Pengaruh Reduksi Pupuk NPK Dengan Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Indramayu

PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN
PEMBENAMAN JERAMI, APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN
PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI INDRAMAYU,
JAWA BARAT

oleh
ARDOYO
A24070146

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN PEMBENAMAN
JERAMI, APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN HAYATI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
DI INDRAMAYU, JAWA BARAT
The Effect of NPK Fertilizer Reduction by Rice Straw in corporation, Organic
and Biofertilizer Application on Growth and Yield of Paddy (Oryza sativa L.)

in Indramayu, West Java

ARDOYO
A24070146

Abstract
The research aimed to study the Effect of NPK Fertilizer Reduction by
Straw in corporation, Organic and Biofertilizer Application on Growth and Yield
of

Paddy (Oryza sativa L.) in Indramayu, West Java. The experiment

was

conducted in Sendang village, Karang Ampel district, Indramayu, West Java,
from november 2010 to march 2011. This research used randomized completely
blok design with 13 treatments and 3 replication, with continue test Dunnet at
level 5%. That is P1: without straw + 1 dose NPK, P2: straw + 1 dose NPK, P3:
without fertilizer and without straw, P4: straw + 0.5 dose NPK, P5: straw + 0.5
dose NPK + Biofertilizer 1, P6: straw + 0.5 dose NPK + Biofertilizer 1 +

decomposer, P7: straw + 0.5 dose NPK + Biofertilizer 1 + Granule Organic
fertilizer (POG), P8: straw + 0.5 dose NPK + POG + Liquid Organic fertilizer
(POC) + decomposer, P9: straw + 0.5 dose NPK + Biofertilizer 1 + POG + POC
+ decomposer, P10: straw + 0.5 dose NPK + 1 Biofertilizer 2, P11: without straw
+ 0.5 dose NPK + 1 dose Biofertilizer 2, P12: without straw + 0.5 dose NPK +
0.5 Biofertilizer 2, P13: straw + 0.5 dose NPK + 0.5 dose Biofertilizer 2. The
research straw was hight yield that one dose NPK treatment. Rice straw
aplication in corporation can reduce use of NPK fertilizer 50% without reducing
yield of paddy.

Key words: paddy, biofertilizer, NPK, organic, Straw in Corporation

iii

RINGKASAN

ARDOYO. Pengaruh Reduksi Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami,
Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Indramayu, Jawa Barat. (Dibimbing
oleh SUGIYANTA).


Pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati
merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha mengurangi
penggunaan pupuk NPK anorganik dan meningkatkan hasil padi. Namun
demikian penelitian teknologi tersebut belum banyak dilakukan sehingga perlu
dilakukan lebih lanjut. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengaruh
pembenaman jerami, penambahan

pupuk organik dan pupuk hayati untuk

mengurangi dosis pupuk NPK hingga 50% dari 400 kg/ha menjadi 200 kg/ha pada
padi sawah tanpa menurunkan hasil. Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari
pengaruh reduksi dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami, pupuk organik
dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.)
yang dilaksanakan di Desa Sendang, Kecamatan Karangampel, Kabupaten
Indramayu pada bulan November 2010 sampai Maret 2011. Penelitian ini
merupakan musim tanam kedua.
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
faktor tunggal dengan tiga belas perlakuan masing-masing diulang sebanyak tiga
kali sehingga terdapat 39 satuan percobaan. Perlakuan yang digunakan yaitu 1

dosisi pupuk NPK (P1), 1 dosis pupuk NPK + jerami (P2), tanpa pupuk dan tanpa
jerami (P3), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami (P4), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami +
pupuk hayati 1 (P5), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 +
dekomposer (P6), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + POG (pupuk organik granul) +
pupuk hayati 1 (P7), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + POG + POC (pupuk
organik cair) + dekomposer (P8), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1
+ POG + POC + dekomposer (P9), 0.5 dosis pupuk NPK + 1 dosis pupuk hayati 2
+ jerami (P10), 0.5 dosis pupuk NPK + 1 dosis pupuk hayati 2 (P11), 0.5 dosis
pupuk NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2 (P12), 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5 dosis

iv

pupuk hayati 2 + jerami (P13). Dosis pupuk NPK penuh adalah 400 kg/ha. Data
diolah ragamnya dengan menggunakan ragam uji F dan apabila menunjukkan
hasil yang nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett pada taraf 5% dengan
perlakuan satu dosis pupuk NPK sebagai kontrol.
Pengamtan pertumbuhan tanaman dan komponen hasil dilakuan terhadap
10 tanaman contoh pada tiap satuan percobaan. Peubah-peubah yang diamati
meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, warna daun, jumlah anakan produktif,
panjang malai, jumlah gabah/malai, hasil gabah/rumpun, bobot 1000 butir, hasil

gabah ubinan, dugaan hasil/ha, persen gabah isi, dan rendemen gabah.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pembenaman jerami, penambahan
pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis pupuk NPK (200
kg NPK/ha) menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang tidak berbeda dengan
perlakuan 100% dosis pupuk NPK (400 kg NPK/ha). Perlakuan 100% dosis
pupuk NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan tinggi tanaman yang nyata
lebih tinggi dari perlakuan 100% dosis pupuk NPK.
Perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan aplikasi
pupuk hayati 2 menghasilkan

panjang malai yang nyata lebih tinggi dari

perlakuan kontrol. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami, perlakuan 0.5 dosis
pupuk NPK + jerami + PH 1 + dekomposer, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK +
jerami + POG + POC + dekomposer, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami +
POG + PH 1 + dekomposer, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + PH 2 + jerami,
perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + PH 2, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5
dosis PH 2, dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5 PH 2 + jerami
menghasilkan jumlah gabah/malai yang nyata lebih banyak dengan perlakuan
kontrol. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5 dosis PH 2 menghasilkan persen

