Profil Pengguna Website Artphotomania (Studi Deskriptif Mengenai Profil Pengguna Website Artphotomania Dikalangan Anggota MPC (Medan Photography Club))

(1)

Profil Pengguna Website Artphotomania

( Studi Deskriptif Mengenai Profil Pengguna Website Artphotomania Dikalangan Anggota MPC (Medan Photography Club) )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan oleh:

TAPI TENERA SARI SIREGAR

040904018

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Profil Pengguna Website Artphotomania ( Studi Deskriptif Mengenai Profil Pengguna Website Artphotomania Dikalangan Anggota MPC (Medan Photography Club) ). Yang bertujuan untuk mengetahui intensitas penggunaan web APM di kalangan anggota MPC.

Penelitian ini menggunakan studi deskriptif, yakni hanya memaparkan dan menjelaskan profil pengguna website artphotomania dikalangan anggota MPC.

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota MPC (Medan Photography Club) yang berjumlah 25 orang. Sedangkan sampelnya adalah anggota MPC yang memiliki

account di web APM yang berjumlah 11 orang. Sementara teknik penarikan sample yang digunakan adalah purposive sampling.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan

(Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 12. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada umumnya responden dapat memenuhi kebutuhannya akan informasi fotografi melalui web APM (Artphotomania), dan pada umumnya responden ingin mengetahui perkembangan terbaru dalam dunia fotografi. Sehingga responden merasa puas dengan adanya kehadiran web APM.


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI DAN DIPERTAHANKAN OLEH:

NAMA : TAPI TENERA SARI SIREGAR

NIM : 040904018

DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI

JUDUL :PROFIL PENGGUNA WEBSITE ARTPHOTOMANIA (STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PROFIL PENGGUNA

WEBSITE ARTPHOTOMANIA DIKALANGAN ANGGOTA

MPC (MEDAN PHOTOGRAPHY CLUB) )

DOSEN PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

Drs. HENDRA HARAHAP,MSI Drs. AMIR PURBA,MA NIP:132102415 NIP:131654104

DEKAN FISIP USU

Prof. Dr. M. ARIF NASUTION, MA NIP: 131757010


(4)

(5)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Alloh SWT yang telah

memberikan rahmat, berkah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul Profil Pengguna Website Artphotomania (Studi

Deskriptif Mengenai Profil Pengguna Website Artphotomania Dikalangan Anggota MPC (Medan Photography Club) ).

Adapun skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dari Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini merupakan hasil terbaik yang telah dilakukan penulis selama di bangku perkuliahan. Dengan penuh kerja keras dan pengorbanan serta harapan, skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari masih ada kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini . Oleh karena itu dengan hati yang terbuka dan ikhlas penulis menerima kritk, saran, masukan positif dari pembaca yang nantinya akan berguna di hari yang akan datang.

Dalam menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini banyak mendapat dukungan, bantuan, bimbingan serta motivasi dari banyak pihak. Pertama sekali penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tu penulis yang merupakan motivasi terbesar bagi penulis, kepada Papa May Machmud Siregar dan Mama Tieke Sartika Natadikusumah yang selalu mendoakan penulis, memberikan dukungan moril dan materil, bimbingan, nasehat, perhatian, motivasi, cinta dan kasih


(6)

sayangnya. Dan penulis berharap penulis bisa membalas semua yang telah mereka berikan kepada penulis dan dapat membahagiakan papa dan mama nantinya.

Adikku Dyah Septari M. yang telah memberikan canda dan tawa, dan memotivasi penulis untuk menjadi lebih baik lagi. Keluarga besar (Alm) Imran Muda Siregar dan Keluarga besar (Alm) M. Yusuf Natadikusumah, terimakasih atas kasih sayang, doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Tidak lupa pula pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hendra Harahap, MSi selaku dosen pembimbing dan dosen wali

penulis yang telah banyak membantu, membimbing, meluangkan waktu, masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Dra. Dewi Kurniati, MSi selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak/Ibu dosen Departemen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan dosen FISIP

USU pada umumnya yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

6. Kak Icut, Kak Ros, Maya, Rotua dan seluruh staf Ilmu Komunikasi yang telah

membantu penulis dalam hal administrasi selama ini.


(7)

Metalince Saragih S.Sos (yang selalu membantu penulis dan meminjamkan bukunya), Rotua Nuraini Tampubolon S.Sos (yang selalu memberikan semangat kepada penulis dan juga canda tawa), Agustinawati S.Sos (si anggy yang udah mau minjemin salinannya), Christine, Rudi, Gloria, dan kawan-kawan lainnya yang gak bisa disebutin satu persatu. Terimakasih semuanya.

8. Buat kak Linda dan kak Aldha, sepupu penulis yang selalu mendukung penulis

dalam menulis skripsi.

9. Kak Rap (Rafika Anggrainy), yang selalu memotivasi penulis, dan selalu

menanyakan tulisan skripsi sang penulis.

10.Selveira Ananda, sahabat penulis yang selalu memotivasi penulis untuk segera

menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Siti Fany Rahmarini, Melisarani dan Meirisha Asnita yang memberikan

semangat, motivasi, masukan, bimbingan, arahan yang terbesar sehingga penulis selalu semangat mengerjakan skripsi ini .Terimakasih atas canda, tawa, kasih sayang semuanya. Pokoknya maju terus “KITA-KITA RACING”.

12.A. Michiko Vanda Lbs, Liya Zadora Siregar, Indra Adyatya Pranata S.sos, Atina

Mardhatilla Lubis S.Sos, Nadia Chairinal, Afriyanti Eka Sari, Sally, Unun, Ariyo Priambodo, teman-teman peneliti dari semester satu terimakasih atas pertemanannya, canda, tawa, semangat, masukan, kasih sayang, dan kenangan yang tidak terlupakan.

13.Buat adek-adek kom.06 Doley Peyokong, Tika Tikropink, mbak Adis ‘jeng seri’,

Abie, Teguh, Coya, Agi, dan Anggy Mazdalifah


(8)

14.Putri Ruliyan, Debbie Simarmata, Martina Salati Putri Pane, Riri Alhadila, Yusrida Afifa, Anna Safitri, Ferina, bang Pam-pam, Budi Tulus, Tomi, Adharkhan, Rico, Rizki Amelia, bang Abram, anak-anak Potong Sore dan teman-teman Komunikasi lainnya tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih telah mengisi dan membuat hari-hari penulis selama kuliah dan segala bantuannya.

15.Buat my bro and sista Zulfahmi Poerba, dan Dania Gustyra yang selalu

memotivasi dan menghibur penulis.

16.Buat Erik Mardianto S.Sos, terimakasih atas canda, tawa, semangat, motivasi.

Erik terimakasih atas segala waktunya mengajari Penulis SPSS dan bang Haris Wijaya S.Sos yang telah bersedia meminjamkan buku-buku tentang fotogrsfinys pada penulis.

17.Buat bang Upie dan teman-teman di MPC, terima kasih telah membantu penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

18.Buat sahabatku Rachmadi Perdana (madi) yang di Qatar, terima kasih sudah

memotivasi dan memberi semangat kepada penulis walaupun hanya by intenet.

Buat Anwar bersaudara cici Acido Anwar (gadis periang) dan Andrie Anwar (anak aneh hehehe), dan teman-teman saya didunia maya yang selalu memberi semangat, motivasi, dan canda tawa kepada penulis.

19.Buat Anggy ‘Butet’ Putri Siregar dan Fadhilatul ‘kodil’ Fithrie Lubis yang selalu

memberikan canda tawa kepada penulis, dan merupakan teman-teman yang mempunyai satu mimpi dengan penulis. Tenang gy, setelah skripsi ini kita akan mewujudkan mimpi kita itu.


(9)

20.Buat orang-orang yang telah menjadi sumber inspirasi bagi penulis, Dewi Lestari, Andrea Hirata, Larajade, Victoria Sims, dan Dorothy Shoes.

21.Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memperluas cakrawala

pemikiran dan menjadi masukan kepada pembaca.

