi air liur (Miftakhurohmah & Suhirman, 2009; Siregar, 2003).


(19)

Gambar 2.1.1 Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). A. Pohon andaliman; B. Buah andaliman (http://en.wikipedia.org).

Tumbuhan ini tersebar antara lain di India Utara, Nepal, Pakistan Timur, Thailand, dan Cina. Di Indonesia, andaliman banyak ditemukan di kawasan pegunungan Danau Toba dan beberapa daerah di Sumatera Utara dan biasanya tumbuh secara liar pada ketinggian 1.200 - 1.400 m dpl. Sedangkan di Cina, dapat tumbuh sampai pada ketinggian 2.900 m dpl. Tinggi tanaman andaliman 3-8 meter, batang dan cabang merah kasar beralur, berbulu halus dan berduri. Buahnya bulat hijau kecil, bila digigit mengeluarkan aroma wangi dan rasa tajam yang khas serta dapat merangsang produksi air liur, tumbuh liar di Sumatera Utara pada daerah dengan ketinggian di atas 1500 meter (Hasairin, 1994; Miftakhurohmah & Suhirman, 2009).

Di Indonesia, andaliman hanya ditemukan di daerah Sumatera Utara akan tetapi belum dimanfaatkan sebagai tanaman obat-obatan seperti halnya di negara-negara lain. Andaliman adalah salah satu tanaman di daerah Sumatera Utara, terutama di Parbuluan, Kabupaten Dairi, Siborong-borong dan Kabupaten Tapanuli Utara. Tanaman ini mempunyai biji yang sering dimanfaatkan sebagai bumbu masak terutama untuk masakan tradisional suku Batak. Sebagian masyarakat menggunakan Andaliman sebagai tuba untuk mempermudah menangkap ikan (Sabri, 2007).


(20)

2.1.2 Kandungan Andaliman

Saat ini andaliman diperhitungkan menjadi sumber senyawa aromatik dan minyak esensial. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kandungan terpenoidnya mempunyai aktivitas antioksidan dan antimikrob juga mempunyai efek imunostimulan (Hasairin, 1994; Wijaya, 2000). Hal ini memberi peluang bagi andaliman sebagai bahan baku senyawa antioksidan atau antimikrob bagi industri pangan dan industri farmasi (Siregar, 2003).

Mangkudidjojo et al. (1996) menemukan senyawa yang merangsang saraf trigeminal dari minyak atsiri buah andaliman. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa senyawa trigeminal diperoleh dari fraksi yang diekstrak dengan pelarut eter minyak bumi (petroleum eter), akan tetapi komponen tersebut yang diduga merupakan senyawa terpenoid belum teridentifikasi sampai tuntas. Ekstrak andaliman efektif untuk menghambat viabilitas (kemampuan hidup) sel mikrobia patogen dan pembusuk. Senyawa flavanoid seperti luteloin, kurkumin, kapsaisin, kuersetin, terpen, karsonol, rosmanol, rosmadial dan minyak atsiri yang terdapat pada berbagai jenis rempah terbukti dapat bersaing dengan antioksidan sintetik seperti BHT (Butylated Hidroxytoluena) dan BHA (Butylated Hidroxyanisole). Ini menunjukkan andaliman potensial dikembangkan sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah ketengikan lemak/minyak pada bahan pangan (Soedarmadji dkk., 2004). Berdasarkan sifat antioksidan dan antimikrobanya menjadikan buah andaliman berpotensi sebagai bahan pengawet alami menggantikan pengawet sintetik yang telah diketahui membahayakan bagi kesehatan manusia (Miftakhurohmah & Suhirman, 2009).

Menurut Suryanto dkk. (2008) bahwa, ekstrak heksana menghasilkan rendemen tertinggi dengan hasil 78,06 mg/g dengan kandungan fenolik hanya 27,7 µg/g, ekstrak etanol menghasilkan rendemen 69,98 mg/g dan kandungan fenolik yang tinggi yaitu 125,3 µg/g. Analisis minyak atsiri buah andaliman dengan teknik GC-MS menghasilkan 11 komponen, dengan 5 komponen utama adalah alfapinen, limonen, geraniol, sitronelal, dan geranil asetat. Hasil teknik kromatografi gas, senyawa yang berhasil diidentifikasi sebanyak 7 komponen,


(21)

yaitu geranilasetat, sitronelal, geraniol, geranial, mirsen, linalool dan limonene (Miftakhurohmah & Shinta, 2009).

Kandungan yang terdapat pada tanaman andaliman juga memiliki potensi sebagai antifertilitas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sabri (2007) bahwa pemberian ekstrak Andaliman pada induk mencit yang sedang bunting yang diberikan pada umur kebuntingan 0 sampai 13 hari, mempengaruhi terhadap fertilitas dimana pemberian ekstrak andaliman terhadap mencit menyebabkan peningkatan kehilangan praimplantasi, penurunan jumlah implantasi dan jumlah fetus hidup secara nyata. Dengan demikian ekstrak andaliman bersifat anfertilitas.

2.2 Limpa

Limpa adalah organ limfoid terbesar dalam tubuh dan salah satu organ yang terlibat dalam filtrasi darah sehingga limpa merupakan organ penting pada pertahanan terhadap antigen dalam darah. Organ ini juga menjadi tempat penghancuran eritrosit tua. Sebagaimana halnya organ limfoid sekunder lainnya, limpa adalah tempat produksi antibodi dan limfosit aktif yang dihantarkan ke dalam darah (Junqueira, 2009; Setiasih dkk., 2011).


(22)

Limpa terdiri atas jalinan struktur jaringan ikat. Di antara jalinan-jalinan itu terbentuk isi limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel darah. Limpa dibungkus oleh kapsul yang terdiri atas serat kolagen dan elastik dan beberapa serabut otot halus. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk yang disebut trabekula yang masuk ke dalam jaringan limpa dan membaginya ke dalam beberapa bagian. Limpa adalah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak disebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga kesembilan, sepuluh dan sebelas (Pearce,1979).

2.2.1 Histologis Limpa

Berdasarkan pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa struktur histologis limpa tersusun atas kapsula, pulpa putih dan pulpa merah. Kapsula terdiri dari jaringan ikat dan otot polos dengan ketebalan 24,3 ± 3,7 μm (Setiasih dkk., 2011). Limpa dikelilingi oleh suatu simpai jaringan ikat padat yang menjadi asal trabekula, yang sebagian membagi-bagi parenkim atau pulpa limpa. Trabekula besar berasal dari hilum, pada permukaan medial limpa, trabekula ini membawa saraf dan arteri ke dalam pulpa limpa serta vena yang membawa darah kembali ke dalam sirkulasi. Pembuluh limfe yang terbentuk di pulpa limpa juga meninggalkan hilum melalui trabekula (Junqueira, 2009).

Simpai, dilapisi jaringan yang terdiri atas serat kolagen dan serat elastin dan beberapa otot polos. Trabekula tebal, yang mengandung cabang-cabang besar arteri dan vena splenikus (lienalis), berjalan dari simpai ke bagian dalam organ. Di antara trabekula terdapat anyaman serat retikulin yang menunjang parenkim limpa. Parenkim ini ada dua jenisnya:

a. Pulpa putih, jaringan limfoid khas yang membungkus dan mengikuti arteri b. Pulpa merah, yang seringkali berupa massa yang tidak beratur, yaitu korda

pulpa (Leeson dkk., 1993).