gabah isi yang nyata lebih tinggi dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh.
Perlakuan pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan
pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% menghasilkan jumlah anakan
produktif, bobot 1000 butir, hasil gabah/rumpun, hasil GKG/ubinan, dan dugaan
hasil/ha yang tidak berbeda dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh.
Secara agronomis perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + Jerami + PH 1 + POG
dapat meningkatkan hasil gabah kering giling 0.5 ton/ha, perlakuan 0.5 dosis

v

pupuk NPK + Jerami + POC + POG + dekomposer dapat meningkatkan hasil
gabah kering giling 0.9 ton/ha, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + Jerami + PH 2
dapat meningkatkan hasil gabah kering giling 0.6 ton/ha, perlakuan 0.5 dosis
pupuk NPK + PH 2 dapat meningkatkan hasil gabah kering giling 0.5 ton/ha,
perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5 PH 2 dapat meningkatkan hasil gabah
kering giling 1.6 ton/ha, dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5 PH 2 + jerami
dapat meningkatkan

hasil gabah kering giling 0.3 ton/ha.


Perlakuan

pembenaman jerami dengan aplikasi 100% dosis pupuk NPK menigkatkan hasil
2.5 ton GKG/ha (19%) dibandingkan dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK
tanpa jerami. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + PH 1 dan perlakuan 0.5
dosis pupuk NPK + jerami + PH 1 + POG + dekomposer menurunkan hasil gabah
kering giling berturut-turut 0.8 dan 0.2 ton/ha.
Pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk hayati 2 yang mengandung
dekomposer dan mikroba penambat N serta zat pengatur tumbuh dapat mereduksi
penggunaan pupuk NPK hingga 50% dengan produktivitas yang meningkat antara
0.3 ton/ha – 1.6 ton/ha.

ii

PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN
PEMBENAMAN JERAMI, APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN
PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI INDRAMAYU,
JAWA BARAT


Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ARDOYO
A24070146

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN
PEMBENAMAN


JERAMI,

APLIKASI

PUPUK

ORGANIK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL

PADI SAWAH

(Oryza sativa L.) DI INDRAMAYU, JAWA BARAT
Nama

: ARDOYO

NIM

: A24070146


Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si.
NIP. 1963015 198811 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Air Bulin, Kecamatan Kelapa, Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 29 Agustus 1988. Penulis merupakan
anak kelima dari dua belas bersaudara, dari pasangan Bapak Juni dan Ibu Suriana.
Tahun 2000 penulis lulus dari SD Negeri 120 Air Bulin, Kelapa, Bangka.
Tahun 2001-2004, penulis melanjutkan studi ke SMP Muhammadiyah 1 Minggir
Sleman, Yogyakarta dan tahun 2004-2007 ke SMK Negeri 1 Kelapa, Bangka.
Pada tahun 2007 penulis diterima Institut Pertanian Bogor dengan Program Studi
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur Beasiswa Utusan
Daerah (BUD).
Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA ISBA) dan pernah menjabat menjadi
ketua periode 2009-2010. Selain itu, penulis juga aktif di kepanitian kegiatan
Fakultas maupun kegiatan Departemen. Selama menjalankan studi sampai selesai,
penulis menerima beasiswa dari Daerah Kabupaten Bangka Barat.

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji sukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi
hidayah, kesehatan, dan kemudahan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Reduksi Pupuk NPK dengan
Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Indramayu, Jawa
Barat” yang berlokasi di Desa Sendang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penyelesaian tugas akhir di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sugiyanta, MSi sebagai
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama
kegiatan penulisan proposal dan penelitian ini. Kepada kedua orang tua dan
keluarga yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
mendukung dalam penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini bisa berguna bagi
diri sendiri, pihak yang memerlukan dalam pengurangan dosis pupuk NPK hingga
50% dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik, dan pupuk hayati.

Bogor, Oktober 2011

Penulis

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
atas berkat, rahmat, kasih, dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerandahan hati dan segenap
ketulusan, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta atas segala do’a, kasih sayang, dan dukungan
yang tidak terhingga kepada penulis, serta kepada kakak-kakak dan adikadik saya atas dukungan dan perhatian yang telah diberikan.
2. Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak masukan, bimbingan, dan pengarahan selama
penulisan skripsi.
3. Keluara Pak Tio dan bu Sri di Indramayu yang telah banyak membantu
selama penelitian berlangsung.
4. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan masukan selama selama di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
5. Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr. Dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, Msi. selaku
dosen penguji yang memberikan masukan dan perbaikan untuk skripsi.
6. Dosen dan Staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, IPB.
7. Elfa Najata sebagai rekan penelitian yang telah membantu selama
penelitian, Agustiani, Sony, dan Atika Diah rekan seperjuangan Serta
mbak Sabti, Seffa, mbak Rina, kang Irman, kang Amar atas bantuannya
selama penelitian.
8. Sahabat tercinta Evi, Afdhol, Andina dan kembarannya Indin, Havel yang
banyak memberikan inspirasi dan semangat saat penelitian dan penulisan
skripsi.
9. Restiana, Alkosim, dan rekan-rekan ISBA-Bogor lainnya yang tidak bisa
disebut satu persatu atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
10. Teman-teman AGH angkatan 44 atas pertemanannya

x

11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian
maupun penulisan skripsi ini.
Semoga segala dukungan dan bantuan, baik moril maupun materi yang diberikan
mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.

xi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan .................................................................................................
Hipotesis .............................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................
Botani Tanaman Padi...........................................................................
Pengaruh Pupuk Unsur N, P, dan K bagi Tanaman Padi ......................
Pupuk Organik ....................................................................................
Pupuk Hayati. ......................................................................................
Pengaruh Kombinasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi. ...............................................................

