Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

SKRIPSI

OLEH:

RENI DWI MULYANI 100805009

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelarSarjana Sains

OLEH:

RENI DWI MULYANI 100805009

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

i

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

Kategori : Skripsi

Nama : Reni Dwi Mulyani Nomor Induk Mahasiswa : 100805009

Program Studi : Sarjana (S1) Biologi Departemen : Biologi

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2015

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Masitta Tanjung, S.Si, M. Si. Dra. Emita Sabri, M. Si. NIP.197109102000122001 NIP.195607121987022002

Disetujui Oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc NIP. 196301231990032001


(4)

ii

PERNYATAAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2015

RENI DWI MULYANI 100805009


(5)

iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia– Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)”. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada

junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Emita Sabri, M.Si selaku pembimbing I dan ibu Masitta Tanjung, S,Si, M.Si selaku pembimbing II yang telah menjadi sosok ibu yang tidak henti-hentinya mendorong dan membimbing penulis untuk menjadi lebih baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku penguji I dan ibu Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc selaku penguji II yang memberikan banyak masukan serta bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku ketua Departemen Biologi FMIPA USU dan ibu Dr. Saleha Hanum, M.Si selaku sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberi motivasi, ibu Nurhasni Muluk selaku Analis di Laboratorium dan ibu Roslina Ginting serta bapak Endra Raswin selaku pegawai administrasi Departemen Biologi FMIPA USU.

Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Misiran dan Ibunda Jumiati yang telah memberikan do’a, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis. Kepada kakanda Puji Astuti dan Abang ipar Heri serta keponakan Putri dan Pram (bom-bom) yang telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.

Penulis ucapkan terima kasih untuk sahabat yang selalu bersama penulis M. Lintar Gardika, Adam, Inur, Dila, Aulia, Zais, Mei, Yus, Anita, krestina, dan semua sahabat stambuk 2010 BIOREV. terima kasih kepada bang Eka yang selalu membantu penulis, kak Riana, kak Sirma (kakak asuh), Riri Andriani (adik asuh), Calvin, Diah, Ulfa, Vevy, Mira, Dona, Fitri, Risda, Adit, Rinda, Pupeb, Sera, Siren, dan semua adik-adik stambuk 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang memberikan semangat dan keceriaan kepada penulis. Buat adik-adik kos Khomsah dan Mentari yang selalu menemani penulis.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Demikianlah skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan. Amin ya Robbal’Alamin.

Medan, Juni 2015

Penulis


(6)

iv

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

ABSTRAK

Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.) telah dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai November 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K0), kelompok pemberian ekstrak segar buah andaliman dengan konsentrasi 2% (P1), 5% (P2), dan 10% (P3) selama 40 hari dan dilanjutkan 40 hari tanpa perlakuan untuk pemulihan. Setiap perlakuan terdiri dari 6 ekor hewan uji. Setelah perlakuan selesai, mencit dibedah, kemudian ginjal kanan dan kiri ditimbang dan dibuat preparat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Hasil pengamatan morfologi ginjal menunjukkan adanya perubahan warna pada kelompok perlakuan P2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bobot ginjal antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Gambaran histologis ginjal pada diameter glomerulus menunjukkan peningkatan diameter pada kelompok perlakuan P1, P2, dan P3, sedangkan gambaran histologis ginjal pada diameter tubulus proksimal menunjukkan penurunan pada P1 dibandingkan dengan kontrol. Pada fase pemulihan didapatkan penurunan diameter tubulus proksimal dibandingkan dengan fase sebelum pemulihan.

Kata kunci: Ginjal, Ekstrak Segar Buah Andaliman, Glomerulus, Tubulus Proksimal.


(7)

v

HISTOLOGIC DESCRIPTION OF MALE MICE (Mus musculus

L.) KIDNEY TREATED WITH FRESH ANDALIMAN

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) FRUIT EXTRACT

ABSTRACT

The Histologic Description of Male Mice (Mus musculus L.) Kidney Treated With Fresh Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Fruit Extract has been studied from March 2013 to November 2014. The study used completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatment groups; control (K0), and treatment with 2% (P1), 5% (P2), and 10% (P3) of fresh andaliman fruit extract for 40 days and continued for 40 days without treatment to examine recovery. Each treatment group consisted of 6 mice. Mice were dissected after 40 and 80 days of treatment, the kidneys were obtained, weighed, and made into microscopic slides for histologic examination using paraffin method and Hematoxyline Eosin (HE) stain. Morphological examination showed color change in P2 treatment group. No significant difference was observed in kidneys weight between treatment and control group. Histologic examination of glomeruli diameter and proximal tubuli diameter showed an increase in diameter of glomeruli in all treatment groups (P1, P2, and P3) but a decrease in diameter of proximal tubuli in P1 treatment group compared to control group. Recovery phase showed a decrease in proximal tubuli diameter compared to pre-recovery phase. Keywords: Kidney, Andaliman Fruit Fresh Extract, Glomerulus, Proximal


(8)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABTRACT v

DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2 1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Hipotesis 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Deskripsi Andaliman 4 2.2. Kandungan Andaliman 5 2.3. Anatomi dan Morfologi Ginjal 5 2.4. Fisiologi Ginjal 6 2.5. Glomerulus dan Tubulus Proksimal 8 2.6. Kelainan Ginjal 9

BAB 3. BAHAN DAN METODA 11

3.1.Waktu dan Tempat 11

3.2. Alat dan Bahan 11 3.3. Prosedur Percobaan 11 3.3.1. Persiapan Hewan Uji 11 3.3.2. Pembuatan Bahan Uji Ekstrak Segar Buah Andaliman 11 3.3.3. Rancangan Penelitian 12 3.3.4. Pemberian Perlakuan 13 3.3.5. Pembuatan Sediaan Histologis 13 3.3.6. Parameter Pengamatan 13 3.3.7. Analisis Statistik 14 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16

4.1. Gambaran Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan 16 4.1.1. Warna Ginjal 16 4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah


(9)

vii

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah

Pemulihan 17

4.1.3. Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah

Pemulihan 18

4.2. Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan Meliputi Diameter Glomerulus dan Tubulus Proksimal

Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan 20 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 24

5.1. Kesimpulan 24

5.2. Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1. Struktur Umum Histologis Ginjal 6 3.1. Gambar Pengamatan Ginjal Mencit 14 4.1. Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah

Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

16

4.2. Rata-Rata Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman dan Setelah Pemulihan

18

4.3. Presentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)

20 4.4. Gambaran Mikroskopis Glomerulus dan

Tubulus Proksimal Ginjal


(11)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

3.1. Kelompok Perlakuan Yang Digunakan 12 4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah

Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lamp

I. Pembuatan Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

DC.)

29

II. Pembuatan Preparat Histologis Ginjal 30 III. Analisis Statistik Rata-Rata Bobot Ginjal

Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman

31

IV. Tabel Data Persentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)

32


(13)

iv

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

ABSTRAK

Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.) telah dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai November 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K0), kelompok pemberian ekstrak segar buah andaliman dengan konsentrasi 2% (P1), 5% (P2), dan 10% (P3) selama 40 hari dan dilanjutkan 40 hari tanpa perlakuan untuk pemulihan. Setiap perlakuan terdiri dari 6 ekor hewan uji. Setelah perlakuan selesai, mencit dibedah, kemudian ginjal kanan dan kiri ditimbang dan dibuat preparat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Hasil pengamatan morfologi ginjal menunjukkan adanya perubahan warna pada kelompok perlakuan P2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bobot ginjal antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Gambaran histologis ginjal pada diameter glomerulus menunjukkan peningkatan diameter pada kelompok perlakuan P1, P2, dan P3, sedangkan gambaran histologis ginjal pada diameter tubulus proksimal menunjukkan penurunan pada P1 dibandingkan dengan kontrol. Pada fase pemulihan didapatkan penurunan diameter tubulus proksimal dibandingkan dengan fase sebelum pemulihan.

Kata kunci: Ginjal, Ekstrak Segar Buah Andaliman, Glomerulus, Tubulus Proksimal.


