Uang Kertas Dalam Pandangan Islam

30 Uang giral biasa disebut juga dengan uang bank, yakni uang yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial melalui pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya. 39 Dinamakan uang bank karena memandang tempat penukaran atau bank dimana individu-individu menyimpan uang kertas. 40 Para Ekonom Islam tidak pernah menganggap uang bank sebagai sesuatu yang dapat dikatakan uang, karena dia sebenarnya hanyalah merupakan alat perintah tertulis untuk melakukan pemindahan uang. 41

D. Uang Kertas Dalam Pandangan Islam

Uang yang berlaku sekarang adalah uang kertas dan uang logam. Untuk uang logam yang berlaku sekarang berbeda dengan uang logam dahulu yang terbuat dari emas dan perak. Untuk uang logam yang terbuat dari emas dan perak, saat ini masih ada tetapi terbatas, dan hanya berlaku pada beberapa negara saja. Pada dasarnya uang yang digunakan dalam Islam adalah uang yang tidak mengandung riba dalam penciptaannya. Bentuknya dapat full bodied money atau fiat money dengan 100 standar emas. Prinsip keduanya sama, yaitu membatasi penciptaan uang sehingga stabilitas nilai uang terjaga. Namun, full bodied money mempunyai keunggulan karena ia memiliki fungsi uang yang sebenarnya, yaitu penyimpan nilai. Sebab, sampai saat ini belum ada pemerintah yang berhasil menjaga stabilitas nilai uang dengan sistem fiat money. 42 39 Huda, Ekonomi Makro Islam, h. 77. 40 Hasan, Mata Uang Islami, h. 84. 41 Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.7. 42 Ibid., h.7. 31 Pada zaman sekarang, yang disebut sebagai ‘uang’ sesungguhnya adalah berbeda dengan uang yang ada pada masa Imam Madzhab yang Empat. Dalam sejarah manusia dikenal ada tiga jenis uang. Pertama, adalah uang komoditi yaitu khususnya uang yang berupa komoditi riil berupa emas dan perak yang memiliki nilai intristik sebesar nilai uang yang dimaksud. Kedua, adalah uang yang berupa janji promisory money yang di backed-up dengan emas, perak atau komoditi riil lainnya. Ketiga, adalah uang fiat yang tidak memiliki nilai intristik dan juga tidak di backed-up dengan apapun. Uang fiat adalah uang yang diciptakan dari awang-awang dari sesuatu yang tidak berharga seperti kertas, satu-satunya alasan mengapa orang bisa menerimanya adalah karena kepercayaan terhadap siapa yang mengeluarkan uang fiat tersebut. 43 Posisi uang kertas atau fiat tersebut memang masih sering diperdebatkan keberadaanya dalam Ilmu Fikih. Setidaknya ada lima pendekatan pemikiran yang ada dikalangan ulama sekarang dalam menafsirkan posisi uang kertas ini, berikut adalah pemikiran-pemikiran tersebut. Pendapat pertama, memperlakukan uang kertas sebagai surat hutang atau bond yang dikeluarkan sebagai bukti penerimaan deposit emas atau perak oleh pihak yang mengeluarkan bond tersebut dalam hal ini bank sentral atau pihak lain yang memiliki wewenang mengeluarkan uang kertas. Pendapat kedua, memperlakukan uang kertas sebagai suftaja, dalam penafsiran ini uang kertas dianggap sebagai pengganti nilai athman atas emas 43 Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar Dirham, h.89. 32 dan perak. Sebagai pengganti emas dan perak maka uang ketas dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan emas dan perak. Pendapat ketiga, memperlakukan uang kertas sebagi fulus yang memang keberadaanya diakui di awal-awal perkembangan Islam. Namun secara historis fulus ini hanya digunakan secara terbatas dimana kepercayaan pelaku ekonomi terjaga, dan juga hanya digunakan untuk transaksi yang nilainya kecil. Pendapat keempat, menganggap uang sebagi barang seperti juga barang-barang lainnya. Dalam pengertian uang sebagi barang maka nilainya mengikuti hukum permintaan dan penawaran. Yang menjadi masalah adalah dengan mudahnya uang kertas dicetak dengan biaya yang murah, maka penawaran atau supply atas uang bisa dipermainkan relatif tanpa batas oleh pihak yang mempunyai wewenang mengeluarkan uang kertas. Pendapat kelima, menganggap uang sebagai salah satu alat tukar thaman diantara thaman-thaman lainnya seperti emas, perak dan fulus. Pendapat ini dianut ulama-ulama Arab Saudi. Masalah yang menonjol dari pendapat ini adalah nilai uang kertas sekarang yang tidak bisa dianggap sama dengan emas dan perak. Nilai uang kertas akan cenderung turun. 