Medan, September 2008 Penulis

Tapi Tenera Sari Siregar


(10)

DAFTAR ISI ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Kerangka Teori ... 6

1.5.1Uses and Gratification ... 7

1.6 Operasional Variabel ... 12

1.7 Definisi Operasional Variabel ... 17

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi ... 20

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 20

2.1.2 Fungsi dan tujuan komunikasi ... 21

2.2 Komunikasi Massa ... 24

2.3 Karakteristik, Fungsi dan Efek Komunikasi Massa...29

2.4 Teknologi Komunikasi………...31

2.5 Internet dan website Artphotomania………..35

2.5.1 Internet………..35

2.5.a Manfaat Internet………...38

2.5.b Intenet sebagai media komunikasi………...40

2.5.2 Website dan situs APM (ArtPhotoMania)……….41

2.5.a Website………..41

2.5.b Situs ArtPhotoMania……….43

2.6 Fotografi………..45

2.6.1 Sejarah fotografi……….45

2.6.2 Era digital dan otografi Digital………...50


(11)

2.7 Uses And Grafitication……….52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 59

3.1.1 Medan Photography Club ... 59

3.1.2 Tujuan Medan Photography Club ... 61

3.2 Metodologi dan lokasi penelitian………...62

3.2.1 Metodologi Penelitian………..62

3.2.2 Lokasi Penelitian……….62

3.3 Populasi dan sampel………...63

3.4 Teknik pengambilan sampel………...63

3.5 Teknik pengumpulan data………..64

3.6 Teknik analisis data………64

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tabel Tunggal …… ... 63

4.1.1 Latar belakang pengguna...67

4.1.2 Ketertarikan mengakses web APM ... 70

4.1.3 Kebutuhan kognitif………...74

4.1.4 Kebiasaan mengakses………...91

4.1.5 Penilaian dan kepuasaan………...110

4.2 Pembahasan……….. ... 116

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Profil Pengguna Website Artphotomania ( Studi Deskriptif Mengenai Profil Pengguna Website Artphotomania Dikalangan Anggota MPC (Medan Photography Club) ). Yang bertujuan untuk mengetahui intensitas penggunaan web APM di kalangan anggota MPC.

Penelitian ini menggunakan studi deskriptif, yakni hanya memaparkan dan menjelaskan profil pengguna website artphotomania dikalangan anggota MPC.

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota MPC (Medan Photography Club) yang berjumlah 25 orang. Sedangkan sampelnya adalah anggota MPC yang memiliki account di web APM yang berjumlah 11 orang. Sementara teknik penarikan sample yang digunakan adalah purposive sampling.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 12. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada umumnya responden dapat memenuhi kebutuhannya akan informasi fotografi melalui web APM (Artphotomania), dan pada umumnya responden ingin mengetahui perkembangan terbaru dalam dunia fotografi. Sehingga responden merasa puas dengan adanya kehadiran web APM.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang Masalah

Fotografi saat ini cukup berkembang pesat. Fotografi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang beda, maksudnya bukan hanya terbatas pada kalangan tertentu saja. Fotografi banyak dijadikan sebagai hobi oleh siapapun, baik yang tua maupun yang muda. Selain dijadikan sebagai hobi, fotografi bisa juga dijadikan sebagai ladang penghasilan atau profesi. Orang yang mempunyai profesi di bidang fotografi dinamakan fotografer. Foto tidak hanya dijadikan sebagai dokumentasi pribadi saja atau untuk mengabadikan kenangan, tetapi ada orang yang memang benar-benar menjadikan seni fotografi sebagai hobi. Maksudnya disini adalah orang tersebut benar-benar mempelajari fotografi baik dari segi tehnik pengambilan gambar, segi pencahayaan, angle yang bagus, maupun momen yang pas ataupun yang jarang didapatkan.

Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera

Kemajuan fotografi ditandai dengan meningkatnya penjualan kamera digital. Kamera digital bukan lagi dianggap sebagai suatu barang yang mewah atau hanya


(14)

dimiliki oleh individu-individu tertentu saja. Sudah banyak orang yang memiliki kamera digital. Pengiriman kamera digital naik 118 persen pada pertengahan pertama tahun ini. Demikian menurut laporan terbaru dari Camera & Imaging Products Association (CIPA) di Jepang, yang bertanggung jawab untuk penjualan kamera sekitar 80 persen dari total penjualan di seluruh dunia. Peningkatan pengiriman untuk kamera digital dengan Single Lens Reflex (SLR) masih sangat kuat, yakni mencapai 145,5 persen. Volume pengiriman kamera digital setiap tahunnya meningkat, termasuk hingga Juni lalu (2007) sebesar 7,570,000 unit. Sementara nilai pengirimannya setiap tahunnya naik 33 persen atau setara dengan 164,1 milyar yen ($1,387 milyar), kataTetsuya Wadaki, salah satu analis Security Nomura yang berkantor di Tokyo. Ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan dunia. Berdasarkan riset IC Insights, pengiriman kamera digital kompak diprediksi akan tumbuh sebesar 10 persen saja, menjadi 96,5 juta unit dengan peningkatan penjualan sebesar 6 persen atau setara dengan 21,7 juta dolar AS. Sehingga pada tahun 2010, 9 dari 10 kamera yang dijual diperkirakan adalah kamera digital kompak.

(http://www.republika.co.id/koran_detail.asp)

Mereka yang hobi dengan fotografi biasanya suka mencari tempat-tempat atau pun momen-momen yang bagus untuk difoto. Kegiatan seperti ini disebut hunting. Karena semakin banyak penggemar fotografi, maka terbentuklah berbagai perkumpulan-perkumpulan fotografi. Perkumpulan fotografi itu tidak hanya ada di dunia nyata saja, tetapi mereka juga membuat forum-forum atau situs-situs fotografi yang banyak terdapat di dunia maya (internet). Munculnya media komunikasi internet dalam kehidupan manusia memang menghadirkan


(15)

suatu peradaban baru khususnya dalam proses komunikasi dan informasi baik yang bersifat massa maupun pribadi. Internet sebagai media komunikasi dan informasi, menunjukkan sebuah tanda bahwa manusia telah berada dalam arus globalisasi yang akan membawa perubahan terhadap jarak, ruang dan waktu. Globalisasi ini jugalah yang akan membawa suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya dalam kehidupan manusia. Dalam laporan US Departement Of Commerce, “The Emerging Digital Economy” yang diterbitkan pada bulan Mei 1998, menyebutkan bahwa internet tumbuh dengan sanga cepat, mencapai 50 juta user, hanya dalam waktu 4 tahun sejak diperkenalkan kepada publik. Pertumbuhan ini sangat cepat dibandingkan dengan teknologi lain seperti pesawat TV, PC (personal computer) dan radio (Febrian, 2005:40).

Manusia sebagai khalayak yang menikmati media massa juga harus bisa memilih informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Banyak situs fotografi yang telah ada, salah satunya adalah situs fotografi Artphotomania.com (APM). Artphotomania hadir untuk melengkapi situs fotografi yang sudah ada. Artphotomania sebagai sarana untuk bertukar pikiran antar sesama fotografer, yaitu dengan memberikan komentar atas sebuah foto, memberikan info ataupun tips fotografi, serta sebagai wadah perkumpulan fotografer di dunia maya. Foto-foto yang ada didalam situs Artphotomania ini, semuanya sudah mengalami proses digital imaging. Digital imaging adalah pengolahan gambar secara digital pada suatu gambar/foto. Dengan adanya proses digital imaging maka membuat sebuah foto semakin bernilai lebih.


(16)

Di dalam Artphotomaniapara pemilik account biasanya memiliki galeri untuk memamerkan fotonya masing-masing, saling bertukar info fotografi, memberi komentar terhadap foto orang lain dan lain sebagainya, dan masih banyak lagi fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh APM. Fasilitas-fasilitas tersebut disediakan untuk para pemilik account, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan dan informasi di dalam bidang fotografi.

Berangkat dari kondisi tersebut di atas maka penelitian ini diarahkan ke kalangan fotografer, yaitu anggota MPC (Medan Photogarphy Club) yang memiliki account di situs fotografi Artphotomania Medan Photography Club adalah sebuah komunitas fotografer di kota Medan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti Profil Pengguna Situs Artphotomania di kalangan Anggota(MPC) Medan Photography Club.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa alasan mereka (anggota MPC yang memiliki account di website Artphotomania ) mengakses situs Artphotomania?

2. Kebutuhan apa saja yang ingin mereka penuhi?


(17)

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagi berikut:

1. Penelitian ini bersifat Deskriptif, yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau

membuat prediksi.

2. Penelitian terbatas pada situs Artphotomania

3. Objek penelitian adalah anggota MPC (Medan Photography Club) yang memiliki account di situs Artphotomania.com

4. Penelitian dilakukan untuk mengetahui profil para pengguna (users) situs Artphotomania di kalangan anggota MPC (Medan Photography Club) . 5. Penelitian dimulai pada bulan Maret 2008.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui isi situs Artphotomania

2. Untuk mengetahui profil pengguna situs Artphotomania di kalangan anggota MPC

3. Untuk mengetahui intensitas penggunaan situs Artphotomania di Kalangan anggota MPC.


(18)

I.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa Ilmu Komunikasi tentang internet dan fotografi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi

Penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah dan menjadi wadah memperluas cakrawala pengetahuan khususnya mengenai media massa.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.5 Kerangka Teori

Kerlinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 1993: 6).

