b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah diolah dan disajikan oleh pihak lain. Penulis mengumpulkan sejumlah data yang diperoleh dari buku, internet,
skripsi, tesis, disertasi serta jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian.
I.7. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi atas empat bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang penulisan skripsi,
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian serta metode penelitian serta sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II Ragam Kesantunan Memohon Bahasa Jepang dan Kurikulum,
berisi tentang berbagai teori yang menjelaskan ragam kesantunan memohon di dalam bahasa Jepang serta ragam kesantunan memohon bahasa Jepang yang telah
dipelajari di dalam kurikulum Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra USU yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini.
BAB III Analisis Pemakaian Ragam Kesantunan Memohon Bahasa Jepang pada Mahasiswa Sastra Jepang USU Semester V dan Semester VII,
berisi tentang analisis sumber data dari angket yang disebarkan kepada 68 responden yang dibagi atas 32 orang mahasiswa semester V dan 36 orang
mahasiswa semester VII.
BAB IV Penutup, berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis yang
dilakukan serta saran dari penulis.
Universitas Sumatera Utara
BAB II RAGAM KESANTUNAN MEMOHON BAHASA JEPANG DAN
KURIKULUM
B. RAGAM KESANTUNAN DALAM MEMOHON BAHASA JEPANG
Menurut Kaneko Shiro dalam Susanti 2007:28-36 ragam memohon bahasa Jepang dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu:
4.
お願いをする
Onegai wo Suru Membuat Permohonan
Ragam memohon ini di dalam penggunaanya mengandung sifat mulai dari hikui ‘rendah’ sampai permohonan yang bersifat takai ‘tinggi’. Permohonan ini
dibagi atas beberapa bagian, yaitu:
A. ~て
~te
Merupakan perubahan bentuk verba dari bentuk kamus ke dalam bentuk ~te. Berikut adalah contohnya:
ちょっと来て
B. ~てもらえる
~ te moraeru
。 ‘Ke sini sebentar.’
Digunakan ketika memohon sesuatu pada lawan bicara. Pada umumnya lawan bicara adalah teman akrab atau orang yang lebih muda. Seperti contoh
berikut.
Universitas Sumatera Utara
ここに来てもらえる
C. ~てくれる
~ te kureru
? ‘Tolong ke sini?’
Bentuk ~ kureru adalah ungkapan memohon yang digunakan kepada lawan bicara atau kepada seseorang yang berada di sebelahnya. Lawan bicara atau
adalah teman akrab, seusia, dan orang yang lebih muda. Shiro tidak memberikan contoh untuk ragam ini.
D. ~てもらえない
~ te moraenai
Bentuk memohon yang lebih sopan dari bentuk ~ te moraeru. Bentuk ini merupakan bentuk negatif dari moraeru, tetapi tidak menunjukkan makna negatif.
Shiro mengelompokkan bentuk ini ke dalam ragam yang digunakan kepada orang dekat seperti teman, keluarga, dan lain-lain. Shiro juga tidak memberikan contoh
untuk ragam ~te moraenai.
E. ~てくれない
~ te kurenai
Shiro mengelompokkan bentuk ini kedalam ragam memohon yang digunakan kepada orang yang dekat hubungannya dengan penutur seperti teman,
keluarga dan lain-lain. Bentuk ini berasal dari bentuk ~te kureru dan diubah kedalam bentuk negatif. Seperti contoh berikut.
辞書、かしてくれない? ‘Pinjam kamusnya?’
Universitas Sumatera Utara
F. ~てください
~ te kudasai
Bentuk ~ te kudasai lebih halus dari bentuk ~te kure. Shiro menambahkan bentuk ini digolongkan lagi kepada ungkapan memohon yang bersifat lebih umum
‘mottomo ippanteki’. Lawan bicara atau petutur beranggapan bahwa hal yang diinginkan oleh penutur adalah hal yang wajar. Bentuk ini merupakan bentuk
permohonan yang bersifat sopan. Seperti contoh berikut. 明日は朝9時に集まってください。
‘Besok tolong kumpul pukul 9 pagi.’
