AMFETAMIN INHALANSIA atau SOLVEN

11 5.KOKAIN Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam kokain hidroklorida dan bentuk basa free base. Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.

6. AMFETAMIN

Nama generikturunan amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang pertama kali disintesis pada tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai pengurang sumbatan hidung dekongestan. Berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan. Ada 2 jenis amfetamin yaitu MDMA metil dioksi metamfetamin dikenal dengan nama ectacy. Nama lain fantacy pils, inex. Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding MDMA dapat mencapai 12 jam dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS, ice. Cara penggunaan dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung, atau dibakar dengan memakai botol Universitas Sumatera Utara 12 kaca yang dirancang khusus bong. Dalam bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh darah intravena. 7. SEDATIF-HIPNOTIK BenzodiazepinBDZ Sedatif obat penenang dan hipnotikum obat tidur. Nama jalanan BDZ antara lain BK, Lexo, MG, Rohip, Dum. Cara pemakaian BDZ dapat diminum, disuntik intravena, dan melalui dubur. Ada yang minum BDZ mencapai lebih dari 30 tablet sekaligus. Dosis mematikanletal tidak diketahui dengan pasti. Bila BDZ dicampur dengan zat lain seperti alkohol, putauw bisa berakibat fatal karena menekan sistem pusat pernafasan. Umumnya dokter memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan atau panik serta pengaruh tidur sebagai efek utamanya, misalnya aprazolamXanaxAlviz.

8. INHALANSIA atau SOLVEN

Adalah uap bahan yang mudah menguap yang dihirup. Contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tinner, uap bensin.Umumnya digunakan oleh anak di bawah umur atau golongan kurang mampuanak jalanan. Penggunaan menahun toluen yang terdapat pada lem dapat menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak. Berdasarkan pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, Narkotika hanya terdiri dari 3 golongan yaitu : 1. Narkotika golongan I Universitas Sumatera Utara 13 Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. 2. Narkotika golongan II Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. 3. Narkotika golongan III Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Penggolongan narkotika sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan sebagaimana tercantum di dalam Lampiran I dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Undang-Undang ini. Berikut daftar Narkotika golongan I : 1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya. 2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya. Universitas Sumatera Utara 14 3. Opium masak terdiri dari : 1. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan, dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan. 2.Jicing, sisa-sisa dari candu yang telah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain. 3. Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing. 4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya. 5. Daun koka, daun yang sudah atau belum dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia. 6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun kokayang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina. 7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina Universitas Sumatera Utara 15 8. Tanaman ganja, semua tanaman genus-genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah , jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis. 9. Tetrahydrocannabinol , dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya. 10. Delta 9 tertahydrocannabinol , dan semua bentuk stereo kimianya. 