44 Meskipun masing-masing penafsiran tersebut diatas mempunyai kekurangannya sendiri-sendiri, boleh dibilang seluruh pemikiran ulama kontemporer tentang uang kertas memberikan kesimpulan yang hampir sama 44 Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar Dirham, h.91-94. 33 yaitu bahwa uang kertas atau uang fiat adalah halal dan belum ditemukan pendapat yang mengharamkannya. Sekali lagi oleh karena manfaat kepraktisannya atau alasan lain kita dapat secara halal menggunakan uang kertas pada zaman modern ini. Meskipun perlu diperhatikan bahwa penggunaannya tidak boleh menimbulkan ketidakadilan dan tidak boleh menimbulkan transaksi yang mengandung gharar maupun riba. 45 Dalam hal ini, penulis sependapat dengan Departemen Riset Islamic Development Bank yang menafsirkan penggunaan uang kertas sebagai suftaja atau pengganti fungsi emas dan perak sebagai uang atau alat tukar saja. 46 Jadi kesimpulannya, bahwa mata uang dapat dibuat dari benda apa saja, sampai-sampai kulit unta, kata Umar bin Khattab. Ketika benda tersebut telah ditetapkan sebagai mata uang yang sah, maka barang tersebut telah berubah fungsinya dari barang biasa menjadi alat tukar dengan segala fungsi turunannya. Jumhur ulama sepakat bahwa illat dalam emas dan perak yang diharamkan pertukarannya kecuali serupa dengan serupa, sama dengan sama oleh Rasulullah SAW, adalah karena “tsumuniyyah” yaitu barang-barang tersebut menjadi alat tukar, penyimpan nilai dimana semua barang ditimbang dan dinilai dengan nilainya Oleh karena itu, ketika uang kertas telah menjadi alat pembayaran yang sah, sekalipun tidak dilatarbelakangi lagi oleh emas, maka kedudukannya dalam hukum sama dengan kedudukan emas dan perak yang pada waktu Al- 45 Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar Dirham, h.96. 46 Ibid., h. 96-97. 34 qur’an diturunkan ditengah menjadi alat pembayaran yang sah. Karena itu riba berlaku pada uang kertas. Uang kertas juga diakui sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat daripadanya. Dan zakat pun sah dikeluarkan dalam bentuk uang kertas. Begitupula ia dapat digunakan sebagai alat untuk membayar mahar. 47 47 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif: Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2006, h. 252. 35

BAB III PENGERTIAN DAN TATA CARA ZAKAT FITRAH

A. Pengertian dan Latar Belakang di Syariatkanya Zakat Fitrah

Zakat menurut syara’ adalah hak yang wajib dikeluarkan dari harta. madzhab Maliki mendefinisikannya dengan, “mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab batas kuantitas yang mewajibkan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya mustahiq. Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul setahun, bukan barang tambang dan bukan pertanian”. 1 Sedangkan menurut madzhab Hanbali, zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu mustahiq. 2 Berdasarkan QS. Al-Baqarah: 110, menjelaskan: qJ ˇ r u r n o 4 q n = ¢ ` 9 q Ł ? u u r n o 4 q2 ¤ 9 4 t B u r q ª B ˇd s Ł ? 3 ¯ ¡ R L { ‘ ˇi B 9 y z nr ¯ g r B y Y ˇ ª « 3 ¤ b ˛ y J ˛ c q Ł = y J Ł s ? ¯ ` t ˙ ˚˚¨ Artinya: “Dan laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya pahala di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. QS: Al-Baqarah: 110 Jika dirumuskan, zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu dan 1 Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2005, h. 83. 2 al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, h. 84.