G. ~てもらえますか
~ te moraemasuka
Bentuk ini lebih halus dari bentuk ~te moraeru. Adanya kata bantuk kata kerja ~masu menunjukkan kesopanan ungkapan tersebut. Seperti contoh berikut.
ペンチを貸してもらえますか。 ‘Boleh pinjam tang?’
H. ~てくれますか
~ te kuremasuka
Bentuk ini lebih sopan dari bentuk ~te kureru. Adanya kata bantu kata kerja ~masu menunjukkan makna sopan. Shiro tidak memberikan contoh untuk ragam
ini.
I. ~てもらえませんか
~ te moraemasenka
Bentuk ini lebih sopan dari ~te moraemasuka dan merupakan bentuk negatifnya, ~masu dihilangkan lalu ditempel ~masen dan ditambah ka sebagai
Universitas Sumatera Utara
penanda kalimat tanya. Shiro menambahkan ragam ini dikelompokkan kedalam yaya teinei ‘agak sopan’. Shiro tidak memberikan contoh untuk ragam ini.
J. ~てくれませんか
~ te kuremasenka
Bentuk ini lebih halus dari ~ te kuremasuka. Perubahan kedalam bentuk negatif ~masenka, menunjukkan ungkapan tersebut lebih sopan. Shiro
menambahkan ragam memohon ini dikelompokkan kedalam yaya teinei ‘agak sopan’. Seperti contoh berikut.
ペンチを貸してくれませんか。 ‘Boleh tidak pinjam tangnya?’
K. ~ていただけますか
~te itadakemasuka
Verba bentuk ~te jika diikuti oleh itadaku adalah bentuk tuturan yang sopan dan dengan berubah menjadi ~te itadakemasuka menunjukkan makna yang lebih
sopan. Shiro tidak memberikan contoh untuk ragam ini.
L. ~てくださいますか
~ te kudasaimasuka
Berasal dari bentuk ~ te kudasaru, ru mengalami konjugasi menjadi ~saimasu dan ditambah dengan penanda kalimat tanya ~ka. Shiro tidak
memberikan contoh untuk ragam ini.
M. ~ていただけませんか
~ te itadakemasenka
Berasal dari bentuk ~te itadaku, kemudian diubah menjadi itadakemasenka menunjukkan tingkatan yang lebih sopan lagi, sehingga dikatakan bentuk ini
Universitas Sumatera Utara
adalah bentuk yang sangat sopan. Menurut Shiro dikelompokkan kedalam hijouni teinei ‘sangat sopan’. Seperti contoh berikut.
推薦状を書いていただけませんか。 ‘Bisa tolong tuliskan surat rekomendasi?’
N. ~てくださいませんか
~ te kudasaimasenka
Bentuk ini berasal dari ~ te kudasaru dan lebih sopan dari ~ te kudasai. Sama seperti ~ teitadakemasenka, bentuk ini mengandung makna yang sangat
sopan. Shiro mengelompokkan lagi kedalam hijouni teinei ‘sangat sopan’. Seperti contoh berikut.
推薦状を書いてくださいませんか。 ‘Bisa tolong tuliskan surat rekomendasi?’
5.
許可をお願いする
Kyoka wo Onegai Suru Memohon Izin
Kelompok kedua ini, digunakan pada waktu memohon izin sesuatu. Menggunakan bentuk verba
を~(さ せて) wo ~sa sete. Shiro memberikan
beberapa contoh seperti berikut.
A. ~さ(せて)
~ sa sete
写真、撮らせて(友達に) ‘Fotokan’ kepada teman
Universitas Sumatera Utara
B. ~さ(せて)くれる
~sa sete kureru
電話、使わせて 使わせてくれる?
(友達に) ‘Boleh pinjam telepon?’ kepada teman
C. ~さ(せて)くれない
~sa sete kurenai
留学させてくれない?(親に) ‘Izinkan saya belajar di luar negeri? kepada orang tua
D. ~さ(せて)ください
~sa sete kudasai
‘Tolong izinkan saya belajar di luar negeri.’
E. ~さ(せて)もらえますか
~sa sete moraemasuka
意見を言わせてもらえますか。 ‘Izinkan saya mengeluarkan pendapat saya.’