Teori merupakan generalisasi yang menjelaskan pola-pola tetap, seperti perilaku komunikasi. Teori juga merupakan sebagai perangkat pernyataan yang menjelaskan suatu hubungan antara dua atau lebih fenomena komunikasi (Bulaeng, 2004: 29).

Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah Uses and Gratifications.


(19)

I.5.1 Model Teori yang digunakan : Uses and Gratification

Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Teori ini secara radikal menandai pergeseran fokus pandangan dari apa yang media lakukan untuk khalayak menjadi apa yang orang lakukan terhadap media. Asumsinya tentu saja karena khalayak itu sangat aktif. Para pendukung teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan tertentu yang dapat dispesifikasikan. Dan karenanya terpaan media belum tentu diterima dan ditiru oleh khalayak.

Herbert blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori ini diperkenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses Of Mass Communications: current Perspectives and Gratification research. Dikatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Katz juga mengatakan bahwa penelitian ini diarahkan kepada jawaban terhadap pernyataan Apa yang dilakukan Media untuk khalayak (What do the media do to people?) (Effendy, 2003: 289).

Effendy mengatakan, penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) atas kebutuhan seseorang atau uses and gratification , teori dan pendekaan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi, karena sebagian besar perilaku audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) mereka sebagai suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan media). Pendekatan uses and


(20)

gratification ditujukan untuk mengambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu ( Bungin, 2006: 284).

Pendekatan uses and gratification sebenarnya juga tidak baru. Di awal decade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratification telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja Amerika, tetapi juga di Inggris, Finlandia, Swedia, Jepang, dan negara-negara lain.

Perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase (dalam Rosengren dkk., 1974), yaitu:

• Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan

konseptual dalam meneliti orientasi audiens.

• Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media. • Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk

menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan. ( Uses & Gratification


(21)

Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan. Blumler dan Katz 1974 menjelaskan bahwa mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini

1. Khalayak dianggap aktif, artinya: sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus diangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Model used and gratification memandang individu sebagai mahluk suprarasional dang sangat efektif. Ini memang mengundang kritik. Tetapi yang


(22)

jelas, dalam model ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Jumlah kebutuhan yang dapat diopenuhi media belum disepakati, sebagaimana para psikolog mempunyai klasifikasi motif yang bermacam-macam. Sigmund Freud menyebut dua macam motif : eros (hasrat bercinta) dan thanatos (hasrat merusak). Henry A. Murray (1968) menyebutkan 28 macam kebutuhan psikogenis yang pokok. Ericson (1963) menyebutkan delapan kebutuhan psikologis. Abraham Maslow (1970) mengusulkan lima kelompok kebutuhan yang disusunnya dalam tangga hierarkis dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan pemenuhan diri. Sedangkan berdasarkan berbagai “aliran” dalam psikologi motivasional. William J. McGuire menyebutkan 16 motif yang dibagi menjadi dua kelompok besar : motif kognitif (berhubungan dengan pengetahuan) dan motif afektif(berkaitan dengan “perasaan”). Pendekatan uses and gratification di atas mempersoalkan apa yang dilakukan prang pada media, yakni menggunakan media untuk pemuasan kebutuhannya. Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita.

(httpjurnal.bl.ac.idwpcontentuploads200711blcom%20hadiono%20sept%202007. pdf)

Teori Uses and Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media (Rakhmat, 2005: 205).


(23)

Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message, and Media (1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskannya teori ini

Janji Imbalan = Probabilitas seleksi Upaya yang diperlukan

Imbalan di sini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan memenuhi kebutuhan khalayak. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sangat bergantung pada tersedia atau tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila kita membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu ( Nurudin, 2006: 193).

Alasan khalayak aktif memilih media adalah karena masing-masing orang berbeda tingkat pemanfaatan medianya.

I.6 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu:


(24)

(25)

(26)

(27)

(28)

(29)

(30)

I. 7 Defenisi Operasional Variabel :

Menurut Singarimbun (1995:46). Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

1. Latar belakang pengguna adalah oleh sebab apa mereka mengakses website

Artphotomania.

2. Ketertarikan untuk mengakses website Artphotomania adalah dorongan apa

yang menimbulkan rasa ketertarikan pengguna untuk mengakses website

Artphotomania.

3. Kebutuhan Kognitif meliputi :

- Informasi : Informasi mengenai tips, artikel, dan apa saja yang berhubungan

dengan dunia fotografi yang diperoleh dari website

Artphotomania

- Pengetahuan : Pengetahuan tentang fotografi, setelah mengakses website


(31)

- Pemahaman : Pengertian yang timbul dalam diri pengguna website

Artphotomania setelah memperoleh informasi dan

pengetahuan setelah mengakses website

tersebut

4. Kebiasaan mengakses meliputi :

- Intensitas mengakses adalah rata – rata waktu yang habis digunakan oleh Pengguna website Artphotomania dalam menggunakan website tersebut, setiap kali dia menggunakannya.

- Focus Strategier adalah kebiasaan users ketika mengakses website

Artphotomania.

5. Kepuasaan adalah yakni kemampuan media untuk memberikan kepuasan.

Dalam hal ini apakah website artphotomania dapat membantu users

memperjelas suatu masalah sebagai dependensi media.


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin : Communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 1992:9). Menurut Fisher (Arifin, 2003:20). Komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan bermasyarakat, atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi. Justru itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitous atau serba hadir. Artinya komunikasi berada dimanapun dan kapanpun juga. Menurut

Carl I Hovland dalam karyanya yang berjudul Social Communication

memunculkan istilah science of communication yang di defenisikan sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara setepat-tepatnya asas-asas penstransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap (Effendy, 2003:13).

Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004 : 5).

Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which


(33)

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient) - Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2005: 10).

II.1.2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Adapun fungsi dari komunikasi, adalah sebagai berikut: a. Menyampaikan informasi (to inform)

b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain)

d. Mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2005: 8).

Widjaja (2000 : 64), menjelaskan apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:

1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar


(34)

dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat.

3. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau penyelesaian perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong

perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk ketrampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kehidupan, meyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horison seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya.


(35)

7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imaji dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok, dan individu.

8. Intergrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.

Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut: a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2005: 8)

Menurut Widjaja (2000: 109), tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, yakni kepentingan sumber/pengirim/komunikator dan kepentingan penerima/komunikan. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber yaitu : 1) Memberikan informasi, 2) Mendidik, 3) Menyenangkan /menghibur 4) Mengajukan suatu tindakan/persuasi. Sedangkan tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima yaitu : 1) Memahami Informasi,

2) Mempelajari, 3) Menikmati, 4) Menerima atau menolak anjuran.


(36)

II.2. Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitter yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang, bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah keduanya disebut sebagai media cetak serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop (Ardianto, 2004:3).

Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa menjadi, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pada dasarnya, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik), (Ardianto, 2004:7). Ada beberapa bentuk komunikasi massa antara lain: televisi, radio, internet, majalah, koran, tabloid, buku dan Film (Nurudin, 2006: 5).


(37)

Berikut beberapa contoh media massa dari paradigma lama dengan paradigma baru:

Paradigma Lama

Alat

Komunikasi

Massa

Surat Kabar

Majalah Televisi

Kaset/ CD

Film

Buku

Tabloid Radio


(38)

Paradigma Baru

Jika dilihat dari dua bagan diatas, ada perbedaan mencolok antara paradigma lama dengan paradigma baru, dalam paradigma baru ada penambahan dan pengurangan, yakni surat kabar, majalah, tabloid, televisi, radio, dan internet. Perubahan tersebut dimungkinkan karena perkembangan teknologi komunikasi massa yang kian cepat. Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi perubahan ciri yang melekat pada media massa tersebut.

Alat

Komunikasi

Massa

Majalah Televisi

Tabloid Internet

Surat Kabar


(39)

Kita tidak bisa membayangkan kalau internet, radio, televisi adalah media massa baru yang punya keserampakan tinggi. Bahkan surat kabar, tabloid, dan majalah tingkat keserempakanya pada masa-maa yang akan datang sangat mungkin direvisi pula. Beruntung saat ini, tiga media massa itu sudah didukung penyebarannya dengan internet. Dengan demikian alat-alat komunikasi massa akan mengalami perubahan dari masa ke masa sejalan dengan tingkat perkembangan peradaban manusia dan peningkatan percepatan teknologi komunikasi (Nurudin, 2006: 14).

