PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MAKALAH
PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN
oleh:
FEBRIANTO MANIK
4123131033
KIMIA DIK B 2012
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Perkembangan Peserta Didik
mengenai Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan
Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah PPD. Namun,
sepenuhnya Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya penyusun
sendiri.
Medan, 10 Desamber 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Rumusan Masalah
2
1.3.
Tujuan
3
BAB II KAJIAN TEORI
4
2.1.
Anak Jalanan
4
2.2.
Pengertian Ngelem
4
2.3.
Lingkungan Sekitar Anak Jalanan Mempengaruhi Timbulnya Perilaku
Ngelem
5
BAB III PEMBAHASAN
6
3.1.
Kasus Ngelem Pada Anak Jalanan
6
3.2.
Faktor Penyebab Munculnya Kebiasaan Ngelem pada Anak Jalanan
6
3.3.
Dampak Negatif Ngelem bagi Anak Jalan
8
3.4.
Cara Mengatasi Permasalahan Remaja Yang Kecanduan Ngelem
9
BAB IV PENUTUP
10
4.1.
Kesimpulan
10
4.2.
Saran
10
Daftar Pustaka
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Anak adalah aset generasi mendatang yang sangat berharga. Bisa dikatakan bahwa
baik buruknya hari depan sebuah bangsa ditentukan oleh tangan- tangan pengembannya.
Dalam hal ini di tangan anaklah tergenggam masa depan bangsa. Menurut Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi
manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah
dan negara serta disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah.
Salah satu masalah sosial di indonesia yang membutuhkan pemecahan segera adalah
perkembangan jumlah anak jalanan. Anak-anak jalanan tersebut membutuhkan perhatian
khusus karena tidak hanya rawan terhadap perlakuan buruk bagi diri anak tersebut, tetapi juga
memunculkan penyimpangan sosial yang ditimbulkan dari diri anak-anak jalanan itu sendiri.
Eksploitasi dan ancaman adalah dua hal yang sekaligus dialami oleh anak jalanan.
Mereka sudah terbiasa mengalami tipuan oleh teman sendiri, caci maki bahkan menjadi
korban pelecehan seksual oleh orang yang lebih dewasa, dipukuli petugas, hingga barang
dagangan dirampas oleh preman. Peristiwa demi peristiwa kekerasan yang dihadapi anak
jalanan justru mencerminkan adanya kecenderungan menjadikan anak-anak jalanan sebagai
objek kekerasan dari pemegang otoritas, seperti orang tua, preman, orang yang lebih dewasa
dan petugas keamanan. Kekerasan yang sering terjadi pada anak jalanan akan memberikan
dampak atau pengaruh dalam kehidupan anak jalanan tersebut. Maka tidak jarang anak
jalanan cenderung untuk terjerumus dalam tindakan menyimpang. Salah satu perilaku yang
popular menyimpang adalah “ngelem”, yang secara harafiah berarti menghirup lem.
Adapun lem yang digunakan oleh anak-anak jalanan untuk melakukan aktifitas
ngelem tersebut adalah lem plastik, lem perabotan atau lem alat rumah tangga. Lem ini
mengandung bermacam-macam zat kimia yang sangat berbahaya jika dikonsumsi. Di
dalamnya terdapat Lysergic Acid Diethyilamide atau LSD dan berbagai macam Volatile
Hidrokarbon termasuk diantaranya, toluene aceton, alifatik acetat, benzine, petroleum naftat,
perklorethylen, trikloretane, karbontetraklorida. Selain berisi Volatile Hidrokarbon, juga
mengandung Diethyleter, Kloroform, Nitrous Oxyda, macam-macam Aerosol, Insektiside.
Bahan-bahan ini bersifat menekan sistem susunan saraf pusat yang sebanding dengan efek
alkohol meskipun gejalanya berbeda. Umumnya efek akut bahan ini serupa dengan inhalasi
1
ether atau mitrous oxyda (obat anastesi/bius umum) yang berupa euforia ringan, mabuk,
pusing kepala tapi masih dapat mengontrol pendapatnya.
Sesudah itu ia akan merasa bahwa dirinya tenang, namun pada akhirnya tidak jarang
melakukan tindakan anti-sosial dan tindakan impulsif dan agressif. Anak jalanan yang telah
ketagihan melakukan kegiatan ngelem akan menghirup aroma lem secara kontiniu sehingga
mengakibatkan perubahan emosionalnya. Jika hal ini berkelanjutan maka akan meniimbulkan
gejala psikotik akut seperti halusinasi dengan kesadaran berkabut dan amnesia.
Ngelem dijadikan sebagai pelarian terhadap adanya gangguan karakter pada diri anak,
seperti marah, suntuk, kesal dan lain-lain. Tindakan ngelem juga
terkadang dijadikan
semacam syarat bagi anak untuk diterima dalam pergaulan ataupun komunitas tertentu. Jika
tidak ngelem akan dijuluki pengecut atau tidak gaul. Ada semacam tekanan sosio-kultural
seperti rasa bangga bila ngelem. Secara fisik ngelem dianggap memungkinkan untuk
menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang dideritanya.
Sementara secara psikis bisa menghilangkan rasa cemas, depresi dan stres.
Hal tersebut di atas menjelaskan bahwa ngelem merupakan suatu masalah yang
sangat serius karena tidak hanya dapat berakibat buruk bagi kesehatan, tetapi juga
menimbulkan penyimpangan sosial dan masalah sosial bagi kehidupan anak-anak jalanan
yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat luas. Hal inilah yang menjadi latar belakang
pemakalah memilih topik permasalahan perilaku ngelem pada anak jalanan. Pemakalah ingin
mengkaji masalah
anak jalanan yang terlibat dalam perilaku ngelem, menjawab faktor
penyebab munculnya kebiasaan perilaku ngelem, solusi yang tepat untuk mengurangi
kebiasaan ngelem dan cara merehabilitasi mereka.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi perumusan
masalah yaitu :
1. Apakah faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan?
2. Bagaimana dampak negative kebiasaan ngelem pada anak jalanan terhadap
kesehatan anak jalanan dan masyarakat sekitar?
3. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi kebiasaan ngelem pada anak
jalanan?
2
1.3.
Tujuan
Tujuan makalah perilaku ngelem pada anak jalanan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan.
2. Mengetahui dampak kebiasaan ngelem pada anak jalanan terhadap kesehatan anak
jalanan dan masyarakat sekitar.
3. Mengetahui solusi yang tepat untuk mengatasi kebiasaan ngelem pada anak jalanan.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Anak Jalanan
Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri,
sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih
sayang. Secara garis besar anak jalanan terbagi atas tiga kategori, yaitu (Suyanto, 2010) :
1. Children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan
yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan
dalam kategori ini, yaitu:
a. Anak-anak jalanan yang masih tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa
pulang ke rumah setiap hari.
b. Anak-anak yang tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan
dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang
tidak rutin.
2. Children of the street, yaitu anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian
besar waktunya di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi dan ia memutuskan
hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
3. Children from families of the street yaitu anak yang keluarganya memang di jalanan
yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang
hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
2.2. Pengertian Ngelem
Menurut
Gigengach,
“Ngelem”
merupakan
istilah
jalanan
membahasakan
penyalahgunaan zat hirup. Pilihan zat yang paling popular adalah lem bernama dagang Aica
Aibon. Rata-rata merka menghabiskan satu kaleng lem dalam waktu dua minggu, dengan cara
menghirup langsung dari kalengnya atai dari dalam kantong plastic (Ratta,2008).
Pada umumnya tempat yang dipilih “ngelem” adalah sudut-sudut emperan took,
kolong jembatan, dibalik bak sampah atau tempat-tempat yang relative tersembunyi
disepanjang jalan. Keadaan intoksitasi zat dilaporkan sebagai sensasi eforia, perasaan berani,
keadaan seperti mimpi sampai dengan halusinasi baik penglihatan maupun pendengaran.
Istilah ngelem adalah narkoba dengan jenis inhalan, jenis ini adalah berbagai zat
kimia yang dapat larut dalam lemak dan dengan cepat dapat mempengaruhi kinerja kerja otak
4
( menembus hambatan darah ke otak). Efeknya pada otak digolongkan kepada golongan
depresan, misalnya Tinner, pembersih kuku, berbagai jenis ngelem, aerosol, bensin.
Inhalan atau inhalansia adalah zat adiktif dalam bentuk cair, zat ini mudah menguap.
Penyalahgunaanya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Zat adiktifnya anatara lain :
lem UHU, cairan pencampur, Aceton untuk pembersih warna kuku, cat tembok, Aica Abon,
Castrol, Premix, TIPE-EX, Tinner. Oleh sebab itu banyak ditemukan atau digunakan
dikalangan sosial ekonomi rendah (Indrawan, 2001).
2.3. Lingkungan Sekitar Anak Jalanan Mempengaruhi Timbulnya Perilaku Ngelem
Awalnya anak jalanan tidak langsung masuk dan tinggal begitu saja di jalanan.
Mereka biasanya mengalami proses belajar yang bertahap. Mula-mula mereka lari dari
rumah, sehari sampai beberapa hari kembali, lalu lari lagi selama beberapa minggu atau
hingga sampai beberapa bulan, sampai akhirnya benar-benar lari dan tidak kembali selama
setahun dua tahun lebih. Setelah di jalanan, proses tahap kedua yang harus dilalui anak
jalanan adalah inisiasi. Pada proses inilah biasanya untuk anak-anak jalanan yang masih baru
akan menjadi objek pengompasan anak jalanan yang lebih dewasa. Barang-barang mereka
yang relatif masih bagus akan diambil secara paksa. Selain itu, mereka juga tidak jarang
dipukuli oleh teman sesama anak jalanan yang telah lebih dahulu hidup di jalanan dan diajak
untuk melakukan hal-hal yang biasanya mereka lakukan di jalanan, seperti merokok, minum
minuman keras, maupun ngelem. Kebiasaan tersebut mengakibatkan anak-anak jalanan
terlibat pada tindakan-tindakan kriminal, seperti mengompas dan mencuri karena
keterbatasan uang untuk bisa merasa senang (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan)
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Kasus Ngelem Pada Anak Jalanan
Merdeka.com - Ini kisah Faisal, remaja 17 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai
pengamen jalanan di kawasan Bale Endah, Bandung, Jawa Barat. Remaja ini sejak umur 10
tahun sudah mulai menghirup lem atau dalam bahasa kerennya disebut 'ngelem' sebagai salah
satu cara menyiasati penggunaan miras dan ganja. "Sehari bisa habis satu sampai dua kaleng
per hari," kata Faisal kepada merdeka.com, Selasa (17/10). Siang itu Faisal terlihat sedang
asyik menghirup lem di tengah banjir yang mulai surut di kawasan Bale Indah.
Alasan remaja protolan kelas tiga SD itu karena biaya untuk membeli minuman keras
dan ganja mahal. Pendapatannya sebagai pengamen setiap hari hanya berkisar Rp 50 ribu.
Dengan uang itu, dia mampu membeli sekaleng lem seharga Rp 2.500. Kalau dua kaleng
berarti Rp 5.000. Faisal mengaku sudah 'ngelem' sejak turun ke jalanan. Setelah DO dari
kelas tiga sekolah dasar, dia langsung diajak teman-temannya ngamen di jalanan. Ketika
berkumpul bareng teman-temannya itulah dia melihat ada yang ngelem, lalu dia tertarik dan
mencoba sampai kecanduan.
Tempat ngelem pun tidak tentu. Tapi yang pasti dia ngelem bersama 4 temantemannya di pinggir jalan dan emperan toko. Efeknya, setelah menghirup lem (berbentuk jel)
hingga berubah kering, dalam waktu satu jam kepala menjadi pusing, ngantuk, lalu tertidur.
"Karena pengaruh lingkungan. Banyak teman-teman seperti itu. Orang tua juga tidak tahu,
sudah masa bodoh. Ngelem bisa ngelupain masalah, bisa tertidur," kata Faisal.