Pulpa putih tersusun atas zona marginal dengan sel retikuler (limfosit, makrofag) dan serabut retikuler. Pulpa merah tersusun arteriol, kapiler dan sinus venosus dengan banyak eritrosit, makrofag, sel dendritik, sel plasma dan sedikit


(23)

limfosit. Limpa memiliki noduli limfatik (pulpa putih). Pada individu muda, nodul tersebut mengandung pusat-pusat germinal. Pusat germinal berwarna lebih terang mengandung limfosit. Sel-sel utama dalam nodulus adalah limfosit B, sedangkan limfosit T menempati pada daerah yang langsung mengitari arteri nodularis. Limpa tidak memiliki pembuluh limfe aferen, sedangkan pembuluh eferen utama ada dalam kapsula dan trabekula. Pembuluh tersebut menembus pulpa putih pada jarak pendek sepanjang arteri pulpa putih berikut cabangnya. Pembuluh limfe dalam trabekula menyalurkan limfe ke dalam pulpa putih limpa (Setiasih dkk., 2011).

Penyebaran dan susunan pulpa putih dan pulpa merah tergantung pada susunan vascular yang majemuk. Arteri lienalis bercabang di dalam trabekula dan meninggalkan limpa masuk ke dalam parenkim limpa. Begitu memasuki pulpa, tunika adventisia arteri itu diinfiltrasi oleh limfosit. Pada tempat-tempat tertentu sepanjang pembuluh ini, selubung limfatik ini bertambah tebal membentuk nodulus dan korpus lenalis (malphigi). Pembuluh setempat yang disebut arteri atau arteriol sentralis, meskipun terletak eksentris dalam nodulus, memasok kapiler ke dalam pulpa putih. Setelah beberapa kali bercabang, arteriol ini kehilangan selubung pulpa putihnya dan memasuki pulpa merah. Di sini setiap arteriol bercabang lagi menjadi beberapa arteriol penisili. Pembuluh kecil ini dapat dibagi tiga:

a. Arteriol pulpa b. Arteriol berselubung c. Kapiler terminal

Kapiler ini mencurahkan isinya langsung ke dalam sinus-sinus venosus. Sinus venosus, dalam retikulum pulpa, dan dari situ darah menapis kembali ke dalam sinus venosus. Yang membentuk sistem saluran tidak teratur yang berkesinambungan di dalam pulpa merah, dilapisi oleh sel-sel retikulum khusus yang ditunjang serat-serat retikulin. Sinus-sinus ini kemudian mencurahkan isinya ke dalam vena pulpa, yang dilapisi endotel, yang keluar dari pulpa dan menyatu membentuk vena yang lebih besar yang masuk ke dalam trabekula sebagai vena interlobular atau vena trabekularis. Seperti timus, limpa tidak memiliki pembuluh limfa aferen maupun sinus-sinus limfa (Leeson dkk., 1993).


(24)

Gambar 2.2.1 Histologis limpa. BV. Pembuluh darah; C. Kapsul; R . Pulpa merah; T. Trabekula; W. Pulpa putih

2.2.2 Fungsi Limpa

Organ ini merupakan organ tubuh kompleks dengan banyak fungsi diantaranya sebagai penyaring (filter) darah dan menyimpan zat besi untuk dimanfaatkan kembali dalam sintesis hemoglobin. Peranan organ ini dalam sistem pertahanan berkaitan dengan respon imunologi terhadap antigen yang berasal dari darah, dimana organ ini berfungsi sebagai organ limfoid sekunder (Setiasih dkk., 2011).

Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan pada orang dewasa limpa juga membentuk sel darah merah jika sum-sum tulang belakang rusak. Limpa juga berfungsi memisahkan sel darah merah yang telah usang dari sirkulasi. Limpa juga menghasilkan limfosit. Diperkirakan limpa juga bertugas menghancurkan sel darah putih dan trombosit. Sebagai dari bagian sistem retikulo endothelial, limpa juga terlibat dalam perlindungan terhadap berbagai penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi (Pearce,1979).


(25)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2012 sampai September 2013 di Laboratorium Struktur Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk pemeliharaan hewan uji dan pemberian perlakuan yaitu jarum gavage dan neraca analitik. Alat yang digunakan dalam pembuatan bahan uji yaitu blender, kertas saring, spatula, botol, erlenmeyer, dan rotavapor. Untuk pembuatan sediaan mikroskopis digunakan jarum pentul, bak bedah, dissecting set, sample cup, aluminium foil, oven, mikrotom, kuas, hot plate, gelas ukur, beaker glass, botol zat, chamber, object glass, cover glass, kertas label dan botol balsem. Alat yang digunakan untuk pengamatan yaitu mikroskop binokuler, kamera digital, timbangan digital, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan untuk pemeliharaan hewan uji dan pemberian perlakuan yaitu mencit betina dewasa (Mus musculus L.) strain DDW, pakan, sekam, ekstrak andaliman 2 %, 4%, 6%, dan pelarut CMC (carboxyl metil cellulose). Bahan yang digunakan dalam pembuatan bahan uji yaitu buah andaliman (Zanthoxzyllum acanthopodium DC.) dan pelarut n-heksan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan sediaan mikroskopis yaitu larutan NaCl 0,9%, larutan Bouin, alkohol 100%, 96%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%, aquadest, xylol, parafin, holder, pewarna Chromium Hematoxylin dan Phloxine B, larutan


(26)

Potasium Permanganate, larutan Sodium bisulfite, larutan Phosphotungstic Acid, canada balsam, kertas saring, kapas, kertas millimeter, tissue dan spritus.

3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Pembuatan Bahan Uji

Buah andaliman diambil dan diseleksi kemudian diambil buahnya dan dipilah-pilah dari tangkainya. Lalu dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kering. Buah yang telah kering kemudian diblender sampai halus (dalam bentuk serbuk), kemudian dimasukkan ke dalam stoples dan disimpan pada suhu kamar.

Pembuatan ekstrak n-heksan andaliman dilakukan dengan cara maserasi, yaitu serbuk buah andaliman dimasukkan ke dalam botol coklat, kemudian ditambahkan n-heksan sampai terendam lalu diaduk dan dibiarkan selama 1 malam. Setelah itu, residu yang ada direndam kembali dengan n-heksan sampai diperoleh filtrat yang jernih. Kemudian filtrat yang diperoleh dipisahkan dengan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak yang kental (Yulinah dkk., 2001).

Ekstrak kental yang telah di rotavapor ditempatkan di dalam beaker gelas dan ditutup dengan alumunium foil lalu disimpan dalam freezer untuk mencegah kerusakan ekstrak. Ekstrak andaliman tidak larut dalam air, maka untuk mendapat campuran yang homogen digunakan suatu pelarut yaitu karboksilmetil selulosa (CMC) dengan konsentrasi 1% (1 g CMC dalam 100 ml akuades) sehingga dihasilkan ekstrak yang diinginkan. Dari ekstrak tersebut dibuat larutan dengan tiga tingkat dosis yang berbeda yaitu dosis 2% dilarutkan dalam 1% CMC, 4% dilarutkan dalam 1% CMC, dan 6% dilarutkan dalam 1% CMC.

3.3.2 Pemberian Perlakuan

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit betina (Mus musculus L.) strain DDW yang kemudian diternakkan dan dipelihara di kandang hewan, Departemen Biologi FMIPA USU, Medan. Mencit dipelihara dalam kandang yang terbuat dari


(27)

(Smith, 1988). Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari secara ad-libitum (Sabri dkk., 2006). Bila mencit betina sudah berumur ± 12 minggu dengan kisaran berat badan ± 25-35 g, mencit tersebut telah siap dikawinkan (Smith, 1988).

