LATAR BELAKANG PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PROMOSI KESEHATAN BRAINSTORMING DAN ROLEPLAY TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK JALANAN DI GRIYA BACA MALANG

1 ✁ ✂ ✄☎ ✆✝ ✁✞ ✟✠✟✁✆

1.1 LATAR BELAKANG

Departemen Sosial Republik Indonesia mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya Huraerah, 2012: 90. Sedangkan, menurut Anasiru 2011: 177 anak jalanan dapat dipahami sebagai anak yang karena sebab- sebab tertentu masuk ke dalam kehidupan jalanan untuk tujuan mencari nafkah dan memperoleh penghasilan. Anak jalanan merupakan bagian dari komunitas kota, mereka menyatu dengan kehidupan jalanan kota, dimana jalanan menjadi lapangan hidup, tempat memperoleh pengalaman hidup, dan sarana untuk mencari penyelesaian masalah ekonomi maupun sosial. Data terakhir yang dilansir Badan Pusat Statistik BPS Jawa Timur bulan September 2014 menyebutkan bahwa angka kemiskinan di tataran Jawa Timur sekitar 474.842.000 jika dipresentasikan 12,28 , sedangkan di kota Malang tahun 2013 jumlah penduduk miskin sekitar 43.400 jiwa. Kemiskinan merupakan salah satu faktor meningkatnya jumlah anak jalanan di kota-kota besar. Di tataran Jawa Timur khususnya Surabaya adalah kota dengan pertumbuhan anak jalanan yang paling pesat. Kota berikutnya yang memiliki tingkat permasalahan anak jalanan yang kompleks adalah Kota Malang, berdasarkan data Dinas Sosial Kota Malang pada tahun 2012 anak jalanan di Malang diperkirakan mencapai 227 anak. Kelompok umur remaja merupakan bagian terbesar dari kelompok anak jalanan dengan kisaran umur 14-18 tahun Yumpi, 2013: 143 Masa remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO kurun usia remaja dibagi dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun Fatimah, 2010: 171. Remaja tumbuh dan berkembang secara biologis yang juga diikuti dengan perkembangan psikologis dan sosial Mubarok, 2011: 32 . Perilaku remaja dipengaruhi tiga lingkungan utama, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, jika terjadi penyimpangan di dalam lingkunganya dapat memunculkan masalah pada tumbuh kembang remaja Ali Asrori, 2009:93 Masalah yang terjadi pada remaja pun tidak dapat kita singkirkan dari aspek perkembangan remaja. Masalah yang dialami remaja beragam mulai dari masalah kesehatan mental, kesulitan berprestasi dan masalah sosial lainnya Santrock, 2007: 235. Menurut Kemenkes RI tahun 2010, masalah kesehatan pada anak jalanan tidak terlepas dari masalah perilaku kesehatan remaja seperti kebiasaan merokok, menggunakan NAPZA, perilaku seksual berisiko, dan masalah kesehatan reproduksi seperti Infeksi Menular Seksual dan HIV-AIDS. Selain itu, pada anak jalanan juga sering terjadi kekerasan fisik dan emosional serta penyakit akibat kerja seperti dampak menghirup lem, CO 2 dan lain-lain. Mayoritas tindakan berisiko yang terjadi pada anak jalanan di beberapa negara di dunia khususnya negara berkembang adalah perilaku merokok. Penelitian yang dilakukan pada anak jalanan di Nepal menunjukkan mayoritas memiliki kebiasaan merokok yaitu 87,5 Thapa et al, 2009: 272 dan penelitian lain di Beni Sueif Mesir menunjukkan 83,2 masalah kesehatan pada anak jalanan mayoritas adalah perokok Mohamed et al, 2011: 113. Di Indonesia perokok pemula usia 10-14 tahun naik dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir dari 9,5 pada tahun 2001 menjadi 17,5 pada tahun 2010. Sementara perokok pemula usia 15-19 tahun menurun dari 58,9 menjadi 43,3. Keadaan ini menunjukan telah terjadi pergesar perokok pemula ke usia yang lebih muda Peraturan Menkes RI, 2013:5 Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang disekelilingnya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersikap karsinogenik. Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko kanker paru dan penyakit kardiovaskular. Fatimah, 2010: 242. Bahaya lainnya perokok yang adiktif menganggap perilaku merokok adalah suatu kenikmaatan, merokok dapat menghilangkan rasa tidak nyaman dan dapat meningkatkan semangat Hutapea, 2013: 131. Berdasarkan dampak negatif yang diakibatkan oleh perilaku merokok, banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk merubah perilaku merokok. Pada dasarnya pemerintah memiliki kekuatan yang dapat mendukung penyelenggaraan pengendalian dampak konsumsi rokok. Untuk itu beberapa strategi yang dilakukan pemerintah berdasarkan Peraturan Menkes RI No. 402013 tentang Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan antara lain, pengembangan sistem monitoring dan evaluasi, memproses menjadi anggota FCTC Framework Convention on Tobacco Control, KIE untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama generasi muda, perokok pemula, dan program berhenti merokok, pengendalian dampak konsumsi rokok, penetapan KTR Kawasan Tanpa Rokok, peningkatan cukai rokok, pelarangan iklan dan sponsorship , dan peringatan kesehatan bergambar. Sejauh ini, peraturan proses legalisasi kebijakan KTR Kawasan Tanpa Rokok di seluruh wilayah belum berjalan optimal, penetapan kawasan tanpa rokok sebenarnya selama ini telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak baik institusi pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Namun pada kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan, periklanan dan penggunaan rokok Kemenkes RI, 2011: 9. Selain itu, sejak bulan Juni 2014 kemarin setiap perusahan rokok telah mengeluarkan bungkus rokok dengan menyertakan Pictoral Health Warning PHW. Peringatan kesehatan berbentuk gambar merupakan sarana efektif untuk mengkomunikasikan resiko merokok bagi perokok, namun hingga saat ini belum bisa dipastikan PHW dapat menurunkan perilaku merokok pada masyarakat Indonesia TCSC, 2014: 2. Selain itu, murahnya harga rokok, tidak ada pembatasan usia dalam membeli rokok dan maraknya iklan rokok yang menarik di jalanan dan media elektronik membuat remaja dan masyarakat menengah ke bawah dengan mudah untuk mendapatkan rokok Hutapea, 2013: 370. Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah belum berhasil dalam menurunkan perilaku merokok pada masyarakat dilihat dari jumlah perokok pada tahun 2013 usia 15 tahun masih sebanyak 64,9 Riskesdas, 2013: 175. Selain itu, hasil wawancara singkat peneliti kepada salah satu pengurus Griya Baca GB dari 85 anak jalanan yang diasuh GB sekitar 20 anak yang terlihat sering merokok, untuk yang lainnya pengurus sendiri tidak dapat memastikan karena banyak anak-anak yang menutupi perilaku merokoknya di depan pengurus. Sedangkan, saat peneliti bertanya pada tiga orang anak jalanan, responden mengatakan dirinya merokok dan teman-temannya pun merokok, untuk alasan merokok responden menjawab karena penasaran ingin mencoba dan agar diakui oleh teman sepermainan. Rokok yang mereka konsumsi mereka dapatkan dari hasil ngamen yang kadang dibayar dengan rokok, atau dari uang jajan mereka yang mereka sisihkan. Ditambah lagi, saat ini rokok yang mudah didapat dan dijual murah, harga eceran rokok per batang hanya seribu rupiah yang mudah didapat di kios dan pedagang asongan. Selain itu, responden telah mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan, tetapi responden menganggap itu hal yang biasa dan bukan sesuatu yang menakutkan. Melihat fenomena kehidupan anak jalanan seperti di atas, perlu dilakukan upaya pembinaan aplikatif, guna menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan mengembangkan potensinya secara normatif. Keterlibatan aktif anak jalanan dalam belajar memberikan penguatan pada dirinya sehingga keberanian, kreativitas, dan rasa percaya diri anak jalanan dalam pembelajaran dapat berkembang secara optimal Sujarwo, 2007: 33. Cara belajar anak jalanan berbeda-beda ada yang sudah mandiri diberi tanggung jawab untuk mengajar temannya tetapi adapula yang masih bergantung sama orang lain. Selanjutnya ditemukan pula bahwa ada anak yang aktif tetapi ada