31
BAB II PENGATURAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG TINDAK PIDANA NARKOTIKA
A. Bentuk Perbuatan Tindak Pidana Narkotika
Tindak pidana di bidang Narkotika diatur dalam Bab XV dimulai pasal 111 sampai dengan pasal 148 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Semua ketentuan pidana jumlahnya 37 pasal yang bentuk perbuatannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Kejahatan mengenai penguasaan narkotika
Tindak pidana yang menyangkut penguasaan yaitu termasuk memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan narkotika. Penguasaan narkotika dibedakan
atas golongannya, karena setiap golongan narkotika mempunyai fungsi dan akibat yang berbeda-beda. Kejahatan yang menyangkut penguasaan narkotika golongan I
dalam bentuk tanaman diatur dalam pasal 111 dan narkotika golongan I dan bukan tanaman diatur dalam pasal 112. Sedangkan penguasaan narkotika golongan II diatur
dalam pasal 117 dan penguasaan narkotika golongan III diatur dalam pasal 122 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Kejahatan mengenai produksi narkotika
Universitas Sumatera Utara
32 Tindak pidana yang menyangkut produksi yaitu termasuk memproduksi,
mengekspor, mengimpor, atau menyalurkan narkotika. Tindak pidana produksi narkotika ini juga dibedakan atas golongannya. Kejahatan yang menyangkut produksi
golongan I diatur dalam pasal 113, kejahatan menyangkut produksi narkotika golongan II diatur dalam pasal 118, dan kejahatan menyangkut produksi narkotika
golongan III diatur dalam pasal 123 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Kejahatan mengenai jual beli narkotika
Tindak pidana yang menyangkut jual beli narkotika, yaitu termasuk menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam
jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika. Tindak pidana ini juga dibedakan atas golongannya. Kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika golongan I diatur
dalam pasal 114, kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika golongan II diatur dalam pasal 119, dan kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika golongan III
diatur dalam pasal 124 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 4. Kejahatan mengenai pengangkutan atau transito narkotika
Tindak pidana yang menyangkut pengangkutan atau transito narkotika yaitu termasuk membawa, mengirim, mengangkut atau mentransito narkotika. Tindak
pidana ini juga dibedakan atas golongannya. Kejahatan yang menyangkut pengangkutan atau transito narkotika I diatur dalam pasal 115, kejahatan yang
menyangkut pengangkutan atau transito narkotika golongan II diatur dalam pasal
Universitas Sumatera Utara
33 120, dan kejahatan yang menyangkut pengangkutan atau transito narkotika golongan
III diatur dalam pasal 125. 5.
Kejahatan mengenai penyalahgunaan narkotika Tindak pidana yang menyangkut penyalahgunaan narkotika yaitu
menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum terhadap orang lain atau memberikan narkotika untuk digunakan orang lain. Tindak pidana ini juga dibedakan
atas golongannya. Kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika golongan I terhadap orang lain diatur dalam pasal 116, kejahatan yang menyangkut
penyalahgunaan narkotika golongan II terhadap orang lain diatur dalam pasal 121, dan kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika golongan III terhadap
orang lain diatur dalam pasal 126. Kejahatan mengenai penyalahgunaan narkotika terhadap diri sendiri diatur dalam pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. 6.
Kejahatan mengenai tidak melaporkan pecandu narkotika Tindak pidana yang menyangkut tidak melaporkan pecandu narkotika diatur
dalam pasal 128 dan pasal 131 yang mengatur tentang tindak pidana yang menyangkut tidak melaporkan adanya :
a. Penguasaan narkotika termasuk menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
Universitas Sumatera Utara
34 b.
Memproduksi, termasuk kegiatan mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
c. Jual beli termasuk didalamnya menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika golongan I, goglongan II, dan golongan III.
d. Pengangkutan, termasuk kegiatan membawa, mengirim, mengangkut,
atau mentransito narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III. e.
Penyalahgunaan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I, golongan
II, dan golongan III untuk digunakan orang lain.Penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan III bagi diri sendiri.
f. Memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi,
mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,
menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika.
Sedangkan tindak pidana menyangkut pecandu narkotika yang sudah cukup umur yang dengan sengaja tidak melaporkan diri, dan keluarga dari pecandu
narkotika tersebutpun dengan sengaja tidak melaporkan pecandu narkotika tersebut diatur dalam pasal 134 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
7. Kejahatan mengenai prekursor narkotika
Universitas Sumatera Utara
35 Tindak pidana yang menyangkut prekursor narkotika termasuk di dalamnya
memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika diatur
dalam pasal 129 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 8.
Kejahatan mengenai narkotika yang dilakukan oleh korporasi Segala yang menyangkut tindak pidana narkotika yaitu :
a. secara tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan IIIyang dilakukan oleh korporasi.
b. secara tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan IIIyang dilakukan oleh korporasi.
c. secara tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika golongan I, golongan II,
dan golongan IIIyang dilakukan oleh korporasi . d.
secara tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan I,golongan II,
dan golongan IIIyang dilakukan oleh korporasi .
Universitas Sumatera Utara
36 e.
secara tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika golongan I,golongan II, dan golongan III terhadap orang lain atau
memberikan narkotika golongan I, golongan II, dangolongan III untuk digunakan orang lain yang dilakukan oleh korporasi.
f. secara tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito
Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika yang dilakukan oleh korporasi.
Tindak pidana yang dilakukan korporasi tersebut diatas diatur dalam pasal 130 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
9. Kejahatan mengenai narkotika secara pemufakatan jahat
Tindak pidana yang menyangkut percobaan atau pemufakatan jahat dalam hal :
a. memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III. b.
memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
Universitas Sumatera Utara
37 c.