F. ~ さ ( せ て ) い た だ け ま せ ん か
く だ さ い ま せ ん か
~sa sete itadakemasenka kudasaimasenka
明日、使わせていただけませんか くださいませんか
‘Besok, bolehkah saya menggunakannya?’
Universitas Sumatera Utara
6.
そのほかのお願いの表現
Sono Hoka no Onegai no Hyougen Ungkapan Memohon yang Lainnya
Kelompok ketiga ini, menunjukkan ungkapan yang digunakan untuk memaparkan keadaan sekarang seperti perasaan, keadaan, dan keinginan. Hal
tersebut dilakukan agar penutur memahami hal yang diinginkan. Kalimat yang di dalam kurung adalah kalimat yang sebenarnya ingin diucapkan. Seperti contoh
berikut. •
のどがカラカラなんですけど...(水を飲ませてください) ‘Kerongkongan saya kering...’ izinkan saya minum
• 子供が寝ているので...(静かにしてください)
‘Anak saya sedang tidur...’ mohon tenang
Berikut ini tabel ragam ungkapan memohon dari Kaneko Shiro
Kelompok Tingkat
Kesantunan Ragam
Onegai suru HIKUI
↑
TEINEIDO ~te
~te moraeru? ~te kureru? ~te moraenai? ~te kurenai?
→ tomodachi ya kazokunado shitashii hito ni taishite
~te kudasai → mottomo ippanteki
Universitas Sumatera Utara
↓
TAKAI ~te moraemasuka ~te kuremasuka
~te moraemasenka ~te kuremasenka
→ yaya teinei ~te itadakemasuka
~te kudasaimasuka
~te itadakemasenka ~te kudasaimasenka →hijouni teinei
Kyoka wo Onegai suru
HIKUI
↑ TEINEIDO
↓
TAKAI ~Sa sete
~Sa sete kureru ~Sa sete kurenai
~Sa sete kudasai ~Sa sete moraemasuka
~Sa sete kudasaimasenka ~Sa sete itadakemasenka
Sono Hoka no Onegai
no Hyougen Contoh :
4. Nodo ga kara kara nan desuga... Mizu wo Nomasete
Kudasai
Selain teori di atas, Yone Tanaka 2002: 100 juga menambahkan ragam ~
てもいいですか
~Te mo ii desuka yang mengatakan bahwa ungkapa ~te mo ii
desu apabila menjadi kalimat pertanyaan, maka akan menjadi ungkapan yang menyatakan memohon meminta izin. Tingkat kesantunannya setara dengan
bentuk Teineido dalam ragam memohon izin diatas. Kedua teori inilah yang akan menjadi acuan di dalam melakukan penelitian
ini.
Universitas Sumatera Utara
C. RAGAM KESANTUNAN MEMOHON BAHASA JEPANG DALAM
KURIKULUM DEPARTEMEN SASTRA JEPANG USU
Untuk mempermudah penelitian ini, penulis mempersempit ragam kesantunan memohon bahasa Jepang yang akan diteliti hanya sebatas pada yang telah
dipelajari dalam kurikulum departemen sastra Jepang USU hingga semester empat saja. Hal ini disebabkan populasi yang diteliti hanya sebatas mahasiswa semester
V dan semester VII saja. Buku pelajaran yang dijadikan referensi dalam kurikulum ini adalah buku Minna No Nihongo Shokkyu I Honron Suri E
Nettowaku dan Minna No Nihongo Shokkyu II Honron Suri E Nettowaku. Berikut ragam kesantunan memohon bahasa Jepang yang dipelajari dalam
kurikulum departemen Sastra Jepang USU:
1
~てください Referensi
: Minna No Nihongo Shokkyu I Pelajaran 14 Mata Kuliah
: Bahasa Jepang I dan Percakapan II Dipelajari pada semester
: Satu Bahasa Jepang I, Dua Percakapan II Pertemuan
: 14 Bahasa Jepang I, 2 Percakapan II
2
~てもいいですか Referensi
: Minna No Nihongo Shokkyu I Pelajaran 15 Mata Kuliah
: Bahasa Jepang II dan Percakapan II Dipelajari pada semester
: Dua
Universitas Sumatera Utara
Pertemuan : 1 Bahasa Jepang II, 3 Percakapan II
3
~てくれますか Referensi
: Minna No Nihongo Shokkyu I Pelajaran 24 Mata Kuliah
: Bahasa Jepang II dan Percakapan II Dipelajari pada semester
: Dua Pertemuan
