Pendapat dan Alasan Ulama Melarang Zakat Fitrah Menggunakan Uang

56 Kelima, menurut Yusuf Qardhawi, zakat menggunakan uang lebih praktis dilaksanakan dewasa ini lebih-lebih bagi masyarakat modern yang dimana-mana orang tidaklah bermuamalah kecuali dengan uang, maka uang jelas lebih bermanfaat bagi simiskin. Dan apabila dahulu makanan lebih mudah didapat, maka dewasa ini uanglah yang lebih mudah dan dipandang lebih bermanfaat. 10 Karena harga beras setiap tahun berubah, maka pelaksanaan Harian BAZIS pada setiap permulaan bulan Ramadhan mengumumkan harga standar satuan zakat fitrah yang berlaku untuk wilayahnya, dan hanya berlaku pada tahun itu. Untuk mempermudah dan pengumpulan dan penyaluran zakat, BAZIS berpendirian sahnya mengeluarkan zakat dengan qimah harga, termasuk juga zakat fitrah. Karena menurut Keputusan Gubernur DKI Jakarta, zakat itu dikelola secara produktif, maka dalam hal ini, akan lebih mudah pengumpulannya apabila zakat fitrah itu dikeluarkan tidak berupa makanan pokok beras akan tetapi dirupakan harganya. 11

B. Pendapat dan Alasan Ulama Melarang Zakat Fitrah Menggunakan Uang

Jumhur Ulama melarang zakat fitrah menggunakan uang. Para ulama yang melarang zakat fitrah menggunakan uang, diantaranya adalah: Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ibnu Hazm, Ibnu Rusyd, al-Kasani, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husain, Muhammad al-Shaleh al-‘Utsaimin dan al- Jaziry. 10 Yusuf Qardhawi, Risalah Zakat Fitrah, Surabaya: Pustaka Progresif, 1991, h. 56-57. 11 Permono, Sumber Sumber Penggalian Zakat, h. 156-160 57 Berikut adalah alasan-alasan yang melatarbelakangi pendapat golongan yang melarang zakat fitrah menggunakan uang, diantaranya adalah: Pertama, menurut Ulama Syafi’iyah: tidak dibolehkan berzakat fitrah dengan uang, karena yang diwajibkan menurut hadits adalah bahan makanan yang mengenyangkan. 12 Kedua, Ibnu Hazm telah menolak alasan dengan hadits Thawus, yang berpendapat bahwa hadits itu tidak bisa dijadikan Hujjah, karena hadis tersebut mengandung berbagai masalah, salah satunya adalah hadits tersebut adalah mursal. 13 Ketiga, dalam zakat fitrah lebih ditekankan kepada dimensi ubuddiyah yakni sebagai suatu bentuk ibadah mahdhah, sama seperti shalat, puasa dan haji yang wajib dilaksanakan dengan cara sesuai sepenuhnya dengan petunjuk agama; tidak boleh diganti dengan cara lainnya. Oleh karena itu, zakat fitrah tidak boleh dikeluarkan dalam bentuk uang, sebagai pengganti makanan pokok, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi SAW mengenai hal itu. 14 Keempat, Imam Ahmad bertanya kepada Imam ‘Atha tentang mengeluarkan beberapa dirham untuk zakat fitrah. Ia menjawab: “Aku kuatir tidak diperkenankan, karena bertentangan dengan sunnah Rasul”. Dinyatakan kepadanya: “Bukankah orang-orang berkata bahwa Umar bin Abdul Aziz telah mengambil harga zakat?” ‘Atha berkata: “mereka meninggalkan ucapan Rasulullah dan mengambil pendapat seorang? 15 12 Ja’far, Tuntutan Ibadat Zakat Puasa Dan Haji, h. 66. 13 Muhalla, jilid 6, hal. 312. 14 al-Habsyi, Fiqh Praktis, h. 318-321. 15 Qardhawi, Hukum Zakat, h. 955. 58 Ibnu Umar Berkata: َلﺎَﻗ ﺎَﻤُﮭْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑا ْﻦَﻋ : ْﻄـــــِﻔْﻟا َةﺎـــَﻛَز َﻢﱠﻠَﺳ َو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا َلْﻮُﺳَر َضَﺮَﻓ ِﺮ ٍﺮْﯿِﻌَﺷ ْﻦِﻣ ﺎًﻋﺎَﺻ ْوَا ٍﺮَﻤَﺗ ْﻦِﻣ ﺎًﻋﺎَﺻ .... ُيِرﺎـــــــــــــَﺨُﺒْﻟا ُهاَوَر 16 Artinya: “Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah satu sho’ kurma atau satu sho’ syair .......” HR. Bukhari Keempat, menurut pendapat al-Kasani, apabila memperbolehkan zakat fitrah dengan harga, berarti merubah hukum nash. Hal demikian tidak diperbolehkan. Kelima, al-Jaziry berpendapat bahwa, kebanyakan ulama tidak memperbolehkan menunaikan zakat fitrah dengan uang, sebab Nabi saw tidak pernah menyebutkan dinar atau dirham. Padahal dua mata uang tersebut juga berlaku pada saat itu. Hanya saja, apabila merasa kesulitan mengeluarkannya dengan makanan, maka secara darurat diperkenankan dengan mata uang emas dan perak sebagai ganti dari makanan, sehingga kewajiban tetap terlaksana. 17

C. Analisis Hukum Membayar Zakat Fitrah Menggunakan Uang