pula yang masih pasif. Secara keseluruhan perilaku belajar mengacu pada perubahan atas keterampilan, pembiasaan dan sikap. Sedangkan, perilaku belajar anak jalanan dapat dikategorikan ke dalam lima cara yaitu belajar dengan guru, belajar dengan teman yang lebih tua, belajar dengan teman sebaya, belajar sendiri dan belajar dengan diberi tanggung jawab Mardiana, 2008: 165 Belajar dengan teman sebaya dapat dimodifikasi dengan menggunakan metode promosi kesehatan curah pendapat Brainstorming dan bermain peran Role Play dimana metode Brainstorming adalah metode pengumpulan sejumlah besar gagasan dari sekolompok orang dalam waktu singkat, sedangkan Role Play mengarahkan peserta didik untuk menirukan suatu aktivitas atau mendramatisir situasi, ide, atau karakter khusus Sani, 2013: 204. Metode pembelajaran ini dapat diterapkan pada usia 6 tahun hingga dewasa, dikarenakan metode ini dapat mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Pada anak usia sekolah dasar 6-12 tahun metode ini dapat digunakan sebagai pengembangan pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Sedangkan pada anak usia SMP-SMA, metode ini dapat digunakan untuk mengembagkan bakatnya dan memberikan kesempatan untuk belajar bertanggung jawab Desmita, 2014: 35. Sesuai dengan penelitian Transformatif Learning pada Kegiatan Pendampingan Anak Jalanan di Kota Malang yang dilakukan oleh Nusantara 2013 dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan design case study didapatkan hasil adanya proses penyadaran melalui dialog dan proses pergeseran paradigma dari ketidakstabilan menuju pandangan baru yang lebih bermakna, masalah anak jalanan yang terselesaikan adalah anak mengalami eksploitasi dari orang tua, anggapan yang salah tentang pola pembinaan, tidak percaya diri, trauma akibat kecelakaan, ketakutan akibat berhadapan dengan hukum, tindakan yang dilakukan pendamping meliputi merubah pola pikir orang tua, menggali dan mengapresiasi bakat minat, pemberian motivasi, dorongan spritual, dan perlindungan, dampak yang dihasilkan meliputi orang tua tidak melakukan eksploitasi, anak jalanan menjadi percaya diri akan masa depan, kualitas spiritual semakin baik, merasa aman bersama pendamping. Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti memutuskan untuk melakukan suatu upaya untuk menurunkan perilaku merokok pada anak jalanan di Griya Baca. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan promosi kesehatan dengan metode Brainstorming dan Role play, Brainstorming merupakan salah satu teknik untuk merangsang munculnya pemikiran-pemikiran kreatif terutama dalam usaha pemecahan masalah, selain itu dengan berbicara berpendapat dapat meningkatkan daya ingat 80 sedangkan Role Play adalah suatu metode yang mengarahkan peserta didik untuk menirukan suatu aktifitas atau mendramatisasikan suatu ide atau karakter khusus, dengan mengucapkan dan melakukan dapat meningkatkan daya ingat sebanyak 90 Sani, 2013: 170 Selanjutnya kedua metode kreatif ini dilaksanakan dengan memberikan rangsangan stimulus untuk memberikan kondisi yang membangkitkan tanggapan respon berupa ide-ide kreatif. Jadi, sangat alami bagi anak-anak untuk secara aktif mengembangkan gagasan dan konsep yang bisa membantu mereka memahami dunia mereka. Metode ini memberikan kesempatan untuk membantu anak-anak belajar dan mengembangkan konstruk-konstruk yang sehat, dan konsekuensinya mengubah sikap dan perilaku mereka sehingga mereka menghindari berkembangnya masalah-masalah yang kurang perlu Geldrad, 2013 :32 . Pada anak jalanan kedua metode ini diasumsikan sebagai metode pembelajaran kontekstual yang dirancang guna memberikan penguatan pada keterlibatan aktif anak jalanan Sujarwo, 2007: 33 . Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Efektivitas Metode Promosi Kesehatan Brainstorming dan Role Play terhadap Perubahan Perilaku Merokok pada Anak Jalanan di Griya Baca Malang.

1.2 Rumusan Masalah