Disediakan satu ekor mencit (Mus musculus L.) jantan dan pada sore hari ditempatkan dalam kandang yang berisi tiga ekor mencit betina yang sedang estrus. Bila keesokan paginya ditemukan sumbat vagina maka dinyatakan telah terjadi kopulasi atau terjadinya perkawinan antara mencit jantan dan betina tersebut dan dinyatakan sebagai hari ke nol kehamilan (Taylor, 1986). Pemberian bahan uji dilakukan pada mencit betina yang sedang hamil dengan menggunakan jarum gavage (Hrapkiewicz & Medina, 2007). Mencit kontrol blank, mencit betina yang telah hamil dipelihara hingga kebuntingan ke 18 hari, sedangkan mencit dengan perlakuan kontrol CMC, ekstrak n-heksan 2%, 4%, dan 6% diberi perlakuan secara oral dengan pencekokan satu kali sehari mulai dari kebuntingan ke nol hingga kebuntingan ke sepuluh hari. Volume pemberian ekstrak sebanyak 0,01 ml/g BB/hari (Sabri dkk., 2006). Kemudian mencit dibunuh dengan cara dislokasi leher pada saat mencapai 18 hari kebuntingan. Selanjutnya mencit dibedah, diambil organ limpa dan dicuci dalam larutan fisiologis (NaCl 0,9%) lalu ditimbang dan dimasukkan ke dalam larutan Bouin.

3.3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda dan 2 kontrol. Baik kontrol maupun perlakuan masing-masing terdiri dari enam ulangan sehingga mencit yang digunakan berjumlah 6 x 5 = 30 ekor.

Jumlah ulangan untuk tiap kelompok ditentukan dengan menggunakan rumus Federer yaitu: (t - 1) (n - 1) ≥ 15, dimana:

t = jumlah perlakuan n = jumlah ulangan (Chairul dkk., 1992)


(28)

Tabel 3.3.3 Rancangan Penelitian

Perlakuan Bahan yang diberikan Waktu Pemberian

CMC Ekstrak Andaliman

KB - - -

KP 1% - 0-10 hari kebuntingan

P1 - 2% 0-10 hari kebuntingan

P2 - 4% 0-10 hari kebuntingan

P3 - 6% 0-10 hari kebuntingan

Keterangan : KB: kontrol blank, KP: kontrol pelarut CMC, P1: perlakuan pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman 2%, P2 : perlakuan pemberian ekstrak n-heksan buah

andaliman 4%, P3: perlakuan pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman 6%.

3.3.4 Pembuatan Preparat Histologis Limpa Metode Parafin

Pembuatan preparat limpa dilakukan dengan metode parafin dan pewarnaan Chromium Hematoxylin Gomori (Suntoro, 1983). Mencit (Mus musculus L.) didislokasi dan dibedah, diambil organ limpa, ditimbang dan dicuci dengan larutan NaCl 0,9% kemudian difiksasi selama seminggu dengan larutan Bouin. Setelah difiksasi, limpa dicuci dengan alkohol 70% dengan cara dishaker sampai benar-benar jernih dan direndam dengan alkohol 70 % selama 1 malam. Kemudian dilakuan dehidrasi dengan merendam organ limpa dan dishaker dengan menggunakan alkohol bertingkat, yaitu dari alkohol 70%, 80%, 96% dan 100% (absolut) selama 1 jam pada masing-masing konsentrasi. Setelah itu organ limpa direndam di dalam xylol selama 1 malam. Organ limpa yang telah direndam diambil dan direndam dalam xylol lagi selama 1 jam pada suhu kamar, lalu dipindahkan lagi ke dalam xylol yang baru selama 1 jam. Setelah itu organ limpa direndam ke dalam parafin murni I, II dan III masing-masing selama 1 jam.

Setelah melewati tahap tersebut barulah memasuki tahap embedding atau penanaman organ ke dalam parafin. Parafin baru yang telah cair dituang ke dalam kotak yang telah disediakan, kemudian limpa ditanam dalam kotak yang telah berisi parafin dan diatur posisinya dan diberi label. Dibiarkan sampai dingin sehingga membentuk blok parafin. Kemudian blok tersebut dirapikan dan dilakukan penempelan blok-blok parafin pada holder yang terbuat dari kayu berukuran 3x3x3 cm yang berbentuk balok. Setelah itu dilakukan pemotongan atau cutting dengan memotong blok-blok parafin yang telah diholder pada


(29)

mikrotom sehingga membentuk pita-pita parafin dengan ukuran ketebalan 6 µm. Kemudian dilakukan penempelan, yaitu dengan mengambil beberapa pita parafin, kemudian diletakkan pada object glass, dan dicelupkan pada air dingin dan kemudian air hangat. Lalu diletakkan di atas hotplate beberapa detik untuk melekatkan pita parafin pada object glass dan membersihkan sebagian parafin yang melekat pada organ. Kemudian object glass dicelupkan pada xylol sampai parafin habis kira-kira selama 5 menit. Lalu ke dalam alkohol bertingkat dengan konsentrasi menurun, yaitu dari alkohol absolut, 96%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30% kemudian ke dalam aquadest. Dimana masing-masing konsentrasi dicelupkan ± 3-5 detik.

Pewarnaan, dilakukan dengan cara memasukkan objek ke dalam larutan potassium permanganate selama 4 menit. Lalu dimasukkan ke dalam larutan bisulfate sampai irisan jaringan tidak bewarna. Kemudian dicuci di air mengalir selama 2 menit. Lalu objek dimasukkan ke dalam chromium hematoxylin sampai granula terpulas (dilihat dengan mikroskop) dan dicuci dengan air mengalir hingga berwarna biru muda. Kemudian objek dimasukkan ke dalam pewarna phloxine b selama 5 menit. Lalu dicelup ke dalam aquades dan dimasukkan ke dalam PTA (Phosphotungstic Acid) selama 2 menit. Lalu dicuci kembali dengan air mengalir selama 5 menit. Difrensiasi dengan alkohol 95% sampai warna terlihat kontras. Kemudian dehidrasi di dalam alkohol absolute dan dijernihkan di dalam xylol. Kemudian dilakukan Mounting dengan menutup preparat dengan canada balsam. Diusahakan supaya tidak terdapat gelembung udara. Diberi label lalu diamati di bawah mikroskop.

3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1 Pengamatan Morfologi Limpa

Organ limpa yang diamati meliputi warna, permukaan dan berat organ limpa. Pengukuran berat limpa dilakukan dengan cara mencit percobaan didislokasi lehernya, dibedah, diambil organ limpa lalu ditimbang menggunakan timbangan digital, lalu dicatat beratnya.


(30)

3.4.2 Pengamatan Histologis Limpa

Pengamatan histologis dilakukan dengan cara mengamati lima lapang pandang secara acak dengan perbesaran 100x (Chohan et al., 2011). Objek yang diamati adalah sel raksasa baik jumlah selnya dan ukuran dari sel raksasa. Sel raksasa merupakan makrofag yang bersatu dan membentuk sel besar yang memiliki banyak nukleus sebagai bentuk proteksi terhadap benda asing yang masuk (Effendi, 2003).

3.5 Analisis Statistik

Data yang didapat dari setiap parameter (variabel) pengamatan dicatat dan disusun ke dalam bentuk tabel. Data kuantitatif (variabel dependen) yang didapatkan, diuji kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok perlakuan (variabel independen) dengan bantuan program statistik komputer yakni program SPSS release 15. Urutan uji untuk berat limpa diawali dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Apabila hasil uji menunjukkan p<0,05 maka data tersebut ditransformasi dan dilanjutkan dengan uji non parametrik. Untuk melihat perbedaan dari 2 perlakuan dilanjutkan uji Mann-Whitney. Apabila hasil uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan p>0,05 maka dilanjutkan uji sidik ragam (ANOVA) satu arah untuk data dengan pengamatan berulang (lebih dari 2 kali) atau lebih dari 2 perlakuan. Jika berbeda nyata (p<0,05) maka dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc-Bonferroni taraf 5%. Sebagai sumber keragaman dari uji sidik ragam (ANOVA) yaitu perbedaan pengamatan berat limpa berdasarkan perbedaan konsentrasi perlakuan yang diberikan. Kemudian data skor tingkat kerusakan limpa dianalisis dengan non-parametrik Kruskal Wallis (membedakan >2 perlakuan) dan uji Mann-Whitney (membedakan 2 perlakuan) pada taraf 5%.


