Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
2. Menyerahkan bahan baku, bahan pengemas, reagensia, dan bahan lain serta
peralatan kepada bagian dan Instalasi yang membutuhkan. 3.
Menerima obat jadi dari Instalasi Produks i 4.
Menyerahkan obat jadi ke Gudang Pusat II. Persediaan barang di Instalsimpan diawasi dengan ketat dimana
pemasukan dan pengeluaran barang dicatat di kartu gudang. Instalsimpan terdiri dari ruangan administrasi, ruang sejuk AC, ruang sampling kelas III, ruang
timbang dan staging kelas III, ruang bahan aktif, ruang bahan cair dan ruang produk jadi, ruang bahan pembantu, ruang embalage,
3.7.6 Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sisjang
Instalasi pemeliharaan dan Sisjang merupakan pelaksana fungsi pemeliharaan dan perbaikan terhadap alat produksi sehingga siap digunakan,
penatalaksanaan limbah industri, menyiapkan utilitas guna mendukung kegiatan produksi dan merencanakan kebutuhan suku cadang untuk mendukung kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan. Seluruh kegiatan pemeliharaan dan perbaikan dilaporkan kepada Kalafi.
1. Penanganan Limbah
Limbah dari industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan di
sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Ditkesad berasal dari proses produksi dan proses pengujian, yang terbagi atas limbah padat dan limbah cair.
Pada produksi obat Non Betalaktam, pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakan dust collector yaitu limbah debu disedot dari ruang
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
produksi dengan vakum kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung dan dibakar. Khusus untuk limbah dari proses penyalutan tablet, terlebih dahulu diolah
dengan air washer. Sedangkan limbah cair produksi Non Betalaktam langsung dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah.
Pada produksi Betalaktam, pengolahan limbah terlebih dahulu diolah melalui air washer, dimana limbah padat debu disedot oleh vakum dari ruangan
yang berdebu seperti ruangan strip, isi kapsul, cetak, coating, campur dan ruang isi sirup kering, lalu disemprot dengan air bertekanan 4 bar sehingga debu akan
jatuh di bak penampungan. Air dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi dengan dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin
Betalaktam dengan larutan NaOH 0,1 N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9. Sedangkan limbah cair produksi obat non Betalaktam tidak
melalui destruksi. Selanjutnya, limbah hasil produksi Betalaktam disalurkan ke IPAL untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Pengolahan limbah pada IPAL menggunakan prinsip fisika, kimia dan mikrobiologi. Cara fisika dilakukan dengan mengendapkan kotoran pada bak
pengendap. Cara kimia dilakukan dengan menambahkan koagulan Poly Aluminium Chloride pada bak koagulan dan flokulan polimer anionik pada bak
flokulasi. Cara mikrobiologi dilakukan dengan mengembangbiakkan bakteri aerobik pada bak aerasi agar dapat menghancurkan zat organik. Untuk menjaga
pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk urea sebagai nutrisi untuk bakteri. Tahapan pengolahan air limbah di IPAL melibatkan proses fisika, kimia
dan biologi. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
a. Bak Penampungan Awal Air limbah yang masuk dari produksi Betalaktam yang telah mengalami
destruksi akan ditampung dan pengotornya diendapkan dalam bak ini. Kemudian dialirkan ke bak pengendapan sedimentasi pertama.
b. Bak Sedimentasi Pertama Disini terjadi proses pengendapan kembali. Di dalam bak ini terdapat
sekat-sekat yang menghambat laju aliran air sehingga reaksi pengendapan berlangsung lama. Air limbah dari bak ini mengalir ke bak equalisasi.
c. Bak Equalisasi Disini terjadi proses fisika. Di bak ini material padat dihancurkan dengan
menggunakan Communitor, pasir terbawa diendapkan. Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak
merata, yaitu pada jam kerja dan di luar jam kerja. Bak ini juga terdapat pengaduk untuk mengaduk bahan organik agar tidak mengendap.
d. Bak Aerasi dan Stabilisasi Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa secara
kontinyu. Di dalam bak ini limbah diolah menggunakan bakteri aerob jenis SGP-50 yang berguna untuk menghancurkan zat-zat organik. Bak
ini dilengkapi dengan aerator untuk memasukkan oksigen dari udara yang dihasilkan oleh blower dan ditransfer ke dalam air limbah, sehingga
mikroorganisme mampu melanjutkan sintesis dan dekomposisi bahan
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
pencemar menjadi gas yang tidak mencemari. Di dalam bak ini dilakukan juga pengadukan untuk menjamin seluruh material yang ada di dalam
limbah cair dalam kondisi tersuspensi. e. Bak Sedimentasi Kedua Clarifier
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak sedimentasi kedua. Dalam bak ini air mengalami penjernihan. Bak ini memiliki dinding
pemisah bergerigi untuk menahan pengotor dan dasar yang berbentuk kerucut untuk mengendapkan sedimen sehingga air yang mengalir ke bak
koagulasi hanya cairannya saja. f. Bak Koagulasi
Cairan dari bak sedimentasi kedua masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam bak ini ditambahkan koagulan PAC Poly Aluminium Chloride
dengan menggunakan dozing pump yang disertai dengan pengaduk, dimana koagulasi berfungsi untuk mengikat protein berantai panjang.
Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu 50 kg PAC dalam 1000 L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai bak penampung koagulan.
g. Bak Flokulasi Dari bak koagulasi cairan dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi untuk
mengendapkan endapan yang masih terbawa. Di dalam bak ini air limbah mengalami penambahan flokulan berupa polimer elektrolit sebagai
polianionik dengan konsentrasi 1 kg polianionik dalam 1000 L air sehingga terbentuk flok-flok yang kemudian diendapkan di bak
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
sedimentasi kedua. Untuk air yang sudah jernih akan langsung menuju ke bak penampungan akhir melalui bidang miring.
h. Bak Pengendapan akhir Bak Sedimentasi Ketiga 1 Dari bak flokulasi, cairan yang masih mengandung endapan dialirkan
ke dalam bak sedimentasi ketiga yang berbentuk kerucut di bagian bawah bak. Pada bak ini diberi karung yang berfungsi sebagai
penyaring untuk menampung endapan, sedangkan cairan yang lebih jernih masuk ke dalam bak penampung cairan.
2 Bak Penampung Cairan Cairan yang masih mungkin mengandung limbah dialirkan kembali ke
bak sedimentasi pertama untuk diolah kembali sampai limbah tersebut benar-benar bersih dari senyawa kimia yang berbahaya.
i. Bak Bidang Miring Bak bidang miring berbentuk miring ke satu arah yang menghubungkan
bak flokulasi dan bak kontrol yang gunanya untuk menahan endapan dan partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi.
Melalui bak bidang miring, air dari bak flokulasi mengalir ke bak kontrol. j. Bak Kontrol Bak Pembuangan Akhir
Cairan yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan sebagai kontrol biologi untuk diperiksa kadar COD dan BOD serta TDS jumlah
zat padat total, dan pH. Jika hasilnya memenuhi syarat air dapat dibuang ke saluran pembuangan umum.
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
Parameter yang harus dipantau untuk limbah cair adalah : 1. pH
2. Suhu 3. Total Suspended Solid TSS
4. Total Dissolved Solid TDS 5. Biological Oxygen Demand BOD
6. Chemical Oxygen Demand COD BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI FARMASI
Kep-51MENLH101995
Denah IPAL dapat dilihat pada Lampiran 10. Parameter
Proses pembuatan Bahan Formula mgL
Formulasi Pencampuran mgL
BOD 100
75 COD
300 150
TSS 100
75 Total-N
30 -
Fenol 1,0
- pH
6,0 - 9,0 6,0 – 9,0
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
2. Fasilitas Pendukung Utility
Fasilitas pendukung terdiri dari pengolahan air baku farmasi, Instalasi listrik dan Instalasi udara bertekanan. Sumber air bersih didapat dari suplai
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM yang diolah menjadi air baku farmasi melalui Instalasi pengolahan air. Air baku farmasi adalah air yang memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai bahan baku air untuk produksi steril maupun nonsteril. Penanggung jawab pengolahan fasilitas utility adalah Kepala Instalasi
Pemeliharaan Instalhar. Fasilitas utility terdiri dari : a. Instalasi Listrik
Sumber listrik Lafi Ditkesad berasal dari PLN dengan daya sebesar 2000 KW. Pada saat ini belum digunakan generator tetapi pada produksi steril
diperlukan adanya aliran listrik secara terus-menerus sehingga dipertimbangkan untuk menggunakan generator.
b. Pengolahan Demineralisata Sumber air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum PDAM
kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi pengolahan air. Pemilihan PDAM sebagai sumber air oleh Lafi Ditkesad adalah karena banyaknya
kandungan logam pada air tanah. Air yang berasal dari PDAM terlebih dahulu ditampung pada tangki yang
tertanam di dalam tanah ground tank kemudian dialirkan melalui pipa ke dalam suatu alat filtrasi. Air yang diolah menjadi air demineralisata mengalami
beberapa tahap penyaringan :
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
1 Saringan Pasir sand filter Saringan pasir berfungsi untuk mengikat kotoran-kotoran dan kaporit
yang terbawa air selama pengolahan air di PDAM. 2 Saringan Karbon carbon filter
Saringan karbon berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna, kontaminan organik dan unsur chlor yang ditambahkan pada
pengolahan air di PDAM. 3 Resin Kation
Resin kation berfungsi untuk menghilangkan ion-ion positif dan ditukar dengan ion hidrogen.