4
4
4
6
7
8

BAHAN DAN METODE ............................................................................... 9
Tempat dan Waktu .............................................................................. 9
Alat dan Bahan .................................................................................... 9
Metode Penelitian ................................................................................ 9
Pelaksanaan Penelitian......................................................................... 10
Pengamatan ......................................................................................... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
Hasil. ...................................................................................................
Kondisi Umum ....................................................................................
Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam .............................................
Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan ........................
Pertumbuhan .......................................................................................
Komponen Hasil dan Hasil ..................................................................
Analisis Usaha Tani .............................................................................
Rendemen Beras Pecah Kulit, Beras Giling, dan Beras Kepala ...........
Pembahasan.........................................................................................

14
14
14
15
16
17
20
25
26
27

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 31
Kesimpulan ......................................................................................... 31
Saran ................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32
LAMPIRAN ................................................................................................... 35

xii

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Rekapitulasi Sidik Ragam .......................................................................... 16
2. Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan .............................. 17
3. Pengaruh Reduksi Dosis Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami, Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan.

18

4. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Daun Padi. ........................................ 19
5. Pengaruh Perlakuan terhadap Komponen Hasil . ........................................ 21
6. Pengaruh Perlakuan Reduksi Dosis Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami,
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Hasil Gabah/Rumpun dan
Persentase gabah isi. ................................................................................... 22
7. Hasil Ubinan dan Dugaan Hasil GKG/ha Berbasis Ubinan. ........................ 23
8. Dugaan Hasil GKG/ha dan Peningkatan Hasil Berbasis Komponen Hasil... 25
9. Analisis Usaha Tani Berbasis Komponen Hasil. ......................................... 26
10. Rata-rata Rendemen Beras Pecah Kulit, Beras Giling, dan Beras Kepala. .. 27

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Cara Pengendalian Hama Keong Mas pada Awal Tanaman sampai 3 MST. 14
2. Serangan Hama Tikus pada 5 MST. ........................................................... 15
3. Tanaman saat Panen Perlakuan P1. ............................................................ 36
4. Tanaman saat Panen Perlakuan P2. ............................................................ 36
5. Tanaman saat Panen Perlakuan P3. ............................................................ 36
6. Tanaman saat Panen Perlakuan P4. ............................................................ 36
7. Tanaman saat Panen Perlakuan P5. ............................................................ 36
8. Tanaman saat Panen Perlakuan P6. ............................................................ 36
9. Tanaman saat Panen Perlakuan P7. ............................................................ 36
10. Tanaman saat Panen Perlakuan P8............................................................ 36
11. Tanaman saat Panen Perlakuan P9............................................................ 37
12. Tanaman saat Panen Perlakuan P10. ......................................................... 37
13. Tanaman saat Panen Perlakuan P11. ......................................................... 37
14. Tanaman saat Panen Perlakuan P12.......................................................... 37
15. Tanaman saat Panen Perlakuan P13.......................................................... 37

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Foto-Foto Tanaman saat Panen................................................................... 36
2. Deskripsi/Karakteristik Padi Sawah Varietas Ciherang . ............................. 38
3. Persyaratan Mutu Beras Menurut SNI 6128: 2008. ..................................... 39

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang setiap tahunnya terus meningkat
menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan bahan pangan. Pertumbuhan
penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 238 juta jiwa dan tahun 2011
diperkirakan mencapai 242 juta jiwa yaitu meningkat sekitar 4 juta jiwa dari tahun
sebelumnya (BPS, 2010). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009
luas total panen padi Indonesia adalah 12 883 576 ha dengan produksi 64 398 890
ton dan produktivitas padi pada tahun 2009 sebesar 5 ton/ha. Tahun 2011
produksi beras diperkirakan hanya mencapai 65 juta ton/ha. Sesuai data
pertumbuhan penduduk dan produksi padi di atas dikhawatirkan akan terjadi
kekurangan kebutuhan pangan dan akan terjadi kerawanan pangan, sehingga
untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk Indonesia produksi padi harus
ditingkatkan.
Menurut Las et al. (1999), untuk menjamin tingkat produksi yang tinggi
perlu dilakukan pemupukan yang berimbang baik hara makro maupun hara mikro.
Tingkat kesuburan tanah berbeda antar lokasi sehingga penggunaan pupuk
terutama P dan K harus didasarkan pada status hara P dan K tanah. Selain
meningkatkan efisiensi, penggunaan pupuk berdasarkan status hara tanah
berperan penting dalam pelestarian lingkungan produksi.
Varietas unggul modern responsif terhadap pemupukan sehingga
mendorong petani untuk mengaplikasikan pupuk anorganik yang tinggi. Bila ini
dilakukan secara terus-menerus dan tanpa ada pengembalian bahan organik ke
dalam tanah akan mengakibatkan kesuburan tanah berkurang baik dari segi kimia,
fisika maupun biologi tanah.
Bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi
pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan,
dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Menurut Simanungkalit et
al,. (2006), penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati dalam jangka panjang
dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.
Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik

2

fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari
penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.
Menurut Sutanto (2002), Tanah yang dibenahi dengan pupuk organik
mempunyai struktur yang baik dan tanah yang dicukupi bahan organik
mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar daripada tanah yang bahan
organiknya rendah. Salah satu bahan organik yang tersedia dalam jumlah banyak
di sawah adalah jerami. Jerami merupakan bahan organik yang sangat potensial
ketersediaannya dalam usaha tani. Jerami sebagai limbah hasil panen padi yang
jumlahnya secara nasional mencapai 75-80 juta ton /tahun lebih banyak digunakan
untuk keperluan industri (kertas, karton, media jamur merang), sedangkan di
sawah, jerami lebih banyak dibakar (Pirngadi, 2009). Sebagian besar petani
setelah panen jerami padi tidak dimanfaatkan lagi atau dengan cara membakar
langsung dilahan dengan alasan untuk mempermudah dalam pengolahan lahan
untuk masa tanam berikutnya.
Pemanfaatan jerami dapat mempertahankan kandungan bahan organik di
dalam tanah. Menurut Arafah dan Sirappa (2003), pembenaman jerami ke dalam
tanah yang disertai dengan pengaplikasian pupuk organik akan mengurangi
penggunaan pupuk NPK, sehingga aplikasi pupuk NPK pada lahan sawah lebih
sedikit tanpa menurunkan hasil produksi padi. Setiobudi et al. (2008)
menambahkan, beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa jerami berpotensi
menggantikan pupuk anorganik. Pemberian jerami dapat meningkatkan jumlah
biji bernas/malai.
Pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati
merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha mengurangi
penggunaan pupuk NPK dan meningkatkan hasil padi. Namun demikian
penelitian teknologi tersebut belum banyak dilakukan sehingga perlu dilakukan
lebih lanjut. Dari penelitian ini diharapkan perlakuan pembenaman jerami,
penambahan pupuk organik dan pupuk hayati dengan mengurangi dosis pupuk
NPK hingga 50% tidak menurunkan hasil padi sawah.

3

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh reduksi dosis pupuk
NPK dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati terhadap
pertumbuhan dan hasil padi sawah di Indramayu.
Hipotesis
Pembenaman jerami, dengan aplikasi pupuk hayati dan pupuk organik
dapat mereduksi penggunaan pupuk NPK hingga 50% dosis tanpa menurunkan
hasil.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi
Tumbuhan padi

adalah tumbuhan

yang

tergolong

tanaman

air

(waterplant). Sebagai tanaman air bukan berati tanaman padi itu hanya bisa hidup
di atas tanah yang selalu digenangi air secara terus-menerus. Tanaman ini juga
bisa tumbuh subur didaerah rawa-rawa maupun daratan atau tanah kering, asalkan
curah hujan mencukupi kebutuhan air bagi tanaman (Siregar, 1981).
Padi merupakan tanaman rumput semusim. Betangnya berbentuk bulat,
berongga, beruas-ruas, dan berakar serabut. Daun terdiri dari helaian daun yang
menyelubungi batang. Bunga membentuk malai yang keluar dari buku atas
dengan jumlah bunga tergantung kultivar yang berkisar antara 50-500 bunga.
Sedangkan buah atau biji padi beragam dalam bentuk, ukuran, dan warnanya
(Vergara and De Datta, 1996).
Padi tumbuh di daerah tropis tapi masih bisa tumbuh di daerah temperate
dengan beberapa faktor pembatas. Di daerah tropis dan subtropis tanaman padi
tumbuh dengan subur bila syarat tumbuhnya terpenuhi. Walaupun demikian,
untuk produksi dan produktivitas tertinggi diperoleh di daerah temperate seperti
Po Valley, Italy, Bagian Utara Honshu, Jepang, Korea, Selandia Baru, dan
Australia (De Datta, 1981).
Pengaruh Pupuk Unsur N, P, dan K bagi Tanaman Padi
Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan yang di proses secara kimia
dengan bahan baku yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Pupuk anorganik dibagi menjadi dua golongan, yaitu pupuk anorganik
majemuk dan pupuk anorganik tunggal. Pupuk anorganik majemuk merupakan
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara utama seperti NP, NK, dan
NPK. Unsur hara N, P, dan K merupakan unsur hara makro yang diperlukan
dalam jumlah besar oleh tanaman, termasuk padi. Penggunaan pupuk anorganik
dipicu oleh proses penyerapan oleh tanaman lebih cepat dibandingkan dengan
pupuk organik. Hal lain yang menyebabkan pemakaian pupuk anorganik adalah

5

pemakaiannya sangat praktis dan penyediaannya mudah didapat di pasaran serta
lebih menghemat tenaga kerja dalam pengaplikasianya.
Nitrogen adalah komponen penting dari asam amino, asam nukleat,
nukleotida, dan klorofil. Zat ini memacu pertumbuhan (meningkatkan tinggi
tanaman dan jumlah anakan) meningkatkan luas daun, dan menigkatkan
kandungan protein beras. Peranan utama nitrogen bagi tanaman ialah untuk
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang,
batang dan daun. Konsentrasi N di daun berhubungan erat dengan laju fotosintesis
dan produksi biomassa. Jika N diaplikasikan cukup ke tanaman, maka kebutuhan
unsur makro lain seperti K dan P meningkat. Tanaman padi yang kekurangan
nitrogen anakannya sedikit dan pertumbuhannya kerdil. Daun berwarna hijau
kekuning-kuningan dan mulai mati dari ujung kemudian menjalar ke tengah helai
daun (Dobermann dan Fairhurst, 2000).
Fungsi utama dari fosfor untuk penyimpanan dan mentransfer energi serta
mempertahankan integritas memberan. Unsur P mobil dalam tanaman dan
memicu

pembentukan

anakan,

perkembangan

akar,

dan

mempercepat

pembungaan, dan pemasakan. Kekurangan unsur P menyebabkan tanaman padi
menjadi kerdil dengan warna daun hijau tua, daun tegak dan anakan sedikit. Berat
1000 butir rendah, kualitas gabah rendah karena banyak proporsi gabah hampa
(Dobermann dan Fairhurst, 2000).
Fungsi utama kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
Juga berperan memperkuat batang tanaman, akar, daun, bunga, dan buah supaya
tidak mudah gugur, kalium bagi tanaman berperan untuk menghadapi cekaman
kekeringan dan penyakit (Siregar, 1981). Unsur K memperkuat dinding sel
tanaman dan terlibat pada lignifikasi jaringan sklerenkima. Unsur K dapat
meningkatkan luas daun, kandungan klorofil total, dan memperlambat kematian
daun sehingga dapat memberikan kontribusi pada proses fotosintesis dan
pertumbuhan tanaman. Unsur K dapat meningkatkan jumlah gabah per malai,
persentase gabah bernas, dan bobot 1000 butir gabah. Tanaman yang kekurangan
unsur K parah, ujung daun berubah menjadi kekuningan. Gejala mulai tampak
pada ujung, kemudian ke pinggir daun, dan ke dasar daun. Daun bagian atas
pendek, dan berwarna hijau ‘kotor’. Daun yang lebih tua berubah dari kuning ke