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
menyerahkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
d. membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito
narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III. e.
menggunakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika
golongan I, golongan II, dan golongan III untuk digunakan orang lain.
f. memiliki,
menyimpan, menguasai,
menyediakan, memproduksi,
mengimpor, mengekspor,
menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa,
mengirim, mengangkut,
dan mentransito
Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika. Tindak pidana percobaan atau pemufakatan jahat ini diatur dalam
pasal 132 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 10.
Kejahatan mengenai pemanfaatan anak dibawah umur Tindak pidana yang menyangkut pemanfaatan anak dibawah umur
yakni termasuk menyuruh, memberi, atau menjanjikan sesuatu, memberikan
Universitas Sumatera Utara
38 kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan
ancaman, memaksa dengan kekerasan melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup cumur untuk melakukan tindak pidana
narkotika yaitu: a.
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
b. memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III. c.
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III. d.
membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
e. menggunakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan
III terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III untuk digunakan orang lain.
f. memiliki,
menyimpan, menguasai,
menyediakan, memproduksi,
mengimpor, mengekspor,
menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan,
Universitas Sumatera Utara
39 membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor
Narkotika untuk pembuatan Narkotika. Dan menyuruh, memberi, atau menjanjikan sesuatu, memberikan kesempatan,
menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup
cumur untuk menggunakan Narkotika. Tindak pidana ini diatur dalam pasal 133 dan 133 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
11. Kejahatan mengenai label dan publikasi narkotika
Tindak pidana yang menyangkut label dan publikasi narkotika yaitu pengurus industri farmasi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 45 yang berbunyi : “1 Industri Farmasi wajib mencantumkan label padakemasan Narkotika,
baik dalam bentuk obat jadi maupunbahan baku Narkotika. 2 Label pada kemasan Narkotika sebagaimana dimaksudpada ayat 1
dapat berbentuk tulisan, gambar, kombinasitulisan dan gambar, atau bentuk lain yang disertakanpada kemasan atau dimasukkan ke dalam
kemasan,ditempelkan, atau merupakan bagian dari wadah,danatau kemasannya.
3 Setiap keterangan yang dicantumkan dalam label padakemasan Narkotika harus lengkap dan tidakmenyesatkan.
”
Universitas Sumatera Utara
40 Tindak pidana ini kemudian diatur dalam pasal 135 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 12.
Kejahatan mengenai penyamaran hasil dari tindak pidana narkotika
Tindak pidana yang menyangkut penyamaran hasil dari tindak pidana narkotika yaitu termasuk didalamnya menempatkan, membayarkan atau
membelanjakan, menitipkan,
menukarkan, menyembunyikan
atau menyamarkan, menginvestasikan, menyimpan, menghibahkan, mewariskan,
danatau mentransfer uang, harta, dan benda atau aset baik dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang
berasal dari tindak pidana Narkotika danatau tindak pidana Prekursor Narkotika dan menempatkan, membayarkan atau membelanjakan,menitipkan,
menukarkan, menyembunyikan
ataumenyamarkan, menginvestasikan,
menyimpan,menghibahkan, mewariskan, danatau mentransfer uang,harta, dan benda atau aset baik dalam bentuk bendabergerak maupun tidak bergerak,
berwujud atau
tidakberwujud yang
berasal dari
tindak pidana
Narkotikadanatau tindak pidana Prekursor Narkotika. Tindak pidana ini diatur dalam pasal 137 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. 13.
Kejahatan mengenai jalannya peradilan narkotika
Universitas Sumatera Utara
41 Tindak pidana yang menyangkut jalannya peradilan narkotika diatur
dalam pasal 138 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu Setiap orang yang menghalang-halangi atau mempersulitpenyidikan
serta penuntutan dan pemeriksaan perkara tindakpidana Narkotika danatau tindak pidana Prekursor Narkotikadi muka sidang pengadilan.
14. Kejahatan mengenai penyitaan dan pemusnahan narkotika
Tindak pidana yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan narkotika yaitu pegawai negri sipil yang secara melawan hukumtidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 88 yang berbunyi : “1 Penyidik pegawai negeri sipil tertentu yang melakukanpenyitaan
terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotikawajib membuat berita acara penyitaan dan menyerahkanbarang sitaan tersebut beserta berita
acaranya kepadapenyidik BNN atau penyidik Kepolisian Negara RepublikIndonesia setempat dalam waktu paling lama 3 x 24 tigakali
dua puluh empat jam sejak dilakukan penyitaan dantembusan berita acaranya disampaikan kepada kepalakejaksaan negeri setempat, ketua
pengadilan negerisetempat, Menteri, dan Kepala Badan Pengawas Obat danMakanan.
2 Penyerahan barang sitaan sebagaimana dimaksud padaayat 1 dapat dilakukan dalam waktu paling lama 14empat belas hari jika
Universitas Sumatera Utara
42 berkaitan dengan daerah yang sulitterjangkau karena faktor geografis
atau transportasi .”
Pasal 89 yang berbunyi : “1 Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 danPasal 88
bertanggung jawab atas penyimpanan danpengamanan barang sitaan yang berada di bawahpenguasaannya.
2 Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata carapenyimpanan, pengamanan, dan pengawasan Narkotikadan Prekursor Narkotika yang
disita sebagaimanadimaksud
pada ayat
1 diatur
dengan PeraturanPemerintah.