4 Resin Anion Resin anion berfungsi untuk menghilangkan ion-ion negatif dan
ditukar dengan ion hidroksida, sehingga menghasilkan air dengan kandungan Total Dissolved Solid TDS kurang dari 8 ppm dan silika
kurang dari 0,1 ppm. 5 Setelah mengalami beberapa tahap pemurnian, air demineralisata
dialirkan ke ruangan-ruangan produksi untuk digunakan. c. Pengolahan Air Suling
Air suling merupakan kelanjutan dari air demineralisata yang dihubungkan dengan alat dan pemroses aquadest, dengan alat ini dihasilkan air suling.
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
d. Boiller Steam Air baku untuk menghasilkan uap panas adalah aqua demineralisata yang
ditekan melalui pompa air masuk ke filter kemudian ditampung di dalam tangki stainless steel untuk mensuplai steam. Air dipanaskan melalui boiler hingga
menjadi uap. Alat ini bekerja secara semi otomatik dengan alat-alat pengaman yang lengkap. Udara panas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa ke ruang-ruang
produksi yang membutuhkannya. e. Udara Bertekanan
Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor yang bekerja secara otomatis dengan alat pressure switch. Kompresor juga dilengkapi
dengan air dryer, main line filter, mist separator dan micro mist separator. Instalasi kompresor ini digunakan hanya pada peralatan yang memerlukan udara
bertekanan. 3.8
Pengolahan Dokumen Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi menajemen sebuah
organisasi perusahaan. Dokumentasi di Lafi Ditkesad meliputi : 1.
Dokumentasi seluruh pedoman yang berkenaan dengan aktifitas Lafi Ditkesad dengan pelaksanaan fungsinya sebagai lembaga produksi
obat yang dituangkan dalam Prosedur Tetap Protap yang meliputi bidang personalia, administrasi dan logistik, operasional peralatan dan
Instalasi umum, sanitasi dan higiene, prosedur operasional dan perawatan alat, prosedur pembersihan alat atau ruangan, kalibrasi dan
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
validasi, spesifikasi bahan, prosedur pengolahan dan pengujian, metoda dan instruksi serta protap-protap lain yang diperlukan.
2. Dokumen seluruh proses pembuatan obat yang dituangkan dalam
Catatan Pengolahan dan Pengemasan bets meliputi spesifikasi, prosedur, metoda dan Instruksi, catatan dan laporan selama proses
produksi berlangsung dari mulai penimbangan sampai pengemasan yang menggambarkan riwayat lengkap dari bets obat yang diproduksi.
3. Dokumentasi untuk setiap pengambilan sampel dan bahan uji, baik
bahan baku, bahan setengah jadi, produk ruahan maupun obat jadi serta hasil pengujiannya.
4. Dokumen untuk setiap obat yang telah diluluskan oleh Instalasi
Pengawasan Mutu dan telah didistribusikan. 5.
Dokumentasi juga dilakukan untuk segala aktifitas yang berkenaan dengan perbaikan, pemantauan dan pengendalian, misalnya
lingkungan, perlengkapan, peralatan dan personalia. Seluruh dokumen di atas dikelola dan disimpan oleh bagian-bagian yang
bersangkutan dengan aktifitas yang dilaksanakan tetapi Master Document disimpan di produksi. Catatan Pengolahan dan Pengemasan Bets yang sudah diisi,
disimpan di Instalasi Pengawasan Mutu
Elida Khairani : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat LAFI DITKESAD, 2009.
BAB IV PEMBAHASAN
Lafi Ditkesad merupakan suatu lembaga penunjang dalam pelaksanaan tugas pokok Direktorat Kesehatan Angkatan Darat yaitu dalam penyediaan obat-
obatan untuk kepentingan TNI-AD serta keluarganya. Lafi Ditkesad merupakan lembaga pelaksana produksi obat-obatan yang dituntut untuk menghasilkan obat
yang bermutu tinggi, aman dan berkhasiat walaupun obat yang diproduksi dipakai untuk lingkungan sendiri yaitu anggota prajurit dan PNS TNI-AD serta
keluarganya dan tidak dipasarkan tidak mendapat keuntungan. Selain itu, Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Lafi Ditkesad
merupakan suatu badan pelaksana pusat yang berada dibawah Direktorat Angkatan Darat yang bertugas untuk menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi
teknik yang meliputi produksi obat, pengawasan mutu, penelitian dan pengembangan, penyimpanan, administrasi logistik, pemeliharaan alat produksi
dan instrumen serta menyelenggarakan fungsi organiknya yang berupa fungsi militer dan fungsi pembinaan. Fungsi organik dilaksanakan dalam rangka
mendukung tugas pokok Lafi Ditkesad. Dalam pelaksanaan produksi, Lafi Ditkesad selalu mengacu pada CPOB
hal ini dibuktikan dengan telah memiliki 5 sertifikat CPOB untuk 5 macam sediaan antibiotik Betalaktam dan 5 sertifikat sediaan Non Betalaktam. Pedoman
CPOB meliputi beberapa aspek, yaitu : manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan hygiene; produksi; pengawasan mutu;