11. Asetorfina : 3-0-acetiltetrahidro-7a-1-hidroksi-1-metilbutil- 6, 14-endoeteno-oripavina 12. Acetil – alfa – metilfentanil : N-[1-a-metilfenetil-4-piperidil] asatenalida 13. Alfa-metilfentanil : N-[1a-metilfenetil-4-piperidil] propionanilida 14. Alfa-metiltiofentanil : N-[1-] 1-metil-2-2-tieniletil]-4-iperidil] priopiona-nilida 15. Beta-hidroksifentanil : N-[1-beta-hidroksifenetil-4-piperidil] propionanilida 16. Beta-hidroksi-3-metil-fentanil : N-[1-beta-hidroksifenetil-3 metil-4 piperidil] propio-nanilida 17. Desmorfina : Dihidrodeoksimorfina Universitas Sumatera Utara 16 18. Etorfina : tetrahidro-7a-1-hidroksi-1-metilbutil-6, 14-endoeteno- oripavina 19. Heroina : Diacetilmorfina 20. Ketobemidona : 4-meta-hidroksifenil-1metil-4- propionilpiperidina 21. 3-metilfentanil : N-3-metil-1-fenetil-4-piperidil propionanilida 22. 3-metiltiofentanil : N-[3-metil-1-[2-2-tienil etil]-4-piperidil] propionanilida 23. MPPP : 1-metil-4-fenil-piperidinol propianat ester 24. Para-fluorofentanil : 4’-fluoro-N-1-fenetil-4-piperidil propionanilida 25. PEPAP : 1-fenetil-4-fenil-4-piperidino-lasetat ester 26. Tiofentanil : N- [1-[2-2-tienil etil]-4-piperidil] propionanilida 27. BROLAMFETAMINA, nama lain DOB : +-4-bromo-2,5- dimetoksi-a-metilfenetilamina 28. DET : 3-[2-dietilaminoetil] indol 29. DMA : +-2,5-dimetoksi-a-metil-fenetilamina 30. DMHP : 3-1,2-dimetilheptil-7,8,9,10-tetrahidro-6,6,9-trimetil- 6H-dibenzo[b,d]piran-1-ol 31. DMT : 3-[2-dimetilamino etil] indol 32. DOET : +-4-etil-2,5-dimetoksi-a-metilfenetilamina Universitas Sumatera Utara 17 33. ETISIKLIDINA, nama lain PCE : N-etil-1-fenilsikloheksilamina 34. ETRIPTAMINA : 3-2aminobutil indole 35. KATINONA : --S-2-aminopropiofenon 36. +-LISERGIDA, nama lain LSD, LSD-25 : 9,10-didehidro-N, N- dietil-6-metilergolina- 8 β-karbok-samida 37. MDMA : ±-N, a-dimetil-3,4-metilendioksi fenetilamina 38. Meskalina : 3,4,5-trimetoksifenetilamina 39. METKATINONA : 2-metilamino-1-fenil-propan-1-on 40. 4-metilaminoreks : +-sis-2-amino-4-metil-5-fenil-2-oksazolina 41. MMDA : 5-metoksi-a-metil-3,4-metilendioksifenetilamina 42. N-etil MDA : +-N-etil-a-metil-3,4-metilendioksifenetilamin 43. N-hidroksi MDA : +-N-[a-metil-3,4-metilendioksifenetil] hidroksilamina 44. Paraheksil : 3-heksil-7,8,9,10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-6H- dibenzo[b,d]piran-1-ol 45. PMA : p-metoksi-a-metilfenetila-mina 46. Psilosina, psilotsin : 3-[2-dimetilaminoetil-]indol-4-ol 47. PSILOSIBINA : 3-[2-dimetilaminoetil]ondol-4-il dihidrogen fosfat 48. ROLISKLIDINA, nama lain PHP,PCPY : 1-1- fenilsikloheksilpirolidina Universitas Sumatera Utara 18 49. STP,DOM : 2,5-dimetoksi-a,4-dimetil-fenetilamina 50. TENAMFETAMINA, mana lain dari MDA : a-metil-3,4- metilendioksifenetilamina 51. TENOSIKLIDINA,nama lain TCP : 1-[1-2- tienilsikloheksil]piperidina 52. TMA : +-3,4,5-trimetoksi-a-metilfenetilamina 53. AMFETAMINA : +-a-metilfenetilamina 54. DEKSAMFETAMINA : +-a-metilfenetilamina 55. FENETILINA : 7-[2-[a-metilfenetil-amino]etil]teofilina 56. FENMETRAZINA : 3-metil-2 fenilmorfolin 57. FENSIKLIDINA, nama lain PCP : 1-1- fenilsikloheksilpiperidina 58. LEVAMFETAMINA : --R-a-metilfenetilamina 59. Levometamfetamina : --N,a-dimetilfenetilamina 60. MEKLOKUALON : 3-o-klorofenil-2-metil-43H-kuinazolinon 61. METAMFETAMINA : +-S-N,a-dimetilfenetilamina 62. METAKUALON : 2-metil-2-o-to lil-43H-kuinazolinon 63. ZIPEPPROL : a-a metoksibenzil-4-β-metoksifenetil-1-pipera- zinetano 64. Opium Obat Universitas Sumatera Utara 19 65. Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika Dafatar Narkotika Golongan II : 1. Alfasetilmetadol : Alfa-3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4-difenilheptana. 