Faisal bukannya tidak tahu dengan dampak negatif ngelem itu. Namun dia berdalih tidak ada
cara lain karena sudah kecanduan. "Ya karena mau beli minuman dan ganja mahal," tuturnya.
Apalagi, dia melanjutkan, ngelem juga aman dan tidak pernah ditangkap polisi
3.2.
Faktor Penyebab Munculnya Kebiasaan Ngelem pada Anak Jalanan
Dari kasus diatas faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan
ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
3.2.1. Faktor Internal
Faktor intenalnya adalah pengetahuan
yang mendorong anak memulai perilaku
“ngelem”. Dimana anak jalanan awalnya terdorong untuk melakukan aktivitas “ngelem”
karena merasa pusing, stress dan bosan. Selain Anak jalanan itu juga stress dan bosan
6
karena hanya sekedar iseng-iseng ingin coba-coba untuk mencari reputasi sehingga anak
tersebut terjerumus dalam perilaku “ngelem” dan meyakini bahwa perilaku “ngelem”
merupakan gaya trend. Contohnya ia dikatakan bencong jika tidak ngelem.
Selain itu anak jalanan juga mengetahui dampak negatif dari “ngelem”, namun hal
tersebut tak mengurungkan niat bagi sebagian dari mereka untuk tetap “ngelem” karena
mereka menyukai sensasi memabukkan yang dihasilkan oleh “ngelem”.
3.2.2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah :
1. Peran Keluarga yang Mendorong Anak Memulai “Ngelem”
Anak yang mendapatkan kurang perhatian dari keluarga karena permasalahan yang
terjadi keluarganya seperti perselisihan atau konflik orang tua maupun antar anggota
keluarga lainnya, perceraian orang tua, sehingga ia mencari ketenangan sehingga mencoba
untuk “ngelem”.
2. Peran Teman Sebaya Yang Mendorong Anak Menggalami Ketergantungan “Ngelem”
Anak sering diajak melakukan aktivitas “ngelem” oleh teman dan mereka sering
bersama sehingga mereka selalu melakukan aktivias “ngelem” bersama-sama dan mereka
hampir tiap hari melakukan aktivitas “ngelem”, sehingga mengalami ketergantungan.
Hasil yang sama juga diungakapkan oleh Hawari yaitu kelompok remaja dapat
menciptakan keterkaitan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan
diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya dapat pada saat perkenalan pertama dengan
lem jenis fox, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan dan
mengalami ketergantungan “ngelem”. Berbagai cara teman kelompok ini mempengaruhi
seseorang, misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak dan seterusnya
sehingga turut menyalahgunakan atau mengalami ketergantungan “ngelem”.
3. Fungsi Sekolah Tidak Berjalan dengan Baik
Adanya pendidik yang marah kepada anak didiknya yang tidak jarang mengakibatkan
anak tertekan, sikap pendidik yang tidak adil, hukuman atau sanksi-sanksi yang kurang
menunjang pendidikan, ancaman dan terjadinya diharmonisasi antara pendidik dan anak didik
juga mempengaruhi perilaku anak. Pada saat anak ingin diperhatikan di rumah tapi tidak ada
keluarga yang memperhatikan dan pada saat sekolah diharapkan menjadi tempat yang
menyenangkan ternyata menjadi tempat yang menakutkan bagi anak. Tidak ada tempat bagi
si anak untuk mencurahkan isi hatinya sehingga anak masuk kedalam komunitas anak-anak
yang memiliki masalah seperti dirinya dan agar di akui mereka membentuk dirinya menjadi
7
sebuah kelompok dengan tinggal di jalanan. Anak mulai suka bolos sekolah dan menjadi
menyukai hidup bebas tanpa aturan.
4. Ketersediaan dan Keterjangkauan Lem Tersebut.
Karena kurangnya ekonomi, anak pecandu Narkoba awalnya ia hanya pengguna
narkoba dengan media seperti obat-obatan, ganja, suntikan tetapi setelah terlalau
lama
menjadi pecandu subjek tidak kuat untuk membeli Narkoba dan kemudian berpindah
menggunakan Lem, karena informan merasa dari segi harga lebih murah dan terjangkau dan
mendapatkannya lebih mudah.
Dampak ngelem bagi anak jalan dibagi dua yaitu dampak psikologis dan danpak
fisiologis. Dampak psikologisnya yaitu suka mengkhayal, ketergantungan, emosi yang tidak
stabil, sulit untuk berpikir, sering melamun, tidak ada nafsu makan.
3.3.
Dampak Negatif Ngelem bagi Anak Jalan
Ngelem” terkenal di kalangan anak-anak dan remaja yang sering berada di jalan, atau
anak jalanan, biasanya karena faktor ekonomi keluarga di bawah kemiskinan atau kenakalan
remaja semata. Dan kasus anak-anak jalanan ini biasanya terdapat di negara-negara miskin
atau berkembang. Awalnya, ngelem terkenal karena anak-anak jalanan tersebut mencobacoba mengendus lem dari mainan model pesawat atau mainan rakitan lainnya, kemudian
mereka menemukan bahwa ngelem atau mengendus aroma lem dapat memberi efek euforia
dan kegembiraan. Dan efek perasaan seperti itulah yang mereka inginkan untuk melupakan
masa kanak-kanak mereka yang kurang bahagia.
Popularitas lem juga memicu zat lain yang dapat dihirup menjadi terkenal, seperti
bensin, cairan pengoreksi tulisan pena, cat, bahan bakar pemantik api, cairan pembersih lantai
atau toilet, hairspray (pengeras rambut) dan jenis gas erosol lainnya. Uap atau aroma yang
biasa dihirup dari zat-zat di atas didapatkan dengan cara menumpahkan cairan zat tersebut ke
permukaan sebuah kain lap, kertas atau kantung plastik, menghirup dengan cara memanaskan
larutan zat di atas sebuah panci untuk meningkatkan penguapan dengan cepat. Penyemprotan
secara langsung ke bagian belakang mulut juga biasa digunakan anak-anak itu.
