dengan pemberian kompos tandan kosong Suminah

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui tanggap pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dan jarak tanam di dataran rendah. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi bawang merah Allium ascalonicum

L. dengan pemberian kompos tandan kosong

kelapa sawit dan jarak tanam di dataran rendah. Hipotesis Penelitian a. Ada pengaruh pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah b. Ada pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah c. Ada interaksi antara pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dengan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah Kegunaan Penelitian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang merah termasuk dalam Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Sub Divisi : Angiospermae; Kelas : Monocotyledonae; Ordo : Liliales; Familia : Liliaceae; Genus : Allium ; Spesies : Allium ascalonicum

L. Suminah

et al ., 2002. Tanaman mempunyai akar serabut dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis Hervani et al ., 2008. Bentuk daun bawang seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek Rukmana, 1995. Bawang merah memiliki umbi lapis yang bervariasi. Ada yang berbentuk bulat, bundar seperti gasing terbalik sampai pipih. Ukuran umbi ada yang besar, sedang dan kecil. Warna kulit umbi ada yang kuning, merah muda, hingga merah tua ataupun merah keunguan. Baik biji maupun umbi lapis dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan tanaman Jaelani, 2007. Bakal buah bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan yang masing-masing memiliki dua bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga yang lain akan kering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat di dalamnya terdapat biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam Pitojo, 2003. Kelemahan biji bawang merah adalah membutuhkan waktu budidaya yang lebih lama, karena membutuhkan pembibitan. Biji bawang merah membutuhkan perlakuan penyemaian dengan waktu 30 hari dan akan dipanen 60-70 hari setelah pindah tanam. Umur tanaman bawang merah di dataran tinggi memiliki umur yang lebih panjang yaitu 118 hari setelah tanam. Pertumbuhan optimal terjadi pada umur 84 HST. Di Brebes dilaporkan bawang merah dengan biji memiliki umur 70-80 hari setelah pindah tanam Sumarni dan Rosliani, 2010. Syarat Tumbuh Iklim Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal minimal 70 penyinaran, suhu udara 25-32 C, dan kelembaban nisbi 50-70 AAK, 2004. Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketingian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut Wibowo, 2007. Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu udaranya rata-rata 22°C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu udara lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara 22°C tanaman bawang merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah Rismunandar, 1986. Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman bawang merah harus di tanam pada kondisi lingkungan yang cocok. Tanaman bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering, suhu udara yang agak panas, tempat terbuka atau cukup terkena sinar matahari, dan tidak berkabut. Daerah yang berkabut kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah karena dapat menimbulkan penyakit. Selain itu, daerah yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbi bawang merah tidak maksimal Nasution, 2008. Tanah Tanaman ini memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drinase aerase baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam pH tanah : 5,6 - 6,5. Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus Rahayu dan Berlian, 1999. Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 penanaman dilakukan pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah menyebabkan penyakit busuk. Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah Rismunandar, 1989. Di Pulau Jawa, bawang merah banyak ditanam pada jenis tanah Aluvial, tipe iklim D3E3 yaitu antara 0-5 bulan basah dan 4-6 bulan kering, dan pada ketinggian kurang dari 200 m di atas permukaan laut. Selain itu, bawang merah juga cukup luas diusahakan pada jenis tanah Andosol, tipe iklim B2C2 yaitu 5-9 bulan basah dan 2-4 bulan kering dan ketinggian lebih dari 500 m di atas permukaan laut Nurmalinda dan Suwandi, 1995. Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu pada bulan AprilMei setelah panen padi dan pada bulan JuliAgustus. Penanaman bawang merah di musim kemarau biasanya dilaksanakan pada lahan bekas padi sawah atau tebu, sedangkan penanaman di musim hujan dilakukan pada lahan tegalan. Bawang merah dapat ditanam secara tumpangsari, seperti dengan tanaman cabai merah Sutarya dan Grubben, 1995. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Tandan kosong kelapa sawit TKKS merupakan sisa tandan buah segar TBS yang telah dirontokan buahnya setelah dipanen dalam proses pengolahan dipabrik kelapa sawit. Banyaknya tandan kosong adalah 27 dari produksi tandan buah segar Panjaitan, Sugiono, dan Sirait, 1983 dan bila dibakar akan diperoleh abunya sebanyak 1.65 dari berat tandan kosong Chan, Suawandi, dan Tobing, 1982. Selain itu Hermawan, et al., 1999 menyatakan bahwa TKKS mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan berpotensi untuk dijadikan sebagai pupuk organik. Hasil analisis kimianya adalah : 34 C, 0,8 P 2 O 5 , 5,0 K 2 O, 1,7 CaO, 4,0 MgO dan 275 ppm Mn serta dengan nilai CN rasio yang tinggi yaitu 43, sehingga sulit di dekomposisi oleh mikroba. Nuryanto 2000 menambahkan bahwa TKKS mengandung selulosa 45, 95, hemiselulosa 22,84 dan lignin 22,60 . Tingginya kandungan lignin dan selulosa dalam TKKS menyebabkan bahan tersebut sulit mengalami proses dekompsisi Kasli, 2008. Fungsi TKKS antara lain adalah konservasi air, perbaikan truktur tanah, dan penyediaan beberapa unsur hara. Dalam hal konservasi air, pupuk organik turut menjamin agar air tetap tersedia bagi tanaman dan tidak segera turun ke lapisan bawah tanah. Ketersediaan air tersebut juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air. Air tersebut juga berfungsi melarutkan unsur-unsur hara yang pada mulanya tidak tersedia bagi tanaman. Proses pelarutan ini sangat penting karena unsur-unsur hara hanya dapat tersedia bagi tanaman dalam bentuk larutan. Selain itu, bahan-bahan organik juga memperkecil laju pencucian leaching, yaitu pelenyapan unsur-unsur hara yang telah terlarutkan karena terbawa turun bersama kelebihan air. Perbaikan struktur tanah di sini mengandung arti mencegah terjadinya kompaksi pemadatan tanah, sehingga pori-pori tanah tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Fungsi pori-pori tanah adalah menjamin tersedianya oksigen bagi akar untuk pernafasan, memungkinkan penetrasi akar dalam tanah, dan memberi peluang bagi terjadinya evaporasi dari dalam tanah Mangoensoekarja dan Semangun, 2008. Jarak Tanam Selain ukuran umbi, kerapatan tanaman atau jarak tanam juga berpengaruh terhadap hasil umbi bawang merah. Tujuan pengaturan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa mengalami persaingan dalam hal pengambilan air, unsur hara dan cahaya matahari, serta memudahkan pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang kuran tepat dapat merangsang pertumbuhan gulma, sehingga menurunkan hasil. Secara umum hasil tanaman persatuan luas tertinggi diperoleh pada kerapatan tanaman tinggi, akan tetapi bobot masing – masing umbi umbi secara individu menurun karena terjadi persaingan antara tanaman Sumarni dan Hidayat, 2005. Adanya interaksi diantara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi dari jarak tanam dan besarnya tanaman yanhg bersangkutan. Disamping populasi tanaman, pengaturan jarak tanam menjadi penting dalam mengoptimalkan penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam dilapangan yang mungkin mempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak tanam dalam baris teratur atau tidak dan arah barisan yaitu Utara – Selatan atau Barat – Timur Jumin, 2002. Jumlah populasi tanaman perha merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil suatu tanaman yang maksimal dapat dicapai bila menggunakan jarak tanam yang tepat. Semakin tinggi tingkat kerapatan tanam akan mengakibatkan tingkat persaingan yang besar antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara, air dan cahaya matahari Palungkun dan Budiarti, 1993. Menurut Afrida 2005 penggunaan jarak tanam pada bawang merah memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah siung bawang merah, berat basah persampel dan berat kering persampel. Penggunaan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil yang terbaik dibandingkan 20 cm x 10 cm. Kerapatan tanaman atau populasi tanaman dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi tanaman. Peningkatan populasi tanaman mula-mula akan diikuti oleh meningkatnya produksi tanaman per satuan luas, kemudian lewat titik maksimum akan menurunkan produksi tanaman tersebut. Sebaliknya produksi persatuan tanaman akan turun secara terus menerus dengan bertambahnya kerapatan tanaman. Keadaan ini terjadi karena pengaruh kompetisi. Adanya persamaan kebutuhan di antara tanaman yang sejenis akan dapat menyebabkan terjadinya kompetisi apabila factor yang dibutuhkan tersebut dalam keadaan kurang. Dengan demikian tinggi rendahnya populasi merupakan factor penentu terhadap besar kecilnya kompetisi. Pada dasarnya pemakaian jarak tanam yang rapat bertujuan untuk meningkatkan hasil, asalkan faktor pembatas dapat dihindari sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman. Disamping itu pengaturan jarak tanam yang tepat juga untuk menekan pertumbuhan gulma, karena pertumbuhan tajuk dapat dengan cepat menutupi permukaan tanah. Bila jarak tanam atau jarak antar baris tanaman terlalu lebar akan memberikan kesempatan kepada gulma untuk dapat tumbuh dengan baik Waxn and Stoller, 1977. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada lahan penduduk Jl. Pasar I No 89, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Mei sampai Juli 2015. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang merah varietas Medan, kompos tandan kosong kelapa sawit, air, urea, TSP, KCl, insektisida Decis 2,5 EC dan fungisida Ortocide 50 WP. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, timbangan analitik, kamera, pacak sampel, dan alat tulis. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah RPT dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Jarak Tanam J Petak Utama yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : J 1 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm J 2 = Jarak tanam 20 cm x 15 cm J 3 = Jarak tanam 20 cm x 10 cm Kompos TKKS T Anak Petak yang terdiri atas 5 taraf, yaitu : T = 0 tonha 0 kgplot T 1 = 5 tonha 0,5 kgplot T 2 = 10 tonha 1 kgplot T 3 = 15 tonha 1,5 kgplot T 4 = 20 tonha 2 kgplot Jumlah ulangan Blok : 3 ulangan Jumlah petak utama : 3 plot Jumlah anak petak : 5 plot Jarak antar petak utama : 30 cm Jarak antar anak petak : 50 cm Jarak antar blok : 50 cm Jumlah tanaman per anak petak J1 : 25 tanaman Jumlah tanaman per anak petak J2 : 35 tanaman Jumlah tanaman per anak petak J3 : 50 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1650 tanaman Jumlah sampel per anak petak : 5 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 225 tanaman Model Linear Aditif dari Rancangan di Atas adalah: Y ijk = μ + ρ i + α j + ε ij + β k + αβ jk + ε ijk i = 1, 2, 3 j = 1, 2 ,3 k = 1, 2, 3,4,5 Keterangan: Y ijk : Nilai pengamatan karena pengaruh faktor jarak tanam taraf ke-j dan faktor kompos TKKS taraf ke-k pada ulangan ke-i μ : Nilai tengah umum ρ i : Efek blok ke-i α j : Pengaruh faktor jarak tanam petak utama yang ke-j ε ij : Pengaruh sisa untuk petak utama atau pengaruh sisa karena pengaruh faktor T taraf ke-i pada kelompok ke-k β k : Pengaruh faktor kompos TKKS anak petak yang ke-k αβ jk : Interaksi faktor jarak tanam yang ke-j dan kompos TKKS yang ke-k ε ijk : Pengaruh sisa untuk anak petak atau pengaruh sisa karena pengaruh faktor jarak tanam taraf ke-j dan faktor kompos TKKS ke-k pada kelompok ke-i Terhadap sidik ragam yang nyata, dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan analisis regresi dan uji duncan pada taraf 5 Gomez, 1995. Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan Sebelum areal diolah, terlebih dahulu areal dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman dan batu-batuan. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam ± 30 cm dengan cara membalikkan tanah. Pengolahan dilaksanakan dengan tujuan menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan dan membersihkan areal pertanaman dari rumput-rumputan kemudian diratakan, lalu dibuat plot sesuai dengan metode penelitian. Persiapan Bibit Untuk bibit yang akan dipakai, pilih bibit dengan beratnya relatif sama yaitu 5 gsiung, kemudian kulit yang paling luar yang telah mengering dibersihkan serta sisa - sisa akar yang masih ada. Pemupukan Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Pupuk yang digunakan yaitu Kompos TKKS diberikan satu minggu sebelum tanam pada setiap plot perlakuan yang ditentukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk urea, TSP dan KCl sesuai dengan dosis anjuran seperti tertera pada lampiran 6. Aplikasi pupuk dilakukan secara tugal di sekitar lubang tanam. Pemupukan urea dilakukan 2 kali pada saat penanaman dan pada saat tanaman berumur 30 HST. Pemupukan TSP dan KCl dilakukan pada saat penanaman. Penanaman Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam yang ditugal pada areal tanam sedalam 1-2 cm, kemudian dimasukkan satu umbi per lubang tanam. Umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lubang tanaman dengan gerakan seperti memutar sekerup, sehingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah. Tidak dianjurkan untuk menanam terlalu dalam, karena umbi mudah mengalami pembusukan. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemupukan, penyiangan dan pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Pada waktu pembentukan umbi, intensitas penyiraman ditingkatkan dan dilakukan agar tanah tetap basah sepanjang hari karena tanaman membutuhkan banyak air untuk membantu pembentukan umbi. Penyulaman Penyulaman dilakukan pada satu minggu setelah tanam untuk menggantikan bibit yang tidak tumbuh atau mati. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan yang sama pertumbuhannya dengan tanaman di lapangan. Bahan sisipan dipilih bibit tanaman bebas hama dan penyakit, untuk mengurangi resiko kematian. Penyiangan Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma sekaligus menggemburkan tanah setiap satu minggu sekali. Penyiangan dilakukan untuk menghindari kemungkinan tanaman bawang dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC konsentrasi 1 cc liter air. Sedangkan pengendalian penyakit dengan penyemprotan fungisida Ortocide 50 WP dengan dosis 1 g liter air. Pengendalian dilaksanakan sesuai dengan kondisi dilapangan. Panen Panen dilakukan pada saat bawang merah berumur 70 hari setelah tanam setelah 75 daun bagian atas telah menguning dan rebah. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dengan hati-hati dan dihindarkan agar akarnya tidak putus. Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman cm Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ke ujung daun terpanjang. Tinggi tanaman dihitung mulai 2 MST sampai 6 MST dengan interval satu minggu sekali. Jumlah Anakan per Sampel anakan Jumlah anakan dihitung pada setiap setiap rumpun dan dilakukan untuk semua tanaman sampel bawang dalam plot. Pengambilan data dimulai dari umur tanaman 2 MST sampai 6 MST dengan interval satu minggu sekali. Jumlah Daun per Sampel helai Dihitung jumlah daun dari seluruh tanaman. Dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tananam. Perhitungan dilakukan pada masing-masing rumpun. Jumlah daun per rumpun dihitung dengan cara menghitung jumlah seluruh daun yang muncul pada anakan untuk setiap rumpunnya yang dimulai dari umur tanaman 2 MST sampai 6 MST dengan interval satu minggu sekali. Bobot Basah Umbi per Sampel g Umbi per rumpun ditimbang setelah dibersihkan dalam keadaan basah. Bobot umbi basah per sample ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran serta daun dipotong ± 1 cm dari umbi. Bobot Kering Umbi per Sampelg Umbi yang telah diketahui berat basahnya per rumpun , dapat dikering anginkan. Dan setelahnya umbi kering dapat ditimbang. Bobot Basah Umbi per Plot g Umbi yang telah diketahui bobot basah per rumpun digabungkan dengan umbi per plot dan ditimbang. Bobot Kering Umbi per Plot g Bobot kering umbi per plot ditimbang setelah dikeringanginkan, sampai susut bobot sekitar 20 . HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 9-46 diketahui bahwa penerapan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 6 MST. Pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot. Interaksi antara jarak tanam dan kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Tinggi Tanaman cm Data pengamatan tinggi tanaman mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, 6 MST dicantumkan pada Lampiran 9, 11, 13, 15, dan 17 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada Lampiran 10, 12, 14, 16, dan 18. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa penerapan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST dan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi kompos TKKS dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Data tinggi tanaman umur 2-6 MST pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rataan tinggi tanaman cm bawang merah umur 2-6 MST pada perlakuan pemberian kompos TKKS dan jarak tanam. Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan T T 1 T 2 T 3 T 4 0 kg 0,5 kg 1 kg 1,5 kg 2 kg J 1 20 cm x 20 cm 11,89 12,11 12,06 12,29 10,96 11,86 2 MST J 2 20 cm x 15 cm 10,93 11,20 12,28 11,06 12,05 11,50 J 3 20 cm x 10 cm 10,35 10,96 11,75 11,38 11,36 11,16 Rataan 11,05 11,42 12,03 11,58 11,46 J 1 20 cm x 20 cm 14,62 16,10 16,73 15,45 15,73 15,73 3 MST J 2 20 cm x 15 cm 14,59 16,37 15,97 16,09 16,39 15,88 J 3 20 cm x 10 cm 14,78 15,53 16,56 16,18 16,64 15,94 Rataan 14,66 16,00 16,42 15,90 16,25 J 1 20 cm x 20 cm 16,24 17,57 19,24 17,15 17,26 17,49 4 MST J 2 20 cm x 15 cm 16,60 18,57 17,12 16,68 17,57 17,31 J 3 20 cm x 10 cm 17,53 16,09 17,40 16,95 18,09 17,21 Rataan 16,79 17,41 17,92 16,93 17,64 J 1 20 cm x 20 cm 17,55 20,54 20,49 20,53 19,53 19,73 5 MST J 2 20 cm x 15 cm 19,11 20,86 20,96 21,45 22,51 20,98 J 3 20 cm x 10 cm 19,25 19,07 20,72 20,35 20,55 19,99 Rataan 18,64 20,16 20,72 20,78 20,86 J 1 20 cm x 20 cm 18,07 20,64 21,74 20,87 20,93 20,45b 6 MST J 2 20 cm x 15 cm 19,71 21,80 21,09 22,46 22,85 21,58a J 3 20 cm x 10 cm 19,32 22,51 22,69 21,89 21,43 21,57a Rataan 19,03 21,65 21,84 21,74 21,74 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5. Berdasarkan tabel 1 tampak bahwa penerapan jarak tanaman pada perlakuan J 2 20 cm x 15 cm menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 21,52 cm dan tanaman terendah tampak pada perlakuan J 1 20 cm x 20 cm yakni 20,45 cm. Histogram hubungan jarak tanaman dengan tinggi tanaman pada umur 6 MST disajikan pada gambar 1. Gambar 1. Hubungan jarak tanaman dengan tinggi tanaman pada umur 6 MST. Perkembangan tinggi tanaman pada berbagai jarak tanam dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Perkembangan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai jarak tanam. 19,80 20,00 20,20 20,40 20,60 20,80 21,00 21,20 21,40 21,60 21,80 20 cm x 20 cm 20 cm x 15 cm 20 cm x 10 cm T ing g i T ana m an c m Jarak Tanam 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 2 3 4 5 6 T ing g i T ana m an c m Waktu Pengamatan MST J1 J2 J3 Berdasarkan gambar 2 di atas terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan jarak tanam yaitu : J 1 20 cm x 20 cm, J 2 20 cm x 15 cm dan J 3 20 cm x 10 cm memiliki pengaruh yang tidak nyata. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan J 2 20 cm x 15 cm menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 21,52 cm dan tanaman terendah tampak pada perlakuan J 1 20 cm x 20 cm yakni 20,45 cm. Jumlah Daun per Sampel helai Data pengamatan jumlah daun mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, 6 MST dicantumkan pada lampiran 19, 21, 23, 25, dan 27 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada lampiran 20, 22, 24, 26, dan 28. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa penerapan jarak tanam, pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Data jumlah daun per sampel bawang merah umur 2-6 MST pada perlakuan jarak tanam dan kompos TKKS dapat dilihat pada tabel 2. \Tabel 2. Rataan jumlah daun helaiper sampel bawang merah umur 2-6 MST pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam. Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan T T 1 T 2 T 3 T 4 0 kg 0,5 kg 1 kg 1,5 kg 2 kg J 1 20 cm x 20 cm 10,13 11,27 11,47 11,87 12,67 11,48 2 MST J 2 20 cm x 15 cm 10,40 10,93 11,00 11,67 11,47 11,09 J 3 20 cm x 10 cm 10,33 10,67 11,13 10,73 11,07 10,79 Rataan 10,29 10,96 11,20 11,42 11,73 J 1 20 cm x 20 cm 12,27 14,87 15,80 15,20 15,47 14,72 3 MST J 2 20 cm x 15 cm 13,60 15,00 13,00 16,40 15,27 14,65 J 3 20 cm x 10 cm 13,53 14,00 15,00 14,67 14,87 14,41 Rataan 13,13 14,62 14,60 15,42 15,20 J 1 20 cm x 20 cm 13,47 18,13 17,73 16,73 18,60 16,93 4 MST J 2 20 cm x 15 cm 15,53 16,80 15,33 18,53 18,27 16,89 J 3 20 cm x 10 cm 16,40 17,60 17,27 18,07 17,53 17,37 Rataan 15,13 17,51 16,78 17,78 18,13 J 1 20 cm x 20 cm 15,07 19,67 18,27 18,47 19,00 18,09 5 MST J 2 20 cm x 15 cm 17,27 18,47 17,07 19,80 18,90 18,30 J 3 20 cm x 10 cm 17,20 18,87 18,53 18,00 18,07 18,13 Rataan 16,51 19,00 17,96 18,76 18,66 J 1 20 cm x 20 cm 15,87 18,13 17,73 18,60 19,20 17,91 6 MST J 2 20 cm x 15 cm 16,20 18,00 17,00 18,40 18,20 17,56 J 3 20 cm x 10 cm 17,07 18,80 18,40 18,93 18,80 18,40 Rataan 14,93 18,31 17,71 18,64 18,73 Tabel 2 menunjukkan jumlah daun bawang merah terbanyak diperoleh pada perlakuan J 3 20 cm x 10 cm yaitu 18,40 helai dan jumlah daun ter rendah tampak pada perlakuan J 1 20 cm x 20 cm yaitu 17,04 helai. Pemberian kompos TKKS 2 kgplot T 2 menghasilkan jumlah daun tertinggi yaitu 18,73 helai. Jumlah daun ter rendah tampak pada perlakuan T kontrol yaitu 14,93 helai. Perkembangan jumlah daun per sampel pada berbagai jarak tanam dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 3. Perkembangan jumlah daun per sampel bawang merah pada berbagai jarak tanam. Berdasarkan gambar 3 di atas terlihat bahwa pertumbuhan jumlah daun tanaman pada perlakuan jarak tanam yaitu : J 1 20 cm x 20 cm, J 2 20 cm x 15 cm dan J 3 20 cm x 10 cm memiliki pengaruh yang tidak nyata. Jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan J 3 20 cm x 10 cm yaitu 18,40 helai dan jumlah daun terendah tampak pada perlakuan J 2 20 cm x 15 cm yaitu 17,56 helai. Jumlah Anakan per Sampel anakan Data pengamatan jumlah anakan mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, 6 MST dicantumkan pada lampiran 29, 31, 33, 35, dan 37 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada lampiran 30, 32, 34, 36, dan 38. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa penerapan jarak tanam ,pemberian kompos TKKS serta Interaksi kompos TKKS dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 2 3 4 5 6 Jum la h da un he la i Waktu Pengamatan MST J1 J2 J3 Tabel 3. Rataan jumlah anakan per sampel anakan bawang merah 2-6 MST pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam. Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan T T 1 T 2 T 3 T 4 0 kg 0,5 kg 1 kg 1,5 kg 2 kg J 1 20 cm x 20 cm 3,53 3,87 3,93 3,73 4,00 3,81 2 MST J 2 20 cm x 15 cm 3,47 3,73 3,60 3,67 3,87 3,67 J 3 20 cm x 10 cm 4,07 3,80 4,07 4,07 3,73 3,95 Rataan 3,69 3,80 3,87 3,82 3,87 J 1 20 cm x 20 cm 4,40 4,67 4,60 4,33 4,80 4,56 3 MST J 2 20 cm x 15 cm 4,13 4,40 4,20 4,80 4,60 4,43 J 3 20 cm x 10 cm 4,93 4,47 4,67 4,80 4,27 4,63 Rataan 4,49 4,51 4,49 4,64 4,56 J 1 20 cm x 20 cm 5,13 5,40 5,47 5,13 5,53 5,33 4 MST J 2 20 cm x 15 cm 4,87 5,40 4,80 5,20 5,73 5,20 J 3 20 cm x 10 cm 5,73 5,20 5,33 5,60 4,93 5,36 Rataan 5,24 5,33 5,20 5,31 5,40 J 1 20 cm x 20 cm 5,60 5,60 5,87 5,53 6,07 5,73 5 MST J 2 20 cm x 15 cm 5,13 5,73 5,33 5,60 6,07 5,57 J 3 20 cm x 10 cm 6,07 5,60 5,73 6,07 5,53 5,80 Rataan 5,60 5,64 5,64 5,73 5,89 J 1 20 cm x 20 cm 5,73 5,67 6,07 5,73 6,47 5,93 6 MST J 2 20 cm x 15 cm 5,40 5,80 5,67 5,80 6,13 5,76 J 3 20 cm x 10 cm 6,07 5,33 5,93 6,20 5,67 5,84 Rataan 5,73 5,60 5,89 5,91 6,09 Tabel 3 menunjukkan jumlah anakan tertinggi bawang merah terbanyak diperoleh pada perlakuan J 1 20 cm x 20 cm yaitu 5,93 dan jumlah anakan terendah tampak pada perlakuan J 2 20 cm x 15 cm yaitu 5,76. Pemberian kompos TKKS 2 kgplot T 4 menghasilkan jumlah anakan tertinggi yaitu 6,09. Jumlah anakan terendah tampak pada perlakuan T 1 kontrol yaitu 5,60. Perkembangan jumlah anakan per sampel pada berbagai jarak tanam dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 4. Perkembangan jumlah anakan per sampel bawang merah pada berbagai jarak tanam. Berdasarkan gambar 4 di atas terlihat bahwa pertumbuhan jumlah anakan pada perlakuan jarak