” Pasal 87 berbunyi :
“1 Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia atau penyidikBNN
yang melakukan
penyitaan Narkotika
dan PrekursorNarkotika, atau yang diduga Narkotika dan Prekursor
Narkotika,atau yang mengandung Narkotika dan Prekursor Narkotika wajibmelakukan penyegelan dan membuat berita acara penyitaanpada
hari penyitaan dilakukan, yang sekurang-kurangnyamemuat: a.
nama, jenis, sifat, dan jumlah; b.
keterangan mengenai tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dantahun dilakukan penyitaan;
Universitas Sumatera Utara
43 c.
keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai Narkotikadan Prekursor Narkotika; dantanda tangan dan identitas lengkap
penyidik yang melakukanpenyitaan. 2
Penyidik sebagaimana
dimaksud pada
ayat 1
wajibmemberitahukan penyitaan
yang dilakukannya
kepada kepalakejaksaan negeri setempat dalam waktu paling lama 3 x 24
tigakali dua puluh empat jam sejak dilakukan penyitaan dantembusannya
disampaikan kepada
ketua pengadilan
negerisetempat, Menteri, dan Kepala Badan Pengawas Obat danMakanan.
Tindak pidana ini diatur dalam pasal 140 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika..
15. Kejahatan mengenai keterangan palsu
Tindak pidana yang menyangkut keterangan palsu dijelaskan dalam pasal 142 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu
memalsukan hasil pengujian atau secara melawan hukum tidak melaksanakan kewajiban melaporkan hasil pengujiannya kepada penyidik atau penuntut
umum. Dan pada pasal 143 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang mengatur saksi yang memberikan keterangan tidak benar
dalam pemeriksaan perkara tindak pidana narkotika dan Prekursor Narkotika di muka sidang pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
44 16.
Kejahatan mengenai penyimpanan fungsi lembaga Tindak pidana yang menyangkut penyimpanan fungsi lembaga yaitu
diatur dalam pasal 147Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu bagi :
a. pimpinan rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat,
balaipengobatan, sarana
penyimpanan sediaan
farmasi milikpemerintah,
dan apotek
yang mengedarkan
NarkotikaGolongan II dan III bukan untuk kepentingan pelayanankesehatan;
b. pimpinan lembaga ilmu pengetahuan yang menanam,membeli, menyimpan, atau menguasai tanaman Narkotikabukan untuk
kepentingan pengembangan ilmupengetahuan; c. pimpinan Industri Farmasi tertentu yang memproduksiNarkotika
Golongan I bukan untuk kepentinganpengembangan ilmu pengetahuan; atau
d. pimpinan pedagang besar farmasi yang mengedarkanNarkotika Golongan I yang bukan untuk kepentinganpengembangan ilmu
pengetahuan atau mengedarkan Narkotika Golongan II dan III bukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau bukan
untuk kepentinganpengembangan ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
45 B.
Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Narkotika Sanksi pidana terhadap tindak pidana narkotika yang terdapat pada Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dapat dilihat dari BAB XV mengenai ketentuan pidana yang dapat dikelompokkan dari bentuk perbuatan
tindak pidana narkotika yaitu : 1.
Kejahatan mengenai penguasaan narkotika Sanksi pidana dari tindak pidana menguasai narkotika golongan I dalam
bentuk tanaman maupun bukan tanaman diatur dalam pasal 111 dan 112 Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 yakni dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 empat tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.800.000.000,- delapan ratus juta rupiah dan paling banyak Rp.
8.000.000.000,- delapan milyar rupiah. Dalam ayat 2, sanksi dari menguasai tindak narkotika golongan I berbentuk tanaman yang beratnya lebih dari 1kg satu
kilogram atau melebihi 5 lima batang pohondan bukan tanaman yang beratnya melebihi 5 lima gram, dipidana dengan pidana penjara seumur hidupatau pidana
penjara paling singkat 5 lima tahun dan palinglama 20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga.
Sanksi pidana terhadap penguasaan narkotika golongan II seperti terdapat dalam pasal 117 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yakni
Universitas Sumatera Utara
46 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 10
sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.600.000.000,- enam ratus juta rupiah dan paling banyak Rp.5.000.000.000,- lima milyar rupiah. Apabila
menguasai narkotika golongan II yang beratnya melebihi 5 lima gram, pelaku dipidana denganpidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama
15lima belas tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga. Sanksi pidana terhadap penguasaan narkotika golongan III seperti terdapat
dalam pasal 122 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yakni dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 7
tujuh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,- empat ratus juta rupiah dan paling banyak Rp3.000.000.000,- tiga miliar rupiah. Dan apabila
menguasai narkotika golongan III beratnya melebihi 5 lima gram, dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 10 sepuluh
tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga. 2.
Kejahatan mengenai produksi narkotika Sanksi pidana terhadap kegiatan produksi, ekspor impor atau penyaluran
narkotika golongan I dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun danpidana denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,- satu miliarrupiah dan palingbanyak Rp 10.000.000.000,- sepuluh miliarrupiah. Apabila dalam kegiatan produksi,ekspor impor atau
penyaluran narkotika golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 satu
Universitas Sumatera Utara
47 kilogram atau melebihi 5 lima batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya melebihi 5 lima gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20
dua puluh tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga. Sanksi pidana terhadap kegiatan produksi, ekspor, impor atau penyaluran
narkotika golongan II dipidana dengan dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 4 empat tahun dan paling lama 12 dua belas tahundan pidana denda paling sedikit
Rp800.000.000,- delapanratus juta rupiah dan paling banyak Rp8.000.000.000,- delapan miliar rupiah. Apabila narkotika golongan II yang diproduksi, ekspor,
impor atau disalurkan beratnya melebihi 5 lima gram maka dapat dipidanadengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidanapenjara paling singkat 5 lima
tahun dan paling lama 20 duapuluh tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga.