(31)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Berat Organ Limpa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, yaitu pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman terhadap berat organ limpa mencit betina hamil diketahui berat rata-rata organ limpa kontrol blank adalah 0,23 g dan kontrol pelarut adalah 0,24 g. Sedangkan berat organ limpa kelompok perlakuan pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman 2% cenderung menurun menjadi 0,21 g, akan tetapi terjadi peningkatan terhadap berat organ limpa konsentrasi 4% menjadi 0,27 g dan konsentrasi 6% menjadi 0,28 g. Hasil pengamatan terhadap berat organ limpa dapat dilihat pada Gambar 4.1.1

Gambar 4.1 Pengaruh Ekstrak Andaliman Terhadap Berat Organ Limpa. KB = Kontrol Blank (mencit tidak diberi perlakuan); KP = Kontrol Pelarut (CMC 1%); P1, P2 dan P3= Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak n-heksan buah andaliman 2%, 4%, dan 6%; satuan dalam gram (g).

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata berat organ limpa mencit yang diberi perlakuan mengalami peningkatan kecuali pada pemberian perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman dengan konsentrasi 2%. Limpa merupakan organ yang membentuk antibodi apabila ada zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Aktivitas ini dapat membuat organ limpa mengecil dan membesar akibat

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

KB KP P1 P2 P3

B er a t Li m p a ( g ) Perlakuan

a a

a a


(32)

dari paparan benda asing. Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman mempengaruhi berat organ limpa mencit. Kemungkinan karena adanya kandungan minyak atsiri yang terdapat di dalam buah andaliman mempengaruhi organ limpa sehingga limpa menghasilkan kompleks imun yang berlebihan yang mempengaruhi berat organ limpa tersebut. Kandungan minyak atsiri yang dibawa oleh eritrosit menuju limpa disaring oleh limpa dan terdeposit di dalamnya. Terdepositnya eritrosit tentu mempengaruhi berat dari limpa tersebut. Dapat diambil kesimpulan bahwa kandungan dari ekstrak n-heksan buah andaliman berpengaruh terhadap berat organ limpa mus musculus L. akan tetapi, berat awal induk tentu juga dapat mempengaruhi berat organ limpa. Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan organ limpa kelompok kontrol blank yang tidak diberi perlakuan apapun memiliki bobot yang lebih berat daripada organ limpa perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman 2%.

Menurut Darlina dkk. (2012), berat limpa meningkat dan ukuran yang membesar disebabkan oleh pembentukan kompleks imun sebagai akibat dari produksi IgM yang berlebihan serta terdepositnya eritrosit dalam limpa. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang telah dilakukan Iskandar dkk. (2006) bahwa, organ limpa mencit yang terinfeksi memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan dengan organ limpa mencit normal.

Walaupun rata-rata berat organ limpa mencit mengalami peningkatan, hasil uji analisis statistik terhadap berat organ limpa mencit menunjukkan bahwa kelompok pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol baik itu kontrol blank maupun kontrol pelarut.

4.2 Warna Organ Limpa Mencit ( Mus musculus L.)

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi limpa, semakin tinggi konsentrasi ekstrak n-heksan buah andaliman yang diberikan maka semakin banyak pula ditemukan perubahan warna limpa di setiap ulangan. Organ limpa mencit kontrol yang tidak diberi perlakuan apapun berwarna merah kecoklatan, sedangkan organ


(33)

limpa abnormal mencit yang diberi perlakuan berwarna merah kehitaman. Persentase perubahan warna limpa mencit dapat dilihat pada Tabel 4.2.1 berikut.

Tabel 4.2.1 Persentase perubahan warna limpa

Perlakuan Persentase jumlah organ limpa berwarna normal dan abnormal (%)

Normal Abnormal

KB 100 -

KP 83,3 16,6

P1 66,6 33,3

P2 50 50

P3 16,6 83,3

Keterangan: Normal (berwarna merah kecoklatan), Abnormal (berwarna merah kehitaman).

Perubahan warna yang terjadi pada organ limpa mencit yang diberi perlakuan diduga disebabkan oleh kandungan minyak atsiri yang terkandung di dalam ekstrak n-heksan buah andaliman tersebut. Senyawa yang dikandung buah andaliman tersebut dibawa bersama eritrosit menuju limpa dan disaring oleh organ limpa sehingga menyebabkan penumpukan eritrosit dan menyebabkan organ limpa berwarna lebih gelap. Selain itu, perbedaan konsentrasi ekstrak yang diberikan juga dapat berpengaruh terhadap kondisi morfologi limpa mencit. Adapun perubahan warna organ limpa dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.2.1 Morfologi limpa mencit. A. Limpa normal berwarna merah kecoklatan; B. Limpa mencit yang diberi perlakuan berwarna merah kehitaman.


(34)

Menurut Darlina dkk. (2012), terdepositnya pigmen dan eritrosit dalam limpa juga dapat menyebabkan perubahan warna organ limpa menjadi lebih gelap. Menurut Miftakhurrohmah dan Sinta (2009), komponen minyak dari buah andaliman yang dikering anginkan mengandung banyak senyawa alkaloid dan terpenoid dengan komposisi terbanyak adalah geranil asetat sebanyak 33,44%. Menurut Iskandar dkk. (2006), organ limpa mencit yang terinfeksi memiliki warna yang berbeda dibandingkan organ limpa mencit normal karena organ limpa yang terinfeksi zat asing terdapat banyak sel-sel limfosit yang rusak dan mengalami degenerasi, sedangkan menurut Astusti dkk. (2006), jika intensitas paparan suatu zat terhadap suatu organ ditingkatkan maka akan menimbulkan perubahan morfologi dan fungsi, perubahan tersebut umumnya bersifat reversible.

4.3 Jumlah Giant cell Organ Limpa Mencit

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa rata-rata jumlah giant cell pada organ limpa kontrol blank adalah 3,43 sel/0,9 mm2 , kontrol pelarut adalah 3,10 sel/0,9 mm2 dan organ limpa dengan perlakuan pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman konsentrasi 2% adalah 4,13 sel/0,9 mm2, konsentrasi 4% adalah 4,57 sel/0,9 mm2 dan konsentrasi 6% adalah 5,67 sel/0,9 mm2. Hasil analisis statistik terhadap jumlah giant cell organ limpa menunjukkan bahwa perlakuan dengan konsentrasi tertinggi yaitu 6% berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol blank dan kontrol pelarut, akan tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman konsentrasi 2% dan 4%. Adapun hasil pengamatan terhadap jumlah giant cell pada limpa dapat dilihat pada Gambar 4.3.1 berikut.


(35)

Gambar 4.3.1 Jumlah giant cell pada organ limpa setelah diberi ekstrak N-heksan buah andaliman pada konsentrasi yang berbeda. KB= Kontrol Blank (mencit tidak diberi perlakuan); KP = Kontrol Pelarut (CMC 1%); P1, P2 dan P3= Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak n-heksan buah andaliman 2%, 4%, dan 6%; huruf yang berbeda pada perlakuan berbeda menunjukkan berbeda nyata. Satuan /0,9 mm2.