Dampak ngelem bagi anak jalan dibagi dua yaitu dampak psikologis dan danpak
fisiologis. Dampak psikologisnya yaitu suka mengkhayal, ketergantungan, emosi yang tidak
stabil, sulit untuk berpikir, sering melamun, tidak ada nafsu makan. Efek samping yang
dialami ketika ngelem biasanya adalah, rasa pusing, kehilangan keseimbangan tubuh,
pergeseran otot, pengucapan kata-kata yang tidak jelas, kemunduran secara mental, halusinasi
8
dan akhirnya, rasa kantuk yang dapat membawa si korban kepada kondisi koma dan gagal
pernapasan. Ketika anak-anak itu sedang berada di bawah pengaruh dampak ngelem, mereka
akan tidak sadarkan diri dan kematian pun dapat terjadi saat mereka melakukan hal-hal yang
mustahil, seperti terbang atau lompat dari gedung-gedung tinggi atau berenang di air yang
dalam.
Kematian mendadak yang disebabkan oleh gagal jantung dapat terjadi jika si korban
mengerahkan tenaga yang berlebihan setelah ngelem. Jika si korban menggunakan metode
menghirup dari kantung plastik, dia bisa mati lemas. Lebih jauh lagi, ngelem dapat memicu
keinginan si anak untuk mencoba hal “baru” yang menurut mereka lebih menantang, seperti
penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau Narkoba, seperti heroin. Perlu diperhatikan, zat
yang terbuat dari tanaman opium dan diklasifikasi sebagai obat penghilang rasa sakit (painkillers) yang disebut narkotika ini memiliki efek euforia atau perasaan „high‟ atau sangat
berbahagia, terutama heroin yang disuntikkan, efek ini biasanya diikuti oleh rasa kantuk,
mual, kram perut dan muntah-muntah.
3.4.
Cara Mengatasi Permasalahan Remaja Yang Kecanduan Ngelem
Cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah :
Mengembalikan fungsi keluarga sebagai tempat memperkuat ikatan cinta,
membangun hubungan kasih saying sehingga diharapkan anak mengenal kasih saying
dan member tahu anak bahwa permbuatan ngelem tidak baik.
gunakan lem atau zat-zat lainnya.
menanamkan kepribadian.
menjahui perbuatan tersebut.
Keluargah berkonsultasi dengan Dokter ataupun Pskiater bila anak telah menyalah
Mengubah pendidikan menjadi pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang
Para penegak hukum member sanksi supaya jera dan memberi motivasi untuk
Masyarakat setempat harus memperbaiki lingkunganya sendiri “ Marsipature Huta Na
Be (MARTABE)” karena banyak keluarga yang berusaha keras mendidik anak
dengan baik dirumah, namun kembali menjadi buruk disebabakan pengaruh
lingkungan.
Keluarga harus menngajarkan agama kepada anak, karena agama merupakan obat
segala hal sehingga dapat mencegah tindak Ngelem.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Ngelem adalah narkoba dengan jenis inhalan, jenis ini adalah berbagai zat kimia yang
dapat larut dalam lemak dan dengan cepat dapat mempengaruhi kinerja kerja otak (
menembus hambatan darah ke otak).
2. Faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan ada dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal meliputi pengetahuan yang
dimiliki anak dan faktor eksternal meliputi Peran Orangtua yang sibuk karena
ekonomi tanpa memberikan kasih saya yang cukup pada anak, Peran Sebaya yang
mengajak Ngelem, Peran sekolah yang tidak mendidik, dan ketersediaan lem yang
mudah didapat dan harganya murah.
3. Dampak ngelem bagi anak jalan dibagi dua yaitu dampak psikologis dan dampak
fisiologis. Dampak psikologisnya yaitu suka mengkhayal, ketergantungan, emosi
yang tidak stabil, sulit untuk berpikir, sering melamun, tidak ada nafsu makan
sedangkan dampak fisiologis yaitu pergeseran otot, kurus dan dapat menyebabkan
kematian.
4. Cara mengatasi kecanduan Ngelem dapat dimulai dari diri sendiri dengan niat yang
besar yang didukung oleh keluarga, memberikan rehabiltasi pada pihak yang
berwewenang
4.2.
Saran
Uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Ngelem tidak bagus untuk kesehatan
serta dapat menyebabkan kemunduran mental. Dan sebagai Mahasiswa kita dapat mengajak
dan mensosialisasikan bahwa perbuatan Ngelem sangat merusak tubuk kita.
10
DAFTAR PUSTAKA
Andari, S., (2002), Solidaritas Sebagai Strategi Survival Anak
Jalanan
Study Kasus Di Lempuyangan Yogyakarta, Artikel, BALAI BESAR PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL,
Yogyakarta.
Anonim, (2014), Anak Jalanan, Artikel, http://id.wikipedia.org/ (Diakses 23 November 2014)
Indrawan., (2001), Mengenal dan Mencegah Bahaya Narkoba, CV Pionir Jaya, Bandung
Merdeka, (2014), Kisah Anak Jalanan 7 Tahun Ngelem Habis Dua Kaleng Sehari, Berita
Peristiwa, http://www.merdeka.com (Diakses 9 Desember 2014)
Ratta,G N., (2008), Dampak Psikologis Ngelem Pada Anak Jalanan, Skripsi, Fakultas
Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Semarang.
Sopacua, J., (2014), Dampak “Ngelem” dan Kaitannya dengan Kecanduan Heroin pada
Anak-Anak, Artikel Kesehatan, http://www.hellodoctor.co.id (Diakses 9 Desember
2014)
Suyanto, B., (2010), Masalah Sosial Anak, Kencana, Jakarta.
Tamrin, M.,Nasir, M dan Riskiyani, S., (2013), Studi Perilaku “Ngelem” Pada Remaja Di
Kec. Paleteang Kab. Pinrang Tahun 2013, Jurnal Kesehatan, PKIP Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
USU, (2014) , Studi Kasus Anak Jalanan Dikota Medan, http://repository.usu.ac.id, (Diakses
21 November 2014)
11
MAKALAH
PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN
oleh:
FEBRIANTO MANIK
4123131033
KIMIA DIK B 2012
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Perkembangan Peserta Didik
mengenai Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan
Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah PPD. Namun,
sepenuhnya Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya penyusun
sendiri.