Menurut Bungin (2006 : 71) komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah :

a) Komunikator b) Media massa

c) Informasi (pesan) massa d) Gatekeeper

e) Khalayak (publik), dan f) Umpan balik

Ada beberapa era yang dapat dijadikan dasar pijakan untuk melihat sejarah perkembangan komunikasi massa. Menurut Melvin DeFleur dan Sandra J. Ball-Rokeach dalam bukunya Theories of Mass Communication (1989), setidak-tidaknya disebutkan ada lima revolusi komunikasi massa:


(40)

(1) zaman penggunaan tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi (the age of signs and signals)

(2) zaman digunakannya percakapan dan bahasa sebagai alat berkomunikasi (the age of speech and language)

(3) zaman digunakannya tulisan sebagai alat komunikasi (the age of writing) (4) zaman digunakannya media cetak sebagai alat komunikasi (the age of print) (5) zaman digunakannya media massa sebagai alat komunikasi (the age of mass communication) ( Nurudin, 2006: 40).

Menurut Wright (1959), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam definisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu:

1. Komunikasi massa yang diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mugkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.


(41)

II.3. Karakteristik, Fungsi dan Efek Komunikasi Massa

Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai komunikasi massa. Dari pengertian-pengertian yang ada maka dapat diketahui karakteristiknya yaitu :

1. Komunikator terlembaga

2. Pesan bersifat umum

3. Komunikannya anonim dan heterogen 4. Media massa minimbulkan keserempakan

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan 6. Komunikasi bersifat satu arah

7. Stimulasi alat indra “terbatas” 8. Umpan balik tertunda (delayed)

Namun, dalam Severin dan Tankard (2007 : 4) menurut Wright (1959), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.


(42)

Robert K. Merton dalam Bungin (2006: 78) mengemukakan bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), yaitu fungsi yang tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.

Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas:

A. Fungsi Pengawasan

Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.

B. Fungsi Social Learning

Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepad masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.

C. Fungsi Penyampaian Informasi

Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat.


(43)

D. Fungsi Transformasi Budaya

Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.

F. Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Adapun efek komunikasi massa bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Secara sederhana Keith R. Stamm dan John E. Bowes (1990) membagi kedua bagian dasar. Pertama, efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih), (Nurudin, 2006: 206).

II.4. Teknologi Komunikasi

Saat ini penemuan teknologi komunikasi telah memberikan banyak kemudahan bagi manusia. Misalnya dalam melakukan informasi transaksi maupun transportasi. Perkembangan teknologi ini juga meningkatkan standard hidup manusia.

“Teknologi” antara lain dapat diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam suatu bidang. “Teknologi komunikasi” adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan


(44)

dengan komunikasi. “ komunikasi” adalah upaya untuk menciptakan “kebersamaan dalam makna” (commoness in meaning). Dengan demikian, teknologi komunikasi merupakan penerapan ilmu pengetahuan guna melancarkan upaya untuk mencapai kebersamaan dalam makna antar orang dalam masyarakat (Lubis, 1997 : 42)

Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesatnya sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak sekarang sudah dapat diperkirakan terjadinya berbagai perubahan di bidang komunikasi maupun bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan yang dimaksud. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi, terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi komunikasi tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan komunikasi mereka secara hampir tanpa batas (Nasution, 1990:6).

Bell, 1979 menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi, yaitu:

1. Jaringan pengolahan data yang kelak memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol komputer di rumah masing-masing. Pesanan akan dikirimkan langsung ke rumah pemesan oleh toko tempat berbelanja.

2. Bank informasi dan sistem penelusuran, yang memungkinkan pemakainya menelusuri informasi yang diperlukan serta memperoleh kopi cetakannya dalam sekejap mata.


(45)

3. Sistem teleks, yang menyediakan informasi mengenai segala rupa kebutuhan. Seperti berita, cuaca, informasi finansial, iklan terklasifikasi, katalog segala macam produk dan sebagainya lewat layar televisi di rumah masing-masing.

4. Sistem faksimili yang memungkinkan pengiriman dokumen secara elektronik.

5. Jaringan komputer interaktif, yang memungkinkan pihak-pihak berkomunikasi mendiskusikan informasi melalui komputer.

(Nasution, 1990:11)

Everett M. Rogers, 1986 dalam Bungin (2006 : 111), mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Dalam era terakhir, yakni era media komunikasi interaktif dikenal media komputer, videotext, teleconferencing, TV kabel, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan Rogers itulah,

maka masyarakat percaya bahwa perkembangan teknologi media berkembang dimulai dari era media tulis dan cetak.

Sementara itu Haag dkk, 2000 dalam Bungin (2006 : 113) membagi teknologi komunikasi informasi menjadi 6 kelompok yaitu :

• Teknologi masukan (input technology)

• Teknologi keluaran (output technology)

• Teknologi perangkat lunak (software technology)

• Teknologi penyimpanan (stroge technology)

• Teknologi telekomunikasi (telecomunication technology)


(46)

Menurut Ploman, 1981 dalam Nasution (1990 : 11), kemajuan teknologi komunikasi tersebut ditandai oleh tiga karakteristik berikut ini:

1. Tersedianya keluwesan dan kesempatan memilih diantara berbagai metode dan alat untuk melayani kebutuhan manusia dalam komunikasi. Bila pada masa lalu hanya ada alat peralatan “berat”, yang profesional, dan mahal, maka kini tersedia bermacam sarana yang lebih “ringan”, metode yang hanya memerlukan ketrampilan minimal, serta murah. Dengan kata lain, kini kita bisa memilih sendiri tingkat teknologi yang kita perlukan.

2. Kemungkinan mengkombinasikan teknologi, metode, dan sistem-sistem yang berbeda dan terpisah selama ini. Berbagai bentuk baru transfer komunikasi dan informasi telah dimungkinkan dengan pengkombinasian tersebut.

3. Kecenderungan ke arah desentralisasi, individualisasi dalam konsep dan pola pemakaian teknologi komunikasi.

Berdasarkan karakteristik serta bentuk-bentuk wujud fisik teknologi komunikasi tersebut, dapat diperkirakan betapa luasnya potensi teknologi komunikasi sehingga penerapannya pun akan meliputi berbagai bidang kehidupan manusia.

Teknologi komunikasi berubah dengan begitu cepat sehingga banyak orang berbicara tentang “revolusi teknologi” atau “ledakan informasi”. Beberapa teknologi baru yang sedang dalam proses pengembangan atau yang ada sekarang adalah videotape recorder, video casette, televisi kabel, surat kabar online, akses pelayanan informasi komputer dengan komputer pribadi di rumah, internet dan World Wide Web, serta CD-ROM. Banyak teknologi ini mempunyai dampak


(47)

dramatis yaitu memberikan pengguna kontrol yang jauh lebih banyak pada proses telekomunikasi dan informasi yang diterima (Severin dan Tankard, 2007: 305).

Dalam laporan US Departemant Of Commerce, “The Emerging Digital Economy” yang diterbitkan pada bulan Mei 1998, menyebutkan bahwa internet tumbuh dengan sangat cepat, mencapai 50 juta user, hanya dalam waktu 4 tahun sejak diperkenalkan kepada publik. Pertumbuhan ini sangat cepat dibandingkan dengan teknologi lain seperti pesawat TV, PC (Personal Computer) dan Radio (Febrian, 2005 : 40).

Lahirnya era komunikasi interaktif diatandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, komputer, dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut dengan internet (Bungin, 2006: 113).

II.5. Internet dan Website Artphotomania

II.5.1. Internet

Salah satu media dalam komunikasi adalah internet. Perubahan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir (sejak munculnya TV) adalah penemuan dan pertumbuhan internet (Severin dan Tankard, 2007: 443). Lahirnya era komunikasi ditandai dengan terjadinya diversivikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, komputer, dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut dengan internet (Bungin, 2006: 113). Internet merupakan salah satu solusi luar biasa yang pernah diciptakan oleh manusia, informasi


(48)

apapun dan dari manapun memungkinkan untuk didapatkan melalui teknologi ini (Febrian, 2005 :1).

Secara harfiah internet (kependekan daripada perkataan 'inter-network') ialah rangkaian komputer yang berhubung menerusi beberapa rangkaian istilah yang diserap dari bahasa asing karena kemajuan teknologi Mayoritas istilah-istilah tersebut adalah berasal dari bahasa Inggris, karena dipandang memiliki kekayaan kosakata internet yang paling luas. Menurut Laquey, internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang diseluruh dunia. Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer, yang mahal. Namun, sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif (Ardianto, 2004:141). Selain itu, internet juga merupakan kumpulan dari manusia-manusia yang secara aktif berpartisipasi sehingga membuat internet menjadi sumber daya informasi yang sangat berharga (Febrian, 2005 : 22).