Hasil pengamatan strukstur histologis limpa menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak n-heksan buah andaliman yang diberikan maka semakin tinggi pula jumlah giant cell yang ditemukan. Jumlah giant cell yang paling tinggi terdapat pada organ limpa pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman dengan konsentrasi paling tinggi yaitu 6%. Jumlah giant cell yang paling sedikit terdapat pada organ limpa kontrol pelarut CMC 1%. Disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak n-heksan buah andaliman yang diberikan maka semakin mempengaruhi struktur histologis limpa dengan ditandai semakin banyak ditemukan giant cell. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kandungan senyawa alkaloid dan terpenoid yang terdapat dalam minyak atsiri buah andaliman yang memacu sel-sel pada limpa untuk menghasilkan sel imunitas. Kandungan minyak atsiri buah andaliman didistribusikan keseluruh tubuh oleh eritrosit. Eritrosit yang membawa zat asing ini masuk ke dalam limpa dan disaring oleh limpa. Kandungan minyak atsiri yang terdeposit di dalam limpa ini dianggap sebagai partikel asing dan diserang oleh sel-sel yang berasal dari limpa sebagai sistem pertahanan tubuh. Salah satu sel imunitas yang terdapat di limpa adalah makrofag, dimana makrofag tersebut akan bergabung dengan makrofag lainnya sebagai bentuk proteksi terhadap zat asing yang masuk. Histologis limpa mencit dapat dilihat pada Gambar 4.3.2 berikut. 0 1 2 3 4 5 6 7

KB KP P1 P2 P3

ju m la h g ia n t cell perlakuan a a

ab ab


(36)

Gambar 4.3.2 Gambaran histologis limpa Mus musculus L. A. Kontrol blank. B. Kontrol pelarut. C. Pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman 2% . D. Pemberian ekstrak heksan buah andaliman 4%. E. Pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman 6%. (a) giant cell. Pewarnaan Hematoxylin Chrome- Phloxine b. Perbesaran 100x.

Menurut Effendi (2003), makrofag terutama berasal dari sel prekursor dari sum-sum tulang, dari promonosit yang akan membelah menghasilkan monosit yang

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

A

B

C

D

E


(37)

beredar dalam darah. Pada tahap kedua monosit bermigrasi ke dalam jaringan ikat tempat mereka menjadi matang dan inilah yang disebut makrofag. Di dalam jaringan makrofag dapat berproliferasi secara lokal menghasilkan sel sejenis lebih banyak.Menurut Farida (2005), makrofag alveoli yang berasal dari sumsum tulang dalam pembentukannya akan melalui beberapa stadium yang dimulai dari monoblast, promonosit dan akhirnya membentuk monosit. Monosit akan memasuki sirkulasi darah dan setelah mencapai kapiler alveoli sebagian akan bermigrasi ke dalam rongga alveoli dan selanjutnya berfungsi sebagai makrofag alveoli yang akan memulai respon imun. Menurut Effendi (2003), makrofag menelan sisa-sisa sel, zat inter sel berubah, mikro organisme dan partikel yang memasuki tubuh. Jika makrofag menjumpai benda yang berukuran besar, makrofag-makrofag bersatu untuk membentuk sel besar dengan 100 nukleus atau lebih yang disebut dengan sel raksasa. Sel-sel yang dirangsang dapat melebur menjadi sel datia (sel raksasa) multinukleus, jenis-jenis sel yang ditemukan dalam keadaan patologis.

4.4 Diameter Giant Cell Organ Limpa Mencit

Hasil pengamatan terhadap diameter giant cell limpa pada mencit betina hamil yang diberi perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman menunjukkan bahwa diameter giant cell histologis limpa kontrol blank yaitu 8,92 µ, kontrol pelarut 9,76 µ sedangkan perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman konsentrasi 2% yaitu 9,12 µ, konsentrasi 4% yaitu 9,36 µ dan konsentrasi 6% yaitu 9,69 µ. Limpa dengan pemberian perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diberikan semakin besar pula diameter giant cell yang ditemukan. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh berkumpulnya makrofag sebagai bentuk proteksi terhadap zat asing yang masuk. Kandungan minyak atsiri buah andaliman yang terdistribusi ke dalam limpa dan terdeposit di dalamnya dianggap sebagai zat asing oleh tubuh. Semakin banyak zat asing yang masuk maka semakin banyak pula makrofag yang bergabung sehingga membentuk sel mutinuklear atau giant cell yang berukuran besar. Hasil


(38)

pengamatan terhadap diameter giant cell pada limpa dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut

Gambar 4.4 Diameter giant cell (µ) tanpa perlakuan, perlakuan dengan pelarut dan setelah diberi ekstrak N-heksan buah andaliman pada konsentrasi yang berbeda. KB = Kontrol Blank (mencit tidak diberi perlakuan); KP = Kontrol Pelarut (CMC 1%); P1, P2 dan P3= Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak N-heksan buah andaliman 2%, 4%, dan 6%; satuan dalam mikron (µ).

Menurut Sinambela (2012), monosit berfungsi sebagai makrofag atau fagositosis jaringan. Sel monosit pada jaringan perifer merupakan prekusor makrofag bebas. Makrofag ini merupakan sel-sel yang sangat aktif. Makrofag biasanya datang segera setelah terjadi perlukaan dan bersatu membentuk sel raksasa (Giant cell). Sel monosit juga dapat melepaskan bahan yang menarik fibroblas untuk membentuk jaringan parut dan melepas faktor kemotaktik yang menarik sel-sel fagositik lainnya. Most et al. ( 1997) melaporkan bahwa monosit bermigrasi di lokasi peradangan menyatu dengan makrofag untuk membentuk sel-sel raksasa berinti banyak. Menurut Sloane (1995), makrofag dan prekursornya (monosit) berdifusi untuk membentuk sel raksasa asing pada tubuh, yaitu sel multinukleus yang berfungsi sebagai barrier diantara massa benda asing yang besar dan jaringan tubuh. Sel seperti ini banyak ditemukan, contohnya pada penderita tuberkulosis.

Walaupun pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman mempengaruhi diameter giant cell, hasil uji analisis statistik terhadap diameter giant cell limpa menunjukkan bahwa mencit perlakuan pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol baik itu kontrol blank maupun kontrol pelarut. 8,5 9,5 10,5 11,5 12,5 13,5 14,5

KB KP P1 P2 P3

D ia m eter s el r a k sa sa Perlakuan a a

a a


(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman tidak mempengaruhi berat organ limpa mencit dan ukuran diameter giant cell.

b. Pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman mempengaruhi warna organ limpa mencit dimana, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin banyak terdapat organ limpa yang mengalami perubahan warna dari merah kecoklatan menjadi merah kehitaman.

c. Pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman merusak histologis limpa mencit terutama pada perlakuan konsentrasi yang paling tinggi (6%). Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah giant cell yang ditemukan akibat respon tubuh yang menanggapi andaliman sebagai bahan asing.

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh Zanthoxylum acanthopodium terhadap gambaran histologis limpa mencit dengan objek pengamatan yang lebih bervariasi.

b. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang kandungan Zanthoxylum acanthopodium yang dapat mempengaruhi gambaran histologis limpa mencit.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, U.N.W., Dewi, R., Siska, H. dan Susilo, H.S. 2006. Pemanfaatan Mindi (Melia azedarach L.) Sebagai Anti Parasit Trypanosoma evansi Dan Dampaknya Terhadap struktur Jaringan Hepar Dan Ginjal Mencit. Prosiding Seminar. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM. Hlm. 293.

Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia. Katalog BPS. Hlm.11,26.

Chairul, Harapini, M. dan Daryati, Y. 1996. Pengaruh Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) Terhadap Kehamilan Mencit Putih (Mus musculus L.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Bandung: Universitas Padjajaran, Bandung dan Laboratorium Treub Puslitbang Biologi LIPI Bogor. 3(2): 8-9.

Chohan, M. S., Zehra, U., Burki, W., Khilji, S., Tahir, M. and Jafari, F. H. 2011. Paraquat Induced Toxicity in Spleen of Albino Mice. Ann. Pak. Inst. Med. Sci.7(1): 6-9.

Connor, E. 2010. Best of Histol

Darlina. Kisnanto, T. dan Fauzan, A. 2012. Respons Hematopoitik Mencit yang Diinfeksi dengan Plasmodium berghei Stadium Eritrositik Iradiasi Gamma. Jurnal Batan. 3(2): 92.