6

coklat, dan bila defisiensi tidak diatasi, perubahan warna secara bertahap muncul
pada daun yang lebih muda (Dobermann dan Fairhurst, 2000)
Hara nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan faktor pembatas utama untuk
produktivitas padi sawah. Respon padi terhadap nitrogen, fosfor, dan kalium
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penggunaan bahan organik.
Bahan organik merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas tanah
dan efisiensi pemupukan (Arafah dan Sirappa, 2003).
Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk
memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di
daerah tropika basah yang tingkat kesuburan tanahnya relatif rendah karena
tingginya tingkat pelapukan dan pencucian hara. Pembatas pertumbuhan tanaman
yang umum dijumpai adalah kandungan hara di dalam tanah, terutama hara makro
N, P, dan K (Setyorini dan Widowati, 2006).
Pupuk Organik
Sumber organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan
limbah, misalkan: pupuk kandang (ternak besar dan ternak kecil), hijauan
rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang
jagung, sekam padi dan lain-lain), dan limbah agroindustri. Tanah yang dibenahi
dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang kecukupan
bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar daripada
tanah yang bahan organiknya rendah (Sutanto, 2002).
Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan
tanah, terutama di daerah tropika seperti Indonesia dengan suhu udara dan curah
hujan yang tinggi. Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel
tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai
erosi, yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya desertifikasi
(perubahan menjadi padang pasir).
Setiap tahun lebih dari 165 juta ton bahan organik dihasilkan dari limbah
panen tanaman pangan dan hortikultura, namun potensi tersebut pada umumnya
belum terkelola dengan baik. Di lain pihak, kandungan bahan organik di dalam
tanah pertanian saat ini rendah, rata-rata kurang dari 2%. Jerami sebagai limbah
hasil panen padi yang jumlahnya secara nasional mencapai 75-80 juta ton/tahun

7

lebih banyak digunakan untuk keperluan industri (kertas, karton, jamur merang),
sedangkan di sawah, jerami lebih banyak dibakar (Pirngadi, 2009). Alasan dari
pembakaran jerami karena akan menyulitkan petani dalam mengolah tanah, untuk
pakan ternak, dan membuang hama dan penyakit yang terdapat di jerami.
Menurut Sutanto (2002), dari hasil panen sebanyak 5 ton gabah akan
menyerap unsur hara dalam tanah senyak 150 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S.
Abdurachman et al (2002) mengemukakan bahwa pada kondisi pertumbuhan
optimal, hara yang terakumulasi dalam biomasa bagian atas tanaman padi adalah
sekitar 15 kg N, 2.6 kg P, dan 15 kg K untuk setiap ton gabah. Dengan estimasi
tersebut, pada tanaman padi yang hasilnya mencapai 6 ton/ha maka dalam
biomassanya akan terakumulasi sekitar 90 kg N, 16 kg P, dan 90 kg K/ha. Hampir
semua unsur K dan sepertiga N, P, dan S tertinggal dalam jerami padi. Jerami padi
merupakan sumber unsur hara makro yang baik. Manfaat atau keuntungan lain
dari pemanfaatan jerami adalah tersedia langsung di lahan usaha tani dan
sekaligus mengurangi masalah limbah.
Pupuk Hayati
Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua
kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara
dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif
baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati
komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100
tahun yang lalu. Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif
organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi
tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini
dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya
oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat,
maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara
ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis
berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan
tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui penyerapan hara hasil
pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan
organik oleh kelompok organisme perombak. Kelompok mikroba simbiotis ini

8

terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza (Simanungkalit et
al., 2006).
Pengaruh Kombinasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi
Pemberian pupuk terhadap tanaman padi akan membantu dalam
penyediaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Penggunaan pupuk N, P, dan K secara tunggal memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pertumbuhan dan beberapa komponen hasil padi (Arafah dan
Sirappa, 2003). Pemberian unsur P berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,
terutama dalam perkembangan akar tanaman. Semakin banyak perakaran tanaman
maka semakin luas akar tanaman dapat menyerap unsur hara sehingga
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Chairani, 2006)
Beberapa

hasil

penelitian

menunjukan

bahwa

jerami

berpotensi

menggatikan pupuk anorganik. Pemberian jerami dapat meningkatkan jumlah biji
bernas/malai. Penambahan unsur N pada padi sawah akan meningkatkan
persentase gabah isi (Setiobudi et al. 2008).
Penambahan unsur N dan unsur P dengan takaran tinggi tanpa
pengembalian jerami pada lahan sawah intensifikasi secara terus-menerus akan
mempercepat penurunan ketersidiaan hara Zn dan Cu serta hara mikro lainnya,
seperti S, Ca, dan Mg. Terjadinya kahat S, Zn, dan Cu di lahan sawah bersifat
spesifik lokasi, bergantung pada kandungannya dalam bahan induk dan pH tanah,
drainase, kadar bahan organik, dan keadaan redoks tanah (Prasetyo et al. 2004).