2. Alfameprodina : Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina 3. Alfametadol : alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol 4. Alfaprodina : alfa-I, 3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina 5. Alfentanil : N-[1-[2-4-etil-4,5-dihidro-5-okso-l H-tetrazol-1-iletil]-4- metoksimetil-4-pipe ridnil]-N-fenilpropanamida 6. Allilprodina : 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina 7. Anileridina : asam 1-para-aminofenetil-4-fenilpiperidina-4- karboksilat etil ester 8. Asetilmetadol : 3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4-difenilheptana 9. Benzetidin : asam 1-2-benziloksietil-4-fenilpiperidina-4- karboksilat etil ester 10. Benzilmorfina : 3-benzilmorfina 11. Betameprodina : beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina 12. Betametadol : beta-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol 13. Betaprodina : beta-1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina 14. Betasetilmetadol : beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4- difenilheptana Universitas Sumatera Utara 20 15. Bezitramida : 1-3-siano-3,3-difenilpropil-4-2-okso-3- propionil-1- benzimidazolinil-piperidina 16. Dekstromoramida : +-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-1- pirolidinilbutil]- morfolina 17. Diampromida : N-[2-metilfenetilamino-propil]propionanilida 18. Dietiltiambutena : 3-dietilamino-1,1-di2’-tienil-1-butena 19. Difenoksilat : asam 1-3-siano-3,3-difenilpropil- 4fenilpiperidina-4- karboksilat etil ester 20. Difenoksin : asam 1-3-siano-3,3-difenilpropil-4- fenilisonipekotik 21. Dihidromorfina 22. Dimefheptanol : 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol 23. Dimenoksadol : 2-dimetilaminoetil-1-etoksi-1,1-difenilasetat 24. Dimetiltiambutena : 3-dimetilamino-1,1-di-2’-tienil-1-butena 25. Dioksafetil butirat : etil-4-morfolino-2, 2-difenilbutirat 26. Dipipanona : 4,4-difenil-6-piperidina-3-heptanona 27. Drotebanol : 3,4-dimetoksi-17-metilmoefinan-6β,14-diol 28. Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan ekgonina dan kokaina. 29. Etilmetiltiambutena : 3-etilmetilamino-1, 1-di-2’-tienil-1-butena 30. Etokseridina : asam1-[2-2-hidroksietoksi-etil] -4fenilpiperidina-4- karboksilat etil ester Universitas Sumatera Utara 21 31. Etonitazena : 1-dietilminoetil-2-para-etoksibenzil-5-nitroben-zimedazol 32. Furetidina : asam 1-2-tetrahidrofurfuriloksietil 4 fenilpiperidina-4- karboksilat etil ester 33. Hidrokodona : Dihidrokodeinona 34. Hidroksipetidina : asam 4-meta-hidroksifenil-1-metilpiperidina-4- karboksilat etil ester 35. Hidromorfinol : 14-hidroksidihidromorfina 36. Hidromorfona : Dihidromorfinona 37. Isometadona : 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona 38. Fenadoksona : 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona 39. Fenampromida : N-1-metil-2-piperidinoetil-propionanilida 40. Fenazosina : 2’-hidroksi-5,9-dimetil-2-fenetil-6,7- benzomorfan 41. Fenomorfan : 3-hidroksi-N-fenetilmorfinan 42. Fenoperidina : asam1-3-hidroksi-3-fenilpropil-4-fenilpiperidina-4- karboksilat etil ester 43. Fentanil:1-fenetil-4-N-propionilanilinopiperidina 44. Klonitazena:2-para-klorbenzil-1-dietilaminoetil-5-nitrobenzimidazol 45. Kodoksima:dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima 46. Levofenasilmorfan:1-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan 47. Levomoramida:--4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-1pirolidinil butil] morfolina Universitas Sumatera Utara 22 48. Levometorfan:--3-metoksi-N-metilmorfinan 49. Levorfanol:--3-hidroksi-N-metilmorfinan 