(14)

v

HISTOLOGIC DESCRIPTION OF MALE MICE (Mus musculus

L.) KIDNEY TREATED WITH FRESH ANDALIMAN

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) FRUIT EXTRACT

ABSTRACT

The Histologic Description of Male Mice (Mus musculus L.) Kidney Treated With Fresh Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Fruit Extract has been studied from March 2013 to November 2014. The study used completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatment groups; control (K0), and treatment with 2% (P1), 5% (P2), and 10% (P3) of fresh andaliman fruit extract for 40 days and continued for 40 days without treatment to examine recovery. Each treatment group consisted of 6 mice. Mice were dissected after 40 and 80 days of treatment, the kidneys were obtained, weighed, and made into microscopic slides for histologic examination using paraffin method and Hematoxyline Eosin (HE) stain. Morphological examination showed color change in P2 treatment group. No significant difference was observed in kidneys weight between treatment and control group. Histologic examination of glomeruli diameter and proximal tubuli diameter showed an increase in diameter of glomeruli in all treatment groups (P1, P2, and P3) but a decrease in diameter of proximal tubuli in P1 treatment group compared to control group. Recovery phase showed a decrease in proximal tubuli diameter compared to pre-recovery phase. Keywords: Kidney, Andaliman Fruit Fresh Extract, Glomerulus, Proximal


(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pusat keragaman genetika dari tumbuhan rempah-rempah. Rempah-rempah digunakan sebagai obat-obatan tradisional dan sebagai bumbu masakan untuk memberikan cita rasa serta membangkitkan selera makan (Mulia, 2000). Buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) jenis rempah tradisional dan mempunyai aroma yang khas, seperti jeruk (Suryanto dkk., 2005). Buahnya mengandung senyawa aromatik dengan rasa pedas dan getir yang khas.

Andaliman memiliki kandungan terpenoid dan alkaloid yang mempunyai aktivitas antioksidan dan antimikroba juga mempunyai efek imunostimulan, serta memiliki daya awet tahan lama terhadap makanan (Panjaitan, 2012). Andaliman sering dimanfaatkan sebagai bumbu masak, ketika dikonsumsi sisa metabolismenya dikeluarkan melalui sistem urinaria. Sistem urinaria terdiri dari sepasang ginjal dan ureter, serta kandung urinaria dan uretra. Ginjal berperan utama dalam memelihara keseimbangan cairan serta elektrolit dan mengatur tekanan darah. Metabolit dibuang dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk urin, dialirkan melalui ureter dan ditampung sementara dalam kandung urinaria (vesica urinaria), untuk selanjutnya dibuang keluar melalaui uretra (Junqueira & Carneiro, 2007).

Ginjal berperan dalam proses ekskresi suatu senyawa, maka apabila terjadi gangguan fungsi ginjal, akan mengakibatkan perubahan pada farmakodinamika senyawa yang disebabkan karena perubahan kadar senyawa di dalam darah, terutama senyawa yang sebagian besar diekskresi melalui ginjal (Yoshitani et al., 2002). Ginjal mempertahankan komposisi cairan ekstraseluler yang menunjang fungsi semua sel tubuh. Kemampuan ginjal untuk mengatur komposisi cairan ekstraseluler merupakan fungsi per satuan waktu yang diatur oleh epitel tubulus. Untuk zat yang tidak disekresi oleh tubulus, pengaturan volumenya berhubungan dengan laju filtrasi glomerulus (LFG). Seluruh zat yang larut dalam filtrasi


(16)

2

glomerulus dapat direabsorpsi atau disekresi oleh tubulus (Yaswir & Maiyesi, 2012).

Menurut Syaifuddin (2000), ginjal mempunyai fungsi penting yaitu menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh. Akhirnya, ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dengan filtrasi darah dan mensekresinya dalam urin, sedangkan zat yang dibutuhkan kembali ke dalam darah.

Secara farmakokinetik, zat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh, termaksuk zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh (Anggraini, 2008).

1.2. Perumusan Masalah

Andaliman merupakan rempah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bumbu masakan khas adat Batak Angkola dan Batak Mandailing. Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah andaliman dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi, dapat mempengaruhi perkembangan embrio, penurunan berat badan fetus mencit, dan kehilangan praimplantasi (Sabri, 2007). Sejauh ini belum diketahui pengaruh pemberian ekstrak segar buah andaliman terhadap gambaran histologi ginjal seperti diameter glomerulus, tubulus proksimal, dan tubulus distal, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari eksrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap gambaran histologi ginjal mencit jantan (Mus musculus L.)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap diameter glomerulus, tubulus proksimal dan bobot ginjal mencit jantan (Mus musculus L.).


(17)

3

1.4. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah semakin tinggi konsentrasi yang diberikan pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

DC.) dapat memperkecil diameter glomerulus, tubulus proksimal serta menurunkan bobot ginjal mencit jantan (Mus musculus L.).

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi masyarakat dan instansi terkait mengenai pengaruh pemberian ekstrak segar buah andaliman terhadap organ ginjal.


(18)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Andaliman

Andaliman termasuk tanaman perdu yang tersebar antara lain di India Timur, Nepal, Pakistan Timur, Myanmar, Thailand, Cina, dan Surnatera Utara (Hartley, 1966). Menurut Hasairin (1994), tinggi tanaman andaliman 3-8 meter, batang dan cabang merah kasar beralur, berbulu halus dan berduri. Buahnya bulat hijau kecil, bila digigit mengeluarkan aroma wangi dan rasa tajam yang khas serta dapat merangsang produksi air liur, tumbuh liar di Sumatera Utara pada daerah dengan ketinggian di atas 1500 meter (Widiastuti, 2000).

Tanaman ini tumbuh liar di daerah Tapanuli dan digunakan sebagai rempah pada masakan adat Batak Angkola dan Batak Mandailing (Tensiska dkk., 2003). Andaliman terdiri dari beberapa senyawa terpen seperti geraniol, linalool, dan limonen. Dengan kandungan senyawa kimia yang berbeda-beda sehingga terdapat kemungkinan perbedaan interaksi dari senyawa-senyawa tersebut dalam tubuh. Sisa-sisa metabolisme maupun kandungan senyawa lain yang belum diketahui bentuk dan sifatnya dapat mempengaruhi struktur ginjal sebagai organ ekskresi yang mengalami kontak dengan senyawa-senyawa tersebut (Suparman

dkk., 2013).

Menurut Hsuan Keng (1978), tanaman andaliman dengan nama latin

Zanthoxylum acanthopodium DC dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Geraniales Famili : Rutaceae Genus : Zanthoxylum


(19)

5

Buah andaliman berbentuk bulat kecil berwarna hijau, bila digigit mengeluarkan aroma wangi dan ada rasa getir yang tajam yang khas, serta dapat merangsang produksi air liur. Menurut Sirait (1991), masyarakat Himalaya, Tibet dan sekitarnya menggunakan tumbuhan ini dalam produk pangan sebagai bahan aromatik, perangsang nafsu makan dan sebagai obat sakit perut.

2.2. Kandungan Andaliman

Tanaman andaliman mengandung senyawa terpenoid yang mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan dari berbagai kerusakan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi serta perubahan warna dan aroma makanan. Selain itu senyawa terpenoid pada andaliman juga dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba. Hal ini memberikan peluang bagi andaliman sebagai bahan baku senyawa antioksidan atau antimikroba bagi industri pangan dan farmasi (Wijaya, 2000).

Andaliman pada saat ini diperhitungkan menjadi sumber senyawa aromatik dan minyak esensial. Senyawa aromatiknya mampu memberikan rasa pedas dan getir yang khas pada makanan sehingga menyebabkan lidah terasa getir. Kandungan kimia dan aktivitas fisiologinya telah banyak dipublikasikan (Siregar, 2003).

2.3. Anatomi dan Morfologi Ginjal

Ginjal merupakan salah satu organ yang berperan aktif melakukan detoksifikasi zat yang masuk ke dalam tubuh, dimana organ ini menerima 20- 30% sirkulasi darah untuk dibersihkan (Widayanti, 2004), sehingga kemungkinan terjadi perubahan ke arah patologik akibat terpapar zat-zat yang bersifat toksik sangat besar.