Pada awalnya internet berasal dari sebuah jaringan komputer yang terdiri dari beberapa komputer yang dihubungkan dengan kabel, sehingga membentuk sebuah jaringan (network). Kemudian jaringan-jaringan tersebut saling dihubungkan lagi sehingga membentuk inter-network. Untuk bisa berhubungan dengan jaringan inter-network tersebut, sedikitnya kita harus mempunyai terminal (komputer) yang mempunyai sambungan ke jaringan lain. Langkah awalnya dimulai dengan gebrakan besar yang dilakukan di UCLA, sewaktu komputer pertama di koneksikan ke ARPANET. ARPANET sendiri dikoneksikan ke empat


(49)

site, satu diantaranya ke UCLA, selanjutnya ke Stanford Research Institute (SRI), UC Santa Barbara, dan University of Utah. Internet mulai digunakan untuk kepentingan akademis dengan menghubungkan beberapa perguruan tinggi tersebut Di awal 1980-an, ARPANET terpecah menjadi dua jaringan, yaitu ARPANET dan Milnet (sebuah jaringan militer), akan tetapi keduanya mempunyai hubungan sehingga komunikasi antar jaringan tetap dapat dilakukan. Pada mulanya jaringan interkoneksi ini disebut DARPA Internet, tetapi lama kelamaan disebut sebagai internet saja (Febrian, 2005 : 21).

Internet sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1994. dimana sebelumnya pada tahun 1980-an telah berdiri suatu jaringan yang menghubungkan 5 Universitas yang disebut dengan UNInet. Dan pada Juni 2004 jaringan Iptek nasional IPTEK net menjadi Internet Service Provider (ISP) pertama di Indonesia (Febrian, 2005 : 22).

Menurut Febrian (2005 : 22) Saat ini, terdapat lebih dari 4 juta host internet di seluruh dunia. Sejak tahun 1988, internet tumbuh secara eksponensial, yang ukurannya kira-kira berlipat ganda setiap tahunnya. Istilah internet pada mulanya diciptakan oleh para pengembangnya karena mereka memerlukan kata yang dapat menggambarkan jaringan dari jaringan-jaringan yang saling terkoneksi yang tengah mereka buat waktu itu. Internet merupakan kumpulan orang dan komputer di dunia yang seluruhnya terhubung oleh bermil-mil kabel dan saluran telepon, masing-masing pihak juga dapat berkomunikasi karena menggunakan bahasa yang umum dipakai.

Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas


(50)

ilmu, dan pandangan dunia. Disamping menggunakan PC (Personal Computer), kita juga bisa mengakses Internet melalui Handphone (HP) menggunakan Fasilitas yang disebut GPRS (General Packet Radio Service). GPRS merupakan salah satu standar komunikasi wireless (nirkabel) yang memiliki kecepatan koneksi 115 kbps dan mendukung aplikasi yang lebih luas (grafis dan multimedia),

APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) memperkirakan sampai akhir tahun 2005 pengguna internet Indonesia mencapai 12 juta dan perkiraan pengguna internet seluruh dunia mencapai angka 709 juta sampai 945 juta orang (Febrian, 2005:25).

II.5.a. Manfaat Internet

Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila seseorang mempunyai akses ke Internet, yaitu:

a. Komunikasi

Internet memungkinkan terjadinya komunikasi yang super cepat antara suatu pihak dengan pihak lainnya, tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Hal ini dimungkinkan karena jangkauan Internet yang telah meng-global. Asal kita mengetahui alamat seseorang atau suatu lembaga di Internet, kita dapat mengirim informasi kapan saja dan kemana saja di seluruh dunia dalam waktu yang sangat singkat dan dengan cara yang sangat mudah. Internet juga dapat menghemat biaya komunikasi yang harus dikeluarkan.


(51)

Begitu banyaknya komputer yang terhubung ke Internet, di mana masing-masing komputer memiliki kandungan informasinya sendiri-sendiri, maka gabungan seluruh informasi di Internet sangatlah luar biasa. Internet merupakan sumber informasi yang melimpah (hampir tanpa batas) yang terus berkembang seiring dengan makin berkembangnya Internet itu sendiri.

c. Kolaborasi

Kolaborasi yang dimaksudkan di sini adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan secara bersama-sama (team-work). Anggota tim bisa terdiri dari berbagai macam ahli dari berbagai bidang yang tersebar di berbagai negara di dunia. Internet merupakan media yang sangat membantu suatu kolaborasi yang biasanya terhambat oleh ruang dan waktu. Melalui Internet kita dapat melakukan suatu konferensi (conference) dengan berbagai pihak di mana pun mereka berada. Kita bahkan dapat mengerjakan suatu pekerjaan secara bersamaan melalui Internet (http://incuvl.petra.ac.id/learn/learn-1.htm).

Berikut ini hanyalah sebagian dari apa yang tersedia di Internet:

a. Informasi untuk kehidupan pribadi, meliputi: kesehatan, rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani, dan sosial.

b. Informasi untuk kehidupan profesional/pekerja, meliputi: sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi profesi, asosiasi bisnis, dan berbagai forum komunikasi.

Satu hal yang paling menarik adalah keanggotaan Internet tidak mengenal batas negara, ras, kelas ekonomi, ideologi, atau faktor-faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran pikiran. Internet adalah suatu komunitas dunia yang sifatnya sangat demokratis serta memiliki kode etik yang dihormati segenap


(52)

anggotanya. Manfaat Internet terutama diperoleh melalui kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu.

(http://www.elektroindonesia.com/elektro/no3b.html).

II.5.b. Internet Sebagai Media Komunikasi

Pertumbuhan dramatis internet telah mempresentasikan gagasan “mediamorfosis” oleh Roger Fidler yang berarti sebagai perubahan bentuk media komunikasi yang biasanya disebabkan oleh interaksi kompleks dari kebutuhan-kebutuhan penting, tekanan-tekanan kompetitif dan politis dan inovasi-inovasi sosial dan teknologi (Severin dan Tankard, 2007: 459).

Internet telah membentuk ruang dan waktu baru, yang bersifat nirjarak dan nirwaktu, yang disebut cyberspace. Hampir semua media komunikasi saat ini yang kita kenal akhirnya berkonvergensi menyatu membuat internet disebut sebagai multimedia. Sebagian buku mengelompokkan Internet yang multimedia sebagai media massa, sebagian lagi mengkategorikannya sebagai media antar pribadi. Kedua pandapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya. Karena, kedua pendapat yang bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakikat Internet yang multimedia. Artinya, pada tataran tertentu ia adalah media massa, misalnya ketika seseorang berkunjung ke majalah elektronik Tempo Online. Pada tataran lain ia adalah media antar pribadi, ketika seseorang mengirim surat elektornik ke seorang teman,misalnya. Jadi, karena sifatnya yang multimedia, ia bersifat massa tapi juga antar pribadi, tergantung dalam konteks apa kita menggunakan atau mengkajinya (Vardiansyah, 2004: 106).


(53)

Survei penelitian Perse dan Dunn (1995) dalam Severin dan Tankard (2007, 362) menyebutkan tentang surveinya mengenai penggunaan komputer adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui layanan informasi dan Internet, atau yang oleh para penulisnya disebut sebagai konektivitas komputer. Orang menggunakan komputer sebagai sarana komunikasi elektronik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan berikut: pembelajaran, hiburan, interaksi sosial, pelarian, melewatkan waktu, dan lepas dari kebiasaan.

Profesor Gabriel Weimann, guru besar Ilmu Komunikasi pada Universitas Haifa, Israel mengemukakan bahwa para ilmuwan perlu mencermati secara serius adanya kecenderungan yang kini terjadi di media internet yang dinamakan narrowcasting, yang berbanding terbalik dengan broadcasting. Yang diartikan sebagai penyebaran informasi untuk kalangan terbatas, bukan ditujukan untuk publik sebagaimana peran yang dilakukan dunia penyiaran konvensional (braodcasting) (Majalah Dictum, hal 2, Desember 2007).

Kecenderungan ini memungkinkan munculnya kalangan-kalangan tertentu dalam dunia maya yang disebut juga komunitas maya (virtual communities). Ruang chatting, e-mail, milis dan kelompok-kelompok diskusi via elektronik adalah contoh baru tempat-tempat yang dipakai oleh komunitas untuk saling berkomunikasi (Severin dan Tankard, 2007: 447).