Medan, 10 Desamber 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Rumusan Masalah
2
1.3.
Tujuan
3
BAB II KAJIAN TEORI
4
2.1.
Anak Jalanan
4
2.2.
Pengertian Ngelem
4
2.3.
Lingkungan Sekitar Anak Jalanan Mempengaruhi Timbulnya Perilaku
Ngelem
5
BAB III PEMBAHASAN
6
3.1.
Kasus Ngelem Pada Anak Jalanan
6
3.2.
Faktor Penyebab Munculnya Kebiasaan Ngelem pada Anak Jalanan
6
3.3.
Dampak Negatif Ngelem bagi Anak Jalan
8
3.4.
Cara Mengatasi Permasalahan Remaja Yang Kecanduan Ngelem
9
BAB IV PENUTUP
10
4.1.
Kesimpulan
10
4.2.
Saran
10
Daftar Pustaka
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Anak adalah aset generasi mendatang yang sangat berharga. Bisa dikatakan bahwa
baik buruknya hari depan sebuah bangsa ditentukan oleh tangan- tangan pengembannya.
Dalam hal ini di tangan anaklah tergenggam masa depan bangsa. Menurut Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi
manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah
dan negara serta disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah.
Salah satu masalah sosial di indonesia yang membutuhkan pemecahan segera adalah
perkembangan jumlah anak jalanan. Anak-anak jalanan tersebut membutuhkan perhatian
khusus karena tidak hanya rawan terhadap perlakuan buruk bagi diri anak tersebut, tetapi juga
memunculkan penyimpangan sosial yang ditimbulkan dari diri anak-anak jalanan itu sendiri.
Eksploitasi dan ancaman adalah dua hal yang sekaligus dialami oleh anak jalanan.
Mereka sudah terbiasa mengalami tipuan oleh teman sendiri, caci maki bahkan menjadi
korban pelecehan seksual oleh orang yang lebih dewasa, dipukuli petugas, hingga barang
dagangan dirampas oleh preman. Peristiwa demi peristiwa kekerasan yang dihadapi anak
jalanan justru mencerminkan adanya kecenderungan menjadikan anak-anak jalanan sebagai
objek kekerasan dari pemegang otoritas, seperti orang tua, preman, orang yang lebih dewasa
dan petugas keamanan. Kekerasan yang sering terjadi pada anak jalanan akan memberikan
dampak atau pengaruh dalam kehidupan anak jalanan tersebut. Maka tidak jarang anak
jalanan cenderung untuk terjerumus dalam tindakan menyimpang. Salah satu perilaku yang
popular menyimpang adalah “ngelem”, yang secara harafiah berarti menghirup lem.
Adapun lem yang digunakan oleh anak-anak jalanan untuk melakukan aktifitas
ngelem tersebut adalah lem plastik, lem perabotan atau lem alat rumah tangga. Lem ini
mengandung bermacam-macam zat kimia yang sangat berbahaya jika dikonsumsi. Di
dalamnya terdapat Lysergic Acid Diethyilamide atau LSD dan berbagai macam Volatile
Hidrokarbon termasuk diantaranya, toluene aceton, alifatik acetat, benzine, petroleum naftat,
perklorethylen, trikloretane, karbontetraklorida. Selain berisi Volatile Hidrokarbon, juga
mengandung Diethyleter, Kloroform, Nitrous Oxyda, macam-macam Aerosol, Insektiside.
Bahan-bahan ini bersifat menekan sistem susunan saraf pusat yang sebanding dengan efek
alkohol meskipun gejalanya berbeda. Umumnya efek akut bahan ini serupa dengan inhalasi
1
ether atau mitrous oxyda (obat anastesi/bius umum) yang berupa euforia ringan, mabuk,
pusing kepala tapi masih dapat mengontrol pendapatnya.
Sesudah itu ia akan merasa bahwa dirinya tenang, namun pada akhirnya tidak jarang
melakukan tindakan anti-sosial dan tindakan impulsif dan agressif. Anak jalanan yang telah
ketagihan melakukan kegiatan ngelem akan menghirup aroma lem secara kontiniu sehingga
mengakibatkan perubahan emosionalnya. Jika hal ini berkelanjutan maka akan meniimbulkan
gejala psikotik akut seperti halusinasi dengan kesadaran berkabut dan amnesia.
Ngelem dijadikan sebagai pelarian terhadap adanya gangguan karakter pada diri anak,
seperti marah, suntuk, kesal dan lain-lain. Tindakan ngelem juga
terkadang dijadikan
semacam syarat bagi anak untuk diterima dalam pergaulan ataupun komunitas tertentu. Jika
tidak ngelem akan dijuluki pengecut atau tidak gaul. Ada semacam tekanan sosio-kultural
seperti rasa bangga bila ngelem. Secara fisik ngelem dianggap memungkinkan untuk
menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang dideritanya.
Sementara secara psikis bisa menghilangkan rasa cemas, depresi dan stres.
Hal tersebut di atas menjelaskan bahwa ngelem merupakan suatu masalah yang
sangat serius karena tidak hanya dapat berakibat buruk bagi kesehatan, tetapi juga
menimbulkan penyimpangan sosial dan masalah sosial bagi kehidupan anak-anak jalanan
yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat luas. Hal inilah yang menjadi latar belakang
pemakalah memilih topik permasalahan perilaku ngelem pada anak jalanan. Pemakalah ingin
mengkaji masalah
anak jalanan yang terlibat dalam perilaku ngelem, menjawab faktor
penyebab munculnya kebiasaan perilaku ngelem, solusi yang tepat untuk mengurangi
kebiasaan ngelem dan cara merehabilitasi mereka.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi perumusan
masalah yaitu :
1. Apakah faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan?
2. Bagaimana dampak negative kebiasaan ngelem pada anak jalanan terhadap
kesehatan anak jalanan dan masyarakat sekitar?
3. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi kebiasaan ngelem pada anak
jalanan?
2
1.3.
Tujuan
Tujuan makalah perilaku ngelem pada anak jalanan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan.
2. Mengetahui dampak kebiasaan ngelem pada anak jalanan terhadap kesehatan anak
jalanan dan masyarakat sekitar.
3. Mengetahui solusi yang tepat untuk mengatasi kebiasaan ngelem pada anak jalanan.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Anak Jalanan
Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri,
sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih
sayang. Secara garis besar anak jalanan terbagi atas tiga kategori, yaitu (Suyanto, 2010) :
1. Children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan
yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan
dalam kategori ini, yaitu:
a. Anak-anak jalanan yang masih tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa
pulang ke rumah setiap hari.
b. Anak-anak yang tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan
dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang
tidak rutin.
2. Children of the street, yaitu anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian
besar waktunya di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi dan ia memutuskan
hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
3. Children from families of the street yaitu anak yang keluarganya memang di jalanan
yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang
hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
2.2. Pengertian Ngelem
Menurut
Gigengach,
“Ngelem”
merupakan
istilah
jalanan
membahasakan
penyalahgunaan zat hirup. Pilihan zat yang paling popular adalah lem bernama dagang Aica
Aibon. Rata-rata merka menghabiskan satu kaleng lem dalam waktu dua minggu, dengan cara
menghirup langsung dari kalengnya atai dari dalam kantong plastic (Ratta,2008).
Pada umumnya tempat yang dipilih “ngelem” adalah sudut-sudut emperan took,
kolong jembatan, dibalik bak sampah atau tempat-tempat yang relative tersembunyi
disepanjang jalan. Keadaan intoksitasi zat dilaporkan sebagai sensasi eforia, perasaan berani,
keadaan seperti mimpi sampai dengan halusinasi baik penglihatan maupun pendengaran.
Istilah ngelem adalah narkoba dengan jenis inhalan, jenis ini adalah berbagai zat
kimia yang dapat larut dalam lemak dan dengan cepat dapat mempengaruhi kinerja kerja otak
4
( menembus hambatan darah ke otak). Efeknya pada otak digolongkan kepada golongan
depresan, misalnya Tinner, pembersih kuku, berbagai jenis ngelem, aerosol, bensin.
Inhalan atau inhalansia adalah zat adiktif dalam bentuk cair, zat ini mudah menguap.
Penyalahgunaanya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Zat adiktifnya anatara lain :
lem UHU, cairan pencampur, Aceton untuk pembersih warna kuku, cat tembok, Aica Abon,
Castrol, Premix, TIPE-EX, Tinner. Oleh sebab itu banyak ditemukan atau digunakan
dikalangan sosial ekonomi rendah (Indrawan, 2001).
2.3. Lingkungan Sekitar Anak Jalanan Mempengaruhi Timbulnya Perilaku Ngelem
Awalnya anak jalanan tidak langsung masuk dan tinggal begitu saja di jalanan.
Mereka biasanya mengalami proses belajar yang bertahap. Mula-mula mereka lari dari
rumah, sehari sampai beberapa hari kembali, lalu lari lagi selama beberapa minggu atau
hingga sampai beberapa bulan, sampai akhirnya benar-benar lari dan tidak kembali selama
setahun dua tahun lebih. Setelah di jalanan, proses tahap kedua yang harus dilalui anak
jalanan adalah inisiasi. Pada proses inilah biasanya untuk anak-anak jalanan yang masih baru
akan menjadi objek pengompasan anak jalanan yang lebih dewasa. Barang-barang mereka
yang relatif masih bagus akan diambil secara paksa. Selain itu, mereka juga tidak jarang
dipukuli oleh teman sesama anak jalanan yang telah lebih dahulu hidup di jalanan dan diajak
untuk melakukan hal-hal yang biasanya mereka lakukan di jalanan, seperti merokok, minum
minuman keras, maupun ngelem. Kebiasaan tersebut mengakibatkan anak-anak jalanan
terlibat pada tindakan-tindakan kriminal, seperti mengompas dan mencuri karena
keterbatasan uang untuk bisa merasa senang (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan)
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Kasus Ngelem Pada Anak Jalanan
Merdeka.com - Ini kisah Faisal, remaja 17 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai
pengamen jalanan di kawasan Bale Endah, Bandung, Jawa Barat. Remaja ini sejak umur 10
tahun sudah mulai menghirup lem atau dalam bahasa kerennya disebut 'ngelem' sebagai salah
satu cara menyiasati penggunaan miras dan ganja. "Sehari bisa habis satu sampai dua kaleng
per hari," kata Faisal kepada merdeka.com, Selasa (17/10). Siang itu Faisal terlihat sedang
asyik menghirup lem di tengah banjir yang mulai surut di kawasan Bale Indah.
Alasan remaja protolan kelas tiga SD itu karena biaya untuk membeli minuman keras
dan ganja mahal. Pendapatannya sebagai pengamen setiap hari hanya berkisar Rp 50 ribu.
Dengan uang itu, dia mampu membeli sekaleng lem seharga Rp 2.500. Kalau dua kaleng
berarti Rp 5.000. Faisal mengaku sudah 'ngelem' sejak turun ke jalanan. Setelah DO dari
kelas tiga sekolah dasar, dia langsung diajak teman-temannya ngamen di jalanan. Ketika
berkumpul bareng teman-temannya itulah dia melihat ada yang ngelem, lalu dia tertarik dan
mencoba sampai kecanduan.
Tempat ngelem pun tidak tentu. Tapi yang pasti dia ngelem bersama 4 temantemannya di pinggir jalan dan emperan toko. Efeknya, setelah menghirup lem (berbentuk jel)
hingga berubah kering, dalam waktu satu jam kepala menjadi pusing, ngantuk, lalu tertidur.
"Karena pengaruh lingkungan. Banyak teman-teman seperti itu. Orang tua juga tidak tahu,
sudah masa bodoh. Ngelem bisa ngelupain masalah, bisa tertidur," kata Faisal.