Glomerulus terdiri dari kapiler yang memperoleh supply dari arteriole afferent dan dialirkan keluar melalui arteriole efferent. Ultrafiltrasi berlangsung melintasi kapiler glomerulus masuk ke dalam ruang Bowman (ruang kemih) dan ultrafiltrat kemudian dialirkan melalui tubulus proksimal. Dinding kapiler glomerulus terdiri 3 lapisan yang unik yaitu sel epitel, membran basal glomerulus dan sel endotel. Sel endotel merupakan lapisan dalam dinding


(20)

6

kapiler glomerulus. Sel-sel ini melapisi membran basal glomerulus dan selalu berhubungan langsung dengan darah yang mengalir dalam lumen kapiler. Sitoplasma sel endotel mempunyai banyak bukaan (opening) yang disebut endothelial fenestrations, yang mempunyai diameter antara dari 500 sampai 1000

μm (Noer, 2006).

Gambar 2.1.Struktur Umum Histologis Ginjal (Focosi, 2009).

2.4. Fisiologi Ginjal

Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh. Pemberian senyawa yang bersifat toksik ataupun senyawa-senyawa yang bersifat iritatif dapat menimbulkan perubahan-perubahan degeneratif seperti degenerasi melemak sampai nekrosis (Guyton & Hall, 2007). Ginjal juga sangat berperan dalam mempertahankan homeostasis tubuh dengan menghasilkan urin serta sebagai tempat untuk pembentukan renin dan eritropoetin (Junqueria & Carniero, 1997).

Setiap ginjal dibagi dalam korteks di bagian luar yang tercat gelap dalam preparat mikroskopis dan medula di bagian dalam yang tercat lebih terang (Paulsen, 2000). Korteks ginjal terdiri dari pars konvulata dan pars radiata. Pars konvulata/kontorta tersusun dari korpuskuli ginjal dan tubuli yang membentuk labirin kortikal. Pars radiata tersusun dari bagian-bagian lurus (segmen lurus tubulus proksimal dan segmen lurus tubulus distal) dari nefron dan duktus koligens. Massa jaringan korteks yang mengelilingi setiap piramid medula membentuk sebuah lobus renis, dan setiap berkas medula merupakan pusat dari


(21)

7

lobulus renis. Jaringan korteks juga terdapat di antara piramid medula, yang disebut kolumna Bertin (Gartner & Hiatt, 2007).

Ginjal organ bervaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25 % darah cardiak output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang berkembang dalam fetus manusia sejak usia 35 minggu kehamilan. Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus. Fungsi ginjal normal ditandai dengan 3 hal pokok yaitu: ultrafiltrasi glomerulus, reabsorpsi air dan solut yang difiltrasi dalam tubulus, serta sekresi ion-ion organik dan nonorganik tubulus (Noer, 2006).

Mempertahankan keseimbangan asam basa adalah fungsi tubulus yang penting. Regulasi keseimbangan asam basa oleh ginjal terdiri dari reabsorbsi bikarbonat yang telah difiltrasi oleh glomerulus, sekresi ion hidrogen dan pembentukan bikarbonat baru. Pasien dengan asidosis tubular renal menunjukkan gambaran asidosis metabolik hiperchloremik dengan anion gap yang normal dan pH kemih tinggi > 5.5. Laju filtrasi glomerulus menunjukkan fungsi filtrasi ginjal. Proses filtrasi plasma menembus barier filtrasi glomerulus dikendalikan oleh hukum Starling dimana tekanan hidrostatik kapiler glomerulus merupakan faktor utama yang memungkinkan terjadinya ultrafiltrasi plasma dari lumen kapiler ke dalam ruang urinaria (Noer, 2006).

Ginjal adalah suatu organ yang secara struktural kompleks dan berkembang untuk beberapa fungsi, diantaranya: ekskresi produk sisa metabolisme, pengendalian air dan garam, pemeliharaan keseimbangan asam dan basa, serta sekresi berbagai hormon dan autokoid (Cotran dkk., 2007). Walaupun mempunyai banyak fungsi, fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstraseluler dalam batas-batas normal (Wilson, 2005).

Menurut Noer (2006), tubulus renal berfungsi menjaga keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa dengan cara mengatur reabsorpsi air dan solut dari ultrafiltrat glomerulus, sekresi ion organ beracun (toxic organic ions), dan ekskresi ion hidrogen yang dihasilkan oleh aktivitas metabolik. Pemeriksaan berat jenis kemih dan pH sering dipakai untuk menilai fungsi tubulus dan


(22)

8

disamping itu juga dipakai untuk melihat daya pemekatan tubulus dan mekanisme asidifikasi kemih.

Fungsi ginjal tercermin pada sistem buluh kompleks yang berkaitan erat dengan pembuluh darah. Pengetahuan yang diperoleh dari kaitan bangun anatomi antar buluh bersekresi, saluran pembuang dan jalinan kapiler, mampu memperjelas struktur serta fungsi ginjal (Dellmann, 1992). Fungsi utama ginjal adalah menyingkirkan buangan metabolisme normal dan mensekresi xenobiotik dan metabolitnya. Hal ini dipengaruhi oleh produksi urin, suatu proses yang juga berperan dalam pemeliharaan status homeostatis tubuh (Lu, 1995).

Menurut Sloane (2004), beberapa fungsi ginjal antara lain:

a. Pengeluaran zat sisa organik, ginjal mengeksresi urea, asam urat, kreatinin, produk penguraian hemoglobin dan hormon.

b. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting, ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, magnesium, sulfat dan fosfat.

c. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh, ginjal mengendalikan ekskresi ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan amonium (NH4+).

d. Pengaturan produksi sel darah merah, ginjal melepas eritropoietin, yang mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.

e. Pengaturan tekanan darah, ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan tekanan darah dan juga memproduksi enzim renin.

f. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.

g. Pengeluaran zat beracun, ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh.

2.5. Glomerulus dan Tubulus Proksimal

Glomerulus merupakan struktur yang dibentuk oleh beberapa berkas anastomosis kapiler yang berasal dari cabang-cabang arteriol aferen. Komponen jaringan ikat pada arteriol aferen tidak masuk ke dalam kapsula Bowman, dan secara normal sel-sel jaringan ikat digantikan oleh tipe sel khusus, yaitu sel-sel mesangial. Ada dua kelompok sel-sel mesangial, yaitu sel-sel mesangial ekstraglomerular yang


(23)

9

terletak pada kutub vaskuler dan sel-sel mesangial intraglomerular mirip perisit yang terletak di dalam korpuskulus ginjal (Gartner & Hiatt, 2007).

Unit terkecil dari ginjal adalah nefron, yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah tubulus. Nefron memiliki fungsi dasar membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari substansi yang tidak diinginkan oleh tubuh. Biasanya substansi tersebut berasal dari hasil metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan ion-ion natrium, kalium, klorida serta ion-ion hidrogen dalam jumlah yang berlebihan. Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan substansi dengan ukuran kecil sampai sedang dapat melewati dinding kapilernya. Substansi yang besar seperti protein plasma tidak dapat melewati dinding kapiler sehingga tidak terfiltrasi (Guyton, 1994).

Glomerulus berfungsi sebagai filter dan ultrafiltrat bebas protein berkumpul dalam ruang glomerulus dan mengalir ke dalam tubulus. Seluruh tubulus kontortus proksimal terletak dalam korteks (Himawan, 1979).

Tubulus proksimal merupakan lanjutan dari kapsul bowman. Tubulus proksimal terdiri dari pars konvoluti dan pars rekti. Keduanya memiliki bangun histology yang sama dan lumen yang sempit karena memiliki mikrovili (brush border) (Hartono, 1976).

Sel epitel tubulus proksimal ginjal secara normal berbentuk kuboid selapis dengan batas sel yang tidak jelas, sitoplasma eosinofilik bergranula dan inti sel besar, bulat, berbentuk sferis di tengah sel. Puncak-puncak sel yang menghadap ke lumen tubulus mempunyai mikrofili cukup panjang yang disebut brush border

(Gartner & Hiatt, 2007).