II.5.2. Website dan situs Artphotomania

II.5.a. Website

Internet dioperasikan antara lain melalui aplikasi web (website). Sehingga seseorang memiliki sebuah ruang dalam dunia maya. Web ini diibaratkan seperti


(54)

rumah seseorang yang dapat ditempati bersama-sama dengan orang lain. Dengan memiliki web berarti seseorang/kelompok memiliki alamat di internet (Bungin, 2006:138). Website merupakan tulang punggung internet, web merupakan sebuah sistem informasi yang dapat diakses melalui komputer lain secara cepat dan tepat. Sekarang ini, web menggunakan metafora ‘halaman’ dan penggunanya dapat membuka halaman per halaman hanya dengan mengklik mouse dengan menyorot kata atau letak sebuah halaman. Halaman yang berbeda tersebut bisa jadi ada di komputer yang berbeda di seluruh dunia (Severin dan Tankard, 2007: 7). Pada awalnya ada empat aplikasi utama pada internet yaitu email, news, remote, login dan file transfer. Salah satu aplikasi yang muncul yaitu World Wide Web (WWW) yang merupakan arsitektur kerja dalam mengakses dokumen-dokumen yang tersebar pada ribuan mesin di internet. Web mulai dimunculkan pada tahun 1989 oleh CERN, Pusat Penelitian Nuklir Eropa. WWW diusulkan oleh Tim-Berners Lee pada bulan Maret 1989 dan 18 bulan kemudian berhasil dibuat protipe pertama berbasis teks. Pengembangan terus dilakukan sampai interface grafis didapat pada bulan Februari 1993 (Tharom, Dinata dan Xerandy, 2002: 61).

Kecenderungan ini memungkinkan munculnya kalangan-kalangan tertentu dalam dunia maya yang disebut juga komunitas maya (virtual communities). Ruang chatting, millis, email dan kelompok-kelompok diskusi via elektronik adalah contoh baru tempat-tempat yang dipakai oleh komunitas untuk saling berkomunikasi. Dengan adanya web, maka terbentuklah beberapa komunitas maya (Virtual communities). Virtual communities adalah komunitas-komunitas yang lebih banyak muncul di dunia komunikasi elektronik daripada di dunia


(55)

sama dapat berkumpul untuk membicarakannya dalam dunia maya (Severin dan Tankard, 2007: 447). Biasanya komunitas tersebut terbentuk karena anggota-anggotanya memiliki hobi yang sama.

Dalam lima tahun terakhir ini, komunitas penggemar fotografi tumbuh pesat melalui media internet. Untuk sebuah komunitas foto yang populer, jumlah anggotanya terus bertambah hingga angka ribuan. Fenomena bertumbuh pesatnya komunitas foto, baik dalam hal jumlah komunitas maupun jumlah anggotanya, terkait erat dengan kemajuan teknologi: internet dan kamera digital. Perkembangan teknologi kamera digital sangat pesat sehingga saat ini siapapun dengan mudah dapat memotret dan menjadikannya sebuah hobi. Dengan media internet, hobi foto dapat pula diteruskan untuk saling berbagi hasil foto, berdiskusi, menambah pengetahuan dan keterampilan, sekaligus menjalin pertemanan.

II.5.b. Situs Artphotomania

Salah satu web yang ikut berperan dalam web komunitas ini adalah Artphotomania.com. Artphotomania adalah situs (web) fotografi, yang mana situs ini adalah situs komunitas tempat berkumpulnya para fotografer di dunia maya. Artphotomania adalah situs fotogafi yang lebih memfokuskan diri pada olah foto (digital imaging).


(56)

APM membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para pencinta seni fotografi untuk menjadi anggota tanpa pembatasan kewarganegaraan, domisili, suku bangsa, ras dan agama. Untuk menjadi anggota APM diwajibkan untuk melakukan verifikasi identitas diri dengan mengirimkan foto dokumen yang dapat membuktikan identitas diri seperti KTP, Pasport, SIM dan lain-lain.

Artphotomania (APM) merupakan wahana seni di bidang fotografi. Artphotomania dibentuk untuk mengapresiasikan seni dari seniman fotografer dan menyediakan sarana komunikasi dan sharing bagi para pencinta seni fotografi. Sebagai wahana seni dibidang fotografi APM menyediakan layanan penyimpanan file foto di server APM dengan ketentuan mengikuti peraturan upload foto. APM menayangkan karya-karya foto anggotanya dalam gallery foto online melalui situs foto-foto terebut dilakukan dalam dua kategori gallery foto yaitu Kategori Umum dan Kategori terbatas. Kategori umum adalah gallery foto-foto yang memiliki persfektif seni yang bersifat umum dan tidak berpotensi menimbulkan efek negatif kepada pihak yang melihatnya. Kategori terbatas adalah gallery foto-foto yang memiliki perspektif seni namun berpotensi untuk menimbulkan efek negatif apabila dilihat oleh anak-anak karena mengandung unsur pornografi, sadisme, penggunaan Narkoba dan lain-lain.

Telah banyak situs fotografi yang hadir ditengah kita sebagai sarana untuk belajar, bertukar pikiran, persahabatan maupun untuk komersil. Dari berbagai pengamatan serta keterbatasan pengetahuan, artphotomania hadir untuk ikut meramaikan keberadaan situs fotografi yang berkualitas. Foto-foto di yang ada di


(57)

dalam situs Artpohotomania, adalah foto-foto yang lebih menginspirasikan seni

II.6 Fotografi

II.6.1. Sejarah Fotografi

Istilah fotografi mulanya diperkenalkan oleh seorang astronom Inggris bernama Sir John Hersehel, berasal dari bahasa Yunani yaitu photos yang berarti cahaya, dan graphein yang menggambar, fotografi secara umum dapat diartikan dengan “melukis dengan cahaya”. Cahaya dan pencahayaan tidak bias lepas dalam dunia fotografi. Tanpa cahaya, seorang fotografer tidak akan dapat membuat suatu karya fotografi ( Wahana Komputer, 2005: 1).

Teknologi fotografi dikenal kurang lebih sejak 165 tahun lalu. Namun demikian sejarah pembuatan gambar dua dimensi yang dihasilkan dengan bantuan cahaya sudah tercatat ada sejak sebelum masehi. Pengetahuan bahwa citra dapat terbentuk pada sebuah permukaan dalam sebuah ruang gelap (camera obscura ) diperkirakan berasal dari Cina Kuno. Dari sinilah kemudian sekitar Tahun 1000 M, seorang pelajar berkebangsaan Arab bernama Al-Hazen menulis bahwa citra dapat dibentuk dari cahaya yang melewati sebuah lubang kecil. Sekitar 400 tahun kemudian, Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai fenomena yang sama. Seandainya tulisan da Vinci dipublikasi, kemungkinan ia dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera. Lanjut pada tahun 1558, Battista Delta Porta,


(58)

dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera melalui buku tentang Camera Obscura yang dipublikasikannya. Kemungkinan karyanya tersebut didasari pada penemuan-penemuan da Vinci. Dan pada awal abad 17 seorang ilmuan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan bahwa bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu, dengan komponen kimia tersebut, ia telah berhasil merekam gambar-gambar yang tak bertahan lama. Masalah yang belum bisa diatasinya ialah menghentikan proses kimia, setelah gambar-gambar terekam agar permanen.

Memasuki tahun1727, Johann Heinrich Schuize, profesor farmasi dari Universitas di Jerman, juga menemukan hal yang sama pada percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia memastikan bahwa komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan oleh panas. Kemudian sekitar tahun 1800, seseorang yang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra yang telah melalui lensa pada camera obscura (sekarang ini disebut kamera) tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schuize, membuat gambar-gambar negatif (sekarang ini dikenal fotogram), pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak dan menggunakan cahaya matahari sebagai penyinaran. Memasuki tahun 1824, setelah melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai orang, akhirnya pria Perancis bernama Joseph Nieephore Niepce, seorang lithograph, berhasil membuat gambar permanen pertama yang dapat disebut FOTO (tak menggunakan kamera), melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograf) dengan


(59)

kimia dasarnya. Kemudian iapun mencoba menggunakan kamera ( ada sumber yang menyebutkan Niepce sebagai orang pertama yang menggunakan lensa pada kamera obscura. Pada masa itu lazimnya camera obscura hanya berlubang kecil), juga bahan kimia lainnya, tapi hasilnya tidak memuaskan. Setelah saling menyurati antara para penemu tadi, sekitar Agustus 1827, Niepce kemudian berjumpa dengan Louis Daguerre, pria Perancis dengan beragam ketetrampilan tapi dikenal sebagai pelukis. Mereka merencanakan kerjasama untuk menghasilkan foto melalui penggunaan kamera. Tapi sayangnya, kerjasama ini tidak dapat dilanjutkan karena Niepce meninggal pada tahun 1933.