9

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Desa Sendang, Kecamatan Karangampel,
Kabupaten Indramayu. Penelitian dilakukan pada bulan November 2010 – Maret
2011. Penelitian ini merupakan musim tanam kedua. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah Sumber Daya Lahan, Fakultas
Pertanian, IPB. Pengamatan persentase gabah hampa diamati di Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, IPB. Pengujian rendemen beras dilakukan di Balai Benih Padi Muara,
Ciapus, Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat budidaya, knapsack
sprayer, neraca digital, meteran, bagan warna daun (BWD), oven, kantong plastik,
kantong kertas, dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas
Ciherang, pupuk majemuk NPK, jerami, pupuk hayati, pupuk organik granul,
pupuk organik cair.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok
lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga belas perlakuan masingmasing diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 39 satuan percobaan. Satu
satuan percobaan berukuran 12 m x 7.5 m (90m2). Perlakuan yang digunakan
yaitu:
P1 : 1 NPK (400 kg/ha) tanpa jerami
P2 : 1 NPK + jerami (5 ton/ha)
P3 : Tanpa pupuk dan tanpa jerami
P4 : 0.5 NPK + jerami
P5 : 0.5 NPK + jerami + PH 1 (2 l/ha)
P6 : 0.5 NPK + jerami + PH 1 + Dekomposer (2 l/ha)

10

P7 : 0.5 NPK + jerami + PH 1 + POG (pupuk organik granul)
P8 : 0.5 NPK + jerami + POG (1 ton/ha) + POC (pupuk organik cair) +
Dekomposer
P9 : 0.5 NPK + jerami + PH 1 + POG + POC (2 l/ha) + Dekomposer
P10 : 1 dosis PH 2 (2 l/ha) + 0.5 NPK + jerami
P11 : 1 dosis PH 2 + 0.5 NPK + tanpa jerami
P12 : 0.5 dosis PH 2 + 0.5 NPK + tanpa jerami
P13 : 0.5 PH 2 + 0.5 NPK + jerami
Model linier yang digunakan adalah:
Yij = µ + αi + βj + εij
Dimana:
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan ke-i (i:1, 2, 3,….,13)
βj = Pengaru ulangan ke-j (j:1, 2, 3)
εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang diuji, akan
dilakukan analisis ragam (uji F), jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata
maka dilakukan uji lanjut dunnett dengan perlakuan P1 sebagai pembanding pada
taraf nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Persemaian
Benih padi direndam dalam air selama 24 jam kemudian benih padi
dihamparkan di lantai dan dilakukan pemeraman dengan karung goni basah
selama 2 hari sampai muncul bintik putih (bakal tumbuh). Benih padi disemai
pada lahan ukuran 90 m2.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum penanaman. Pematang
sawah diperbaiki, dan ditinggikan. Tanah digenangi selama seminggu kemudian
dibajak. Tanah diolah dengan menggunakan handtractor. Bersamaan dengan

11

pengolahan tanah, pembenaman jerami dilakukan di setiap petakan sesuai
perlakuan masing-masing.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan bibit berumur 14 hari setelah semai (HST),
penyulaman dilakukan pada saat 1 minggu setelah tanam (MST) dengan sumber
bibit yang sama.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Pupuk organik granul
(POG), diaplikasikan pada saat pengolahan tanah. Dekomposer, pupuk hayati 1,
dan pupuk hayati 2 diaplikasikan satu minggu sebelum tanam, satu minggu
setelah tanam (MST), tiga MST, dan lima MST. Aplikasi pupuk NPK dilakukan
pada satu MST. Satu dosis NPK (30-6-8) adalah 400 kg/ha. Dekomposer, pupuk
hayati 1, dan pupuk hayati 2 diaplikasikan dengan cara dilarutkan terlebih dahulu
kemudian disemprotkan menggunakan knapsack spayer, sedangkan pupuk yang
lainnya diaplikasikan dengan cara ditebar pada tiap petakan sesuai dosis pada tiap
perlakuan.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma secara manual.
Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 28 HST dan 55 HST. Pada
umumnya hama yang menyerang pada tanaman berumur 0-3 MST adalah keong,
ulat, dan belalang. Pengendalian hama keong dilakukan secara manual. Hama
belalang dan ulat tidak terlalu tinggi tingkat serangannya diatasi dengan cara
pengusiran belalang dan pembuangan ulat yang menempel secara manual. Selain
dengan cara manual pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan dengan cara
penyemprotan pestisida berbahan aktif BPMC.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan ketika bulir padi sudah menguning 90-95 % (99 hari
setelah transplanting). Sepuluh tanaman contoh dipanen terlebih dahulu,

12

kemudian panen ubinan dengan luasan 6,25 m2. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan sabit dan dengan cara potong bawah.
Pengamatan
Pengamatan analisis tanah dilakukan dengan menganalisis petak
percobaan sebelum penanaman dan sesudah panen. Analisis tanah dilakukan
untuk mendeteksi kandungan pH, N total, C-organik, P, dan K sebelum dan
sesudah percobaan.
Pengamatan Vegetatif
Peubah vegetatif diamati pada saat padi berumur 3 MST sampai dengan
keluar malai. Pengamatan dilakukan pada sepuluh tanaman contoh per petak.
Peubah vegetatif yang diamati yaitu:
1. Tinggi tanaman : diamati setiap dua minggu dari 3 MST sampai dengan
keluar malai dari sepuluh tanaman contoh secara acak. Pengamatan tinggi
tanaman dilakukan dengan meteran yang diletakkan diatas permukaan
tanah sampai dengan daun tertinggi.
2. Jumlah Anakan : diamati setiap dua minggu dari 3 MST sampai dengan
keluar malai dan saat panen.
3. Warna Daun: Pengamatan dilakukan dengan menggunakan bagan warna
daun dengan membandingkan warna pada BWD dengan daun teratas padi
yang telah membuka sempurna.
Pengamatan Hasil dan Komponen Hasil
Pengamatan hasil dan komponen hasil dimulai pada saat panen.
1. Panjang malai, diukur dari ruas terakhir malai sampai dengan ujung
malai.
2. Jumlah gabah/malai, dilakukan dengan menghitung jumlah gabah dari
sepuluh malai.
3. Jumlah anakan produktif/rumpun, dilakukan dengan menghitung jumlah
anakan yang bermalai.
4. Hasil gabah/rumpun (g), diperoleh dengan menimbang seluruh gabah
dari masing-masing tanaman contoh.