2.6. Kelainan Ginjal

Soeksmanto (2003) menyatakan bahwa indikator adanya gangguan ginjal dapat diketahui dengan mengamati adanya proliferasi glomerulus yang berasal dari pembengkakan dan penambahan sel-sel endotel dan kapiler. Proliferasi glomerulus ini menyebabkan perubahan pada korpuskulum renal secara keseluruhan, meliputi diameter glomerulus, ruang urinari dan diameter kapsula bowman. Secara mendasar ginjal mendapat efek langsung dari senyawa toksik. Selain itu, urin merupakan jalur utama ekskresi sebagian besar bahan toksik,


(24)

10

akibatnya ginjal mempunyai aliran darah yang tinggi mengkonsentrasikan bahan toksik pada filtrat, membawa bahan toksik melalui sel tubulus dan mengaktifkan bahan toksik tertentu. Oleh karena itu ginjal adalah organ sasaran utama dari efek toksik.

Nefrotoksikan dapat menyebabkan efek buruk pada berbagai bagian ginjal, yang mengakibatkan berbagai perubahan fungsi. Kerusakan pada ginjal dapat mengenai glomerulus, tubulus maupun intertisiumnya. Penyakit yang terjadi pada glomerulus diantaranya adalah glomerulonefritis, glomerular lipidosis serta amiloidosis. Nefrosis adalah istilah morfologik yang digunakan para ahli patologi untuk kelainan ginjal degeneratif (Juhryyah, 2008).

Menurut Soeksmanto (2003), menyatakan bahwa indikator adanya gangguan ginjal dapat diketahui dengan mengamati adanya proliferasi glomerulus yang berasal dari pembengkakan dan penambahan sel-sel endotel dan kapiler. Poliferasi glomerulus ini menyebabkan perubahan pada korpuskulum renale secara keseluruhan, meliputi diameter glomerulus, ruang urinari dan diameter kapsula bowman.

Menurut Sloane (2004), beberapa gangguan sistem urinaria yaitu sebagai berikut:

a. Sistitis adalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Escherichia coli yang menyebar dari uretra atau karena respon alergik dan akibat iritasi mekanis pada kandung kemih. b. Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.

c. Plelonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Inflamasi dapat berawal dari traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfa ke ginjal. d. Batu ginjal (kalkuli urinaria) terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat dan sistein.

e. Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya retensi garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan penurunan drastis volume urin (oliguria).


(25)

11

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2013 sampai November 2014 di Laboratorium Struktur Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bak mencit, tutup bak mencit, botol tempat ekstrak, spuit, jarum gavage, kamera digital, sample cup, dissecting set, blender, hot plate, bak bedah, mikroskop, gelas ukur, beaker glass, spidol permanen, neraca analitik, jarum pentul, spatula, cawan petri, kaca arloji, pipet tetes, freezer, oven, object glass, dan cover glass.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 48 mencit jantan (Mus musculus L.), buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.), akuades, kertas saring. Bouin, NaCl 0.9%, pellet, jagung giling, sekam, kertas milimeter, parafin, pewarna Hematoxylin dan Eosin, Canada balsam, xylol, alkohol dan tisu.

3.3. Prosedur Percobaan 3.3.1. Persiapan Hewan uji

Penelitian ini menggunakan mencit jantan (Mus musculus L.) strain DDW. Mencit berumur 12 minggu dipelihara dalam kandang yang diletakkan di kotak terbuat dari plastik yang diberi alas sekam. Pergantian sekam dilakukan dua kali perminggu. Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari secara ad-libitum.

3.3.2. Pembuatan Bahan Uji Ekstrak Segar Buah Andaliman

Andaliman diperoleh dari pajak sore Padang Bulan sebanyak 1200 g, berwarna hijau dan berbentuk bulat. Biji andaliman dibersihkan dari kotoran lalu diangin-anginkan kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40ºC sampai biji kering. Dihaluskan hingga menjadi serbuk. Serbuk andaliman ditimbang sesuai dengan konsentrasi perlakuan yang akan dibuat, terdiri dari 3 konsentrasi


(26)

12

yaitu 2 % (2 g serbuk andaliman/ 100 ml akuades), 5 % (5 g serbuk andaliman/ 100 ml akuades) dan 10 % (10 g serbuk andaliman/ 100 ml akuades) (Prasetiawan

dkk, 2013). Untuk mendapatkan ekstrak segar buah andaliman yang murni dilakukan secara infusa (Ditjen POM, 1995), yaitu campuran andaliman dan akuades tersebut dipanaskan di atas hotplate pada suhu 90° C selama ± 15 menit sambil diaduk. Disaring hingga didapatkan ekstrak segar buah andaliman yang murni. Ekstrak disimpan di dalam freezer agar ekstrak tetap segar.

3.3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini mengikuti metode penelitian Christijanti (2009) yang telah dimodifikasi dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang menggunakan sampel 48 ekor mencit dewasa yang dilakukan secara random dengan membagi mencit dalam 4 perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas 6 ekor. K0 sebagai kontrol blank (tidak diberi perlakuan), P1 diberi perlakuan dengan dosis 2% ekstrak segar, P2 diberi perlakuan dengan dosis 5% ekstrak segar, dan P3 diberi perlakuan dengan dosis 10% ekstrak segar dan masing-masing perlakuan dilakukan pemulihan.

Tabel 3.1. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian

Perlakuan Ekstrak Perlakuan (hari) Pemulihan (hari) K0 P1 P2 P3 - 2% 5% 10% 40* 40* 40* 40* - - - - K0P P1P P2P P3P - 2% 5% 10% 40 40 40 40 40** 40** 40** 40**

Tabel 3.1. Perlakuan yang digunakan.

Ket: (*) pembedahan 40 hari, (**) pembedahan 80 hari

Jumlah ulangan untuk setiap perlakuan ditentukan dengan menggunakan rumus Federer (Chairul dkk., 1992) yaitu:

(t - 1) (n - 1) ≥ 15 t = jumlah perlakuan

n = jumlah ulangan


(27)

13

3.3.4. Pemberian Perlakuan

Pemberian perlakuan secara oral dengan menggunakan jarum gavage. Volume pemberian ekstrak sebanyak 0,3 ml/mencit/hari selama 40 hari, dilanjutkan 40 hari tanpa perlakuan untuk reversibilitasnya (Hess & Chen (1992)

dalam Christijanti (2009)). Enam ekor mencit dari masing-masing kelompok dibunuh dengan cara dislokasi leher pada saat mencapai hari ke-40 pemberian perlakuan. Selanjutnya mencit dibedah, diambil ginjal dan diletakkan pada cawan petri yang telah diberi larutan NaCl 0,9% lalu ditimbang, setelah itu dimasukkan ke dalam larutan Bouin. Selanjutnya 6 ekor mencit yang tersisa dari masing-masing kelompok dipelihara tanpa diberi perlakuan (pemberian perlakuan dihentikan) selama 40 hari untuk mengetahui reversibilitas ginjal. Setelah 40 hari tanpa perlakuan, semua mencit dari masing-masing kelompok dibunuh dengan cara dislokasi leher, diambil dan dicuci ginjal dalam larutan fisiologis (NaCl 0,9%) lalu ditimbang, setelah itu dimasukkan ke dalam larutan Bouin.

3.3.5. Pembuatan Sediaan Histologis

Pembuatan sediaan histologis menurut Suntoro (1983), dilakukan dengan metode parafin dan menggunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin.

3.3.6. Parameter Pengamatan

a. Morfologi - Warna Ginjal

Penilaian warna ginjal yang normal bila permukaan berwarna merah kecoklatan, sedangkan abnormal jika permukaan bintik-bintik dan menunjukkan perubahan warna (Anggraini, 2008).

- Bobot Ginjal

Penentuan bobot ginjal dilakukan dengan cara menimbang ginjal bagian kanan dan kiri mencit jantan. Bobot kedua ginjal hasil penimbangan selanjutnya dirata-ratakan dan menjadi rata-rata berat ginjal masing-masing mencit jantan.


(28)

14

b. Histologi

Pengamatan histologi ginjal menggunakan metode analisis deskriptif. - Diameter Glomerulus

Sebanyak 2 preparat histologi ginjal dari masing-masing perlakuan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Diukur rata-rata diameter glomerulus ginjal. Dilakukan pengukuran sebanyak 10 lapangan pandang dan dicatat hasil pengamatan.