Efendi, Z. 2003. Daya Fagositosis Makrofag Pada Jaringan Longgar Tubuh. Universitas Sumatera Utara. USU Digital Library. hal. 3.

Farida, J. 2005. Studi Perbandingan Aktivitas Fagositosis Makrofag terhadap Mycobacterium Tuberculosis Sensitif dan Resisten Isoniazid. Jurnal Logika. 2(2): 47.

Hasairin. A. 1994. Etnobotani Rempah dan Makanan Adat Masyarakat Batak Angkola dan Mandailing. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Hrapkiewicz, K. and Medina, L. 2007. Laboratory Animal. USA: Blackwell Publishing. Page. 46, 51.

Iskandar, T., Subekti, D.T. dan Diani, E.F. 2006. Gambaran Splenosit, Limpa dan Kekebalan Pada Mencit Galur BALB/C yang Diberi Alantoin dan Diinfeksi

Toxoplasma gondii. Prosiding Jurnal Nasional Teknologi Peternakan dan


(41)

Junqueira. 2012. Histologi Dasar. Jakarta; Penerbit EGC. Hlm.155.

Khairinal, 2012. Efek Kurkumin Terhadap Proliferasi Sel Limfosit dari Limpa Mencit C3H Bertumor Payudara Secara In Vitro. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia. Hlm. 28-29.

Leeson, C.R., Leeson, T.S. dan Paparo, A.A. 1993. Atlas Histologi. Binarupa Aksara. Jakarta. Hlm. 124.

Mangkudidjojo, M., M. Sirait dan M. Siahaan. 1996. Telaah buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). Prosiding Simposium Nasional Tumbuhan Obat dan Aromatik APINMAP. Puslitbang Biologi. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Masyhuda, I. 2011. Referat Irma Ruptur Lien. 61137232/Referat-irma-ruptur-lien. [28 february 2014].

Miftakhurohmah dan Suhirman, S. 2009. Potensi Andaliman Sebagai Sumber Antioksidan Dan Antimikroba Alami. Warta Penelitian Dan Pengembangan Industri. 15(2): 9.

Most, J., Spotl ,L., Mayr ,G., Gasser ,A., Sarti ,A. and Dierich, MP. 1997. Formation of Multinucleated Giant Cells in Vitro is Dependent on The Stage of Monocyte to Macrophage Maturation Blood. The Journal of Immunology. 89: 662-671.

Pearce, E. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta; Gramedia. Hlm. 165-166.

Sabri, E. 2005. Uji Efek Antifertilitas Ekstrak Air Akar Sidaguri ( Sida rhombifolia Linn ) Terhadap Mencit Betina. Jurnal Komunikasi Penelitian. 17(2): 9.

Sabri, E., Deny, S. dan Gunawan, E. U. 2006. Efek Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap Perkembangan Embrio Mencit (Mus musculus L.). Jurnal Biologi Sumatera. 1(1): 8-14.

Sabri, E. 2007. Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum acanthopodium) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas Dan Perkembangan Embrio Mencit (Musmusculus). Jurnal Biologi Sumatera. 2(2): 28.

Setiasih, N., Suwiti, N. dan Putu, S. 2011. Studi Histologi Limpa Sapi Bali. Buletin Veteriner Udayana. 3(1): 9-15.

Sinambela, E.M. 2012. Studi Hematologi pada Landak Jawa (Hystrix javanica). [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hlm.8.


(42)

Siregar, B.L. 2003. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Di Sumatera Utara: Deskripsi dan Perkecambahan. Hayati. 10(1): 38.

Sloane, E. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC. hal. 253.

Soedarmadji, Murdaningsih, A. dan Kesumawati, D. 2004. Ekstrak Biji Andaliman Sebagai Antioksidan Alami Pada Minyak Kedelai. Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Hlm. 1.

Suntoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Bhrarata Karya Aksara. Hlm. 11, 48-72.

Suryanto, E., Wehantouw, F. dan Raharjo, S. 2008. Akibat Penstabilan Senyawa Oksigen Reaktif Dari Beberapa Herbal. Jurnal Obat Bahan Alam. 7(1): 65. Suryanto, E., Raharjo, S., Sastrohamidjojo, H. dan Tranggono. 2005. Aktivitas

Antioksidan dan Stabilitas Ekstrak Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Terhadap Panas, Cahaya Fluoresen dan Ultraviolet. Agritech. 25(2): 63.

Taylor, P. 1986. Practical Teratology. London: Harcourt Brace Jovanovich Publisher. Academic Press. Hlm. 8.

Tensiska, Wijaya C.H. dan Andarwulan, N. 2003. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Dalam Beberapa Senyawa Sistem Pangan Dan Kestabilan Aktivitasnya Terhadap Kondisi Suhu dan pH. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 14(1): 29.

Whitmore, T.C. 1972. Tree Flora Of Malaya. Volume 1. Malaysia: Longman. Hlm. 386.

Widodo, F.Y. 2011. Efek Pemakaian Pil Kontrasepsi Kombinasi Terhadap Kadar Glukosa Darah. Jurnal Obstetrics dan Ginekologi. 1(2): 5.

Wijaya, C.H. 2000. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Trigeminal Aktif Buah Andaliman (Zanthohylum acanthopodium DC.). Hayati. 7(3): 91-92.

Wikipedia. 2013. Andaliman. http://en.wikipedia.org/wiki/Zanthoxylum_acantho -podium. [ 28 february 2014].

Winarno, M. W dan Sundari, D. 2003. Gambaran Histologi Kelenjar Limpa Akibat Pemberian Infus Daging Buah Pare (Momordica charantia L.) pada Tikus Putih. Cermin Dunia Kedokteran. (140): 15.

World Health Organization. 2004. Drug and Therapeutics Committees A Practical Guide. Geneva. Hlm. 3.


(43)

Yulinah, E., Sukrasno dan Fitri, M. A. 2001. Aktivitas Antidiabetika Ekstrak Etanol Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees (Acanthaceae)). Jurnal Matematika dan Sains. 6(1): 15.


(44)

LAMPIRAN

1. Data Analisis Statistik 1.1 Berat Limpa

Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6

Rata-Rata

SD

KB 0.53 0.17 0.18 0.2 0.18 0.13 0.23 0.15

KP 0.31 0.27 0.27 0.27 0.11 0.23 0.24 0.07

P1 0.23 0.21 0.12 0.2 0.24 0.23 0.21 0.04

P2 0.2 0.57 0.14 0.3 0.2 0.19 0.27 0.16

P3 0.28 0.36 0.2 0.37 0.2 0.26 0.28 0.07

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik df Sig. Statistik df Sig.

Berat_Limfa KB .418 6 .002 .644 6 .002

KP .315 6 .064 .797 6 .055

P1 .288 6 .130 .782 6 .041

P2 .331 6 .039 .762 6 .026

P3 .197 6 .200* .879 6 .264

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistik df1 df2 Sig.

Berat_Limfa Based on Mean 1.506 4 25 .231

Based on Median .394 4 25 .811

Based on Median and with

adjusted df .394 4 13.317 .809


(45)

Transform Pertama (natural log)

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik df Sig. Statistik df Sig.

Berat_Limfa KB .418 6 .002 .644 6 .002

KP .315 6 .064 .797 6 .055

P1 .288 6 .130 .782 6 .041

P2 .331 6 .039 .762 6 .026

P3 .197 6 .200* .879 6 .264

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistik df1 df2 Sig.

Berat_Limfa Based on Mean .600 4 25 .666

Based on Median .204 4 25 .934

Based on Median and with

adjusted df .204 4 18.619 .933

Based on trimmed mean .513 4 25 .727

Transform Kedua (reciprocal)

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik df Sig. Statistik df Sig.