Memasuki tahun 1839 pada 7 Januari, dengan bantuan seorang ilmuwan untuk memaparkan secara ilmiah, Daguerre mengumumkan hasil penelitiannya selama ini kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Hasil kerjanya yang berupa foto-foto yang permanen itu disebut Daguerretype, yang tak dapat diperbanyak / reprint /repro. Saat itu Daguerre telah memiliki foto studio komersil dan Daguerretype tertua yang masih ada hingga kini diciptakannya tahun 1837. Tak lama setelah itu pada 25 Januari, William Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris, memaparkan hasil penemuannya (tepatnya tahun 1834) berupa proses fotografi moderen kepada Institut Kerajaan Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemukan sistem negatif-positif ( bahan dasar : perak nitrat, diatas kertas). Walau telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa yang sekarang kita istilahkan : Contactprint (print yang dibuat tanpa pembesaran / pengecilan) dan dapat diperbanyak. Talbot juga memperkenalkan Calotype, perbaikan dari sistem sebelumnya, juga menghasilkan negatif diatas kertas.


(60)

Pada sekitar Oktober 1847, Abel Niepce de St Victor, keponakan Niepce, memperkenalkan pengunaan kaca sebagai base negatif menggantikan kertas yang sering digunakan. Kemudian seorang ahli kimia Inggris, Robert Bingham, memperkenalkan penggunaan Collodion sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup populer dengan sebutan WET-PLATE Fotografi. Setelah berbagai perkembangan dan penyempurnaan, penggunaan roll film mulai dikenal.

Memasuki Juni 1888,George Eastman, seorang Amerika, menciptakan revolusi fotografi dunia hasil penelitiannya sejak 1877. Ia menjual produk baru dengan merek KODAK berupa sebuah kamera box kecil dan ringan, yang telah berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk 100 exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera (berisi film) dikirim ke perusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera dikirimkan kembali dan telah berisi roll film yang baru. Berbeda denga kamera masa itu yang besar dan kurang praktis, produk baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa. Hingga kini, perkembangan fotografi terus mengalami perkembangan dan berevolusi menjadi film-film digital yang mutakhir tanpa menggunakan roll film. Itulah perkembangan dunia fotografi hingga masuk era digital.

Fotografi adalah suatu keterampilan, dimana dalam proses perekaman gambarnya tidaklah mudah. Ini disebabkan perlunya suatu pemahaman dalam mengaplikasikannya mulai dari cara memasukkan film pada kamera, memasang blitz (lampu kilat) pada dudukan kamera dan tentunya cara-cara menggunakan tombol-tombol serta bagian-bagian yang terdapat di dalam tubuh kamera untuk melakukan proses pemotretan. Serta kemampuan dalam melakkan kejelian


(61)

manangkap subyek pada saat dan waktu yang tepat (timing) dalam mengabadikan suatu moment. Dalam realitasnya tidak semua orang dapat memberikan karya yang bias membuat orang terkagum-kagum. Karena untuk menciptakan suatu foto yang mempunyai nilasi seni yang tinggi tidaklah mudah karena dalam fotografi terdapat banyak unsur seni yang meliputi: Perpaduan warna (colour), pengaturan cahaya (lighting), susunan bentuk gambar (komposisi), ketajaman subjek (focus of interest) dan sudut pengambilan (angle photo) yang membutuhkan keahlian serta kreativitas dlam memadukannya seperti yang diuraikan oleh R.M Soelarko dalam bukunya Penuntun Fotografi, sebagai berikut:

1. Komposisi adalah suatu susunan gambar yang disusun sedemikian rupa agar gambar di dalam foto terlihat lebih menarik, seimbang dan terdapat keselarasan yang dinamis dalam gambar.

2. Teknik penyinaran (lighting) adalah suatu proses penataan cahaya ke dalam kamera dengan mengatur jarak, bukan rana (diafragma) dan kecepatan (shutter speed) agar cahaya yang dipantulkan memiliki ketajaman yang membuat subjek menjadi lebih jelas dan tidak gelap.

3. Warna (colour), merupakan perpaduan berbagai macam corak rupa yang menyatu dalam bentuk gambar terhadap benda-benda yang dikenainya, untuk menimbulkan kekontrasan terhadap kesan yang ditangkap oleh mata.

4. Ketajaman subyek (focus interest), adalah ketepatan dalam merekam subjek agar terhindar dari kekaburan (blur) yang dapat meghilangkan maksud dan arti subjek tersebut.


(62)

5. Sudut pengambilan gambar (angle photo), merupakan teknik pengambilan gambar dengan mencermati bagian subjek yang tepat (atas, bawah, kiri, kanan, belakang) sehingga dapat terkesan menarik dari wujud aslinya. (Soelarko,1985:48-49)

II.6.2. Era Digital dan Fotografi Digital

II.6.a Era Digital

Saat ini kita tengah memasuki sebuah masa dimana segala sesuatu sudah bernuansa digital. Kata digital sudah tidak asing lagi bagi kita, misalnya kamera digital, jam digital, audio source digital, komputer, dll. Jika dulu kita pergi berlibur, ingin mengabadikan moment liburan kita dengan berfoto, kita harus menyiapkan kamera dan roll film. Setelah berfoto, kita masih harus membawanya ke tempat pencetakan, baru bisa menikmati gambar moment liburan kita. Jika semua proses berjalan lancar, kita akan memiliki sebuah dokumen tentang liburan kita berupa foto. Namun akan terasa menyebalkan, ketika moment yang berusaha kita abadikan dalam foto tersebut tidak sesuai dengan harapan kita. Misalnya gambar kabur, film terbakar karena pencahayaan yang terlalu terang, dan mungkin banyak biaya yang kita keluarkan namun, hasil yang didapat tidak sebanding dengan usaha kita (merugikan). Hal itu dapat terjadi jika kita memakai kamera konvensional. Dengan berkembangnya teknologi, muncul kamera digital yang lebih praktis. Kita tidak perlu memiliki keahlian memotret, namun hasil yang didapat lebih memuaskan. Tidak perlu membeli roll film, dan tidak perlu mencetaknya di tempat2 pencetakan foto. Begitu selesai memotret, foto dapat langsung kita lihat hasilnya. Jika kita ingin mencetaknya, cukup menghubungkan


(63)

pencahayaan terlalu terang, kita bisa mengedit photo tersebut dengan program digital editing seperti Photoshop melalui PC. Itulah salah satu keunggulan teknologi digital dibandingkan dengan teknologi konvensional, lebih praktis dan revolusioner

II.6.bFotografi Digital

Fotografi digital, sebagai lawan dari yang menggunakan media perekaman fotografi film yang menggunakan media film sebagai media penerima gambar, menggunakan sensor elektronik untuk merekam gambar, lalu selanjutnya diolah untuk disimpan dalam data gambar, sebelum dicetak menjadi gambar akhir, dan memungkinkan penggunanya untuk melihat dan menghapus foto langsung melalui kamera sehingga kesalahan bisa disadari lebih awal.

Tidak ada yang lebih baik antara kamera digital dan film, karena pada awalnya karakteristik keduanya berbeda. Beberapa fotografer memilih menggunakan kamera digital karena kepraktisan dan keluwesannya. Sementara beberapa yang lain memilih tetap menggunakan kamera film atas pertimbangan kualitas. Namun batas ini semakin kabur seiring perbaikan kualitas yang dialami sensor digital, di lain sisi perkembangan ini menyebabkan terlalu banyak fasilitas yang ditambahkan kepada kamera digital sehingga sisi kepraktisannya tidak jauh berbeda dengan kamera film. Perkembangan teknologi menyebabkan kamera


(64)

digital diimplementasi ke banyak peralatan lain, misalnya

II. 7 USES AND GRATIFICATION

Pendekatan Manfaat dan Gratifikasi dijabarkan untuk pertama kalinya dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Elihu Katz (1959) sebagai reaksi atas pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa bidang penelitian komunikasi sudah mati. Katz berpendapat bahwa bidang yang sedang sekarat adalah kajian komunikasi sebagai persuasi. Dia mengemukakan bahwa penelitian komunikasi pada masa itu kebanyakan bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan “Apa yang dilakukan media terhadap orang banyak”, dari berbagai kajian salah satu kajian yang sangat mengundang pertanyaan yaitu sebuah kajian 1949 yang berjudul “What ‘Missing the newspaper’ Means” (“Apa artinya ‘Melewatkan Surat Kabar’”), kajian yang dilakukan dengan mewawancarai orang mengenai apa yang mereka lewatkan selama terjadinya pemogokan surat kabar.