Sanksi pidana terhadap kegiatan produksi, ekspor, impor atau penyaluran narkotika golongan III dipidana dengan dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 tiga tahun dan paling lama 10 sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp600.000.000,- enam
ratus juta
rupiah dan
paling banyak
Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. Apabila beratnya melebihi 5 lima gram, pelakudipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun danpaling lama
15 lima belas tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga. 3.
Kejahatan mengenai jual beli narkotika
Universitas Sumatera Utara
48 Sanksi pidana terhadap kegiatan jual beli narkotika golongan I yaitu termasuk
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan, dapat dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.1.000.000.000,- satu miliar rupiah
dan paling banyak Rp 10.000.000.000,- sepuluh miliar rupiah. Apabila dalam kegiatan jual beli tersebut terdapat narkotika golongan I dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 satukilogram atau melebihi 5 lima batang pohon atau dalam bentukbukan tanaman beratnya 5 lima gram, dapat dipidana dengan pidana mati,
pidana penjara seumur hidup, ataupidana penjara paling singkat 6 enam tahun dan paling lama20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13
sepertiga. Sanksi pidana terhadap kegiatan jual beli narkotika golongan II dapat
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4empat tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan pidana denda paling sedikitRp800.000.000,- delapan ratus juta
rupiah dan palingbanyak Rp8.000.000.000,- delapan miliar rupiah. Apabila dalam kegiatan jual beli tersebut terdapat narkotika golongan IIberatnya lebih dari 5 lima
gram, dapat dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama20 dua puluh tahun dan pidana
denda maksimum ditambah 13 sepertiga.
Universitas Sumatera Utara
49 Sanksi pidana terhadap kegiatan jual beli narkotika golongan II dapat
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 10 sepuluh ahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,- enam ratus juta
rupiah dan paling banyak Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. Apabila dalam kegiatan jual beli tersebut terdapat narkotika golongan IIIberatnya lebih dari 5 lima
gram, dapat dipidana dengan pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda
maksimum ditambah 13 sepertiga. 4.
Kejahatan mengenai pengangkutan atau transito narkotika Sanksi pidana terhadap kegiatan pengangkutan termasuk membawa,
mengirim, atau transito narkotika golongan I dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahundan paling lama 12 dua belas tahun dan pidana dendapaling
sedikit Rp800.000.000,-
delapan ratus
juta rupiah
danpaling banyak
Rp8.000.000.000,- delapan miliar rupiah.Dan apabila kegiatan pengangkutan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 satukilogram atau
melebihi 5 lima batang pohon beratnya melebihi 5lima gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumurhidup atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun
danpaling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga.
Sanksi pidana terhadap kegiatan pengangkutan Narkotika Golongan II,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun danpaling lama 10
Universitas Sumatera Utara
50 sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikitRp600.000.000,- enam ratus juta
rupiah dan paling banyak Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. Apabila kegiatan pengangkutan narkotika golongan II beratnya melebihi 5lima gram, dapat dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun danpaling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga.
Sanksi pidana terhadap kegiatan pengangkutan Narkotika Golongan III,dipidanadengan pidana penjara paling singkat 2 dua tahun danpaling lama 7
tujuh tahun dan pidana denda paling sedikitRp400.000.000,- empat ratus juta rupiah dan paling banyak Rp3 .000.000.000,- tiga miliar rupiah. Apabila kegiatan
pengangkutan narkotika golongan II beratnya melebihi 5lima gram, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan palinglama 10 sepuluh tahun dan
pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga. 5.
Kejahatan mengenai penyalahgunaan narkotika Sanksi pidana terhadap penyalahgunaan Narkotika Golongan I terhadap orang
lain ataumemberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun danpaling lama 15 lima belas
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,- satu miliar rupiah dan paling banyak Rp10.000.000.000,- sepuluh miliar rupiah. Apabila menggunakan
atau memberikan narkotika golongan I terhadap orang lain sehingga mengakibatkan kematian atau cacat permanen pada orang lain, dapat dipidana dengan pidana
mati,pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara palingsingkat 5 lima tahun
Universitas Sumatera Utara
51 dan paling lama 20 dua puluh tahundan pidana denda maksimum ditambah 13
sepertiga. Sanksi pidana terhadap penyalahgunaan Narkotika Golongan II terhadap
orang lain ataumemberikan Narkotika Golongan II untuk digunakan orang laindipidanadengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan palinglama 12
dua belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,- delapan ratus juta rupiah dan paling banyak Rp8.000.000.000,- delapan miliar rupiah. Apabila
menggunakan atau memberikan narkotika golongan I terhadap orang lain sehingga mengakibatkan kematian atau cacat permanen pada orang lain, dapat dipidana dengan
pidana mati,pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara palingsingkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahundan pidana denda maksimum ditambah
13 sepertiga. Sanksi pidana terhadap penyalahgunaan Narkotika Golongan III terhadap
orang lain ataumemberikan Narkotika Golongan III untuk digunakan orang laindipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahundan paling lama 10
sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,- enam ratus juta rupiah dan palingbanyak Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. Apabila
menggunakan atau memberikan narkotika golongan I terhadap orang lain sehingga mengakibatkan kematian atau cacat permanen pada orang lain, dipidana dengan
pidanapenjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 15 limabelas tahun dan pidana denda maksimum ditambah 13 sepertiga.
Universitas Sumatera Utara
52 Tindak pidana penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri diatur dalam pasal
127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sanksi pidana terhadap penyalahgunaan narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan
pidanapenjara paling lama 4 empat tahun. Sanksi pidana erhadap penyalahgunaan narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
dua tahun, sanksi pidana terhadap penyalahgunaan narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun.