- Tubulus Proksimal

Sebanyak 2 preparat histologi ginjal dari masing-masing perlakuan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Diukur rata-rata diameter proksimal ginjal. Dilakukan pengukuran sebanyak 10 lapangan pandang dan dicatat hasil pengamatan.

Gambar 3.1. Gambar pengamatan ginjal mencit (Seely, 1999).

3.3.7. Analisis Statistik

Data bobot ginjal disusun dalam bentuk tabel. Data kuantitatif (variabel

dependen) yang didapatkan, diuji kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok perlakuan (variabel independen) dengan bantuan program statistik komputer yakni program IBM® SPSS® Statistics Ver. 20. Urutan uji diawali dengan uji normalitas

dengan α (nilai signifikansi) = 0.05. Apabila hasil uji normalitas menunjukkan p<α maka data tersebut diujikan lagi dengan uji normalitas dengan transformasi,

Glomerulus

Tubulus Proksimal Tubulus Distal


(29)

15

kemudian jika p masih kurang dari 0.05, dilanjutkan dengan uji homogenitas dan uji non parametrik Kruskal-Wallis dan kemudian uji Mann-Whitney. Untuk melihat korelasi data antara sebelum dan sesudah pemulihan, digunakan uji

Wilcoxon. Jika p>0.05 pada uji normalitas, maka dilakukan uji homogenitas, uji parametrik One-Way ANOVA, dan kemudian uji post-hoc Bonferroni’s. Untuk melihat korelasi data antara sebelum dan sesudah pemulihan, digunakan uji paired t-testdengan nilai α=0.05.


(30)

16

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan terdiri dari gambaran morfologi ginjal, bobot ginjal dan pengamatan histologis Ginjal Mencit Jantan Pada Diameter Glomerulus dan Tubulus Proksimal

4.1. Gambaran Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

Pengamatan morfologi ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan dapat dilihat sebagai berikut:

4.1.1. Warna Ginjal

Gambaran warna ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan dapat dilihat pada Gambar 4.1. berikut:

Gambar 4.1. Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan a) ginjal normal dengan warna merah kecoklatan, b) ginjal abnormal dengan warna pucat, dan c) ginjal normal dengan warna merah kecoklatan setelah 40 hari pemulihan.


(31)

17

Pada Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa pada Gambar a) merupakan kelompok kontrol, b) merupakan kelompok perlakuan pemberian ekstrak segar buah andaliman 5% dan c) merupakan kelompok setelah 40 hari pemulihan. Gambar di atas menunjukkan pada kelompok kontrol dan kelompok pemulihan setelah 40 hari diberi perlakuan tidak jauh beda, tetapi pada kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dilihat dari warna yang lebih pucat. Perubahan ini umumnya perubahan secara fisiologis. Menurut Ressang (1984), perubahan warna organ umumnya disebabkan oleh adanya perubahan fisiologis dan struktur mikroskopik yang sangat berpengaruh pada organ tersebut.

4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

Data morfologi kelompok perlakuan dan pemulihan ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

DC.) dan setelah pemulihan dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1. Data morfologi ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan

Kelompok Perlakuan

Data Morfologi Ginjal

Warna (%) Permukaan (%) Konsistensi (%) K0 100 (N) 100 (N) 100 (N)

P1 100 (N) 100 (N) 100 (N) P2 83,33 (N)

16,67 (A)

100 (N) 100 (N) P3 100 (N) 100 (N) 100 (N) K0P 100 (N) 100 (N) 100 (N) P1P 100 (N) 100 (N) 100 (N) P2P 100 (N) 100 (N) 100 (N) P3P 100 (N) 100 (N) 100 (N) Keterangan: Normal (N) dan Abnormal (A)

K0 = Kontrol blank; P1, P2, dan P3 = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2%, 5%, dan 10%; K0P = Kontrol blank setelah pemulihan 40 hari; P1P, P2P, dan P3P = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2%, 5%, dan 10% setelah pemulihan 40 hari.


(32)

18

Dari Tabel 4.1. di atas dapat dilihat adanya perbedaan antara perlakuan dan pemulihan yaitu perubahan warna ginjal. Pada perlakuan K0, P1, dan P3 menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada warna, permukaan dan konsistensi ginjal, pada perlakuan P2 terjadi perubahan abnormal pada warna ginjal sebanyak 1 ekor mencit (16,67%), tetapi permukaan dan konsistensi tetap normal dan tidak ada perubahan. Sedangkan pada kelompok pemulihan K0P, P1P, P2P, dan P3P menunjukkan tidak ada perubahan pada warna, permukaan dan konsistensi ginjal tetap dalam keadaan normal. Hal ini kemungkinan dikarenakan ekstrak segar buah andaliman yang diberikan dengan konsentrasi 2%, 5%, da 10% belum terlalu berpengaruh terhadap ginjal mencit. Hal ini terlihat dari data di atas, terlihat banyak kelompok ginjal yang tetap dalam keadaan normal sesuai dengan pernyataan Anggraini (2008), ginjal normal ditandai dengan ginjal yang berwarna merah kecoklatan, permukaan licin, serta konsistensinya kenyal.

Perbedaan konsentrasi ekstrak yang diberikan dengan intensitas pemberian yang berbeda juga berpengaruh terhadap kondisi morfologi ginjal, serta memiliki kemampuan kembali normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astuti et al., (2006), jika intensitas paparan suatu zat terhadap suatu organ ditingkatkan maka akan menimbulkan perubahan morfologi dan fungsi, perubahan tersebut umumnya bersifat reversible.

Menurut Underwood (1999), bahwa ginjal mirip dengan hati apabila mengalami cedera, karena memiliki sel epitel yang dapat beregenerasi, tetapi arsitekturnya tidak dapat diperbaiki. Kerusakan epitel tubulus akibat iskemia atau terkena toksin dapat menimbulkan gagal ginjal klinis. Tetapi pada umumnya cukup banyak sel epitel yang masih hidup dan dapat membentuk tubulus lagi sehingga fungsi ginjal normal kembali.

Urin merupakan jalur utama ekskresi sebagian besar senyawa toksikan, sehingga ginjal yang mempunyai volume aliran darah tinggi mengkonsentrasi toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus. Karena itu ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik yang dapat mempengaruhi morfologi ginjal (Hendriani, 2007).


(33)

19

4.1.3. Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) dan setelah Pemulihan

Rata-rata bobot ginjal mencit jantan yang didapat setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut:

Gambar 4.2. Rata-rata bobot ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman dan setelah pemulihan. K0 = Kontrol blank; P1, P2, dan P3 = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2%, 5%, dan 10%; K0P = Kontrol blank setelah pemulihan 40 hari; P1P, P2P, dan P3P = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2%, 5%, dan 10% setelah pemulihan 40 hari.

Dari Gambar 4.2. diperoleh data bobot ginjal mencit jantan perlakuan (K0, P1, P2, dan P3) dan setelah pemulihan (K0P, P1P, P2P, dan P3P). Rata- rata bobot ginjal K0 (0,27 g), P1 dan P3 (0,28 g), dan P3 memiliki bobot ginjal dengan rata-rata tertinggi yaitu (0,3 g), sedangkan kelompok pemulihan K0P, P1P, dan P2P memiliki rata-rata bobot ginjal yang sama yaitu (0,26 g) dan P3P (0,28 g). Bobot ginjal tertinggi terlihat pada kelompok perlakuan P2 yaitu (0,3 g) dan terendah pada kelompok pemulihan K0K, P1P, P2P yaitu (0,26 g). Dari hasil di atas terlihat bahwa pemberian ekstrak segar buah andaliman yang diberikan selama 40 hari dan dilanjutkan pemulihan selama 40 hari, terlihat adanya peningkatan bobot ginjal pada kelompok perlakuan dan kelompok pemulihan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tetapi secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan

0.27

0.28

0.3

0.28

0.26 0.26 0.26

0.28 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

K0 P1 P2 P3 K0P P1P P2P P3P

B o b o t g in jal (g )


(34)

20

yang signifikan antara kontrol, perlakuan dan pemulihan. Hal ini karena senyawa yang terkandung pada buah andaliman tidak berpengaruh terhadap bobot ginjal, sehingga tetap meningkat untuk bobot ginjal tersebut.