: 13 Bahasa Jepang II, 13 Percakapan II
4
~ていただけませんか Referensi
: Minna No Nihongo Shokkyu II Pelajaran 26 Mata Kuliah
: Bahasa Jepang III dan Percakapan III Dipelajari pada semester
: Tiga Pertemuan
: 1 Bahasa Jepang III, 1 Percakapan III
5
~てくださいませんか Referensi
: Minna No Nihongo Shokkyu II Pelajaran 41 Mata Kuliah
: Bahasa Jepang IV dan Percakapan IV Dipelajari pada semester
: Empat Pertemuan
: 2 Bahasa Jepang IV, 2 Percakapan IV
Universitas Sumatera Utara
6
~さ(せて)いただけませんか Referensi
: Minna No Nihongo Shokkyu II Pelajaran 48 Mata Kuliah
: Bahasa Jepang IV dan Percakapan IV Dipelajari pada semester
: Empat Pertemuan
: 10 Bahasa Jepang IV,10 Percakapan IV Selain ragam kesantunan diatas, juga dipelajari perubahan bahasa sopan ke bahasa
biasa pada buku Minna No Nihongo Shokkyu I pelajaran 20 di semester dua pada mata kuliah Bahasa Jepang II dan Percakapan II. Namun, penulis tidak
menemukan penjabaran pola kesantunan memohon di dalam bab pola kalimat, melainkan terdapat di berbagai contoh kalimat pada bab Renshuu. Untuk itu,
penulis mengambil kesimpulan bahwa ragam kesantunan memohon dengan skala rendah yang telah dijelaskan dalam teori Kaneko Shiro tersebut telah dipelajari
dalam kurikulum departemen Sastra Jepang USU. Berikut penjelasan kurikulum mata kuliah tersebut:
7 Bahasa Sopan dan Bahasa Biasa
Referensi : Minna No Nihongo Shokkyu I Pelajaran 20
Mata Kuliah : Bahasa Jepang II dan Percakapan II
Dipelajari pada semester : Dua
Pertemuan : 6 Bahasa Jepang IV, 6 Percakapan IV
Universitas Sumatera Utara
D. FAKTOR PENENTU KESANTUNAN BERBAHASA DALAM
BAHASA JEPANG
Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, kesantunan bertutur merupakan bagian yang sangat penting bagi masyarakat Jepang. Menurut Ide Sachiko dan
Megumi dalam Susanti 2007: 41-42 kesantunan digunakan untuk menghindari terjadinya konflik dengan lawan bicara dan menciptakan komunikasi tersebut
terlihat lebih sopan. Kesantunan direalisasikan dalam bahasa verbal dan non- verbal.
Aspek yang terdapat dalam kesantunan berbahasa ada dua, yaitu wakimae ‘dicerment’ artinya berbahasa berdasarkan pilihan, dan volition artinya berbahasa
berdasarkan kehendak atau kemauan. Wakimae, mengacu pada norma-norma sosial. Oleh karena itu, masyarakat
Jepang diharapkan untuk menyadari adanya hubungan antara konteks situasi dan konteks sosial. Konteks situasi meliputi hubungan antara interpersonal peserta
tutur dengan keformalan situasi. Hubungan interpersonal dipengaruhi oleh kedekatan sosial dan psikologi di antara peserta tutur. Faktor lain yang
mempengaruhi hubungan tersebut adalah usia, status sosial, dan tingkatan lainnya yang menentukan kedekatan psikologi dan sosial. Kedekatan tersebut
dikelompokkan kedalam uchi ‘dalam kelompok’ dan soto ‘luar kelompok’. Uchi cenderung pada hubungan kedekatan yang erat dan perasaan kebersamaan di
dalam kelompok. Soto memiliki hubungan kerapatan yang lebih jauh. Pengguna bahasa yang mengacu pada wakimae menunjukkan bahwa penutur melakukan
tuturan dengan merendahkan dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Volition, pada aspek ini kesantunan berbahasa penutur dituturkan dengan ekspresi. Tujuan dari ekspresi tersebut adalah untuk mengungkapkan kesantunan.