Berat_Limfa KB .418 6 .002 .644 6 .002

KP .315 6 .064 .797 6 .055

P1 .288 6 .130 .782 6 .041

P2 .331 6 .039 .762 6 .026

P3 .197 6 .200* .879 6 .264

a. Lilliefors Significance Correction


(46)

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistik df1 df2 Sig.

Berat_Limfa Based on Mean .323 4 25 .860

Based on Median .086 4 25 .986

Based on Median and with

adjusted df .086 4 17.959 .986

Based on trimmed mean .250 4 25 .907

Transform Ketiga (square root)

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik df Sig. Statistik df Sig.

Berat_Limfa KB .418 6 .002 .644 6 .002

KP .315 6 .064 .797 6 .055

P1 .288 6 .130 .782 6 .041

P2 .331 6 .039 .762 6 .026

P3 .197 6 .200* .879 6 .264

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistik df1 df2 Sig.

Berat_Limfa Based on Mean 1.035 4 25 .409

Based on Median .303 4 25 .873

Based on Median and with

adjusted df .303 4 15.714 .871


(47)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank

Berat_Limfa KB 6 10.25

KP 6 18.33

P1 6 13.58

P2 6 15.00

P3 6 20.33

Total 30

Test Statistiksa,b

Berat_Limfa

Chi-Square 4.916

df 4

Asymp. Sig. .296

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa KB 6 5.33 32.00

KP 6 7.67 46.00


(48)

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 11.000

Wilcoxon W 32.000

Z -1.131

Asymp. Sig. (2-tailed) .258

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa KB 6 5.42 32.50

P1 6 7.58 45.50

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 11.500

Wilcoxon W 32.500

Z -1.046

Asymp. Sig. (2-tailed) .295

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan


(49)

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa KB 6 5.33 32.00

P2 6 7.67 46.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 11.000

Wilcoxon W 32.000

Z -1.131

Asymp. Sig. (2-tailed) .258

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa KB 6 4.67 28.00

P3 6 8.33 50.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 28.000

Z -1.777

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .093a


(50)

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 28.000

Z -1.777

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .093a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa KP 6 8.17 49.00

P1 6 4.83 29.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 8.000

Wilcoxon W 29.000

Z -1.624

Asymp. Sig. (2-tailed) .104

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .132a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan


(51)

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa KP 6 7.00 42.00

P2 6 6.00 36.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 15.000

Wilcoxon W 36.000

Z -.485

Asymp. Sig. (2-tailed) .628

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .699a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa KP 6 6.00 36.00

P3 6 7.00 42.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 15.000

Wilcoxon W 36.000

Z -.485

Asymp. Sig. (2-tailed) .628

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .699a


(52)

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 15.000

Wilcoxon W 36.000

Z -.485

Asymp. Sig. (2-tailed) .628

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .699a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa P1 6 6.67 40.00

P2 6 6.33 38.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 17.000

Wilcoxon W 38.000

Z -.162

Asymp. Sig. (2-tailed) .872

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .937a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan


(53)

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa P1 6 5.00 30.00

P3 6 8.00 48.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 30.000

Z -1.454

Asymp. Sig. (2-tailed) .146

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .180a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa P2 6 5.50 33.00

P3 6 7.50 45.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 33.000

Z -.978

Asymp. Sig. (2-tailed) .328

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .394a


(54)

Test Statistiksb

Berat_Limfa

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 33.000

Z -.978

Asymp. Sig. (2-tailed) .328

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .394a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

1.2 Data Jumlah Sel Raksasa

Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6

Rata-rata SD

KB 2.6 2.2 2.7 4.4 4.4 4.3 3.43 1.04

KP 2.4 2.28 3.8 4.4 3 2.7 3.10 0.84

P1 4.4 5.2 3.4 3.1 4.5 4.2 4.13 0.77

P2 4.1 4 5.5 4.3 5.1 4.4 4.57 0.60

P3 7.1 5.3 7.3 5.4 5.2 3.7 5.67 1.34

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik df Sig. Statistik df Sig.

Jumlah_Sel_Raksasa KB .298 6 .102 .791 6 .048

KP .213 6 .200* .905 6 .402

P1 .201 6 .200* .952 6 .756

P2 .276 6 .170 .877 6 .255

P3 .245 6 .200* .906 6 .408

a. Lilliefors Significance Correction


(55)

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistik df1 df2 Sig.

Jumlah_Sel_Raksasa Based on Mean 1.576 4 25 .212

Based on Median .929 4 25 .463

Based on Median and with

adjusted df .929 4 14.009 .475

Based on trimmed mean 1.624 4 25 .199

Oneway

ANOVA

Jumlah_Sel_Raksasa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 24.558 4 6.139 6.778 .001

Within Groups 22.646 25 .906

Total 47.204 29

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Jumlah_Sel_Raksasa Bonferroni

(I) Perlaku an

(J) Perlaku an

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

KB KP .33667 .54949 1.000 -1.3548 2.0281

P1 -.70000 .54949 1.000 -2.3914 .9914

P2 -1.13333 .54949 .497 -2.8248 .5581

P3 -2.23333* .54949 .004 -3.9248 -.5419

KP KB -.33667 .54949 1.000 -2.0281 1.3548

P1 -1.03667 .54949 .709 -2.7281 .6548

P2 -1.47000 .54949 .130 -3.1614 .2214


(56)

P1 KB .70000 .54949 1.000 -.9914 2.3914

KP 1.03667 .54949 .709 -.6548 2.7281

P2 -.43333 .54949 1.000 -2.1248 1.2581

P3 -1.53333 .54949 .099 -3.2248 .1581

P2 KB 1.13333 .54949 .497 -.5581 2.8248

KP 1.47000 .54949 .130 -.2214 3.1614

P1 .43333 .54949 1.000 -1.2581 2.1248

P3 -1.10000 .54949 .563 -2.7914 .5914

P3 KB 2.23333* .54949 .004 .5419 3.9248

KP 2.57000* .54949 .001 .8786 4.2614

P1 1.53333 .54949 .099 -.1581 3.2248

P2 1.10000 .54949 .563 -.5914 2.7914

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

1.3 Diameter Sel Raksasa

Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6

Rata-Rata SD

KB 8.68 9.66 8.1 9.28 9.35 8.46 8.92 0.60

KP 8.75 10.72 9.82 9.55 8.94 10.76 9.76 0.86

P1 9.06 8.57 9.2 8.44 10.9 8.54 9.12 0.93

P2 9.14 8.05 9.02 10.05 10.02 9.89 9.36 0.78 P3 9.22 9.7 9.002 8.63 10.66 10.94 9.69 0.93

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik df Sig. Statistik df Sig.

Diameter_Sel_Raksasa KB .225 6 .200* .945 6 .703

KP .203 6 .200* .900 6 .377

P1 .298 6 .103 .766 6 .028

P2 .250 6 .200* .868 6 .217


(57)

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik df Sig. Statistik df Sig.

Diameter_Sel_Raksasa KB .225 6 .200* .945 6 .703

KP .203 6 .200* .900 6 .377

P1 .298 6 .103 .766 6 .028

P2 .250 6 .200* .868 6 .217

P3 .194 6 .200* .919 6 .500

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistik df1 df2 Sig.