Selama pemogokan bagian pengiriman yang berlangsung dua minggu ini, sebagian pembaca harus mencari sumber berita lain. Kata mereka itulah yang banyak terlewatkan. Banyak orang membaca karena merasa bahwa hal itu berterima secara sosial, dan sebagian orang merasa bahwa surat kabar merupakan hal yang tak tergantikan dalam mencari informasi mengenai berbagai persoalan yang ada di dunia. Orang-orang ini mengerti bahwa kesadaran akan persoalan-persoalan umum sangat berharga dalam percakapan. Sebagian lain mencari


(65)

dengan mode, resep makanan, ramalan cuaca, maupun informasi, bermanfaat lainnya (Severin dan Tankard, 2007: 354).

Penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan

(gratifications) atas kebutuhan seseorang atau uses and gratifications salah satu teori dan pendekatan yang sering digunakan dalam komunikasi. Teori dan pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi, karena sebagian besar perilaku audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) mereka sebagai suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan media) (Bungin, 2006: 284).

Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media – persons interactions sebagai berikut (Severin dan Tankard, 2007: 356):

1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi.

2. Hubungan personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan.

3. Identitas pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman-diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya.

4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu.

Dalam kajian yang dilakukan oleh Frank Biocca dalam artikelnya yang berjudul ”Opposing Conceptions of the Audience : The Active and Passive Hemispheres of Communication Theory” (1998), yang kemudian diakui menjadi


(66)

tulisan paling komprehensif mengenai perdebatan tentang khalayak aktif versus khalayak pasif, ditemukan beberapa tipologi dari khalayak aktif.

Pertama adalah selektifitas (selectivity). Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih untuk digunakan. Mereka tidak asal-asalan dalam mengkonsumsi media, namun didasari alasan dan tujuan tertentu.

Karakteristik kedua adalah utilitarianisme (utilitarianism) di mana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki.

Karakteristik yang ketiga adalah intensionalitas (intentionality), yang mengandung makna penggunaan secara sengaja dari isi media. Karakteristik yang keempat adalah keikutsertaan (involvement) , atau usaha. Maksudnya khalayak secara aktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media.

Yang kelima, khalayak aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh media (impervious to influence), atau tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri.

Khalayak yang lebih terdidik (educated people) cenderung menjadi bagian dari khalayak aktif, karena mereka lebih bisa memilih media yang mereka konsumsi sesuai kebutuhan mereka dibandingkan khalayak yang tidak terdidik

Elemen “pola terpaan media yang berlainan” pada teori uses and gratifications berkaitan dengan media exsposure atau terpaan media, karena mengacu pada kegiatan menggunakan media. Batasan exposure menurut Shore


(67)

dalam Kriyantono (2006: 205) lebih dari sekedar mengakses media, tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, akan tetapi seseorang itu benar-benar terbuka terhadap pesan-pesan media tersebut.

Rakhmat mengungkapkan dalam Kriyantono (2006: 205) terpaan media (media exsposure), menurut Rosengren (1974), dapat dioperasionalisasikan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis media, isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media keseluruhan, sedang menurut Sari, dapat dioperasionalkan menjadi jenis media yang digunakan, frekuensi penggunaan, maupun durasi penggunaan.

Teori Uses dan Gratifications ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya (Nurudin, 2004: 182).


(68)

(69)

Model ini memulai dengan lingkungan sosial (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs) dikategorisasikan sebagai cognitive needs, affective needs, personal integrative needs, social intergrative needs , dan escapist needs.

Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif).

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.

2. Affective needs (Kebutuhan afektif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman- pengalaman yag estetis,

menyenangkan, dan emosional.

3. Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Social intergrative needs (Kebutuhan sosial secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.


(70)

5. Escapist needs (Kebutuhan Pelepasan)

Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.


(71)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1 Medan Photography Club

Medan Photography Club atau yang biasa disingkat dengan MPC, merupakan salah satu komunitas fotografi di kota Medan. Yang biasanya sering mengadakan kegiatan-kegiatan fotografi, baik hunting foto, seminar fotografi ataupun diskusi foto. Keanggotaan di Medan Photography Club tidak memiliki syarat-syarat tertentu. Medan Photography Club berdiri sejak tanggal 31 Maret 2006. Latar belakang terbentuk MPClub ini adalah karena belum adanya satu wadah, tempat atau badan yang merupakan pengikat atau penjalin antara sesama individu penggemar seni fotografi di Kota Medan untuk dapat berkomunikasi dan berbagi informasi perihal dunia fotografi. Dan berdasarkan kenyataan itu beberapa individu-individu pecinta seni fotografi di Medan atau fotografer-fotografer hobbies yang sebelumnya telah berkenalan dan sering melaksanakan pertemuan dan hunting foto melalui Portal Penggemar Fotografi Indonesia,maka telah dimusyawarahkan utk : 1.Membentuk sebuah club yang bernama Medan Photography Club 2.Menyusun kepengurusan yang terdiri dari 3.Menyusun tujuan dan program kerja MPClub 4.Menyusun Aturan Dasar Club.


(72)

KEGIATAN :

• Menggalang kebersamaan anggota MPClub.

• Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan teknik fotografi.

• Membantu Pemerintah dalam menunjang kepariwisataan daerah dan memelihara cagar budaya daerah.

• Membantu menyatukan dan mengarahkan hasrat dan keinginan para anggota, dalam kegiatan MPClub.

• Mengembangkan dan meningkatkan usaha-usaha wisata, seperti wisata melalui hunting bersama, camping hunting dan lain sebagainya.

• Bekerjasama dengan badan-badan pemerintah dan swasta serta organisasi lainnya untuk melaksanakan tugas dan tujuan organisasi.

Struktur Organisasi MPClubPenasehat:

Hendra Arbie Mak Pak Kim ● Ketua:

Andi Kurniawan Lubis ● Sekretaris:

Mhd. Lutfhi ● Bendahara: Yuanna

Divisi Diklat : Trisviadi

Chalid M.N Philips


(1)

Profil pengguna website artphotomania

2) Ketertarikan untuk mengakses website

artphotomania

c. Tempat mengakses

d. Alasan mengakses

a. Tampilan situs

1. Komputer pribadi 2. Warung internet 3. Ponsel

1. Selingan saja

2. Mengisi waktu luang 3. Menambah

pengetahuan 4. Mencari hiburan

1. Tampilan home

2. Tampilan gallery (foto-foto)

3. Tampilan about

4. Tampilan forum 5. Tampilan news

6. Tampilan articles


(2)

Profil pengguna website artphotomania

3) Kebutuhan kognitif:

a. Motif mengakses web APM

b. Informasi dunia fotografi

c. Jenis info yang di cari melalui web APM

a. Informasi seputar dunia fotografi.

b. Keinginan untuk memilki

account di web APM c. Keinginan untuk mendapatkan status

d. Kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan orang lain e. Kebutuhan untuk pelepasan emosi (relaksasi tubuh)

a. Seminar fotografi b. Workshop fotografi c. Hunting

d. Travelling

a. Info product review

b. Info Jual-Beli peralatan fotografi c. Info peralatan

penunjang kamera lainnya d. Info tekhnik-tekhnik


(3)

4) Kebiasaan mengakses

a. Lama menjadi anggota

b. Frekuensi mengakses web

APM

c.Lama waktu mengakses web

APM

d. Waktu mengakses

a.> 1 tahun b.> 6 bulan c.3 bulan d.1 bulan a.Setiap hari b.Seminggu sekali c.2 minggu sekali d.> 2 minggu sekali a.1 jam/akses b.1-2 jam/akses c.2-4 jam/akses d.> 4 jam/ akses a.Senin

b.Selasa c.Rabu d.Kamis e.Jumat f.Sabtu g.Minggu


(4)

e. Frekuensi mengupload foto

f. Kategori foto yang diupload

g. Kegiatan yang dilakukan ketika membuka account di

web APM

a.1-2 kali/bulan b.3-4 kali/bulan c.8-7 kali/bulan d.9-10 kali/bulan

a. Beauty shot, fashion & model

b. Landscape

c. Human Interest

d. Conceptual

e. Dan lain-lain

a. Sambil membuka situs Fotografi lainnya b. Sambil mengedit foto c. Mengupload foto d. Melihat gallery


(5)

5) Penilaian dan kepuasaan a. Penilaian a. Informasi tentang fotografi b. Jumlah foto yang ada di gallery web APM c. Kualitas layout yang disajikan web APM

d.Pemberian bintang pada foto yang diberikan oleh team web APM.

e. Updating foto

f. Sistem peng-upload-tan foto

g. Sistem penilaian foto setiap bulannya, yang menjadi APM’s Choice


(6)