Faisal bukannya tidak tahu dengan dampak negatif ngelem itu. Namun dia berdalih tidak ada
cara lain karena sudah kecanduan. "Ya karena mau beli minuman dan ganja mahal," tuturnya.
Apalagi, dia melanjutkan, ngelem juga aman dan tidak pernah ditangkap polisi
3.2.
Faktor Penyebab Munculnya Kebiasaan Ngelem pada Anak Jalanan
Dari kasus diatas faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan
ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
3.2.1. Faktor Internal
Faktor intenalnya adalah pengetahuan
yang mendorong anak memulai perilaku
“ngelem”. Dimana anak jalanan awalnya terdorong untuk melakukan aktivitas “ngelem”
karena merasa pusing, stress dan bosan. Selain Anak jalanan itu juga stress dan bosan
6
karena hanya sekedar iseng-iseng ingin coba-coba untuk mencari reputasi sehingga anak
tersebut terjerumus dalam perilaku “ngelem” dan meyakini bahwa perilaku “ngelem”
merupakan gaya trend. Contohnya ia dikatakan bencong jika tidak ngelem.
Selain itu anak jalanan juga mengetahui dampak negatif dari “ngelem”, namun hal
tersebut tak mengurungkan niat bagi sebagian dari mereka untuk tetap “ngelem” karena
mereka menyukai sensasi memabukkan yang dihasilkan oleh “ngelem”.
3.2.2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah :
1. Peran Keluarga yang Mendorong Anak Memulai “Ngelem”
Anak yang mendapatkan kurang perhatian dari keluarga karena permasalahan yang
terjadi keluarganya seperti perselisihan atau konflik orang tua maupun antar anggota
keluarga lainnya, perceraian orang tua, sehingga ia mencari ketenangan sehingga mencoba
untuk “ngelem”.
2. Peran Teman Sebaya Yang Mendorong Anak Menggalami Ketergantungan “Ngelem”
Anak sering diajak melakukan aktivitas “ngelem” oleh teman dan mereka sering
bersama sehingga mereka selalu melakukan aktivias “ngelem” bersama-sama dan mereka
hampir tiap hari melakukan aktivitas “ngelem”, sehingga mengalami ketergantungan.
Hasil yang sama juga diungakapkan oleh Hawari yaitu kelompok remaja dapat
menciptakan keterkaitan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan
diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya dapat pada saat perkenalan pertama dengan
lem jenis fox, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan dan
mengalami ketergantungan “ngelem”. Berbagai cara teman kelompok ini mempengaruhi
seseorang, misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak dan seterusnya
sehingga turut menyalahgunakan atau mengalami ketergantungan “ngelem”.
3. Fungsi Sekolah Tidak Berjalan dengan Baik
Adanya pendidik yang marah kepada anak didiknya yang tidak jarang mengakibatkan
anak tertekan, sikap pendidik yang tidak adil, hukuman atau sanksi-sanksi yang kurang
menunjang pendidikan, ancaman dan terjadinya diharmonisasi antara pendidik dan anak didik
juga mempengaruhi perilaku anak. Pada saat anak ingin diperhatikan di rumah tapi tidak ada
keluarga yang memperhatikan dan pada saat sekolah diharapkan menjadi tempat yang
menyenangkan ternyata menjadi tempat yang menakutkan bagi anak. Tidak ada tempat bagi
si anak untuk mencurahkan isi hatinya sehingga anak masuk kedalam komunitas anak-anak
yang memiliki masalah seperti dirinya dan agar di akui mereka membentuk dirinya menjadi
7
sebuah kelompok dengan tinggal di jalanan. Anak mulai suka bolos sekolah dan menjadi
menyukai hidup bebas tanpa aturan.
4. Ketersediaan dan Keterjangkauan Lem Tersebut.
Karena kurangnya ekonomi, anak pecandu Narkoba awalnya ia hanya pengguna
narkoba dengan media seperti obat-obatan, ganja, suntikan tetapi setelah terlalau
lama
menjadi pecandu subjek tidak kuat untuk membeli Narkoba dan kemudian berpindah
menggunakan Lem, karena informan merasa dari segi harga lebih murah dan terjangkau dan
mendapatkannya lebih mudah.
Dampak ngelem bagi anak jalan dibagi dua yaitu dampak psikologis dan danpak
fisiologis. Dampak psikologisnya yaitu suka mengkhayal, ketergantungan, emosi yang tidak
stabil, sulit untuk berpikir, sering melamun, tidak ada nafsu makan.
3.3.
Dampak Negatif Ngelem bagi Anak Jalan
Ngelem” terkenal di kalangan anak-anak dan remaja yang sering berada di jalan, atau
anak jalanan, biasanya karena faktor ekonomi keluarga di bawah kemiskinan atau kenakalan
remaja semata. Dan kasus anak-anak jalanan ini biasanya terdapat di negara-negara miskin
atau berkembang. Awalnya, ngelem terkenal karena anak-anak jalanan tersebut mencobacoba mengendus lem dari mainan model pesawat atau mainan rakitan lainnya, kemudian
mereka menemukan bahwa ngelem atau mengendus aroma lem dapat memberi efek euforia
dan kegembiraan. Dan efek perasaan seperti itulah yang mereka inginkan untuk melupakan
masa kanak-kanak mereka yang kurang bahagia.
Popularitas lem juga memicu zat lain yang dapat dihirup menjadi terkenal, seperti
bensin, cairan pengoreksi tulisan pena, cat, bahan bakar pemantik api, cairan pembersih lantai
atau toilet, hairspray (pengeras rambut) dan jenis gas erosol lainnya. Uap atau aroma yang
biasa dihirup dari zat-zat di atas didapatkan dengan cara menumpahkan cairan zat tersebut ke
permukaan sebuah kain lap, kertas atau kantung plastik, menghirup dengan cara memanaskan
larutan zat di atas sebuah panci untuk meningkatkan penguapan dengan cepat. Penyemprotan
secara langsung ke bagian belakang mulut juga biasa digunakan anak-anak itu.