Diameter_Sel_Raksasa Based on Mean .226 4 25 .922

Based on Median .186 4 25 .944

Based on Median and with

adjusted df .186 4 17.504 .943

Based on trimmed mean .224 4 25 .923

Oneway

ANOVA

Diameter_Sel_Raksasa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.106 4 .776 1.133 .364

Within Groups 17.139 25 .686


(58)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Diameter_Sel_Raksasa Bonferroni

(I) Perlaku an

(J) Perlaku an

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

KB KP -.83500 .47804 .930 -2.3065 .6365

P1 -.19667 .47804 1.000 -1.6682 1.2748

P2 -.44000 .47804 1.000 -1.9115 1.0315

P3 -.77033 .47804 1.000 -2.2418 .7012

KP KB .83500 .47804 .930 -.6365 2.3065

P1 .63833 .47804 1.000 -.8332 2.1098

P2 .39500 .47804 1.000 -1.0765 1.8665

P3 .06467 .47804 1.000 -1.4068 1.5362

P1 KB .19667 .47804 1.000 -1.2748 1.6682

KP -.63833 .47804 1.000 -2.1098 .8332

P2 -.24333 .47804 1.000 -1.7148 1.2282

P3 -.57367 .47804 1.000 -2.0452 .8978

P2 KB .44000 .47804 1.000 -1.0315 1.9115

KP -.39500 .47804 1.000 -1.8665 1.0765

P1 .24333 .47804 1.000 -1.2282 1.7148

P3 -.33033 .47804 1.000 -1.8018 1.1412

P3 KB .77033 .47804 1.000 -.7012 2.2418

KP -.06467 .47804 1.000 -1.5362 1.4068

P1 .57367 .47804 1.000 -.8978 2.0452


(1)

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa P1 6 5.00 30.00

P3 6 8.00 48.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 30.000

Z -1.454

Asymp. Sig. (2-tailed) .146 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .180a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Berat_Limfa P2 6 5.50 33.00

P3 6 7.50 45.00

Total 12

Test Statistiksb

Berat_Limfa Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 33.000

Z -.978

Asymp. Sig. (2-tailed) .328 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .394a a. Not corrected for ties.


(2)

Test Statistiksb

Berat_Limfa Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 33.000

Z -.978

Asymp. Sig. (2-tailed) .328 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .394a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

1.2 Data Jumlah Sel Raksasa

Perlakuan

U1

U2

U3

U4

U5

U6

Rata-rata

SD

KB

2.6

2.2

2.7

4.4

4.4

4.3

3.43

1.04

KP

2.4

2.28

3.8

4.4

3

2.7

3.10

0.84

P1

4.4

5.2

3.4

3.1

4.5

4.2

4.13

0.77

P2

4.1

4

5.5

4.3

5.1

4.4

4.57

0.60

P3

7.1

5.3

7.3

5.4

5.2

3.7

5.67

1.34

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistik df Sig. Statistik df Sig. Jumlah_Sel_Raksasa KB .298 6 .102 .791 6 .048

KP .213 6 .200* .905 6 .402

P1 .201 6 .200* .952 6 .756

P2 .276 6 .170 .877 6 .255

P3 .245 6 .200* .906 6 .408

a. Lilliefors Significance Correction


(3)

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistik df1 df2 Sig. Jumlah_Sel_Raksasa Based on Mean 1.576 4 25 .212

Based on Median .929 4 25 .463

Based on Median and with

adjusted df .929 4 14.009 .475

Based on trimmed mean 1.624 4 25 .199

Oneway

ANOVA

Jumlah_Sel_Raksasa

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 24.558 4 6.139 6.778 .001 Within Groups 22.646 25 .906

Total 47.204 29

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Jumlah_Sel_Raksasa Bonferroni

(I) Perlaku an

(J) Perlaku an

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound KB KP .33667 .54949 1.000 -1.3548 2.0281

P1 -.70000 .54949 1.000 -2.3914 .9914 P2 -1.13333 .54949 .497 -2.8248 .5581 P3 -2.23333* .54949 .004 -3.9248 -.5419 KP KB -.33667 .54949 1.000 -2.0281 1.3548 P1 -1.03667 .54949 .709 -2.7281 .6548 P2 -1.47000 .54949 .130 -3.1614 .2214 P3 -2.57000* .54949 .001 -4.2614 -.8786


(4)

P1 KB .70000 .54949 1.000 -.9914 2.3914 KP 1.03667 .54949 .709 -.6548 2.7281 P2 -.43333 .54949 1.000 -2.1248 1.2581 P3 -1.53333 .54949 .099 -3.2248 .1581 P2 KB 1.13333 .54949 .497 -.5581 2.8248 KP 1.47000 .54949 .130 -.2214 3.1614 P1 .43333 .54949 1.000 -1.2581 2.1248 P3 -1.10000 .54949 .563 -2.7914 .5914 P3 KB 2.23333* .54949 .004 .5419 3.9248 KP 2.57000* .54949 .001 .8786 4.2614 P1 1.53333 .54949 .099 -.1581 3.2248 P2 1.10000 .54949 .563 -.5914 2.7914 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

1.3 Diameter Sel Raksasa

Perlakuan

U1

U2

U3

U4

U5

U6

Rata-Rata

SD

KB

8.68

9.66

8.1

9.28

9.35

8.46

8.92

0.60

KP

8.75

10.72

9.82

9.55

8.94

10.76

9.76

0.86

P1

9.06

8.57

9.2

8.44

10.9

8.54

9.12

0.93

P2

9.14

8.05

9.02

10.05

10.02

9.89

9.36

0.78

P3

9.22

9.7

9.002

8.63

10.66

10.94

9.69

0.93

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistik df Sig. Statistik df Sig. Diameter_Sel_Raksasa KB .225 6 .200* .945 6 .703

KP .203 6 .200* .900 6 .377

P1 .298 6 .103 .766 6 .028

P2 .250 6 .200* .868 6 .217


(5)

Tests of Normality

Perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistik df Sig. Statistik df Sig. Diameter_Sel_Raksasa KB .225 6 .200* .945 6 .703

KP .203 6 .200* .900 6 .377

P1 .298 6 .103 .766 6 .028

P2 .250 6 .200* .868 6 .217

P3 .194 6 .200* .919 6 .500

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistik df1 df2 Sig. Diameter_Sel_Raksasa Based on Mean .226 4 25 .922

Based on Median .186 4 25 .944

Based on Median and with

adjusted df .186 4 17.504 .943

Based on trimmed mean .224 4 25 .923

Oneway

ANOVA

Diameter_Sel_Raksasa

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 3.106 4 .776 1.133 .364 Within Groups 17.139 25 .686


(6)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Diameter_Sel_Raksasa Bonferroni

(I) Perlaku an

(J) Perlaku an

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound KB KP -.83500 .47804 .930 -2.3065 .6365

P1 -.19667 .47804 1.000 -1.6682 1.2748 P2 -.44000 .47804 1.000 -1.9115 1.0315 P3 -.77033 .47804 1.000 -2.2418 .7012 KP KB .83500 .47804 .930 -.6365 2.3065 P1 .63833 .47804 1.000 -.8332 2.1098 P2 .39500 .47804 1.000 -1.0765 1.8665 P3 .06467 .47804 1.000 -1.4068 1.5362 P1 KB .19667 .47804 1.000 -1.2748 1.6682 KP -.63833 .47804 1.000 -2.1098 .8332 P2 -.24333 .47804 1.000 -1.7148 1.2282 P3 -.57367 .47804 1.000 -2.0452 .8978 P2 KB .44000 .47804 1.000 -1.0315 1.9115 KP -.39500 .47804 1.000 -1.8665 1.0765 P1 .24333 .47804 1.000 -1.2282 1.7148 P3 -.33033 .47804 1.000 -1.8018 1.1412 P3 KB .77033 .47804 1.000 -.7012 2.2418 KP -.06467 .47804 1.000 -1.5362 1.4068 P1 .57367 .47804 1.000 -.8978 2.0452 P2 .33033 .47804 1.000 -1.1412 1.8018


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

3 91 49

Gambaran Histologis Ginjal Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW Setelah Pembersihan Ekstrak n-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

3 64 64

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan Struktur Kraniofacial Fetus Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

2 104 74

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

8 98 100

Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

0 1 12

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan Struktur Kraniofacial Fetus Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

0 0 13

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

0 0 43

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) 2.1.1 Deskripsi Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) - Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andalima

0 1 11

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan Struktur Kraniofacial Fetus Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

0 0 19