6. Kejahatan mengenai tidak melaporkan pecandu narkotika
Sanksi pidana terhadap tindak pidana tidak melaporkan pecandu narkotika yaitu dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6enam bulan atau pidana denda
paling banyak Rp 1.000.000,- satu juta rupiah. Dan sebagai pengganti sanksi pidana terhadap korban pecandu narkotika, baik dibawah umur maupun telah cukup umur
adalah wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Sanksi terhadap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak
pidana memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito, penyalahgunaan terhadap orang lain, penyalahgunaan
terhadap diri sendiri, tidak melaporkan orang tuawali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur, seluruh kejahatan mengenai prekursor narkotika untuk
pembuatan narkotika narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III dipidana
Universitas Sumatera Utara
53 dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun ataupidana denda paling banyak
Rp50.000.000,- lima puluh jutarupiah. Sanksi terhadap pecandu narkotika yang sudah cukup umur dan dengan sengaja tidak
melaporkan diri dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,- dua juta rupiah.
7. Kejahatan mengenai prekursor narkotika
Sanksi pidana terhadap tindak pidana yang menyangkut prekursor narkotika yaitu termasuk didalamnya memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan,
memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika dipidana dengan pidana penjara paling singkat
4 empat tahun danpaling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah.
8. Kejahatan mengenai narkotika yang dilakukan oleh korporasi
Sanksi pidana terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi yaitu kegiatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor,
mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim,
mengangkut, dan mentransito, penyalahgunaan terhadap orang lain, dan segala kegiatan kejahatan yang menyangkut prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika
Universitas Sumatera Utara
54 selain dapat pidanapenjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang
dapatdijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda denganpemberatan 3 tiga kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam sanksi-sanksi pidana yang telah
disebutkan tersebut. Selain itu korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha dan ataupencabutan status badan hukum.
9. Kejahatan mengenai narkotika secara pemufakatan jahat
Sanksi pidana terhadap tindak pidana yang menyangkut narkotika secara pemufakatan jahat memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi,
mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa,
mengirim, mengangkut, dan mentransito, penyalahgunaan terhadap orang lain, dan segala kegiatan kejahatan yang menyangkut prekursor narkotika untuk pembuatan
narkotika dipidana dengan pidana penjara yang sama sesuai dengan yang telah diuraikan diatas. Namum apabila perbuatan tersebut dilakukan secara terorganisai
maka dipidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13 sepertiga. Pemberatan pidana ini tidak berlaku bagi tindak pidana yang diancam dengan pidana
mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara 20 dua puluh tahun. 10.
Kejahatan mengenai pemanfaatan anak dibawah umur Sanksi
pidana terhadap
kejahatan menyuruh,
memberi atau
menjanjikansesuatu, memberikan
kesempatan, menganjurkan,
memberikankemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengankekerasan,
Universitas Sumatera Utara
55 melakukan tipu muslihat, atau membujuk anakyang belum cukup umur untuk
melakukan tindak pidana memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, mentransito, narkotika golongan
I, golongan II dan golongan III serta penyalahgunaan narkotika golongan I, golongan II, golongan III terhadap orang lain, dan segala kegiatan kejahatan yang menyangkut
prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika dipidana dengan pidana mati atau pidanapenjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5lima tahun dan
paling lama 20 dua puluh tahun dan pidanadenda paling sedikit Rp2.000.000.000,- dua miliar rupiahdan paling banyak Rp20.000.000.000,- dua puluh miliarrupiah.
Sanksi pidana
terhadap kejahatan
menyuruh, memberi
atau menjanjikansesuatu,
memberikan kesempatan,
menganjurkan, memberikankemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengankekerasan,
melakukan tipu muslihat, atau membujuk anakyang belum cukup umur untuk menggunakan Narkotika,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 lima
tahundan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,- satu miliar rupiah dan paling banyak Rp 10.000.000.000,-
sepuluh miliar rupiah. 11.
Kejahatan mengenai label dan publikasi narkotika
Universitas Sumatera Utara
56 Sanksi pidana yang menyangkut label dan publikasi apabila pengurus industri
farmasi tidak melaksakan kewajibannya maka dapat dipidana dengan pidana penjarapaling singkat 1 satu tahun dan paling lama 7 tujuh tahun danpidana denda
paling sedikit Rp40.000.000,- empat puluh jutarupiah dan paling banyak Rp400.000.000,- empat ratus jutarupiah.
12. Kejahatan mengenai penyamaran hasil dari tindak pidana narkotika
Menurut pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang berbunyi :
“Narkotika dan Prekursor Narkotika serta hasil-hasil yang diperolehdari tindak pidana Narkotika danlatau tindak pidana PrekursorNarkotika, baik
berupa aset dalam bentuk benda bergerak maupuntidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud serta barang-barangatau peralatan yang digunakan untuk
melakukan tindak pidanaNarkotika dan tindak pidana Prekursor Narkotika dirampasuntuk negara
.” Sanksi pidana yang menyangkut penyamaran hasil dari tindak pidana
narkotika yaitu
menempatkan, membayarkan
atau membelanjakan,
menitipkan,menukarkan, menyembunyikan atau menyamarkan,menginvestasikan, menyimpan, menghibahkan, mewariskan, dan atau mentransfer uang, harta, dan
benda atau aset baikdalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujudatau tidak berwujud yang berasal dari tindak pidanaNarkotika danlatau
tindak pidana Prekursor Narkotika,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
Universitas Sumatera Utara
57 lima tahundan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,- satu miliar rupiah dan paling banyak Rp10.000.000.000,- sepuluh miliar rupiah.
Dan kegiatan
menerima penempatan,
pembayaran atau
pembelanjaan,penitipan, penukaran, penyembunyian atau penyamaraninvestasi, simpanan atau transfer, hibah, waris, harta atauuang, benda atau aset baik dalam
bentuk benda bergerakmaupun tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yangdiketahuinya berasal dari tindak pidana Narkotika dan atautindak pidana
Prekursor Narkotika, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 10sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp500.000.000,-
lima ratus juta rupiah dan paling banyak Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. 13.