Uji one-way ANOVA pada parameter bobot ginjal sebelum pemulihan dan uji Kruskal-Wallis pada parameter bobot ginjal sesudah pemulihan mendapatkan

nilai p<α. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pebedaan yang signifikan pada

α=0.05 untuk perlakuan K0, P1, P2, dan P3 pada parameter pengamatan. Diasumsikan bahwa perlakuan ekstrak segar andaliman tidak memiliki pengaruh terhadap bobot ginjal karena tidak adanya perbedaan yang signifikan antara K0, P1, P2, dan P3.

Uji Wilcoxon antara parameter bobot ginjal sebelum dan sesudah

pemulihan mendapatkan nilai p>α, yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan pada bobot ginjal setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman sebelum pemulihan dan sesudah pemulihan 40 hari.

Menurut Lu (1994), meningkatnya berat ginjal juga dapat dianggap sebagai salah satu nefrotoksisitas yang paling peka dan konsisten jika diikuti dengan perubahan warna dan bentuk ginjal, tetapi dari hasil pengamatan terhadap warna dan bentuk ginjal mencit perlakuan, ternyata tidak memperlihatkan perbedaan dengan mencit kontrol sehingga dalam menilai efek ginjal sebagai suatu toksikan perlu dipertimbangkan beberapa faktor untuk dapat mengatakan bahwa suatu zat dapat dianggap toksik atau tidak pada fungsi dan morfologi ginjal karena ginjal mempunyai

kemampuan kompensasi yang cukup tinggi. Jika terjadi perubahan pada berat

ginjal, saat dibandingkan dengan berat ginjal hewan kontrol, maka hal tersebut menunjukkan terjadi lesi ginjal. Lesi ginjal merupakan kerusakan jaringan karena gangguan fisik atau patologis.

Menurut Syaifuddin (2000), ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dengan filtrasi darah dan mensekresikannya dalam urin, sedangkan zat yang dibutuhkan kembali ke dalam darah. Peristiwa ini menyebabkan ginjal bekerja dengan sangat keras, sehingga dapat mempengaruhi perubahan berat dan morfologi ginjal. Dalam hal ini, ginjal merupakan organ ekskresi utama. Ginjal mempunyai fungsi yang paling penting yaitu menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh.


(35)

21

4.2. Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan Pada Diameter Glomerulus dan Tubulus Proksimal Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

Gambaran histologis ginjal mencit jantan pada diameter glomerulus dan diameter tubulus proksimal setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan dapat dilihat pada gambar 4.3. berikut:

Gambar 4.3. Persentase diameter glomerulus (DG) dan diameter tubulus proksimal (DTP). Kelompok kontrol (K0), kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3) dengan konsentrasi 2%, 5%, dan 10%, dan kelompok kontrol pemulihan (K0P), kelompok pemulihan (P1P, P2P dan P3P) setelah 40 hari.

Dari Gambar 4.3. didapatkan bahwa persentase diameter glomerulus kelompok perlakuan K0 (12%), P1 (12%), P2 (13%), P3 (13%) dan kelompok pemulihan K0P (12%), P1P (11%), P2P (13%), P3P (13%). Sedangkan persentase diameter tubulus proksimal kelompok perlakuan didapatkan K0 (14%), P1 (11%), P2 (13%), P3 (14%) dan kelompok pemulihan K0P (11%), P1P (12%), P2P (11%), P3P (12%). Dari hasil pengamatan pada perlakuan setelah pemberian ekstrak

1 2 .1 9 % 1 2 .3 8 % 1 2 .6 8 % 1 3 .4 2 % 1 1 .6 5 % 1 1 .2 8 % 1 3 .2 4 % 1 3 .1 6 % 1 4 .2 2 % 1 1 .0 5 % 1 3 .4 1 % 1 4 .3 7 % 1 1 .4 1

% 11

.9 5 % 1 1 .4 1 % 1 2 .1 9 % 0.10 0.11 0.12 0.13 0.14 0.15

K0 P1 P2 P3 K0P P1P P2P P3P

% Dia

m

eter

Perlakuan dan Pemulihan


(36)

22

segar buah andaliman selama 40 hari dan pemulihan selama 40 hari terlihat adanya peningkatan persentase diameter glomerulus dibandingkan kelompok kontrol. Namun terjadi penurunan persentase diameter tubulus proksimal pada kelompok perlakuan P1 (11%). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak segar buah andaliman dengan konsentrasi 2% dapat mempengaruhi diameter tubulus proksimal, namun konsentrasi 5% dan 10% tidak memiliki pengaruh yang nyata. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak buah andaliman seperti steroid.

Menurut Indriani (2007), bahwa steroid banyak ditemukan di alam, yaitu pada tumbuhan dan hewan. Steroid pada jaringan tumbuhan disebut dengan sitosterol yang biasanya terdapat pada lapisan lilin daun yang berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan serangga (insektisida). Syahrum & Kamaludin (1994), juga menyatakan senyawa yang bersifat toksik akan mempengaruhi sel-sel mensenkim sehingga poliferasi terganggu.

Menurut Lu (1995), bagian dalam ginjal yang paling rentan terhadap efek toksikan adalah tubulus kontortus proksimal, hal tersebut disebabkan absorpsi dan sekresi aktif yang terjadi di dalam tubulus tersebut. Kadar toksikan tubulus proksimal sering lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan, dengan demikian tubulus ini merupakan sasaran efek toksik.

Menurut Purwati (2005), reaksi sel, jaringan atau organ terhadap agen tertentu dapat berupa adaptasi yaitu penyesuaian terhadap rangsangan fisiologis atau patologik tertentu, kerusakan yang bersifat reversibel terjadi bila kemampuan beradaptasi sel telah terlampaui dan kerusakan yang bersifat irreversibel akan berakhir dengan kematian (nekrosis) dari sel. Himawan (1973) menyatakan bahwa meskipun zat kimia merupakan zat yang biasa terdapat pada tubuh seperti natrium dan glukosa, tetapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis akibat gangguan osmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel, sedang zat lain baru menimbulkan kerusakan jaringan bila konsentrasi tinggi.


(37)

23

4.2.1. Gambaran Hasil Pengukuran Diameter Glomerulus dan Diameter Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

Gambaran hasil pengukuran diameter glomerulus dan diameter tubulus proksimal mencit jantan dapat dilihat pada gambar 4.4. berikut:

Gambar 4.4. Gambaran mikroskopis glomerulus dan tubulus proksimal ginjal dengan perbesaran 400x. a1) diameter glomerulus, a2) diameter tubulus proksimal kelompok kontrol, b1) diameter glomerulus, b2) diameter tubulus proksimal kelompok perlakuan, c1) diameter glomerulus, c2) diameter tubulus proksimal kelompok pemulihan. Dari gambar 4.4. di atas dapat dilihat diameter glomerulus (6,15 dan 5,01µm) dan diameter tubulus proksimal (2,68 dan 2,9µm) pada kelompok perlakuan tampak lebih meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian, peningkatan diameter glomerulus tersebut tidak menunjukkan adanya kerusakan pada ginjal tersebut. Seperti yang dinyatakan Maharani (2012), glomerulus ginjal yang mengalami kerusakan, ditandai dengan berkurangnya ukuran glomerulus. Hal tersebut disebabkan oleh peristiwa nekrosis berupa pecahnya organel sel.

a b

c

1

2

1

2

2

1


(38)

24

Secara histologi tubulus proksimal menurut Leeson dkk., (1989), sel-sel tubulus proksimal bersifat eosinofilik dengan batas brush border dan garis-garis basal dan lumen biasanya nyata lebar sedangkan glomerulus menurut Vinandhita (2008) yaitu glomerulus merupakan kumpulan kapiler-kapiler darah yang memiliki fungsi utama memfiltrasi plasma. Glomerulus diselimuti oleh kapsula bowman. Daerah diantara kapsula bowman dengan buluh-buluh kapiler disebut ruang bowman.