13

5. Bobot 1000 butir gabah, bobot ini diperoleh dengan menimbang 1000
gabah isi.
6. Hasil gabah ubinan, diperoleh dari panen ubinan ukuran 2.5m x 2.5m.
7. Dugaan hasil/ha, dihitung dari konversi hasil ubinan dan berbasis
komponen hasil.
8. Persen gabah isi, dihitung berdasarkan persen bobot dari 100 gram
gabah.
9. Penentuan mutu giling gabah yang dihitung berupa persen rendemen
beras pecah, rendemen beras giling, dan rendemen beras kepala.
Analisis data
Hasil data pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil dianalisis dengan uji F
dan bila nyata dilanjutkan dengan uji Dunnett pada taraf uji 5 % dengan perlakuan
satu dosis pupuk NPK (400 kg/ha) sebagai perlakuan kontrol.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum
Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas
(Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang
dan daun tanaman yang masih muda yang menyebabkan tanaman tidak bisa
tumbuh. Upaya pengendalian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
memberi makanan umpan seperti pelepah pisang, daun singkong, dan daun
pepaya dipingir-pinggir pematang sawah sehingga keong mas menggerombol
disekitar makanan tersebut (Gambar 1) dan memungut keong dan telurnya dari
lahan sawah. Selain hal tersebut dilakukan penyulaman tanaman yang terserang
dengan sumber bibit yang sama.

Gambar 1. Cara Pengendalian Hama Keong Mas pada Awal Tanam sampai 3
MST
Hama tikus sawah (Rattus argentiventer) menyerang padi pada stadium
vegetatif akhir dan awal stadium generatif. Tikus menyerang padi pada malam
hari, pada siang hari tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul
irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Serangan
hama tikus pada percobaan terjadi saat tanaman berumur 5 MST (Gambar 2).
Tingkat serangan hama tersebut masih tergolong rendah yaitu di bawah 10%,
tetapi bila dibiarkan akan menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman
dan akan berdampak terhadap hasil penelitian. Upaya pengendalian dilakukan
dengan cara memberi cairan oli bekas di sekeliling lahan penelitian.

15

Membersihkan lahan dan pematang dari gulma karena tikus suka daerah yang
rimbun dan subur akan tumbuhan. Penggenangan lahan dengan ketinggian
tertentu (10-20 cm) sehingga tikus tidak bisa masuk ke areal pertanaman.

Gambar 2. Serangan Hama Tikus pada 5 MST
Hama lain yang menyerang pertanaman yaitu belalang (Valanga
nigricornis). Hama ini menyerang pada saat transplanting sampai panen. Bagian
yang diserang adalah daun padi yang menyebabkan terganggunya proses
fotosintesis. Upaya pengendalian dengan cara membunuh langsung dan mengusir
dari daerah pertanaman.
Pengendalian hama pada percobaan ini dilakukan dengan cara manual dan
penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida (bahan aktif BPMC) dilakukan
pada tanaman yang terserang hama kutu putih palsu dan hama sundep pada saat
umur tanaman 6 MST dengan dosis anjuran.
Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam
Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
peubah yang diamati (Tabel 1). Hasil sidik ragam terhadap berbagai peubah yang
diamati menunjukan bahwa perlakuan pengaruh reduksi NPK dengan aplikasi
pupuk organik dan hayati terhadap pertumbuhan tanaman berpengaruh nyata,
kecuali terhadap tinggi tanaman pada 3 dan 5 MST tidak berpengaruh nyata dari
pada perlakuan satu dosis pupuk NPK.
Perlakuan reduksi dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman
jerami, aplikasi pupuk organik, dan pupuk hayati menghasilkan panjang malai dan
jumlah gabah/malai yang berpengaruh sangat nyata dan persentase gabah isi
berpengaruh nyata dibandingkan perlakuan satu dosis pupuk NPK. Perlakuan
pengurangan pupuk NPK hingga 50% dengan kombinasinya menghasilkan jumlah

16

anakan produktif, bobot 1000 butir, bobot gabah kering/tanaman, bobot gabah
kering giling ubinan, dan dugaan gabah kering giling/ha yang tidak berpengaruh
nyata dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh.
Menurut

Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien keragaman

menunjukan ketepatan dalam suatu percobaan dan menunjukan pengaruh
lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan.
Nilai koefisien keragaman analisis masih bisa ditolerir jika masih dibawah 20%.
Nilai koefisien keragaman pada percobaan ini berkisar antara 1.96 - 15.25% dan
tergolong normal pada kondisi lapang.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam
Peubah Pengamatan
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
3 MST
5 MST
7 MST
Jumlah Anakan
3 MST
5 MST
7 MST
Bagan Warna Daun
3 MST
5 MST
7 MST

Perlakuan

Koefisien Keragaman (%)

tn
tn
*

2.24
3.48
2.63

*
*
*

7.80
2.62
6.77

**
*
*

1.96
5.47
3.92

Hasil dan Komponen Hasil
Jumlah Anakan Produktif
tn
8.93
Panjang Malai
**
12.63
Jumlah Gabah Per Malai
**
8.93
Bobot 1000 Butir
tn
3.20
Bobot Gabah Kering per Tanaman
tn
12.76
Persentase Gabah Isi
*
15.25
Bobot Gabah Kering Giling Ubinan
tn
10.73
Bobot Gabah Kering Panen per ha
tn
8.89
Bobot Gabah Kering Giling per ha
tn
10.36
Ket: tanda * = nyata pada taraf 5%; tanda ** = nyata pada taraf 10%; tn = tidak nyata

Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan
Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum percobaan diketahui pH tanah
tergolong agak masam , kandungan C-organik dalam tanah rendah, kandungan

17

hara N dalam tanah tergolong rendah, kandungan hara P rendah, dan hara K
sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis tanah tersebut, status kesuburan tanah
tergolong rendah (Pusat Penelitian Tanah, 1980). Hasil analisis setelah percobaan
terlihat bahwa, terjadi penurunan pada pH tanah, unsur N tanah dan unsur K tanah
dan terjadi peningkatan pada C-organik serta hasil yang bervariatif terjadi
peningkatan dan penurunan pada unsur P (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan

Sebelum Percobaan
1 Dosis NPK
1 Dosis NPK + Jerami
Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami

5.9
4.7
4.7
4.6

C Organik
(%)
1.93
2.39
2.52
2.64

0.5 Dosis NPK + Jerami
0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1
0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1
+ Dekomposer
0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1
+ POG
0.5 Dosis NPK + Jerami + POG +
POC + Dekomposer
0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1
+ POG + Dekomposer
0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2
+ Jerami
0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2
0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati
2
0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2
+ Jerami

4.6
4.7

2.60
2.47

0.17
0.15

0.81
0.64

6.2
3.9

4.8

2.60

0.18

0.69

4.4

4.7

2.88

0.17

0.74

5.4

4.8

2.76

0.17

0.76

6.2

4.7

2.42

0.16

0.79

6.6

4.8

2.60

0.14

0.59

3.7

4.8

2.52

0.15

0.64

4.6

4.7

2.56

0.17

0.67

7.1

4.8

2.47

0.16

0.68

6.7

Perlakuan

pH

N Total
(%)
0.18
0.14
0.16
0.15

K
(me/100g)
1.2
0.61
0.76
0.79

P
(ppm)
5.7
3.5
4.1
6.4

Pertumbuhan
Hasil pengamatan dan analisis statistik menunjukkan bahwa secara umum
pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan
pengurangan 50% dosis pupuk NPK tidak memberikan hasil yang berbeda nyata
terhadap

pertumbuhan tanaman baik tinggi tanaman dan jumlah anakan.

Perlakuan 100% pupuk NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan tinggi
tanaman yang nyata lebih tinggi dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK pada 7
MST. Tinggi tanaman dan jumlah anakan pada perlakuan reduksi pupuk NPK

18

dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati dapat dilihat pada
Tabel 3.
Perlakuan reduksi pupuk NPK sebesar 50% dari dosis anjuran dengan
pembenaman jerami ditambah atau tidak ditambah pupuk organik atau pupuk
hayati secara umum menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan
perlakuan 1 dosis pupuk NPK dan cenderung lebih rendah. Rata-rata tinggi
tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P2, yaitu 100% dosis pupuk NPK +
jerami (107.6 cm) dan rata-rata tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan
P3, yaitu tanpa pupuk dan tanpa jerami (96.03 cm).
Tabel 3. Pengaruh Reduksi Dosis Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami,
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Tinggi Tanaman dan
Jumlah Anakan

Perlakuan

1 Dosis NPK
1 Dosis NPK + Jerami
Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami
0.5 Dosis NPK + Jerami
0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1
0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +
Dekomposer
0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG
0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC +
Dekomposer
0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG +
Dekomposer
0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami
0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2

Pertumbuhan Tanaman
Tinggi
Tinggi
Jumlah
Tanaman
Tanaman
Anakan
5 MST
7 MST
5 MST
(cm)
(cm)
81.40
102.47
35
81.30
107.60*
35
75.03
96.03
28
78.10
100.67
31
76.17
97.17
32

Jumlah
Anakan
7 MST
35
28
30
30
28

77.67

98.57

33

29

79.10

101.83

34

32

79.63

100.73

31

29

82.30

102.47

35

29

77.53
100.50
38
77.53
98.07
37
79.87
97.17
38
0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2
79.93
99.77
35
0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami
Ket: nilai pada kolom yang diikuti tanda (*) berbeda nyata dengan perlakuan 1 dosis
berdasarkan uji t-dunnett pada taraf 5%

31
28
32
31
NPK

Perlakuan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati
dengan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% menghasilkan jumlah anakan
tidak berbeda dan cenderung lebih sedikit dari pada perlakuan 100% dosis pupuk
NPK. Berdasakan hasil pengamatan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 1 dosis
pupuk hayati 2 + jerami, perlakuan 0.5 pupuk NPK + 1 dosis pupuk hayati 2, dan

19

perlakuan 0.5 Pupuk NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2 menghasilkan jumlah
anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 1 dosis pupuk NPK
pada 5 MST. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan pengurangan dosis pupuk
NPK hingga 50% dan penambahan pupuk hayati2 dengan pembenaman jerami
atau tidak dapat memberikan respon yang positif terhadap pembentukan jumlah
anakan. Jumlah anakan pada 7 MST terjadi penurunan terutama pada petakan
perlakuan dan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Hal ini diduga karena adanya serangan hama tikus di beberapa petak perlakuan.
Pengukuran menggunakan alat berupa bagan warna daun ini berkaitan
dengan penentuan dalam pemupukan terutama dalam penyedian unsur nitrogen.
Tanaman padi yang memiliki kecukupan hara N akan berwarna hijau gelap. Nilai
kritis warna daun adalah 4, bila warna daun di bawah skala 4 maka tanaman
tersebut harus segera diberi pupuk N. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + Jerami +
POG + POC + Dekomposer menghasilkan warna daun 4.0 pada 7 MST. Hal ini
menunjukan bahwa pada perlakuan tersebut tidak perlu penambahan unsur N,
karena sudah tercukupi. Unsur N tersebut diduga dapat dipenuhi dari
pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk organik dan dekompos