Kejahatan mengenai jalannya peradilan narkotika Sanksi pidana terhadap orang yang menghalang-halangi atau
mempersulit penyidikanserta penuntutan dan pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika dan atau tindak pidana Prekursor Narkotika di muka sidangpengadilan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahundan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,- lima ratus jutarupiah.
14. Kejahatan mengenai penyitaan dan pemusnahan narkotika
Sanksi pidana terhadap tindak pidana penyitaan dan pemusnahan narkotika dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1satu tahun dan paling
Universitas Sumatera Utara
58 lama 10 sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,- seratus
juta rupiah dan paling banyak Rp1.000.000.000,- satu miliar rupiah. Kepala kejaksaan negeri setempat apabila tidak melaksanakan tugas sebagai
berikut : setelah menerimapemberitahuan tentang penyitaan barang Narkotika danPrekursor Narkotika dari penyidik Kepolisian Negara RepublikIndonesia atau
penyidik BNN, dalam waktu paling lama 7 tujuhhari wajib menetapkan status barang sitaan Narkotika danPrekursor Narkotika tersebut untuk kepentingan
pembuktianperkara, kepentingan pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi, kepentingan pendidikan dan pelatihan, dan atau dimusnahkan maka dapat dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 satutahun dan paling lama 10 sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,- seratus juta rupiah dan
paling banyak Rp1.000.000.000,- satu miliar rupiah. 15.
Kejahatan mengenai keterangan palsu Sanksi pidana terhadap petugas laboratorium yang memalsukan hasil pengujian
atau secaramelawan
hukum tidak
melaksanakan kewajiban
melaporkan hasilpengujiannya kepada penyidik atau penuntut umum, dipidanadengan pidana
penjara paling lama 7 tujuh tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,- lima ratus juta rupiah.
Saksi yang memberi keterangan tidak benar dalam pemeriksaanperkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika di mukasidang pengadilan, dapat dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1satu tahun dan paling lama 10 sepuluh
Universitas Sumatera Utara
59 tahun dan pidana denda palingsedikit Rp 60.000.000,00 enam puluh juta rupiah dan
paling banyak Rp 600.000.000,- enam ratus juta rupiah. 16.
Kejahatan mengenai penyimpanan fungsi lembaga Sanksi pidana terhadap kejahatan yang menyangkut penyimpanan fungsi lembaga
yaitu : a.
pimpinan rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, sarana penyimpanan sediaan farmasi milikpemerintah, dan apotek yang
mengedarkan NarkotikaGolongan II dan III bukan untuk kepentingan pelayanankesehatan;
b. pimpinan
lembaga ilmu
pengetahuan yang
menanam, membeli,menyimpan, atau menguasai tanaman Narkotika bukan
untukkepentingan pengembangan ilmu pengetahuan; c.
pimpinan Industri Farmasi tertentu yang memproduksi Narkotika Golongan I bukan untuk kepentingan pengembangan ilmupengetahuan;
atau d.
pimpinan pedagang besar farmasi yang mengedarkanNarkotika Golongan I yang bukan untuk kepentinganpengembangan ilmu pengetahuan atau
mengedarkan NarkotikaGolongan II dan III bukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau bukan untuk kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
60 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling
lama 10 sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,- seratus juta rupiah dan paling banyakRp1.000.000.000,- satu miliar rupiah.
C. Subjek Hukum Pelaku Tindak Pidana Narkotika
Subjek hukum pelaku tindak pidana menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu :
1. Setiap orang
Tindak pidana yang menjerat subjek hukum setiap orang terdapat pada pasal 111-127, 129,131-133 Undang-Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Orang tua atau wali dari pecandu Narkotika Tindak pidana yang menjerat subjek hukum orang tua atau wali dari pecandu
Narkotika yaitu diatur pada pasal 128Undang-Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Korporasi
Tindak pidana yang menjerat subjek hukumKorporasiyaitu diatur pada pasal 130 Undang-Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Pecandu Narkotika
Tindak pidana yang menjerat subjek hukumPecandu Narkotika yaitu diatur dalam pasal 134 Undang-Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika.
5. Keluarga dari pecandu Narotika
Universitas Sumatera Utara
61 Tindak pidana yang menjerat subjek hukumkeluarga dari pecandu Narkotika
yaitu diatur dalam pasal 134 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika.
6. Pengurus Industri Farmasi
Tindak pidana yang menjerat subjek hukumPengurus Industri Farmasi yaitu terdapat pada pasal 135 Undang-Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika.
7. Nahkoda atau Kapten penerbang
Tindak pidana yang menjerat subjek hukumNahkoda atau Kapten penerbang yaitu terdapat pada pasal 139 Undang-Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang
Narkotika. Tindak pidana yang berkaitan dengan pengangkutan narkotika yaitu tindak
pidana dilakukan oleh nahkoda atau kapten penerbang yang secara melawan hukum tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pasal 27 yang berbunyi sebagai
berikut : “1 Narkotika yang diangkut harus disimpan padakesempatan pertama dalam
kemasan khusus atau ditempat yang aman di dalam kapal dengan disegel olehnakhoda dengan disaksikan oleh pengirim.
2 Nakhoda membuat berita acara tentang muatan Narkotikayang diangkut. 3 Nakhoda dalam waktu paling lama 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam setelah
tiba di pelabuhan tujuan wajibmelaporkan Narkotika yang dimuat dalam kapalnyakepada kepala kantor pabean setempat.