Dampak ngelem bagi anak jalan dibagi dua yaitu dampak psikologis dan danpak
fisiologis. Dampak psikologisnya yaitu suka mengkhayal, ketergantungan, emosi yang tidak
stabil, sulit untuk berpikir, sering melamun, tidak ada nafsu makan. Efek samping yang
dialami ketika ngelem biasanya adalah, rasa pusing, kehilangan keseimbangan tubuh,
pergeseran otot, pengucapan kata-kata yang tidak jelas, kemunduran secara mental, halusinasi
8
dan akhirnya, rasa kantuk yang dapat membawa si korban kepada kondisi koma dan gagal
pernapasan. Ketika anak-anak itu sedang berada di bawah pengaruh dampak ngelem, mereka
akan tidak sadarkan diri dan kematian pun dapat terjadi saat mereka melakukan hal-hal yang
mustahil, seperti terbang atau lompat dari gedung-gedung tinggi atau berenang di air yang
dalam.
Kematian mendadak yang disebabkan oleh gagal jantung dapat terjadi jika si korban
mengerahkan tenaga yang berlebihan setelah ngelem. Jika si korban menggunakan metode
menghirup dari kantung plastik, dia bisa mati lemas. Lebih jauh lagi, ngelem dapat memicu
keinginan si anak untuk mencoba hal “baru” yang menurut mereka lebih menantang, seperti
penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau Narkoba, seperti heroin. Perlu diperhatikan, zat
yang terbuat dari tanaman opium dan diklasifikasi sebagai obat penghilang rasa sakit (painkillers) yang disebut narkotika ini memiliki efek euforia atau perasaan „high‟ atau sangat
berbahagia, terutama heroin yang disuntikkan, efek ini biasanya diikuti oleh rasa kantuk,
mual, kram perut dan muntah-muntah.
3.4.
Cara Mengatasi Permasalahan Remaja Yang Kecanduan Ngelem
Cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah :
Mengembalikan fungsi keluarga sebagai tempat memperkuat ikatan cinta,
membangun hubungan kasih saying sehingga diharapkan anak mengenal kasih saying
dan member tahu anak bahwa permbuatan ngelem tidak baik.
gunakan lem atau zat-zat lainnya.
menanamkan kepribadian.
menjahui perbuatan tersebut.
Keluargah berkonsultasi dengan Dokter ataupun Pskiater bila anak telah menyalah
Mengubah pendidikan menjadi pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang
Para penegak hukum member sanksi supaya jera dan memberi motivasi untuk
Masyarakat setempat harus memperbaiki lingkunganya sendiri “ Marsipature Huta Na
Be (MARTABE)” karena banyak keluarga yang berusaha keras mendidik anak
dengan baik dirumah, namun kembali menjadi buruk disebabakan pengaruh
lingkungan.
Keluarga harus menngajarkan agama kepada anak, karena agama merupakan obat
segala hal sehingga dapat mencegah tindak Ngelem.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Ngelem adalah narkoba dengan jenis inhalan, jenis ini adalah berbagai zat kimia yang
dapat larut dalam lemak dan dengan cepat dapat mempengaruhi kinerja kerja otak (
menembus hambatan darah ke otak).
2. Faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan ada dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal meliputi pengetahuan yang
dimiliki anak dan faktor eksternal meliputi Peran Orangtua yang sibuk karena
ekonomi tanpa memberikan kasih saya yang cukup pada anak, Peran Sebaya yang
mengajak Ngelem, Peran sekolah yang tidak mendidik, dan ketersediaan lem yang
mudah didapat dan harganya murah.
3. Dampak ngelem bagi anak jalan dibagi dua yaitu dampak psikologis dan dampak
fisiologis. Dampak psikologisnya yaitu suka mengkhayal, ketergantungan, emosi
yang tidak stabil, sulit untuk berpikir, sering melamun, tidak ada nafsu makan
sedangkan dampak fisiologis yaitu pergeseran otot, kurus dan dapat menyebabkan
kematian.
4. Cara mengatasi kecanduan Ngelem dapat dimulai dari diri sendiri dengan niat yang
besar yang didukung oleh keluarga, memberikan rehabiltasi pada pihak yang
berwewenang
4.2.
Saran
Uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Ngelem tidak bagus untuk kesehatan
serta dapat menyebabkan kemunduran mental. Dan sebagai Mahasiswa kita dapat mengajak
dan mensosialisasikan bahwa perbuatan Ngelem sangat merusak tubuk kita.
10
DAFTAR PUSTAKA
Andari, S., (2002), Solidaritas Sebagai Strategi Survival Anak
Jalanan
Study Kasus Di Lempuyangan Yogyakarta, Artikel, BALAI BESAR PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL,
Yogyakarta.
Anonim, (2014), Anak Jalanan, Artikel, http://id.wikipedia.org/ (Diakses 23 November 2014)
Indrawan., (2001), Mengenal dan Mencegah Bahaya Narkoba, CV Pionir Jaya, Bandung
Merdeka, (2014), Kisah Anak Jalanan 7 Tahun Ngelem Habis Dua Kaleng Sehari, Berita
Peristiwa, http://www.merdeka.com (Diakses 9 Desember 2014)
Ratta,G N., (2008), Dampak Psikologis Ngelem Pada Anak Jalanan, Skripsi, Fakultas
Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Semarang.
Sopacua, J., (2014), Dampak “Ngelem” dan Kaitannya dengan Kecanduan Heroin pada
Anak-Anak, Artikel Kesehatan, http://www.hellodoctor.co.id (Diakses 9 Desember
2014)
Suyanto, B., (2010), Masalah Sosial Anak, Kencana, Jakarta.
Tamrin, M.,Nasir, M dan Riskiyani, S., (2013), Studi Perilaku “Ngelem” Pada Remaja Di
Kec. Paleteang Kab. Pinrang Tahun 2013, Jurnal Kesehatan, PKIP Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
USU, (2014) , Studi Kasus Anak Jalanan Dikota Medan, http://repository.usu.ac.id, (Diakses
21 November 2014)
11