Penutur pun menggunakan berbagai strategi agar tuturannya dapat dikabulkan oleh petutur. Volition dalam bahasa Jepang ternyata sesuai dengan teori dari
Brown dan Levinson dalam Susanti 2007: 42, yaitu strategi kesantunan meliputi kesantunan positif dan kesantunan negatif. Muka positif berhubungan dengan
keinginan untuk permintaan, persetujuan, atau penetapan suatu hal dan ditujukan pada strategi kesantunan positif. Muka negatif cenderung pada need ‘kebutuhan’
karena penutur tidak ingin adanya rasa ditekan, dihalang-halangi, dan dipaksa. Hal tersebut ditujukan untuk strategi kesantunan negatif. Penutur merancang
perilaku berbahasa untuk menjaga muka penutur maupun petutur. Pendapat Sachiko Ide dan Megumi Yoshida menjelaskan adanya faktor yang
menentukan kesantunan berbahasa di dalam wakimae. Hal tersebut dipertegas lagi oleh Mizutani dan Mizutani dalam Susanti 2007: 43-44, bahwa ada tujuh faktor
penentu kesantunan berbahasa dalam bahasa Jepang di dalam buku mereka How to be Polite in Japanese. Adapun ketujuh faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Keakraban, misalnya ketika berbicara dengan orang yang baru
dikenal, seseorang akan menggunakan bentuk sopan seperti はじめまして、
私 は パ イ ジ ョ で す 。 ど う ぞ よ ろ し く 。 ’senang berkenalan dengan
Anda, saya Paijo.’ 2.
Usia, orang yang lebih tua usianya akan berbicara dengan ragam biasa kepada orang yang lebih muda, sedangkan orang yang lebih muda akan
berbicara dengan ragam sopan kepada orang yang lebih tua usianya. Jika
Universitas Sumatera Utara
seusia, mereka menggunakan ragam percakapan biasa. Hubungan Senpai- Kohai ‘senior-junior’ ternyata sangat kuat di antara pelajar Jepang,
khususnya di antara pelajar yang berada dalam satu kelompok maupun di perusahaan dan lingkungan kerja. Senpai akan menggunakan ragam biasa
dan kohai harus menggunakan bahasa sopan. 3.
Hubungan Sosial, maksudnya adalah hubungan antara majikan dan pekerja, penyedia jasa dan pengguna jasa, guru dan murid. Hubungan ini disebut
hubungan profesionalitas. Pada umumnya orang yang mempunyai status sosial lebih tinggi akan menggunakan ragam bahasa biasa dan bawahan
akan menggunakan ragam sopan atau sangat sopan. 4.
Status Sosial. Orang yang status sosialnya tinggi akan menggunakan bahasa sopan seperti keluarga kaisar, kantor berita, dan sebagainya.
5. Jenis Kelamin. Tuturan akan dianggap lebih akrab jika berbicara dengan
sesama jenis kelamin. 6.
Keanggotaan Kelompok. Orang Jepang menggunakan ekspresi dan istilah yang berbeda bergantung kepada siapa mereka berbicara. Misalnya
seorang suami akan menyebutkan nama istri ketika berbicara tentang dia dengan seseorang. Pada faktor keenam ini ada dua pengelompokan yaitu
in-group ‘dalam kelompok’ dan out-group ‘luar kelompok’. Anggota dalam kelompok seperti keluarga dan teman sekantor. Sedangkan luar
kelompok, yaitu orang-orang yang mempunyai hubungan jauh dengan penutur.
Universitas Sumatera Utara
7. Situasi. Orang-orang akan menggunakan tingkatan bahasa yang berbeda
bergantung pada situasi, bahkan ketika berbicara dengan orang yang satu tingkat. Ketika mereka bertengkar bahasa yang digunakan dapat berubah
dari bentuk sopan menjadi akrab atau dari akrab menjadi sopan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISIS PEMAKAIAN RAGAM KESANTUNAN MEMOHON BAHASA