Universitas Sumatera Utara
62 4 Pembongkaran muatan Narkotika dilakukan dalamkesempatan pertama oleh
nakhoda dengan disaksikanoleh pejabat bea dan cukai. 5 Nakhoda yang mengetahui adanya Narkotika tanpadokumen atau Surat
Persetujuan Ekspor atau SuratPersetujuan Impor di dalam kapal wajib membuat beritaacara, melakukan tindakan pengamanan, dan padapersinggahan pelabuhan
pertama segera melaporkan danmenyerahkan Narkotika tersebut kepada pihak yangberwenang.
” Dan Pasal 28 yang berbunyi:
“Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 berlaku pulabagi kapten penerbang untuk pengangkutan udara.”
Mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh nahkoda atau kapten penerbang ini diatur dalam pasal 139 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. 8.
Penyidik pegawai negeri sipil Tindak pidana yang menjerat subjek hukumPenyidik pegawai negeri sipil
yaitu diatur dalam pasal 140 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dipidana karena tidak melaksanakan ketentuan sepertiyang diatur pada
pasal 88 dan 89.Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 9.
Penyidik Kepolisoan Negara Republik Indonesia dan Penyidik BNN
Universitas Sumatera Utara
63 Tindak pidana yang menjerat subjek hukumPenyidik Kepolisoan Negara
Republik Indonesia dan Penyidik BNN yaitu diatur dalam pasal 140 ayat 2 Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
10. Kepala Kejaksaan Negeri
Tindak pidana yang menjerat subjek hukumKepala Kejaksaan Negeri yaitu diatur dalam pasal 141 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
11. Petugas Laboratorium
Tindak pidana yang menjerat subjek hukumPetugas Laboratoriumyaitu diatur dalam pasal 142 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
12. Pimpinan rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai
pengobatan, sarana penyimpanan sediaan farmasi milikpemerintah, dan apotek
Tindak pidana yang menjerat subjek hukumPimpinan rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, sarana penyimpanan sediaan farmasi
milikpemerintah, dan apotek yaitu diatur dalam pasal 147 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
13. Pimpinan lembaga ilmu pengetahuan
Tindak pidana yang menjerat subjek hukumPimpinan lembaga ilmu pengetahuan yaitu diatur dalam pasal 147 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. 14.
Pimpinan Industri Farmasi tertentu
Universitas Sumatera Utara
64 Tindak pidana yang menjerat subjek hukumPimpinan lembaga ilmu
pengetahuan yaitu diatur dalam pasal 147 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
15. Pimpinan pedagang besar farmasi
Tindak pidana yang menjerat subjek hukumPimpinan lembaga ilmu pengetahuan yaitu diatur dalam pasal 147 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika Mengenai Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
terdapat perbedaan dari undang-undang yang sebelumya yaitu Undang Nomor 22 Tahun 1997 yaitu
8
: 1.
Adanya Pembatasan Penyimpanan Narkotika
Masyarakat tidak diperbolehkan menyimpan narkotika untuk jenis dan golongan apapun. Pihak yang diperbolehkan melakukan penyimpanan hanya
terbatas pada industri farmasi, pedagang besar farmasi, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu
pengetahuaan. Hal ini sangat menyulitkan pengguna narkotika yang sedang
melakukan pemulihan, dimana para pengguna harus mengunjungi tempat- tempat tertentu. Pembatasan ini memungkinkan para pengguna narkotika
untuk mendapatkan narktotika secara ilegal. 2.
Pengobatan dan Rehabiltasi
8
http:totokyuliyanto.wordpress.com:
Universitas Sumatera Utara
65 Pasien dapat memiliki, menyimpan, danatau membawa narkotika
yang digunakan untuk dirinya sendiri yang diperoleh dari dokter dan dilengkapi dengan bukti yang sah .Melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009, para pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika tidak lagi diberikan kebebasan dan atas kehendak sendiri untuk sembuh. Rehabilitasi medis dan
rehabilitasi social menjadi kewajiban bagi para pecandu. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 juga mewajibkan pecandu
narkotika untuk melaporkan diri mereka kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, danatau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Kewajiban tersebut juga menjadi tanggung jawab orang tua dan keluarga. Rehabiltasi medis dan sosial selain dapat diselenggarakan oleh instansi
pemerintah ataupun masyarakat yang akan diatur dalam peraturan menteri. 3.
Kewenangan BNN dan Penyelidikan
UU No. 352009 memberikan porsi besar bagi BNN. Salah satu kewenangan BNN adalah mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan
peredaran nakotika dan prusukor narkotika. Selain itu BNN dapat mempergunakan masyarakat dengan cara memantau, mengarahkan dan
meningkatkan kapasitas mereka untuk melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika dengan cara memberdayakan anggota masyarakat.
Dalam hal melakukan pemberantasan narkotika, BNN diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
66 penyalahgunaan, peredaran narkotika, dan prekusor narkotika beserta dengan
kewenangan yang dimilki penyelidik dan penyidik seperti penangkapan selama 3 x 24 jam dan dapat diperpanjang 3×24 jam ditambah penyadapan.
Pemberiaan kewenagan yang besar terhadap BNN, khususnya menjadikan BNN sebagai penyidik menimbulkan pertanyaan, apakah karena
pihak kepolisiaan dinilai tidak bisa melakukan pengusutan terhadap tindak pidana narkotika dengan baik. Porsi kewenangan BNN yang terlalu besar
seperti dalam penahanan dan penggeledahan yang tidak dimiliki oleh penyidik kepolisiaan akan menimbulkan permasalahan secara kelembagaan, dan rasa
persamaan hukum bagi tersangka yang diperiksa di BNN dan kepolisian. 4.
