18
2.3 Hubungan Antara Metode Bercerita Dengan Perkembangan Sosial Emosional
Anak Usia Dini
Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan Moeslichatoen, 2004:7. Terdapat berbagai macam metode
pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini, salah satunya metode bercerita. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi
anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan Moeslichatoen, 2004:157.
Kegiatan bercerita yang dilakukan oleh pendidik haruslah kreatif dan menarik, sehingga anak dapat mendengarkan dengan penuh perhatian dan dengan mudah dapat
menangkap isi cerita. Isi cerita yang terdapat dalam cerita anak harus dekat dengan dunia kehidupan anak, misalnya bermain yang mengesankan, pengenalan dunia
binatang, persahabatan anak, dan sebagainya. Selain itu, cerita untuk anak juga harus mengandung nilai moral atau pesan-pesan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
anak. Hal ini dilakukan agar anak dapat menggambarkan bagaimana tokoh cerita bertingkah laku serta mendapatkan pesan-pesan moral tanpa merasa digurui.
Menurut Musfiroh 2008:78, metode bercerita memiliki beragam manfaat. Diantaranya adalah untuk mengembangkan aspek sosial dan aspek emosi anak.
Menurut Utami, dkk., 2013:101, perkembangan sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan ketrampilan interpersonalnya, belajar menjalin persahaba-tan,
meningkatkan pemahamannya tentang orang di luar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan perilaku. Sedangkan perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak
memahami, mengekspresikan dan belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Emosi anak perlu dipahami pendidik agar dapat
mengarahkan emosi negatif menjadi emosi positif sesuai dengan harapan sosial. Jika ditinjau dari aspek sosial, menurut Kusmarwanti 2011:2 sebuah cerita
tidak mungkin dibangun hanya oleh satu tokoh. Munculnya berbagai tokoh dalam cerita mencerminkan kebersamaan dalam kehidupan sosial. Dalam cerita anak, tokoh-
tokoh itu saling berkomunikasi dan bersosialisasi satu sama lain. Berbagai karakter dan
19
berbagai reaksi yang muncul pada tokoh-tokoh cerita tersebut dapat dipelajari oleh anak. Selain itu, melalui cerita anak juga dapat belajar bekerja sama dengan teman-
temannya, belajar percaya pada orang-orang di sekitarnya, mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, dan sebagainya.
Sedangkan jika ditinjau dari aspek emosi anak, dapat dilihat dari suasana yang dibangun dalam cerita. menurut Kusmarwanti 2011:4, cerita yang dominan berisi
tentang rasa dendam dan sakit hati yang diceritakan terus menerus pada anak dapat membentuk emosi yang negatif, yaitu prasangka buruk yang berlebihan. Begitu juga,
cerita yang dominan berisi tentang kegagalan yang diceritakan terus menerus kepada anak juga dapat membentuk emosi yang negatif, yaitu rasa putus asa dan tidak percaya
diri. Idealnya, sebuah cerita dapat membangun variasi emosi pada anak. Melalui cerita, ada kalanya anak senang atau gembira, ada kalanya sedih, ada kalanya terharu, ada
kalanya marah, ada kalanya sukses, ada kalanya gagal, dan sebagainya. Semua emosi itu harus bisa dirasakan pada anak secara proporsional. Kemampuan anak untuk
menempatkan berbagai emosi itu pada saat yang tepat menjadi salah satu keberhasilan perkembangan emosi anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara metode bercerita dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini.
2.4 Hipotesis Penelitian