50. Metadona:6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanona 51. Metadona intermediat:4-siano-2-dimetilamino-4, 4-difenilbutana 52. Metazosina:2-hidroksi-2,5,9-trimetil-6, 7-benzomorfan 53. Metildesorfina:6-metil-delta-6-deoksimorfina 54. Metildihidromorfina:6-metildihidromorfina 55. Metopon:5-metildihidromorfinona 56. Mirofina:Miristilbenzilmorfina 57. Moramida intermediat:asam 2-metil-3-morfolino-1, 1difenilpropana karboksilat 58. Morferidina:asam 1-2-morfolinoetil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester 59. Morfina-N-oksida 60. Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya kodeina-N-oksida 61. Morfina 62. Nikomorfina:3,6-dinikotinilmorfina 63. Norasimetadol:±-alfa-3-asetoksi-6metilamino-4,4-difenilheptana 64. Norlevorfanol:--3-hidroksimorfinan 65. Normetadona:6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heksanona Universitas Sumatera Utara 23 66. Normorfina dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina 67. Norpipanona:4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona 68. Oksikodona:14-hidroksidihidrokodeinona 69. Oksimorfona:14-hidroksidihidromorfinona 70. Petidina intermediat A:4-siano-1-metil-4-fenilpiperidina 71. Petidina intermediat B:asam4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester 72. Petidina intermediat C:Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat 73. Petidina:Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester 74. Piminodina:asam 4-fenil-1-3-fenilaminopropil- piperidina-4-karboksilat etil ester 75. Piritramida:asam1-3-siano-3,3-difenilpropil-4 1-piperidino-piperdina-4- karboksilat amida 76. Proheptasina:1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksiazasikloheptana 77. Properidina:asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat isopropil ester 78. Rasemetorfan:±-3-metoksi-N-metilmorfinan 79. Rasemoramida:±-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-1-pirolidinil-butil]- morfolina 80. Rasemorfan:±-3-hidroksi-N-metilmorfinan 81. Sufentanil:N-[4-metoksimetil-1-[2-2-tienil-etil -4-piperidil] propionanilida 82. Tebaina Universitas Sumatera Utara 24 83. Tebakon:Asetildihidrokodeinona 84. Tilidina:±-etil-trans-2-dimetilamino-1-fenil-3-sikloheksena-1-karboksilat 85. Trimeperidina:1,2,5-trimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina 86. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas. Daftar Narkotika Golongan III : 1. Asetildihidrokodeina 2. Dekstropropoksifena:a-+-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-butanol propionate 3. Dihidrokodeina 4. Etilmorfina:3-etil morfina 5. Kodeina:3-metil morfina 6. Nikodikodina:6-nikotinildihidrokodeina 7. Nikokodina:6-nikotinilkodeina 8. Norkodeina:N-demetilkodeina: 9. Polkodina:Morfoliniletilmorfina 10. Propiram:N-1-metil-2-piperidinoetil-N-2-piridilpropionamida 11. Buprenorfina:21-siklopropil-7-±-[S-1-hidroksi-1,2,2-trimetilpropil]- 6,14-endo-entano-6,7,8,14-tetrahidrooripavina 12. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas 13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika Universitas Sumatera Utara 25 14. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika 3. Sejarah Masuknya Narkotika ke Indonesia Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya para pemakai candu opium tersebut adalah orang-orang Cina. Pemerintah Belanda memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk menghisap candu dan pengadaan supply secara legal dibenarkan berdasarkan undang-undang. Orang-orang Cina pada waktu itu menggunakan candu dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan menghisapnya melalui pipa panjang. Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan Undang-Undang itu dan melarang pemakaian candu Brisbane Ordinance. Ganja Cannabis Sativa banyak tumbuh di Aceh dan daerah Sumatera lainnya, dan telah sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan ramuan makanan sehari-hari. Tanaman Erythroxylon Coca Cocaine banyak tumbuh di Jawa Timur dan pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi ekspor. Untuk menghindari pemakaian dan akibat-akibat yang tidak diinginkan, Pemerintah Belanda membuat Undang-undang Verdovende Middelen Ordonantie yang mulai diberlakukan pada tahun 1927 State Gazette No.278 Juncto 536. Meskipun demikian obat-obatan sintetisnya dan juga beberapa obat Universitas Sumatera Utara 26 lain yang mempunyai efek serupa menimbulkan kecanduan tidak dimasukkan dalam perundang-undangan tersebut. Setelah kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia membuat perundang- undangan yang menyangkut produksi, penggunaan dan distribusi dari obat-obat berbahaya Dangerous Drugs Ordinance dimana wewenang diberikan kepada Menteri Kesehatan untuk pengaturannya State Gaette No.419, 1949. Pada waktu tahun 1970, masalah obat-obatan berbahaya jenis narkotika menjadi masalah besar dan nasional sifatnya. Pada waktu perang Vietnam sedang mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, maka hampir di semua negeri, terutama di Amerika Serikat penyalahgunaan obat narkotika sangat meningkat dan sebagian besar korbannya adalah anak-anak muda. Nampaknya gejala itu berpengaruh pula di Indonesia dalam waktu yang hampir bersamaan. Menyadari hal tersebut maka Presiden mengeluarkan instruksi No.6 tahun 1971 dengan membentuk badan koordinasi, yang terkenal dengan nama BAKOLAK INPRES 671, yaitu sebuah badan yang mengkoordinasikan antar departemen semua kegiatan penanggulangan terhadap berbagai bentuk yang dapat mengancam keamanan negara, yaitu pemalsuan uang, penyelundupan, bahaya narkotika, kenakalan remaja, kegiatan subversif dan pengawasan terhadap orang-orang asing. Kemajuan teknologi dan perubahan-perubahan sosial yang cepat, menyebabkan Undang-Undang narkotika warisan Belanda tahun 1927 sudah Universitas Sumatera Utara 27 tidak memadai lagi. Maka pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang No.9 tahun 1976, tentang Narkotika. Undang-Undang tersebut antara lain mengatur berbagai hal khususnya tentang peredaran gelap illicit traffic. Disamping itu juga diatur tentang terapi dan rehabilitasi korban narkotik pasal 32, dengan menyebutkan secara khusus peran dari dokter dan rumah sakit terdekat sesuai petunjuk menteri kesehatan. Dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia, maka UU Anti Narkotika mulai direvisi. Sehingga disusunlah UU Anti Narkotika nomor 22 Tahun 1997, menyusul dibuatnya UU Psikotropika nomor 5 Tahun 1997. Dalam Undang-Undang tersebut mulai diatur pasal-pasal ketentuan pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat berupa hukuman mati. 6 Narkotika dalam pengertian opium telah dikenal dan dipergunakan masyarakat Indonesia khususnya warga Tionghoa dan sejumlah besar orang Jawa sejak tahun 1617. Selanjutnya diketahui bahwa mulai tahun 1960-an terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada awal 1970-an mulai muncul penyalahgunaan narkotika dengan cara menyuntik. Orang yang menyuntik disebut morfinis. Sepanjang tahun 1970-an sampai tahun 1990-an sebagian besar penyalahguna kemungkinan memakai kombinasi berbagai jenis 6 http:dunia-tanpanarkoba.blogspot.com200908sejarah-narkoba.htm Universitas Sumatera Utara 28 narkoba polydrug jser, dan pada tahun 1990-an heroin sangat populer dikalangan penyalahguna narkotika. 7

F. Metode Penelitian