Putusan Rehabiltasi bagi para pecandu Narkotika
Walaupun prinsip dalam UU No. 352009 adalah melakukan rehabilitasi bagi para pecandu narkotika, tetapi dalam UU ini masih menggunakan kata “dapat”
untuk menempatkan para pengguna narkotika baik yang bersalah maupun yang tidak bersalah untuk menjalani pengobatan danatau perawatan melalui
rehabiltasi. Hakim juga diberikan wewenang kepada pecandu yang tidak bermasalah melakukan tidak pidana narkotika untuk ditetapkan menjalani
pengobatan dan rehabiltasi.
5. Peran Serta Masyarakat
Selain memberikan kewengan yang besar terhadap penegak hukum, khususnya BNN, UU No. 352009 juga mewajibkan masyarakat untuk berperan aktif dalam
Universitas Sumatera Utara
67 upaya pencegahan dan pemberantasan narkotika. Masyarakat dijadikan seperti
penyelidik dengan cara mencari, memperoleh, dan memberikan informasi dan mendapatkan pelayanan dalam hal-hal tersebut. Dalam UU ini masyarakat tidak
diberikan hak untuk melakukan penyuluhan, pendampingan dan penguatan terhadap pecandu narkotika.
Peran serta masyarakat yang dikumpulkan dalam suatu wadah oleh BNN dapat menjadi suatu ketakutan tersendiri karena masyarakat mempunyai legitimasi untuk
melakukan pencegahan dan pemberantasan narkotika tanpa adanya hak yang ditentukan oleh Undang-Undang.
6. Ketentuan Pidana
UU No. 352009 memiliki kencederuangan mengkriminalisasi orang, baik produsen, distributor, konsumen dan masyarakat dengan mencantumkan ketentuan
pidana sebanyak 39 pasal dari 150 pasal yang diatur dalam UU tersebut. UU No. 352009 menggunakan pendekatan pidana untuk melakukan pengawasan dan
pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika. Penggunaan pidana masih dianggap sebagai suatu upaya untuk menakut-nakuti agar tidak terjadinya penggunaan
narkotika. Hal tersebut didukung dengan diberikannya suatu keweangan yang besar bagi BNN yang bermetafora menjadi institusi yang berwenang untuk melakukan
penyadaran kepda masyarakat, melakukan penyelidikan, penyidikan, serta penuntutan dalam tindak pidana narkotika.
Universitas Sumatera Utara
68 Lebih jauh, menilai ketentuan pidana yang diatur di dalam UU No. 352009
sebagai berikut: a. Tidak mementingkan unsur kesengajaan dalam Tindak Pidana narkotika
Penggunaan kata ”Setiap orang tanpa hak dan melawan hukum” dalam beberapa pasal UU No. 352009 dengan tidak memperdulikan unsur
kesengajaan, dapat menjerat orang-orang yang memang sebenarnya tidak mempunyai niatan melakukan tindak pidana narkotika, baik karena
adanya paksaan, desakan, ataupun ketidaktahuaan. b. Penggunaan sistem pidana minimal.
Penggunaan sistem pidana minimal dalam UU No. 352009 memperkuat asumsi bahwa UU tersebut memang diberlakukan untuk memidanakan masyarakat yang
berhubungan dengan narkotika. Penggunaan pidana minimal juga akan menutup hakim dalam menjatuhkan putusan walaupun di dalam prakteknya, hakim dapat
menjatuhkan putusan kurang dari pidana minimal dan hal tersebut diperbolehkan oleh Ketua Mahkamah Agung.
c. Kriminalisasi bagi orangtua dan masyarakat UU No. 35 Tahun 2009 memberikan ancaman hukuman pidana 6 bulan kurungan bagi orang tua yang
sengaja tidak melaporkan anaknya yang menggunakan narkotika untuk mendapatkan rehabil
itasi. Meskipun unsur ’kesengajaan tidak melapor’ tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu, unsur tersebut tidak mengecualikan orang tua yang tidak mengetahui
bahwa zat yang dikonsumsi anaknya adalah narkotika.
Universitas Sumatera Utara
69 UU No. 352009 juga menuntut agar setiap orang melaporkan tindak pidana
narkotika. UU ini memberikan ancaman pidana maksimal 1 tahun bagi orang yang tidak melaporkan adanya tindak pidana narkotika. Penerapan pasal ini akan sangat
sulit diterapkan karena biasanya pasal ini digunakan bagi pihak-pihak yang ditangkap ketika berkumpul dengan para pengguna narkotika. Orang tersebut juga dapat
dipergunakan sebagai saksi mahkota untuk memberatkan suatu tindak pidana narkotika. Pasal ini juga mengancam para pihak yang mendampingi komunitas
pecandu narkotika. Pada ketentuaan peran serta masyarakat dalam BAB XIII masyarakat tidak
diwajibkan untuk melaporkan jika mengetahui adanya penyalahgunaan narkotika atau peredaran gelap narkotika. Ketentuan ini menunjukan ketidak singkronan antara delik
formal dengan delik materiil. d. Persamaan hukuman bagi percobaan dan tindak pidana selesai UU No.
352009 menyamakan hukuman pidana bagi pelaku tidak pidana selesai dengan pelaku tidak pidana percobaan. Tindak Pidana Narkotika adalah suatu kejahatan
karena perbuatan tersebut memiliki efek yang buruk. Delik percobaan mensyaratkan suatu tindak pidana tersebjut terjadi, sehingga akibat tindak
pidana tersebut tidak selesai, sehingga seharusnya pemidanaan antara pelaku tidak pidana percobaan dan pelaku tidak pidana selesai harus dibedakan.
Universitas Sumatera Utara
70
BAB III ANALISIS TERHADAP PENERAPAN HUKUM DALAM KASUS TINDAK