tanam yaitu : J 1 20 cm x 20 cm, J2 20 cm x 15 cm dan J 3 20 cm x 10 cm memiliki pengaruh yang tidak nyata. Jumlah anakan tertinggi diperoleh pada perlakuan J 1 5,93 cm dan terendah pada perlakuan J 2 5,76 cm. Hal ini menyebabkan perlakuan jarak tanam berbeda tidak nyata terhadap jumlah anakan bawang merah. Bobot Basah Umbi per Sampel g Berdasarkan hasil sidik ragam lampiran 40, diketahui bahwa penerapan jarak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel. Untuk pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 2 3 4 5 6 Jum la h ana ka n a na ka n Waktu Pengamatan MST J1 J2 J3 per sampel serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel. Data bobot basah umbi per sampel bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Rataan bobot basah umbi per sampel g bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam. Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan T T 1 T 2 T 3 T 4 0 kg 0,5 kg 1 kg 1,5 kg 2 kg J 1 20 cm x 20 cm 4,66 9,75 8,15 12,89 12,75 9,64 J 2 20 cm x 15 cm 3,32 7,69 10,72 9,79 9,09 8,12 J 3 20 cm x 10 cm 3,64 7,55 9,86 8,07 12,23 8,27 Rataan 3,87b 8,33a 9,58a 10,25a 11,36a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5. Tabel 4 menunjukkan bahwa bobot basah umbi per sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan J 1 20 cm x 20 cm yaitu 9,64 g dan terendah pada J 2 20 cm x 15 cm yaitu 8,12 g. Grafik hubungan pemberian beberapa dosis kompos TKKS terhadap bobot basah umbi per sampel tanaman bawang merah dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini. Gambar 5. Hubungan bobot basah umbi per sampel pada pemberian beberapa dosis kompos TKKS. Pada gambar 5 memperlihatkan terdapat hubungan linear positif antara bobot basah per sampel dengan perlakuan kompos TKKS, dimana bobot basah per sampel pada J1 yaitu 13,505 g pada J2 sebesar 10,850 g dan J3sebesar 11,813 g. Bobot Kering Umbi per Sampel g Berdasarkan hasil sidik ragam lampiran 42, diketahui bahwa penerapan jarak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel tanaman. Untuk pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel tanaman serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel. Data bobot kering umbi per sampel bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 5. Ŷ J1 = 3,866x + 5,773 R² = 0,789 Ŷ J2 = 2,728x + 5,394 R² = 0,551 Ŷ J3 = 3,542x + 4,729 R² = 0,779 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 0,5 1 1,5 2 2,5 B obot ba sa l pe r s am pe l g Dosis Kompos TKKS kg J1 J2 J3 Tabel 5. Rataan bobot kering umbi per sampel g bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam. Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan T T 1 T 2 T 3 T 4 0 kg 0,5 kg 1 kg 1,5 kg 2 kg J 1 20 cm x 20 cm 3,57 7,22 6,40 10,02 10,35 7,51 J 2 20 cm x 15 cm 2,01 5,79 8,76 7,66 7,03 6,25 J 3 20 cm x 10 cm 2,51 5,82 9,28 6,04 9,61 6,65 Rataan 2,70b 6,28ab 8,15a 7,91a 8,99a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot kering umbi per sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan J 1 20 cm x 20 cm yaitu 7,51 g dan terendah pada J 2 20 cm x 15 cm yaitu 6,25 g. Grafik hubungan pemberian beberapa dosis kompos TKKS terhadap bobot basah umbi per sampel tanaman bawang merah dapat dilihat pada gambar 5 berikutini. Gambar 6. hubungan bobot kering umbi per sampel pada pemberian beberapa dosis kompos TKKS. Ŷ J1 = -0,626x 2 + 4,526x + 3,924 x = 3,61 R² = 0,868 Ŷ J2 = -3,682x 2 + 9,745x + 2,026 x = 1,324 R² = 0,961 Ŷ J3 = -1,768x 2 + 6,418x + 2,886 x = 1,815 R² = 0,694 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 0,5 1 1,5 2 2,5 B obot ke ri ng pe r s am pe l g Dosis Kompos TKKS kg J1 J2 J3 Pada gambar 6 memperlihatkan terdapat hubungan kuadratik positif antara bobot kering umbi per sampel dengan perlakuan kompos TKKS, dimana bobot kering umbi per sampel akan meningkat sampai pada pemberian dosis maksimum kompos TKKS dimana pada J1 adalah 3,61 kgplot dengan bobot kering umbi per sampel 12,105 g pada J2 dengan pemberian 1,324 kgplot dengan bobot kering umbi per sampel 8,485 g dan pada J3 dengan pemberian 1,815 kg plot dengan bobot kering umbi per sampel 9,785 g. Bobot Basah Umbi per Plot g Berdasarkan hasil sidik ragam lampiran 44, diketahui bahwa penerapan jarak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per plot. Untuk pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot. serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per plot. Data bobot basah umbi per plot bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Rataan bobot basah umbi per plot g bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam. Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan T T 1 T 2 T 3 T 4 0 kg 0,5 kg 1 kg 1,5 kg 2 kg J 1 20 cm x 20 cm 96,32 164,06 225,50 201,31 245,04 186,45 J 2 20 cm x 15 cm 96,27 189,25 256,56 203,13 238,19 196,68 J 3 20 cm x 10 cm 108,65 238,19 265,00 262,14 282,96 231,39 Rataan 100,41b 197,17a 249,02a 222,19a 255,40a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5. Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot basah umbi per plot tertinggi diperoleh pada perlakuan J 3 20 cm x 10 cm yaitu 231,39 g dan terendah pada J 1 20 cm x 20 cm yaitu 186,45 g. Bobot basah umbi per plot bawang merah tertinggi pada perlakuan kompos TKKS diperoleh pada perlakuan T 4 2 kgplot yaitu 255,40 g dan terendah pada T kontrol yaitu 100,41 g. Semakin banyak kompos TKKS yang diberikan maka semakin tinggi bobot basah umbi per plot yang dihasilkan. Hubungan bobot basah umbi per plot bawang merah dengan pemberian beberapa dosis kompos TKKS dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Hubungan bobot basah umbi per plot pada pemberian beberapa dosis kompos TKKS. Pada gambar 7 memperlihatkan terdapat hubungan kuadratik positif antara, bobot basah umbi per plot dengan perlakuan kompos TKKS, dimana bobot basah umbi per plot akan meningkat sampai pada pemberian dosis optimum Ŷ J1 = -38,18x 2 + 143,3x + 100,4 x = 1,87 R² = 0,903 Ŷ J2 = -67,6x 2 + 194,7x + 103,3 x = 1,44 R² = 0,830 Ŷ J3 = -70,6x 2 + 215,7x + 121,5 x = 1,527 R² = 0,919 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 0,5 1 1,5 2 2,5 B obot ba sa h pe r pl ot g Dosis kompos TKKS kg J1 J2 J3 kompos TKKS dimana pada J1 adalah 1,87 kgplot dengan bobot basah umbi per plot 234,86 g pada J2 dengan pemberian 1,44 kgplot dengan bobot basah umbi per plot 240,59 g dan pada J3 dengan pemberian 1,527 kg plot dengan bobot basah umbi per plot 265,15 g. Bobot Kering Umbi per Plot g Berdasarkan hasil sidik ragam lampiran 46, diketahui bahwa penerapan jarak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Untuk pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Data bobot kering umbi per plot bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rataan bobot kering umbi per plot g bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam. Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan T T 1 T 2 T 3 T 4 0 kg 0,5 kg 1 kg 1,5 kg 2 kg J 1 20 cm x 20 cm 77,14 130,99 185,35 162,50 191,75 149,55 J 2 20 cm x 15 cm 69,29 149,19 200,39 169,64 195,67 156,84 J 3 20 cm x 10 cm 84,68 183,17 222,95 210,99 261,25 192,61 Rataan 77,04c 154,45b 202,90ab 181,04ab 216,22a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5. Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot kering umbi per plot tertinggi diperoleh pada perlakuan J 3 20 cm x 10 cm yaitu 192,61 g dan terendah pada J 1 20 cm x 20 cm yaitu 149,55 g. Hubungan bobot kering umbi per plot bawang merah dengan pemberian beberapa dosis kompos TKKS dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 8. Hubungan bobot kering umbi per plot pada pemberian beberapa dosis kompos TKKS. Pada gambar 8 memperlihatkan terdapat hubungan kuadratik positif antara bobot kering umbi per plot dengan perlakuan kompos TKKS, dimana bobot kering umbi per plot akan meningkat sampai pada pemberian dosis optimum kompos TKKS dimana pada J1 adalah 1,72 kgplot dengan bobot kering umbi per plot 186,28 g pada J2 dengan pemberian 1,50 kgplot dengan bobot kering umbi per plot 201,9 g dan pada J3 dengan pemberian 1,899 kg plot dengan bobot kering umbi per plot 230 g. Pembahasan Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per Ŷ J1 = -36,12x 2 + 124,3x + 79,34 x = 1,72 R² = 0,900 Ŷ J2 = -54,19x 2 + 163,0x + 75,09 x = 1,5 R² = 0,888 Ŷ J3 = -42,34x 2 + 160,8x + 95,24 x = 1,899 R² = 0,908 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 0,5 1 1,5 2 2,5 B obot ke ri ng pe r pl ot g Dosis kompos TKKS kg J1 J2 J3 rumpun, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot. Pada parameter tinggi tanaman, jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST. Pada tinggi tanaman 6 MST tanaman tertinggi terdapat pada jarak tanam 20 cm x 10 cm sedangkan yang terendah pada jarak tanam 20 cm x 20 cm. Tanaman yang mempunyai jarak tanam yang rapat akan mengakibatkan pemanjangan daun sehingga tanaman menjadi lebih tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan Putra 2012 yang menyatakan bahwa daun lebih cepat memanjang ketika menerima sedikit cahaya, karena adanya etiolasi. Semakin rapat jarak tanam, maka cahaya yang diterima oleh tanaman semakin berkurang karena adanya persaingan antar tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari. Hal ini sejalan dengan literatur dari Budiastuti 2000 yang menyatakan bahwa beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam, maka semakin tinggi tanaman tersebut. Tanaman yang diusahakan pada musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas, oleh karena jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang. Jumlah anakan tertinggi terdapat pada jarak tanam 20 cm x 20 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm x 15 cm dan 20 cm x 10 cm. Jumlah umbi cenderung menurun pada jarak tanam 20 cm x 15 cm dan 20 cm x 10 cm. Mursito dan Kawaji 2001 berpendapat pada jarak tanam rapat, terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara, air dan udara. Kompetisi cahaya terjadi apabila suatu tanaman menaungi tanaman lainnya atau suatu daun menaungi daun lainnya sehingga berpengaruh pada proses fotosintesis sehingga terjadi penurunan produksi. Jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel dan jarak tanam 20 cm x 20 cm cenderung menunjukan hasil tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang lain sedangkan bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot jarak tanam 20 cm x 10 cm menunjukan hasil tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang lain. Pengaruh pemberian kompos TKKS terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan. Parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan tidak nyata kemungkinan dikarenakan tanaman bawang merah kekurangan asupan unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan vegetatifnya. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium didapat kandungan unsur hara N pada kompos TKKS yakni 1,40 . Sedangkan unsur hara N berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif. Jumlah anakan akan berkembang manjadi siung. Dalam proses pembentukan anakan ini membutuhkan unsur hara nitrogen yang berperan dalam laju fotosintat, meningkatkan sintesa protein dan protein ini yang digunakan untuk pembentukan sel tanaman sehingga pemberian N yang optimal dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Menurut penelitian Napitupulu dan Winarto 2009 Nitrogen berperan dalam meningkatkan sintesa protein, pembuatan klorofil daun menjadi warna daun lebih hijau, dapat menambah laju fotosintat serta meningkatkan rasio pucuk. Hal ini sesuai dengan Damanik 2010 yang menyatakan bahwa peranan nitrogen adalah pertumbuhan tanaman supaya dapat membangun sel-sel baru, meningkatkan ukuran sel, meningkatkan bagian protoplasma, membuat daun berwarna lebih hijau dan mampu bertahan lebih lama dan membuat keterlambatan pematangaan. Serapan nitrogen selama pertumbuhan tanaman tidak selalu sama pada tingkat kesuburan yang sama. Banyaknya nitrogen yang diserap tanaman setiap per satuan berat tanaman adalah maksimum pada tanaman masih muda dan berangsur menurut dengan bertambahnya umur tanaman. Untuk perlakuan pemberian kompos TKKS bobot basah umbi per sampel terbesar terdapat pada perlakuan 2 kg 11,36 g, bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan 2 kg 8,99 g. Berdasarkan hasil analisis laboratorium,komposisi hara kompos TKKS mengandung N 1,40 , P 0,52, dan K 2,22. Hal ini diduga kandungan K kompos TKKS yang tinggi dapat meningkatkan bobot umbi basah. Hal ini disebabkan kandungan unsur hara K pada kompos TKKS berperan sebagai aktifator enzim-enzim, berpengaruh langsung pada proses metabolisme yang membentuk karbohidrat. Peranan lain dari K adalah memacu translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain yang dapat meningkatkan ukuran, jumlah dan hasil umbi. Sesuai dengan hasil penelitian Sumarni et al ., 2012 bahwa rendahnya hasil umbi yang diperoleh pada tanah dengan status K-tanah rendah disebabkan karena kekurangan hara K yang mempunyai peran penting pada translokasi dan penyimpanan asimilat, peningkatan ukuran jumlah dan hasil umbi per tanaman. Menurut Sumiati dan Gunawan 2007, pemberian pupuk N dan K penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta hasil umbi bawang merah. Unsur hara N merupakan bahan pembangun protein, asam nukleat, enzim, nukleoprotein dan alkaloid. Defisiensi N akan membatasi pembelahan dan pembesaran sel. Hal ini sejalan dengan Literatur Tjionger 2010 yang mengemukakan bahwa pada pertanaman bawang merah biasanya dibutuhkan unsur kalium yang cukup tinggi yang penting untuk pembentukan umbi. Kalium dalam tanaman sangat penting yaitu berperan sebagai kofaktor enzim dalam proses metabolisme tanaman, regulasi stomata dan asimilasi CO. Kekurangan kalium menyebabkan umbi kecil sehingga produksi menurun. Interaksi jarak tanam dan kompos TKKS terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi perlakuan jarak tanam dan pemberian kompos TKKS tidak berbeda terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan respon masing – masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya interaksi. Hal ini didukung oleh Steeel and Torrie 1993 yang menyatakan bahwa bila pengaruh – pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata meningkatkan bobot basah per sampel, bobot kering per sampel, bobot basah per plot dan bobot kering per plot dimana terbaik pada pemberian 1,899 kgplot dapat meningkatkan bobot basah per plot sebesar 232 g. 2. Penggunaan jarak tanam hanya berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman pada umur 6 MST yakni pada J2 sebesar 21,58 g. 3. Tidak ada interaksi antara pemberian kompos TKKS dan jarak tanam terhadap semua parameter yang diamati. Saran Disarankan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah dilakukan pemberian dosis kompos TKKS adalah 1,899 kgplot dengan bobot kering umbi per plot 232 g per plot dan DAFTAR PUSTAKA AAK, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta. Afrida, E. 2005. Efektifitas Penggunaan Pupuk Organik A32 dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah Allium Ascalonicum

L. Varietas Brebes. Bidang Ilmu Pertanian. 3:46-47.