Sebagian besar toksikan dapat melewati glomerulus dan mengalami absorpsi pasif di sel-sel tubuler. Oleh karena itu, setiap bagian nefron seperti glomerulus secara potensial dapat dirusak oleh efek toksikan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh toksikan dapat beragam, mulai dari perubahan biokimia atau sampai kematian sel (Lu, 1995).

Faktor yang mungkin menyebabkan kerusakan ginjal adalah kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan substansi xenebiotik di dalam sel. Jika suatu zat kimia disekresi secara aktif dari darah ke urin, zat kimia terlebih dahulu diakumulasikan dalam tubulus proksimal atau jika substansi kimia ini direabsorbsi dari urin maka akan melalui sel epitel tubulus dengan konsentrasi tinggi. proses pemekatan tersebut mengakibatkan zat-zat toksik ini akan terakumulasi di ginjal dan menyebabkan kerusakan ginjal (Anggraini, 2008).

Menurut Cotran (1995), kerusakan ginjal berupa nekrosis tubulus disebabkan oleh sejumlah racun organik. Hal ini karena pada sel epitel tubulus terjadi kontak langsung dengan bahan yang direabsorbsi, sehingga sel epitel tubulus ginjal dapat mengalami kerusakan ataupun nekrosis pada inti sel ginjal sehingga warna ginjal tampak berubah. Faktor lain yang mengakibatkan sel tubulus mudah berubah struktur adalah luasnya bidang permukaan reabsorbsi tubulus, metabolic rate yang tinggi, tingginya konsumsi oksigen untuk melakukan fungsi transpor dan reabsorbsi juga kemampuan tubulus untuk mengkonsentrasi zat (Hartono, 2009).


(39)

25

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah

a. Ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) memberikan pengaruh perubahan warna ginjal pada kelompok pemberian ekstrak 5%, tetapi tidak berpengaruh pada permukaan dan konsistensi ginjal.

b. Bobot ginjal mencit jantan yang diberikan ekstrak segar buah andaliman menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan

c. Pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) memperbesar diameter glomerulus, tetapi memperkecil diameter tubulus proksimal secara persentase deskriptif.

5.2. Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan diameter tiap tubulus dan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi.


(40)

26

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D.R. 2008. Gambaran Makroskopis dan Mikroskopis Hati dan Ginjal Mencit Akibat Pemberian Plumbum Asetat. [Tesis]. Fakultas Kedokteran USU. Hlm. 33.

Astuti, U.N.W., Dewi, R., Siska, H., dan Susilo, H.S. 2006. Pemanfaatan Mindi (Melia azedarach L.) Sebagai Anti Parasit Trypanosoma Evansi dan Dampaknya Terhadap Struktur Jaringan Hepar dan Ginjal Mencit. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM. Hlm. 293.

Chairul, Harapini, M., dan Daryati, Y. 1992. Pengaruh Ekstrak Kencur (Kaempferia galangal L.) Terhadap Kehamilan Mencit Putih (Mus musculus L.). [Tesis]. Bandung: Universitas Padjajaran dan Laboratorium Treub Puslitbang Biologi LIPI Bogor.

Christijanti, W. 2009. Penurunan Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Setelah Pemberian Ekstrak Biji Pepaya. Biosaintifika. 1(1): 19-26.

Cotran R. S., Rennke H., dan Kumar V. 2007. Ginjal dan Sistem Penyalurnya. Dalam: Kumar V., Cotran R. S., Robbins S. L. (eds). Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2. Edisi VII. Jakarta: EGC. Page: 572, 594-7.

Cotran, R.S. 1995. Ginjal dan Sistem Penyalurannya. In:Robbins, S.L., Kumar, V., Staf Pengajar Laboratorium Patologik Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Buku Ajar Patologi II. Ed 4. Jakarta: EGC: hlm. 203.

Dellmann, H.D. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi ketiga. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hlm. 9.

Focosi, D. 2009. Physiology of Adult Homo Sapiens-Urinary Apparatus.

Http://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/kidney.ht

ml. (27 Februari 2010).

Gartner J. P., and Hiatt J. L. 2007. Color Text Book of Histology. 3th ed.

Philadelphia: Elsevier Saunders. Page: 437-45.

Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton, A.G. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.


(41)

27

Hartono. 1976. Histologi Veteriner. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor: IPB.

Hartley TG. 1966. A revision of the Malesian species of Zanthoxylum (Rutaceae). Jurnal Arnold Arboretum. 47:171-221.

Hasairin, A. 1994. Etnobotani rempah dan makanan adat masyarakat Batak Angkola dan Mandailing. [Tesis]. Bogor: Program Pasca-sarjana Institut Pertanian Bogor.

Hendriani, R. 2007. Uji Toksisitas Subkronis Kombinasi Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Rimpang Jahe Gajah (Zingiber officinale R.) Pada Tikus Wistar. [Skripsi].Universitas Padjadjaran Jatinangor.

Himawan, S. 1979. Patologi Ginjal. Bagian Patologi Anatomik FKUI. Jakarta. Himawan, S. 1973. Patologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hlm. 267 Hsuan Keng. 1978. Others and Families of Malayan Seed Plants. Singapore

University Press.

Indriani, N. 2007. Aktivitas Antibakteria Daun Senggugu (Clerodendron serratum L.). [Skripsi]. Bogor: IPB

Juhryyah, S. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal Tikus Pada Intoksikasi Akut Insektisida (Metofluthrin, D-phenothrin, D-Alletrin) dengan Dosis Bertingkat. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan ITB. Junqueira, L.C. dan Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-10. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm. 427

Leeson, C.R., Thomas, S.L., dan Anthony, A.P 1989. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lu, FC. 1995. Toksikologi Dasar. Edisi Ke-2. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Lu, FC. 1994. Toksikologi Dasar. Edisi Ke-2. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Maharani, H. 2012. Uji Potensi Nefroprotektif Senyawa Dimer Dari Isoeugenol Terhadap Histologi Ginjal Mencit (Mus musculus) Jantan Galur DDY. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Mulia, L. 2000. Kajian Aktivitas Antimikroba Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Antarasa (Litsea cubetsa). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.


(42)

28

Noer, M.S. 2006. Evaluasi fungsi ginjal secara laboratorik (Laboratoric evaluation on renal function). Lab - SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR RSU Dr. Soetomo Surabaya.

Panjaitan, A. 2012. Gambaran Histologi Ren Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak Segar dan Ekstrak Etanol Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Paulsen D. F. 2000. Histology and Cell Biology: Examination and Board Review. 4th ed. Singapura: Mc Graw-Hill Book Co. Page: 244-6.

Prasetiawan, E. Riana, Sarah, M. Mulyani, R. dan Gardika, M. 2013. Potensi Pemanfaatan buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Sebagai Bahan Kontrasepsi Alternatif Serta Efek Samping Terhadap Sistem Pencernaan Mencit Jantan (Mus musculus L.) Strain DDW. [Laporan Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Purwati, E. 2005. Pengaruh Pemberian Boraks Secara Oral Terhadap Darah dan Struktur Mikroanatomi Ginjal Pada Rattus sp. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 1 (1): 1858

Ressang, A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Departemen Urusan Research National. Jakarta: Republik Indonesia.

Sabri, E. 2007. Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus musculus L.). Jurnal Biologi Sumatera. 2(2):28-31.

Sirait J. 1991. Penggunaan kompos dalam pengecambahan biji andaliman (Piper ribesioides Wall).[Skripsi]. Medan: Unika St. Thomas.

Siregar, B. L. 2003. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) di Sumatera Utara. Deskripsi dan Perkecambahan. Hayati. 10(1): 1-4.

Seely, J.C. 1999. Kidney in Pathology of the Mouse. Reference and Atlas. Cache River Press, Vienna, IL 207

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm. 318.

Soeksmanto A, 2003. Pengaruh fraksi aktif tumbuhan Aglaia angustifolia terhadap ginjal mencit (Mus musculus). Natur Indonesia 6(1) : 49-52.

Suntoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan: Histologi dan Histokimia. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Hlm. 42-45


(43)

29

Suparman, P., Sudira, W., dan Berata, K. 2013. Kajian Ekstrak Daun Kedondong (Spondias dulcis G.Forst.) Diberikan Secara Oral Pada Tikus Putih Ditinjau Dari Histopatologi Ginjal. Buletin Veteriner Udayana. 5 (1).

Suryanto, E., Wehantouw, F. dan Raharjo, S. 2005. Aktivitas Antioksidan dan Stabilitas Ekstrak andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Panas, Cahaya Fluoresen dan Ultraviolet. Jurnal Agritech. 25 (2): 63-69.

Syahrum, M.H dan Kamaludin. 1994. Reproduksi dan Embriologi Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hlm. 25

Syaifuddin. 2000. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hlm. 218

Tensiska, Wijaya, C.H., dan Andarwulan, N. 2003. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) dalam Beberapa Sistem Pangan dan Kestabilan Aktivitasnya terhadap Kondisi Suhu dan pH. Jurnal Teknol dan Industri Pangan. 14(1): 29-38.

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC. Hlm. 129

Vinandhita, W. 2008. Gambaran Histologi Hati dan Ginjal Tikus Yang Diberi Insektisida (Metofkithrin 0,01%, Imiprothrin 0,04%, Permethrin 0,15%) Pada Uji Toksisitas akut. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor. Hlm. 28

Widayanti E. 2004. Struktur Histologik Ginjal Tikus (Rattus norvegicus) Galur Spraque Dawley setelah Pencekokan Spent Catalyst Lokal dan Impor dari Residual Catalytic Cracking Unit. Jurnal Kedokteran Yarsi. 12 (3) : 33 – 40.

Widiastuti, B. 2000. Aktivitas antioksidan dan immunostimulan ekstrak buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Wijaya CH. 2000. Isolasi dan identifikasi senyawa trigeminal aktif buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC). Hayati. 7:91.

Wilson L. M. 2005. Gangguan Sistem Ginjal. Dalam: Anderson P. S., Wilson L. M. (eds). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 2.Edisi VI. Jakarta:EGC. Page: 873-4.

Yaswir, R dan Maiyesi, A. 2012. Pemeriksaan Laboratorium Cystatin C Untuk Uji Fungsi Ginjal. Jurnal Fakultas Kedokteran unand. 1(1):10-14.


(44)

30

Yoshitani T., Yagi H., Inotsume N., and Yasuhara M. 2002. Effect experimental renal failure on the pharmacokinetics of losartan in rats. Biol, Pharm, Bull.


(45)

31

Lampiran I. Pembuatan Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.)

Dibersihkan dari tangkai dan daun Dicuci bersih dan dikeringanginkan Dioven dalam suhu 400C hingga kering Diblender hingga menjadi serbuk

Ditimbang dan dibuat konsentrasi ekstrak 2%, 5%, dan 10% dalam akuades 100 ml

Dipanaskan pada suhu 900C selama 15 menit Disaring

Andaliman

serbuk


(46)

32

Lampiran II. Pembuatan Preparat Histologi Ginjal

Dibilas dengan NaCl 0,9% Difiksasi dalam bouin Washing dalam alkohol 70%

Dehidrasi dengan alkohol konsentrasi bertingkat mulai 70%, 80%, 96% dan 100%

Clearing dalam xylol Infiltrasi

Embedding (penanaman) organ dalam cetakan kemudian dituangkan paraffin murni, dibiarkan hingga didapatkan blok paraffin

Cutting (pemotongan) menggunakan mikrotom sehingga didapatkan pita-pita paraffin

Attaching (penempelan) pita paraffin pada object glass

Deparafinasi dengan mencelupkan objek dalam xylol

Dealkoholisasi dalam alkohol menurun dari 100%, 96%, 80%, dan 70%

Pewarnaan dengan mencelupkan dalam Hematoxilin selama 3-5 menit kemudian dibilas dengan air mengalir. Selanjutnya dicelupkan dalam alcohol 70% lalu dicelupkan dalam Eosin selama 1-3 menit

Mounting yaitu menutup preparat dengan gelas penutup yang sebelumnya diberi Canada balsam Diberi label dan siap diamati

Ginjal

Blok parafin

Pita paraffin


(47)

33

Lampiran III. Analisis Statistik Rata-Rata Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman


(48)

34

Lampiran IV. Tabel Data Persentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)

Perlakuan n DG DTP DG DTP K0 2 6.03 2.38 12,19% 14,22% P1 2 6.13 1.85 12,38% 11,05% P2 2 6.28 2.25 12,68% 13,41% P3 2 6.64 2.41 13,42% 14,37% K0P 2 5.77 1.91 11,65% 11,41% P1P 2 5.58 2.00 11,28% 11,95% P2P 2 6.55 1.91 13,24% 11,41% P3P 2 6.51 2.04 13,16% 12,19% Jumlah 16 49.48 16.74 100% 100%


(49)

35

Lampiran V. Alat dan Bahan

Kandang Hewan Uji Buah Andaliman Segar

Mencit Jantan Dissecting Set

Ekstrak Segar Andaliman Pencekokan


(1)

Yoshitani T., Yagi H., Inotsume N., and Yasuhara M. 2002. Effect experimental renal failure on the pharmacokinetics of losartan in rats. Biol, Pharm, Bull. 25(8):28-36.


(2)

Lampiran I. Pembuatan Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

Dibersihkan dari tangkai dan daun Dicuci bersih dan dikeringanginkan Dioven dalam suhu 400C hingga kering Diblender hingga menjadi serbuk

Ditimbang dan dibuat konsentrasi ekstrak 2%, 5%, dan 10% dalam akuades 100 ml

Dipanaskan pada suhu 900C selama 15 menit Disaring

Andaliman

serbuk


(3)

Lampiran II. Pembuatan Preparat Histologi Ginjal

Dibilas dengan NaCl 0,9% Difiksasi dalam bouin Washing dalam alkohol 70%

Dehidrasi dengan alkohol konsentrasi bertingkat mulai 70%, 80%, 96% dan 100%

Clearing dalam xylol Infiltrasi

Embedding (penanaman) organ dalam cetakan kemudian dituangkan paraffin murni, dibiarkan hingga didapatkan blok paraffin

Cutting (pemotongan) menggunakan mikrotom sehingga didapatkan pita-pita paraffin

Attaching (penempelan) pita paraffin pada object glass

Deparafinasi dengan mencelupkan objek dalam xylol

Dealkoholisasi dalam alkohol menurun dari 100%, 96%, 80%, dan 70%

Pewarnaan dengan mencelupkan dalam Hematoxilin selama 3-5 menit kemudian dibilas dengan air mengalir. Selanjutnya dicelupkan dalam alcohol 70% lalu dicelupkan dalam Eosin selama 1-3 menit Mounting yaitu menutup preparat dengan gelas penutup yang sebelumnya diberi Canada balsam Diberi label dan siap diamati

Ginjal

Blok parafin

Pita paraffin


(4)

Lampiran III. Analisis Statistik Rata-Rata Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman


(5)

Lampiran IV. Tabel Data Persentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)

Perlakuan n DG DTP DG DTP

K0 2 6.03 2.38 12,19% 14,22%

P1 2 6.13 1.85 12,38% 11,05%

P2 2 6.28 2.25 12,68% 13,41%

P3 2 6.64 2.41 13,42% 14,37%

K0P 2 5.77 1.91 11,65% 11,41%

P1P 2 5.58 2.00 11,28% 11,95%

P2P 2 6.55 1.91 13,24% 11,41%

P3P 2 6.51 2.04 13,16% 12,19%


(6)

Lampiran V. Alat dan Bahan

Kandang Hewan Uji Buah Andaliman Segar

Mencit Jantan Dissecting Set

Ekstrak Segar Andaliman Pencekokan


Dokumen yang terkait

Gambaran Histologis Ginjal Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW Setelah Pembersihan Ekstrak n-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

3 64 64

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

1 107 58

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan Struktur Kraniofacial Fetus Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

2 104 74

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

8 98 100

Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum Acanthopodium) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas Dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus Musculus)

5 106 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Andaliman - Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

0 0 7

Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

0 1 12

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

0 0 43

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) 2.1.1 Deskripsi Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) - Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andalima

0 1 11